ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Pembatasan Masalah ... 6
1.4. Tujuan Penelitian ... 7
1.5. Manfaat Penelitian ... 8
1.6. Anggapan Dasar ... 8
1.7. Hipotesis Penelitian ... 9
1.8. Metodologi Penelitian ... 10
1.9. Lokasi dan Populasi Penelitian ... 11
1.10. Definisi Operasional ... 11
1.11. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Model Problem Based Learning ... 15
2.1.1. Pengertian Model Problem Based Learning... 15
2.1.2. Karakteristik Pembelajaran PBL……….... 19
2.1.3. Tujuan Pembelajaran PBL……….... 22
2.1.4. Tingkah Laku (Sintaks) Pembelajaran PBL... 24
2.2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 10
2.2.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 26
2.2.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ……….... 27
2.2.3. Langkah-langkahPembelajaran Kooperatif……….... 28
2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ... 29
2.3.1. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share... 29
2.3.2. Sintaks Model Pembelajaran kooperatif Think Pair Share …. ... 33
2.4. Hasil Belajar ... 35
2.4.1. Pengertian Hasil Belajar ... 35
2.4.2. Klasifikasi Hasil Belajar ... 37
2.4.3. Ranah Kognitif ... 37
2.4.4. Ranah Afektif ... 43
2.4.5. Ranah Psikomotor ... 45
2.5.Materi Program Diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) ... 46
3.2.Metode dan Desain Penelitian ... 57
3.2.1 Metode Penelitian ... 57
3.2.2 Desain Penelitian dan Variabel Penelitan ... 58
3.3.Paradigma Penelitian ... 59
3.4.Data dan Sumber Data Penelitian ... 60
3.4.1. Data Penelitian ... 60
3.4.2. Sumber Data Penelitian ... 61
3.5.Populasi dan Sampel ... 62
3.5.1. Populasi ... 62
3.5.2. Sampel ... 62
3.6.Teknik Pengumpulan Data ... 63
3.7.Instrumen Penelitian ... 65
3.8.Uji coba Instrumen ... 65
3.8.1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 66
3.8.2. Uji Reliabilitas ... 67
3.8.3. Uji Tingkat Kesukaran ... 68
3.8.4. Uji Daya Pembeda ... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 80
4.1.1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 81
4.1.2. Reliabilitas Instrumen Penelitian... 82
4.1.3. Penafsiran Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ... 83
4.2.Deskripsi Data Ranah Kognitif ... 84
4.2.1. Deskripsi Data Pretes ... 84
4.2.2. Deskripsi Data Postes ... 85
4.2.3. Data Peningkatan (Gain) ... 87
4.3.Analisis Data Hasil Penelitian ... 88
4.3.1. Analisis Data Pretes... 88
4.3.2. Analisis Data Postes ... 91
4.3.3. Analisis Data Peningkatan (Gain) ... 93
4.4.Deskripsi Hasil Belajar Ranah Afektif ... 95
4.4.1. Kriteria Penilaian Ranah Afektif ... 95
4.5.Deskripsi Hasil Belajar Ranah Psikomotor... 100
4.5.1. Kriteria Penilaian Ranah Psikomotor ... 100
4.6.Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT) ... 105
4.7.Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 111
4.7.1. Temuan Penelitian ... 111
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Untuk menghadapi tantangan era globalisasi, diperlukan sumber daya
manusia yang memiliki kemampuan berpikir dan intelektual tinggi, yaitu
mencakup kemampuan penalaran logis, berpikir sistematis, kritis, cermat, kreatif
serta mampu mengkomunikasikan gagasan terutama dalam memecahkan masalah.
Kemampuan-kemampuan tersebut seyogianya dikembangkan melalui proses
pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan secara sengaja agar hal-hal ini
dapat muncul sebagai hasil yang diinginkan pada diri manusia.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi untuk membimbing
siswa untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan serta membentuk sikap
positif dan kepribadian siswa. Materi yang diberikan serta aktivitas pembelajaran
hendaknya ditata sedemikian rupa dalam bentuk program-program pembelajaran
yang kondusif untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ditentukan sekolah.
Pelaksanaan program pendidikan tersebut dimaksudkan untuk membantu siswa
mengembangkan kepribadiannya sehingga diharapkan lebih mampu menghadapi
tantangan hidup, baik pada masa sekarang maupun untuk masa-masa mendatang.
Hal ini menunjukkan bahwa peranan lembaga pendidikan merupakan faktor yang
sangat penting dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan siswa menjadi
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti pada salah satu kelas XI SMK di
Balai Pengembangan Teknologi dan Pendidikan (BPTP) Bandung, kegiatan
belajar mengajar dilakukan dengan cara guru menerapkan metode pembelajaran
modul, yaitu siswa dituntut memiliki kemandirian sendiri untuk mempelajari
materi dalam modul dan penyelesaian materi pelajaran tergantung pada kecepatan
pemahaman setiap siswa. Dalam proses belajar di kelas, siswa ditugaskan
merangkum isi materi di dalam modul yang diberikan guru kemudian siswa
diperintahkan mempelajari isi modul secara mandiri. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila siswa tidak paham setelah
mempelajari materi di dalam modul. Namun dalam pelaksanaanya keaktifan siswa
tidak terlihat dalam proses belajar di kelas. Siswa kurang memberikan keberanian
dalam menyampaikan pertanyaan atau pendapat kepada guru, sehingga siswa
sudah dianggap memahami isi materi di dalam modul. Pada akhir pembelajaran
guru memberikan soal tes harian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Hasilnya
siswa masih belum memahami isi materi yang telah dipelajari secara mandiri. Hal
ini terlihat dari hasil tes harian pada salah satu kelas yang telah diobservasi. Dari
jumlah siswa 37 orang, ditemukan bahwa rata-rata hitung tes berupa nilai ulangan
harian pada pokok bahasan catu daya di kelas tersebut yaitu 52,5 dengan nilai
tertinggi 65 dan nilai terendah 35 (pada skala 100).
Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa di kelas dalam
mengikuti materi pelajaran belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Guru telah
menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, namun dalam
dimana seorang guru sekedar menyampaikan bahan ajar yang tidak dilandasi
kesadaran ingin memahamkan siswa sehingga siswa kurang respek dan tidak
merespon dengan baik. Dalam prosesnya siswa hanya menghapal materi pelajaran
yang hanya terdapat di dalam modul tanpa adanya kesadaran untuk memahami isi
materi. Pada intinya diperlukan pendekatan untuk mengaktifkan siswa, sehingga
diharapkan siswa memiliki pemahaman dan keterampilan yang baik dan yang
pastinya berimbas terhadap hasil belajar siswa yang baik pula.
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau disebut juga
model pembelajaran berbasis masalah. Model Problem Based Learning (PBL)
merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Siswa diberikan
permasalahan pada awal pelaksanaan pembelajaran oleh guru, selanjutnya selama
pelaksanaan pembelajaran siswa memecahkannya yang akhirnya
mengintegrasikan pengetahuan kedalam bentuk laporan. Model Problem Based
Learning (PBL) yang melibatkan siswa untuk mencari pengatahuannya sendiri
serta dapat meningkatkan hasil belajar pada aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. adapun kelebihan dalam model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) diantaranya:
• Siswa dapat mengembangkan
- Kemampuan atau keterampilan berfikir
- kemampuan pemecahan masalah
- kemampuan intelektual
• Siswa diberikan kebebasan dalam menentukan idenya
• Siswa dapat mengungkapkan konsep yang sesuai dengan
pengalamannya
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan partisipasi
siswa untuk mengeluarkan pendapatnya, dan meningkatkan pembentukkan
pengetahuan oleh siswa. Selain itu teknik ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berfikir (Think), yaitu bekerja sendiri sebelum bekerjasama atau
berpasangan (Pair) dengan kelompoknya dan berbagi (Share) ide, yaitu setiap
siswa saling memberikan ide atau informasi dari mata pelajaran yang sedang di
bahas, sehingga dapat menarik kesimpulan secara bersama. Dengan demikian,
kesimpulan yang diambil menjadi setingkat lebih tinggi, karena merupakan hasil
diskusi dan memberikan pemahaman yang lebih tinggi kepada siswa.
Pada pembelajaran TPS ini, suasana kelas dirancang sedemikian rupa,
siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri, berpasangan dengan pasangan yang
telah ditentukan, kemudian berbagi hasil pemikiran dengan seluruh kelas. Satu
kelompok siswa hanya terdiri dari 4-6 orang, pengelompokan seperti ini
dimaksudkan agar semua siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam penelitian ini akan dicari perbandingan hasil belajar siswa pada
pembelajaran program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan
Rendah (MP2DTR) menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti, melakukan suatu penelitian yang
memfokuskan diri pada perbandingan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) terhadap hasil belajar siswa di BPTP Bandung, maka penelitian ini
berjudul:
“Perbandingan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Program Diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) di BPTP Bandung”
1.2 Perumusan Masalah
Dalam suatu penelitian terlebih dahulu harus dirumuskan masalah yang
diteliti secara jelas agar maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian
lebih terarah dan mudah dalam menentukan metode mana yang cocok untuk dapat
digunakan dalam pemecahan masalah tersebut. Pendapat tersebut mengacu pada
pendapat Suharsimi Arikunto (2002:22) yang memandang bahwa: “Agar
penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan
masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai, kemana harus pergi dan dengan
apa”.
Dengan demikian, sesuai dengan latar belakang masalah maka rumusan
masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning pada program diklat Mengoperasikan Peralatan
2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share pada program diklat Mengoperasikan
Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR)?
3. Bagaimana perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share pada program diklat Mengoperasikan
Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR)?
4. Bagaimana gambaran hasil belajar dari ranah afektif dan psikomotor pada
model Problem Based Learning dengan model kooperatif tipe think pair
share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya
Tegangan Rendah (MP2DTR)?
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar dalam
pembahasannya tepat menuju sasaran dan tidak menyimpang. Untuk menghindari
meluasnya permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka masalah
penelitian akan dibatasi dengan pembatasan sebagai berikut :
1. Penelitian dibatasi pada penerapan model Problem Based Learning dan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
2. Program diklat yang dijadikan sebagai bahan pengajaran adalah
Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR)
sub pokok bahasan mengenai transformator, catu daya, penggunaan alat
3. Aspek penelitian dibatasi pada ranah kognitif yang meliputi Pengetahuan
(C1), Pemahaman (C2) Aplikasi (C3) dan Analisis (C4), serta gambaran
hasil belajar dari ranah afektif dan psikomtor pada program diklat
Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR).
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning pada program diklat Mengoperasikan Peralatan
Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR).
2. Mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share program diklat Mengoperasikan Peralatan
Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR).
3. Mengetahui perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share program diklat Mengoperasikan Peralatan
Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR).
4. Mengetahui gambaran hasil belajar dari ranah afektif dan psikomotor pada
model Problem Based Learning dengan model kooperatif tipe think pair
share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang peningkatan hasil belajar siswa yang
belajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
2. Memberikan informasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan
tantangan (SWOT) antara model pembelajaran Problem Based Learning
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
3. Memberikan informasi untuk guru, kepala sekolah, dosen, asisten pengajar
dan para pengelola pendidikan untuk melihat model pembelajaran
Problem Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share sebagai suatu alternatif menarik dalam memecahkan beberapa
masalah yang dihadapi dalam upaya mengaktifkan siswa dalam belajar.
1.6 Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah suatu titik tolak pemikiran agar tidak terjadi
keragu-raguan dalam penelitian yang akan dilakukan. Seperti yang dikemukakan
oleh Winarno Surakhmad (1990 : 107), sebagai berikut :
“Anggapan dasar atau postulat adalah asumsi yang menjadi tumpuan segala pandangan dan kegiatan pada masalah-masalah yang dihadapi. Postulat ini menjadi titik pangkal, titik mana yang tidak lagi menjadi karagu-raguan.”
Berdasarkan pernyataan di atas tersebut maka hal yang menjadi anggapan
1. Model pembelajaran memiliki peranan penting dalam peningkatan hasil
belajar siswa.
2. Setiap siswa memiliki potensi untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
3. Kemampuan dan pemahaman guru dalam menerapkan model
pembelajaran yang digunakan memiliki peranan penting dalam
keberhasilan proses belajar mengajar.
1.7 Hipotesis Penelitian
Untuk mengarahkan kegiatan penelitian tehadap masalah yang diteliti,
maka disusunlah beberapa hipotesis penelitian yang merupakan jawaban
sementara terhadap permasalahan penelitian.
Suharsimi Arikunto (2006 : 71), mengemukakan bahwa “Hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.”
Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
1. Hipotesis nol (H0), yaitu tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
signifikan antara penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada program
diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah
(MP2DTR) di Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP)
Bandung.
2. Hipotesis kerja (Ha), yaitu terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada program
diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah
(MP2DTR) di Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP)
Bandung.
1.8 Metodologi Penelitian
Dalam melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus menentukan
metode apa yang akan dipakai karena menyangkut langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk mengarahkan dan sebagai pedoman dalam kegiatan penelitian.
Pemilihan dan penentuan metode yang dipergunakan dalam suatu penelitian
sangat berguna bagi peneliti karena dengan pemilihan dan penentuan metode
penelitian yang tepat dapat membantu dalam mencapai tujuan penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:10), penelitian dapat ditinjau dari
hadirnya variabel. Apabila dilihat dari saat terjadinya, ada variabel masa lalu,
masa sekarang, dan masa akan datang. Penelitian yang dilakukan dengan
menjelaskan/menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi),
adalah penelitian deskriptif (to describe = menggambarkan/membeberkan).
Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang, adalah penelitian
eksperimen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Metode ini bermaksud meneliti kemungkinan sebab akibat dengan menunjukkan
salah satu kelompok atau lebih, kemudian dibandingkan hasil dari suatu kelompok
Pada penelitian ini ada dua buah variabel yang digunakan, yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas atau variabel (X) pada penelitian ini
adalah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, sedangkan
hasil belajar siswa pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya
Tegangan Rendah (MP2DTR) di BPTP Bandung sebagai variabel terikat atau
variabel (Y).
1.9 Lokasi dan Populasi Penelitian
Penelitiaan ini dilakukan di Balai Pengembangan Teknologi dan
Pendidikan (BPTP) Bandung yang berlokasi di Jl. Pahlawan No. 70
Telp.(022)7271603. adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa
kelas XI Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik yang mengikuti
program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah
(MP2DTR) tahun ajaran 2008/2009.
1.10 Definisi Operasional
1. Model pembelajaran menurut komarudin (dalam Fauzi, 2008: 5) model
diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan kegiatann, sedangkan pembelajaran adalah kegiatan
yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan
dan atau nilai baru. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan model
mamanfaatkan model pembelajaran Problem Based Learning dan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share sebagai pedoman dalam
proses belajar mengajar.
2. Hasil Belajar menurut Purwodarminto (dalam Senjaya, 2008: 8) adalah
hasil usaha yang telah dicapai, dilakukan dan dikerjakan untuk
mendapatkan suatu kecakapan atau kepandaian. Kamus besar bahasa
Indonesia (1999:797) hasil belajar adalah penyesuaian pengetahuan dan
keterampilan yang dikembangkan oleh program pelajaran, yang lazim
ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Dalam
penelitian ini hasil belajar adalah kemampuan atau keterampilan siswa
yang dimiliki setelah ia mendapatkan pengalaman belajar.
Rachmanto (2006: 19) Hasil belajar ranah kognitif adalah berkaitan
dengan hasil belajar intelektual, dimana akan tampak pada diri siswa
berupa prilaku yang berhubungan dengan pengetahuan, pemahaman teori
dan pemecahan masalah. Bloom (dalam Haetami, 2006: 19) ranah kognitif
meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah
dipelajari dan kemampuan intelektual. Bloom (dalam Suharsimi, 2002:
117) ranah kognitif terdiri atas mengenal, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Dalam penelitian ini hasil belajar ranah kognitif
merupakan kemampuan intelektual siswa yang dimiliki setelah
mendapatkan pengalaman belajar yang didapat dari hasil tes. Ranah afektif
ranah psikomotor terdiri dari peniruan, manipulasi, ketepatan dan
artikulasi.
3. Program Diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan
Rendah (MP2DTR) merupakan salah satu program diklat produktif yang
wajib diikuti oleh siswa tingkat 2 di Balai Pengembangan Teknologi dan
Pendidikan (BPTP) Bandung, Program Keahlian Teknik Pemanfaatan
Tenaga Listrik. Peralatan pengalih daya tegangan rendah, terdiri dari
transformator, catu daya, penggunaan alat ukur dan saklar mekanik.
1.11 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini mengemukakan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, anggapan dasar, hipotesis, metodologi
penelitian, lokasi dan populasi penelitian, definisi operasional,
serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Dalam bab ini mengemukakan tentang landasan teoritis yang
mendukung dan relevan dengan permasalahan penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini mengemukakan tentang metode penelitian, variabel
populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, kisi-kisi
dan instrumen penelitian, serta teknik analisis data penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini mengemukakan pembahasan hasil-hasil yang
diperoleh dalam penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran yang
56 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional
Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan
perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul
skripsi. Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Perbandingan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Program Diklat Mengoperasikan
Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) di BPTP Bandung”
Maka operasional yang perlu dijelaskan, yaitu :
1. Model Pembelajaran Berbasis masalah menurut Wina Sanjaya (2007:212),
dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Dalam
penelitian ini penyelesaian masalah ditekankan pada pemecahan soal yang ada
dalam Lembar Kerja Siswa. Lembar Kerja Siswa tersebut harus diselesaikan
dengan prosedur model pembelajaran berbasis masalah.
2. Model pembelajaran kooperatif teknik think pair share adalah teknik
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir
(think), yaitu bekerja sendiri sebelum bekerjasama atau perpasangan (pair)
dengan kelompoknya dan berbagi (share) ide, yaitu setiap siswa saling
memberikan ide atau informasi yang mereka ketahui tentang soal yang
3. Hasil belajar siswa pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih
Daya Tegangan Rendah di Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan
(BPTP) Bandung. Keberhasilan tersebut dapat diketahui melalui daya serap
terhadap bahan pelajaran yang diajarkan, yang didapat melalui perbedaan hasil
pretes dan postes.
3.2 Metode dan Desain Penelitian
3.2.1 Metode Penelitian
Metode adalah suatu cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan
hipotesis yang sebelumnya telah dirumuskan oleh penulis, maka dalam penelitian
ini metode yang digunakan oleh penulis adalah metode eksperimen. Menurut
Nana Sudjana (1989 : 19) metode eksperimen adalah “Metode yang mengungkap
hubungan dua variabel atau lebih dan mencari pengaruh antara variabel yang satu
dengan variabel yang lainnya. Moh. Nazir, (1983 : 74) mengemukakan bahwa
“eksperimen adalah observasi dibawah kondisi buatan (artificial conditioning), di
mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti ”.
Dengan demikian penelitian yang menggunakan metode eksperimen
adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek
penelitian serta adanya kontrol. Tujuannya adalah untuk menyelidiki ada-tidaknya
sebab akibat serta seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara
memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok eksperimen dan
perbandingan hasil belajar siswa dengan penerapan model Problem Based
Learning dengan model kooperatif tipe Think Pair Share dalam pada program
diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah di Balai
Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP) Bandung.
3.2.2 Desain Penelitian dan Variabel Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah “Desain pre
test-post test kelompok kontrol tanpa acak”. Menurut Nana Sudjana (2007: 44-46)
menyatakan bahwa: ”dalam desain ini subjek kelompok tidak dilakukan acak,
misalnya eksperimen di suatu kelas tertentu dengan siswa yang telah ada atau
[image:20.595.114.513.244.604.2]sebagaimana adanya”.
Tabel. 3.1 Desain pretes-postes kelompok kontrol tanpa acak
Kelompok Pre test
Perlakuan (X) (Variabel Bebas)
Post test
(Variabel Terikat)
Eksperimen Y1 Problem Based Learning Y2
Kontrol
Y1 Think Pair Shsre Y2
Pada penelitian ini terdapat dua kelas yaitu kelas pertama sebagai kelas
Eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas Kontrol. Sebelum perlakuan diberikan
(X) kedua kelompok diberikan pretes, hasil belajar siswa (Y) kemudian diolah dan
dibandingkan apakah rata-rata skor dan simpangan bakunya berbeda secara
Suharsimi Arikunto (2006 : 118) mengungkapkan bahwa : “Variabel
adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.
Variabel dalam penelitian ini termasuk dalam kategori hubungan sebab akibat
antara variabel X dan variabel Y. Pada penelitian ini dapat dikaji hubungan sebab
akibat antara dua variabel yaitu :
1. Variabel X: penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada program diklat
Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah.
2. Variabel Y :penilaian hasil belajar siswa pada program diklat Mengoperasikan
Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah.
3.3 Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan pola pikir hubungan antara peubah yang
satu dengan peubah yang lain yang digambarkan dalam bentuk model, paradigma
atau alur pemikiran penelitian ini dibuat untuk memperjelas langkah, alur dan
rancangan penelitian yang dijelaskan dengan sebuah kerangka penelitian sebagai
tahapan aktivitas penelitian secara keseluruhan. Adapun paradigma penelitian
[image:21.595.114.511.247.642.2]yang akan dikembangkan pada penelitian ini seperti yang ditunjukkan pada
3.4 Data dan Sumber Data Penelitian
3.4.1 Data Penelitian
Nana Sudjana dan Ibrahim (2007 : 83) menyatakan bahwa “setiap
penelitian memerlukan data atau informasi dari sumber-sumber yang dapat
dipercaya agar data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk menjawab
masalah penelitian atau untuk menguji hipotesis”. Data adalah hasil pencatatan
peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka. Dari sumber SK Menteri P dan K
no. 0259/U/1977 tanggal 11 Juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta
dan angka yang akan dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan
Suharsimi Arikunto (2006:118), menyatakan bahwa informasi adalah hasil
pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.
Postest kelas
kontrol
(Y2) Kesimpulan dan
analisis data Dibandingkan
Pretest kelas
kontrol
(X2)
PBM menggunakan
Model Pembelajaran Think Pair Share PBM menggunakan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Pretest kelas
eksperimen
(X1)
Postest kelas
eksperimen
[image:22.595.115.509.131.628.2](Y1)
Data atau informasi tersebut adalah data empiris, yaitu data lapangan atau
data yang terjadi sebagaimana terjadi. Data tersebut harus jelas sumber serta
bentuknya apakah dalam bentuk dokumen tertulis atau tidak, serta kapan waktu
diperolehnya data tersebut. Data yang dimaksud adalah penilaian hasil belajar
siswa dalam program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan
Rendah. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu :
a. Materi program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan
Rendah
b. Nilai tes instrumen (pretes dan postes) untuk melihat perkembangan prestasi
belajar siswa.
3.4.2 Sumber Data Penelitian
Suharsimi Arikunto (2006 : 129) menyatakan bahwa :
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi catatan adalah subjek penelitian atau peubah penelitian.
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 jurusan
Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik di Balai Pengembangan Teknologi
Pendidikan (BPTP) Bandung yang sedang mengikuti program diklat
Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah. Selain itu digunakan
juga buku-buku literatur yang dapat menunjang proses belajar mengajar program
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Nana Sudjana (2007:84) menyatakan bahwa :
Populasi maknanya berkaitan dengan elemen yakni unit tempat diperoleh informasi. Elemen tesebut bisa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen.
Populasi sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas satu
yang mengikuti program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya
Tegangan Rendah di Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP)
Bandung yang terbagi ke dalam dua kelas dengan jumlah keseluruhan 70 orang.
3.5.2 Sampel
Suahrsimi Arikunto (2006 : 134) menuliskan batasan mengenai sampel
yaitu :
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel
yang benar-benar dapat berfungsi. Dalam penelitian ini penarikan sampel
dilakukan dengan teknik cluster sampling. Teknik cluster sampling adalah teknik
penarikan sampel dari populasi yang cukup besar sehingga dibuat beberapa kelas
atau kelompok. Teknik tersebut sangat cocok untuk digunakan dalam penelitian
ini, karena populasi yang ada telah dikelompok-kelompokkan berdasarkan kelas.
berupa kelas yang terdiri dari beberapa individu. Dalam penentuan kelas
eksperimen dan kontrol dilakukan tanpa acak. Adapun sampel dalam penelitian ini
sebanyak 70 orang yang terbagi dalam dua kelas, kelas pertama berjumlah 35
siswa sedangkan kelas kedua berjumlah 35 siswa.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ada
beberapa teknik yang penulis gunakan antara lain :
a. Observasi
Studi ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang teori atau
pendekatan yang erat hubungannya dengan permasalahan yang sedang diteliti.
b. Tes
Nana Sudjana (2007: 100) menyatakan bahwa “Tes adalah alat ukur yang
diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan
baik secara tertulis atau secara lisan atau secara perbuatan”.
Alat pengumpul data adalah tes hasil belajar berupa tes objektif berbentuk
pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Item-item tes yang yang
dipergunakan untuk pengumpulan data hasil belajar ini diambil dari program
diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah. Tes atau ujian
dilaksanakan pada saat pre test dan post test. Pre test atau tes awal diberikan
dengan tujuan mengetahui kemampuan awal kedua kelompok penelitian.
kemajuan dan perbandingan peningkatan hasil belajar pada kedua kelompok
penelitian. Pada penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan
kooperatif tipe Think Pair Share semua aspek yang menjadi indikator-indikator
penilaian didokumentasikan dengan baik. Adapun langkah-langkah dalam
penyusunan instrumen tes hasil belajar ini adalah:
1) Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan sebagai bahan penelitian
yang diambil dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu pada program
diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah.
2) Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian. Dan kisi-kisi tersebut kemudian
dikembangkan pada pembuatan berupa tes pilihan berganda dengan lima
alternatif jawaban dengan kisi-kisi terlampir
3) Melaksanakan uji coba instrumen terhadap sejumlah siswa yang mempunyai
tingkat kemampuan dan kematangan yang relatif sama dengan siswa dalam
kelompok eksperimen.
4) Menganalisis dan merevisi terhadap item-item soal yang dianggap kurang
tepat.
c. Dokumentasi
Dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan memanfaatkan literatur
yang relevan dengan penelitian ini yaitu dengan cara membaca, mempelajari,
menelaah, mengutip pendapat dari berbagai sumber berupa buku, diktat, skripsi,
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan bentuk penjabaran operasional dari peubah-peubah
yang telah ditentukan sebelumnya secara teoritis. Setiap item instrumen dirancang
agar menghasilkan data empiris sebagaimana adanya dan sebelum membuat
instrumen penelitian, terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen agar instrument
yang dibuat dapat secara tepat mewakili indikator yang diharapkan pada
responden penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari seperangkat tes
prestasi belajar dalam bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan yang digunakan
untuk mengukur penguasaan program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih
Daya Tegangan Rendah. Observasi dan dokumen untuk mendapatkan data tentang
aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar program diklat
Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah.
3.8 Uji Coba Instrumen Penelitian
Pengujian instrumen penelitian adalah suatu pengujian yang dilakukan
peneliti terhadap instrumen yang akan digunakan. Untuk mendapatkan alat ukur
yang valid dan reliabel, serta mengukur tingkat kesukaran dan daya pembeda,
terlebih dahulu instrumen penelitian yang akan digunakan sebagai alat pengumpul
data diujicobakan kepada kelas dalam populasi selain kelas sampel penelitian.
Data hasil ujicoba selanjutnya dianalisis untuk menyeleksi soal-soal yang telah
dibuat, soal-soal yang tidak memenuhi syarat tidak digunakan dalam instrumen
2 1 2 r n r t − − =
(
) (
)
(
)
(
2 2)
(
2(
)
2)
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
− − − = Y Y N X X N Y X XY N rxy3.8.1 Uji Validitas Instrumen
Suharsimi Arikunto (2006 : 168) menyatakan bahwa : “validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen”.
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
hendak diukur, sebuah item (butir soal) dikatakan valid apabila mempunyai
dukungan yang besar terhadap skor total, skor pada item menyebabkan skor total
menjadi tinggi atau rendah
Dalam penelitian ini, untuk menghitung validitas instrumen yaitu dengan
cara menghitung koefisien validitas, menggunakan rumus Korelasi Product
Moment sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2002: 146)
Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Skor tiap item dari responden uji coba varabel X
Y = Skor tiap item dari responden uji coba varabel Y
N = Jumlah responden
Setelah diketahui koefisien korelasi (r), kemudian dilanjutkan dengan taraf
signifikasi korelasi dengan menggunakan rumus distribusi tstudent, yaitu :
(Suharsimi Arikunto, 2002: 263)
dimana : r = koefisien korelasi
Kemudian jika thitung > ttabel pada taraf signifikasi α= 0,05, maka dapat
disimpulkan item soal tersebut valid pada taraf yang ditentukan.
Uji validitas dikenakan pada tiap-tiap item tes dan validitas item akan
terbukti jika harga thitung > ttabel dengan tingkat kepercayaan 95 % dan derajat
kebebasan (dk = n – 2). Apabila hasil thitung < ttabel maka item tes tersebut
dikatakan tidak valid.
Uji validitas dihitung tiap item pertanyaan. Tingkat validitas setiap item
dikonfirmasikan dengan tabel interpretasi nilai r untuk korelasi. Dibawah ini
[image:29.595.116.515.212.630.2]diberikan tabel interpretasi nilai validitas sebagai berikut :
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Korelasi r
Besarnya Nilai r Interpretasi
0.800 ≤ r < 1.000 Sangat Tinggi
0.600 ≤ r < 0.800 Tinggi
0.400 ≤ r < 0.600 Cukup
0.200 ≤ r < 0.400 Rendah
0.000 ≤ r < 0.200 Sangat Rendah (tak berkorelasi)
(Suharsimi Arikunto, 2002: 245)
3.8.2 Uji Reliabilitas
1) Tes Objektif
Suharsimi Arikunto (2002 : 86) menyatakan pengertian reliabilitas sebagai
berikut :
S J
B
P =
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus
Kuder-Richardson (KR-20) sebagai berikut :
− ∑ − = t t V pq V k k r 1
11 (Suharsimi Arikunto, 2002: 163)
Harga varians total (Vt) dihitung dengan menggunakan rumus :
N N X X Vt
∑
∑
− = 22 ( )
(Suharsimi Arikunto, 2002: 160)
Dimana : ΣX = Jumlah skor total
N = Jumlah responden
Hasilnya yang diperoleh yaitu r11 dibandingkan dengan nilai dari tabel r-Product Moment. Jika r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel, sebaliknya r11 < rtabel maka instrumen tersebut tidak reliabel.
3.8.3 Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus :
(Suharsimi Arikunto, 2002: 208) dimana : P = Indeks Kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.3 Tingkat Kesukaran dan Kriteria
No. Rentang Nilai Tingkat Kesukaran Klasifikasi
1. 0,70 ≤ TK ≤ 1,00 Mudah
2. 0,30 ≤ TK < 0,70 Sedang
3. 0,00 ≤ TK < 0,30 Sukar
(Nana Sudjana, 1996:137)
Makin rendah nilai TK suatu soal, makin sukar soal tersebut. Tingkat
kesukaran suatu soal dikatakan baik jika nilai TK yang diperoleh dari soal tersebut
sekitar 0,50 atau 50%. Umumnya dapat dikatakan; soal-soal yang mempunyai
nilai TK ≤ 0,10 adalah soal-soal yang sukar; dan soal-soal yang mempunyai nilai
TK ≥ 0,90 adalah soal-soal yang terlampau mudah.
3.8.4 Uji Daya Pembeda
Daya pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan
butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal
dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal. Daya pembeda suatu soal tes dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
B A B B
A A
P P J B J B
D= − = − (Suharsimi Arikunto, 2002: 213)
dimana : D = indeks diskriminasi (daya pembeda)
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda
No. Rentang Nilai D Klasifikasi
1. D < 0,20 Jelek (harus diganti)
2. 0,20 ≤ D < 0,40 Cukup
3. 0,40 ≤ D < 0,70 Baik
4. 0,70 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali
(Sudjana, 1996 : 458)
3.9 Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data maka langkah
berikutnya adalah mengolah data atau menganalisis data yang meliputi persiapan,
tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Karena data
yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang belum memiliki
makna yang berarti sehingga data tersebut agar dapat lebih bermakna dan dapat
memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan yang diteliti, data tersebut
harus diolah terlebih dahulu, sehingga dapat memberikan arah untuk pengkajian
lebih lanjut. Karena data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, maka cara
pengolahannya dilakukan dengan teknik statistik.
3.9.1 Uji Normalitas Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang
belum memiliki makna sehingga perlu diolah terlebih dahulu. Karena data yang
diperoleh melalui instrumen merupakan data kuantitatif maka pengolahannya
melaui teknik statistik. Adapun prosedur yang dilakukan dalam menganalisis data
secara garis besar sebagai berikut :
1. Menghitung dan memeriksa kelengkapan data yang diperoleh dari lembar
2. Menjumlahkan skor jawaban pertanyaan dan kemudian memberi skor
mentah dengan skala 0 sampai 100 pada hasil yang diperoleh.
3. Mengolah data dengan uji statistik, adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut :
1) Menentukan rentang skor (r)
r = skor maksimum – skor minimum (Nana Sudjana, 1996 : 47)
2) Menentukan banyak kelas interval (k)
k = 1 + 3,3 log n (Nana Sudjana, 1996 : 47)
3) Menentukan panjang kelas interval (p)
k
r
p
=
4) Membuat tabel daftar distribusi frekuensi
5) Menghitung Mean (rata – rata X)
i i i
F
X
F
X
M
∑
∑
=
=
(Nana Sudjana, 1996 : 67)Keterangan : M = mean (rata – rata)
Fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas Xi
Xi = tanda kelas interval atau nilai tengah dari kelas interval 6) Menentukan simpangan baku (SD)
[
]
1
2−
−
=
n
X
X
F
S
i i(Nana Sudjana, 1996 : 95)
Keterangan : S = simpangan baku (standard deviasi)
X
= mean (rata – rata)Fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas Xi
(
)
S
X
K
Z
=
−
n = jumlah responden 7) Mengitung harga baku (Z)
(Ngalim Purwanto,2001 : 104)
Keterangan : Z = harga baku K = batas kelas
X
= mean (rata – rata)S = simpangan baku
8) Menghitung luas interval ( Li )
Li = L1 – L2
Keterangan : L1 = nilai peluang baris atas L2 = nilai peluang baris bawah
9) Menghitung frekuensi ekspetasi/harapan (ei)
ei =
L
i.
∑
f
i10) Menghitung Chi-kuadrat (χ2)
χ2 =
(
)
ii i
e
e
f
.
2(Suharsimi Arikunto, 2002 : 259)
Keterangan : χ2 = chi kuadrat hitung
ei = frekuensi ekspetasi/harapan
fi = frekuensi data yang sesuai dengan tanda kelas xt
11) Hasil perhitungan χ2 hitung selanjutnya di bandingkan dengan χ2tabel dengan
ketentuan sebagai berikut :
b. Derajat kebebasan (dk = k – 3)
c. Apabila χ2 hitung < χ2tabel berarti data berdistribusi normal
3.9.2 Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui varians populasi, apakah
populasi mempunyai varians yang sama atau berbeda. Uji homogenitas data untuk
statistik parametrik maka digunakan rumus sebagai berikut :
1) Membuat tabel skor dari dua kelompok data
2) Mengitung variansi (Si2) tiap kelompok sampel
(Nana Sudjana, 1992 : 94)
Membuat tabel harga-harga yang diperlukan untuk uji Barlett pada tabel
[image:35.595.114.512.249.784.2]berikut :
Tabel 3.5 Tabel harga-harga yang diperlukan untuk uji Barlett
Sampel dK= N-1 1/ dk Si2 Log.Si2 (dk)Log.Si2 (dk)Si2
Kontrol Eksperimen
Jumlah
(Nana Sudjana, 1992 : 262)
3) Variansi gabungan dari semua sampel
(Nana Sudjana, 1992 : 263)
4) Harga satuan Barlett
(Nana Sudjana, 1992 : 263)
5) Menghitung harga Chi Kuadrat :
(
)
) 1 ( 2 2 2 − − =∑
∑
N N X X NSi i i
(
)
(
)
(
∑
−∑
−)
= n 1S / n 1
S2 i 2i i
(
)
∑
(
−)
= logS . n 1
B 2 i
(
)
{
(
)
2}
i 2 ilog.S
.
1
n
B
.
ln10
−
∑
−
=
6) Mengkonsultasikan harga X2diatas pada tabel Chi-kuadrat dengan derajat
kebebasan tertentu sebesar banyaknya sampel dikurangi 1 (dk-1). Jika
diperoleh harga X2Hitung < X2Tabel pada taraf nyata α tertentu, maka
dikatakan bahwa data tersebut homogen.
3.9.3 Uji t
Pengujian ini dilakukan terhadap nilai rata – rata pada tes awal (pretest),
tes akhir (posttest) dan gain, dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol..
Adapun langkah-langkah pengujian rumus Uji t (Sudjana, 1992:239) adalah :
a. Mencari standar deviasi gabungan dengan rumus :
( )( ) ( )( )
2 1 1 2 1 2 2 2 1 − + − + − = n n S n S n Sgabungan1) Mencari nilai t
2 1 2 1 1 1 n n S x x t gab + − = Keterangan :
x1 = nilai rata – rata kelompok eksperimen x2 = nilai rata – rata kelompok kontrol S = simpangan baku (standard deviasi) n1 = jumlah responden kelompok eksperimen n2 = jumlah responden kelompok kontrol
3) Menentukan nilai t dari tabel statistik
Setelah melakukan perhitungan uji t, maka selanjutnya dibandingkan
dengan nilai tabel. Jika dilihat dari statistik hitung (t hitung) dengan statistik table
(t tabel ), penarikan kesimpulan ditentukan dengan aturan sebagai berikut :
Jika : t hitung > t tabel Ho ditolak
t hitung < t tabel Ho diterima
3.10 Ranah Afektif dan Ranah Psikomotor
Menurut Wayan dan Sumantana dalam Panggabean, Luhut (1989;29).
Indeks prestasi kelompok (IPK) dapat dihitung dengan membagi nilai rata-rata
untuk seluruh aspek penilaian, dengan skor maksimal yang mungkin dicapai
[image:37.595.115.510.241.654.2]dalam tes.
Tabel 3.6 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok untuk Aspek Afektif
No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi
1. 0,00 ≤ IPK < 30,00 Sangat negatif
2. 30,00≤ IPK < 55,00 Negatif
3. 55,00 ≤ IPK < 75,00 Netral
4. 75,00 ≤ IPK < 90,00 Positif
5. 90,00 ≤ IPK ≤ 100,00 Sangat positif
(Adaptasi Wayan dan Sumartana dalam Panggabean,1989)
100 × =
Tabel 3.7 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok untuk Aspek Psikomotor
No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi
1. 0,00 ≤ IPK < 30,00 Sangat kurang terampil
2. 30,00≤ IPK < 55,00 Kurang terampil
3. 55,00 ≤ IPK < 75,00 Cukup terampil
4. 75,00 ≤ IPK < 90,00 Terampil
5. 90,00 ≤ IPK ≤ 100,00 Sangat terampil
(Adaptasi Wayan dan Sumartana dalam Panggabean,1989)
3.11 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Setelah ada kejelasan jenis instrumen, langkah selanjutnya menyusun
pertanyaan-pertanyaan. Penyusunan pertanyaan diawali dengan membuat kisi-kisi
instrumen. Kisi-kisi memuat aspek yang akan diungkap melalui pertanyaan.
Aspek yang akan diungkap bersumber dari masalah penelitian. Kisi-kisi tes untuk
instrumen penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.
3.12 Alur Penelitian
Secara garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam
Penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (kelas eksperimen)
Kelas kontrol Perumusan Masalah
Pemilihan materi ajar untuk penelitian
Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR)
Pelaksanaan pretes
Pembuatan perangkat pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa)
Lembar observasi Instrumen tes
Judgmen instrument tes Perbaikan
Uji coba instrument tes
Penentuan populasi dan sampel penelitian
Kelas eksperimen
Pelaksanaan pembelajaran (pemberian perlakuan)
Penerapan model pembelajaran
Think Pair Share
(kelas kontrol)
Pelaksanaan postes
Data penelitian
Analisis data dan pembahasan temuan hasil
[image:39.595.93.555.54.803.2]Kesimpulan
Langkah penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai
berikut :
a. Tahap perencanaan penelitian
• Melakukan penelitian pendahuluan berupa observasi terhadap proses
pembelajaran dan wawancara dengan guru bidang studi disalah satu SMK
kota Bandung yang akan dijadikan lokasi penelitian.
• Studi literatur mengenai model pembelajaran Problem Based Learning
dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
• Diskusi dengan guru program studi teknik pemanfaatan tenaga listrik
mengenai pembelajaran yang akan dipakai penelitian yaitu program diklat
Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah
• Membuat perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai dengan
tahapan model pembelajaran Problem Based Learning dan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share serta
mengkonsultasikannya dengan dosen pembimbing
• Membuat instrument penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen
pembimbing
• Melakukan judgment instrumen penelitian serta memperbaikinya
berdasarkan hasil judgment tersebut
• Melakukan uji coba instrumen penelitian dan mengolah hasilnya serta
mempertimbangkan kelayakan instrumen yang akan digunakan pada pretes
• Mempersiapkan sumber dan bahan yang akan digunakan untuk
dilaksanakannya proses pembelajaran • Mengurus surat izin penelitian
b. Tahap pelaksanaan penelitian
• Menentukan populasi dan sampel penelitian serta menentukan kelas
eksperimen dan kelas kontrol
• Memberikan pretes bagi kedua kelas sampel
• Melaksanakan proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai guru di kelas eksperimen dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dan peneliti
bertindak sebagai guru di kelas dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share
• Melaksanakan postes bagi kedua kelas sampel
c. Tahap akhir penelitian
• Mengolah data hasil penelitian
• Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian
116
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data penelitian yang diperoleh,
maka pada bagian ini penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa yang telah dicapai oleh kelompok atau kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning Program Diklat
Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah mengalami
peningkatan sebesar 0,48 dari skor ideal. Dengan nilai rata-rata pretes adalah
54,93 dan nilai rata-rata postes sebesar 76,64 dari skor ideal.
2. Hasil belajar siswa yang telah dicapai oleh kelompok atau kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada
program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah
mengalami peningkatan sebesar 0,36 dari skor ideal. Dengan nilai rata-rata
pretes sebesar 50,93 dan nilai rata-rata postes sebesar 71,49 dari skor ideal.
3. Berdasarkan peningkatan kemampuan yang telah dicapai oleh kelas
eksperimen dan kelas kontrol maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Dimana kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 0,48 dan kelas
kontrol mengalami peningkatan sebesar 0,36, sehingga terdapat selisih sebesar
0,12. Hal ini diperkuat dengan uji t, dan dari perhitungan diperoleh nilai thitung
1,99.
4. Gambaran hasil belajar siswa ranah afektif pada model pembelajaran Problem
Based Learning (kelas eksperimen) mengalami peningkatan yang positif. Hal
ini dapat dilihat dari skor rata-rata total sebesar 79,81% dan termasuk
interprestasi positif sedangkan pada model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share (kelas kontrol) mengalami peningkatan yang positif. Hal ini dapat
dilihat dari skor rata-rata total sebesar 75,98% dan termasuk interprestasi
positif. Gambaran hasil belajar siswa ranah psikomotor pada model
pembelajaran Problem Based Learning (kelas eksperimen) mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata total sebesar 75,55% dan
termasuk interprestasi terampil sedangkan pada model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (kelas kontrol) mengalami peningkatan. Hal
ini dapat dilihat dari skor rata-rata total sebesar 71,47% dan termasuk
interprestasi cukup terampil.
Dengan kata lain, hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor
dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dibandingkan
dengan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan
Rendah.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang didapat, penulis ingin
belajar yang sudah diperoleh perlu diperhatikan proses pembelajaran yang
dapat menggali potensi kognitif siswa.
2. Agar hasil belajar pada ranah afektif termasuk dalam kategori sangat
positif, maka dalam proses pembelajaran guru dapat memotivasi siswa
lebih baik, sehingga siswa lebih aktif dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari guru dan aktif dalam mengumukakan masalah atau
pendapat.
3. Agar hasil belajar siswa pada ranah psikomotor termasuk dalam kategori
sangat terampil seharusnya siswa dibiasakan untuk melakukan percobaan
119
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Irma F. (2008). Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa. Skripsi Jurusan
Pendidikan Fisika FPMIPA UPI : Tidak Diterbitkan.
Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional.Direktorat Pendidikan Menangah Kejuruan. (2004). Kurikulum SMK Edisi 2004. [Online]. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar menegah. [11 Oktober 2006]
Ismail. (2002). “Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction): Apa, Bagaimana, dan Contoh Pada SubPokok Bahasan Statistika”. Proceeding National Science Education Seminar State University of Malang.
Laela Sarah, L. (2005). Pengembangan Model Pembelajaran Problem Based
Instruction Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung : Tidak diterbitkan
Lestari, M. (2008). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share
terhadap Prestasi Belajar Siswa dan Kemampuan Berkomunikasi Ilmiah Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI: Tidak
diterbitkan.
Mills. (2004). Model Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2004. [On Line], Sanggar Atikan Sancang, Tersedia : http://www.energimandiri.com.
Nugroho, L. (2004). Teknologi Informasi dalam PBL untuk Bidang
Keteknikan.[OnLine],Tersedia:http://www.dlsweb.rmit.edu.au/eng/beng000
1/LEARNING.html
Panggabean, L. P (1989). Kontribusi Relatif Sikap Siswa SMA Terhadap Prestasi Belajar Fisika. Tesis pada FPS IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.
Runi. (2005). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Mata
Pelajaran Sains Konsep Pencemaran Lingkungan di Kelas VII SMP Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Tesis pada
PPS UPI: tidak diterbitkan.
Ruyat. (2008). Perbandingan Metode Pembelajaran Kontekstual dengan Metode
Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Program Diklat Mengoperasikan Mesin Produksi dengan Kendali Elektro Mekanik (Mmpke) di BPTP Bandung. Skripsi
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI : Tidak Diterbitkan.
Sudjana, N. (2002). Metoda Statistik. Bandung: Tarsito
Tim Penyusun Kamus. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketuga. Jakarta: Balai Pustaka.