• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Eksperimental dan Analisa Rangka Atap WPC dan Baja Ringan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Eksperimental dan Analisa Rangka Atap WPC dan Baja Ringan."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ix Universitas Kristen Maranatha

STUDI EKSPERIMENTAL DAN ANALISIS RANGKA

ATAP WPC DAN BAJA RINGAN

Ridho Fajar Muhammad NRP: 1221903

Pembimbing : Ir. Ginardy Husada., MT.

ABSTRAK

Indonesia adalah negara penghasil kayu namun semakin lambatnya produksi kayu menyebabkan manusia membuat material komposit. Material komposit adalah campuran dari dua atau lebih material yang diciptakan untuk mengurangi penggunaan material yang hampir habis atau sulit diproduksi di alam. WPC atau kayu plastik dan baja ringan adalah contoh dari material komposit yang beredar di Indonesia, penggunaan baja ringan untuk material penyusun rangka atap bangunan menjadi acuan untuk mencoba penggunaan WPC sebagai alternatif material penyusun rangka atap.

Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini untuk mengetahui perbandingan antara rangka atap dari baja ringan dengan rangka atap WPC dari segi kekuatan dan segi kekakuan dengan menggunakan acuan perhitungan dari SNI 7971:2013 tentang baja ringan dan untuk perhitungan WPC menggunakan perhitungan yang diusulkan oleh Haiar (2000), Slaughter (2004), dan Balma (1999) . Adapun pengujian laboratorium adalah untuk mendapatkan data defleksi aktual yang akan dibandingkan dengan hasil dari pemodelan virtual untuk rangka atap baja ringan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa rangka atap baja ringan dapat menahan kuat tarik sebesar 27153,14 N dan gaya tekan sebesar 24010,82 N, untuk rangka atap WPC belum mampu menahan kuat tarik namun mampu menahan kuat tekan. Untuk pengujian laboratorium didapatkan defleksi sebesar 27,676 mm dengan beban maksimum sebesar 3652,565 N dan terjadi kegagalan struktur berupa tekuk lokal pada batang tekan. WPC belum bisa digunakan sebagai material penyusun rangka atap.

(2)

x Universitas Kristen Maranatha

EXPERIMENTAL STUDIES AND ANALYSIS OF THE

WOOD-PLASTIC COMPOSITE AND COLD-FORMED

STEEL ROOF TRUSS

Ridho Fajar Muhammad NRP: 1221903

Supervisor : Ir. Ginardy Husada., MT.

ABSTRACT

Indonesia is the world's leading wood exporter, but due to slow nature in its production, people tend to diverge from wood to other composite materials. Composite material itself is defined as a mixture of two or more materials created to reduce the usage of non-renewable materials naturally found in nature, such as wood. WPC (short for Wood-Plastic Composite) and cold-formed steel are two of the most used composite materials used in Indonesia. The use of cold-formed steel as a component for roof truss is used as a comparative method to test the WPC as an alternative component for the roof truss.

This study aims to compare the two materials as a component for the roof truss: WPC and cold-formed steel, physically and stiffnessally. This research uses the standardized calculations SNI 7971:2013 for cold-formed steel, and the calculation proposed by Haiar (2000), Slaughter (2004), and Balma (1999) for calculations regarding WPC. Lab testing will be performed to determine the actual (lab-testing) deflection data and the deflection data provided by means of modelling.

The results showed that both of cold-formed steel roof truss able to hold a tensile strength of 27153,14 N and compressive strength of 24010,82 N, for WPC roof truss is unable to hold tensile strength but able to hold compessive strength. For deflection data lab testing for cold-formed steel roof truss showed deflection by 27.676 mm for maximum load of 3652.565 N, and structural failure (local buckling) was detected in stress frame. WPC unable to be an alternative component for the roof truss.

(3)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR ... v

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 2

1.4 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II DASAR TEORI

2.2.3 Proses Pembuatan Komposit Plastik Kayu... 9

2.2.4 Karakteristik ... 10

2.2.5 Metode yang Digunakan Untuk Menghitung Desain Ijin . 12 2.2.6 Sambungan ... 14

2.3 Baja Ringan ... 19

2.3.1 Pengertian ... 19

2.3.2 Profil Baja Ringan ... 20

2.3.3 Kriteria Untuk Mendesain Kekuatan Profil Baja Ringan .. 20

2.3.4 Perencanaan Profil Baja Ringan ... 21

2.3.4.1 Komponen Struktur Yang Menerima Tekan ... 21

2.3.4.1.1 Perhitungan Titik Berat... 23

2.3.4.1.2 Perhitungan Tekuk Lateral ... 24

2.3.4.1.3 Perhitungan Tegangan Kritis ... 30

2.3.4.1.4 Perhitungan Lebar Efektif Dengan Menggunakan Tegangan Kritis ... 30

2.3.4.2 Komponen Struktur Yang Menerima Aksial Tarik ... 31

2.3.4.2.1 Distribusi Gaya... 32

(4)

xii Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI DAN ANALISIS DATA 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 48

3.2 Data Teknis ... 49

3.1.1 Rangka Atap ... 49

3.1.2 Data Baja Ringan ... 50

3.1.3 Data WPC / Kayu Plastik ... 50

3.3 Pembebanan Rangka Atap ... 50

3.3.1 Beban Mati ... 50

3.3.2 Beban Hidup ... 51

3.3.3 Beban Angin ... 51

3.4 Perhitungan Gaya Batang ... 52

3.4.1 Akibat Beban Mati ... 52

3.5.1.2 Perhitungan Komponen Struktur Tarik Dengan Sekrup ... 66

3.5.2 Profil WPC / Kayu Plastik ... 68

3.5.2.1 Ketahanan Terhadap Tarik ... 69

3.5.2.2 Ketahanan Terhadap Tekan ... 70

3.5.2.3 Perhitungan Sambungan Baut ... 71

3.6 Kontrol Lendutan... 75

3.7 Perhitungan Menggunakan SAP2000 ... 76

BAB IV EVALUASI 4.1 Segi Kekuatan ... 83

4.2 Segi Kekakuan ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 84

(5)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA ... 86

DAFTAR LAMPIRAN ... 88

LAMPIRAN 1 ... 89

LAMPIRAN 2 ... 96

LAMPIRAN 3 ... 101

LAMPIRAN 4 ... 105

LAMPIRAN 5 ... 106

(6)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Perbandingan penggunaan dan produksi kayu tahun

2008-2013 (kementrian kehutanan Republik Indonesia) 1

Gambar 1.2 Profil C untuk Baja Ringan 3

Gambar 1.3 WPC type geoteck 3

Gambar 2.1 Proses pembuatan komposit plastik 9

Gambar 2.2 Yield model Eropa (American Forest & Paper Accosiation) 15

Gambar 2.3 Profil C tanpa lidah 24

Gambar 2.4 Profil C dengan lidah 24

Gambar 2.5 Profil omega dengan pengaku tengah 25

Gambar 2.6 Profil omega tanpa pengaku tengah 26

Gambar 2.7 Jarak pusat geser, konstanta torsi, dan konstanta pilin untuk penampang-penampang tertentu (SNI 7971:2013) 28 Gambar 2.8 Faktor koreksi (kt) untuk elemen yang diarsir

(SNI 7971:2013) 33

Gambar 2.9 Contoh bentuk rangka atap (JAYAWAN constuction,

2015) 37

Gambar 2.10 Universal Testing Machine tipe HT-9601 di Universitas

Kristen Maranatha 45

Gambar 3.1 Diagram alir tugas akhir 48

Gambar 3.2 Desain rangka atap untuk profil baja ringan 49 Gambar 3.3 Desain rangka atap untuk profil kayu plastik (WPC) 49 Gambar 3.4 Tampilan hasil lendutan pada rangka atap baja ringan 75 Gambar 3.5 Tampilan hasil lendutan pada rangka atap WPC 76

Gambar 3.6 Tampilan Material Type 77

Gambar 3.7 Tampilan Input Material Property Data 77

Gambar 3.8 Tampilan Input dimensi profil C 78

Gambar 3.9 Tampilan model struktur atap baja ringan dan WPC 78 Gambar 3.10 Tampilan joint forces untuk menginput beban 79

Gambar 3.11 Tampilan release/ partial fixity 79

(7)

xv Universitas Kristen Maranatha Gambar 3.13 Tampilan hasil dari gaya tumpuan pada program

SAP2000 80

Gambar 3.14 Tampilan member force diagram for frames 81

Gambar 3.15 Tampilan axial force diagram 82

Gambar L.1 Grafik perbandingan defleksi aktual dan defleksi dari

(8)

xvi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Polimer berdasarkan jenis plastik yang digunakan 7 Tabel 2.2 Nilai Modulus Elastisitas (E) dari WPC berdasarkan nilai

kandungan HDPE (Klyosov.A.A) 11

Tabel 2.3 Tabel Ca (Haiar) 12

Tabel 2.4 Nilai Ct (Haiar) 13

Tabel 2.5 Nilai statistik t (ASTM D 2915) 13

Tabel 2.6 Nilai faktor confidence level (ASTM D 2915) 14 Tabel 2.7 Faktor layah basah untuk desain sambungan mekanis 17

Tabel 2.8 Ketentuan mengenai jarak ujung 18

Tabel 2.9 Ketentuan mengenai spasi 19

Tabel 2.10 Faktor reduksi penampang (SNI 7971 : 2013) 22 Tabel 2.11 titik berat, jarak pusat, dan konstanta penampang simetris

tunggal (SNI 7971 : 2013) 23

Tabel 2.12 Faktor tumpu (C) 36

Tabel 2.13 Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung (Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan

Gedung) 42

Tabel 2.14 Koefisien angin yang digunakan dalam perhitungan beban angin (Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah

dan Gedung) 44

Tabel 3.1 Nilai Fyb 72

Tabel 3.2 Nilai Fe (Balma (1999)) 72

Tabel L1 Jumlah sekrup yang digunakan pada rangka atap

baja ringan 106

Tabel L.2 Tabel Kapasitas Lentur Dari WPC Type Geodeck Berdasarkan Pengaruh Persentase dari kadar HDPE

(Klyosov.A.A) 108

Tabel L.3 Tabel Kapasitas Tekan dari macam-macam

(9)

xvii Universitas Kristen Maranatha Tabel L.4 Tabel Kapasitas Tarik dari macam-macam jenis WPC

(Klyosov.A.A) 109

(10)

xviii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR NOTASI

Baja Ringan

Ag = Luas kotor penampang

An = Luas neto penampang atau luas neto bagian tersambung

a = Jarak antara pengaku-pengaku transversal untuk elemen-elemen pelat badan dengan pengaku

Bc = Konstanta

b = Lebar rata elemen tidak termasuk lengkungan; atau Panjang lubang pelat badan

bc = Lebar efektif elemen yang menerima badan tekan merata,

baik dengan maupun tanpa pengaku, untuk menentukan kapasitas.

be1,be2 = Lebar efektif elemen dengan pengaku dengan tegangan

tidak merata

Bp = Lebar rata terbesar dari subelemen

b1 = Lebar elemen pengaku

b2 = Lebar elemen tanpa pengaku

C = Untuk komponen struktur tekan, rasio luas penampang bengkokan total dan untuk komponen struktur lentur, rasio luas penampang bengkokan total dari sayap yang menentukan dan luas penampang total dari sayap yang menentukan; atau

Koefisien; atau Faktor tumpu

Cmx, Cmy = Koefisien untuk momen ujung yang tidak sama

Cw = Koefisien kelangsingan pelat badan

d = Tinggi penampang

df = Diameter nominal baut, sekrup, paku keling

dh = Diameter lubang

dl = Diameter pengaku aktual

(11)

xix Universitas Kristen Maranatha Dimensi pengaku efektif

dsc = Lebar efektif pengaku; atau

Diameter pengaku efektif

dw = Tinggi bagian pelat badan yang mengalami tekan

dwc = Tinggi pelat badan tanpa lengkungan

dwh = Tinggi lubang pelat badan

dl = Tinggi bagian rata pelat badan diukur sepanjang bidang pelat badan

E = Modulus Elastisitas Baja Ringan (200x103 MPa)

e = Jarak yang diukur pada garis gaya dari pusat lubang standar ke ujung terdekat dari bagian tersambung

fcr = Tegangan tekuk elastis pelat

fn = Tegangan kritis

foc = Tegangan tekuk lentur, torsi, dan lentur-torsi elastis

fox = Tegangan tekuk elastis pada komponen struktur tekan yang

dibebani secara aksial untuk tekuk lentur terhadap sumbu x foy = Tegangan tekuk elastis pada komponen struktur tekan yang

dibebani secara aksial untuk tekuk lentur terhadap sumbu y foz = Tegangan tekuk elastis pada komponen struktur tekan yang

dibebani secara aksial untuk tekuk torsi fu = Kekuatan tarik yang digunakan dalam desain

fu1 = Kekuatan tarik yang digunakan untuk desain pelat yang

tersambung dengan ketebalan t1

fu2 = Kekuatan tarik yang digunakan untuk desain pelat yang

tersambung dengan ketebalan t2

fy = Tegangan leleh yang digunakan dalam desain; atau

Tegangan leleh dari pelat badan baja; atau Tegangan leleh dari pengaku; atau

Tegangan leleh yang digunakan untuk mendesain baja dasar yang mutunya rendah; atau

(12)

xx Universitas Kristen Maranatha f* = Tegangan desain pada elemen tekan yang dihitung

berdasarkan lebar desain efektif

fav* = Tegangan desain rata-rata pada lebar sayap utuh, tanpa

reduksi

fd* = Tegangan tekan desain pada elemen yang ditinjau,

berdasarkan penampang efektif pada saat pembebanan untuk menghitung defleksi

f1*, f2* = Tegangan pada pelat badan yang dihitung berdasarkan

penampang efektif

G = Modulus elastisitas geser (80x103 MPa)

Ig = Momen inersia bruto

Imin = Momen inersia minimum

Ix, Iy = Momen inersia penampang terhadap sumbu utama x dan y

Ix’ = Momen inersia penampang terhadap sumbu titik beratnya,

tegak lurus terhadap pelat badan

Ix’y’ = Produk inersia sumbu utama mayor dan minor, sejajar dan

tegak lurus terhadap pelat badan

J = Konstanta torsi untuk penampang

k = Koefisien tekuk pelat

kd = Koefisien tekuk pelat untuk tekuk distorsi

l = Panjang aktual komponen struktur tekan; atau

Panjang bentang penuh balok bertumpuan sederhana; atau Jarak antara titik balik momen pada balok menerus

Panjang komponen struktur lc = Panjang tak terjepit dari spesimen

lex, ley, lez = Tekuk efektif untuk lentur terhadap sumbu x dan y serta

torsi

M = Momen akibat beban nominal pada komponen struktur

Mc = Momen kritis

Mn = Kapasitas lentur nominal

Mo = Momen tekuk elastis

(13)

xxi Universitas Kristen Maranatha

M* = Momen lentur desain

M*x, M*y = Momen lentur desain terhadap sumbu x dan sumbu y

m = Kontansta; atau

Ketebalan tak berdimensi

Nc = Kapasitas komponen struktur nominal dari komponen

struktur dalam tekan

Nf = Kapasitas tarik nominal panampang dari bagian yang

disambung

Nft = Kapasitas tarik nominal baut

Noc = Nilai terkecil dari beban tekuk kolom elastis dalam tekuk

lentur, tekuk torsi, dan tekuk lentur-torsi

Ns = Kapasitas penampang nominal dari komponen struktur

tekan

Nt = Kapasitas penampang nominal dari komponen struktur

dalam tarik

N* = Gaya aksial desain, tarik atau tekan; atau Beban terpusat desain atau reaksi

N*f = Gaya tarik desain pada penampang neto dari bagian

tersambung

N*ft = Gaya tarik desain pada baut

N*t = Gaya tarik desain pada penampang neto dari bagian yang

disambung menggunangkan sekrup atau paku keling

n = Eksponen

nc = Jumlah pengaku sayap tekan

nt = Jumlah pengaku sayap tarik

q = Intensitas beban desain pada balok

R = Faktor reduksi

Rd = Kapasitas desain

Rmin = Nilai minimum hasil pengujian

Ru = Kapasitas nominal

(14)

xxii Universitas Kristen Maranatha Rb* = Beban atau reaksi terpusat desain

r = Radius girasi dari penampang utuh, tanpa reduksi

rcy = Radius girasi sebuah kanal terhadap sumbu titik beratnya

yang sejajar pelat badan

rf = Rasio gaya yang diteruskan oleh baut atau sekrup, atau paku

keling pada penampang yang ditinjau terhadap gaya tarik komponen struktur pada penampang tersebut

roi = Radius girasi polar penampang terhada pusat geser

rx, ry = Radius girasi penampang terhadap sumbu x dan y

S = Faktor kelangsingan;

Lebar sayap dikurangi jarak alat pengencang dari garis tengah pelat badan dibagi dengan lebar sayap untuk penampang kanal; atau

Sc = Modulus penampang elastis penampang efektif yang

dihitung saat serat tekan atau tarik terluar mengalami tegangan sebesar fy

S* = Gaya dalam desain (aksi desain)

s = Jarak pengencang dari garis tengah pelat badan dibagi dengan lebar sayap untuk penampang Z

sf = Jarak baut, sekrup atau paku keling tegak lurus garis gaya;

atau

Lebar lembaran, pada kasus baut, sekrup, atau paku keling tunggal

sg = Jarak vertikal antara dua abris sambungan terdekat ke sayap

atas dan bawah

t = Tebal baja dasar nominal dari elemen atau penampang tidak termasuk bahan pelapis; atau

Tebal elemen dengan pengaku yang menerima tekan merata; atau

(15)

xxiii Universitas Kristen Maranatha Tebal elemen; atau

Tebal lembaran terluar yang tertipis; atau Tebal bagian tersambung; atau

Tebal bahan yang dilubangi

tf = Tebal sayap

tc = Tebal pelat

ts = Tebal pengaku

tw = Tebal pelat badan

t1 = Tebal pelat penyambung dengan kekuatan tarik fu1

t2 = Tebal pelat penyambung dengan kekuatan tarik fu2

Vb = Kapasitas tumpu nominal dari bagian tersambung

Vf = Kapasitas geser nominal dari bagian tersambung sepanjang

dua garis sejajar pada arah gaya yang bekerja Vfv = Kapasitas geser nominal baut atau sekrup

Vv = Kapasitas geser nominal pelat badan

V* = Gaya geser desain

V*b = Gaya tumpu desain pada sebuah sekrup atau paku keling;

atau

Gaya tumpu desain pada bagian

w = Lebar spesimen

wf = Lebar pasokan untuk lembaran gulung atau rata

x, y = Sumbu utama penampang

xo, yo = Koordinat pusat geser penampang

Wc = Modulus penampang efektif yang dihitung pada tegangan fc

pada serat tekan terluar

Wf = Modulus penampang efektif yang dihitung pada serat tekan

atau tarik terluar pada tegangan fy

Wn = Modulus penampang utuh tanpa reduksi pada serat tarik

terluar terhadap sumbu yang sesuai

α = Koefisien; atau

Faktor modifikasi untuk tipe sambungan tumpu

(16)

xxiv Universitas Kristen Maranatha

λc = Kelangsingan nondimensi untuk menentukan fn

v = Nisbah Poisson

μ = Faktor daktilitas struktur

= Faktor reduksi kapasitas

b

= Faktor reduksi kapasitas untuk lentur

c

= Faktor reduksi kapasitas untuk tekan

t

= Faktor reduksi kapasitas untuk tarik

v

= Faktor reduksi kapasitas untuk geser

w

= Faktor reduksi kapasitas untuk tumpu

ρ = Faktor lebar efektif

ωf = Koefisien

Ψ = Rasio tegangan

Kayu Plastik

A = Luas penampang

Am = Luas potongan penampang batang utama

As = Luas potongan batang sambung

a = Jarak dari baut ke tepi arah horizontal

Anet = Luas penampang neto

(17)

xxv Universitas Kristen Maranatha

b = Lebar penampang

Ca = Faktor penyesuaian properti

Cg = Faktor aksi grup

CM = faktor layan basah untuk sambungan mekanis

Cm = Faktor kelembaban = 1,0 (Haiar (2000))

Ct = Faktor penyesuaian waktu

Cv = Faktor volume = 1,0 (Haiar (2000))

= Faktor geometri

c = Jarak dari baut ke tepi arah vertikal

CoV = Koefisien variasi

D = Diameter baut

E = Modulus elastisitas WPC

Em = Modulus elastisitas batang utama

Es = Modulus elastisitas batang sembung

F = Gaya yang beraksi

Fa = Nilai desain ijin

Fem = Kuat tumpu batang utama

Fes = Kuat tumpu batang sambung

Fyb = Kuat tumpu baut

f = Kekuatan material

G = Modulus geser

H = Tinggi penampang

I = Momen inersia

KF = Faktor koreksi

k = Faktor confidence level

N = Gaya yang beraksi

n = Jumlah alat sambung

P = Beban terpusat

q = Beban merata

r = Radius

s = Spasi (dihitung dari as ke as) antar alat sambung

(18)

xxvi Universitas Kristen Maranatha

t = Tebal

tm = Tebal batang utama

ts = Tebal batang sambung

v = Sudut

V = Gaya geser

W = Modulus penampang

x = Nilai hasil pengujian benda uji

W = Kapasitas ijin sambungan

W’ = Kapasitas ijin sambungan

λ = Faktor efek waktu

γ = Modulus beban sambungan

z

= Faktor reduksi

(19)

1 Universitas Kristen Maranatha

BABBIB

PENDAHULUANB

1.1B LatarBBelakangB

Kayu adalah salah satu kebutuhan primer manusia, banyak sekali fungsi kayu bagi kehidupan manusia seperti sebagai bahan alat memasak, bahan alat-alat rumah tangga, dan sebagai bahan bangunan. Kebutuhan kayu semakin hari semakin meningkat, hal ini berbanding terbalik dengan produksi kayu yang sangat lambat di alam. Maka dari itu manusia sejak dahulu mencari bahan pengganti kayu.

Gambar 1.1. Perbandingan penggunaan dan produksi kayu tahun 2008-2013 (kementrian kehutanan Republik Indonesia)

Dalam sebuah pembangunan rumah, kayu sangat dibutuhkan, baik digunakan sebagai komponen struktural seperti atap, kolom, balok, dll, maupun sebagai komponen non-struktural seperti tembok kayu, bekisting, perancah kayu, dll. Melihat ada beberapa kekurangan kayu seperti tidak tahan lama, sulit di produksi, dan tidak tahan dari organisme pengganggu (rayap), maka terciptalah baja ringan, kayu laminating, kayu plastik (Wood

Plastic Composite), dll sebagai pengganti kayu untuk bahan bangunan.

Atap sangat penting dalam sebuah bangunan seperti rumah dan gedung, karena atap adalah suatu komponen bangunan yang berfungsi

0 20000000 40000000 60000000 80000000 10000000 12000000

penggunaan kayu produksi kayu

(20)

2 Universitas Kristen Maranatha sebagai pelindung gedung dan penghuninya dari sinar matahari, hujan, salju dll. Atap terdiri dari rangka atap, gording, usuk, reng, ring balok,

lisplank, kuda-kuda, dan pelapis atap. Namun dari kesemua komponen

pembangun atap, rangka ataplah yang berperan sebagai penopang semua komponen lain, jika dalam pembangunan atau perhitungan rangka atap salah, atap akan runtuh. Maka dari itu sangatlah penting memperhitungkan rangka atap secara benar dan menggunakan bahan yang tepat.

Kayu adalah bahan dasar dari pembuatan rangka atap, namun

seperti yang dijelaskan di paragraf sebelumnya, penggunaan rangka atap kayu sudah jarang digunakan lagi, sekarang lebih banyak digunakan rangka atap baja ringan sebagai bahan pembuatan rangka atap, namun melihat kriteria kayu plastik (WPC) yang tahan dari rayap dari kayu biasa, lebih tahan dari pengaruh cuaca dari kayu biasa, dan memiliki kekuatan yang hampir seperti kayu asli, bahan ini juga dapat dijadikan sebagai alternatif bahan dasar pembuatan rangka atap selain baja ringan.

Dengan uraian di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan pembuatan rangka atap dari bahan dasar kayu asli maupun baja ringan menjadi rangka atap dengan bahan dasar kayu plastik. sehingga pembahasan Tugas Akhir ini dengan mengambil judul “Studi Eksperimental dan Analisis Rangka Atap WPC dan Baja Ringan”.

1.2B TujuanBPenelitianB

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Membandingkan rangka atap yang terbuat dari baja ringan dengan rangka

atap yang terbuat kayu plastik dari segi kekuatan dan kekakuannya.

2. Membandingkan rangka atap baja ringan aktual hasil pengujian di Laboratorium dengan rangka atap baja ringan rencana hasil dari perhitungan program SAP2000 version 14.

1.3BB RuangBLingkupBPenelitianB

BB Adapun ruang lingkup dari Analisis Rangka Atap WPC dan Baja

(21)

3 Universitas Kristen Maranatha 1. Profil yang digunakan dalam tugas akhir ini dibatasi antara lain

a. Untuk rangka atap baja ringan: Untuk Chord ( batang utama, tarik/ tekan) dan untuk Web menggunakan Profil C75.

Gambar 1.2. Profil C untuk Baja Ringan

b. Untuk rangka atap kayu plastik (WPC): Untuk Chord (batang

utama, tarik/tekan) dan untuk Web menggunakan WPC ukuran 70

mm x 30 mm dengan kriteria WPC adalah type geodeck dengan

campuran plastik HDPE (High Density Polyethyline) dengan 65%

wood flour dan 35% HDPE.

Gambar 1.3. WPC type geoteck

2. Metoda yang digunakan adalah metoda analisa secara manual

dengan referensi pedoman perencanaan pembebanan untuk

rumah dan gedung, Load Resistance Sactor Design (LRFD), SNI

(22)

4 Universitas Kristen Maranatha diusulkan oleh Haiar (2000), Slaughter (2001), dan Balma (1GGG) dan sebagai kontrol analisa manual penulis menggunakan program

SAP2000version 14.

3. Tugas Akhir ini mencoba mengaplikasikan rangka atap pada jenis

rumah tipe 21, dan hanya meninjau segi kekuatan dan segi kekakuan nya saja.

4. Hasil pengujian di laboratorium Struktur dilakukan untuk

mendapatkan defleksi yang terjadi pada rangka atap baja ringan dan akan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan melakukan

permodelan dengan menggunakan program SAP2000.

1.4BB SistematikaBPenelitianB

Sistematika penelitian adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, Latar Belakang, Tujuan Penelitian,

Ruang Lingkup Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II DASAR TEORI, berisi tinjauan literatur terkait yang

berhubungan dengan penelitian/penulisan Tugas Akhir.

BAB III METODOLOGI DAN ANALISIS DATA, berisi studi

kasus dan pembahasan penelitian/penulisan Tugas Akhir.

BAB IP EPALUASI, berisi pembahasan dari hasil

penelitian/penulisan Tugas Akhir

BAB P KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan hasil dari

(23)

84 Universitas Kristen Maranatha

BABBVB

KESIMPULANBDANBSARANB

B

5.1B KesimpulanB

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari tugas akhir ini antara lain :

1. Rangka atap yang disusun dengan material baja ringan profil C75 dengan

tebal 0,75 mm mampu menahan gaya tarik sebesar 27153,14 N dan gaya tekan sebesar 24010,82 N dan rangka atap WPC yang disusun dengan WPC type geodeek dengan dimensi 70 mm x 30 mm mampu menahan gaya tekan sebesar 24010,82 N namun belum mampu menahan gaya tarik sebesar 27153,14 N.

2. Dari perhitungan menggunakan program SAP2000, rangka atap yang

disusun dari baja ringan yang diberi beban real memiliki defleksi sebesar 15,49463 mm dan rangka atap yang disusun dari WPC yang diberi beban

real memiliki defleksi sebesar 99,82685 mm. Keduanya tidak memenuhi

lendutan ijin sebesar 12,5 mm.

3. WPC saat ini masih belum bisa digunakan sebagai material alternatif penyusun rangka atap dikarenakan nilai modulus elastisitas yang kecil, sehingga nilai defleksi nya besar.

4. Untuk pengujian laboratorium dari rangka atap baja ringan yang diberi beban terpusat sebesar 3652,565 N pada tengah bentang didapatkan defleksi aktual sebesar 27,676 mm dan defleksi rencana hasil dari perhitungan SAP2000 mendapatkan hasil sebesar 0,18172 mm, defleksi hasil aktual dari pengujian laboratorium dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kurang teliti dalam memasang sambungan, kurang teliti dalam penyetelan rangka atap baja ringan pada alat bantu pengujian dan alat uji, kurangnya biaya dari penulis untuk penyempurnaan benda uji dan alat bantu uji, dan kurangnya bantuan dari ahli saat pabrikasi dilakukan.

(24)

85 Universitas Kristen Maranatha 5.2B SaranB

Adapun saran dari penulis antara lain :

1. Mencoba perhitungan baja ringan dengan jenis rangka yang berbeda dengan profil dan bentang yang berbeda.

2. Diperlukan perhitungan lebih lanjut untuk menentukan defleksi dari kedua material agar didapatkan nilai defleksi yang lebih akurat.

(25)

86 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

1. Bahruddin, Irdoni, Ida Zahrina, Zulfansyah, Jurnal Teknobiologi, Studi

Pembuatan Material Wood Plastic Composite Berbasis Limbah Batang

Sawit (ONLINE),

http://lib.unri.ac.id/data/images/phocadownload/77%20-%2084%20Studi%20Pembuatan%20Material%20_Bahruddin_.pdf ,

tanggal akses 4 September 2014, pukul 15.23.

2. Balma, A. B. (1999). Evaluation of Bolted Connections in Wood-Plastic

Composite. Tesis. Washington State University. Washington.

3. Clarke, J. L, Sir Harcrow, William (1996). Structural Design of Polymer

Composite – Design Code and Handbook. EUROCOMP. E & FN Spon.

London, UK.

4. Departemen Pekerjaan Umum (1987). Pedoman Perencanaan

Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung. Yayasan Badan Penerbit PU.

Sumatera Utara.

5. Haiar, K. J. (2000). Performance And Design of Prototype Wood-Plastic

Compsite Sections. Tesis. Washington State University. Washington.

6. Hartanto, A. (2012). Desain Struktur Baja Canai Dingin Berdasarkan

RSNI Baja Canai Dingin. Skripsi. Universitas Kristen Petra. Surabaya.

7. Hung Ta (2015). Universal Testing Machine. Hung Ta Instrument

Co.,LTD. Taichun City. Taiwan.

8. Klyosov, Anatole. A (2007), Wood-Plastic Composite. Wiley-Interscience,

Kanada.

9. Lesmana, Dwi (2014), Stop Ekspansi, Hentikan Penggunaan Kayu dari

Hutan Alam (ONLINE),

http://fwi.or.id/stop-ekspansi-hentikan-penggunaan-kayu-dari-hutan-alam/ , tanggal akses 3 September 2014, pukul 01.40.

10. National Design Specification (2012) NDS for Wood Construction.

American Forest & Paper Association.

(26)

87 Universitas Kristen Maranatha

12. Pardede, Lyo. K (2011), Teknologi Kayu (ONLINE),

http://lyosmart.blogspot.com/2011/11/teknologi-kayu.html , tanggal akses 4 September 2014, pukul 16.02

13. Puspantoro, Benny (2012), Konstruksi Bangunan Gedung tidak bertingkat

edisi revisi,

14. Pranata, Y. A. (2012). Diktat Kuliah Struktur Kayu. Modul kuliah.

Universitas Kristen Maranatha. Bandung.

15. Sentra Teknologi Polimer, Komposit Plastik Kayu LWPC) (ONLINE),

http://www.sentrapolimer.com/index.php/en/artikel/teknis/123-komposit-plastik-kayu-wpc.html , tanggal akses 2 September 2014, pukul 22.54.

16. Slaughter, E. A (2004). Design And Fatigue of a Structural Wood-Plastic

Composite. Tesis. Washington State University. Washinton.

17. Standar Nasional Indonesia. SNI 7971:2013 Struktur Baja Canai Dingin.

Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

18. Suadamara, T. (2010). Analisis Profil CFS LCold Formed Steel) Dalam

Pemasangan Struktur Rangka Atap Yang Efisien. Tugas Akhir. Universitas

Kristen Maranatha. Bandung.

19. Supriatna, Nandan (2012), Konstuksi Atap (ONLINE),,

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/1960122 41991011-NANDAN_SUPRIATNA/KB_D-3/ATAP_1.pdf , tanggal akses 3 September 2014, pukul 01.33.

20. Wildensyah, Iden (2013), Rangka Atap Baja Ringan Untuk Semua Edisi

Revisi, Alfabeta, Bandung.

21. Yu, W. W. (2000). Cold Formed Steel Design/3rd edition. Canada: John

Gambar

Gambar 1.1. Perbandingan penggunaan dan produksi kayu tahun
Gambar 1.2. Profil C untuk Baja Ringan

Referensi

Dokumen terkait

Honda and

Pengajuan dokumen SPP-UP dilakukan Bendahara pengeluaran/Bendahara pengeluaran pembantu untuk memperoleh persetujuan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melalui

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dilapangan dapat di simpulkan bahwa untuk indikator sumber daya manusia yang memadai untuk program bantuan subsidi

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Ilmu Pendidikan.. Universitas

Terdapat sedikit perbedaan pada gambar 2, di mana gas yang terkontaminasi dialirkan melalui bagian bawah kolom, kemudian gas tersebut akan naik ke atas kolom melalui

PLTN yang tidak pernah dioperasikan seperti Kalkar • Generasi I sudah ditutup • Generasi II yang mayoritas. dipakai saat ini sudah mengalami

Arus data menuju ke simpanan data dari suatu proses menunjukkan :. menambah atau menyimpan record baru

Berdasarkan hasil penelitain yang telah dila- kukan maka saran yang dapat diberikan adalah : (1) modul yang dikemabangkan harus disusun berda- sarkan karakteristik peserta