HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DAN EMOTIONAL QUOTIENT PADA
PRESTASI KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI
PT. MEPROFARM BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Jurusan Psikologi
Oleh :
TETTY P.W. SIBURIAN
0900813
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Hubungan Budaya Organisasi dan Emotional Quotient pada Prestasi Kerja Karyawan Divisi Produksi PT. Meprofarm Bandung
Oleh
Tetty P.W. Siburian
0900813
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Tetty P.W. Siburian 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ABSTRAK
Tetty P.W. Siburian, 0900813, Hubungan Budaya Organisasi dan Emotional Quotient pada Prestasi Kerja Karyawan Divisi Produksi PT. Meprofarm Bandung
Penelitian ini dilakukan di PT. Meprofarm divisi Produksi. Sebagai produksi obat tentunya sangat membutuhkan karyawan yang berprestasi tinggi di tengah banyaknya produksi obat saat ini. Oleh karena itu hal-hal yang mendukung prestasi kerja karyawan ini adalah lingkungan kerja dan diri karyawan. Maka permasalahan yang dibahas adalah terkait sejauh mana hubungan budaya organisasi dan emotional quotient dengan prestasi kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran tentang budaya organisasi, emotional qoutient, prestasi kerja dan sejauh mana hubungan budaya organisasi dan emotional quotient pada prestasi kerja karyawan divisi Produksi PT. Meprofarm Bandung. Penelitian ini menggunakan metode korelasi deskriptif, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penyebaran angket dan studi dokumentasi. Angket yang digunakan adalah menggunakan skala likert. Jumlah anggota populasi adalah 243 karyawan , diambil sampel dengan menggunakan teknik Slovin yaitu sebesar 78 karyawan sebagai responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi, emotional quotient dan prestasi kerja berada pada kategori sedang. Hasil perhitungan korelasi antara budaya organisasi dengan pretasi kerja adalah 0,240, dan korelasi emotional quotient dengan prestasi kerja adalah 0,211. Budaya organisasi memiliki hubungan yang postif dan signifikan dengan prestasi kerja. Emotional quotient memiliki hubungan yang positif dengan prestasi kerja tetapi tidak signifikan. Sebaiknya perusahaan lebih mengoptimalkan budaya organisasi dan memperhatikan emotional quotient karyawan karena keduanya mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi kerja karyawan.
ABSTRACT
Tetty P.W. Siburian, 0900813, The Correlation of Organization Culture and Emotional Quotient to Employee Work Achievement of PT. Meprofarm Bandung Plant Division.
This research did at PT. Meprofarm Bandung Plant division. As medicine production, it must be need the employees with high work achievement in a lot medicine production at this era. Therefore, the things to support employee work achivement are organization invirons and employees it self. Therefore the problem in this study is about how far the correlation of organization culture and emotional quotient with work achievement. The purpose of this study is to know how the description about organization culture, emotional quotient, work achievement and how far the correlation between organization culture and emotional quotient toward work achivement’s employee at PT. Meprofarm Bandung Plant division. This research uses description correlation method, data collecting technique through distributing questionnaires. The population number is 243 employees, sample that is taken by using Slovin technique is 78 respondents. Analysis model applied is Spearman correlation. The result showed that organization culture, emotional quotient and work achievement in position medium categories. The result of correlation calculation between organization culture and work achievement is 0,240 and correlation calculation emotional quotient and work achievement is 0,211. Organization culture have positive correlation and significant with work achievement. Emotional quotient have positive correlation with work achievement but not significant. PT. Meprofarm has to take more attention for organization culture and emotional quotient of employees, because both of them have a positive correlation with employee work achievement.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GRAFIK ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 10
1. Budaya Organisasi ... 10
a. Pengertian Budaya ... 10
b. Pengertian Organisasi... 10
c. Pengertian Budaya Organisasi ... 12
d. Unsur Budaya Organisasi ... 13
e. Fungsi Budaya Organisasi ... 14
g. Lahir dan Berkembangnya Budaya Organisasi ... 19
h. Ciri - ciri Budaya Organisasi... 21
i. Langkah – langkah untuk memperkuat Budaya Organisasi ... 22
2. Emotional Quotient ... 23
a. Pengertian Emosi ... 23
b. Pengertian Emotional Quotienti ... 24
c. Aspek Emotional Quotient ... 26
d. Sifat Laten Pengalaman Emosional ... 28
e. Hasil-hasil Kecerdasan Emosional ... 29
3. Prestasi Kerja ... 31
a. Pengertian Prestasi Kerja ... 31
b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja ... 32
c. Tolak Ukur Prestasi Kerja ... 33
d. Karakteristik Prestasi Kerja... 35
e. Pengertian dan Tujuan Penilaian Prestasi Kerja ... 37
f. Ruang Lingkup Penilaian Prestasi Kerja... 38
B. Kerangka Pemikiran ... 40
C. Hipotesis Penelitian ... 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian / Sampel Penelitian ... 43
1. Lokasi Penelitian ... 43
2. Populasi Penelitian ... 43
B. Desain Penelitian ... 45
C. Metode Penelitian ... 45
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 46
1. Variabel Penelitian ... 46
2. Definisi Operasional ... 46
a. Budaya Organisasi ... 46
b. Emotional Quotient ... 47
c. Prestasi Kerja ... 47
E. Instrumen Penelitian ... 48
1. Instrument Budaya Organisasi ... 48
2. Instrument Emotional Quotient ... 51
3. Instrument Prestasi Kerja ... 52
F. Proses Pengembangan Instrument ... 54
1. Uji Validitas ... 54
2. Uji Koefisien Item ... 54
3. Uji Realibitas ... 56
G. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 58
1. Sumber Data ... 58
a. Data Primer ... 58
b. Data Sekunder ... 59
2. Teknik Pengumpulan Data ... 59
a. Wawancara ... 59
c. Kuesioner ... 59
H. Analisi Data ... 60
1. Uji Normalitas ... 60
2. Uji Korelasi ... 61
3. Uji Signifikansi ... 61
I. Prosedur Penelitian... 61
1. Tahap Persiapan ... 61
2. Tahap Pelaksanaan ... 62
3. Tahap Pengolahan Data... 62
4. Tahap Pembahasan ... 62
5. Tahap Pelaporan ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63
1. Gambaran Umum dan Karakteristik Responden... 63
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 64
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 65
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja ... 66
2. Deskripsi Umum Variabel Penelitian ... 67
a. Gambaran Umum Budaya Organisasi pada Karyawan PT. Meprofarm Bandung bagian Produksi ... 68
1) Inovasi dan Pengambilan Resiko ... 69
3) Orientasi Hasil ... 75
4) Orientasi Manusia ... 78
5) Orientasi Tim ... 79
6) Agresivitas ... 81
7) Stabilitas ... 86
b. Gambaran Umum Emotional Quotient pada Karyawan PT. Meprofarm Bandung bagian Produksi ... 88
1) Kesadaran Diri ... 89
2) Manajemen Diri ... 91
3) Memotivasi Diri ... 94
4) Empati ... 98
5) Keterampilan Sosial ... 100
c. Gambaran Umum Prestasi Kerja pada Karyawan PT. Meprofarm Bandung bagian Produksi ... 103
B. Analisis Data ... 105
1. Uji Normalitas ... 105
2. Uji Korelasi ... 106
3. Uji Signifikansi ... 108
C. Pembahasan ... 109
1. Gambaran Umum Budaya Organisasi pada Divisi Produksi ... 109
2. Gambaran Umum Emotional Quotient pada Divisi Produksi ... 114
3. Gambaran Umum Prestasi Kerja pada Divisi Produksi ... 117
5. Hubungan antara Emotional Quotient dengan Prestasi Kerja Karyawan
PT. Meprofarm divisi Produksi ... 120
6. Hubungan antara Budaya Organisasi dan Emotional Quotient pada
Prestasi Kerja Karyawan PT. Meprofarm divisi Produksi ... 121
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 123
B. Rekomendasi ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 126
LAMPIRAN
PROFIL PERUSAHAAN
INSTRUMEN UJI COBA DAN PENELITIAN
HASIL SKORING DATA MENTAH UJI COBA INSTRUMEN DAN PENELITIAN
HASIL RELIABILITAS DAN VALIDITAS
HASIL PENGOLAHAN STATISTIK SPSS
LAMPIRAN CATATAN BIMBINGAN DAN SURAT-SURAT
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Budaya Organisasi ... 49
Tabel 3. 2 Bobot Pilihan Jawaban Item untuk Budaya Organisasi ... 50
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Emotional Quotient ... 51
Tabel 3.4 Bobot Pilihan Jawaban Item untuk Emotional Quotient ... 52
Tabel 3.5 Alat Ukur Penilaian Karyawan PT. Meprofarm divisi Produksi ... 53
Tabel 3.6 Kriteria Penilaian ... 53
Tabel 3.7 Item-item yang Layak pada Instrumen Budaya Organisasi ... 55
Tabel 3.8 Item-item yang Layak pada Instrumen Emotional quotient ... 56
Tabel 3.9 Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach ... 57
Tabel 3.10 Hasil Reliabilitas Uji Coba Instrumen Budaya Organisasi ... 57
Tabel 3.11 Hasil Reliabilitas Uji Coba Instrumen Emotional quotient ... 58
Tabel 3.12 Alternatif Jawaban Berdasarkan Skala Likert ... 60
Tabel 3.13 Kriteria Signifikan Variabel ... 61
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 64
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 65
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 66
Tabel 4.5 Deskriptif Statistika Budaya Organisasi pada Karyawan PT. Meprofarm Bandung bagian Produksi ... 68
Tabel 4.6 Gambaran Kategorisasi Budaya Organisasi ... 69
Tabel 4.8 Inovasi dan Pengambilan Resiko 2 ... 70
Tabel 4.9 Inovasi dan Pengambilan Resiko 3 ... 71
Tabel 4.10 Inovasi dan Pengambilan Resiko 4 ... 72
Tabel 4.11 Perhatian Pada Detail 1 ... 73
Tabel 4.12 Perhatian Pada Detail 2 ... 73
Tabel 4.13 Perhatian Pada Detail 3 ... 74
Tabel 4.14 Perhatian Pada Detail 4 ... 74
Tabel 4.15 Orientasi Hasil 1 ... 75
Tabel 4.16 Orientasi Hasil 2 ... 76
Tabel 4.17 Orientasi Hasil 3 ... 77
Tabel 4.18 Orientasi Manusia 1 ... 78
Tabel 4.19 Orientasi Manusia 2 ... 78
Tabel 4.20 Orientasi Tim 1 ... 79
Tabel 4.21 Orientasi Tim 2 ... 80
Tabel 4.22 Agresivitas 1 ... 81
Tabel 4.23 Agresivitas 2 ... 81
Tabel 4.24 Agresivitas 3 ... 82
Tabel 4.25 Agresivitas 4 ... 83
Tabel 4.26 Agresivitas 5 ... 83
Tabel 4.27 Agresivitas 6 ... 84
Tabel 4.28 Agresivitas 7 ... 85
Tabel 4.29 Stabilitas 1 ... 86
Tabel 4.31 Stabilitas 3 ... 87
Tabel 4.32 Descriptive Stactitic Emotoinal quotient ... 88
Tabel 4.33 Gambaran Kategorisasi Emotoinal quotient ... 89
Tabel 4.34 Kesadaran Diri 1 ... 89
Tabel 4.35 Kesadaran Diri 2 ... 90
Tabel 4.36 Manajemen Diri 1 ... 91
Tabel 4.37 Manajemen Diri 2 ... 91
Tabel 4.38 Manajemen Diri 3 ... 92
Tabel 4.39 Manajemen Diri 4 ... 93
Tabel 4.40 Manajemen Diri 5 ... 93
Tabel 4.41 Memotivasi Diri 1 ... 94
Tabel 4.42 Memotivasi Diri 2 ... 95
Tabel 4.43 Memotivasi Diri 3 ... 95
Tabel 4.44 Memotivasi Diri 4 ... 96
Tabel 4.45 Memotivasi Diri 5 ... 97
Tabel 4.46 Memotivasi Diri 6 ... 97
Tabel 4.47 Empati 1 ... 98
Tabel 4.48 Empati 2 ... 99
Tabel 4.49 Empati 3 ... 99
Tabel 4.50 Keterampilan Sosial 1 ... 100
Tabel 4.51 Keterampilan Sosial 2 ... 101
Tabel 4.52 Keterampilan Sosial 3 ... 101
Tabel 4.54 Descriptive Statistic Prestasi Kerja ... 103
Tabel 4.55 Gambaran Kategorisasi Prestasi Kerja ... 104
Tabel 4.56 Gambaran Umum Prestasi Kerja ... 104
Tabel 4.57 Uji Normalitas ... 105
Tabel 4.58 Uji Korelasi ... 106
Tabel 4.59 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 107
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 64
Grafik 4.2 Karakteristik responden berdasarkan usia ... 65
Grafik 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ... 66
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi saat ini, persaingan di dunia industri mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Perusahaan yang bersaing dalam kondisi
persaingan saat ini dihadapkan pada kondisi yang makin kompetitif dan dinamis.
Persaingan dan perubahan yang terjadi menuntut perusahaan untuk mampu
beradaptasi terhadap perkembangan dan perubahan yang direalisasikan dalam bentuk
kebijakan organisasi. Organisasi yang tidak cepat tanggap terhadap perubahan akan
punah. Untuk tetap bertahan, organisasi harus bisa meningkatkan dan
mempertahankan prestasinya. Oleh karena itu sumber daya yang ada di dalam
organisasi dituntut untuk mampu bekerja sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan oleh organisasi.
Organisasi terdiri dari berbagai unsur yang harus dikelola dengan baik demi
tercapainya tujuan organisasi. Secara umum unsur-unsur yang ada dalam organisasi
diantaranya adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik atau peralatan, sumber
daya finansial, struktur dan sistem proses organisasi. Seperti halnya yang disebutkan
oleh Simamora (Anatan, 2009:192) bahwa dalam kegiatan operasionalnya,
perusahaan beroperasi dengan memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki baik
berupa sumber daya finansial, fisik, SDM dan kemampuan teknologi dan sistem.
Sumber daya manusia merupakan unsur yang memegang peranan yang paling penting
dalam suatu organisasi, karena pengelolaan organisasi tergantung dengan sumber
daya manusia yang dimiliki. Hal ini diperkuat dengan pendapat Moran dan
Brightman (Anatan, 2009:130) yang menyatakan bahwa:
2
manusia sangat menentukan kesuksesan proses perubahan organisasi karena sumber daya manusia merupakan subyek penting yang akan melaksanakan proses perubahan dan hasil dari proses perubahan yang direncanakan”.
Pendapat lain dari Greenberg dan Baron (Anatan, 2009:2) mengatakan bahwa:
“Tidak dapat dipungkiri bahwa segala masalah yang muncul dalam perkembangan dan persaingan bisnis berasal dari manusia dan hanya dapat
diselesaikan dan dikelola oleh manusia”. Oleh karena itu muncul konsep penting yang diakui sebagai kunci pertumbuhan perusahaan internasional
yaitu melalui “the right people in the right place at the right time”.
Keberhasilan suatu perusahaan tergantung kepada tinggi rendahnya prestasi
perusahaan tersebut. Prestasi dari sebuah perusahaan tergantung kepada prestasi kerja
karyawannya, di mana setiap karyawan merupakan motor bagi berjalannya sebuah
perusahaan. Prestasi kerja karyawan akan berdampak langsung kepada kemajuan atau
kemunduran yang diperoleh perusahaan tersebut.
Seperti yang dikutip oleh Rakhman (2008) Prestasi kerja merupakan suatu
hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas yang telah
dibebankan kepadanya. Sumber daya manusia yang berhasil dalam tugasnya adalah
yang mampu menghasilkan karyawan yang berprestasi.
Prestasi kerja ini diperoleh setelah seseorang melakukan sesuatu, sesuai
dengan yang dikatakan Hasibuan (2009) Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Dalam dunia
kerja, prestasi kerja disebut sebagai work performance (Prabowo, 2005). Jika
karyawan berprestasi dalam pekerjaannya maka dapat dikatakan berhasil mencapai
tujuan organisasi yang ditentukan. Salah satu contoh organisasi adalah PT.
Meprofarm.
PT. Meprofarm (Mepro Pharmaceutical Industries) adalah perusahaan yang
3
oleh perusahaan kemudian disalurkan melalui distributor. Distributor kemudian
menyalurkan ke apotek-apotek, rumah sakit dan klinik. PT. Meprofarm merupakan
perusahaan keluarga yang didirikan pada 10 Februari 1973. PT Meprofarm dimulai
dari industri rumah tangga berskala kecil dengan 8 (delapan) orang karyawan dan
beberapa fasilitas produksi tradisional, perusahaan ini pun mengembangkan diri
seiring dengan bertambahnya permintaan pasar terhadap obat-obatan yang
diproduksi.
Saat ini jumlah karyawan yang bekerja di PT. Meprofarm tidak kurang dari
500 karyawan (belum termasuk cabang) yang terdiri dari beberapa divisi. Adapun
prestasi yang diraih oleh perusahaan yaitu, dari kurang lebih 200 industri farmasi di
Indonesia, PT. Meprofarm berada pada posisi 20 besar industri farmasi yang
mendapatkan peringkat “A” (terbaik) dalam pemetaan pemenuhan Cara Pembuatan
Obat yang Benar (untuk selanjutnya disingkat CPOB) oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) pada tahun 2006. Selain itu, PT. Meprofarm juga berhasil
memperoleh sertifikat ISO 14001: 2004 (2007 s.d 2010) pada bulan Juni 2008 dan
sertifikat ISO 9001: 2000 (2007 s.d 2010) pada bulan Juli 2008. Prestasi kerja yang
diraih perusahaan ini merupakan hasil dari prestasi kerja karyawan.
Berdasarkan wawancara dengan Human Resource Development (HRD) PT.
Meprofarm, bahwa prestasi kerja karyawan di perusahaan tersebut sudah tergolong
tinggi. Terlihat dari hasil penilaian berkala yang dilakukan terhadap karyawan yaitu
empat bulan sekali. Dari setiap parameter yang dinilai, nilai yang paling rendah yang
pernah dimiliki oleh karyawan adalah 6 dari skala penilaian 1-10. Tingginya prestasi
kerja ini hampir di semua divisi.
Sebagai organisasi industri penghasil obat, maka tingkat prestasi kerja divisi
produksi memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan
organisasi. Karyawan pada divisi produksi mempunyai persertase kehadiran yang
4
Pada catur wulan pertama di tahun 2013 yaitu bulan Januari s.d bulan April
persentase kehadiran karyawan pada divisi produksi yaitu sebesar 96,3 %. Selain
kehadiran yang tinggi, hasil kerja karyawan juga selalu memenuhi target dan bahkan
mereka selalu memproduksi obat melebihi target karena mereka harus menyimpan
sampel dari tiap jenis produk obat yang dilepas ke pasaran. Karena ketika obat telah
sampai pada konsumen, terkadang pihak perusahaan mendapat feedback, baik yang
bersifat positif maupun negatif. Jadi ketika ada komplain terhadap produk,
perusahaan melakukan pengujian terhadap sampel yang ada di gudang. Pengujian
terhadap sampel di gudang ini adalah untuk mengetahui apakah produk memang
cacat produksi atau kesalahan pada konsumen.
Berdasarkan hasil penjualannya kepada konsumen yang semakin meningkat,
maka perusahaan menetapkan persentase peningkatan produksi minimal 10% tiap
tahunnya untuk dapat memenuhi permintaan pasar. Sampai saat ini, PT Meprofarm
selalu dapat memenuhi target tersebut.
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa prestasi kerja perusahaan
merupakan hasil dari prestasi kerja karyawan. Prestasi kerja karyawan ditentukan
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor penentu prestasi kerja individu dalam organisasi
adalah faktor individu dan faktor lingkungan kerja organisasi (Mangkunegara,
2009:16-17). Beliau menjelaskan faktor individu bahwa secara psikologis, individu
yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis
(rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi
psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik.
Konsentrasi yang baik dari individu untuk mampu mengelola dan mendayagunakan
potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja
sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. Konsentrasi individu dalam bekerja
sangat dipengaruhi oleh kemampuan potensi yaitu kecerdasan pikiran/ intelligence
5
Menurut Daniel Goleman (Rahmi, 2008) kecerdasan emosi atau emotional
quotient sebagai kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan
baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Dalam bukunya juga
dijelaskan bahwa orang yang pandai atau berhasil dalam prestasi akademik sewaktu
pendidikan formal ternyata banyak yang gagal mencapai puncak prestasi sewaktu
menempuh karir professional yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional ini
adalah kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja saat ini. Sedangkan
peran IQ atau keterampilan kognitif dalam keberhasilan di dunia kerja hanya
menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosi dalam menentukan peraihan
prestasi puncak dalam pekerjaan. Oleh karena itu kualitas emosional merupakan salah
satu hal yang sangat perlu diperhatikan oleh seorang karyawan.
Kecerdasan emosi menjadi begitu penting karena dengan kemampuan tersebut
individu mampu mengenali emosi dirinya, mengelola hal tersebut sehingga dapat
berhubungan dengan orang lain yang akan mempengaruhi kesuksesan atau prestasi
kerja (Mardika, 2011).
Sesuai dengan pendapat Daniel Goleman (Rahmi, 2008) kecerdasan emosi
atau emotional quotient sebagai kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan
perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Berdasarkan hasil wawancara dan survey awal peneliti di PT. Meprofarm pada
tanggal 4 Mei 2013, bagian HRD (Human Resource Development) mengatakan
bahwa hubungan antar karyawan PT. Meprofarm khususnya pada divisi produksi
terjalin dengan baik. Begitu juga hubungan karyawan dengan atasan, memiliki
hubungan komunikasi yang baik, tidak terlalu kaku, setiap bertemu pasti selalu
menyapa. Karyawan juga taat terhadap tata tertib dan peraturan kerja dalam
perusahaan baik ketentuan-ketentuan yang telah diatur di dalam Peraturan Perusahaan
6
pada pagi hari. Sharing ini dilakukan per-bidang, yaitu asisten manajer ke atas. Dalam
sharing ini mereka bisa cerita tentang permasalahan yang dihadapi di hari kemarin
dan apa solusi untuk permasalahan tersebut”.
Selain faktor personal, faktor lain yang mempengaruhi prestasi kerja
karyawan adalah faktor organisasional atau perusahaan (Mangkunegara, 2005:13).
Sesuai dengan konteks pemberdayaan sumber daya manusia, agar menghasilkan
karyawan yang profesional dengan integritas yang tinggi, diperlukan adanya acuan
baku yang diberlakukan oleh suatu perusahaan. Acuan baku tersebut adalah budaya
organisasi yang secara sistematis menuntun karyawan untuk meningkatkan komitmen
kerjanya bagi perusahaan (Moeldjono, 2005: 2). Budaya organisasi adalah keyakinan
bersama dan nilai bersama yang memberikan makna bagi anggota sebuah institusi
dan menjadikan keyakinan dan nilai tersebut sebagai aturan atau pedoman
berperilaku di dalam organisasi. Salah satu faktor yang membedakan satu organisasi
dengan organisasi lainnya ialah budayanya. Budaya organisasi membuat karyawan
memiliki arah dan tujuan untuk berprestasi tinggi dalam mencapai tujuan organisasi.
Budaya organisasi yang tampak dari PT. Meprofarm ini adalah nilai
kekeluargaannya. Budaya ini tumbuh dengan kuat mengingat perusahaan ini
berkembang dari perusahaan keluarga. Hal ini yang membedakan Meprofarm dengan
perusahaan farmasi sejenis. Berdasarkan hasil interview dengan karyawan yang
pernah bekerja di perusahaan lain, suasana kekeluargaan PT. Meprofarm sangat
terasa dibandingkan dengan perusahaan lain, bukan hanya diantara rekan sekerja tapi
juga dengan atasannya. Nilai-nilai kekeluargaan ini tampak melalui makan siang
bersama setiap hari pada waktu istirahat dengan menu makanan yang sama, mereka
berbaur dan tidak terlihat gap yang mencolok antara level manajerial dengan
bawahan. Sebagai bentuk nilai kekeluargaan, perusahaan juga selalu memberikan
7
ketika ada kenaikan BBM. Selain itu, rentang usia karyawan yang tidak terlalu jauh
juga membuat hubungan antar anggota organisasi semakin dekat.
PT. Meprofarm juga memiliki cara-caranya sendiri untuk membangun dan
memelihara hubungan kerja yang efektif bagi karyawannya dengan cara membuat
aturan-aturan yang dituangkan dalam peraturan perusahaan yang dilengkapi dengan
sanksinya bila karyawan tidak mengikuti aturan tersebut. setiap aturan yang ada
disosialisasikan pada semua karyawan. Perusahaan juga menyediakan reward berupa
bonus setiap 4 bulan. Pada waktu-waktu tertentu, misalnya hari ulang tahun
kemerdekaan RI, PT. Meprofarm juga melakukan acara-acara keakraban yang
bertujuan untuk menjaga keakraban diantara karyawan.
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan budaya organisasi dan
emotional quotient dengan prestasi kerja sehingga judul penelitian yang diajukan adalah Hubungan Budaya Organisasi dan Emotional Quotient pada Prestasi
Kerja Karyawan Divisi Produksi PT. MEPROFARM Bandung.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berhubungan dengan cakupan atau ruang lingkup
masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. Sehubungan dengan latar
belakang penelitian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Bagaimana gambaran budaya organisasi divisi produksi PT. Meprofarm?
2. Bagaimana gambaran emotional quotient karyawan divisi produksi PT.
Meprofarm?
3. Bagaimana gambaran prestasi kerja karyawan divisi produksi PT.
8
4. Bagaimana hubungan budaya organisasi dan emotional quotient pada
prestasi kerja karyawan divisi produksi PT. Meprofarm?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan tujuan penelitian ini yaitu
1. Untuk memperoleh data empirik tentang budaya organisasi divisi produksi
PT. Meprofarm
2. Untuk memperoleh data empirik tentang emotional quotient karyawan
divisi produksi PT. Meprofarm
3. Untuk memperoleh data empirik tentang prestasi kerja karyawan divisi
produksi PT. Meprofarm
4. Untuk menganalisis hubungan budaya organisasi dan emotional quotient
pada prestasi kerja karyawan divisi produksi PT. Meprofarm
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis dan ilmu pengetahuan, penelitian ini memiliki
kegunaan untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang
Psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi, memberikan
gambaran mengenai hubungan budaya organisasi dan emotional quotient
pada prestasi kerja karyawan, serta menjadi data bagi peneliti selanjutnya
mengenai hubungan budaya organisasi dan emotional quotient pada
9
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan yang bermanfaat bagi perusahaan dan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kegiatan sumber daya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian/ Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
industri obat-obatan, yang terletak di Jl. Soekarno Hatta no. 789 km 11 Gede
Bage, Bandung.
2. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/
subyek yang mempunyai kualitas dan karakterisistik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2012:117). Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan pada divisi
PRODUKSI PT. MEPROFARM Bandung yaitu sebanyak 243 orang.
3. Sample Penelitian
Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012:118). Adapun teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling adalah
cara pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012:120). Jadi,
pengambilan sampel secara random ini dilakukan tanpa melihat perbedaan yang
ada, dengan mempertimbangkan bahwa populasinya bersifat homogen (sama)
44
Untuk menentukan jumlah sampel dengan menggunakan teknik Slovin
rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = taraf kesalahan dalam pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir
(e=0.1) = 10 %
Berdasarkan rumus di atas maka dapat diukur besarnya sampel dalam
penelitian ini. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 243 orang
dimasukkan kedalam rumus diatas, maka diperoleh sebagai berikut :
n =
=
n = 70.84 = 71
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh jumlah sampel sebanyak 71
orang setelah dibulatkan. Sampel jaminan =10 %
10% x 71 = 7,1= 7
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 78 orang.
45
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian
deskriptif korelasional. Deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis
fakta atau karakteristik bidang atau populasi tertentu secara cermat dan aktual,
sedangkan korelasional digunakan untuk meneliti sejauh mana hubungan antara dua
variabel atau lebih (Sugiyono, 2008: 57). Untuk menguji korelasi antara ketiga
variabel, digunakan uji korelasi Spearman. Karena data yang diperoleh tidak
berdistribusi normal, dimana variabel yang dikorelasikan adalah budaya organisasi
sebagai variabel pertama, emotional quotient sebagai variabel kedua dan prestasi
kerja sebagai variabel ketiga.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk membuktikan hipotesis adalah dengan
pendekatan kuantitatif, metode korelasional statistik non parametrik. Analisis
korelasional ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen dengan menggunakan analisis spearman non parametrik,
yang bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan budaya organisasi dan emotional
quotient dengan prestasi kerja karyawan tanpa mencoba untuk merubah atau memberikan perlakuan terhadap variabel-variabel tersebut.
Untuk mengukur budaya organisasi digunakan angket atau kuesioner yang
diturunkan dari teori budaya organisasi oleh Robbins (2010) , untuk mengukur
emotional quotient karyawan digunakan angket atau kuesioner yang diturunkan dari teori emotional quotient oleh Daniel Goleman (1995). Sedangkan untuk prestasi kerja
karyawan peneliti menggunakan data yang diperoleh dari instansi dengan pemetaan
sesuai dengan indikator yang dimiliki instansi. Setelah itu, hasil dari ketiga penilaian
akan dikorelasikan untuk menganalisis hubungan antara ketiga variabel tersebut
46
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini, variabelnya adalah budaya organisasi sebagai
variabel pertama (V1) , emotional quotient sebagai variabel ke dua (V2) dan
prestasi kerja karyawan sebagai variabel ketiga (V3).
2. Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan masalah, maka
penulis menjelaskan defenisi istilah yang terkandung dalam judul penelitian
sehingga terdapat persamaan pandangan penulis dengan pembaca. Adapun
defenisi-defenisi operasional yang berhubungan dengan penelitian ini adalah :
a. Budaya Organisasi
Robbins (2010:63) mendefinisikan budaya organisasi
(organizational culture) sebagai nilai-nilai, prinsip-prinsip, tradisi dan
cara-cara bekerja yang dianut bersama oleh para anggota organisasi dan
memengaruhi cara mereka bertindak.
Budaya organisasi dalam penelitian ini adalah nilai-nilai yang
berlaku dalam PT. Meprofarm yang menjadi pegangan karyawan dalam
menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya yang berpengaruh
terhadap prestasi kerja karyawan tersebut yang dilihat dari berbagai
dimensi, seperti 1) Inovasi dan pengambilan risik, 2) Perhatian pada detil,
3) Orientasi hasil 4) Orientasi manusia, 5) Orientasi tim, 6) Agresivitas, 7)
47
b. Emotional Quotient
Goleman (1995) yang dikutip oleh Luthans (2006:332)
mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kapasitas untuk mengenali
perasaan diri sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri dan untuk
mengelola emosi diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain.
Emotional quotient dalam penelitian adalah kemampuan yang dimiliki karyawan PT. Meprofarm divisi Produksi untuk mengontrol
hidupnya dalam melakukan pekerjaannya, yang dapat dilihat dari beberapa
dimensi seperti: 1) Kesadaran diri, 2) Pengelolaan diri, 3) Motivasi diri, 4)
Empati, 5) Kemampuan Sosial
c. Prestasi Kerja
Prestasi kerja menurut Malayu S. P Hasibuan (2009 : 94) adalah
suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman,
dan kesungguhan serta waktu.
Dalam penelitian ini, prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai
karyawan PT. Meprofarm divisi Produksi dalam melaksanakan
tugas-tugasnya yang dapat dilihat dari berbagai dimensi, diantaranya: 1)
Kehadiran, 2) Disiplin dan tanggungjawab, 3) Kreatifitas/ inisiatif kerja,
4) Kemampuan kerja/skill (Produktifitas, Compliance, Problem Solving,
Leadership), 5) Kerjasama dengan atasan/bawahan/rekan kerja, 6) Manajemen mutu, 7) Manajemen lingkungan (Penilaian Karyawan PT.
48
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk variabel budaya organisasi dan emotional
quotient adalah angket. Menurut Sugiyono (2005:199), ”Kuesioner merupakan teknik
mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Pada penelitian ini menggunakan angket tertutup, yaitu dimana dalam pertanyaan atau pernyataan
diberikan alternatif jawaban, sehingga responden dapat memilih alternatif jawaban
yang sesuai dengan pengalamannya. Sedangkan untuk variabel prestasi kerja peneliti
menggunakan data sekunder dari perusahaan yaitu hasil penilaian karyawan bagian
Produksi.
1. Instrumen Budaya Organisasi
Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Robbins (2010:63) budaya
organisasi tampil dalam tujuh karakteristik. Indikator-indikator tersebut disusun
ke dalam item-item pernyataan yang mengukur budaya organisasi terhadap
karyawan PT. MEPROFARM. Item-item pernyataan disusun menjadi sebuah
instrument dengan menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban berurutan
yakni Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), Sangat Sesuai
(SS). Berikut ini kisi-kisi budaya organisasi terhadap karyawan PT
49
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Budaya Organisasi Karyawan PT. MEPROFARM
Variabel Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah
Item
Budaya Organisasi
(X1)
Budaya organisasi
(organizational culture)
sebagai nilai-nilai,
prinsip-prinsip, tradisi
dan cara-cara bekerja
yang dianut bersama
oleh para anggota
organisasi dan
memengaruhi cara
mereka bertindak.
(Robbins, 2010:63)
Inovasi dan
Pengambilan
Risiko
Organisasi mendorong para
karyawan bersikap inovatif 1, 4 2
Seberapa besar organisasi
mendorong para karyawan
berani mengambil resiko
3, 7 2
Perhatian pada
Detil
Ketelitian yang dituntut oleh
organisasi dari para karyawan
dalam bekerja
5, 6 2
Analisis dan perhatian pada
detail yang dituntut oleh
organisasi dari para karyawan
2, 8 2
Orientasi Hasil Seberapa besar organisasi menekankan pada pencapaian
sasaran (hasil)
10, 11, 21 3
Orientasi
Manusia
Seberapa jauh organisasi
bersedia mempertimbangkan
faktor karyawan dalam
pengambilan keputusan
manajemen
50
Item-item pernyataan disusun berupa pernyataan positif (favorable),
yang disusun secara acak . setiap pernyataan memiliki empat alternatif jawaban
[image:34.612.66.574.108.684.2]berdasarkan pilihan jawaban yang diberikan responden sebagai berikut.
Tabel 3.2
Bobot Pilihan Jawaban Item Budaya Organisasi
Jawaban Skor
Sangat Sesuai 4
Sesuai 3
Tidak Sesuai 2
Sangat Tidak Sesuai 1
Orientasi Tim
Seberapa besar organisasi
menekankan pada kerja
kelompok dalam
menyelesaikan tugas
15, 16 2
Agresivitas
Seberapa besar organisasi
mendorong karyawannya
untuk saling bersaing
18, 19, 23 3
Sejauh mana situasi kerja
mendorong karyawan untuk
bekerja keras
9, 13, 20, 22 4
Stabilitas
Seberapa besar organisasi
menekankan pada
pemeliharaan status quo dalam
pengambilan keputusan
17, 24, 25 3
51
2. Instrumen Emotional Quotient
Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Goleman (1995) yang dikutip
oleh Luthans (2006:332) emotional quotient tampil dalam lima karakteristik.
Indikator-indikator tersebut disusun ke dalam item-item pernyataan yang
mengukur emotional quotient karyawan PT. MEPROFARM. Item-item
pernyataan disusun menjadi sebuah instrument dengan menggunakan skala
likert dengan pilihan jawaban berurutan yakni Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS). Berikut ini kisi-kisi budaya
organisasi terhadap karyawan PT MEPROFARM Bnadung yang berjumlah 25
item.
[image:35.612.59.584.146.692.2]Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Emotional Quotient Karyawan PT. MEPROFARM
Variabel Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah
Item
Emotional quotient
(X2)
Kesadaran Diri Mengenali perasaan sebenarnya
sewaktu perasaan itu terjadi 1, 2 2
Manajemen diri
Kemampuan dalam menangani
emosi agar terungkap dengan tepat 3, 5, 10 3
Berusaha menjauhi emosi negatif 4, 8, 14 3
Memotivasi Diri
Mempunyai tujuan dan usaha-usaha
untuk mencapainya 11, 13, 16 3
Meyakinkan diri 12, 17, 18 3
Empati Memahami dan sensitif dengan
52
Item-item pernyataan disusun berupa pernyataan positif (favorable) dan
pernyataan negatif (unfavorable), yang disusun secara acak . setiap pernyataan
memiliki empat alternatif jawaban berdasarkan pilihan jawaban yang diberikan
responden sebagai berikut.
[image:36.612.65.569.115.597.2]Tabel 3.4
Bobot Pilihan Jawaban Item Emotional Quotient
Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Tidak Sesuai 2 3
Sesuai 3 2
Sangat Sesuai 4 1
3. Instrumen prestasi kerja
Prestasi kerja menurut Malayu S. P Hasibuan (2009 : 94) adalah suatu
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan serta waktu.
Pada peneliti ini instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi
kerja karyawan ialah menggunakan data sekunder berupa hasil penilaian Keterampilan
sosial
Mampu membaca situasi sosial 9, 19 2
Mampu membangun hubungan
dengan orang lain 20, 21, 22 3
53
karyawan bagian Produksi pada tahun 2012 catur wulan terakhir. Data sekunder
tersebut digunakan mengingat setiap perusahaan mempunyai standar tersendiri
dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja karyawannya sesuai dengan
posisi dan jobdesc masing-masing karyawan. Penilaian karyawan PT.
Meprofarm ini dilakukan tiga kali dalam setahun yaitu setiap 4 bulan sekali.
Yang menjadi alat ukur penilaian karyawan dalam instansi tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Alat Ukur Penilaian Karyawan PT. Meprofarm divisi Produksi yang Diperoleh
dari Perusahaan
No. Variabel Indikator
1 Prestasi Kerja
Karyawan
Kehadiran
Disiplin dan tanggungjawab
Kreatifitas/ inisiatif kerja
Kemampuan kerja/skill Produktifitas
Compliance Problem Solving Leadership
Kerjasama dengan atasan/bawahan/rekan kerja
Manajemen mutu
Manajemen lingkungan
Tabel 3.6
Kriteria Penilaiannya:
Kriteria Penilaian Nilai
Baik sekali 9-10
[image:37.612.117.535.200.712.2]54
Cukup 5-6
Kurang 1-4
F. Proses Pengembangan Instrumen
Untuk pengembangan instrumen dilakukan uji coba untuk memperoleh
instrumen yang layak digunakan dalam penelitian. Uji coba pada penelitian ini
dilakukan kepada 105 orang sampel uji coba, dimana data yang telah diperoleh
kemudian diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS Versi 18.0 untuk
dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas
Dalam buku Sugiyono (2012:177) untuk menguji validitas konstruk,
dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement expert). Dalam hal ini setelah
instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.
Dalam penelitian ini, setelah instrumen budaya organisasi dan emotional
quotient disusun, peneliti mengkonsultasikan dengan para ahli. Jumlah para ahli (judgement expert) yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 2
dosen Psikologi Industri dan Organisasi yakni Ita Juwitaningrum, S.Psi.,M.Pd
dan Medianta Tarigan M.Psi. Setelah berkonsultasi dengan kedua dosen
tersebut, dihasilkan instrumen penelitian yaitu, 25 item untuk variabel budaya
organisasi dan 22 item untuk variabel emotional quotient.
Selanjutnya, instrumen yang sudah disusun diuji cobakan kepada 105
orang yang memiliki karakter yang sama dengan sampel penelitian.
2. Uji Koefisien Item
Berdasarkan kriteria yang diberikan oleh Sugiyono (2009: 134), butuh
55
Setelah melakukan uji validitas dengan menggunakan program SPSS 18.0.
diperoleh 25 item yang valid dengan kata lain semua item valid atau >0,3.
Tabel 3.7
Item-item yang Layak pada Instrumen Budaya Organisasi
No Dimensi Item yang layak
1 Inovasi dan Pengambilan Risiko 1, 3, 4, 7
2 Perhatian pada Detil 2, 5, 6, 8
3 Orientasi Hasil 10, 11, 21
4 Orientasi Manusia 12, 14
5 Orientasi Tim 15, 16
6 Agresivitas 9, 13, 18, 19, 20, 22, 23
7 Stabilitas 17, 24, 25
Total 25
Setelah melakukan uji validitas terhadap variabel emotional quotient
dengan menggunakan program SPSS 18.0, diperoleh 20 item yang valid atau >
56
Tabel 3.8
Item-item yang Layak pada Instrumen Emotional quotient
No Dimensi Item yang layak
1 Kesadaran Diri 1, 2
2 Manajemen diri 3, 4, 8, 10, 14
3 Memotivasi Diri 11, 12, 13, 16, 17, 18
4 Empati 6, 7, 15
5 Keterampilan sosial 9, 19, 20, 21
Total 20
3. Uji Reliabilitas
Instrument penelitian disamping harus valid, juga harus dapat dipercaya
(reliabel). Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena
instrument itu sudah baik.
Setelah dilakukan uji validitas melalui pakar atau validitas isi dan
validitas konstruk, selanjutnya instrumen diuji tingkat reliabilitasnya dengan
menggunakan bantuan software SPSS versi 18.0.
Menurut Guilford dalam Sugiyono (2007: 18), kriteria koefisien
57
Tabel 3.9
Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach
Kriteria Koefisien
Sangat Reliabel >0.900
Reliabel 0.700 – 0.900
Cukup Reliabel 0.400 - 0.700
Kurang Reliabel 0.200 – 0.400
Tidak Reliabel <0.200
Dari data yang diperoleh dari hasil uji coba instrumen yang kemudian
diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 18.0 tersebut, dapat
[image:41.612.117.526.171.612.2]diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. 10
Hasil Reliabilitas Uji Coba Instrumen Budaya Organisasi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
58
Tabel 3. 11
Hasil Reliabilitas Uji Coba Instrumen Emotional quotient
Dari hasil yang diperoleh dari uji coba instrumen, diperoleh koefisien
reliabilitas budaya organisasi sebesar 0,921 dan koefisien reliabilitas emotional
quotient sebesar 0,842. Dengan angka koefisien reliabilitas seperti yang disebutkan diatas, dapat dkatakan bahwa instrumen menunjukkan angka
koefisien yang sangat reliabel untuk instrumen budaya organisasi dan reliabel
untuk emotional quotient, sehingga instrumen tersebut dapat digunakan dalam
penelitian.
G. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data bisa diperoleh dari sumber data internal perusahaan
maupun dari luar perusahaan.
a. Data Primer
Data primer juga diartikan sebagai data intern, yaitu data yang
didapat langsung dari perusahaan. Dalam penelitian ini yaitu data yang
langsung diperoleh dari PT. Meprofarm.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
59
b. Data Sekunder
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah
buku-buku, literatur, artikel, situs dan tulisan-tulisan ilmiah.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data meliputi teknik:
a. Wawancara
Peneliti melakukan dialog langsung dengan pihak perusahaan
sebagai narasumber yang dapat memberikan data keterangan yang
dibutuhkan. Yaitu pada tanggal 4 Mei 2013 dengan HRD PT.
Meprofarm. Yaitu tentang budaya organisasi, emotional quotient
karyawan dan prestasi kerja karyawan di perusahan tersebut.
b. Studi literatur
Peneliti mengumpulkan data dari buku-buku, jurnal dan karya
ilmiah lainnya.
c. Kuesioner
Dalam kuesioner ini, peneliti mengemukakan beberapa pernyataan
yang mencerminkan pengukuran indikator dari variabel X1 (budaya
organisasi), X2 (emotional quotient). Masing-masing kuesioner tersebut
60
Tabel 3.12
Alternatif Jawaban Berdasarkan Skala Likert
Alternatif Jawaban Tidak Sesuai Kurang Sesuai Cukup
Sesuai Sesuai
Sangat
Sesuai
Positif 1 2 3 4 5
Negatif 5 4 3 2 1
Sedangkan untuk variabel Y (prestasi kerja karyawan), peneliti
memutuskan untuk menggunakan data sekunder berupa hasil penilaian
karyawan bagian Produksi pada tahun 2012, cawu yang terakhir. Data sekunder
tersebut digunakan mengingat setiap perusahaan mempunyai standar tersendiri
dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja karyawannya sesuai dengan
posisi dan jobdesc masing-masing karyawan. Penilaian karyawan PT.
H. Analisis Data
Analisis data adalah suatu kegiatan lanjutan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain sudah terkumpul (Sugiyono, 2009). Adapun jenis analisis data
yang akan digunakan yaitu :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Data yang berdistribusi normal akan dilanjut
dengan menggunakan parametric-test sedangkan data yang berdistribusi tidak
normal akan dilanjutkan dengan menggunakan non parametric-test. Uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
menggunakan bantuan SPSS 18.0. Apabila tingkat signifikansi di bawah 0,05
berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data
61
atas 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan
diuji dengan data normal baku, yang berarti data berdistribusi normal
(Sugiyono, 2009).
2. Uji Korelasi
Uji korelasi digunakan untuk melihat seberapa erat hubungan antara
variabel satu dan variabel lainnya, yaitu budaya organisasi, emotional quotient
dan prestasi kerja.
3. Uji Signifikansi
Menurut Sugiyono (2009), uji signifikansi dilakukan untuk menguji
apakah hubungan yang ditemukan signifikan atau tidak. Apabila hasil yang
diperoleh signifikan maka hasil korelasi tersebut dapat digeneralisasikan. Pada
penelitian ini, uji signifikan diukur dengan membandingkan angka signifikansi/
probabilitas yang dihasilkan oleh variabel penelitian dengan taraf
[image:45.612.107.527.211.614.2]signifikansinya. Kriteria signifikansi korelasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.13
Kriteria Signifikan Variabel
Kriteria
Probabilitas > 0,05 Ho diterima
Probabilitas < 0,05 Ho ditolak
I. Prosedur Penelitian
Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan penelitian secara garis besar:
1. Tahap Persiapan
62
b. Mencari fenomena di lapangan untuk dijadikan latar belakang penelitian.
c. Menentukan variabel yang akan diteliti
d. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teoritis yang tepat mengenai masalah dan variabel penelitian.
e. Mengikuti seminar untuk mempresentasikan masalah yang akan diteliti
melalui mata kuliah Seminar PIO.
f. Mengajukan surat ijin penelitian dari kampus dan perusahaan tempat
diadakannya penelitian.
g. Menentukan dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam
penelitian
h. Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan dalam penelitian untuk
mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mempersiapkan alat ukur yang akan dgunakan dalam penelitian dan
menetapkan jadwal pengambilan datanya.
b. Melaksanakan pengambilan data kepada subjek yang sudah ditentukan.
3. Tahap Pengolahan Data
a. Melakukan skoring untuk setiap hasil kuesioner dari kedua variabel.
b. Membuat dan menghitung tabel data.
c. Melakukan analisis data dengan menggunakan SPSS statistik untuk menguji
hipotesis penelitian dan korelasi antara kedua variabel penelitian.
4. Tahap Pembahasan
a. Menginterpretasikan dan membahas data hasil statistik berdasarkan teori
dan kerangka berpikir penelitian.
b. Merumuskan kesimpulan penelitian.
5. Tahap Pelaporan
a. Membuat laporan hasil penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan budaya organisasi pada
divisi Produksi berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 69,23 % atau
54 orang karyawan dari 78 karyawan.
2. Gambaran emotional quotient pada karyawan divisi Produksi berada pada
kategori sedang yaitu sebesar 76,69 % yaitu sebanyak 60 orang karyawan
dari 78 karyawan.
3. Setelah data nilai prestasi kerja karyawan dikategorisasikan diperoleh
hasil 19,23 % berada pada kategori tinggi, 66,67 % berada pada kategori
sedang dan 14,1 % berada pada kategori rendah. Disimpulkan bahwa
prestasi karyawan berada pada kategori sedang.
4. Variabel budaya organisasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan
dengan prestasi kerja. Hal ini dapat dilihat dari hasil koefisien korelasi
sebesar 0,240, dengan koefisien determinasi sebesar 5,76% dan nilai
signifikasinya sebesar 0,034. Hal ini berarti semakin tinggi budaya
organisasi maka semakin tinggi prestasi kerja karyawan walaupun hanya
berpengaruh 5,76%.
5. Variabel emotional quotient memiliki hubungan yang positif dengan
prestasi kerja karyawan tetapi tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari
hasil koefisien korelasi sebesar 0,211, koefisien determinasi 4,45% dan
nilai signifikasinya sebesar 0,063. Hal ini berarti semakin tinggi emotional
124
6. Pada penelitian ini hubungan korelasi budaya organisasi dan emotional
quotient dengan prestasi kerja karyawan berada pada kategori rendah yaitu 0,240 dan 0,211.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah
dipaparkan maka terdapat beberapa rekomendasi yaitu:
1. Perusahaan yang bersangkutan
Berdasarkan data yang diperoleh, prestasi kerja yang telah dicapai oleh
karyawan berada pada kategori sedang. Melalui tanggapan responden
mengenai budaya organisasi masih dalam kategori sedang, dan emotional
quotient karyawan juga masih dalam kategori sedang dalam mengelola emosinya. Oleh karena itu untuk meningkatkan prestasi kerja supaya
berada pada kategori tinggi, sebaiknya perusahaan lebih memotivasi dan
mendorong karyawan dalam bekerja dengan cara memberikan kesempatan
kepada karyawan untuk bertindak inovatif dalam menyelesaikan
pekerjaannya agar karyawan tidak bosan dengan pekerjaannya yang
dilakukan setiap hari, memberikan penghargaan kepada setiap karyawan
yang berprestasi agar semua karyawan mampu bersaing secara sehat untuk
mendapatkan prestasi yang baik, melakukan pendekatan kepada karyawan
karena masih terdapat karyawan yang belum mampu membangun
hubungan yang baik dengan atasannya. Karena apabila karyawan telah
nyaman di tempat kerja dan merasa diterima oleh atasan serta lingkungan
maka akan meningkatkan prestasi kerja karyawan yang berakibat pada
tercapainya tujuan organisasi.
2. Peneliti Selanjutnya
a. Bagi peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang budaya
125
kembali komprehensif dan mendalam mengenai permasalahan ketiga
variabel tersebut.
b. Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti hubungan budaya
organisasi dan emotional quotient dengan prestasi kerja karyawan.
Masih banyak faktor yang sangat berpengaruh terhadap prestasi kerja
karyawan, oleh karena itu, perlu ada penelitian lebih lanjut terhadap
faktor-faktor lain yang berhubungan maupun yang berpengaruh
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, Hadi. S M.T (2005) Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk
Administrasi dan Manajemen. Bandung. Dewa Ruchi
Anatan, Lina dan Lena Ellitan. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam
Bisnis Modern. Bandung: Alfabeta.
Anoraga,Pandji. (2009) Manajemen Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta
Dewi, Sinta Purnama. (2010). Pengaruh Penerapan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT. Kertas Padalarang. Skripsi, Jurusan Manajemen UPI, Bandung.
Dharma, Agus. (1991). Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta : Rajawali
Geriarti, Ika Mifa. (2008). Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Masa Kerja Terhadap
Prestasi Kerja Karyawan PT. PLN APJ Malang. Skripsi, jurusan Manajemen Program Studi Pendidikan Adm. Perkantoran FE Universitas Negeri Malang
Goleman, Daniel. (1994). Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional: Mengapa
EI lebih Penting dari IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gusharnanto, Nuri Wida. (2008). Pengaruh Faktor-Faktor Kecerdasan Emosional
Terhadap Prestasi Kerja Karyawan PT. Arjuna Utama Kimia di Surabaya. Skripsi Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi PERBANAS Surabaya.
Handoko, T. Hani (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi
2. Yogyakarta :BPFE
Hasibuan, M.S.P (2009) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi
127
Luthans, Fred. (2006). Perilaku Organisasi (edisi sepuluh). Yogyakarta: penerbit
ANDI
Mardika, Siti. (2011). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Komitmen
Organisasional (Studi Korelasi pada Karyawan PT. BRI Cabang Setiabudi Bandung). Skripsi Psikologi UPI
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : refika
aditama
Moeldjono, D.2005. Cultured ! Budaya Organisasi Dalam Tantangan. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo.
Nasri, Deni. (2009). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Konsep Diri Pada
Remaja Akhir. Skripsi, Jurusan Psikologi UPI, Bandung.
Rahmi, Alfi. 2008. Kecerdasan Emosional dan Kehidupan Dunia Kerja. Ta’dib
Vol.11,No.1 Juni 2008
Rakhman, Muhamad Fahriza Amidia. (2008). Hubungan Antara Budaya Organisasi
dengan Prestasi Kerja Karyawan. Skripsi Fakultas Bisnis Manajemen pada Universitas Widyatama.
Ristami, Komang Tri Ayu. (2013). Efek Gender dan Pendidikan pada Hubungan
Kecerdasan Emosional dan Kinerja Karyawan BPR di Kabupaten Gianyar. Dalam Jurnal Magister Manajamen Universitas Udayana 02 (03)
Robbins, S. P dan Mary Coulter. (2010) Manajemen (edisi kesepuluh) jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Rohiat. (2008). Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung :
128
Rowley, Chris dan Keith Jackson. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia: the
key concept. Jakarta: PT. Rajawaligrafindo persada
Safaria, Triantoro. (2009). Manajemen Emosi: sebuah panduan cerdas bagaimana
mengelola emosi positif dalam hidup anda. Jakarta : Bumi Aksara
Sakti, Herdiana Sri. (2012). Pengaruh Gender terhadap Prestasi Kerja dengan Soft
Skills sebagai Variabel Moderator (studi pada Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang Malang).
Sedarmayanti. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Refika
Aditama
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sutrisno, Edy. (2009). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: kencana
Suwarto dan Koeshartono. (2009) Budaya Organisasi Kajian konsep dan
implementasi. Yogyakarta: penerbit universitas atmajaya yogyakarta.
Tika, Moh. Pabundu (2006). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja
Perusahaan. Jakarta: Bumi Aksara
Tika, Moh. Pabundu (2008). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja
Perusahaan. Jakarta: Bumi Aksara
Wijono, Sutarto. (2010). Psikologi Industri dan Organisasi Dalam Suatu Bidang