• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PSYCHOMOTORIC THERAPY TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR SISWA TUNARUNGU DI SLB NEGERI CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PSYCHOMOTORIC THERAPY TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR SISWA TUNARUNGU DI SLB NEGERI CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PSYCHOMOTORIC THERAPY TERHADAP

KETERAMPILAN GERAK DASAR SISWA TUNARUNGU

DI SLB NEGERI CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Olahraga

oleh

RANGGA GUNAWAN

053995

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN PSYCHOMOTORIC THERAPY TERHADAP

KETERAMPILAN GERAK DASAR SISWA TUNARUNGU

DI SLB NEGERI CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG

RANGGA GUNAWAN 053995

disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing I,

Dr. Yudy Hendrayana, M. Kes 196207181988031004

Pembimbing II,

dr. Lucky Angkawidjaya R 197103282000121001

diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia,

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... v

1. Pengertian Penjas Adaptif ... 9

2. Program Pembelajaran Penjas Adaptif ... 9

3. Tujuan Penjas Adaptif ... 10

(4)

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ... 11

2. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus ... 14

C. Karakteristik dan Masalah-Masalah Psikologis Anak Tunarungu . 18 1. Pengertian Anak Tunarungu ... 18

2. Klasifikasi Anak Tunarungu ... 18

3. Penyebab Ketunarunguan ... 20

4. Karakteristik Masalah Psikologis Anak Tunarungu ... 20

D. Interaksi ... 22

1. Keterampilan Interaksi Siswa Tunarungu ... 24

E. Keterampilan Gerak Dasar ... 25

F. Psychmotoric Theraphy ... 28

G. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III Metodologi Penelitian ... 35

A. Metode Penelitian dan Teknik Penelitian ... 35

1. Metode Penelitian ... 35

2. Teknik Penumpulan Data ... 37

3. Pengolahan Data ... 38

4. Instrumen Penelitian ... 43

B. Populasi dan Sampel ... 43

1. Populasi ... 43

2. Sampel ... 44

C. Variabel Penelitian ... 45

D. Pelaksanaan Pembelajaran ... 45

1. Persiapan Pembelajaran ... 45

2. Perumusan tujuan ... 46

3. Pemilihan dan Pengurutan Bahan Pembelajaran ... 47

4. Penentuan Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu ... 48

5. Penentuan Media Pembelajaran ... 50

6. Penetapan Alat Evaluasi ... 51

(5)

E. Metode dan Teknik Penelitian ... 53

1. Metode Penelitian ... 53

2. Teknik Penelitian ... 53

3. Teknik Pengolahan Data ... 54

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 57

A. Deskripsi Data ... 57

1. Nilai Tes Awal (pretest) ... 58

2. Nilai Tes Akhir (postest) ... 60

B. Analisis Statistik Hasil Data ... 61

1. Uji Normalitas ... 62

a. Uji Normalitas Data Tes Awal (Pretest) ... 62

b. Uji Normalitas Data Tes Akhir (Postest) ... 65

2. Uji Hipotesis ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Simpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pengumpulan Data ... 38

Tabel 3.2 Format Penilaian Keterampilan Gerak dasar Siswa ... 39

Tabel 3.4 Sampel Siswa Tunarungu SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung ... 44

Tabel 4.1 Data nilai Hasil Tes Awal (pretest) dan Tes Akhir (posttest) Siswa Tunarungu SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung ... 57

Tabel 4.2 Kategori Nilai ... 58

Tabel 4.3 Data Tes Awal (prestest) ... 58

Tabel 4.4 Data Rekapitulasi Kategori Nilai Tes Awal (pretest) ... 59

Tabel 4.5 Data Tes Akhir (postest) ... 60

Tabel 4.6 Data Rekapitulasi Kategori Nilai Tes Akhir (postest) ... 60

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Awal (pretest) ... 63

Tabel 4.8 Daftar Frekuensi Uji Normalitas Chi Kuadrat Tes Awal (pretest) ... 64

(7)

(postest) ... 67 Tabel 4.11 Distribusi Perbedaan Rata-rata Data Tes Awal (pretest)

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu anak yang bermasalah dalam sensomotorik dan anak yang bermasalah dalam belajar dan tingkah laku. Ada tiga jenis kelainan yang termasuk ke dalam masalah sensomotorik yaitu tunarungu (kelainan mendengar dan bersuara), tunadaksa (kelainan fisik), tunarungu (kelainan pendengaran) sedangkan kelompok tunagrahita (keterbelakangan mental) merupakan anak yang bermasalah dalam belajar dan tingkah laku.

(9)

pendengarannya pasti terganggu bicara dan bahasanya. Jadi, istilah tuli mengandung arti yang sempit, sedangkan istilah tunarungu mencangkup mereka yang terganggu pendengarannya baik tergolong tuli ataupun pendengaran. Siswa tunarungu memiliki kelainan fisik maka siswa tunarungu memiliki berbagai kendala dalam proses gerak. Untuk merangsang gerak dasar siswa tunarungu memerlukan bimbingan khusus atau memerlukan pemberian suatu therapy untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Siswa tunarungu merupakan siswa yang secara fisik, psikologi, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan atau kebutuhannya dan potensinya secara maksimal. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan menerapkan suatu therapy yaitu psychomotoric therapy pada siswa tunarungu karena siswa tunarungu memerlukan bimbingan secara khusus. Gerak dasar siswa berkebutuhan khusus tidak akan terlatih dengan baik tanpa bimbingan guru. Selain bimbingan guru, gerak dasar siswa dipengaruhi oleh media atau alat yang digunakan untuk merangsang gerak siswa agar menghasilkan suatu keterampilan gerak dasar. Pendidikan jasmani di samping dapat membentuk karakter, pendidikan jasmani dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini sesuai dengan Rusli Lutan (7:1991) yang menyatakan bahwa:

“Melalui pendidikan jasmani yang teratur, terencana, terarah, dan terbimbing diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan yang meliputi pembentukan dan pembinaan bagi pertumbuhan dan perkembangan aspek jasmani, intelektual, emosional, sosial, dan moral spiritual.”

(10)

berdasarkan kenyataan yang ada, penulis ingin mengadakan penelitian dengan menerapkan suatu therapy pada anak berkebutuhan khusus. Therapy yang diterapkan yaitu dengan menerapkan psychomotoric therapy pada anak berkebutuhan khsusus pada siswa tunarungu terhadap keterampilan gerak dasar siswa Sekolah Luar Biasa.

Peneliti tertarik untuk menerapkan psychomotoric therapy sebagai salah satu solusi untuk merangsang gerak dasar siswa agar siswa berkebutuhan khusus, khususnya pada siswa tunarungu sehingga mencapai keterampilan gerak dasar. Psikomotor dikembangkan oleh Al Pesso dan Diane Boyden Pesso yang dinamakan Pesso Boyden Sistem Psikomotor (PBSP). Psychomotoric menggunakan informasi dalam tubuh untuk melacak penyakit bawaan sejak lahir ataupun kecelakaan. Psychomotoric therapy adalah therapy gerakan yang berorientasi pada tubuh yang berorientasi pada gerakan psychotherapy.

Psychomotoric therapy (PMT) merupakan sebuah metode terapi yang digunakan

oleh para ahli psikiatri di Negeri Belanda sekitar tahun 1960-an untuk memperbaiki kelainan psikologis sebagai pengembangan dari terapi. Perlakuan yang diberikan tidak hanya gerakan, tetapi dapat juga berupa permainan atau olahraga sebagai alat untuk dapat merasakan anggota tubuhnya kembali. Hal ini sesuai dengan ungkapan Yudy Hendrayana mengungkapkan bahwa:

PMT (Psychomotoric therapy) merupakan hal paling menarik.

Pshychomotor Therapy, dipopulerkan dengan sebutan PMT yang

(11)

Pada umumnya, psychomotoric therapy tidak hanya dapat diterapkan pada siswa berkebutuhan khusus, tetapi dapat juga diterapkan pada semua lapisan masyarakat yang membutuhkan psychomotoric therapy. Siswa tunarungu tidak memiliki penyakit dan kelainan fisik, hanya saja mereka mempunyai kekurangan dalam aspek mendengar dan berbicara. Oleh karena itu, psychomotoric therapy diterapkan pada siswa tunarungu sebagai upaya perawatan, khususnya dalam perawatan keterampilan gerak dasar. Penerapan psychomotoric therapy pada siswa tunarungu merupakan salah satu metode yang baik untuk mengidentifikasi dalam upaya perawatan yang berorientasi pada gerak seluruh tubuh. Perawatan ini dilakukan untuk mempengaruhi keterampilan gerak dasar siswa tunarungu. Melalui psychomotoric therapy akan merangsang keterampilan gerak dasar siswa untuk melakukan gerak dasar secara maksimal. Psychomotoric therapy akan merangsang gerakan lokomotor yang menyebabkan terjadinya perpindahan tempat seperti berjalan, melompat, melangkah, skipping, dan sliding.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Psychomotoric Therapy Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Siswa Tunarungu di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil latar belakang, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut.

(12)

C. Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal berikut.

1) Penelitian fokus pada penerapan psychomotoric therapy bagi siswa tunarungu.

2) Penelitian fokus pada keterampilan gerak dasar siswa tunarungu.

3) Populasi penelitian ini yaitu siswa tunarungu SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.

4) Sampel penelitian yaitu sebanyak 7 siswa tunarungu SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut.

1) Seberapa besar tingkat keterampilan gerak dasar siswa tunarungu sebelum diberikan tindakan psychomotoric therapy?

2) Seberapa besar tingkat keterampilan gerak dasar siswa tunarungu sesudah diberikan tindakan psychomotoric therapy?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut.

(13)

2) Untuk mengetahui berapa besar tingkat keterampilan gerak dasar siswa tunarungu sesudah diberikan tindakan psychomotoric therapy.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan peneliti. Adapun manfaat yang diharapkan sebagai berikut.

a. Manfaat teoritis

Dalam dunia pengajaran dapat memberikan sebuah alternatif therapy untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran penjas adaptif terhadap interaksi siswa berkebutuhan khusus.

b. Manfaat praktis.

1) Bagi peneliti, sebagai calon guru penjas diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam pengajaran penjas adaptif. Ini diharapkan sebagai langkah awal untuk lebih memahami permasalahan-permasalahan yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus.

2) Bagi guru, khususnya guru penjas SLB Negeri Cileunyi therapy ini diharapkan dapat memberikan masukan atau alternatif dalam pembelajaran penjas adaptif terhadap siswa berkebutuhan khusus.

(14)

G. Definisi Operasional

1) Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara fisik, psikologi, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan atau kebutuhannya dan potensinya secara maksimal. Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang mempunyai kebutuhan baik permanen maupun temporer (sementara), yaitu memperoleh pelayanan pendidikan yang disesuaikan yang disebabkan oleh kondisi sosial-emosi, dan/atau kondisi ekonomi, dan/atau kondisi politik, dan/atau keturunan bawaan maupun yang didapat kemudian. Istilah berkebutuhan khusus ditunjukan kepada individu penyandang cacat yang terdiri dari kelainan intelektual (tunagrahita), kelainan tingkah laku (tuna laras), ketidakmampuan menyerap pelajaran (daya serap), kelainan penglihatan (tunanetra), ketulian dan kebutaan (tunarungu), kelumpuhan otak (cerebral palsyl CP), cedera otak traumatis (traumatic brain injury).

2) Interaksi siswa yaitu timbal balik antar siswa dalam kelompok maupun antar individu dalam suatu hubungan sosial.

3) Psychomotoric therapy merupakan salah satu metode untuk memulihkan

kesehatan, mengidentifikasi, penamaan, mengungkapkan, dan perawatan.

Therapy ini digunakan untuk perawatan yang melibatkan gerak tubuh pada

anak berkebutuhan khusus khususnya akan diberikan pada anak tunarungu. (www.healing-anxiety.com).

(15)
(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Teknik Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode eksperimen karena penelitian yang memiliki derajat kepastian yang dianggap paling tinggi (tidak mutlak) adalah penelitian eksperimen. (Sudjana & Ibrahim, 2001: 18). Eksperimen melihat ke depan dan bersifat prediktif kondisi diatur sedemikian rupa oleh peneliti, perlakuan terhadap objek dilakukan, akibat suatu perlakuan diukur secara cermat, faktor luar yang mungkin berpengaruh dikendalikan, dengan harapan derajat kepastian jawaban tinggi. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu, mengunakan "pretest dan

postest one group design".

Metodologi penelitian meliputi prosedur dan cara melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah penelitian termasuk untuk menguji hipotesis. Berkenaan dengan hal tersebut Nana Sujana (2001 : 16) mengemukakan bahwa “ Metodologi penelitian ini akan memberikan petunjuk terhadap pelaksanaan penelitian atau petunjuk bagaimana penelitian itu dilaksanakan”. Sugiyono (2006 ; 6), menyatakan bahwa :

(17)

Metode penelitian merupakan suatu usaha yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dan menyusun data serta untuk memecahkan suatu permasalahan dalam suatu penelitian, sebagaimana yang diungkapkan oleh Arikunto (1998: 15) “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Metode eskperimen yang dimaksud dalam penelitian ini termasuk ke dalam eksperimen semu, karena sampel yang digunakan merupakan satu sampel yang diberikan treatment tertentu dan tidak ada sampel pembanding. Atau dengan kata lain metode eksperimennya disebut one

group design, eksperimen dengan bentuk one group pretest dan posttest. Dalam

penelitian ini, metode eksperimen digunakan untuk mengetahui keterampilan gerak dasar siswa tunarungu. Sukardi (2003:184), menyatakan bahwa:

“Quasi eksperimen (eksperimen semu) adalah penelitian yang digunakan dengan tidak menggunakan kelas pembanding”.

Adapun yang menjadi alasan menggunakan desain ini agar konsentrasi peneliti di dalam pelaksanaanya tidak terpecah, dan penelitian ini dapat dilakukan secara efektif untuk mencapai hasil yang maksimal. Selanjutnya sugiyono (2006:60) menyatakan bentuk pre-eksperimental ada beberapa macam yaitu :

one-shot cash study, One Group Pretest Posttest Design, dan Intack Group

Comparison. Pada penelitian ini, design yang digunakan adalah One Group

Pretest Postes Design, yakni penelitian yang dilakukan pada satu kelompok saja

(18)

Pretest Perlakuan Post test

O1 X O2

Model Eksperimen One Group Pre-test-Post-test Keterangan :

01 : Tes Awal

X : Eksperimen ( Penerapan Model ) 02 : Tes Akhir

2. Teknik Penumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan eksperimen semu atau Quasi

eksperimental dikarenakan kontrol terhadap variabel extra dilakukan secara

(19)

Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan prates dan postes

Tabel 3.1

Pengumpulan Data

Kelompok Prates Perlakuan Pasca tes

Ke O1 X O2

Keterangan :

Ke = kelompok eksperimen

O1 = hasil prates

O2 = hasil pasca tes

X = perlakuan eksperim.en

3. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(20)

Tabel 3.2

Format Penilaian Keterampilan Gerak dasar Siswa

(Diambil dari Agus Mahendra dalam Teori Belajar Mengajar Motorik)

No Aspek

Nilai

Skor

1 2 3 4

1. Daya tahan 2. Kelentukan 3. Kekuatan 4. Koordinasi 5. Kelincahan

Skor maksimal 100

Bentuk tes untuk menerapkan psychomotoric therapy pada penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan tes. Adapun bentuk-bentuk tes yang dilakukan peneliti antara lain.

Keterangan penilaian :

1) Daya Tahan

(21)

4 = Daya tahan otot tubuh dapat bertahan lama sesuai jarak lari yang ditentukan.

3 = Daya tahan otot tubuh dapat bertahan lama namun tidak sesuai dengan jarak lari yang ditentukan.

2 = Daya tahan otot tubuh bertahan lama namun gerakan yang dilakukan pada saat berlari tidak sesuai.

1 = Daya tahan tubuh tidak tahan lama ketika melakukan lari 1200 meter.

2) Kelentukan

Kelentukan merupakan suatu unsur yang melatih sendi-sendi otot. Paulus dan Dikdik Zafar (2007:19) mengemukakan bahwa “kelentukan ditujukan agar siswa dapat melakukan gerakan yang lebih maksimal pada saat melakukan gerakan yang lebih sulit”. Peneliti melakukan tes dengan cara tes stand

flexibilitas.

4 = Siswa dapat melunjurkan badannya ke depan dengan kedua lengan melebihi jari kakinya sejauh 0-5 cm selama 10 detik.

3 = Kualitas kemampuan siswa dalam melakukan gerakan seat and reach yang efisien namun gerakan yang dihasilkan tidak maksimal.

2 = Kualitas kemampuan siswa saat melakukan seat and reach maksimal, namun gerakan tidak efisien dan sesuai.

(22)

3) Kekuatan

Kekuatan merupakan suatu unsur melatih kekuatan otot secara maksimal. Ted A Baumgartner dan Andrew (2001:211) mengemukakan bahwa “kekuatan merupakan suatu peningkatan penambahan otot menjadi kekuatan otot yang maksimal”. Peneliti melakukan tes berupa Niosh Torso Lift dengan menggunakan alat Leg Dinamo Meter. Bentuk tes ini diberikan untuk melatih otot lengan bagian atas.

4 = Siswa mampu melakukan gerakan Niosh Torso Lift sebanyak 1 kali. 3 = Siswa mampu menjaga kekuatan otot saat melakukan Niosh Torso Lift

namun siswa tidak bisa menjaga kekuatan otot lengan sampai selesai. 2 = Siswa mampu menjaga kekuatan otot lengan namun gerakan yang

dilakukan tidak sesuai.

1 = Siswa tidak mampu menahan kekuatan otot lengan atas badannya saat melakukan Niosh Torso Lift.

4) Koordinasi

Bentuk tes untuk melatih koordinasi yaitu siswa akan diperintahkan untuk melakukan lempar bola ke arah dinding target sasaran yang telah ditentukan dengan diberi jarak 3 meter dengan waktu selama 1 menit kepada masing-masing siswa. Agus Mahendra (2007:120-128) mengemukakan mengenai koordinasi gerakan ini melatih siswa dalam koordinasi mata dan tangan.

(23)

2 = Koordinasi mata dan tangan terhadap bola tepat dan terukur namun koordinasi tangan tidak terukur.

1 = Tidak ada koordinasi antara mata dan tangan terhadap bola.

5) Kelincahan

Kelincahan suatu unsur gerak yang meliputi kerja otot secara maksimal sehingga diperoleh kelincahan yang baik dan sempurna. Ted A Baumgartner dan Andrew S Jackson (2001:226) mengemukakan bahwa “kelincahan merupakan suatu komponen gerakan yang melatih kecepatan”. Peneliti memberikan tes dengan cara lari shuttle run.

4 = Melakukan gerak perubahan arah secara cepat dan tepat sesuai dengan waktu yang ditentukan.

3 = Melakukan gerak perubahan arah secara cepat namun tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan.

2 = Melakukan gerak perubahan arah secara cepat namun gerak yang dilakukan tidak sesuai atau tidak terarah.

1 = Melakukan gerak perubahan arah namun tidak cepat, gerakan yang dilakukan tidak maksimal.

Mencari mean pretest dan postest dengan menggunakan rumus :

Untuk pra tes M1 =

Untuk pasca tes M2 =

c) Mencari deviasi dengan rumus

(24)

d) Mencari Jumlah kuadrat deviasi dengan menggunakan rumus :

d = - 2

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah satuan pelajaran dan tes keterampilan gerak dasar siswa. Satuan pelajaran digunakan sebagai pedoman dalam melakukan rangkaian pengajaran untuk kepentingan penelitian agar penelitian berjalan lancar. Sedangkan tes digunakan untuk menunjang data penelitian.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes gerak dasar siswa. Tes dilakukan sebanyak dua kali. Tes awal digunakan untuk mengukur kemampuan gerak dasar siswa. Tes akhir digunakan untuk mengukur kemampuan siswa tunarungu setelah diberikan perlakuan yaitu dengan memberikan psychomotoric therapy.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini penulis memilih populasi yang ada pada tempat penulis melaksanakan penelitian sebagai data dan informasi. Bahwa menurut Sudjana, (2001:84) populasi maknanya berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya inforrnasi dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen

(25)

tunarungu SMA LB kelas 9 SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung yang berjumlah 9 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah menentukan jenis dan jumlah sumber data dari semua sumber data yang seharusnya diteliti (Sudjana, 2001 : 84). Pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh (total sampling). Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang (Sugiono, 2008:124). Dalam setiap Elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel (Sudjana, 2001:86).

Populasi jumlah keseluruhan siswa tunarungu berjumlah 9 orang. Dari jumlah populasi ini layak untuk dijadikan sampel penelitian, namun dikarenakan 2 orang diantaranya dalam keadaan sakit, maka yang dijadikan sampel hanya 7 orang dari jumlah keseluruhan 9 orang siswa tunarungu.

Tabel 3.4

Sampel Siswa Tunarungu SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung

(26)

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh pengeksperimen dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi. Sedangkan menurut Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.

Dalam penelitian ini dapat ditentukan variabelnya sebagai berikut:

1. Variabel bebas atau Independen Variable (X) dalam penelitian ini yaitu penerapan psychomotoric therapy.

2. Variabel terikat atau Dependen Variabel (Y) dalam penelitian ini yaitu keterampilan gerak dasar siswa tunarungu.

Variabel X terkait dengan materi psychomotoric therapy untuk mengukur gerak dasar siswa berkebutuhan khusus. Variabel Y adalah keterampilan gerak dasar siswa tunarungu.

D. Pelaksanaan Pembelajaran

1. Persiapan Pembelajaran

(27)

Sebelum melaksanakan pembelajaran, penulis membuat perencanaan/persiapan yang sistematis dan terencana. Perencanaan pengajaran dalam proses penyusunan berbagai keputusan pengajaran yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan pengajaran, hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa persiapan atau perencanaan mutlak diperlukan oleh guru sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Begitu pula halnya yang dilakukan dalam mempersiapkan atau merencanakan pembelajaran gerak dasar siswa dengan menerapkan psychomotoric therapy.

Realisasi langkah awal (persiapan) pembelajaran tersebut, dalam penelitian ini penulis melakukan persiapan pembelajaran yang mencakup enam kegiatan, yaitu:

1) perumusan tujuan;

2) pemilihan dan penvusunan bahan;

3) penentuan kegiatan pembelajaran dan alokasi waktu; 4) penentuan teknik yang digunakan;

5) penetapan alat evaluasi; dan 6) penyusunan satuan pelajaran.

2. Perumusan Tujuan

(28)

(TPK).

Tujuan pembelajaran psychomotoric therapy yaitu “Siswa mampu melakukan gerak dasar secara terampil”.

Dari tujuan umum tersebut dijabarkan kembali menjadi tujuan khusus yang harus dirumuskan oleh guru. Oleh sebab itu, sebelum merumuskan tujuan khusus, guru harus mengetahui syarat-syarat yang harus dimiliki oleh setiap pembelajaran khusus.

Seperti yang diungkapkan oleh Sujana (1998 : 64) tentang beberapa syarat yang harus dimiiiki oleh TPK :

a) rumusan tujuan harus berpusat pada perubahan tingkah laku sasaran didik siswa; b) rumusan tujuan pembelajaran khusus harus berisikan tingkah laku operasi; c) rumusan tujuan berisikan makna dari pokok bahasan yang akan diajarkan saat itu.

Tujuan khusus dalam penerapan psychomotoric therapy diantaranya: 1) siswa dapat melatih gerak dasar tubuh;

2) siswa dapat melakukan gerak dengan cepat; 3) siswa dapat melatih koordinasi mata dan tangan ; dan 4) siswa dapat melatih konsentrasi dan kekuatan pada tubuh.

3. Pemilihan dan Pengurutan bahan Pembelajaran

(29)

(Hidayat, 1990 : 42). Adapun kriteria pemilihan materi itu adalah sebagai berikut. 1) Bahan yang diberikan haruslah cukup berani atau bermanfaat,

2) Bahan hendaknya menarik,

3) Bahan hendaknya berada dalam batas-batas kemampuan anak untuk mempelajarinya.

Adapun rincian pembelajaran yang akan diberikan peneliti kepada siswa yaitu sebagai berikut:

1) Menentukan lempar tangkap bola sebagai therapy untuk merangsang gerak dasar siswa.

2) Menjelaskan cara atau jalannya therapy.

3) Membimbing siswa untuk melakukan gerak melalui therapy yang diberikan.

4. Penentuan Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu

Dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa dan guru merupakan dua faktor penting. Siswa belajar sesuai dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai scsuai dengan tujuan pembelajaran khusus; sedangkan guru harus melaksanakan kegiatan

belajar-mengajar agar siswa belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar proses kegiatan belajar mengajar berhasil dengan baik, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) merumuskan suatu kemungkinan kegiatan belajar-mengajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan;

2) menentukan kegiatan yang tidak perlu ditempuh lagi; dan

(30)

Berdasarkan hal tersebut di atas, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan adalah:

1. Kegiatan Pembuka

Dalam kegiatan ini penulis memberikan apersepsi, menginformasikan tujuan pembelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengan therapy yang akan diberikan serta mengadakan prates.

2. Kegiatan lnti

Kegiatan ini berisikan tentang penjelasan dan keterangan segala sesuatu tentang pemberian therapy yang diajarkan.

3. Kegiatan Penutup

Penutup diisi dengan menyimpulkan materi pelajaran sekaligus dilaksanakan pasca tes. Setelah menentukan kegiatan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menentukan alokasi waktu pembelajaran juga sangat penting dilakukan agar dapat mengefektifkan dan mengefesienkan waktu. Waktu yang diambil dalam penelitian ini 21 kali pertemuan yang untuk masing-masing pertemuan terdiri atas 2 X 40 menit.

a. Pertemuan pertama 1. Perkenalan

2. Pembukaan dan pretest

3. Memberikan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan materi pelajaran

4. Penutup.

(31)

1. Apersepsi

2. Kegiatan belajar mengajar 3. penutup

c. Pertemuan setelah pemberian treatment 1) Pembukaan

2) Apersepsi 3) Postest

4) Penutup

5. Penentuan Media Pembelajaran

Media pembelajaran memegang perananan penting sebagai alat bantu dalam pengajaran untuk mewujudkan suatu situasi pembelajaran yang efektif. Penentuan media pembelajaran disesuaikan dengan apa yang akan diajarkan. Oleh karena itu, penulis menggunakan beberapa media pembelajaran, diantaranya:

a) bola tenis untuk melakukan lempar tangkap bola sebagai aplikasi therapy yang akan diberikan dan mempermudah dalam penyampaian therapy;

b) hand Dynamo Meter untuk mengukur kekuatan tangan;

c) penggaris atau alat ukur untuk mengukur jauh dekat siswa dalam melakukan tes stand

flexsibilitas;

d) stopwacth untuk mengukur waktu pada saat siswa melakukan lari;

(32)

6. Penetapan Alat Evaluasi

Tahap akhir dari proses kegiatan belajar adalah evaluasi. Evaluasi dalam proses belajar-mengajar mempunyai peranan yang sangat penting, sebab dengan adanya evaluasi akan diketahui tingkat keberhasilan yang akan diperoleh, khususnya tentang kemampuan mengikuti kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Selain itu, evaluasi juga dapat bermanfaat untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pada tahap evaluasi, guru bertugas untuk menyusun dan menentukan alat evaluasi yang benar-benar sesuai dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Dalam menyusun alat evaluasi ini guru harus (1) menentukan jenis evaluasi, dan (2) merumuskan atau menyusun pertanyaan untuk nilai masing-masing tujuan. Dalam penelitian ini, penulis menerapkan

psychomotoric therapy untuk mengukur keterampilan gerak dasar siswa tunarungu yang

digunakan pada saat pretest dan postest.

7. Pelaksanaan Pembelajaran

a. Kegiatan Pretest

Ketika memulai therapy, pertama tama yang penulis lakukan adalah mengucapkan salam dan memperkenalkan diri, serta mengungkapkan maksud dan tujuan memberikan therapy. Sebelum melaksanakan pembelajaran penulis mengadakan apersepsi. Setelah itu, penulis mengadakan

pretest dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum diberi

(33)

b. Kegiatan Inti (pemberian therapy)

Sebelum melaksanakan therapy, penulis menginformasikan hal-hal yang harus dilakukan siswa selama proses therapy berlangsung. Kemudian penulis berusaha untuk menarik perhatian siswa terhadap therapy yang akan diajarkan, serta membangkitkan kembali ingatan siswa terhadap

therapy-therapy yang telah diberikan.

Langkah selanjutnya penulis memberikan atau menyajikan tindakan psychomotoric therapy yang diterapkan pada pembelajaran penjas yang berorientasi pada gerak dasar siswa. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang/random sampai siswa terampil dalam melakukan gerak dasar secara maksimal. Maka peneliti akan melakukan postest kepada siswa untuk pengambilan data akhir.

c. Kegiatan Postest

Setelah semua therapy diberikan, peneliti menyimpulkan pemberian

therapy mulai dari awal pengambilan nilai data pretest, sampai akhir

atau pengambilan nilai untuk data postest. Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan tingkah laku gerak dasar siswa yang diharapkan. Agar dapat mengetahui adanya perubahan tersebut, maka harus dilakukannya tes setelah diberikan therapy tersebut. Biasanya tes tersebut disebut tes akhir. Pelaksanaan tes yang dilakukan pada saat pretest dan postest sama.

Postest ini menghabiskan waktu 2 X 40 menit. Seluruh kegiatan penelitian ini

(34)

E. Metode dan Teknik Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen. Eksperimen yang digunakan dalam Quasi experimental atau eksperimen semu. Dalam eksperimen ini terdapat satu subjek, yakni kelompok eksperimen.

Kelompok eksperimen yaitu kelompok yang sengaja dikenai perlakuan (treatment). Dalam kelompok eksperimen, sebelum diberi perlakuan dilakukan pengukuran terlebih dahulu (pretest), kemudian dikenai perlakuan dalam jangka waktu tertentu, kernudian dilakukan peugukuran kembali (postest) untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang sudah diberikan.

2. Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik dengan menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut.

a) Observasi

Mengamati secara langsung aktivitas siswa selama proses pemberian therapy yang diberikan atau selama melakukan uji coba penerapan therapy melalui pembelajaran penjas yang berorientasi pada gerak dasar siswa.

b) Analisis

(35)

3. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang akan penulis laksanakan adalah sebagai berikut:

a) Memeriksa dan meneliti hasil tes awal dan tes akhir kemudian menabulasikannya. Tujuannya untuk mengetahui rata-rata nilai standar deviasi dan varians dari kelompok eksperimen.

b) Untuk menentukan teknik statistik yang akan digunakan penulis melakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan perhitungan seperti berikut ini :

Menganalisis data pretest dan postest. Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut.

a) Menganalisis hasil therapy siswa sebelum dan sesudah diberikan tindakan therapy psychomotoric therapy yang berupa pembelajaran penjas yang berorientasi pada gerak dasar siswa tunarungu.

b) Menentukan skor pretest dan postest. Kemudian menentukan nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

c) Mendeskripsikan hasil pretest dan postest.

d) Melakukakan uji normalitas siswa hasil pretest dan postest menggunakan Chi-Kuadrat dengan rumus sebagai berikut.

(Subana, 2000:125)

Nilai = X 100

(36)

Dengan keterangan: X² = Chi-Kuadrat

Oi = Frekuensi Observasi Ei = Frekuensi Harapan

e) Melakukan pengujian hipotesis dengan menentukan signifikan perbedaan dua variabel dengan kriteria jika thitung < ttabel, maka hipotesis nol diterima

atau hipotesis kerja ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan postest. Jika thitung > ttabel, maka hipotesis nol dan

hipotesis kerja diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara

pretest dan postest.

1) Mencari mean dari perbedaan tes awal dengan tes akhir

2) Menentukan derajat kebebasan

3) Mencari jumlah kuadrat deviasi

4) Menentukan nilai –t menggunakan rumus berikut.

(Arikunto, 2006:311) Keterangan:

t=

Md =

Db = N - 1

(37)

Md = Mean dari perbedaan antara pretes dan posttes Xd = Deviasi masing-masing subjek (d-Md)

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.4 Sampel Siswa Tunarungu SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii pada Berbagai Media serta Infektivitasnya terhadap Kutudaun Kedelai Aphis.. glycines Matsumura (Hemiptera:

Meskipun secara hitungan distribusi frekuensi, bahwa seluruh responden pada kelompok perlakuan yang diberi bebat perineum mengalami kesembuhan ≤ 7 hari, tapi

Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif yang di rasakan tentang dirinya sendiri yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung

Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna melalui penerapan model.. pembelajaran kooperatif tipe Make a Match peserta didik kelas I MI. Nurul Huda Dawuhan Trenggalek

Jadi nilai BOD tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relativ jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan

keterampilan teknik dasar sepakbola yang dikuasai pemain AKADEMI KRESNA BINA PESEPAKBOLA SURABAYA usia 14- 16 tahun dapat dikategorikan ke dalam kategori sedang dengan

First task was satellite data capturing and extracting, second was development of numerical modeling based on dynamic and thermodynamic of atmospheric process, third was integration

Pengorganisasian adalah suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota