• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERIMAAN DIRI TERHADAP HARGA DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISYIYAH YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERIMAAN DIRI TERHADAP HARGA DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISYIYAH YOGYAKARTA."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENERIMAAN DIRI TERHADAP HARGA DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISYIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

GHARNISH TIARA RESTY NIM 11104241070

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

Kehidupan seperti layaknya mengendarai sebuah sepeda, untuk dapat seimbang kamu harus terus bergerak maju.

(Albert Enstein)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh

(Mohamad Ali).

Jangan membenci sesuatu berlebihan, karena kita tidak tahu kapan kita membutuhkannya.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk :

1. Ibuku Wahyuningsih dan Bapakku Doyo Udianto, S.Pd. tercinta. 2. Saudara dan teman-teman tersayang.

(7)

vii

PENGARUH PENERIMAAN DIRI TERHADAP HARGA DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISYIYAH YOGYAKARTA

Oleh

Gharnish Tiara Resty NIM. 11104241070

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya remaja panti asuhan yang merasa minder dengan keadaan dirinya sebagai yatim piatu. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui tingkat penerimaan diri remaja di panti asuhan, (2) Mengetahui tingkat harga diri remaja di panti asuhan, (3) Mengetahui pengaruh penerimaan diri terhadap harga diri remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif kausal. Subjek pada penelitian ini berjumlah 38 remaja. Alat pengumpulan data berupa skala penerimaan diri dan skala harga diri. Uji validitas instrumen menggunakan validitas isi dengan expert judgment, sedangkan reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, dan diperoleh nilai koefisien α 0,951 pada instrumen penerimaan diri dan 0,941 pada instrumen harga diri. Analisis data menggunakan uji regresi sederhana.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

hidayah, inayah dan rizki-Nya, sehingga Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan

dengan lancar. Tugas Akhir Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penerimaan Diri dan

Harga Diri Pada Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta”.

Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin melakukan penelitian ini.

2. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi.

3. Ibu Yulia Ayriza, Ph.D. selaku dosen pembimbing yang dengan kesabarannya selalu memberikan saran, kritik, dan masukan yang mendukung terselesainya Tugas Akhir Skripsi ini.

4. Remaja dan Pengasuh di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan ijin penelitian.

(9)
(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

PERNYATAAN ...iii

PENGESAHAN ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...7

C. Batasan Masalah ...8

D. Rumusan Masalah ...8

E. Tujuan Penelitian ...8

F. Manfaat Penelitian ...8

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Penerimaan Diri ...10

1. Definisi Penerimaan Diri ...10

2. Jenis Penerimaan Diri ...11

3. Dampak Penerimaan Diri ...12

4. Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri ...13

5. Karakteristik Penerimaan Diri ...15

(11)

xi

1. Definisi Harga Diri ...17

2. Sifat Harga Diri ...18

3. Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ...20

4. Aspek Harga Diri ...22

5. Harga Diri pada Remaja ...23

C. Kajian Remaja ...24

1. Definisi Remaja ...24

2. Karakteristik Remaja Putri ...26

3. Tugas Perkembangan Remaja ...26

D. Penelitian Terdahulu ...27

E. Kerangka Berpikir ...29

F. Hipotesis ...32

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...33

C. Subjek Penelitian ...34

D. Variabel Penelitian ...34

E. Definisi Operasional ...35

F. Metode Pengumpulan Data ...36

G. Instrumen Penelitian ...36

1. Skala Penerimaan diri ...37

2. Skala Harga Diri ...38

3. Penetapan Skor ...40

H. Uji Coba Instrumen ...41

I. Hasil Uji Coba Instrumen ...44

J. Teknik Analisis Data ...45

K. Uji Hipotesis ...46

(12)

xii

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...48

C. Hasil Analisis Data ...53

1. Uji Prasyarat Analisis ...53

2. Uji Hipotesis ...57

D. Pembahasan ...59

E. Keterbatasan Penelitian ...67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...68

B. Saran ...68

DAFTAR PUSTAKA ...70

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi- kisi Penerimaan Diri ... 37

Tabel 2. Kisi- kisi Harga Diri ... 39

Tabel 3. Skor Alternatif Jawaban ... 41

Tabel 4. Deskripsi Data Penerimaan Diri ... 50

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kategorisasi Penerimaan Diri ... 50

Tabel 6. Deskripsi Data Harga Diri ... 51

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kategorisasi Harga Diri ... 52

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Residual ... 55

Tabel 9. Hasil Uji Linearitas ... 56

Tabel 10. Hasil Uji Hipotesis ... 57

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Validitas Instrumen ... 74

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 86

Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Penerimaan Diri ... 92

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Harga Diri ... 94

Lampiran 5. Rumus Perhitungan Kategorisasi ... 95

Lampiran 6. Hasil Uji Kategorisasi ... 96

Lampiran 7. Hasil Uji Deskriptif ... 97

Lampiran 8. Hasil Uji Normalitas ... 98

Lampiran 9. Hasil Uji Linieritas ... 100

Lampiran 10. Hasil Uji Hipotesis ... 101

Lampiran 11. Distribusi Skor Data Penelitian ... 102

Lampiran 12. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 106

(16)

1

BAB I

LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2006: 11), WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja dengan kurun usia dibagi menjadi dua, 10-14 tahun adalah remaja awal dan 15-20 tahun adalah remaja akhir. Batasan PBB di Indonesia tentang usia pemuda adalah kurun usia 14-24 tahun. Rentang usia remaja 14-24 tahun, mereka harus melewati tugas-tugas perkembangan. Menurut Richmond dan Sklansky (Sarlito, 2006: 74), inti dari tugas perkembangan dalam periode remaja awal dan menengah adalah memperjuangkan kebebasan. Untuk membantu melewati tugas-tugas perkembangan remaja, mereka membutuhkan keluarga yang utuh, karena tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan perilaku nantinya.

(17)

2

aman dan terlindungi memungkinkan adanya suatu perkembangan yang wajar bagi anak agar menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab dan matang pribadinya.

Pada kenyataannya tidak semua remaja dapat merasakan adanya kehadiran orang tua yang dapat membantu mereka dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan, banyak pula remaja yang tidak dapat merasakan cinta dan kasih sayang dari orang tua mereka. Banyak remaja yang harus berpisah dan kehilangan orangtua karena berbagai alasan atau peristiwa tertentu sehingga mereka harus menjalani hidup mereka tanpa kehadiran dan kasih sayang dari orang tua kandung mereka. Kasih sayang, perhatian dan rasa aman yang kurang didapat semasa kecil akan berpengaruh terhadap perkembangan dirinya. Hal ini dapat berpengaruh terhadap proses pencarian jati diri dan perkembangan diri remaja. Perhatian, kasih sayang dan cinta yang kurang didapat semasa kecil akan sangat mempengaruhi masa remaja, ketika mereka mulai menunjukkan sikap kurang menerima diri, kurang menghargai diri, dan menyalahkan dirinya atas sesuatu yang tidak dimiliki, atau ketidak sempurnaan diri yang membuat dia tidak nyaman dengan hidupnya.

Penelitian di Indonesia oleh organisasi kemanusiaan Save the Children

(18)

3

sehingga anak-anak mereka dititipkan di rumah pengasuhan yatim piatu (Yuniana, 2012: 3). Berdasarkan hasil penelitian mengenai data yatim piatu, banyak sebab yang mendasari para remaja dan anak-anak berada di panti asuhan. Beberapa di antaranya ada yang memang kelahirannya tidak dikehendaki oleh orang tua mereka sehingga mereka dititipkan di panti asuhan, ada yang karena keterbatasan ekonomi sehingga tidak bisa membiayai mereka, ada juga yang memang kehilangan orangtua mereka sejak kecil.

Panti asuhan adalah tempat untuk memelihara dan merawat anak yatim, piatu dan yatim piatu (Poerwadarminto dalam Rosalia, 2008: 6) dan setiap orang yang tinggal di panti asuhan memiliki hak yang sama, yaitu mendapatkan kasih sayang, perhatian, dan cinta. Remaja panti asuhan membutuhkan kasih sayang yang sama seperti remaja lain yang memiliki keluarga yang utuh. Mereka membutuhkan figur keluarga yang dapat memberikan mereka rasa aman, bimbingan dan dukungan, sehingga mereka dapat menerima diri dan dapat menunjukkan potensi-potensi yang ada dalam diri.

(19)

4

lingkungan luar. Kesempatan untuk membina hubungan dengan banyak orang akan berkembang bila pengasuh panti memberikan bimbingan dan cinta kasih dalam proses pembinaan hubungan dengan orang lain, agar remaja dapat merasakan bahwa dirinya diakui, diterima dan dihargai di lingkungan masyarakat.

Perhatian, bimbingan, dukungan, dan kasih sayang yang tidak bisa tercurahkan pada satu anak saja, sangat memungkinkan bahwa anak akan merasa kurang mendapatkan perhatian, dukungan dan kasih sayang. Seringkali, remaja yang tinggal di panti asuhan menutup diri, merasa rendah diri sehingga mejadi pemalu dalam bergaul karena pengasuhan yang mereka dapatkan tidak sama kualitasnya seperti dari orang tua kandung. Hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan diri yang mengakibatkan kurang menerima diri.

(20)

5

Ejekan-ejekan yang dilakukan oleh teman sebaya dan lingkungan sekitar dapat menciptakan presepsi yang kurang baik bagi remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta. Bagi remaja Panti Asuhan Yatim Aisyiyah Yogyakarta yang tidak bisa menerima diri dan tidak mampu menilai dirinya dengan baik akan memiliki harga diri yang rendah sehingga mereka akan menyalahkan diri sendiri dalam setiap permasalahan yang di alami, karena sebagian besar harga diri berasal dari reaksi terhadap pendapat orang-orang di sekitar tentang bagaimana cara orang-orang lain bersikap dan bertindak. Menurut Chaplin (2011: 451) penerimaan diri adalah:

“sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas -kualitas dan bakat-bakat sendiri dengan pengakuan akan

keterbatasan-keterbatasan sendiri”

(21)

6

Penilaian tentang harga diri tinggi atau rendah tergantung dari penilaian orang di sekitar dan penilaian dari diri sendiri. Coopersmith (Rosalia, 2008: 17), mengatakan bahwa selain penghargaan yang diterima dari orang-orang yang signifikan, harga diri seseorang dipengaruhi oleh nilai dan inspirasi individu dalam menginterpretasi pengalaman diri. Pengalaman yang negatif dapat memiliki efek yang negatif pula terhadap harga diri. Hal ini sejalan dengan pendapat Byrne dan Baron (2002: 173) yang menyatakan bahwa harga diri (self-esteem) adalah evaluasi yang dibuat oleh individu terhadap dirinya sendiri.

(22)

7

Berdasarkan permasalahan yang ada peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh penerimaan diri terhadap harga diri pada remaja yatim piatu di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Adanya kecenderungan perilaku menutup diri pada remaja panti karena penilaian negatif dari masyarakat dan teman sebaya.

2. Pengasuhan yang bukan berasal dari orang tua kandung membuat mereka minder dalam bergaul.

3. Perlakuan negatif dari teman sebaya, menimbulkan kecenderungan remaja panti memiliki harga diri yang rendah.

4. Jumlah pengasuh yang tidak seimbang cenderung memberikan perhatian dan kasih sayang yang kurang.

5. Tidak adanya dukungan dan kasih sayang dari orang tua kandung membuat remaja panti cenderung sulit dalam melewati tugas perkembangannya.

(23)

8

C. BATASAN MASALAH

Dari beberapa masalah yang ada, peneliti membatasi penelitian yang akan diteliti mengenai pengaruh penerimaan diri terhadap harga diri pada remaja yatim piatu di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan batasan masalah yang telah di tentukan, rumusan masalah

yang akan diteliti adalah “Apakah ada pengaruh penerimaan diri terhadap

harga diri pada remaja yatim piatu di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah

Yogyakarta”

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerimaan diri terhadap harga diri pada remaja yatim piatu di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta.

F. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan data khususnya pada program studi Bimbingan dan Konseling sebagai kajian mengenai pengaruh penerimaan diri terhadap harga diri remaja yatim piatu.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Pengasuh Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta

(24)

9

Aisyiyah Yogyakarta, sehingga dapat ditindak lanjuti setiap permasalahannya.

b. Bagi remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta

Menjadi informasi dan masukan bahwa penerimaan diri memiliki pengaruh terhadap harga diri, agar mereka dapat mengembangkan dirinya sehingga mereka dapat memiliki kepercayaan diri yang tinggi meskipun sebagai remaja yang tinggal di panti asuhan.

(25)

10

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Penerimaan Diri

1. Definisi Penerimaan Diri

Penerimaan diri merupakan sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas dan bakat-bakat sendiri serta pengakuan akan keterbatasan sendiri (Chaplin 2011: 451; Hurlock, 1999: 19) berpendapat bahwa individu yang menerima diri, memiliki penilaian yang realistik terhadap sumber daya yang dimiliki dan dikombinasikan dengan apresiasi atas dirinya secara keseluruhan.

Menurut Supratiknya (1995: 84), penerimaan diri merupakan penghargaan tertinggi yang dimiliki oleh setiap individu terhadap dirinya sendiri. Penerimaan diri juga dibangun melalui presepsi dari orang lain. Supratiknya (1995: 85) menyatakan bahwa penerimaan diri dibangun melalui pemahaman dari orang lain. Jika orang lain memandang berharga, maka individu juga akan memandang dirinya berharga.

(26)

11

2. Jenis Penerimaan Diri

Menurut Supratiknya (1995: 86), ada lima jenis penerimaan diri untuk menyimpulkan penilaian orang lain, yaitu:

a. Penerimaan diri pantulan (reflected self-acceptance), kesimpulan untuk penilaian diri berdasarkan penangkapan tentang bagaimana pandangan orang lain. Seseorang akan menerima dirinya jika orang lain juga dapat menerimanya.

b. Penerimaan diri dasar (basic self-acceptance) yaitu keyakinan bahwa individu diterima secara intrinsik dan tanpa syarat.

c. Penerimaan diri bersyarat (conditional self-acceptance) yaitu penerimaan diri yang terbentuk jika individu mampu mamenuhi tuntutan atau harapan dari lingkungan sekitar.

d. Evaluasi diri (self-evaluation) yaitu estimasi atau penilaian tentang seberapa positif berbagai atribut yang dimiliki oleh individu di bandingan dengan atribut yang dimiliki oleh individu lain yang sebaya.

e. Pembandingan antara harapan dan kenyataan (real-ideal comparison)

yaitu penilaian tentang diri yang sebenar-benarnya dengan penilaian tentang diri yang dicita-citakan.

(27)

12

yaitu penerimaan diri pantulan, penerimaan diri dasar, penerimaan diri bersyarat, evaluasi diri, dan pembandingan antara harapan dan kenyataan.

3. Dampak Penerimaan Diri

Hurlock (1987: 257-258) membagi dampak penerimaan diri menjadi dua kategori, yaitu:

a. Penyesuaian diri

Orang yang memiliki penerimaan diri dapat mengenali kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki. Individu yang menerima diri biasanya memiliki keyakinan diri (self confidence) dan harga diri (self esteem), serta mau menerima kritikan dari orang lain demi perkembangan dirinya. Penerimaan diri yang disertai rasa aman dalam proses pengembangan diri memungkinkan seseorang untuk lebih berpikir realistis, sehingga potensinya dapat berkembang secara lebih efektif. Pemikiran yang realistis membuat individu bersikap jujur serta merasa puas dengan yang mereka miliki dan dapat menjadi diri sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain.

b. Penyesuaian sosial

(28)

13

orang yang memiliki penerimaan diri kurang seperti rendah diri, mereka akan lebih berorientasi terhadap diri mereka sendiri atau lebih bersikap egois.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dampak penerimaan diri memiliki dua kategori yaitu dampak pada penyesuaian diri dan penyesuaian sosial. Dampak pada penyesuaian diri adalah individu mau menerima kritikan dari orang lain demi perkembangan dirinya. Dampak penyesuaian sosial yaitu individu mau berinteraksi dengan orang lain dan menunjukkan sikap peduli, perhatian, rasa empati serta menaruh minat untuk berinteraksi dengan orang lain

4. Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri

Menurut Hurlock (1999: 259) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan diri, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pemahaman diri sendiri

Kemampuan individu untuk mengenali kekurangan dan kelebihannya. b. Harapan realistik

Penyesuaian harapan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tanpa ada paksaan dari orang lain.

c. Tidak adanya hambatan di lingkungan

(29)

14

d. Sikap anggota masyarakat yang menyenangkan

Adanya penghargaan dari orang lain dan kesediaan individu untuk masuk di lingkungan sosial sekitar.

e. Tidak adanya gangguan emosional yang kuat.

Tidak adanya gangguan emosional dapat membuat individu bekerja sebaik mungkin dan merasa bangga.

f. Pengaruh keberhasilan yang dialami

Keberhasilan yang didapat individu dapat meningkatkan penerimaan diri, sebaliknya kegagalan yang didapat bisa mengakibatkan penolakan terhadap diri.

g. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik. Identifikasi dengan orang lain dapat membangun sikap positif terhadap diri dan membuat individu bertingkah dengan baik.

h. Prespektif yang luas

Prespektif yang luas dapat diperoleh dari pengalaman. i. Pola asuh semasa kecil

Pengasuhan secara demokratis membuat anak dapat menghargai dirinya sendiri.

j. Konsep diri yang stabil

(30)

15

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri diantaranya pemahaman diri sendiri, harapan realistik, tidak adanya hambatan di lingkungan, sikap anggota masyarakat yang menyenangkan, tidak adanya gangguan emosional yang kuat, pengaruh keberhasilan yang dialami, identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik, perspektif yang luas, pola asuh semasa kecil, dan konsep diri yang stabil.

5. Karakteristik Penerimaan Diri

Penilaian terhadap penerimaan diri dapat dilihat dari perilaku yang dimunculkan individu pada kesehariannya. Individu dengan penerimaan diri yang baik akan cenderung melakukan hal-hal yang positif dan senang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan banyak orang.

Beberapa karakteristik individu yang diungkapkan Allport (Akbar, 2013: 19) ciri-ciri seseorang yang menerima dirinya adalah sebagai berikut:

(31)

16

b. Dapat mengatur rasa frustasi dan kemarahan, seperti: menyadari kekurangan dan kelebihan setiap orang, menyadari bahwa kemarahan hanya merugikan diri, dapat menerima kegagalan.

c. Dapat berinteraksi dan menerima kritikan dari orang lain, seperti: tidak merasa ditolak, tidak malu dan tidak menganggap dirinya berbeda, mampu menerima dan menyikapi kritikan dari orang lain, bersikap realistis, tidak menutup diri.

d. Dapat mengatur keadaan emosi, seperti: memahami keadaan diri dan tidak mudah dikendalikan orang lain, mampu menerima pujian dan celaan secara objektif.

Selanjutnya Berger (Marta, dkk, 2013: 2-3) berpendapat bahwa karakteristik penerimaan diri adalah:

a. Bersikap dan berperilaku sesuai standar pada diri. b. Mempunyai keyakinan dalam menghadapi hidup. c. Berani bertanggungjawab atas perilakunya. d. Menanggapi pujian dan kritikan secara objektif. e. Menerima diri tanpa penghukuman pada diri.

f. Menganggap dirinya layak dan sederajat dengan orang lain. g. Tidak memaksa orang lain untuk menerima dirinya.

(32)

17

Berdasarkan paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu yang menerima dirinya diantaranya memiliki gambaran positif tentang diri, dapat mengatur dan mentoleransi rasa frustasi dan kemarahan, dapat berinteraksi dan menerima kritikan dari orang lain, dapat mengatur keadaan emosi (depresi dan kemarahan). Selain itu karakteristik penerimaan diri terdiri dari bersikap dan berperilaku sesuai standar pada diri, mempunyai keyakinan dalam menghadapi hidup, berani bertanggung jawab atas perilakunya, menanggapi pujian dan kritikan secara objektif, menerima diri tanpa penghukuman pada diri, menganggap bahwa dirinya layak dan sederajat dengan orang lain, tidak memaksa orang lain untuk menerima dirinya, tidak bersikap abnormal, dan tidak malu atau rendah diri.

B. Kajian Harga Diri

1. Definisi Harga Diri

(33)

18

Senada dengan pendapat di atas, Burn (1993: 71) menuliskan bahwa harga diri adalah perasaan bahwa dirinya penting dan efektif serta melibatkan pribadi yang sadar akan dirinya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa harga diri merupakan keseluruhan nilai yang dibuat oleh setiap individu terhadap dirinya sendiri, melibatkan pribadi yang sadar akan dirinya yang digunakan untuk menilai sifat dan kemampuan diri seperti perasaan bahwa dirinya penting dan efektif.

2. Sifat Harga Diri

Setiap individu memiliki penilaian terhadap penghargaan dirinya masing-masing, tergantung bagaimana individu tersebut menilai kemampuan pada dirinya. Penilaian dan penghargaan yang positif akan berdampak positif, begitu juga sebaliknya. Menurut Tri Daryaksini & Hudaniah (2003: 84), orang yang memiliki penilaian yang positif cenderung untuk bahagia, sehat, berhasil, dan dapat menyesuaikan diri, akan tetapi jika memiliki penilaian yang negatif maka ia akan relatif tidak sehat, cemas, tertekan, dan pesimis tentang masa depannya.

(34)

19

individu tersebut mengalami kehampaan, keraguan, dan keputusasaan dalam menghadapi tuntutan hidupnya.

Burns (1993: 316-318) menyebutkan bahwa sifat individu yang memiliki harga diri tinggi memiliki ciri-ciri tidak bergantung penilaian orang lain, mampu menerima kegagalan dengan lapang, mampu membela diri ketika mendapat umpan balik yang negatif, mampu melindungi diri dari evaluasi yang negatif dari kelompok sosialnya. Ciri-ciri individu yang memiliki harga diri yang rendah adalah mudah terpengaruh lingkungan sosialnya, kurang yakin terhadap kemampuan diri sendiri, berada dalam kendali dari suatu kondisi, terbelenggu dari pengalaman kegagalan yang pernah terjadi, mudah terpengaruh oleh apa yang dikatakan orang lain tentang dirinya.

Berdasarkan paparan beberapa ahli, disimpulkan bahwa sifat harga diri dibedakan menjadi dua yaitu harga diri tinggi (positif) dan harga diri rendah (negatif). Individu yang memiliki harga diri tinggi cenderung untuk bahagia, sehat, berhasil, dan dapat menyesuaikan diri, tidak bergantung pada penilaian orang lain, mampu menerima kegagalan dengan lapang, mampu membela diri ketika mendapat umpan balik yang negatif. Individu yang memiliki harga diri rendah akan relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis terhadap masa depannya, mudah terpengaruh lingkungan sosial, kurang yakin terhadap kemampuan diri sendiri.

(35)

20

3. Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Pembentukan harga diri juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Wirawan & Widyastuti (Citra Puspita Sari, 2009: 4) faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri yaitu:

a. Faktor Fisik

Merupakan ciri fisik seperti penampilan dari seseorang. Seseorang akan memiliki harga diri yang tinggi apabila memiliki penampilan dan wajah yang menarik.

b. Faktor Psikologis

Mencakup hal-hal seperti kepuasan kerja, persahabatan, dan keidupan yang menyenangkan. Perasaan puas dengan apa yang dimiliki dapat meningkatkan harga diri seseorang.

c. Faktor Lingkungan Sosial

(36)

21 d. Faktor Tingkat Intelegensi

Semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang, maka semakin tinggi pula harga dirinya karena orang yang cerdas biasanya dapat berpikir lebih realistis.

e. Faktor Ras dan Kebangsaan

Pada ras yang di anggap rendah dengan sendirinya akan membentuk gambaran diri akan harga diri yang rendah pula.Jika suatu bangsa memperoleh penghargaan tinggi, maka akan menimbulkan penilaian harga diri yang tinggi pula.

f. Fakor status ekonomi

Terkadang orang yang memiliki status ekonomi yang rendah akan lebih memiliki harga diri yang rendah pula.

g. Faktor urutan keluarga

Anak tunggal cenderung memiliki harga diri yang tinggi daripada anak yang memiliki banyak saudara.

(37)

22

4. Aspek Harga Diri

Beberapa aspek harga diri menurut Coopersmith (1967: 38-41) adalah sebagai berikut:

a. Power (Kekuatan)

Kekuatan diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol orang lain. Keberhasilan individu yang memiliki kekuatan ditandai dengan kemampuan individu untuk mempengaruhi tindakan tertentu dengan mengontrol tingkah laku diri dan orang lain. b. Significance (Keberartian)

Hal ini diartikan sebagai penerimaan, perhatian dan kasih sayang terhadap orang lain. Keberhasilan dari keberartian ditandai dengan dengan perhatian dan ungkapan kasih sayang individu terhadap orang lain.

c. Virtue (Kebajikan)

Kebajikan diartikan sebagai ketaatan individu terhadap standar-standar etika dan moral. Ukuran kebajikan ini ditandai dengan ketaatan terhadap kode moral, etika, dan prinsip keagamaan.

d. Competence (Kemampuan)

(38)

23

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa individu yang menghargai diri, memiliki aspek kekuatan yang ditandai dengan kemampuan untuk mempengaruhi tindakan tertentu dari kontrolan terhadap diri dan orang lain. Aspek keberartian yang ditandai dengan perhatian dan ungkapan kasih sayang terhadap orang lain. Aspek kebajikan yang ditandai dengan ketaatan terhadap kode etik, moral dan prinsip agama, serta aspek kemampuan yang ditandai dengan penampilan yang sesuai dengan usianya.

5. Harga DiriPada Remaja

(39)

24

lingkungannya (Joiner, Katz, & Lew, dalam Byrne 2002: 177), sehingga diperlukan dukungan dan kasih sayang di lingkungan sekitarnya.

Hurlock (1980: 291) berpendapat bahwa kasih sayang juga merupakan hal yang penting bagi remaja, kasih sayang dan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar dapat membuat mereka menyukai diri dan merasa bahwa dia diterima oleh orang lain. Santrock (2010: 141) menyatakan bahwa pendapat dan penilaian teman sebaya dapat meningkatkan harga diripada remaja.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa harga diri pada remaja mengalami naik turun yang disebabkan karena adanya perubahan fisik, sehingga diperlukan dukungan dari keluarga, teman dan lingkungan sekitar agar remaja dapat merasa bahwa dia diterima oleh orang lain sehingga dapat meningkatkan harga dirinya.

C. Kajian Remaja

1. Definisi Remaja

Istilah remaja berasal dari kata adolescene yang berarti remaja dalam bahasa Indonesia. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Istilah remaja (adolescence)

(40)

25

ke masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional. Hurlock (Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 125) mengatakan bahwa masa remaja merupakan usia yang menimbulkan ketakutan atau kesulitan dimana sering timbul pandangan yang kurang baik atau bersifat negatif terhadap diri yang dapat mempengaruhi sikap remaja terhadap dirinya.

Rentang usia remaja adalah pada 10-20 tahun. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2006: 11), WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja dengan kurun usia dibagi menjadi dua yaitu 10-14 tahun adalah remaja awal dan 15-20 tahun adalah remaja akhir. Batasan PBB di Indonesia tentang usia pemuda adalah kurun usia 14-24 tahun. Dadang Sulaeman (1995: 2) berpendapat bahwa masa remaja merupakan suatu masa dimana para remaja itu dihadapkan pada tantangan, batasan, dan kekangan-kekangan yang datang baik dari dalam maupun luar diri.

(41)

26

2. Karakteristik Remaja Putri

Menurut Kartini Kartono (2006: 65-66) pada periode perkembangan remaja putri, perkembangan kepribadian ditandai dengan:

a. Mampu melakukan introspeksi dan mencari sesuatu dalam dirinya.

b. Menemukan kemampuan untuk bersikap pada diri sendiri dan lingkungan sekitar.

c. Memahami arah hidup dan tujuan hidup. d. Memiliki pendirian.

e. Bersikap kritis terhadap obyek-obyek di luar diri.

f. Mampu membentuk kepribadian yang sesuai dengan dirinya. Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perempuan pada masa remaja memiliki karakteristik kepribadian seperti kemampuan untuk berintrospeksi dan mencari sesuatu dalam dirinya, mampu bersikap pada diri dan lingkungan sekitar, memahami arah hidup, memiliki pendirian, bersikap kritis terhadap obyek di luar dirinya, dan mampu membentuk kepribadiannya.

3. Tugas Perkembangan Remaja

(42)

27

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria atau wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab.

e. Mempersiapkan karir ekonomi.

f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

g. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan remaja jika dikaitkan dengan penerimaan diri adalah menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif. Selanjutnya mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab. Oleh karena itu, kedua tugas perkembangan tersebut merupakan tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai dengan baik.

D. Penelitian Terdahulu

1. Hasil penelitian tentang “Penerimaan Diri Pada Remaja Leukimia” oleh Ulfa Rizkiana ditemukan hasil bahwa sebagai penderita leukemia subjek pada penelitian ini memiliki penerimaan diri yang baik karena subjek memiliki pemahaman tentang diri juga mengenali apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya.

2. Hasil penelitian tentang “Meningkatkan Penerimaan Diri (Self

(43)

28

Akbar Heriyadi diperoleh hasil bahwa self acceptance siswa sebelum mendapat konseling individu realita termasuk rendah dengan prosentase 48%. Setelah dilakukan konseling mengalami peningkatan 64% dengan demikian terjadi perubahan positif sebesar 16%. Dapat disimpulkan bahwa konseling individu realita dapat mengubah self acceptance.

3. Penelitian tentang “Perbedaan Self Acceptance (Penerimaan Diri) Pada

Anak Panti Asuhan Ditinjau Dari Segi Usia” oleh Getrudis Guna Putri,

Putri Agusta K.D, Shubhi Najahi diperoleh hasil bahwa pada usia anak-anak (8-11) tahun dan remaja (12-15) tahun merupakan masa peralihan dan masih terdapat beberapa sifat, sikap, dan kebiasaan yang dibawa dari masa anak-anak ke masa remaja sehingga tidak terdapat perbedaan penerimaan diri pada anak panti asuhan yang ditinjau dari segi usia. 4. Penelitian tentang “Harga Diri Remaja Putri Yang Telah Melakukan

Hubungan Seks Pranikah” oleh Citra Puspita Sari diperoleh hasil

(44)

29

5. Penelitian tentang “Harga Diri Remaja Panti Asuhan SOS Desa Taruna

Semarang” oleh Rosalia Dyah Puspita diperoleh hasil bahwa

penerimaan terhadap diri dan penilaian yang positif dari lingkungan dapat memunculkan penghargaan diri yang baik karena remaja panti lebih agresif, mudah tersinggung, pendiam dan hal negatif lain yang membuat remaja tersebut kurang dapat menghargai dirinya sendiri karena pergolakan batin sebagai remaja panti asuhan.

Berdasar beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai penerimaan diri, diperoleh hasil bahwa penerimaan diri yang baik pada individu dapat diperoleh melalui pemahaman tentang diri. Penerimaan diri juga dapat ditingkatkan melalui salah satunya dengan melakukan konseling individu. Pada usia peralihan dari anak-anak menuju remaja dengan rentang usia 8-15 tahun tidak terdapat perbedaan penerimaan diri. Selanjutnya mengenai penelitian tentang harga diri dapat disimpulkan bahwa harga diri yang rendah dipengaruhi oleh faktor psikologis, lingkungan sosial dan fisik, selain itu penghargaan diri yang baik dapat diperolehdari penerimaan dan penilaian positif terhadap diri dan lingkungan.

E. Kerangka Berpikir

(45)

30

transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional. Pada usia remaja mereka dituntut agar dapat hidup mandiri. Salzman (Syamsu Yusuf, 2006: 184) menyatakan remaja merupakan perkembangan dari sikap ketergantungan (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Hurlock (Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 125) mengatakan bahwa masa remaja merupakan usia yang menimbulkan ketakutan atau kesulitan dimana sering timbul pandangan yang kurang baik atau bersifat negatif terhadap diri yang dapat mempengaruhi sikap remaja terhadap dirinya.

(46)

31

telah dilakukan oleh (Ulfa Rizkiana, 2012: 15) penerimaan diri yang baik adalah jika individu memiliki pemahaman tentang dirinya. Gunarsa (Rosalia Dyah P, 2008: 6) mengatakan bahwa perasaan aman dan terlindungi memungkinkan adanya suatu perkembangan yang wajar bagi anak agar menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab dan matang pribadinya.

Remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta bisa dikatakan sebagai remaja yang kurang beruntung, karena mereka harus menjalani hidup mereka tanpa kehadiran dan kasih sayang dari orang tua kandungnya. Peran orangtua di panti asuhan digantikan oleh pengasuh. Getrudis, dkk (2013: 11) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengasuhan yang kurang baik di panti asuhan dapat berpengaruh jangka panjang pada perkembangan kognitif, emosi, dan sosial pada anak. Pengasuhan di panti asuhan yang kurang intensif, pemberian kasih sayang yang tidak merata, serta perlakuan negatif dari teman sebaya dapat menimbulkan kecenderungan menutup diri, yang mengarah pada kurangnya penerimaan diri.

(47)

32

dirinya. Terbentuknya penerimaan diri yang baik dapat merujuk pada pembentukan harga diri yang baik. Schultz (1991: 93) berpendapat bahwa untuk memiliki perasaan harga diri yang sejati, individu harus mengetahui diri dengan baik dan mampu menilai secara objektif kebaikan dan kelemahan dirinya.

Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai harga diri pada remaja di panti asuhan dijelaskan bahwa penerimaan terhadap diri dan penilaian yang positif dari lingkungan sekitar dapat memunculkan penghargaan diri pada remaja panti asuhan, sehingga dapat memudahkan mereka dalam proses pencarian jati diri (Rosalia Dyah P, 2008: 188). Dampak penerimaan diri adalah penyesuaian diri, individu yang menerima diri biasanya memiliki keyakinan diri (self confidence) dan harga diri (self esteem). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri dapat mempengaruhi harga diri.

F. Hipotesis

(48)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kuantitatif, karena data yang terkumpul berupa angka yang dianalisis menggunakan analisis statistika (Sugiyono, 2011: 31). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasi yang berbentuk kausal yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari satu variabel terhadap variabel lain. Sugiyono (2011: 37) mengatakan bahwa penelitian hubungan kausal adalah hubungan sebab-akibat, terdapat variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (variabel yang dipengaruhi). Pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian kausal pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel penerimaan diri dan variabel harga diri pada remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(49)

34

sebagai lokasi untuk penelitian ini. Selain itu, belum ada penelitian terkait dengan variabel-variabel dalam penelitian ini yang dilakukan di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah.

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan September 2015.

C. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini menggunakan penelitian populasi. Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan dilakukan pengamatan dan penyedia data untuk penelitian. Sugiyono (2012: 80) menyatakan bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi (obyek/subyek) yang memiliki kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti utuk diteliti dan ditarik kesimpulan. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian.

Populasi atau subjek pada penelitian ini adalah remaja putri di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta yang berusia 12-18 tahun, dengan jumlah 38 orang.

D. Variabel Penelitian

(50)

35

1. Variabel Dependen (variabel terikat): merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah harga diri.

2. Variabel Independen (variabel bebas): merupakan variabel pengaruh atau sebab terjadinya perubahan pada variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penerimaan diri.

E. Definisi Operasional

1. Definisi Penerimaan Diri

Penerimaan diri merupakan penghargaan terhadap diri dan memiliki penilaian yang realistik terhadap sumber daya yang dimiliki meliputi rasa puas dengan diri sendiri, kualitas dan bakat yang dikombinasikan dengan apresiasi atas dirinya. Ukuran penerimaan diri dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri penerimaan diri. Menurut Allport (dalam Akbar 2013: 19) ciri-ciri seseorang yang menerima diri yaitu memiliki gambaran yang positif tentang diri, dapat mengatur dan mentoleransi rasa frustrasi dan kemarahan, dapat berinteraksi dan menerima kritikan dari orang lain, dapat mengatur keadaan emosi (depresi dan kemarahan). 2. Definisi Harga Diri

(51)

36

dapat dilihat berdasarkan aspek-aspek pada harga diri. Coopersmith (1967: 38-41) menyatakan bahwa aspek harga diri terdiri dari power (kekuatan),

significance (keberartian), virtue (kebajikan), competence (kemampuan).

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pengukuran, alat ukur yang digunakan adalah skala psikologis. Skala yang disusun berupa skala penerimaan diri dan skala harga diri. Pembuatan alat ukur pada penelitian ini menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2012: 92), skala

Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Pada skala Likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen. Penelitian ini menggunakan skala psikologis dengan skala Likert

yang dimodifikasi menjadi 4 alternatif jawaban yaitu sangat sesuai (ss), sesuai (s), kurang sesuai (ks), sangat kurang sesuai (sks) dengan menghilangkan jawaban ragu-ragu karena orang cenderung akan memilih jawaban ragu-ragu dan cenderung tidak akan menjawab sesuai atau tidak sesuai pada pernyataan dalam skala.

G. Instrumen Penelitian

1. Skala Penerimaan Diri

(52)

37

memiliki gambaran yang positif tentang diri, dapat mengatur dan mentoleransi rasa frustasi dan kemarahan, dapat berinteraksi dan menerima kritikan dari orang lain, dapat menerima keadaan emosi (depresi dan kemarahan). Skala penerimaan diri pada penelitian ini memodifikasi skala penerimaan diri dari Akbar (2013: 50).

Tabel 1. Kisi-kisi Penerimaan Diri

(53)

38

kemarahan 2. Menyadari kemarahan

2. Skala Harga Diri

(54)

39

(kekuatan), significance (keberartian), virtue (kebajikan), competence

(kemampuan). Skala harga diri pada penelitian ini memodifikasi skala harga diri dari Coopersmith.

Tabel 2. Kisi-kisi Harga Diri No Variabe diri dan orang lain.

(55)

40

Competence

(Kemampuan )

Mampu mencapai keberhasilan dan berpenampilan sesuai dengan usia atau dengan sewajarnya.

24,25 26,27,28, 29,30

7

TOTAL 16 14 30

3. Penetapan Skor

Penetapan skor pada aspek-aspek harga diri dan penerimaan diri secara operasional terdiri dari pernyataan positif (favourable +) dan pernyataan secara negatif (unfavourable -) yang terbagi kedalam empat alternatif pilihan jawaban yang telah ditentukan, diantaranya sangat sesuai (ss) dengan skor 4 untuk pernyataan favourable dan skor 1 untuk pernyataan

(56)

41

Tabel 3. Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban

Skor

Favourable Unfavourable

Sangat sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Kurang sesuai 2 3

Sangat kurang sesuai 1 4

H. Uji Coba Instrumen

1. Uji Validitas

(57)

42

keputusan bahwa instrumen akan digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan atau dirombak total.

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang dapat digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama dan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2012: 121). Selanjutnya dilakukan pengukuran reliabilitas dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan berikutnya yang dilakukan dengan rumus Alpha Cronbach. Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas instrumen Alpha Cronbach karena variabel penelitian ini datanya berjenis data interval yang instrumen jawabannya dalam bentuk skala. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 222) reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas dengan kisaran angka 0-1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1, berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai koefisien korelasi minimal dari 0.60 atau pada interval koefisien antara 0.60-1.00 (Burhan, 2009: 354). Penghitungan reliabilitas menggunakan

IBM SPSS Statistics 22

3. Uji Seleksi Item

(58)

43

digunakan dalam tes. Kualitas yang dimaksudkan adalah keselarasan atau konsistensi antara item dengan tes secara keseluruhan, yang biasa disebut dengan konsistensi item-total (Saifuddin Azwar, 2004: 162).

Pengujian konsistensi item total akan menghasilkan koefisien korelasi item total (rxy) yang juga dikenal dengan daya beda item. Disebut

daya beda item karena item yang konsisten merupakan item yang mampu menunjukkan perbedaan antara subjek pada aspek yang diukur (Saifuddin Azwar, 2004: 162).

(59)

44

I. Hasil Uji Coba Instrumen

a. Uji Validitas

Penelitian ini menggunakan validitas isi yang kemudian disepakati oleh penilai yang berkompeten yaitu dosen pembimbing (expert judgement). Skala penerimaan diri selesai dibuat sebagai instrumen pengumpulan data dengan jumlah item 41. Setelah dilakukan uji expert terdapat beberapa item yang mengalami perbaikan kalimat. Skala penerimaan diri yang relevan berjumlah 41 item.

Skala harga diri selesai dibuat sebagai instrumen pengumpulan data dengan jumlah item 30. Setelah perbaikan, terdapat beberapa item yang mengalami perbaikan kalimat. Skala penerimaan diri yang relevan berjumlah 30 item. Data hasil uji validitas instrumen penerimaan diri dapat dilihat di lampiran 3, data hasil uji validitas instrumen harga diri dapat dilihat di lampiran 4.

b. Uji Reliabilitas

(60)

45

skala penerimaan diri dikatakan reliabel karena memiliki koefisien lebih dari 0.60.

Pada instumen harga diri setelah dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 22, didapat koefisien Alpha Cronbach sebesar 0.941. Dengan demikian instrumen skala harga diri dikatakan reliabel karena memiliki koefisien lebih dari 0.60. Data hasil uji reliabilitas instrumen penerimaan diri dapat dilihat di lampiran 3, uji reliabilitas instrumen harga diri dapat dilihat di lampiran 4.

J. Teknik Analisis Data

Analisis data didahului dengan uji persyaratan analisis. Uji persyaratan yang terkait dengan uji analisis data adalah uji normalitas dan uji linearitas. 1. Uji persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

(61)

46

0.05) maka data berdistribusi normal. Jika nilai sigifikan lebih kecil dari 0.05 pada (p < 0.05) maka data berdistribusi tidak normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat terbentuk linear atau tidak. Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan rumus regresi dengan bantuan IBM SPSS Statistics 22. Taraf signifikan untuk uji linearitas hubungan variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian ini adalah taraf signifikan = 0.000 (0.05) dengan derajat kebebasan (db) untuk regresi harga F adalah 1 lawan N-1. Jika nilai p lebih kecil dari 0.05 maka kedua variabel memiliki hubungan yang linear, jika nilai p lebih besar dari 0.05 maka hubungan antar kedua variabel tidak linear.

K. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

“terdapat pengaruh positif antara penerimaan diri terhadap harga diri pada

remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta” sebagai hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada pengaruh

positif dan signifikan antara penerimaan diri terhadap harga diri”. Pengujian

(62)

47

terikat pada penelitian ini adalah taraf signifikan 5%. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 pada (p < 0.05), maka hipotesis nol (H0) ditolak dan

hipotesis alternatif (Ha) diterima (Sugiyono, 2011: 391). Pengujian data diolah

(63)

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian

1. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta yang terletak di Jl. Munir No. 109 Serangan, Yogyakarta. Panti asuhan ini memiliki fasilitas seperti kamar tidur, mushola, ruang pengasuh atau pengurus panti, dan aula sebagai tempat kegiatan belajar bersama.

2. Subjek Penelitian

Panti Asuhan ini memiliki anak asuh yang berjumlah total 58 dengan jumlah anak SD 7 anak, SMP 18 anak, SMA 20 anak, Perguruan Tinggi 14 anak. Pada penelitian ini hanya anak yang berusia 12- 18 tahun yang dijadikan subjek penelitian yaitu pada anak SMA dan SMP.

3. Deskripsi Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 1-2 September 2015. Adapun perinciannya sebagai berikut:

a. Melakukan observasi: 30 Maret 2015

b. Membagikan angket penelitian: 1-2 September 2015

B. Deskripsi Hasil Penelitian

(64)

49

Yogyakarta. Skala dibagi menjadi dua bagian, skala pertama berfungsi untuk mengetahui penerimaan diri pada remaja panti, skala kedua berfungsi untuk mengetahui harga diri pada remaja panti. Untuk mengetahui tingkat penerimaan diri dan harga diri perlu dilakukan kategorisasi pada data yang telah diperoleh. Saifuddin Azwar (2007: 147) menjelaskan langkah-langkah pengkategorisasian tiap variabel adalah:

1. Menentukan skor tertinggi dan terendah Skor tertinggi = 4 x jumlah item

Skor terendah = 1x jumlah item 2. Menghitung mean ideal (M)

M = 1/2 (skor tertinggi + skor terendah) 3. Menghitung standar deviasi

M = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)

Hasil penghitungan tersebut digunakan untuk menentukan kategorisasi pada masing-masing variabel dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:

Baik : X ≥ M + SD

Cukup : M –SD ≤ X < M + SD Kurang : X ≤ M – SD

(65)

50 a) Deskripsi Data Penerimaan Diri

Skala penerimaan diri dengan rentang skor 1-4 dengan jumlah 41 item pernyataan. Deskripsi data disajikan secara umum dari penerimaan diri yang meliputi: skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi.

Tabel 4. Deskripsi Data Penerimaan Diri Variabel Jumlah

Item

Statistik Hipotetik Empirik Penerimaan

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui data hipotetik skor minimum penerimaan diri sebesar 41, skor maksimum 164, mean 102.5, dan standar deviasi 20.50. Kemudian data empirik skor minimum penerimaan diri sebesar 74.00, skor maksimum 160.00, mean 122.7368, dan standar deviasi 18.53512. Distribusi frekuensi ketegorisasi penerimaan diri dapat dilihat pada tabel 5 dan gambar 1.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kategorisasi Penerimaan Diri

No. Kriteria Frekuensi Prosentase Kategori

1. X ≥ 123.00 17 44.7% Baik

2. 82.00 ≤ X < 123.00 20 52.7% Cukup

3. X < 82.00 1 2.6% Kurang

(66)

51

Gambar 1. Diagram Distribusi Frekuensi Kategorisasi Penerimaan Diri. Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 1 dapat dilihat bahwa dari 38 remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Yogyakarta terdapat 17 orang (44.7%) memiliki penerimaan diri pada kategori baik, 20 orang (52.7%) memiliki penerimaan diri pada kategori sedang, dan 1 orang (2.6%) memiliki penerimaan diri pada kategori kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri Remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta berada pada kategori sedang atau cukup baik.

b) Deskripsi Data Harga Diri

Skala yang digunakan untuk mengidentifikasi sikap harga diri adalah skala harga diri dengan rentang skor 1-4 dan jumlah item 30 butir. Deskripsi data yang disajikan merupakan data secara umum yang meliputi: skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi. Tabel 6. Deskripsi Data Harga Diri

Variabel Jumlah Item

Statistik Hipotetik Empirik

Harga Diri 30 Skor Minimum 30 62.00

Skor Maksimum

(67)

52

Mean 75 88.7632

Standar Deviasi

15 13.94862

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui data hipotetik skor minimum harga diri sebesar 30, skor maksimum sebesar 120, mean sebesar 75, standar deviasi sebesar 15. Berdasarkan data empirik skor minimum harga diri sebesar 62.00, skor maksimum sebesar 118,00, mean sebesar 88.7632, standar deviasi sebesar 13.94862. Distribusi frekuensi kategorisasi harga diri terdapat pada tabel 7 dan gambar 2.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kategorisasi Harga Diri

No. Kriteria Frekuensi Prosentase Kategori

1. X ≥ 90.00 13 34.2% Baik

2. 60.00 ≤ X < 90.00 25 65.8% Cukup

3. X < 60.00 - - Kurang

Total 38 100%

Gambar 2. Diagram Distribusi Frekuensi Kategorisasi Harga Diri.

(68)

53

harga diri pada kategori kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga diri pada Remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta berada pada kategori sedang atau cukup baik.

C. Hasil Analisis Data

1. Uji Prasyaratan Analisis

Variabel bebas pada penelitian ini yaitu penerimaan diri dan variabel terikat yaitu harga diri. Sebelum diadakan uji hipotesis dengan teknik analisis data, diperlukan uji prasyaratan analisis yang meliputi: a. Uji Normalitas

(69)

54

Gambar 3. Grafik Normal Probability Plot

1.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

(70)

55

Gambar 4. Histogram Uji Normalitas Residual

2 menunjukan pada distribusi normal. Untuk memperjelas hasil uji residual secara statistik dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Residual

(71)

56

Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil bahwa harga

Kolmogrov- Smirnov Z pada penerimaan diri adalah 0.703 dan uji normalitasnya Asymp. Sig (2-tailed) yang diperoleh bahwa p (0.707)> dari 0.05 yang berarti distribusi skornya dikatakan normal. Dengan demikian, berdasarkan normal probability plot, grafik histogram dan nilai signifikansi, maka dapat disimpulkan bahwa data yang ada memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan variabel terikat memiliki hubungan linear atau tidak. Dua variabel dikatakan linear apabila nilai signifikansi >0.05. Penghitungan uji linieritas pada penelitian ini menggunakan IBM SPSS Statistic 22.

Tabel 9. Hasil Uji Linieritas ANOVA Table

5486,202 26 211,008 1,355 ,306 2444,781 1 2444,781 15,702 ,002 3041,420 25 121,657 ,781 ,709 1712,667 11 155,697

Squares df Mean Square F Sig.

(72)

57 2. Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah.

Hipotesis pada penelitian ini adalah “terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara penerimaan diri terhadap harga diri pada remaja di Panti

Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta” sebagai hipotesis alternatif

(Ha) dan hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa “tidak ada pengaruh

positif dan signifikan antara penerimaan diri terhadap harga diri”. Pengujian Hipotesis pada penelitian ini menggunakan IBM SPSS Statistic 22. Hal ini didukung juga oleh pendapat Schultz (1991: 93) yang menyatakan bahwa untuk memiliki perasaan harga diri yang sejati, individu harus mengetahui dirinya dengan baik dan mampu menilai secara objektif kelebihan dan kelemahan dirinya.

Tabel 10. Hasil Uji Hipotesis

Coeffi ci entsa

34,936 12,648 2,762 ,009

,439 ,102 ,583 4,303 ,000

(Constant)

Hipotesis dapat diterima apabila nilai signifikansi < 0,05. Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 10 hasil perhitungan antara penerimaan diri dan harga diri diperoleh nilai konstanta sebesar 34. 936 dan nilai koefisien regresi prediktor sebesar 0.439 dan nilai thitung sebesar 4.303

(73)

58

terdapat pengaruh antara penerimaan diri terhadap harga diri. Dengan

demikian hipotesis alternatif yang berbunyi “ada pengaruh positif dan sangat

signifikan penerimaan diri terhadap harga diri remaja di Panti Asuhan Yatim

Putri Aisyiyah Yogyakarta” diterima dan hipotesis nol (H0) yang berbunyi

“tidak ada pengaruh positif dan signifikan penerimaan diri terhadap harga

diri” ditolak. Hal ini dapat diartikan pula bahwa penerimaan diri

memprediksikan harga diri. Persamaan regresi pada penelitian ini yaitu (Y = a + bX), maka diperoleh persamaan regresi Y = 34.936 + 0.439X yang berarti jika nilai X telah di ketahui maka nilai Y dapat diketahui dengan mengalikan nilai X dengan nilai koefisien (0.439) yang kemudian di jumlahkan dengan nilai konstanta (34.936). Sebagai contoh jika nilai X = 1 maka nilai Y dapat di ketahui dengan rumus:

Y = 34.936 + (0.439 (1)) Y = 34.936 + 0.439 Y = 35.375

Jadi jika nilai penerimaan diri (X) telah diketahui 1 maka nilai harga diri (Y) juga dapat diketahui yaitu 35.375

(74)

59

Tabel 11. Hasil Besar Sumbangan X terhadap Y

Model Summary

,583a ,340 ,321 11,49165

Model bahwa sumbangan efektif variabel penerimaan diri terhadap harga diri sebesar 34%, dan 66% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.

D. Pembahasan

1. Penerimaan diri remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah

Yogyakarta

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat penerimaan diri remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta pada kategori baik sejumlah 17 anak (44.7%), kemudian kategori sedang 20 anak (52.7%), dan pada kategori rendah atau kurang 1 anak (2.6%). Hal ini menunjukkan bahwa remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta memiliki kecenderungan penerimaan diri yang sedang atau cukup.

(75)

60

pendapat Allport (dalam Akbar, 2013: 19) bahwa individu yang memiliki penerimaan diri yang baik memiliki gambaran positif tentang diri, dapat mengatur rasa frustasi dan kemarahan, dapat berinteraksi dan menerima kritikan dari orang lain, dapat mengatur keadaan emosi (depresi dan kemarahan).

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan item nomor empat belas dari variabel penerimaan diri yang menyatakan “saya

menyadari kekurangan dan kelebihan diri saya” termasuk item yang

mendapat skor tertinggi di antara item yang lain. Terdapat pula item yang menjadi item tertinggi pada skala penerimaan diri yaitu item nomor dua

puluh yang menyatakan “saat mengalami kegagalan, saya percaya akan

ada rencana Tuhan yang lebih baik untuk saya”. Pernyataan pada item

tersebut mengarah pada indikator individu yang memiliki penerimaan diri positif karena mampu menerima diri dan menilai diri sesuai dengan sumber daya yang dimiliki (Hurlock, 1999: 19).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta memiliki penerimaan diri yang sedang atau cukup. Secara keseluruhan dari 38 anak yang diambil menjadi subyek, masing-masing lebih banyak memiliki penerimaan diri pada kategori yang sedang.

(76)

61

observasi, hal ini dimungkinkan karena sudah dilakukan kegiatan oleh pengasuh panti yang betujuan untuk meningkatkan penerimaan diri. Selain itu, adanya perbedaan jumlah responden ketika observasi dan penelitian berbeda. Pengambilan responden ketika observasi dilakukan secara acak berjumlah 5 anak dan hanya sebagai sampel, sedangkan jumlah responden untuk penelitian adalah keseluruhan populasi remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta yang berjumlah 38 anak.

2. Harga Diri Remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah

Yogyakarta

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat harga diri remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta cenderung pada kategori baik sejumlah 13 anak (34.2%), kemudian kategori sedang atau cukup 25 anak (65.8%), dan pada kategori rendah atau kurang tidak ada (0%). Hal ini menunjukkan bahwa remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta memiliki kecenderungan harga diri yang sedang atau cukup.

Dalam penelitian ini harga diri ditinjau dari empat aspek yaitu kekuatan (power), keberartian (significance), kebajikan (virtue),

kemampuan (competence). Setelah dilakukannya penelitian ketiga aspek tersebut masing-masing memiliki jumlah prosentase, untuk aspek kekuatan (power) sebesar 29.73%, aspek keberartian (significance)

(77)

62

aspek kemampuan (competence) sebesar 20.3%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat harga diri remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta adalah pada aspek kekuatan (power). Hal ini didukung dengan item delapan yang menyatakan “saya dihormati di

kalangan anak seusia saya” dan item nomor dua puluh tiga yang

menyatakan “saya berusaha berkata jujur tentang diri saya dan orang lain”

termasuk item pernyataan yang mendapat skor tertinggi. Pernyataan pada item tersebut mengarah pada individu yang memiliki harga diri positif harga diri adalah perasaan bahwa dirinya penting dan efektif serta melibatkan pribadi yang sadar akan dirinya (Burn, 1993: 71).

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Burns (1993: 316-318) yang menjelaskan bahwa individu yang memiliki harga diri tinggi tidak bergantung pada orang lain, mampu menerima kegagalan, mampu membela diri jika mendapat umpan negatif dari orang lain, mampu melindungi diri dari evaluasi negatif kelompok sosialnya.

(78)

63

bersikap kritis terhadap obyek-obyek di luar diri, mampu membentuk kepribadian yang sesuai dengan dirinya. Meninjau dari karakteristik tersebut maka relevan jika hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta berada pada kategori sedang atau cukup yakni sejumlah 25 anak (65.8%) karena subjek dalam penelitian ini berada pada periode penurunan harga diri, yang dapat di artikan periode ini adalah masa dimana remaja putri di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta mulai sadar dengan penilaian lingkungannya tentang diri mereka.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian mengenai tingkat harga diri remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta menunjukkan bahwa tingkat harga diri yang dimiliki oleh remaja Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta cenderung berada pada kategori sedang atau cukup.

(79)

64

untuk penelitian adalah keseluruhan populasi remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta yang berjumlah 38 anak.

3. Pengaruh penerimaan diri terhadap harga diri pada remaja di Panti

Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengujian hipotesis pada penelitian ini membuktikan adanya pengaruh penerimaan diri terhadap harga diri remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien beta yang positif yakni 0.439, selanjutnya dengan membandingkan nilai signifikansi 0.000 dengan taraf kesalahan 5% atau 0.05 (p< 0.05) yang artinya bahwa penerimaan diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga diri.

(80)

65

pada remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta, yang artinya bahwa penerimaan diri memprediksi harga diri.

Penerimaan diri salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam menerima kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya yang kemudian dikombinasikan dengan apresiasi atas dirinya secara keseluruhan. Kemampuan individu untuk mengapresiasikan diri dan menilai diri secara keseluruhan dapat diartikan bahwa individu tersebut memiliki harga diri yang baik. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh setiap individu terhadap dirinya sendiri (Byrne dan Baron, 2004: 173). Penerimaan diri mempengaruhi harga diri karena untuk memiliki perasaan harga diri yang sejati, individu harus mengetahui diri dengan baik dan mampu menilai secara objektif kebaikan dan kelemahan dirinya (Schultz, 1991: 93). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga diri salah satunya dipengaruhi oleh penerimaan diri.

(81)

66

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Rosalia Dyah Puspita (2008: 188) yang menunjukkan bahwa penerimaan diri dan penilaian yang positif dari lingkungan sekitar akan memunculkan harga diri yang positif. Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil penelitian Ulfa Rizkiana (2012: 15) yang menyatakan bahwa penerimaan diri yang baik terbentuk karena adanya pemahaman tentang diri dan juga mengenali kekurangan dan kelebihan diri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi harga diri pada individu.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerimaan diri terhadap harga diri Remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta, yang artinya variabel penerimaan diri dapat memprediksikan harga diri.

(82)

67

E. Keterbatasan Penelitian

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi Penerimaan Diri
Tabel 2. Kisi-kisi Harga Diri
Tabel 3. Skor Alternatif Jawaban
Tabel 4. Deskripsi Data Penerimaan Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

( market-based view ); (4) Masukan bagi konsumen jasa pendidikan tinggi swasta sebagai bahan evaluasi apakah keinginan mereka ( voice of the customers ) telah

Pembelajaran berjalan dengan lancer, yang diawali dengan presentasi kelompok yang bertugas dalam menjadi pemateri, kemudian ada sesi tanya jawab sekaligus diluruskan oleh

Young children with acidosis (accumulation of acid in the body), severe vomiting and diarrhea , or urine with an abnormal color or odor, are also screened with a urine test

Penelitian tentang Persepsi Mahasiswa FISIP UNDIP Terhadap Kebijakan.. Rcmunerasi ini terwujud berawal dari keprihatinan penulis akan situasi dan kondisi

dengan variabel terikat (kepuasan kerja pada karyawan) yang dipengaruhi.. dan diberi

Manager, Information Development Human Capital Management, Cloud Applications. Differentiating U and I (Front

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas skripsi dengan judul “Pengaruh Terpaan Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “Cara aman menggunakan gas LPG

Berdasarkan masalah diatas maka dibuatlah perancangan dan membangun Sistem Informasi untuk petugas pelayanan perizinan terpadu dan masyarakat khususnya masyarakat kudus