POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2022
RANCANGAN PENYULUHAN TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN KELINCI SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA KELOMPOK TERNAK KEDUNG REJOSO DI DESA
KEDUNG ROJOSO KECAMATAN KOTA ANYAR KABUPATEN PROBOLINGGO
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
FEBRI RAHMAD JUNAEDI 04.03.18.200
TUGAS AKHIR
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2022
RANCANGAN PENYULUHAN TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN KELINCI SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA KELOMPOK TERNAK KEDUNG REJOSO DI DESA
KEDUNG ROJOSO KECAMATAN KOTA ANYAR KABUPATEN PROBOLINGGO
Diajukan sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr.Pt)
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
FEBRI RAHMAD JUNAEDI 04.03.18.200
LAPORAN TUGAS AKHIR
RANCANGAN PENYULUHAN TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN KELINCI SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA KELOMPOK TERNAK KEDUNG REJOSO DI DESA KEDUNG ROJOSO KECAMATAN KOTA ANYAR KABUPATEN
PROBOLINGGO
FEBRI RAHMAD JUNAEDI 04.03.18.200
Malang,...
Mengetahui,
Pembimbing I
Luki Amar H., S.Pt, M.Sc NIP.19690223 199803 2 002
Pembimbing II
Dr. Wahyu Windari, S.Pt., M.Sc NIP. 19681001 200112 2 001
Mengetahui, Direktur
Politeknik Pembangunan Pertanian Malang
Dr.Setya Budi Udrayana,S.Pt, M.Si NIP. 19690511 199602 1 001
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LAPORAN TUGAS AKHIR
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
RANCANGAN PENYULUHAN TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN KELINCI SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA KELOMPOK TERNAK KEDUNG REJOSO DI DESA KEDUNG ROJOSO KECAMATAN KOTA ANYAR KABUPATEN
PROBOLINGGO
FEBRI RAHMAD JUNAEDI 04.03.18.200
Telah dipertahankan di depan penguji Pada tanggal...
Dinyatakan telah memenuhi syarat
Mengetahui,
Penguji I
Luki Amar H., S.Pt, M.Sc NIP.19690223 199803 2 002
Penguji II
Dr. Wahyu Windari, S.Pt., M.Sc NIP. 19681001 200112 2 001
Penguji III
Drh. Isyunani, M.Agr NIP. 19580618 198603 2 001
Febri Rahmad Junaedi, 04.03.18.200, Rancangan Penyuluhan Tentang Pemanfaatan Limbah Kotoran Kelinci Sebagai Pupuk Organik Pada Kelompok Ternak Kedung Rejoso Di Desa Kedung Rojoso Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo, Komisi pembimbing: Luki Amar H., S.Pt, M.Sc dan Dr. Wahyu Windari, S.Pt., M.Sc.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh para peternak kelinci yaitu mengenai penanganan limbah. Berdasarkan programa Desa Kedung Rejoso (2021) kotoran kelinci yang dihasilkan yaitu sebanyak 15-20 kg/hari, sedangkan dalam 1 tahun ada sebanyak 5.500 kg. Kotoran ternak kelinci oleh peternak di Desa Kedung Rejoso hanya dibiarkan begitu saja tanpa dilakukannya pengolahan. Salah satu teknologi pengolahan limbah yaitu pembuatan pupuk organik. Pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat melalui proses pembusukan atau fermentasi menggunakan mikroorganisme pengurai yang bertujuan untukmeningkatkan kandungan zat-zat organik di dalamnya serta mempercepat terjadinya pupuk. Peternak di Desa Kedung Rejoso belum pernah mendapatkan kegiatan penyuluhan mengenai teknologi inovasi pupuk organik.
Tujuan dilakukannya penelitiaan ini yaitu 1) Untuk mengetahui hasil kaji terap tentang pembuatan pupuk organik dari kotoran kelinci 2) Merancang penyuluhan tentang pemanfaatan kotoran kelinci sebagai pupuk organik di Kelompok Ternak Kedung Rejoso 3) Mengetahui pelaksanaan penyuluhan tentang pemanfaatan kotoran kelinci sebagai pupuk organik di Kelompok Ternak Kedung Rejoso.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kaji terap, dimana semua kegiatan penelitian dilakukan di lokasi. Jumlah responden yang digunakan dalam kegiatan penelitian yaitu sebanyak 15 orang. Variabel pengamatan dalam penelitian ini yaitu perubahan perilaku yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Instrumen yang digunakan untuk variabel pengamatan yaitu kuesioner dan kisi-kisi instrumen. Analisa data yang digunakan yaitu analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pengkategorian dan garis kontinum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kaji terap pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan kotoran kelinci dilakukan pada tanggal 16 Mei 2022 di rumah bapak Septian Sandy Pranata selaku ketua kelompok ternak di Desa Kedung Rejoso. Kajian terap yang dilakukan di kelompok ternak ini bertujuan untuk menguji keberhasilan dari proses fermentasi kotoran kelinci.
Proses kaji terap yang dilakukan telah berhasil, dikarenakan pupuk organik dari kotoran kelinci menunjukkan ciri-ciri yang sesuai dengan standart fermentasi pada umumnya yaitu berwarna coklat kehitaman, aroma harum seperti tape dan teksturnya halus 2) Penyusunan rancangan penyuluhan terdiri dari 4 aspek yaitu materi yang disampaikan tentang pemanfaatan kotoran kelinci sebagai pupuk organik, metode yang digunakan berupa ceramah, diskusi dan demonstrasi cara, media yang digunakan adalah leaflet dan video tutorial serta evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi peningkatan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap 3) Terjadinya peningkatan aspek pengetahuan sasaran sebesar 42,4%, aspek keterampilan sebesar 38,9% dan aspek sikap 34,%. Faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan perubahan perilaku yaitu umur dan tingkat pendidikan. Umur responden mayoritas termasuk golongan muda (22-35) dan tingkat pendidikan peternak mayoritas SMA/SMK.
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun laporan tugas akhir dengan judul “Rancangan Penyuluhan Tentang Pemanfaatan Limbah Kotoran Kelinci Sebagai Pupuk Organik Pada Kelompok Ternak kedung Rejoso Di Desa Kedung Rejoso Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo”. Laporan ini penulis guna untuk memenuhi syarat kelulusan bagi mahasiswa tingkat IV.
Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang
2. Dr. Wahyu Windari S.Pt, M.Sc selaku Ketua Jurusan Peternakan dan Dosen Pembimbing II
3. Dr. Sad Likah, S.Pt, MP selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
4. Luki Amar H., S.Pt, M.Sc, selaku Pembimbing I
5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari, penulisan laporan ini jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan apabila terdapat hal-hal yang semestinya diperbaiki. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.
Malang, Agustus 2022
Penulis
ii
RINGKASAN ... ii
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 3
1.4 Manfaat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Penelitian Terdahulu ... 4
2.2 Landasan Teori Aspek Teknis... 5
2.2.1 Kelinci ... 5
2.2.2 Limbah Kotoran kelinci ... 6
2.2.3 Pupuk Organik. ... 6
2.3 Landasan Teori Aspek Penyuluhan ... 7
2.3.1 Pengertian Penyuluhan ... 7
2.3.2 Tujuan Penyuluhan ... 8
2.3.3 Sasaran Penyuluhan ... 9
2.3.4 Materi Penyuluhan... 9
2.3.5 Metode Penyuluhan ... 10
2.3.6 Media Penyuluhan ... 10
2.3.7 Evaluasi Penyuluhan ... 11
2.3.8 Aspek Perilaku ... 12
2.4 Kerangka Pikir ... 13
BAB III METODE PENELITIAN ... 15
3.1 Lokasi dan Waktu ... 15
3.2 Metode Kajian ... 15
3.2.1 Populasi dan Sampel... 15
3.2.2 Variabel Pengamatan ... 16
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ... 16
3.2.4 Uji Instrumen ... 16
3.2.5 Analisa Data ... 17
3.3 Metode Perancangan Penyuluhan ... 18
3.3.1 Penetapan Tujuan Penyuluhan ... 18
3.3.2 Penetapan Sasaran Penyuluhan ... 18
3.3.3 Penetapan Materi Penyuluhan ... 19
3.3.4 Penetapan Metode Penyuluhan ... 19
3.3.5 Penetapan Media Penyuluhan ... 20
3.3.6 Penentuan Evaluasi Penyuluhan... 20
3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan Penyuluhan ... 24
3.4.1 Persiapan ... 24
3.4.2 Pelaksanaan ... 25
3.4.3 Evaluasi... 25
iii
3.5 Definisi Operasional ... 25
BAB IV HASIL KAJIAN ... 26
4.1 Hasil Teknologi Kaji Terap ... 26
4.1.1 Pembuatan Pupuk Organik ... 26
4.2 Evaluasi Kaji Terap ... 27
BAB V PERANCANGAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN ... 30
5.1 Perancangan Penyuluhan ... 30
5.1.1 Penetapan Sasaran ... 30
5.1.2 Penetapan Tujuan ... 31
5.1.3 Penetapan Materi ... 31
`5.1.4 Penentuan Metode Penyuluhan ... 33
5.1.5 Penentuan Media Penyuluhan ... 34
5.1.6 Penentuan Evaluasi Penyuluhan... 34
5.2 Implementasi/Uji Coba Rancangan Penyuluhan ... 38
5.2.1 Lokasi dan Waktu ... 38
5.2.2 Persiapan Kegiatan Penyuluhan ... 38
5.2.3 Pelaksanaan Penyuluhan ... 39
BAB VI PEMBAHASAN ... 41
6.1 Identifikasi Potensi Wilayah ... 41
6.1.1 Keadaan Umum Wilayah ... 41
6.1.2 Sumber Daya Manusia (SDM)... 41
6.1.3 Kelembagaan Petani ... 43
6.2 Hasil Evaluasi Penyuluhan ... 43
6.2.1 Evaluasi aspek pengetahuan ... 43
6.1.2 Evaluasi aspek keterampilan... 45
6.1.3 Evaluasi aspek sikap ... 47
6.1.4 Analisis Perubahan Perilaku ... 49
6.2Pembahasan... 50
BAB VII PENUTUP ... 53
7.1 Kesimpulan ... 53
7.2 Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
LAMPIRAN ... 58
iv
Tabel Halaman
4.1 Evaluasi Kaji Terap... 26
5.1 Karakteristik Sasaran Penyuluhan... 29
5.2 Kategori evaluasi aspek pengetahuan... 35
5.3 Kategori evaluasi aspek keterampilan... 36
5.4 Kategori evaluasi aspek sikap... 37
6.1 Data perkembangan kelompok tani... 41
6.2 Hasil evaluasi awal aspek pengetahuan... 42
6.3 Hasil evaluasi akhir aspek pengetahuan... 43
6.4 Hasil evaluasi awal aspek keterampilan... 44
6.5 Hasil evaluasi akhir aspek keterampilan... 45
6.5 Hasil evaluasi awal aspek sikap... 46
6.7 Hasil evaluasi akhir aspek sikap... 47
6.8 Rata-rata Perubahan Perilaku... 48
6.9 Karakteristik responden berdasarkan umur... 48
6.10 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan.... 49
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir... 13
6.1 Jumlah penduduk menurut golongan umur... 39
6.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 40
6.3 Garis kontinum evaluasi awal aspek pengetahuan... 42
6.4 Garis kontinum evaluasi akhir aspek pengetahuan... 43
6.5 Garis kontinum evaluasi awal aspek keterampilan... 44
6.6 Garis kontinum evaluasi akhir aspek keterampilan... 45
6.7 Garis kontinum evaluasi awal aspek sikap... 46
6.8 Garis kontinum evaluasi akhir aspek sikap... 47
vi
Lampiran Halaman
1. Matriks Kisi-Kisi Instrumen Ranah Pengetahuan ... 58
2. Kuesioner Aspek Pengetahuan ... 60
3. Matriks Kisi-Kisi Instrumen Ranah Keterampilan ... 62
4. Kuesioner Aspek Keterampilan ... 64
5. Matriks Kisi-Kisi Instrumen Ranah Sikap ... 65
6. Kuesioner Aspek Sikap ... 66
7. Sinopsis ... 67
8. Pertimbangan pemilihan metode penyuluhan ... 69
9. Matriks Analisa Penetapan Metode Penyuluhan ... 70
10. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) ... 71
11. Matriks analisa penetapan media penyuluhan ... 73
12. Hasil Uji Validitas ... 75
13. Hasil Uji Reliabilitas ... 82
14. Identitas Responden ... 84
15. Data Evaluasi Awal Aspek Pengetahuan ... 85
16. Data Evaluasi Akhir Aspek Pengetahuan ... 86
17. Data Evaluasi Awal Aspek Keterampilan ... 87
18. Data Evaluasi Akhir Aspek Keterampilan ... 88
19. Data Evaluasi Awal Aspek Sikap ... 89
20. Data Evaluasi Akhir Aspek Sikap ... 90
21. Dokumentasi Kegiatan... 91
BAB I
1
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Budidaya ternak kelinci merupakan salah satu usaha di bidang peternakan yang banyak diminati oleh para peternak. Keuntungan dari usaha ternak kelinci ini yaitu (1) modal usaha yang relatif kecil , (2) pakan mudah dicari dan tidak ketergantungan pada pakan pabrik, (3) mampu menghasilkan jumlah anakan yang cukup banyak dan (4) mempunyai sifat jarak beranak yang pendek dalam waktu yang singkat. Desa Kedung Rejoso Kecamatan Kota Anyar merupakan salah satu desa di Kabupaten Probolinggo yang melakukan budidaya ternak kelinci. Peternak kelinci di Desa Kedung Rejoso ada sebanyak 150 ekor (Programa Desa Kedung Rejoso Tahun 2021). Setiap satu peternak rata-rata memiliki 10 ekor yaitu 2 jantan dan 8 betina.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh para peternak kelinci yaitu mengenai penanganan limbah. Limbah ternak kelinci terdiri dari 2 jenis yaitu limbah kotoran dalam bentuk padat (feses) dan cair (urine). Limbah kotoran padat ternak kelinci dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, karena bau yang menyengat. Urine pada kelinci sebelumnya sudah banyak dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk organik cair, akan tetapi untuk kotoran sendiri masyarakat masih belum memanfaatkannya dengan maksimal, salah satunya yaitu peternak di Desa Kedung Rejoso. Berdasarkan programa Desa Kedung Rejoso (2021) kotoran kelinci yang dihasilkan yaitu sebanyak 15-20 kg/hari, sedangkan dalam 1 tahun ada sebanyak 5.500 kg. Kotoran ternak kelinci oleh peternak di Desa Kedung Rejoso hanya dibiarkan begitu saja tanpa dilakukannya pengolahan.
Kotoran kelinci sebenarnya mengandung unsur hara yang tidak kalah bagusnya dengan kotoran ternak lainnya. Menurut Sajimin, dkk (2005) menyebutkan bahwa kotoran padat ternak kelinci mempunyai kandungan C/N
(10-12%), P (2,20-2,76%), K (1,86%) dan Ca (2,08%). Salah satu teknologi inovasi untuk mengatasi kotoran padat ternak kelinci yang melimpah yaitu teknologi pupuk organik.
Pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat melalui proses pembusukan atau fermentasi menggunakan mikroorganisme pengurai yang bertujuan untuk meningkatkan kandungan zat-zat organik di dalamnya serta mempercepat terjadinya pupuk. Menurut Tufaila, dkk (2014) Pupuk organik adalah jenis pupuk yang menggantikan pupuk kimia buatan, memperbaiki kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk kimia yang berlebihan, serta meningkatkan kesuburan tanah.
Peternak di Desa Kedung Rejoso belum pernah mendapatkan kegiatan penyuluhan mengenai teknologi inovasi pupuk organik. Dengan demikian peneliti melakukan pengkajian dengan judul “Penyuluhan tentang Pemanfaatan Kotoran kelinci Sebagai Pupuk Organik Pada Kelompok Ternak Kedung Rejoso Di Desa Kedung Rejoso Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi lapangan, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil kaji terap tentang pembuatan pupuk organik dari kotoran kelinci?
2. Bagaimana rancangan penyuluhan tentang pemanfaatan kotoran kelinci sebagai pupuk organik di Kelompok Ternak Kedung Rejoso?
3. Bagaimana evaluasi penyuluhan tentang pemanfaatan kotoran kelinci sebagai pupuk organik di Kelompok Ternak Kedung Rejoso?.
3
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan, dapat diambil tujuan penelitiaan sebagai berikut:
1. Mengetahui hasil kaji terap tentang pembuatan pupuk organik dari kotoran kelinci?
2. Merancang penyuluhan tentang pemanfaatan kotoran kelinci sebagai pupuk organik di Kelompok Ternak Kedung Rejoso.
3. Mengetahui evaluasi penyuluhan tentang pemanfaatan kotoran kelinci sebagai pupuk organik di Kelompok Ternak Kedung Rejoso
1.4 Manfaat
Manfaat dari dilakukannya kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penyuluh
Bagi penyuluh penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam bidang peternakan, khususnya dalam hal teknologi pengolahan limbah padat ternak kelinci.
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk referensi sebagai teknologi pengolahan limbah guna untuk meningkatkan pendapatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian dilakukan oleh Khoir, dkk (2017) yang berjudul Pengaruh Pupuk NPK dan Kompos Kotoran Kelinci Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Wortel, dengan menggunakan Metode pendekatan langsung kepada masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pupuk NPK dan kompos kotoran kelinci tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun pada semua umur pengamatan, tetapi berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun umur 42 tahun. bahwa itu mempengaruhi 56 hari setelah tanam, berat segar dan kering tanaman.
Menurut penelitian Anwar dan Djatmiko (2018) yang berjudul Limbah Ternak Kelinci Sebagai Bahan Baku Pupuk Organik Potensial menyatakan bahwa kandungan hara N (Nitrogen) yang berasal dari bahan baku limbah ternak kelinci lebih tinggi dibandingkan dengan limbah ternak yang lainnya, akan tetapi untuk kandungan P, K, Ca, Mg dan S pada pupuk kandang kelinci lebih rendah dibandingkan dengan pupuk kandang sapi. Kandungan hara pupuk organik yang berasal dari kotoran padat kelinci yaitu kandungan N sebesar 2,43%, P 2,73%, K 2,1%, Ca 6,43%, Mg 2,03% dan S 0,58%.
Menurut Nurhidayati dan Basit (2020) yang berjudul Pemanfaatan Limbah Ternak Kelinci untuk Pembuatan Pupuk Organik Padat dan Cair menyatakan bahwa pupuk organik padat yang berasal dari kotoran kelinci memiliki kanndungan N sebesar 1,26%, P 0,71%, K 0,57 dan C/N ratio 16,25%. Penelitian ini melakukan kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik berbahan dasar kotoran kelinci dan penyuluhan di Desa Codo Kecamatan Wajak. Hasil dari kegiatan penyuluhan yaitu sebanyak 83% peternak dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam hal pembuatan pupuk organik.
4
5
Penelitian dilakukan oleh Ahmad Rifai (2020). yang berjudul “Efektifitas Pemberian pupuk kandang kelinci untuk pertumbuhan dan produksi tanaman cabai besar menggunakan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah acak kelompok yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 24 satuan percobaan yaitu metode Rancangan (RAK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap bobot segar pucuk tanaman, diketahui telah terdeteksi bobot rata- rata bobot segar yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan K2 dapat menciptakan lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah yang sesuai bagi tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara memadai.
2.2 Landasan Teori Aspek Teknis 2.2.1 Kelinci
Kelinci adalah mamalia dari keluarga kelinci yang ditemukan di berbagai planet. Kelinci berkembang biak dengan lahir disebut vivipar. Hewan ini dulunya merupakan hewan liar yang hidup dari Afrika hingga daratan Eropa. Saat ini sejumlah jenis kelinci menjadi hewan peliharaan dan pedaging. Secara umum kelinci terbagi menjadi dua jenis, terlihat dari jenis bulunya terdiri dari jenis bulu pendek dan panjang, di indonesia hanya terdapat kelinci yakni kelinci sumatera (Nesolagus netseherischlgel) merupakan satu satunya ras kelinci yang asli indonesia. (Jack Crone, 2015). Secara umum, kelinci berbentuk seperti kelinci pelompat berkaki panjang, dengan telinga lurus panjang, gigi depan berbulu, tubuh relatif tebal dan bulat, dan ukuran tubuh sedikit lebih kecil dari hewan lain.
Sebuah struktur dengan fungsi masing-masing. Kelinci adalah salah satu hewan yang hidup dalam jumlah besar pada masa kanak-kanak dan dalam kelompok yang relatif kecil atau berpasangan saat dewasa. Kelinci memiliki sifat dan karakteristik seperti menggali, menyikat gigi, melompat, dan menggerakkan
hidung., dan menggerakkan telinga. (Alex S, 2014) 2.2.2 Limbah Kotoran kelinci
Limbah kotoran kelinci belum begitu dimanfaatkan oleh peternak. Limbah kelinci ini dengan teknologi sederhana yaitu menggunakan mikroorganisme pengurai dapat diolah menjadi pupuk organik dalam waktu cepat. Pupuk organik ini memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan dapat menambah penghasilan bagi peternak kelinci. Pupuk organik ini di aplikasikan pada tanaman, karna selain mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman juga mengandung hormon tubuh yang dapat merangsang pertumbuhan (Risvan Anwar dan Djatmiko, 2018)
Ada dua jenis kotoran kelinci diantaranya yaitu kotoran normal yang terdapat di bawah kandang dan kotoran kecil yang lunak yang tidak diserap oleh usus. (Kartadisastra, 2001). Kelinci biasanya memakan kotoran yang lunak (lunak) dan dimakan langsung melalui anus tersebut berwarna hijau muda dan memiliki memiliki kosistensi lembek. Sedangkan kotoran yang dikeluarkan pada siang hari biaasanya berwarna coklat dan mengeras (Blakely dan bade, 1998)
Menurut Prawirokusumo (1994) kelinci memakan kembali kotoranyanya biasanya dilakukan pada malam hari dimana kotoran kelinci masih dalam keadaan lembek. Kotoran tersebut banyak mengandung nutrien yang diperlukan oleh kelinci yaitu protein (asam amino) dan kelompok vitamin B. Jadi dalam memenuhi asam amino serta vitamin B kelompok kelinci melakukan coprophagy yang mulai dilakukan pada umur 3-4 minggu, setelah kelinci memakan pakan yang solid.
2.2.3 Pupuk Organik
Pupuk organik berfungsi untuk meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah serta mengefisienkan penggunaan pupuk anorganik. Pupuk organik bervariasi dalam kualitas dan komposisi tergantung pada bahan dasar kompos
7
dan proses pembuatannya. Penggunaan pupuk organik non-komersial dan penggunaan legum, baik di gang dan tanaman penutup dan bahan organik in situ, untuk mendukung pemulihan kesuburan tanah saat pengadaan pupuk organik harus diperkuat. (Wiwik Hartatik, 2015).
Menurut Roidah (2013), upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan menggunakan pupuk organik. Kandungan nutrisi pupuk tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini memiliki sifat lain. Artinya, dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas, tanah, struktur tanah, struktur tanah, kapasitas retensi air kation tanah.
Menurut Wiwik Hartatik (2015), pupuk organik meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah dan merasionalisasi penggunaan pupuk mineral.
Pupuk organik bervariasi dalam kualitas dan komposisi tergantung pada bahan dasar kompos dan proses pembuatannya. Penggunaan legum, baik dalam bentuk gang maupun cover crop, serta penggunaan bahan organik in situ perlu diperkuat untuk mendukung penggunaan pupuk organik dari pupuk kandang.
2.3 Landasan Teori Aspek Penyuluhan 2.3.1 Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan Pertanian merupakan proses pembelajaran yang dapat dilakukan oleh para pelaku kunci dan ekonomi agar dengan adanya kegiatan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak. Kegiatan sosialisasi ini termasuk dalam pendidikan nonformal. Menurut Mardikanto (1993), pendidikan non formal adalah sistem pembelajaran yang memungkinkan pelaku utama dan pelaku usaha mengenali, menyiapkan, dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
Berdasarkan UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K). Dijelaskan bahwa penyuluhan
pertanian yaitu proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, serta sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
2.3.2 Tujuan Penyuluhan
Tujuan utama penyuluhan pertanian adalah mengubah sikap petani dan keluarganya, yang diharapkan mampu memimpin sektor pertanian ke arah yang lebih baik. Dengan cara ini, petani dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Hal ini juga mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Tujuan penyuluhan pertanian meliputi kegiatan yang terorganisir untuk membantu petani dan keluarganya mengembangkan keterampilan, kapasitas dan pengetahuan pertanian dalam rangka meningkatkan ekonomi keluarga mereka (Padmanagara, 2012). Berdasarkan tingkat perluasannya, tujuan dapat dibagi menjadi tiga kategori: tujuan dasar, tujuan umum, dan tujuan utama.
Tujuan dasar yang ingin dicapai adalah kesejahteraan peternak dan petani.
Tujuan umum yang mengarah pada perubahan perilaku meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Yang terakhir adalah tujuan panduan untuk menghubungkan hasil akhir yang diinginkan dengan kegiatan perluasan.
Sedangkan menurut Cartasapoetra (1994), tujuan penyuluhan pertanian dibagi menjadi dua kelompok menurut waktu pelaksanaannya. Yang pertama adalah tujuan jangka pendek untuk mengubah perilaku petani seperti pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kedua, tujuan jangka panjang yang mengarah pada kesejahteraan dan peningkatan ekonomi keluarga petani.
9
2.3.3 Sasaran Penyuluhan
Menurut UU No. 16 Tahun 2006, orang yang akan dijadikan sebagai sasaran dalam kegiatan penyuluhan yaitu para pelaku utama dan pelaku usaha.
Orang yang termasuk dalam pelaku utama dan pelaku usaha disebut sebagai sasaran utama. Masyarakat yang termasuk dalam sasaran utama dalam kegiatan penyuluhan diantaranya yaitu para peternak, petani, pekebun dalam bentuk kelompok ataupun individu.
2.3.4 Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan memiliki makna yaitu suatu pesan oleh penyuluh yang disampaikan kepada sasaran pada saat dilakukkannya kegiatan penyuluhan pertanian. Pada saat kegiatan penyuluhan, materi yang disampaikan pada sasaran didasarkan pada suatu permasalahan atau kendala yang sedang dihadapi para petani atau peternak. Pemilihan materi penyuluhan ini dapat berdasarkan dari teknologi inovasi adopsi yang sudah ada atau bisa dari teknologi yang baru ditemukan atau diteliti.
Pemilihan materi penyuluhan juga harus disesuaikan dengan kondisi yang berada di lapangan sehingga materi tersebut dapat membantu para petani untuk meningkatkan pendapatan serta produktifita suatu usaha (Mardikanto, 1993).
Materi penyuluhan ini meliputi suatu teknologi baru yang dimana teknologii tersebut akan dibawa sebagai bahan ajaran bagi pelaku usaha dan pelaku utama khususnya di bidang pertanian maupun peternakan. Pemilihan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan dari pelaku utama dan pelaku usaha diharapkan mampu merubah perilaku mereka sehingga hal ini dapat berdampak pada hal peningkatan pendapatan, efisiensi usaha serta produktifitas (Isbandi, 2005).
Menurut Setiana (2005), segala informasi berupa teknologi yang disampaikan selama kegiatan penyuluhan kepada sasaran disebut materi penyuluhan.
2.3.5 Metode Penyuluhan
Cara maupun teknik yang biasanya digunakan pada waktu kegiatan penyuluhan pertanian disebut dengan metode penyuluhan. Tujuan dari metode penyuluhan yaitu untuk mempermudah para peternak ataupun petani dalam hal menerima materi penyuluhan pertanian. Menurut Isbandi, (2005) para pelaku utama dan pelaku usaha dapat merubah perilakunya apabila metode yang digunakan pada saat kegiatan penyuluhan adalah metode yang tepat serta sesauai dengan karakteristik petani atau peternak. Menurut Suhardiyono (1992), metode penyuluhan pertanian merupakan teknik atau cara yang digunakan sebagai alat bantu khusus dalam proses kegiatan penyuluhan pertanian. Tujuan dari penggunaan metode penyuluhan yaitu untuk memotivasi dan merubah pola pikir petani untuk melakukan perbaikan di bidang usahanya, karena hal itu akan berdampak pada peningkatan pendapatan sehingga para petani atau peternak dapat menjadi sejahtera.
Penilitian Mardikanto (1993), Pemilihan metode penyuluhan pertanian ini nantinya harus disesuaikan dengan beberapa hal diantaranya yaitu karakteristik sasaran, keadaan yang ada pada lapangan, tujuan yang akan dicapai, sifat dari materi penyuluhan yang akan dibawakan serta sumber data. Komunikasi pada kegiatan penyuluhan pertanian dibagi menjadi 2 metode pendekatan yaitu metode pendekatan berdasarkan cara penyampaian isi materi yang terdapat pada inovasi tersebut dan metode pendekatan berdasarkan kelompok sasaran maupun inovasi.
2.3.6 Media Penyuluhan
Media adalah alat bantu yang berbentuk cetak ataupun digital. Media merupakan hal terpenting juga dalam berlangsungnya kegiatan penyuluhan, karena dengan adanya suatu media pada saat penyuluhan nantinya dapat menarik perhatian dari para petani atau peternak sehingga mereka mau untuk
11
mendengarkan apa yang disampaikan pada saat kegiatan penyuluhan. Pada saat kegiatan penyuluhan media yang paling banyak digunakan yaitu leaflet, brosur, video tutorial, benda sesungguhannya dan lain-lain. Media penyuluhan ini diharapkan dapat membantu dalam kegiatan penyuluhan sehingga para petani atau peternak dan mengubah perilakunya menjadi lebih berkembang dan maju (Isbandi, 2005).
Media penyuluhan yang baik adalah media yang dapat dilihat dengan jelas, mudah untuk dibaca serta dipahami atau disimak sesuai dengan media yang digunakan. Disamping itu media juga digunakan untuk mempermudah penyuluh untuk menjelaskan pesan yang ingin disampaikan (Mardikanto, 1993).
Pemilihan media penyuluhan disesuiakan dengan karakteristik sasaran, tujuan penyuluhan, materi penyuluhan dan metode penyuluhan.
2.3.7 Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi merupakan suatu hasil akhir yang dilakukan setelah kegiatan penyuluhan dilaksanakan. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat dan menilai apakah proses kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan itu berhasil atau tidak.
Selain itu evaluasi juga memiliki arti lain yaitu suatu aktivitas yang dilakukan untuk mengkaji ulang kegiatan yang sudang terlaksanakan guna untuk memperbaiki dan menyempurnakan (Nasution,1990). Evaluasi penyuluhan pertanian adalah suatau proses kegiatan yang berfokus untuk mengkaji, menilai, mengukur dan meninjau sejauh mana keberhasilan dan kekurangan dari kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan oleh penyuluh pertanian. Data yang diperoleh dari hasil evaluasi pertanian ini dapat digunakan untuk menyempurnakan penyuluhan sebelumnya serta menjadi acuan atau referensi untuk penyuluhan yang akan dilaksanakan nantinya. Dengan demikian evalusi penyuluhan dapat dilaksanakan secara efektif dan maksimal sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan.
2.3.8 Aspek Perilaku 1) Pengetahuan
Aspek Pengetahuan merupakan hasil pengetahuan dan pemahaman sasaran penyuluhan dari yang tidak tahu setelah kegiatan penyuluhan dilakukan menjadi tahu. Hal ini terjadi setelah adanya stimulus dan melakukan pengideraan oleh seseorang. Proses dalam tahap berfikir yang menggambarkan sesuatu yang dikuasai untuk dapat mengaplikasikan sebuah teori dalam pembuatan (Utari, 2011) Ranah pengetahuan berdasarkan taksonomi bloom terbagi menjadi 6 tingkatan yaitu dari Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi dan Menciptakan (Gunawan dan Anggraini, 2016).
2) Sikap
Aspek sikap menurut Taksonomi Bloom yaitu suatu aspek perasaan dan emosi yang menekankan perilaku-perilaku seseorang terhadap sesuatu seperti minat, sikap, apresiasi, dan penyesuaian diri (Second dan Backman, 2013).
Ranah efektif atau sikap yang mencakup seluruh yang ada dalam diri seseorang dengan terikat emosi, semisalnya penghargaan, nilai semangat, motivasi dan sikap. Sikap memiliki 5 (lima) kategori ranah yang di urutkan dari perilaku sederhana sampai dengan yang paling kompleks, di antaranya yaitu penerimaa, responsif,nilai diri, organisasi, dan karakteristik (Utari, 2011).
3) Keterampilan
Aspek keterampilan berdasarkan teori Taksonomi Bloom disebut juga dengan ranah psikomotorik. Aspek keterampilan (psikomotorik) merupakan suatu gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik.
Keterampilan dapat dilakukan dengan baik apabila ada pembelajaran yang baik dan sering melakukannya (Utari, 2011). Menurut Mintohari (2009) kategori psikomotorik terbagi menjadi 5 (lima) tingkatan mulai dari imitasi, memanipulasi,
13
Rancangan Penyuluhan Penetapan Tujuan Penetapan Sasaran
Penetapan Materi Penetapan Metode
Penetapan Media Penetapan Evaluasi
IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH
Kajian
Pemanfaatan Limbah Kotoran kelinci sebagai
Pupuk Organik Presisi, Artikulasi, dan Naturalisasi, semua tingkatan tersebut dapat untuk mengetahui psikomotorik pada seseorang
2.4 Kerangka Pikir
Keadaan sekarang
1. Masih banyak limbah kotoran tidak diolah menjadi pupuk organik
2. Menurut programa Desa Kedung Rejoso tahun 2021 terdapat 15 peternak kelinci dan disetiap peternak memiliki 10 ekor 3. Ketersediaan kotoran kelinci cukup
melimpah dan belum di manfaatkan secara optimal
Keadaan yang diharapkan 1. Peternak mampu mengelola limbah
kotoran sebagai pupuk organik 2. Limbah kotoran kelinci dapat
dimanfaatkan peternak secara optimal 3. Adanya perubahan perilaku kelompok
wanita tani terhadap teknologi
pengolahan limbah padat ternak kelinci
Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil kaji terap tentang pembuatan pupuk organik dari kotoran kelinci?
2. Bagaimana rancangan penyuluhan tentang pemanfaatan kotoran kelinci sebagai pupuk organik di kelompok ternak Kedung Rejoso?
3. Bagaimana evaluasi penyuluhan tentang pemanfaatan kotoran kelinci sebagai pupuk organik di kelompok ternak Kedung Rejoso?.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Evaluasi Penyuluhan
Implementasi/Uji Coba Rancangan Penyuluhan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian yang dilakukan terdiri dari 2 kegiatan yaitu kegiatan teknis dan kegiatan penyuluhan. Kegiatan teknis yang dilakukan yaitu kegiatan kaji terap mengenai pembuatan pupuk organik dari limbah kotoran ternak kelinci yang dilakukan di Kelompok Ternak Kedung Rejoso Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo. Kegiatan ini dilakukan pada bulan April sampai Mei 2022. Kegiatan penyuluhan dan pendampingan dilaksanakan di rumah ketua kelompok ternak Kedung Rejoso Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
Waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan dan pendampingan yaitu dari bulan Mei sampai Juni 2022.
3.2 Metode Kajian
Metode kajian yang digunakan yaitu metode kaji terap. Menurut DEPTAN (2009) kaji terap merupakan suatu metode penyuluhan pertanian yang digunakan untuk dapat meningkatkan kesadaran dan penumbuhan motivasi guna untuk petani mampu mengaplikasikan teknologi inovasi yang dikembangkan. Pada metode kaji terap ini akan dilakukannya kegiatan pendampingan.
3.2.1 Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu wilayah secara umum yang dibagi menjadi objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2015) Populasi yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian ini yaitu kelompok ternak Kedung Rejoso Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
Kelompok Ternak Kedung Rejoso berjumlah 15 orang. Teknik sampel yang digunakan yaitu sampling jenuh.
15
Teknik sampling jenuh menurut Sugiyono (2015) adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel, hal ini dikarenakan jumlah populasi relatif kecil atau kurang dari 30. Dengan demikian sampel yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian berjumlah 15 orang sesuai dengan populasi yang ada.
3.2.2 Variabel Pengamatan
Variabel yang akan diamati dalam kegiatan penelitian ini adalah perubahan perilaku peternak diantaranya yaitu:
a) Aspek kognitif (pengetahuan) b) Aspek psikomotorik (keterampilan) c) Aspek afektif (sikap)
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini yaitu melalui kuesioner (angket). Menurut Sugiyono (2017) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan beberapa pertanyaan terkait penelitian yang akan diberika kepada responden. Sebelum melakukan pembuatan kuesioner hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu yaitu membuat kisi-kisi. Kuesioner yang akan digunakan meliputi kuesioner aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Teori yang akan digunakan dalam pembuatan kuesioner adalah Teori Bloom dan skala akan digunakan yaitu skala likert. Kuesioner dan kisi-kisi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai 6.
3.2.4 Uji Instrumen
Instrumen berupa kuesioner, sebelum diberikan kepada responden perlu dilakukannya uji validitas dan reliabilitas instrumen. Menurut Sugiyono (2017), validitas adalah ukuran yang menunjukkan validitas atau derajat validitas suatu sarana. Suatu perangkat dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang
17
dibutuhkannya. Tinggi rendahnya efikasi instrumen menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari deskripsi efikasi yang dimaksudkan. Uji masuk akal bertujuan untuk memastikan bahwa hasil pengukuran sesuai dengan hasil pengukuran.
Perhitungan validitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 25 For Windows. Hasil dari perhitungan SPSS 24.0 akan dibandingkan dengan nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
pada signifikansi 5%. Jika 𝑟h𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑟𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 maka item tersebut valid dan 𝑟h𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 <
𝑟𝑡𝑡𝑡𝑡l maka item tersebut tidak valid.
Menurut Sugiyono (2017), keandalan atau reliabilitas adalah derajat konsistensi dari peralatan yang bersangkutan. Suatu instrumen memiliki Skor Reliabilitas yang tinggi jika tes yang dilakukan memberikan hasil yang konsisten dalam pengukuran yang hendak diukur. Untuk memudahkan perhitungan uji reliabilitas, menggunakan SPSS 25.0 for Windows. Dalam uji reliabilitas SPSS ini biasanya diketahui dari nilai cronbach alpha. Alpha Cronbach ini kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai Crobanch alpha > taraf signifikansi, maka kuesioner dapat dikatakan reliabel.
3.2.5 Analisa Data
Metode analisa data yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian adalah analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015) teknik analisis deskriptif kuantitatif adalah analisis data yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang dikumpulkan. Analisis kuantitatif meliputi pembuatan interval dan garis kontinum. Analisis data digunakan untuk mengukur perubahan perilaku peternak meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Cara pembuatan interval untuk setiap aspek yaitu:
Nilai tertinggi = (jumlah soal) x 5 (score tertinggi) Nilai terendah = (jumlah soal) x 1 (score terendah) Di intervalkan menjadi 5 kategori dengan cara :
Data yang diperoleh kemudian di tabulasikan dan dihitung score untuk setiap aspeknya untuk mengetahui sampai pada kategori apa responden. Setelah mendapat skor yang telah ditetapkan kemudian dipresentasekan untuk mengetahui presentase dari setiap aspek dengan rumus:
3.3 Metode Perancangan Penyuluhan 3.3.1 Penetapan Tujuan Penyuluhan
Penetapan tujuan penyuluhan didasarkan pada kaidah SMART atau ABCD. Kaidah SMART meliputi Spesific, Measurable, Achievable, Reality, Timely, sedangkan kaidah ABCD meliputi Audiance, Behavior, Condition, Degree (George, 1981). Penetepan tujuan penyuluhan pertanian dilaksanakan apabila sudah melakukan IPW, penentuan prioritas masalah, dan penentuan materi yang akan digunakan dalam kegiatan penyuluhan.
3.3.2 Penetapan Sasaran Penyuluhan
Penentuan sasaran merupakan suatu hal penting yang perlu diperhatikan sebelum dilakukannya kegiatan penyuluhan, karena sasaran ini nantinya yang akan akan mengikuti kegiatan penyampaian materi penyuluhan. Sasaran yang akan digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah kelompok ternak Kedung Rejoso Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
19
3.3.3 Penetapan Materi Penyuluhan
Materi yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan yaitu tentang Pemanfaatan Kotoran kelinci Sebagai Pupuk Organik. Penentuan materi penyuluhan didasarkan pada prioritas permasalah yang dihadapi oleh para peternak. Materi yang digunakan dalam kegiatan penelitian, dilakukan analisa dengan menggunakan karakteristik inovasi yang disesuaikan dengan kondisi sasaran. Karakteristik inovasi yang digunakan adalah teori Rogers (1983) yaitu relatif advantage (keunggulan relatif), compatibilty (kesesuaian), complexity (kompleksitas), triability (ketercobaan) , dan observability (keterlihatan).
3.3.4 Penetapan Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan adalah suatu teknik atau cara yang digunakan pada saat penyampaian materi penyuluhan pertanian dengan tujuan agar membantu dan mempermudah pada saat berlangsungnya kegiatan penyuluhan sehingga para peternak dapat paham dan mengerti. Menurut PERMENTAN NO: 52 Tahun 2009 langkah-langkan yang harus dilakukan dalam menetapkan metode penyuluhan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi karakteristik sasaran dengan melakukan pengamatan lapangan (konseptual keadaan lapangan).
2. Melaksanakan pertimbangan pemilihan metode penyuluhan.
3. Melaksanakan analisa penetapan metode penyuluhan dengan menggunakan matriks yang telah ditentukan.
4. Menetapkan metode yang dilipih berdasarkan jumlah ceklis tertinggi yang selanjutnya dilakukan pemeringkatan.
5. Setelah dilaksanakan penetapan metode penyuluhan yang terpilih, kemudian mempersiapkan lembar persiapan menyuluh (LPM) agar mempermudah saat kegiatan penyuluhan.
3.3.5 Penetapan Media Penyuluhan
Media merupakan suatu alat yang digunakan untuk membantu pada saat kegiatan penyuluhan. Sasaran kegiatan penyuluhan yaitu para petani, peternak, kelompok tani maupun masyarakat. Menurut Rustandi dan Warnaen (2019) langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menetapkan media penyuluhan yang akan digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Memahami pengelompokkan media penyuluhan yang didasarkan pada klasifikasi dan karakteristiknya.
2. Melakukan identifikasi sasaran penyuluhan berdasarkan profil anggota kelompok ternak.
3. Mengumpulkan data-data sebagai dasar pertimbangan dalam pemilihan media penyuluhan berikut: 1) Tujuan Penyuluhan, 2) materi penyuluhan, 3) metode penyuluhan yang digunakan, 4) Jumlah sasaran, 5) Teknik Komunikasi. Kemudian mengisi form matriks dasar pertimbangan pemilihan media.
4. Melakukan analisa pemilihan media penyuluhan pertanian dengan menggunakan matriks analisis media penyuluhan pertanian
5. Menetapkan media terpilih yang didasarkan pada jumlah ceklis tertinggi yang selanjutnya dilakukan pemeringkatan.
3.3.6 Penentuan Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi penyuluhan adalah kegiatan akhir yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan (Mardikanto, 1993). Tujuan dilakukanya evaluasi program penyuluhan yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan. Menurut Prosedur yang harus dilakukan untuk menentukan evaluasi penyuluhan dapat mengikuti prosedur berikut:
21
1. Menetapkan objek evaluasi program penyuluhan. Objek evaluasi dari kegiatan penyuluhan yaitu aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
2. Menetapkan sasaran evaluasi program penyuluhan. Sasaran evaluasi adalah seseorang yang dipilih untuk mengikuti kegiatan penyuluhan dan evaluasi penyuluhan. Sasaran evaluasi penyuluhan tersebut yait kelompok ternak Kedung Rejoso Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
3. Menetapkan tujuan evaluasi penyuluhan. Tujuan dilakukan evaluasi program penyuluhan yaitu guna untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan.. Tujuan evaluasi penyuluhan adalah untuk mengetahui perubahan perilaku peternak yaitu aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
4. Menetapkan model evaluasi penyuluhan. Model evaluasi yang digunakan perlu dipertimbangkan guna untuk mempermudah evaluasi yang akan dilaksanakan. Model evaluasi yang akan digunakan yaitu model evaluasi sumatif.
5. Menetapkan jenis evaluasi penyuluhan. Jenis Evaluasi Penyuluhan ada 4 jenis yaitu evaluasi awal, evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi dampak. Jenis evaluasi yang digunakan harus menyesuaikan dengan kegiatan program penyuluhan yang digunakan. Jenis evaluasi yang akan digunakan yaitu evaluasi awal dan akhir.
6. Menetapakan Instrumen/alat pengumpul data
Instrumen yang digunakan dalam melakukan evaluasi penyuluhan yaitu berupa kuesioner dan kisi-kisi kuesioner. Kuesioner evaluasi untuk aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap menggunakan
skala likert yaitu terdiri dari 5 pilihan jawaban. Teori yang digunakan untuk pembuatan kuesioner yaitu teori bloom (George,1981)
7. Menetapkan Analisa data
Metode analisa data yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian adalah analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015) teknik analisis deskriptif kuantitatif merupakan analisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang dikumpulkan.
Analisa kuantitatif meliputi pembuatan interval dan garis kontinum.
Analisa data digunakan untuk mengukur perubahan perilaku peternak meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.
- Aspek Pengetahuan
Aspek pengetahuan ini terdiri dari 5 kategori pilihan jawaban yaitu sangat tahu (ST), tau (T), ragu (R), tidak tau (TT), sangat tidak tau (STT).
Pembuatan Interval
Nilai tertinggi = (jumlah soal) x 5 (score tertinggi) Nilai terendah = (jumlah soal) x 1 (score terendah) Di intervalkan menjadi 5 kategori dengan cara:
Data yang diperoleh kemudian di tabulasikan dan dihitung score untuk aspek pengetahuan untuk mengetahui sampai pada kategori apa responden.
Penentuan Garis Kontinum
Jumlah skor kriterium yang tertinggi = jumlah soal x score tertinggi x jumlah responden
23
Jumlah skor kriterium yang terendah = jumlah soal x score terendah x jumlah responden
Garis kontinum
STT T R T ST
- Aspek Keterampilan
Aspek keterampilan ini terdiri dari 5 kategori pilihan jawaban yaitu sangat trampil (ST), trampil (T), cukup (C), kurang trampil (KT), tidak trampil (TT).
Pembuatan Interval
Nilai tertinggi = (jumlah soal) x 5 (score tertinggi) Nilai terendah = (jumlah soal) x 1 (score terendah) Di intervalkan menjadi 5 kategori dengan cara:
Data yang diperoleh kemudian di tabulasikan dan dihitung score untuk aspek keterampilan untuk mengetahui sampai pada kategori apa responden.
Penentuan Garis Kontinum
Jumlah skor kriterium yang tertinggi = jumlah soal x score tertinggi x jumlah responden
Jumlah skor kriterium yang terendah = jumlah soal x score terendah x jumlah responden
Garis kontinum
ST T C KT TT
- Aspek Sikap
Aspek sikap ini meliputi 5 kategori pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu (R), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).
Pembuatan Interval
Nilai tertinggi = (jumlah soal) x 5 (score tertinggi) Nilai terendah = (jumlah soal) x 1 (score terendah) Di intervalkan menjadi 5 kategori dengan cara:
Data yang diperoleh kemudian di tabulasikan dan dihitung score untuk aspek sikap untuk mengetahui sampai pada kategori apa responden.
Penentuan Garis Kontinum
Jumlah skor kriterium yang tertinggi = jumlah soal x score tertinggi x jumlah responden
Jumlah skor kriterium yang terendah = jumlah soal x score terendah x jumlah responden
Garis kontinum
ST S R TS STS
3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan Penyuluhan 3.4.1 Persiapan
Persiapan merupakan langkah awal yamg dilakukan sebelum kegiatan penyuluhan dilakukan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum kegiatan dilaksanakan adalah berita acara, daftar hadir, lembar persiapan menyuluh (LPM), sinopsis serta istrumen untuk melakukan evaluasi.
25
3.4.2 Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan ini pelaksanaannya disesuaikan dengan lembar persiapan menyuluh (LPM) yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini juga perlu diperhatikan mengenai sasaran yang akan merima materi.
3.4.3 Evaluasi
Kegiatan evaluasi penyuluhan dilaksanakan setelah melakukan kegiatan penyuluhan. Evaluasi penyuluhan ini memiliki tujuan yaitu untuk mengukur dan menilai mengenai tingkat keberhasilan dari kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan. Evaluasi penyuluhan ini disesuaikan dengan hal-hal yang sebelumnya telah ditetapkan. Evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
3.5 Definisi Operasional
1. Pupuk Organik merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah padat yang bertujuan untuk meningkatkan unsur hara.
2. Penyuluhan pertanian merupakan proses perubahan perilaku peternak melalui pembelajaran non formal di kajian.
3. Pengetahuan merupakan suatu hasil tau dan paham para peternak mengenai Pemanfaatan Kotoran kelinci Sebagai Pupuk Organik.
4. Keterampilan merupakan suatu kecakapan peternak dalam Pemanfaatan Kotoran kelinci Sebagai Pupuk Organik.
5. Sikap merupakan suatu perbuatan dan tindakan peternak mengenai Pemanfaatan Kotoran kelinci Sebagai Pupuk Organik.
BAB IV HASIL KAJIAN
4.1 Hasil Teknologi Kaji Terap 4.1.1 Pembuatan Pupuk Organik
Kaji terap pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan kotoran kelinci dilakukan pada tanggal 16 Mei 2022 di rumah bapak Septian Sandy Pranata selaku ketua kelompok ternak di Desa Kedung Rejoso Kecamatan Kota Anyar.
Kegiatan kaji terap ini dilakukan bersama dengan anggota kelompok ternak yang berjumlah 15 orang. Kajian terap yang dilakukan di kelompok ternak ini bertujuan untuk menguji keberhasilan dari proses fermentasi kotoran kelinci yang disimpan selama 15 hari. Penggunaan bahan dan alat dalam kegiatan kaji terap disesuaikan dengan kondisi di Desa Kedung Rejoso. Adapu rincian kegiatan kaji terap di kelompok ternak Desa Kedung Rejoso sebagai berikut:
1. Alat
- Plastik hitam atau Terpal - Ember
- Cangkul - Sekop 2. Bahan
- Kotoran kelinci (Feses) : 80 kg
- Arang sekam : 10 kg
- Dedak : 10 kg
- EM4 : 100 ml
- Molasses : 100 ml
- Air : secukupnya
26
27
3. Prosedur Pembuatan
Pembuatan pupuk organik ini mengacu pada penelitian Nurhidayati dan Basit (2020) yang berjudul Pemanfaatan Limbah Ternak Kelinci untuk Pembuatan Pupuk Organik Padat dan Cair
1. Membuat larutan dari EM4, molasses dan air.
2. Kotoran kelinci, arang sekam, dan dedak dicampur hingga merata di atas terpal.
3. Larutan yang telah dibuat kemudian disiramkan pada kotoran kelinci yang sudah dicampur dengan arang sekam dan dedak hingga merata.
4. Tutup rapat dengan menggunakan terpal dan disimpan ditempat yang yang teduh dan tidak terkena sinar matahari.
5. Biarkan selama 10-15 hari untuk proses fermentasi.
4.2 Evaluasi Kaji Terap
Evaluasi kaji terap ini dilakukan untuk mengetahui hasil dari proses fermentasi selama 15 hari. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 2 Juni 2022 bersama beberapa peternak yang ikut serta pada saat pembuatan pupuk organik. Setelah proses fermentasi selama 15 hari diketahui bahwa pupuk organik yang dibuat mengalami perubahan secara fisik dari segi warna, aroma dan tekstur. Perubahan fisik pupuk organik dari kotoran kelinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Evaluasi Kaji Terap
No Materi yang dievaluasi Hasil
1. Warna Coklat kehitaman
2. Aroma Harum seperti tape
3. Tekstur Halus
Sumber: Data hasil kajian, 2022
Warna merupakan salah satu parameter yang mudah digunakan untuk mengetahui kualitas organik yang dihasilkan karena hanya dengan melakukan pengamatan saja. Warna yang dihasilkan dari pupuk organik yaitu coklat
kehitaman. Hal ini sesuai dengan SNI 19-7030-2004 yaitu pupuk yang matang berwarna coklat kehitaman (tanah). Menurut Haq (2014), kompos matang memiliki warna coklat kehitaman karena kompos yang telah matang memiliki sifat fisik yang tampak seperti tanah dan humus yang coklat kehitaman dan remah.
Parameter yang sering digunakan untuk mengetahui kualitas pupuk organik yang dihasilkan adalah aroma. Pupuk organik yang dihasilkan dari fermentasi tidak berbau busuk melainkan beraaroma harum seperti tape. Hal ini Sesuai dengan SNI 19-7030-2004 yaitu pupuk yang matang tidak berbau kotoran ternak / berbau tanah
.
Menurut Tallo & Sio (2019) yang menyatakan bahwa pupuk yang telah matang berbau seperti humus atau tanah, bila kompos berbau busuk menandakan bahwa proses dekomposisi belum selesai dan proses penguraian masih berlangsung.Pupuk organik yang telah matang teksturnya menyerupai tanah yaitu halus.
Hal ini sesuai dengan SNI 19-7030-2004 yaitu pupuk yang matang bertekstur remah atau tidak menggumpal. Hal ini terjadi karena aktivitas mikroorganisme yang berlangsung selama proses fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 dengan cepat mendekomposisi bahan-bahan dalam pembuatan pupuk organik sehingga tekstur yang dihasilkan dari proses dekomposisi tersebut berangsur-angsur berubah.
Menurut SNI 7763:2018 syarat mutu pupuk organik padat yaitu Kandungan C-Organik minimal 15%, C/N Maksimal 25%, Bahan ikutan (beling/pecahan kaca, plastik, kerikil, dan logam) minimal 2%, kadar air 8-25%, pH 4-9, Hara makro (N+P2O5+K2O) minimal 2%.
Berdasarkan hasil evaluasi baik dari segi warna, aroma, maupun tekstur dapat disimpulkan bahwa proses kaji terap yang dilakukan telah berhasil,
29
dikarenakan pupuk organik dari kotoran kelinci menunjukkan ciri-ciri yang sesuai dengan standart fermentasi pada umumnya.
BAB V
PERANCANGAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN
5.1 Perancangan Penyuluhan 5.1.1 Penetapan Sasaran
Sasaran kegiatan penyuluhan pertanian yaitu anggota Kelompok Ternak Kedung rejoso Desa Kedung Rejoso Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo. Alasan memilih Kelompok ternak Kedung Rejoso sebagai sasaran, karena para peternak yang bergabung dengan Kelompok Ternak banyak yang memelihara ternak kelinci sebagai usaha sampingan. Selain itu, dikarenakan Kelompok Ternak Kedung Rejoso belum memanfaatkan kotoran ternak secara maksimal untuk dilakukannya pengolahan limbah. Jumlah sasaran yang akan digunakan dalam kegiatan penyuluhan sebanyak 15 orang. Penetuan sasaran dengan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi dijadikan sampel, hal ini tersebut dikarenakan jumlah populasi relatif kecil atau kurang dari 30. Penetapan sasaran juga disesuaikan dengan karakteristik sasarannya. Karakteristik sasaran penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Karakteristik Sasaran Penyuluhan
Karakteristik Kondisi Keragaman
1. Karakteristik Pribadi a. Jenis kelamin b. Umur
a. Laki-laki b. 20-50 2. Status Sosial
Pribadi
a. Tingkat pendidikan b. Tingkat pendapatan
c. Jumlah tanggungan keluarga d. Keterlibatan dalam kelompok
a. SD – Perguruan Tinggi b. Rp 1.000.000-Rp 3.000.000 c. 3 - 5 orang
d. Aktif 3. Pengalaman Agribisnis ≥ 5 bulan Sumber: Data Primer, 2021.
30
31
5.1.2 Penetapan Tujuan
Tujuan merupakan suatu hal yang ingin dicapai pada saat melakukan kegiatan penyuluhan. Tujuan dari kegiatan penyuluhan yaitu:
1. Anggota kelompok ternak dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pembuatan pupuk organik dari kotoran kelinci.
2. Anggota kelompok ternak mampu mendemonstrasikan cara pembuatan pupuk organik dari kotoran kelinci dengan baik dan benar.
3. Anggota kelompok ternak mau menerima dan memilih pembuatan pupuk organik dari kotoran kelinci sebagai teknologi pengolahan limbah ternak yang efektif dan efisien.
5.1.3 Penetapan Materi
Materi yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah pemanfaatan limbah kotoran kelinci sebagai pupuk organik. Sebelum melakukan kegiatan kajian serta penyuluhan, hal yang dilakukan terlebih dahulu yaitu identifikasi potensi wilayah (IPW). Tujuan dilakukan kegiatan identifikasi wilayah yaitu untuk menemukan suatu permasalahan serta potensi yang ada di Kelompok Ternak Kedung Rejoso. Permasalahan yang menjadi prioritas utama dalam Kelompok Ternak Kedung Rejoso ini yaitu para peternak belum memanfaatkan kotoran kelinci secara maksimal dikarenakan mereka belum tau mengenai teknologi pengolahan limbah ternak. Potensi yang ada yaitu limbah kotoran kelinci yang melimpah di Desa Kedung Rejoso. Berdasarkan permasalahan dan potensi tersebut kemudian dilakukan kaji terap di Kelompok Ternak Kedung Rejoso tentang pemanfaatan limbah kotoran kelinci untuk dijadikan sebagai pupuk organik.
Materi yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan, dilakukan analisa dengan menggunakan karakteristik inovasi yang disesuaikan dengan kondisi sasaran. Karakteristik inovasi yang digunakan adalah teori Rogers (1983) yaitu
relatif advantage (keunggulan relatif), compatibilty (kesesuaian), complexity (kompleksitas), triability (ketercobaan) , dan observability (keterlihatan).
a. Relatif advantage. Pemanfaatan kotoran kelinci untuk dijadikan pupuk organik ini memiliki keunggulan secara ekonomi yaitu untuk pembuatannya tidak membutuhkan biaya yang tinggi melainkan biayanya relatif murah.
b. Compatibilty. Kotoran kelinci dijadikan sebagai pupuk kelinci ini sesuai dengan potensi yang ada di Desa Kedung Rejoso yaitu banyaknya peternak kelinci sehingga kotoran kelinci yang dihasilkan melimpah.
Selain itu pupuk organik dari limbah kotoran hewan ini juga telah banyak diterapkan dan dibuat oleh para peternak, sehingga pemanfaatan kotoran kelinci sebagai pupuk organik ini sudah sesuai dengan kondisi masyarakat di era sekarang dan juga tidak bertentangan dengan keyakinan sasaran penyuluhan.
c. Complexity. Pupuk organik yang berasal dari kotoran kelinci ini sangat kompleks, dikarenakan ada beberapa zat unsur hara yang dapat mencukupi kebutuhan nutrisi dari tanah. Selain itu pupuk organik ini dapat membantu di bidang pertanian khususnya dalam pemenuhuan kebutuhan pupuk.
d. Triabilty. Pupuk organik ini sangat memungkinkan untuk dicoba dan diterapkan oleh Kelompok Ternak Kedung Rejoso, dikarenakan untuk bahan terbesar dalam pupuk organik yaitu kotoran kelinci. Selain itu untu kotoran kelinci di Kedung Rejoso melimpah karena mayoritas memelihara ternak kelinci.
e. Observability. Pupuk organik dari kotoran kelinci ini dapat membantu dalam hal pemenuhan kebutuhan pupuk di bidang pertanian. Selain itu pembuatan pupuk organik ini dapat menambah pendapatan peternak.
33
Setelah dilakukan penentuan materi, kemudian menyusun sinopsis guna untuk mempermudah pada saat melakukan kegiatan penyuluhan. Sinopsis pemanfaatan kotoran kelinci sebagai pupuk organik dapat dilihat pada Lampiran 7.
`5.1.4 Penentuan Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan adalah suatu teknik atau cara yang akan digunakan pada saat kegiatan penyuluhan. Penentuan metode penyuluhan bertujuan untuk membantu dan mempermudah dalam hal kegiatan penyuluhan. Dalam menetapkan metode penyuluhan ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan. Prosedut pertama yaitu melaksanakan identifikasi karakteristik sasaran. Penetapan karakteristik sasaran dilaksanakan dengan pengamatan lapangan (konseptual keadaan lapangan). Identifikasi karakteristik sasaran dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Langkah berikutnya yaitu melaksanakan pertimbangan pemilihan metode.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan metode penyuluhan pertanian adalah karakteristik sasaran, tujuan penyuluhan, materi penyuluhan, media yang digunakan, jumlah sasaran, dan teknik komunikasi. Prosedur pertimbangan pemilihan metode ini disajikan pada Lampiran 8. Apabila dasar pertimbangan pemilihan metode penyuluhan sudah ditentukan maka prosedur berikutnya yaitu membuat matriks guna menetapkan metode penyuluhan yang cocok terhadap dasar pertimbangan pemilihan metode. Matriks analisa penetapan metode penyuluhan pertanian dapat dilihat pada Lampiran 9.
Berdasarkan hasil matriks analisis penetapan metode penyuluhan pertanian, metode yang terpilih dan akan digunakan pada kegiatan penyuluhan adalah ceramah, diskusi dan demonstrasi cara.
Setelah menetapkan metode penyuluhan yang digunakan, langkah selanjutnya adalah menuliskan semua materi dan metode ke dalam lembar
persiapan menyuluh (LPM). Tujuan dari pembuatan LPM adalah untuk membantu pada saat kegiatan penyuluhan. Lembar persiapan menyuluh (LPM) yang sudah dibuat dapat dilihat pada Lampiran 10.
5.1.5 Penentuan Media Penyuluhan
Penentuan media penyuluhan merupakan hal terpenting dalam keberlangsungannya kegiatan penyuluhan. Media ini merupakan alat bantu yang dibutuhkan pada saat kegiatan penyuluhan sehingga apa yang diiingkan dapat tercapai. Prosedur pertama yang perlu dilakukan dalam menentukan media penyuluhan ini sama seperti menetapkan metode penyuluhan yaitu identifikasi karakteristik sasaran penyuluhan.
Prosedur berikutnya adalah menetapkan dasar pertimbangan pemilihan media penyuluhan seperti halnya yang dilakukan pada saat menentukan metode penyuluhan. Setelah dasar pertimbangan media penyuluhan sudah ditentukan maka prosedur berikutnya ialah membuat matriks untuk menetapkan media penyuluhan apa yang cocok terhadap dasar pertimbangan pemilihan media.
Matriks analisa penetapan media ini dapat dilihat pada Lampiran 11.
Berdasarkan hasil analisis terhadap penetapan media, maka ditetapkan leaflet dan video tutorial yang akan digunakan dalam kegiatan penyuluhan tentang pemanfaatan kotoran kelinci sebagai pupuk organik. Dasar pertimbangan menggunakan leaflet yaitu untuk menarik perhatian dari para peternak dan agar alat media tersebut bisa disimpan dan dibawa oleh para peternak. Sedangkan untuk video tutorial berguna agar para peternak bisa lebih paham dan mengerti tentang pembuatan pupuk organik yang baik dan benar.
5.1.6 Penentuan Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi kegiatan penyuluhan yang dilakukan yaitu evaluasi terhadap aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Evaluasi penyuluhan ada 2 yaitu evaluasi awal dan evaluasi akhir yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan
35
dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kegiatan evaluasi penyuluhan ini dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Kuisioner akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas serta analisa data.
a. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji validitas kuesioner pengetahuan dilakukan dengan responden yang bukan menjadi sasaran. Total responden yang mengisi kuesioner yaitu berjumlah 15 orang. Jumlah butir soal pada kuesioner sebanyak 15 soal. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa sebanyak 15 soal memiliki nilai 𝑟h𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 yang lebih besar dari
𝑟𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡. Artinya 15 soal pada aspek pengetahuan dapat dikatakan valid. Hasil uji
validitas kuesioner aspek pengetahuan dapat dilihat pada Lampiran 12.
Uji validitas kuesioner aspek keterampilan menunjukkan bahwa sebanyak 13 soal memiliki nilai 𝑟h𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 yang lebih besar dari 𝑟𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡. Artinya 13 soal pada aspek keterampilan dapat dikatakan valid. Hasil uji validitas kuesioner aspek keterampilan dapat dilihat pada Lampiran 12.
Uji validitas kuesioner aspek sikap menunjukkan bahwa sebanyak 12 soal memiliki nilai 𝑟h𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 yang lebih besar dari 𝑟𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡. Artinya 12 soal pada aspek sikap dapat dikatakan valid. Hasil uji validitas kuesioner aspek sikap dapat dilihat pada Lampiran 12.
Uji reabilitas juga menggunakan SPSS 25.0 for windows. Untuk uji reablitas pada SPSS ini biasanya melihat dari nilai angka cronbach alphanya.
Kemudian cronbach alpha ini ini dibandingkan dengan taraf signifikansi 5%.
Apabila nilai crobanch alpha ini > taraf signifikansi, maka kuesioner tersebut dapat dikatakan reliabel.
Berdasarkan hasil uji reabilitas, 15 soal pada aspek pengetahuan dapat dikatakan reliabel. Hal ini dikarenakan nilai cronbach alpha lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 yaitu sebesar 0,944. Data hasil uji reliabilitas aspek
pengetahuan dapat dilihat pada Lampiran 13. Pada aspek keterampilan, 13 soal dikatakan reliabel. Hal ini dikarenakan nilai cronbach alpha lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 yaitu sebesar 0,903. Data hasil uji reliabilitas aspek keterampilan dapat dilihat pada Lampiran 13. Terakhir untuk aspek sikap dengan 12 soal dapat dikatakan reliabel juga, dikarenakan nilai cronbach alpha lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 yaitu sebesar 0,926. Data hasil uji reliabilitas aspek sikap dapat dilihat pada Lampiran 13.
b. Analisa Data
Metode analisis data yang digunakan pada kegiatan evaluasi yaitu analisis deskriptif kuantitatif.
1) Aspek pengetahuan Pembuatan interval
Nilai tertinggi = 15 x 5 Nilai Terendah = 15 x 1
= 75 = 15
Rumus deskriptif (rentang skor) = NT- NR / 5
= 75 – 15 / 5
= 12
Tabel 5.2 Kategori evaluasi aspek pengetahuan
No Interval Nilai Kriteria
1. 15-26 Sangat rendah
2. 27-38 Rendah
3. 39-50 Sedang
4. 51-62 Tinggi
5. 63-75 Sangat tinggi
Penentuan garis kontinum
Jumlah skor kriterium yang tertinggi = 5 x 15 x 15 = 1125 Jumlah skor kriterium yang terendah = 1 x 15 x 15 = 225 Garis kontinum
SR R S T ST