• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN

KERJA

(Studi Deskriptif pada Bimbingan Keterampilan Kerja Jurusan Montir Motor di BPSBR Jawa Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh AZIZ MALIKI

0907300

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hubungan Penerapan Model

Problem Based Learning dengan

Hasil Belajar Peserta Bimbingan

Keterampilan Kerja

(Studi Deskriptif pada Bimbingan

Keterampilan Kerja Jurusan Montir

Motor di BPSBR Jawa Barat

Oleh Aziz Maliki

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Aziz Maliki 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN AZIZ MALIKI

0907300

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN

KERJA

( Studi Deskriptif pada Bimbingan Keterampilan Kerja Jurusan Otomotif di BPSBR Jawa Barat )

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. H. Uyu Wahyudin, M.Pd NIP. 19600926 1985031001

Pembimbing II

Drs. Ade Cahyana, M.Sc NIP. 19501108 1978031001

Menyetujui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ii

ABSTRAK

Hubungan Penerapan Model Problem Based Learning dengan Hasil Belajar Peserta Bimbingan Keterampilan Kerja.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis terhadap penerapan model problem based learning yang digunakan oleh para tutor BPSBR jurusan montir motor sebagai model pembelajaran unggulan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana penerapan model problem based learning yang dilaksanakan pada bimbingan keterampilan kerja jurusan otomotif? 2) Apakah dimensi-dimensi model problem based learning mempunyai hubungan yang signifikan dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja? 3) Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan model problem based learning dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja? Tujuan penelitian ini yaitu 1) memperoleh data dan informasi mengenai penerapan model problem based learning yang dilaksanakan pada bimbingan keterapilan kerja jurusan otomotif 2) menganalisis hubungan antara dimensi problem based learning dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja 3) menganalisis hubungan antara penerapan model problem based learning dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Model Pembelajaran, Konsep Model Problem Based Learning, Hakikat Hasil Belajar, Program Bimbingan Keterampilan Kerja. Hipotesis penelitian ini adalah: Terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan model problem based learning dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang disebarkan adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta bimbingan keterampilan kerja angkatan I tahun 2013 di BPSBR Jawa Barat sebanyak 24 orang dan semua responden dijadikan sampel penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan uji chi square dengan rumus ∑ yang dibarengi oleh uji koefisien kontingensi.

Hasil pengujian hipotesis penelitian menyatakan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, karena nilai . Nilai sebesar 13,476 dan nilai adalah sebesar 9,487. Temuan hasil penelitian yaitu 1) Tahap kegiatan yang paling berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar adalah penyelidikan 2) Tahap kegiatan yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap hasil belajar adalah pengorganisasian belajar 3) terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara penerapan model problem based learning dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor.

(5)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ii

ABSTRACT

Relationship between the implementation model of problem based learning with the learning outcomes guidance department motor mechanic job skills.

This research is based on the diversity of learning outcomes of job skills counseling after a motor mechanic majors BPSBR tutors use model problem based learning. The purpose of this study are: ( 1 ) obtain data and information on the application of problem -based learning models that implemented in the motor mechanics majors working vocational guidance ( 2 ) analyze the relationship between the dimensions of problem based learning with the learning outcomes of job skills counseling ( 3 ) analyze the relationship between the application model of problem -based learning with the learning outcomes of job skills counseling . This research used descriptive method with a quantitative approach . Data was collected using questionnaire technique . The population in this study were all participants job skills counseling first batch of 2013 in BPSBR Jawa Barat as many as 24 people and all the research sample respondents . Hypothesis testing using chi square test and accompanied by a contingency coefficient test .

The results of this research hypothesis stated that Ha is accepted and Ho is rejected , because the value of . value equal 13,476 and value equal 9,487: ( 1 ) Phase activities that most significantly influence the outcome of learning is inquiry ( 2 ) Phase activities that have absolutely no effect on learning outcomes is a learning organization ( 3 ) there is a significant and positive relationship between the implementation model of problem based learning with the learning outcomes guidance department motor mechanic job skills .

(6)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

v DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATAPENGANTAR ... iii

UCAPANTERIMAKASIH ... iv

DAFTARISI . ... v

DAFTARTABEL ... ix

DAFTARGAMBAR ... xi

DAFTARLAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN A. Model Pembelajaran ... 8

B. Konsep Model Problem Based Learning (PBL) ... 9

1. Definisi Problem Based Learning ... 9

2. Karakteristik Problem Based Learning ... 11

3. Landasan Teori Problem Based Learning ... 13

4. Tahapan Pelaksanaan Problem Based Learning ... 15

5. Kelebihan dan Kelemahan PBL ... 18

C. Hakikat Hasil Belajar ... 19

1. Pengertian Hasil Belajar ... 19

2. Klasifikasi Hasil Belajar ... 20

(7)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vi

4. Hasil Belajar Psikomotor ... 22

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 23

D. Program Bimbingan Keterampilan Kerja ... 24

1. Tujuan ... 25

2. Ruang Lingkup Layanan Program Bimbingan ... 26

3. Bimbingan Keterampilan Kerja Sebagai Bagian dari Pendidikan Luar Sekolah ... 26

E. Penelitian Terdahulu yang Relavan dengan Bidang yang Diteliti ... 28

F. Posisi Teoritik Peneliti ... 29

1. Kerangka Pemikiran ... 29

2. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

1. Lokasi Penelitian ... 32

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

B. Desain Penelitian ... 33

C. Metode Penelitian ... 35

D. Definisi Operasional ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 36

1. Jenis Instrumen ... 38

2. Skala Pengukuran ... 38

3. Penyusunan Instrumen ... 39

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 40

1. Uji Validitas Instrumen ... 40

2. Uji Reliabilias Instrumen ... 42

G. Teknik Pengumpulan Data ... 43

H. Analisis Data ... 45

1. Pengolahan Data ... 45

(8)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vii

3. Analisis Univariat ... 47

4. Analisis Bivariat ... 48

5. Pengujian Hipotesis ... 49

a. Uji Chi Square ... 49

b. Uji Koefisien Kontingensi ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan atau Analisis Data ... 52

1. Gambaran Umum Karakteristik Responden ... 52

2. Persentase dan Kriteria Item Instrumen Variabel Penerapan Model PBL ... ... 53

3. Kecenderungan Umum Skor Variabel Penerapan Model PBL ... 55

4. Analisis Univariat ... 56

5. Analisis Bivariat, Uji Chi Square dan Uji Koefisien Kontingensi ... 60

B. Pembahasan ... 70

1. Gambaran Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning yang Dilaksanakan pada Bimbingan Keterampilan Kerja Jurusan Montir Motor ... 70

2. Hubungan Dimensi-Dimensi Problem Based Learning dengan Hasil Belajar Peserta Bimbingan Keterampilan Kerja ... 71

a. Hubungan Dimensi Orientasi Masalah dengan Hasil Belajar ... 72

b. Hubungan Dimensi Pengorganisasian Belajar terhadap Hasil Belajar ... 72

c. Hubungan Dimensi Penyelidikan dengan Hasil Belajar ... 73

d. Hubungan Dimensi Hasil Karya dengan Hasil Belajar ... 74

e. Hubungan Dimensi Evaluasi dengan Hasil Belajar ... 75

3. Hubungan antara Model Problem Based Learning dengan Hasil Belajar Peserta Bimbingan Keterampilan Kerja ... 76

(9)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

viii

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(10)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah kemewahan bagi sebagian masyarakat Indonesia, hal tersebut dikarenakan adanya ketidaksesuaian atau permasalahan antara unsur material dan non material dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Faktor masalah yang paling mendasar dalam konteks kehidupan sosial adalah kemiskinan, hal ini yang menjadi cikal bakal penyebab masalah sosial yang lainnya. Kemiskinanpun menjadi faktor utama dalam gagalnya pencapaian target pendidikan yang nantinya menyebabkan anak putus sekolah dan hal itu akan merembet pada deviasi perilaku yang lainnya.

Menurut data dari Berita Resmi Statistik (BRS) Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2013 daerah Jawa Barat menempati peringkat ke 1 dalam kategori angka anak putus sekolah khususnya pada jenjang usia 7-12 tahun sebanyak 32.423 anak dan 13-15 tahun sebanyak 47.198 anak. Faktor utama tingginya angka putus sekolah karena alasan ekonomi dan sulitnya akses ke sekolah dan sekitar 920.000 lulusan sekolah dasar tidak bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama dengan beragam alasan. Menurut Berita Resmi Statistik (BRS) Provinsi Jawa Barat pada bulan september 2013, sebesar 4.382.648 orang (9,61 persen) penduduk di Jawa Barat berada di bawah garis kemiskinan, lebih dari satu juta anak putus sekolah, lanjut menurut BRS pada bulan februari 2013, angka pengangguran terbuka di Jawa Barat tercatat sebanyak 1.815.266 orang. Tingginya anak usia sekolah yang tidak bersekolah dan angka putus sekolah di tanah air membuat tingkat Indonesia turun dalam indeks pembangunan pendidikan untuk semua (education for all) dari badan dunia yang mengurusi pendidikan, UNESCO.

(11)

pahamdari yang tidak terampil menjadi terampil. Hasil belajar yang terdapat pada taksonomi Bloom (Rusman, 2012: 125) diklasifikasikan menjadi tiga ranah (domain), yaitu:

1. Domain Kognitif; berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan –kecakapan intelektual berfikir.

2. Domain Afektif; berkenaan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap dan nilai.

3. Domain Psikomotor; berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan atau gerakan-gerakan fisik.

Hasil belajar tersebut bisa dijadikan sebuah ukuran bahwa pembelajaran yang diselenggarakan mencapai tujuannya, sebuah hasil belajar dapat dikethui hasilnya dengan melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi adalah sebuah cara untuk mengetahui hasil belajar yang nantinya akan dikonversikan ke dalam nilai/skor peserta didik..

Bimbingan keterampilan kerja merupakan sebuah proses kegiatan yang sistematis, berjangka dan memiliki jangkauan yang luas terhadap segala bidang vokasional demi sebuah pencapaian hasil belajar dengan lebih memfokuskan kepada penggalian skill dan kemampuan seseorang. Keterampilan kerja nantinya dapat menunjukkan kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaannya sebagai salah satu tanggung jawab manusia terdidik. Bimbingan keterampilan kerja dapat melengkapi pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang tidak didapat dari kurikulum pendidikan sekolah (formal). Hal ini berarti bahwa bimbingan keterampilan kerja merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah. Pendidikan luar sekolah menurut W.P Napitupulu (dalam Sudjana,2001:49) adalah setiap usaha pelayanan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem sekolah, berlangsung seumur hidup yang bertujuan untuk mengakatualisasikan potensi manusia seutuhnya yang gemar belajar, mengajar dan mampu meningkatkan taraf hidupnya.

(12)

3

1. Basic literacy skill

Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar.

2. Technical skill

Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan komputer, memperbaiki sepeda motor.

3. Interpersonal skill

Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti menjadi pendengar yang baik.

4. ProblemSolving

Menyelesaikan masalah adalah proses kreativitas untuk menajamkan logika, berargumentasi dan penyelesaian masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik

Berdasarkan data tersebut, Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja dibawah naungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat mengadakan program-program bimbingan sosial dan keterampilan kerja bagi remaja putus sekolah yang berada di 18 kabupaten dan 9 kota se Jawa Barat dan mengikuti persyaratan yang telah di tentukan oleh BPSBR. Kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diusung oleh Balai ini adalah seperti bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan kerja yang nantinya akan di salurkan ke lapangan sesuai jurusan bimbingan masing-masing.

(13)

Dari semua jurusan keterampilan kerja yang terdapat di BPSBR, Montir motor merupakan jurusan yang saya pilih dalam penelitian ini, saya menduga bahwa kendaraan bermotor tiap waktunya akan semakin bertambah, seiring dengan berjalannya waktu maka mesin-mesin motor tersebut mengalami penyusutan kinerja atau kerusakan yang tidak semua orang mengetahui cara untuk, dan oleh karena itu dibutuhkan manusia-manusia piawai dalam bidang montir motor untuk mampu membantu dan bekerja sebagaimana keahliannya, dalam hal ini yaitu montir motor (montir motor).

(14)

5

mengangkat penelitian dengan judul “Hubungan penerapan model problem based

learning dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor di BPSBR Jawa Barat”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dan fakta yang terdapat di lapangan maka dapat diidentifikasi beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan, yaitu : 1. Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja merupakan lingkungan bimbingan

kerja yang kondusif bagi para remaja putus sekolah se-Jawa Barat untuk membentuk dan mengembangkan kemampuannya.

2. Kurangnya alokasi waktu proses bimbingan keterampilan kerja yang hanya diselenggarakan selama tiga bulan.

3. Peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor mempunyai latar belakang pendidikan, umur, ekonomi, dan karakteristik yang berbeda namun tidak berimplikasi dengan hasil belajar.

4. Model Pembelajaran problem based learning merupakan model unggulan yang digunakan untuk merangsang motivasi dan kreativitas peserta selain sebagai penyegar suasana belajar.

5. Hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja masih bervariatif setelah mengikuti pembelajaran problem based learning.

6. Kegiatan dalam model problem based learning dapat menciptakan forum diskusi antara peserta dengan pembimbing mengenai proses pemecahan masalah.

7. Penyaluran lulusan tidak diperuntukkan bagi semua peserta bimbingan keterampilan kerja.

(15)

1. Bagaimana penerapan model Problem Based Learning yang dilaksanakan pada bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor?

2. Apakah dimensi-dimensi model Problem Based Learning mempunyai hubungan yang signifikan dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja?

3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan model Problem Based Learning dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan seperti berikut:

1. Memperoleh gambaran mengenai penerapan model Problem Based Learning yang dilaksanakan pada bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor. 2. Menganalisis hubungan antara dimensi Problem Based Learning dengan hasil

belajar peserta bimbingan keterampilan kerja.

3. Menganalisis Hubungan penerapan model Problem Based Learning dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja.

D. Manfaat Penelitian

1. Dari segi teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang sudah ada dan memberikan gambaran mengenai pengaruh model Problem based learning terhadap peningkatan kompetensi peserta bimbingan keterampilan kerja.

Penelitian ini bisa dijadikan bahan informasi dan masukan bagi pengelola program bimbingan keterampilan kerja dalam menerapkan kebijakan tentang penerapan model-model pembelajaran yang sesuai dengan keberagaman latar belakang peserta bimbingan keterampilan kerja se-Jawa Barat.

2. Dari segi praktis

(16)

7

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk meluruskan kebiasaan sosial yang secara umum menggunakan model pembelajaran tanpa melihat dampak kelebihan dan kekurangan yang serta merta langsung diterapkan dalam kegiatan pembelajarannya. Dengan penelitian ini, akan terlihat faktor dan karakteristik apa saja yang mempengaruhi hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi dalam skripsi ini terdiri dari lima bab, yakni bab I pendahuluan, berisi tentang latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan terakhir struktur organisasi.

Bab II kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian yang berisi tentang kajian mengenai model pembelajaran, konsep model problem based learning, hakikat hasil belajar, program bimbingan keterampilan kerja, penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, kerangka pemikiran dan hipotesis.

Bab III metode penelitian yang berisi tentang populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta analisis data. Bab IV berisi tentang hasil penelitian yang mencakup pengolahan dan analisis data serta pembahasan membahas tentang bagaimana hasil temuan penelitian yang dipaparkan melalui data kuantitatif.

(17)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini yaitu Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR). Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja beralamat di Jl. Jend. Amir Machmud. No. 331. Cibabat Cimahi. Peneliti berkonsentrasi pada jurusan montir motor sebagai bagian dari beberapa kelas bimbingan keterampilan kerja di BPSBR.

Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) terbentuk tanggal 1 Januari 2010 berdasarkan Kep.Gub No. 113 Tahun 2010. BPSBR dirintis sejak tahun 1969 dibawah naungan Departemen Sosial RI yang berlokasi di Pangandaran, namanya mengalami beberapa perubahan; tahun 1972 bernama Panti Karya Taruna, tahun 1980 berubah nama menjadi Sasana Penyantunan Anak Galuh Rahayu, tahun 1995 berubah nama menjadi Panti Sosial Bina Remaja dan pada tahun 2002 berubah menjadi Balai Pengembangan Sosial Anak (BPSA) Pangandaran, sesuai Kep.Gub Jawa Barat No.52 Tahun 2002 dan pada tanggal 1 Januari 2010 berubah menjadi BPSBR.

Peneliti memilih lokasi penelitian di BPSBR karena balai ini merupakan balai pemberdayaan sosial yang mencakup pendidikan nonformal yang di khususkan bagi usia remaja (produktif). Didalamnya terdapat bagian dari pendidikan non formal yaitu bimbingan keterampilan kerja.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Langkah pertama dalam pengumpulan dan analisis data adalah penentuan populasi. Menurut Sugiyono (2010: 80), populasi adalah “Wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

(18)

33

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor/otomotif di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Jawa Barat tahun 2013 yaitu sebanyak 24 orang.

b. Sampel

Menurut Sugiyono (2008: 73), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini, sampel yang ditetapkan adalah peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor/otomotif di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Jawa Barat Angkatan I tahun 2013 sebanyak 24 orang

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan sebuah rancangan dalam menentukan alur penelitian. Desain penelitian digunakan agar proses kegiatan yang dilakukan tidak menjalur keluar dari tujuan penelitian sehingga penulisan skripsi akan tetap pada alur yang efektif dan efisien.

Desain penelitian dapat dikatakan sebagai rancangan kompleks peneliti dalam meneliti suatu permasalahan. Apa pun jenis penelitiannya, desain penelitian selalu dimulai dari adanya permasalahan yang merupakan kesenjangan dari kenyataan dan harapan, ataupun dari yang tersedia dan yang seharusnya. Dengan adanya kesenjangan tersebut, peneliti mencari konsep serta teori yang tepat untuk menunjang permasalahan tersebut agar dapat teratasi melalui penelitian ini, atau setidaknya hasil dari penelitian ini akan bisa digunakan untuk mengurangi permasalahan tersebut.

Oleh karena itu, peneliti membuat terlebih dahulu sebuah desain penelitian yang akan menunjang pada penelitian hubungan penerapan model Problem Based Learning dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Jawa Barat.

Desain penelitian yang dirancang dan dikerjakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

(19)

hasil belajar yang kurang baik dalam beberapa konsentrasi bimbingan keterampilan kerja. Penelitian ini kemudian ditunjang oleh teori-teori mengenai konsep model pembelajaran, konsep Problem Based Learning, hakikat hasil belajar dan konsep bimbingan keterampilan kerja. Teori tersebut digunakan oleh peneliti karena dengan diterapkannya model Problem Based Learning diharapkan

Permasalahan

1. Bagaimana gambaran penerapan model PBL

yang dilaksanakan pada bimbingan

keterampilan kerja jurusan montir motor?

2. Apakah dimensi-dimensi model PBL

mempunyai hubungan yang signifikan dengan

hasil belajar peserta bimbingan keterampilan

kerja?

3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan

(20)

35

peningkatan hasil belajar dapat terlaksana dengan baik. Setelah itu, masalah lalu dikumpulkan dan dirumuskan ke dalam rumusan masalah. Data lalu dikumpulkan melalui angket atau kuesioner yanng sebelumnya telah diuji instrumen melalui uji validitas dan reliabilitas, kemudian dicari kecenderungan umum skornya untuk setiap variabel dan indikatornya. Adapun pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan pengujian hipotesis yang terdiri dari uji chi square dan analisis koefisien kontingensi setelah sebelumnya data di analisis menggunakan univariat dan bivariat. Chi square bisa digunakan untuk mengetahui taraf hubungan dan perbedaan. Chi square disini digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan, antar variabel, sedangkan koefisien kontingensi digunakan utnuk mengetahui besaran pengaruh. Setelah pengujian hipotesis dilakukan, kemudian ditarik kesimpulan dan rekomendasi yang berguna bagi balai pemberdayaan sosial bina remaja, pengambil kebijakan dan pihak-pihak terkait lainnya.

C. Metode Penelitian

Penelitian merupakan sebuah sebab akibat dari pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu-ilmu tersebut mengalami peningkatan dalam hal wawasan dan ruang lingkup. Semua itu didapatkan dari hasil penelitian yang menggunakan metode-metode tertentu. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 52) bahwa

“Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Selanjutnya, menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 54) penelitian deskriptif adalah “suatu penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,

yang berlangsung saat ini atau lampau”. Penulis memilih metode ini karena

(21)

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam menjabarkan penelitian ini, maka penulis menuliskan definisi operasional sebagai berikut:

1. BPSBR (Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja) merupakan sebuah lembaga pelayanan sosial yang berfungsi sebagai dinas pemberdayaan sosial dengan segmentasi remaja (15-21 tahun), meliputi remaja putus sekolah dan/atau tidak mampu melanjutkan sekolah.

2. PBL (Problem Based Learning) merupakan model pembelajaran berbasis masalah yang digunakan sebagai model unggulan pada jurusan otomotif di BPSBR. Dalam penelitian ini, aspek yang akan dibahas dari model pembelajaran Problem Based Learning adalah dari mulai tahap orientasi masalah, kegiatan pengorganisasian belajar, kegiatan penyelidikan, kegiatan hasil karya dan kegiatan evaluasi.

3. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif (pengetahuan teori montir motor) dan psikomotor (praktek montir motor) yang dimiliki peserta bimbingan keterampilan kerja yang dirangkum dalam rekapitulasi nilai peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor yang direkap oleh BPSBR.

(22)

37

Berdasarkan definisi operasional yang dijabarkan di atas, terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu penerapan model Problem Based Learning dan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja. Peneliti mengembangkan variabel pertama ke dalam beberapa dimensi dan pengembangan indikator penelitian sesuai dengan teori-teori yang telah dipaparkan pada bab kajian pustaka. Hal ini dilakukan agar dapat memudahkan dalam pengembangan kisi-kisi dan instrumen penelitian. Sedangkan variabel yang kedua yaitu hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja sengaja tidak dikembangkan sendiri oleh peneliti karena telah disusun oleh tutor BPSBR.

Variabel penelitian yang pertama yaitu penerapan model Problem Based Learning jika dirangkum dalam sebuah tabel, maka beberapa dimensi penelitian dan pengembangan indikator yang digunakan peneliti dalam meneliti penerapan model Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja di BPSBR adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian

Variabel Dimensi Indikator

Penerapan Model Problem Based

Learning

(X)

Orientasi masalah Informasi Deskripsi Pengorganisasian belajar Tugas belajar

Penyelidikan Materi pembelajaran Eksperimen

Solusi

Hasil Karya Presentasi

Analisis

(23)

E. Instrumen Penelitian 1. Jenis Instrumen

Dalam penelitian yang menggunakan penelitian kuantitatif, peneliti harus

menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. “Instrumen penelitian adalah

suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati” (Sugiyono, 2010: 148). Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif juga, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengukur nilai variabel. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan oleh peneliti yaitu angket/kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui skor variabel X (penerapan model Problem Based Learning).

2. Skala Pengukuran

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel tentunya harus memiliki sebuah skala pengukuran untuk dapat mengumpulkan data kuantitatif secara akurat.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan karena peneliti ingin mengukur sikap, pendapat dan persepsi peserta bimbingan keterampilan kerja tentang fenomena sosial khusunya dalam penerapan model PBL (variabel X). Dengan menggunakan skala Likert, skor setiap jawaban dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Sangat setuju, diberi skor 5 2. Setuju, diberi skor 4 3. Ragu, diberi skor 3

4. Tidak setuju, diberi skor 2 5. Sangat tidak setuju, diberi skor 1

(24)

39

3. Penyusunan Instrumen

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa tahap penyusunan instrumen yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:

a. Penyusunan kisi-kisi instrumen

Kisi-kisi yang dirumuskan ke dalam tabel oleh peneliti disesuaikan dengan hipotesis, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan variabel yang telah ditetapkan. Titik tolak dari suatu penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pernyataan atau pertanyaan.

Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka dibuat dalam bentuk matriks. Sedangkan matriks atau sering disebut juga kolom-kolom dalam instrumen penelitian berisi judul, hipotesis, variabel, dimensi, indikator, sub indikator, sumber data, alat pengumpul data dan nomor item soal.

b. Penyusunan Angket

Menurut Sukmadinata (2010:236), langkah-langkah penyusunan butir-butir instrumen yang bersifat mengukur ada dua, yaitu:

1) Penyusunan kisi-kisi yang dijadikan pedoman dalam pembuatan angket. 2) Membuat daftar pernyataan yang dibuat sesuai dengan kisi-kisi penelitian.

Penyusunan angket/kuesioner menurut Sukmadinata diatas berdasarkan pada kriteria angket yang baik yaitu pertama, pernyataan hanya satu pesan. Kedua, dirumuskan dengan kalimat pendek namun lengkap dan jelas. Ketiga, hindari perumusan kalimat yang berbelit-belit, menjebak atau mengarahkan pada jawaban tertentu.

Adapun tahapan penyusunan instrumen yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan kisi-kisi yang akan dijadikan pedoman dalam pembuatan angket. 2) Membuat daftar pernyataan yang disesuaikan berdasarkan kisi-kisi angket

(25)

4) Membuat petunjuk pengisian angket untuk menghindari kesalahan dalam penyusunan angket.

5) Membuat surat pengantar angket agar responden mengetahui maksud dan tujuan dari pengisian.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum disebarkan kepada seluruh subjek penelitian, maka angket harus diujikan terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya agar kelak data kuantitatif yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan. Pengujian validitas dan reliabilitas angket diujikan kepada 10 orang peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor di BPSBR Jawa Barat Angkatan II tahun 2013.

1. Uji Validitas Instrumen

Menurut Sukmadinata (2011:228) “validitas instrumen menunjukkan bahwa

hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur”.

Sedangkan menurut Sugiyono (2010:173) “instrumen yang valid berarti alat ukur

yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid”. Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Adapun uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment (Sugiyono, 2010:255) sebagai berikut :

= Keterangan :

r = Koefisien validitas item yang dicari X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item Y = Skor Total

= Jumlah skor dalam distribusi X

= Jumlah skor dalam disribusi Y

= Jumlah kuadrat dalam skor disitribusi X

(26)

41

Keputusan pengujian validitas menggunakan taraf signifikan dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika > maka instrumen valid b. Jika maka instrumen tidak valid

Berikut hasil perhitungan uji validitas instrumen variabel X sebanyak 25 item terhadap 10 responden dengan bantuan software SPSS 20:

Tabel 3.2

Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Variabel X

No > (0,834) No > (0,834)

1 0,953463 Valid 14 0,860876 Valid 2 0,953463 Valid 15 0,847615 Valid 3 0,874822 Valid 16 0,877576 Valid 4 0,867589 Valid 17 0,847522 Valid 5 0,843108 Valid 18 0,875811 Valid 6 0,923425 Valid 19 0,885068 Valid 7 0,844758 Valid 20 0,885068 Valid 8 0,860876 Valid 21 0,860876 Valid 9 0,860464 Valid 22 0,885068 Valid 10 0,881953 Valid 23 0,86003 Valid 11 0,854549 Valid 24 0,847615 Valid 12 0,934309 Valid

25 0,860876 Valid 13 0,853858

Valid

(27)

valid jika nilai rhitung> rtabel. Diketahui nilai rtabeldengan tingkat kesalahan 5% dan dk = 10-2 = 8 diperoleh rtabel sebesar 0,834. Maka hasil perhitungan dari 25 item yang dinyatakan valid sebanyak 25 item yang dapat mewakili setiap indikator variabel penelitian.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2010:173),”instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama”. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian dilakukan dengan rumus Alfa Cronbach. Rumus Alfa digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang berjenis data interval atau essay. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency, yang dianalisis dengan rumus Alfa Cronbach, yaitu :

(Sugiyono, 2013:365) Keterangan :

K = Mean kuadrat antara subjek

∑ = Mean kuadrat kesalahan

= Varians total

Kategori koefisien reliabilitas bisa dilihat dari interpretasi dibawah ini:

 0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi

 0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi

 0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang

 0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah

(28)

43

Perhitungan reliabilitas instrumen dilakukan dengan program SPSS. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.3

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Penerapan Model PBL)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.986 25

Berdasarkan Perhitungan reliabilitas variabel dengan menggunakan SPSS, diperoleh r hitung = 0,986. Maka tingkat reliabilitas instrumen variabel X dapat dikategorikan sangat tinggi karena ada pada rentang kategori koefisien 0,80 < r11 1,00 (sangat tinggi).

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan beberapa instrumen atau alat yang dapat dipakai sebagai pengumpul data agar data lebih akurat.

Teknik Pengumpulan data merupakan “langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Sugiyono (2011: 224). Data sendiri dapat diartikan sebagai suatu fakta yang bisa digambarkan melalui simbol, angka, kode dan lain-lain.

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, diperlukan beberapa alat yang dapat digunakan sebagai pengumpul data, diantaranya sebagai berikut:

1. Studi dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:231) studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti notulen agenda rapat dan lain sebagainya.

(29)

data tersebut, akan mengungkapkan beberapa hasil uji kompetensi berdasarkan ranah kognitif dan psikomotor.

2. Studi Literatur

Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari buku, makalah, jurnal ilmiah dan lain-lain, guna memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3. Angket/Kuesioner

Angket merupakan jenis instumen yang digunakan peneliti untuk mengukur penerapan model PBL. Alasan peneliti menggunakan angket, sebab tujuan dari penyebaran angket sendiri ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden.

Adapun tahap-tahap dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, peneliti memperoleh gambaran mengenai penerapan model Problem Based Learning yang dilakukan oleh tutor BPSBR kepada para peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor. Kemudian peneliti menyusun instrumen pengumpulan data yang dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mendapat persetujuan melakukan uji coba instrumen. Dari hasil uji coba tersebut, peneliti akan mampu melihat validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Setelah peneliti mendapatkan data dan dinyatakan bahwa instrumen tersebut valid dan reliabel, maka peneliti memperbanyak angket sebanyak 24 eksemplar untuk mendapatkan data mengenai variabel X (penerapan model Problem Based Learning).

Tahap Pelaksanaan

(30)

45

yang diharapkan oleh peneliti. Kemudian peneliti memberikan angket kepada responden dan menunggu responden mengisi angket

Tahap Pengumpulan Angket

Pada tahap terakhir ini, peneliti mengumpulkan semua angket yang telah diisi oleh responden. Peneliti memeriksa apakah semua item pernyataan diisi dengan lengkap oleh semua responden.

H. Analisis Data

Dalam penelitian Kuantitatif, jika semua data telah terkumpul, maka kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dan analisis data. Berikut penjabaran lebih lengkapnya mengenai pengolahan data dan analisis data:

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka langkah-langkah pengolahan data yaitu:

a. Editing, yaitu pemeriksaan angket yang telah terkumpul dari hasil pengisian responden. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat kelengkapan pengisian angket secara menyeluruh.

b. Koding, yaitu pemberian kode atau skor pada setiap alternatif jawaban berdasarkan ketentuan yang ada. Berikut merupakan pembobotan untuk koding tersebut:

Tabel 3.4

Pembobotan Kuesioner

No Alternatif Jawaban Bobot

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Ragu 3

4 Tidak Setuju 2

(31)

c. Tabulasi, bertujuan untuk menuangkan semua hasil koding ke dalam tabel rekapitulasi secara menyeluruh. Adapun tabel rekapitulasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Rekapitulasi Hasil Skoring Angket

Responden Skor Item Total

1 2 3 4 5 6 ... N 1

2 N

d. Pemberian Kategori, hal ini dimaksudkan sebagai syarat analisis bivariat dalam perhitungan chi square. Peneliti menetapkan cara normatif sebagai pemberian kategori, karena peserta memiliki karakteristik yang beragam dari mulai pendidikan, ekonomi, status sosial, dll, maka dengan penilaian acuan normatif bisa dilihat apakah peserta didik akan mampu mengikuti pembelajaran sesuai dengan kemampuan peserta yang lainnya. Adapun cara dan tabel pemberian kategori tersebut adalah sebagai berikut:

1) Menghitung rata-rata skor total.

2) Menghitung standar deviasi dari skor total.

3) Untuk kategori rendah, dicari nilai minimal dari skor total. Kemudian dihitung rata-rata skor total dikurangi standar deviasi. Setelah itu, ditentukan rentang keduanya.

4) Untuk kategori sedang, diambil nilai rentang atas kategori rendah. Kemudian jumlahkan rata-rata skor total dan standar deviasi. Setelah itu, ditentukan rentang keduanya.

(32)

47

Tabel 3.6

Pemberian Kategori nilai

Responden Skor Item Total Kategori

1 2 3 4 5 6 ... N 1

2 N

Rata-rata Standar Deviasi Rentang 1

Rentang 2 Rentang 3

2. Perhitungan Kecenderungan Umum Skor

Perhitungan kecenderungan umum skor responden merupakan penjabaran dari nilai presentase dan kriteria setiap variabel. Sugiyono (2010:246) menyatakan bahwa tujuan dari perhitungan ini adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang dihitung dengan skor idealnya yaitu dengan menggunakan rumus:

P =

Keterangan : P = Proporsi

X = Jumlah skor hasil penelitian (aktual) Xid = Skor ideal (skor ynag diharapkan).

Setelah semua dihitung proporsinya, maka diinterpretasikan kedalam tabel nilai proporsi menurut Guilford berikut (Sardin, 2007: 10) :

Tabel 3.7

Nilai Proporsi Menurut Guilford

(33)

0,00 – 19,99 Sangat rendah

20,00 – 39,99 Rendah

40,00 – 69,99 Sedang

70,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100 Sangat tinggi

3. Analisis Univariat

Penelitian analisis univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2005 : 188). Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisa univariat dilakukan masing–masing variabel yang diteliti.

Berikut merupakan tabel perhitungan analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi:

Tabel 3.8

Analisis Univariat

Variabel N %

Penerapan Model

Baik Cukup Baik Kurang baik

Total

Hasil Belajar

Tinggi Sedang Rendah

(34)

49

4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan dua variabel. Setelah semua bentuk data dijadikan kategorik, maka selanjutnya dibentuk sebuah cross tabulation atau contingency table dengan mencocokan tiap skor responden pada variabel penerapan model Problem Based Learning dan variabel hasil belajar lalu disejajarkan berdasarkan ketiga kategori tersebut. Pada analisis bivariat, akan ditemukan bagaimana kausalitas dan korelasional antar kategori tiap variabel.

Berikut ini merupakan tabel contingency table dengan membandingkan kategori dengan kategori serta dilengkapi dengan skor ekspektasi (skor ideal):

(35)

square menurut (Andi Supangat, 2007:364) merupakan “uji hipotesis tentang asosiasi atau korelasi antara frekuensi observasi dengan frekuensi harapan yang didasarkan pada hipotesis tertentu pada setiap penelitian”. Ekspresi matematis tentang distribusi chi square hanya tergantung pada suatu parameter, yaitu derajat kebebasan (degree of freedom).

Adapun rumus uji chi square adalah sebagai berikut:

=

(Andi Supangat, 2007:369)

Keterangan :

= Nilai chi hitung

Jumlah skor aktual = Frekuensi yang diharapkan

= Jumlah skor ideal

= Skor aktual

= Skor total

= Skor ideal Dengan kriteria penerimaan :

Terima jika nilai Chi hitung pada output SPSS lebih kecil sama dengan Chi tabel dan sebaliknya.

Atau:

Terima jika nilai Sig. Chi hitung pada output SPSS lebih besar dari alpha dan sebaliknya.

b. Koefisien Kontingensi

(36)

51

Adapun rumus dari koefisien kontingensi adalah sebagai berikut:

C =

Sedangkan rumus dari koefisien kontingensi maksimum adalah sebagai

berikut:

= √

Keterangan:

C = Nilai koefisien Kontingensi

= Nilai chi hitung

(37)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Secara umum, skripsi penelitian ini telah menganalisis hubungan penerapan model Problem Based Learning dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor BPSBR Jawa Barat. Berikut penjabaran kesimpulan penelitian berdasarkan tujuan penelitian.

(38)

79

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Menganalisis hubungan antara dimensi Problem Based Learning dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja.

Dimensi yang tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan hasil belajar adalah pengorganisasian belajar. Hal tersebut dikarenakan tutor tidak optimal dalam melakukan kegiatan ini, serta peserta diharuskan untuk mengorganisasikan pembelajaran sendiri tanpa didampingi oleh tutor. Dimensi yang paling dominan dalam memengaruhi hasil belajar adalah penyelidikan, hal tersebut dikarenakan dalam kegiatan penyelidikan, peserta diarahkan untuk belajar secara mandiri guna mencari informasi yang relevan terhadap materi pembelajaran dengan menggunakan sumber sebanyak-banyaknya. Hal ini juga mengindikasikan bahwa kegiatan penyelidikan merupakan tahapan paling optimal dalam meningkatkan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja.

3. Menganalisis Hubungan penerapan model Problem Based Learning dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja.

Model Problem Based Learning menurut hasil penelitian ini terbukti berhasil dalam meningkatkan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor, karena seyogiyanya model Problem Based Learning cocok untuk digunakan dalam program-program pendidikan keahlian seperti jurusan montir motor yang diusung oleh Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Jawa Barat.

B. Saran

Setelah Peneliti melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Jawa Barat, berikut beberapa saran atau rekomendasi yang ingin disampaikan oleh peneliti:

1. Bagi Pengambil Kebijakan

(39)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memperhatikan kesesuaian model pembelajaran serta merancang tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran secara ideal dan efektif. Sebagaimana temuan penelitian, bahwa model pembelajaran seperti Problem Based Learning sangat tepat jika diaplikasikan terhadap mata pelajaran yang berkaitan dengan bidang keahlian. 2. Bagi Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Jawa Barat.

Sesuai dengan hasil penelitian, dimensi penyelidikan merupakan tahapan paling berhasil yang dilakukan tutor dalam membantu peningkatan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor, sehingga peneliti menyarankan agar sumber belajar yang tersedia di jurusan montir motor lebih diperbanyak agar tercapainya hasil belajar yang semakin baik. Akan tetapi, pada tahapan pengorganisasian belajar diketahui kurang maksimal dalam meningkatkan hasil belajar, maka dari itu peneliti merekomendasikan agar dalam kegiatan pengorganisasian belajar lebih dimaksimalkan dan tutor menyerahkan kegiatan ini sepenuhnya kepada para peserta agar lebih dapat terorganisir secara semestinya. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Setelah menyelesaikan penelitian ini, peneliti memiliki keterbatasan dalam segi waktu, jarak, biaya dan lain sebagainya. Oleh karena demikian, bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Jawa Barat diharapkan mampu memperbaiki keterbatasan dan kelemahan peneliti khususnya yang berkaitan dengan variabel X yang diteliti, karena dalam penelitian ini hanya membahas penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, tidak mencakup kegiatan bimbingan sosial, bimbingan mental, fisik dan disiplin.

(40)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 81

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. (Cetakan Ketujuh) Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. (Cetakan Ke-11). Jakarta: Rineka

Cipta.

Asriana, H. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa SMA. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik No. 04/01/32/Th.XVI, 2 Januari 2014.

Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik No. 25/05/32/Th.XV, 6 Mei 2013. Djamarrah, S. B. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Febianty, J. A. (2013). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI: tidak diterbitkan.

Hamzah, B. U., Prof. Dr. M Pd. (2009). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Moeheriono. (2009). Pengkuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Surabaya: Ghalia Indonesia.

Mulyasa, E. (2010). Kurikulum Berbasis Kompetensi (Cetakan Ke-12). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Notoatmojo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nur, M. (2006). Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: LPMP

(41)

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Polak, Y. S. (2012). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Keteampilan Kerja dan Sikap Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. Cabang Makassar. Skripsi. Jurusan Manajemen FEB UNHAS. Makassar: tidak diterbitkan.

Ratnaningsih, N. (2003). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematik Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis pada PPS UPI: tidak diterbitkan.

Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Vaiabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta

Runi. (2005). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Mata Pelajaran Sains Konsep Pencemaran Lingkungan di Kelas VII SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Tesis pada PPS UPI: tidak diterbitkan.

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta. Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu

Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardin. (2007). Handout Perkuliahan: Pengantar Statistika. Tidak diterbitkan

Syah, M. (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syah, M. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo.

Sudarmanto. (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Dimensi Pengukuran, dan Implementasi dalam Organisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjana, D. (2000). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah perkembangan, Falsafah & Teori Pendukung, serta Asas. (Cetakan Ketiga). Bandung: Falah Production.

(42)

83

Aziz Maliki,2014

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sudjana, N, Ibrahim. (1998). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Supangat, A. (2007). Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trianto. (2007). Model-model pembelajaran Inovatif. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.

Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Usup. (2005). Efektivitas Program Pembelajaran Terhadap Kompetensi Lulusan

Pendidikan Kesetaraan Paket C. Tesis pada PPS UPI: tidak diterbitkan

Sumber dari Jurnal

Mustangin, A. (2012). “Peningkatan Keterampilan Siswa dalam Praktik Mengoperasikan Sistem Pengendali elektomagnetik dengan Penerapan Metode TW I yang dipadu dengan Metode Kolaboratif pada Siswa TITL II di SMK Negeri 2 Cilacap”. Dalam Jurnal Saintek [Online], Vol 8 (1), 10 halaman.

Tersedia: http://jurnal.ump.ac.id/index.php [17 September 2013]

Gambar

Gambar 3.1 (desain penelitian)
Tabel 3.1 Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Variabel X
Tabel 3.3  Hasil Uji Reliabilitas Variabel X
+6

Referensi

Dokumen terkait

Apakah perangkat pembelajaran fisika dengan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan proses sains dan kognitif peserta didik pada

Hasil penelitian menunjukkan penerapan model Problem Based Learning selama dua siklus dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas XII MIPA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PESERTA DIDIK DALAM MENGGAMBAR RAGAM HIAS PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA

Polewali Mandar sebelum penerapan model pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning ) 2) Hasil belajar peserta didik yang diajar dengan model

Pelaksanaan model Problem Based Learning terdiri dari aktivitas yang kompleks dan bervariasi menjadikan peserta didik lebih banyak melakukan aktivitas belajar serta

38 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PKN PESERTA DIDIK KELAS XII IPA

Penelitian Putri 2017 berjudul “Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Materi Usaha dan Energi Pada Peserta Didik Kelas X MIPA

Peningkatan Hasil Belajar Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning PBL dalam PTK ini mendapatkan hasil yang diharapkan, yaitu dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik