• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PESERTA DIDIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PESERTA DIDIK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PESERTA DIDIK

Nur Jannah

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya E-mail: nurjannahlatif1@gmail.com

ABSTRAK

Rendahnya hasil belajar PAI yang disebabkan kurang optimalnya model pembelajaran sehingga peserta didik sulit memahami materi pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model problem based learning kelas X Mia 2 di SMA negeri 8 Selayar, Sulawesi Selatan Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Mia 2 SMA Negeri 8 Selayar. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis data menunjukan bahwa penerapan pembelajaran berbasis literasi dan presentasi ini meningkatkan hasil belajar siswa dan menurunkan persentase siswa yang memperoleh skor nilai dibawah Ketuntasan Belajar Minimum (KBM) dari 20 % pada Prasiklus menjadi 50 % pada Siklus I dan 75 % pada Siklus II. Dari Siklus I ke Siklus II ada peningkatan hasil belajar sebesar 25%. Kenaikan Hasil belajar tersebut juga dapat meningkatkan nilai rata-rata kelas. Nilai rata-rata kelas meningkat dari siklus I sebesar 76,7 dan pada siklus II meningkat menjadi 88,9. Berpijak pada hasil analisis ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar PAI pada siswa kelas X Mia 2 SMA Negeri 8 Selayar.

Kata Kunci : Problem based learning, hasil belajar, Pendidikan Agama Islam

PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia mendapatkan perhatian yang sangat besar dari pemerintah. Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat yang ditandai dengan adanya perubahan dan pembaharuan pada system pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Perubahan kearah perbaikan adalah tuntutan alamiyah yang menjadi kebutuhan setiap insan dalam

(2)

kehidupan. Peran pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Undang – undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab I tentang ketentuan umum pasal I ayat (1) dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Berdasarkan undang-undang tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya sebagai upaya sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas.

Rendahnya kualitas pendidikan dapat dilihat dari pencapaian daya serap siswa terhadap materi pelajaran. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pembelajaran di kelas yang menjadi bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk membawa suatu kondisi pendidikan yang lebih baik.

Hal yang sangat urgen dalam pendidikan dewasa adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga proses pembelajaran tidak berpusat pada guru. Siswa dapat menerima apa yang disampaikan guru tetapi tidak benar – benar memahaminya. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan belajar mengajar yang masih kurang efektif yang dilaksanakan oleh guru. Guru kurang mengaitkan permasalahan di lingkungan sekitar dengan pembelajarn di sekolah.

Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran PAI, dapat dirangkum permasalahan yang terjadi di Kelas X SMA Negeri 8 Selayar adalah kondisi siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran PAI dengan materi menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan perbuatan zina. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sikap siswa yang tidak aktif bertanya.

Kurang motivasi siswa pada pembelajaran ini dapat ditunjukkan dengan sikap siswa yang masih banyak mengobrol dengan teman, mencoret – coret kertas dan asyik bermain sendiri dan hanya beberapa yang mau menjawa ketika diberikan pertanyaan soal dari guru. Metode ceramah masih dominan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa.

Proses pembelajaran sebagaimana kondisi tersebut, maka sehubungan dengan pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kritis

(3)

dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar.Siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah dan mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengankesempata yang diberikan kepada sisiwa untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya.Agar benar – benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu didorong untuk ekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinyadan berupaya keras mewujudkan ide – idenya.

Model Problem Based Learning adalah salah satu dari sekian banyak model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada model PBL, siswa diberikan permasalahan – permasalahan yang ada di sekitar mereka untuk didiskusikan sehingga pada model pembelajaran PBL dituntut lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan memecahkan permasalahan yang ada di sekitar mereka, menjadikan siswa lebih muda memahami materi pembelajaran menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan perbuatan zina dan hasil belajar dapat meningkat.

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara berbagai komponen yaitu guru, siswa, tujuan, bahan, alat, metode dan lain – lain.Masing – masng komponen saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Siswa adaah komponen yang paling utama dalam kegiatan belajar mengajar, karena yang harus mencapai tujuan penting dalam pembelajaran adalah siswa yang belajar. Maka pemahaman bagi siswa adalah penting bagi guru agar dapat menciptakan situasi yang tepat serta memberi pengaruh yang optimal bagi siswa untuk dapat belajar dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Hasil belajar pada diri seseorang sering tidak langsung tampak pada seseorang melakukan tindakan untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Pendidikan Agama Islam merupakan pelajaran yang ada di semua lembaga sekolah baik lembaga yang negeri maupun swasta yang memberikan pengetahuan kognitif dan afektif. Guru PAI tidak hanya dituntut untuk menyampaikan materi , tetapi memiliki tanggung jawab besar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain memiliki banyak kelebihan dalam belajar Pendidikan Agama Islam, tetap saja ada kendala pembelajaran PAI yang dihadapi seperti penguasaan kelas, menerapkan model pembelajaran yang tepat.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan penulis di SMA Negeri Selayar, masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru

(4)

ketika proses penjelasan. Siswa cenderung pasif ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa mengantuk dan bosan saat guru menjelaskan materi, serta hasil ulangan semester ganjil masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)yang diharapkan yaitu 75 keatas, 80% siswa hasil ulangannya masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan dari nilai rata – rata siswa dalam mata pelajaran PAI, peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk menanyakan kondisi mata pelajaran PAI dikelas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Selayar, maka peneliti mendapat informasi untuk melengkapi hasil observasi yang didapat di kelas. Menurut guru, dirinya sangat sulit untuk meguasai kelas yang yakni dalam menentukan model pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pada saat proses pembelajaran berlangsung guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah dan pemberian tugas yang bisa disebut dengan metode konvensional.

Adapun beberapa hasil penelitian yang telah berhasil dalam penelitiannya tentang penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan hasil belajar siswa yaitu menurut Sumarji (2009) bahwa Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X TKB pada mata pelajaran Ilmu Statika dan Tegangan di SMK Negeri 1 Singosari. Selain itu Sari (2012) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IVA pada mata pelajaran IPS di SDN 09 Curup Timur. Selanjutnya Wulandari(2014) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa model problem based learning terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV mata pelajaran PKN di SDN 1 Gondang Manis Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul “Penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan hasil belajar PAI pada siswa kelas x mia 2 SMA Negeri 8 Selayar”.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research. Dilaksanakan sebagai strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata, kemudian merefleksi terhadap hasil tindakan.

Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PAI dengan penerapan pembelajaran berbasis literasi dan presentasi.

(5)

Desain penelitian yang dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas dengan mengacu pada model Suharsimi Arikunto. Tahapan-tahapan kegiatan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah (1) Perencanaan tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Pengamatan tindakan, dan (4) Refleksi, dimana tahapan dilakukan dalam dua siklus (Siklus I dan II) (Arikunto, 2006), dan satu prasiklus untuk penentuan responden.

Tahap rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

Pelaksanaan kegiatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep peserta didik.

Pengamatan, mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran berbasis literasi dan prensentasi.

Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Hasil refleksi pada siklus sebelumnya (I) menjadi acuan dan dasar dalam pelaksanaan kegiatan siklus berikutnya (II). Langkah-langkah siklus sama dengan langkah siklus sebelumnya dengan perbaikan kegiatan sesuai dengan refleksi yang diperoleh.

Pengamatan digunakan untuk memperoleh data tentang proses belajar mengajar di kelas yakni kemampuan guru dalam penerapan model problem based learning dan presensi dalam pembelajaran.

Pengamatan ini juga digunakan untuk mengamati secara langsung tentang respon peserta didik terhadap materi yang disampaikan. Sedangkan test yang digunakan dalam penelitian ini adalah test yang berbentuk pilihan ganda.

HASIL PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil apabila peserta didik telah mencapai Kriteria Belajar Minimal (KBM) 75 dengan presentase ketuntasan sebanyak 70%.

(6)

Siklus I diperoleh hasil yang tidak memuaskan dimana 46,7% atau sebanyak 7 peserta didik tidak tuntas sebagaimana Kriteria Belajar Minimal (KBM) yang telah ditetapkan yaitu 75.

Perencanaan pembelajaran pada Siklus I menggunakan dasar hasil belajar peserta didik mata pelajaran PAI pada Prasiklus, yakni data nilai pada tahun ajaran 2022/2023. Dilakukan pengkajian ulang terhadap RPP Prasiklus dan skor hasil belajar PAI peserta didik. Hasil pengkajian berkonklusi bahwa pembelajaran dengan menggunakan model belajar konvensional (teacher centered) yang diterapkan pada prasiklus kurang cocok untuk mengkomunikasikan materi ajar yang menuntut pemahaman konsep secara konkret dan abstrak. Pembelajaran konvensional lebih banyak berperan untuk memahami konsep secara abstrak, padahal pemahaman konsep secara konkret merupakan base philosophy untuk memahami konsep secara abstrak. Hal inilah yang menyebabkan kebanyakan peserta didik mengalami miskonsepsi (misconception).

Berpijak atas analisis RPP dan skor hasil belajar PAI pada Prasiklus, dirancang skenario pembelajaran dalam bentuk RPP untuk diimplementasikan pada Siklus I. Pembelajaran dengan menggunakan model belajar konvensional (teacher centered) dimodifikasi dengan penggunaan model problem based learning. Pada tahap pelaksanaan tindakan, materi ajar dikomunikasikan dengan berpatokan pada RPP Siklus I dengan mengikuti sintaks atau tahapan- tahapan pembelajaran yang sudah digariskan pada RPP. Fokus pembelajaran adalah penerapan problem based learning.

Tahap observasi berfokus pada aktivitas responden dalam mengerjakan tugas dan mempresentasikannya. Responden yang memiliki kemampuan tinggi belum mampu berfungsi sebagai tutor sebaya bagi responden yang memiliki kemampuan lebih rendah. Saat mempresentasikan hasil kerja kelompok, kelompok penyaji cenderung masih gugup, tidak percaya diri, dan ragu dalam merespon pertanyaan. Tiga hal tersebut menjadi indikator awal dari prediksi bahwa masih banyak responden yang mengalami miskonsepsi pada Siklus I.

Tahap observasi menunjukan bahwa sebesar 80.00 % atau 12 orang responden memperoleh hasil belajar PAI yang berada di bawah KBM (75). Hasil evaluasi Prasiklus dan Siklus I menunjukan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar PAI pada responden. Namun demikian, untuk mencapai indikator yang diharapkan maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Pelaksanaan Siklus II dilakukan dengan mengomunikasikan materi ajar

“menjauhi pergaulan bebas dan perbuatan zina ” dengan berpatokan pada

(7)

RPP yang sudah disiapkan pada tahap perencanaan, dengan mengikuti sintaks atau tahap-tahapan pembelajaran yang sudah digariskan pada RPP. Fokus pembelajaran pada Siklus II adalah membangun pengetahuan dan keaktifan siswa melalui media dan sumber-sumber belajar berbasis student centered.

Pada Siklus II, pembelajaran tetap dirancang dengan model problem based learning seperti pada Siklus I. Penekanan pada Siklus II dilakukan pada aktivitas peserta didik saat mengerjakan tugas dalam kelompok yang dibimbing secara lebih efektif penggunaan literatur yang sudah dirujuk sebelumnya. Pengawasan dan perhatian dilakukan saat responden melakukan diskusi kelompok, sehingga responden mampu menemukan solusi terhadap permasalahan yang dibahas. Pengawasan dan perhatian tersebut dimaksudkan untuk mengurangi miskonsepsi responden, meningkatkan aktivitas responden dalam pembelajaran, meningkatkan hubungan sosial, dan meningkatkan pemahaman konsep secara holistik.

Selain dilakukan melalui instrument observasi, tahap observasi juga dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan difokuskan pada aktivitas responden saat berdiskusi kelompok menemukan solusi terhadap permasalahan, keterampilan dan kreativitas responden saat menuangkan hasil diskusinya pada saat mempresentasikan dan menjawab atau menanggapi pertanyaan- pertanyaan dari kelompok lain. Hasil pengamatan menunjukan peningkatan kontribusi responden dalam mengerjakan tugas kelompok, kepercayaan diri dalam melakukan presentasi, dan kesiapan dalam merespon sanggahan. Hal inilah yang menjadi indikator awal dari prediksi bahwa responden yang mengalami miskonsepsi pada Siklus II dapat ditekan.

Setelah dilakukan pembelajaran siklus II diperoleh hasil yang sangat memuaskan. Sebanyak 80% atau 12 peserta didik tuntas dan 20% atau 3 peserta didik tidak tuntas, ini menandakan bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus II telah berhasil dengan kategori baik.

Hal ini membuktikan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PAI pada peserta didik kelas X Mia 2 SMA Negeri 8 Selayar. Peningkatan hasil belajar dan keaktifan peserta didik dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan peserta didik secara aktif dengan memberikan permasalahan atau tugas sehingga peserta didik memecahkan masalah tersebut melalui kegiatan investigasi dengan mengumpulkan data yang sesuai dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan berbasis literasi tidak hanya meningkatkan nilai belajar dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, namun juga memberikan metode pembelajaran yang praktis.

(8)

Peningkatkan hasil belajar mata pelajaran PAI pada peserta didik kelas X Mia 2 SMA Negeri 8 Selayar setelah dilakukan penelitian juga harus di ikuti oleh meningkatnya nilai rata-rata peserta didik. Pada penelitian ini indikator nilai rata-rata peserta didik yang ingin dicapai yaitu 75.

Pada siklus II diperoleh hasil rata-rata peserta didik kelas X Mia 2 naik dari siklus I 53,3% menjadi 80%. Rata-rata pada siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata peserta didik kelas X Mia 2 pada siklus II telah mencapai Indikator.

Peningkatan hasil belajar siswa tidak lepas dari peran aktif guru dan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran yang dipusatkan pada siswa dengan menuntut keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sangat berdampak pada hasil yang diperoleh. Rangkaian kegiatan pada proses pembelajaran telah mampu meningkatkan ketrampilan kerjasama dan berbahasa, rasa percaya diri, disiplin dan tanggung jawab siswa. Seperti yang dipaparkan oleh Insyasiska, Zubaidah, & Susilo (2015).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 8 Selayar Tahun Pelajaran 2022/2023 ,maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI khususnya materi menjauhi pergaulan bebas dan perbuatan zina pada peserta didik kelas X Mia 2 SMA Negeri 8 Selayar Tahun Pelajaran 2022/2023. Hal ini bisa dilihat dari hasil peningkatan nilai dibawah ini.

Pada siklus I peserta didik yang nilainya diatas KBM sebanyak 8 peserta didik atau 53,3% dan nilai yang dibawah KBM sebanyak 7 peserta didik atau 46,7%. Pada siklus II peserta didik yang nilainya diatas KBM sebanyak 12 peserta didik atau 80% dan nilai yang dibawah KBM sebanyak 3 peserta didik atau 20%. Kenaikan Hasil belajar tersebut juga dapat meningkatkan nilai rata-rata kelas. Nilai rata-rata kelas meningkat dari siklus I sebesar 63,3 dan pada siklus II menjadi 75,3.

DAFTAR PUSTAKA Alquran dan Terjemahnya.

Abdullah Idi. 2014.Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek.Jakarta : Rajawali Pers

Abdul Majid Dan Dian Andayani.2006.Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya

(9)

Abu ahmadi dan Widodo Supriyoono. 2004. Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Abuddin Nata. 2008. Manajemen pendidikan. 2008: kencana

Abuddin Nata. 2011. Perspektif islam tentang Strategi Pembelajaran.Jakarta:

Kencana

Afrida Sari, Perbedaan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas Yang Menerapkan Dan Tidak Menerapkan Model Problem Based Learning Pada SD N 09 Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong.Skripsi. 2012. STAIN Bengkulu

Agus Mujiono, E. (2018). Pengaruh model Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran instalasi motor listrik di SMK 7 Surabaya. 359 - 365

Agustin Husnul Khotimah, D.K. (2019).Pengaruh model Problem Based Learning terhadap hasil beajar PKN siswa. Jurnal Kajian eknologi. 158-165 Anas Sudijono. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Rajawali Pers

Asnawan, “Pendidikan Islam Dan Teknologi Komunikasi”, Jurnal Falasifa.

Vol. 1 No. 2 September 2010kota Jembe

Baharuddin Dan Esa Nur Wahyunu. 2008. “Teori Belajar Dan Pembelajaran”

Jogjakarta : Ar-ruzz media

Baiq Henny Helyandari, H.S (2020). Pengaruh model Problem Based Learning terhadap hasil belajar fisika peserta didik MA. Darul Hikmah Darek tahun pelajaran 2019/2020. Jurnal fisika dan pendidikan fisika. 10-17

Basuki dan Miftahul Ulum.2007. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo:

STAIN Po Press

Eka Sastrawati dkk.“Problem Based Learning, Strategi Metakognisi, Dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa”.Jambi ; Jurnal TeknoPedagogi Vol. 1 No. 2 September 2011

Kasmadi dan Nia Siti Sunariah. 2014. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.

Bandung : Alfabeta

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: Rajawali Pers

Muhammad Muntahibun Nafis. Ilmu Pendidikan Islam.Yogyakarta: Sukses Offset

M.Quraish shihab2002. Tafsir AL-Mishbah.Jakarta: Lentara Hati

Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih.2012. Kurikulum Dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Refika Aditama

(10)

Nana Sudjana. 2006. “Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar”. Bandung : Remaja Rosdakarya

Richard I. Arends. 2007. Learning To Teach/Belajar Untuk Mengajar.Yogyakarta: Pustaka Belajar

Rusman. 2012.Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Salim Bahreisy dan Said Bahraisy. 1990.Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid VI. Surabaya: Bima Ilmu

Samsul Nizar. 2002.Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Ciputat Pers

Siti Asrifah, A. A. (2020). Pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap hasil belajar pendidikan pancasila dan kewarganegaraan siswa kelas V SDN Pondok Pinang 05. Jurnal Buana Pendidikan, 183-193

Suharsimi Arikunto dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Sumarji, “Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Ilmu StatikaDan Tegangan Di Smk”.Tesis S1. 2009. Universitas Malang

Tia Alfianiawati,D. N. (2019). Pengaruh penggunaan model problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V SD. E-jurnal Inovasi Pembelajaran SD. 1-10

Yuli Wulandari,“Penerapan Model Pembelajaran Problem Based LearningUntuk Peningkatan Hasil Belajar PKn siswa kelas IV SDN 1 Gondangmanis Kecamatan Bae Kabupaten Kudus”.Skripsi. 2014.S1 Fakultas Keguruan dan Pendidikan Universitas Muria Kudus

Yunahar Ilyas. 2006. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI)

Zen Amiruddin.2010. Statistik Pendidikan.Yogyakarta: Teras Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH METODE PROCESS GOAL SETTING TERHADAP MOTIVASI OLAHRAGA DAN PENGUASAAN KETERAMPILAN DASAR DROPSHOT CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS PADA ATLET PEMULA PB. 27) menyatakan

Penelitian ini menggunakan uji regresi linier sederhana dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara new media terhadap motivasi berdonasi melalui Rumah

4. Anggaran Belanja Negara, Penetapan formasi PNS bagi suatu organisasi pada akhirnya sangat ditentukan oleh tersedianya anggaran. Oleh karena itu

Kedua, Bank Indonesia sudah mengeluarkan PBI (Peraturan bank Indonesia), tahun 2010 tentang Good Corporate Governance Bank Umum Syariah dan UUS. Salah isinya adalah

Dalam ilmu ekonomi konsep turunan pertama dari suatu fungsi dapat digunakan untuk mendapatkan ongkos marjinal, pendapatan marjinal, elastisitas, hasrat menabung marjinal,

Pada penelitian ini, digunakan flame spraying dari variasi bond coat (Ni-Cr-Al-Y), (Ni/CrO 3 /Cr X C Y ) dan tanpa bond coat serta melapisi kembali lapisan bond coat

Hambatan samping yang terjadi pada koridor Jl.Dr.Setiabudhi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kemacetan lalu lintas, dan hambatan samping yang terjadi

akulturasi adalah proses yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa