• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN BERDAMPAK PADA LOYALITAS PELANGGAN YANG BERBELANJA DI MINI MARKET ALFAMART PAKIS 2 SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN BERDAMPAK PADA LOYALITAS PELANGGAN YANG BERBELANJA DI MINI MARKET ALFAMART PAKIS 2 SURABAYA."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen 

Diajukan Oleh : M. IMAM FAUZI ADJIS

0712315065 / FE / EM

Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional

Jawa Timur

(2)

rahmatnya sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan

Tinggi. Berkat Rahmatnya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi

dengan judul “ Analisis Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Dan Berdampak Pada

Loyalitas Konsumen Di Mini Market Alfamart Pakis 2 Surabaya.

Penulis Menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas dari

bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soeduto, MP . Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM. Ketua Jurusan Manajemen Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

4. Ibu DRA. EC. Dwi Widajati selaku dosen wali jurusan Universitas

(3)

menyelesaikan skripsi.

6. Seluruh Staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmunya

7. Bapak Kepala toko Alfamart Pakis 2 Surabaya yang telah memberikan izin

penulis untuk melakukan penelitian

8. Semua teman – teman mahasiswa UPN “Veteran” Jatim yang tidak bisa di

sebutkan namanya satu-persatu.

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam

penulisan Skripsi ini , Oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik

dan saran bagi pembaca di masa pendatang. Besar harapan penulis , semoga

skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, 19 maret 2012

(4)

JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR LAMPIRAN... iv

ABSTRASI... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 9

1.3. Tujuan Penelitian... 9

1.4. Manfaat Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 11

2.2. Landasan Teori... ...12

(5)

2.2.1.4. Tujuan Pemasaran... 15

2.2.1.5. Perilaku Konsumen... 16

2.2.2. Kualitas Layanan... 19

2.2.2.1. Pengertian Kualitas Layanan... 19

2.2.2.2. Dimensi Kualitas Layanan... 22

2.2.3. Kepuasan... 24

2.2.3.1. Penertian Kepuasan... 24

2.2.3.2. Dimensi Kepuasan ... 27

2.2.4. Loyalitas Konsumen ... 27

2.2.4.1. Pengertian Loyalitas Konsumen... 27

2.2.4.2. Indikator Loyalitas Konsumen …... 28

2.2.5. Pengaruh kualitas layana terhadap kepuasan …... 29

2.2.6. Pengaruh kepuasan terhadap loyalitas konsumen …... 30

2.3. Kerangka konseptual... ... 31

2.4. Hipotesis... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Definisi Operasional & Pengukuran Variabel... 33

3.1.1. Definisi Operasional... 33

(6)

3.3.1. Jenis Data... 39

3.3.2. Sumber Data ... 39

3.3.3.Pengumpulan Data ... 39

3.4. Teknik Analysis ... 40

3.4.1. Confirmatory Factor Analysis... 42

3.4.2. Asumsi Model ... 44

3.4.2.1. Uji Normalitas dan Linearitas ... 44

3.4.3. Outlier ... 44

3.4.4. Multicolinearity dan Singularity ... 46

3.4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46

3.4.6. Pengujian Model dengan One Step Approach ... 47

3.4.7. Pengukian Model dengan two Step Approach ... 47

3.4.8. Evaluasi Model ... 48

3.4.9. Uji Hipotesis ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 52

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 53

(7)

4.3.1. Uji Outlier Multivariate ... 56

4.3.2. Uji Reliabilitas ... 57

4.3.3. Uji Validitas ... 59

4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ... 60

4.3.5. Evaluasi Normalitas ... 62

4.3.6. Evaluasi Model One step Approach to SEM ... 63

4.3.7. Uji Kausalitas ... 67

4.4. Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 71

5.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)
(9)
(10)
(11)

Moch. Imam Fauzi Adjis

 

ABSTRAKSI

Setiap Badan Usaha yang bergerak dibidang barang atau jasa tidak akan lepas dari kegiatan pelayan kepada masyarakat. Kualitas layanan kepada konsumen harus terus ditingkatkan terutama di zaman modern sekarang ini. Kunci keberhasilan perusahaan terletak pada pelanggan yang loyal pada perusahaan. Sehingga mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkatkan kualitas layanan yang maksimal dan konsumen akan menjadi puas dan akan loyal. Ketatnya persaingan pasar saat ini , membuat perusahaan akan memberikan lebih pada kebutuhan konsumen. Mini Market Alfamart Pakis 2 Surabaya salah satu Mini Market yang dihadapkan masalah penurunan penjualan dan meningkatnya jumlah komplain di awal-akhir tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Dan Berdampak Pada Loyalitas Pelanggan Di Mini Market Alfamart Pakis 2 Surabaya.

Populasi dalam peniltian ini adalah Pelanggan Mini Market Alfamart Pakis 2 Surabaya. Skala pengukuran menggunakan Skala Interval dan skala pembentukannya menggukanakan Skala Likert. Teknik pengambilan sampel menggunakan Non Probabillity Sampling dengan metode Purposive Sampling. Jumlah sampel yang yang diambil sebanyak 140 responden. Data yang digunakan Data Primer dengan menyebarkan kuisioner kepada pelanggan yang berbelanja di Mini Market Alfamart Pakis 2 Surabaya. Teknik analisa yang digunakan adalah SEM( Structural Equation Modeling) untuk melihat kebijakan kausalitas antar faktor.

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan di Mini Market Alfamart Pakis 2 Surabaya, dan Kepuasan pelanggan tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan.

 

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persaingan yang dihadapi perusahaan- perusahaan saat ini

semakin ketat, sehingga menuntut manajemen untuk lebih cermat

dalam menentukan strategi bersaingnya, agar dapat memenangkan

persaingan yang dihadapi dari perspektif pemasaranya, pada situasi

persaingan yang demikian, maka agar dapat keluar sebagai pemenang,

dan manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mendesain dan

mengimplementasikan strategi pemasaran yang mampu menciptakan,

mempertahankan dan meningkatkan kepuasan konsumennya, sehingga

pada akhirnya dapat tercipta loyalitas yang tinggi dari konsumennya

terhadap produk yang ditawarkan perusahaan. Ekuitas merk sangat

penting bagi pemasar dan tingkat loyalitas merk dari pelanggan menjadi

pendukung utamanya. Dalam kenyataanya, merk dianggap sebagai

identitas saja untuk membedakan dengan pesaing. Oleh karena itu

perusahaan harus mempertajam paradigmanya, tidak hanya berusaha

untuk mencapai kepuasan pelanggan tetapi juga pencapaian loyalitas

pelanggan terhadap merk. Bagi perusahaan salah satu faktor penentu

kesuksesan dalam menciptakan loyalitas kepada pelangganya adalah

kepuasan terhadap loyalitas yang diberikan. Menurut Hawkins dan

(13)

terdiri dari : Attributes related to product, Attributes related to service,

Attributes related to purchase. Dengan demikian kualitas produk yang

baik akan menciptakan, mempertahankan kepuasan serta kepuasan serta

menjadikan konsumen yang loyal. Karakteristik konsumen yang loyal

adalah selalu melakukan pembelian ulang secara terus-menerus.

Aaker(1996:21) menyatakan bahwa untuk mengukur kesetiaan

merk (brand loyalty) antara lain: Satisfaction, Habitual behavior,

Commitment, Liking of the brand adalah sebagai suatu faktor yang

penting dalam menetapkan nilai dari suatu merk. Nilai penting dan

merk tersebut dapat meliputi kualitas bentuk serta kegunaan dari barang

dan jasa yang ditawarkan lebih baik dari yang ditawarkan pesaing.

Lebih jauh dari itu Aaker berpendapat bahwa kesetiaan pelanggan

terhadap merk (Brand loyalty) memiliki nilai stratejik bagi perusahaan

antara lain mengurangi biaya pemasaran, keuntungan dalam trade

laverage, menarik minat konsumen, dapat memberikan keuntungan

waktu untuk responden terhadap pesaing. Upaya penciptaan kepuasan

konsumen dan loyalitas merk harus diikuti dengan evaluasi terhadap

tingkat kepuasan konsumen dan loyalitas merk yang dicapai oleh

konsumen. Hal ini sangat diperlukan karena dengan mengetahui tingkat

kepuasan atau loyalitas konsumennya, manajemen perusahaan akan

dapat menentukan strategi pemasaran yang akan digunakan. Menurut

Kotler (2002:9) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan

(14)

akan memakai istilah lain untuk produk, seperti penawaran (offering)

dan pemecahan (solution). Produk atau penawaran dapat dibedakan

menjadi tiga jenis: barang fisik, jasa, dan gagasan.

Saat ini konsumen semakin selektif dalam memilih barang atau

jasa yang akan dibeli, oleh karena itu peneliti tertarik mengambil lokasi

di Surabaya sebagai obyek penelitian dikarenakan lokasi yang tidak

terlalu jauh dan banyak bentuk persaingan pasar yang terjadi di tempat

strategis seperti di daerah Surabaya ini.

Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan.

Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin

ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang

ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan

seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian,

perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan di mana

perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang

menyenangkan dan meminimumkan pengalaman pelanggan yang

kurang menyenangkan (Tjiptono, 1996).

Menurut Schnaars (dalam Tjiptono, 1997) tujuan suatu bisnis

adalah untuk menciptakan para pelanggan merasa puas. Kualitas jasa

yang unggul dan konsisten dapat menumbuhkan kepuasan pelanggan

(15)

1. Hubungan perusahaan dan para pelangganya menjadi harmonis

2. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang

3. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan

4. Membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth)

yang menguntungkan bagi perusahaan

5. Reputasi perusahaan menjadi baik di mata pelanggan dan

6. Laba yang diperoleh meningkat.

Kepuasan pelanggan merupakan respons pelanggan terhadap

ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja

aktual yang dirasakanya setelah pemakaian (Rangkuti, 2002). Kepuasan

pelanggan dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, kualitas produk,

harga dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi

sesaat. Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah

persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa yang berfokus pada lima

dimensi kualitas jasa, yaitu: bukti fisik (tangibles), keandalan

(reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance),

empati (empathy).

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mini Market

Alfamart Pakis 2 Surabaya, dengan meneliti segi kualitas layanan

dengan kepuasan pelanggan dan kepuasan pelanggan dengan loyalitas

pelanggan. Salah satu indikasi dari kepuasan dan tidak kepuasan

pelanggan terhadap suatu merk adalah banyaknya komplain pelanggan

(16)

Tabel 1.1 Data jumlah komplain di Mini Market Alfamart Pakis 2 Surabaya.

Sumber : TOKO ALFAMART Pakis 2 Surabaya

Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui selama bulan januari - desember tahun

2010 cenderung mengalami kenaikan jumlah komplain

Fenomena semakin meningkatnya komplain konsumen ini

didukung dengan adanya .data penjualan di Mini Market Alfamart

Pakis 2 Surabaya Berikut ini di sajikan data penjualan konsumen di

mulai bulan januari – desember tahun 2010 :

BULAN Pakis 2

JANUARI 3

FEBRUARI 4

MARET 4

APRIL 6

MEI 5

JUNI 3

JULI 3

AGUSTUS 4

SEPTEMBER 5

OKTOBER 7

NOVEMBER 7

(17)

Tabel 1.2 Data penjualan Alfamart Pakis 2 Surabaya

BULAN

PENJUALAN Alfamart Pakis

2

JANUARI Rp. 9.300.500,00

Prosentase Penjualan peride Januari -

Desember

FEBRUARI Rp. 8.235.013,00  11, 46 %

MARET Rp. 7.956.970,00  3, 38 %

APRIL Rp. 7.560.090,00  4, 99 %

MEI Rp. 7.210.023,00  4, 63 %

JUNI Rp. 7.800.560,00  8, 19 %

JULI Rp. 6.700.050,00  14, 11 %

AGUSTUS Rp. 6.010.903,00  10, 29 %

SEPTEMBER Rp. 7.050.550,00  17, 29 %

OKTOBER Rp. 7.840.330,00  11, 20 %

NOVEMBER Rp. 7.450.634,00  4, 97 %

DESEMBER Rp. 6.900.998,00  7, 38 %

Sumber : TOKO ALFAMART Pakis 2 Surabaya

Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui total penjualan di Mini

Market Alfamart Pakis 2 Surabaya tahun 2010 yang cenderung

mengalami penurunan. Hal ini menunjukan bahwa semakin

menurunnya tingkat pembelian konsumen di Mini Market Alfamart

Pakis 2 Surabaya artinya dapat dikatakan adanya masalah loyalitas di

(18)

Loyalitas pelanggan yang berbelanja di Mini Market Alfamart

Pakis 2 Surabaya rendah di sebabkan oleh kualitas layanan yang lemah

dan kepuasan konsumen yang rendah. Kualitas layanan yang lemah

tersebut antara lain : pelayanan dari karyawan yang kurang ramah dan

terkesan acuh tak acuh pada pelanggan, seringnya keterlambatan

pengiriman order kepada pelanggan, ketidakcocokan label harga

dengan harga barang, dan pengembalian uang yang masih sering keliru.

Sedangkan kepuasan konsumen yang rendah antara lain di karenakan

harga yang relatif lebih mahal.

Kesetiaan pelanggan tidak terbentuk dalam waktu singkat, tetapi

melalui proses belajar dan berdasarkan hasil pengalaman dari

konsumen itu sendiri dan pembeli yang konsisten sepanjang waktu.

Bila apa yang di dapat sudah sesuai harapan, maka proses pembelian ini

terus berulang. Hal ini dapat dikatakan bahwa telah timbul adanya

kesetiaan konsumen. Bila dari pengalamanya konsumen tidak

mendapatkan merk yang memuaskan, maka ia tidak akan berhenti

untuk mencoba merk- merk yang lain sampai ia mendapatkan produk

yang memuaskan, maka ia tidak akan berhenti untuk mencoba merk-

merk yang lain sampai ia mendapatkan produk yang memenuhi kriteria

mereka. Kepuasan yang didapat konsumen (costumer satisfaction)

meliputi penentuan keseluruhan mengenai produk dan jasa yang

mampu menciptakan keinginan dan kebutuhan pelanggan. Untuk itu

(19)

konsumennya, karena konsumen yang puas akan menceritakan

kepuasanya kepada konsumen lain dan juga akan melakukan pembelian

ulang. Dengan demikian akan menciptakan kesetiaan pelanggan

terhadap suatu merk atau jasa, dan juga akan memberikan keuntungan

bagi perusahaan tersebut.

Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan seperti yang

dinyatakan oleh Kurz and Clow (1998 : 382) dalam laksana (2008 : 96)

sebagai berikut : “if the service perform at the level that is expected or

predicted, the satisfaction level is considered to be just OK” artinya jika

pelayanan yang diberikan kepada konsumen sesuai yang diharapkan

maka akan memberikan kepuasan. Dengan demikian kualitas pelayanan

terus ditingkatkan sehingga mencapai apa yang diharapkan oleh

konsumen maka akan puas.

Pengaruh kepuasan terhadap loyalitas pelanggan seperti

yang dinyatakan oleh Oliver (1999) dalam (Darsono, 2010 : 49)

menyatakan bahwa kepuasan memiliki peran penting dalam

membentuk loyalitas pelanggan.

Terjadinya kecenderungan peningkatan komplain konsumen dan

penurunan tingkat pembelian konsumen di Mini Market Alfamart Pakis

2 Surabaya merupakan fenomena yang harus segera diselesaikan dan

dicari penyebabnya. Banyak hal yang menjadi penyebab dari hal

(20)

oleh karyawan di Mini Market Alfamart Pakis 2 Surabaya kepada

konsumennya.

Berdasarakan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “ Analisis Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Dan

Berdampak Pada Loyalitas Pelanggan Yang Berbelanja Di Mini Market Alfamart Pakis 2 Surabaya ’’.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang

diajukan penelitian ini adalah:

1. Apakah kualitas layanan mempunyai pengaruh terhadap kepuasan

pelanggan yang berbelanja di Mini Market Alfamart Pakis 2

Surabaya ?

2. Apakah kepuasan konsumen mempunyai pengaruh terhadap

loyalitas pelanggan yang berbelanja di Mini Market Alfamart Pakis

2 Surabaya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan

pelanggan yang berbelanja di Mini Market Alfamart Pakis 2

(21)

2. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas

pelanggan yang berbelanja di Mini Market Alfamart Pakis 2

Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengalaman secara praktik di

bidang pemasaran khususnya mengenai teoritik tentang

kualitas layanan, kepuasan konsumen dan loyalitas pelanggan.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

yang menjadikan pertimbangan dalam pemecahan masalah

yang berkaitan dengan kualitas layanan, kepuasan dan loyalitas

pelanggan.

3. Bagi Universitas

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat

dan menambah perbendaharaan perpustakaan serta sebagai

bahan perbandingan bagi rekan-rekan mahasiswa yang

mengadakan penelitian dengan masalah yang sama di masa

yang akan datang.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Pennelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh :

1. Penelitian oleh Hatane Samuel & Foedjiawati (2005) dengan judul

“Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Kesetiaan Merk ( Studi

Kasus Pada Restoran The Prime Steak & Ribs Surabaya)’’.

Permasalahan yang diajukan peneliti yaitu ingin menganalisis tingkat

kesetiaan merk Restoran The Prime Steak & Ribs di Surabaya

berdasarkan tingkat kepuasan mereka. Variabel X dalam penelitian ini

adalah kepuasan konsumen. Variabel Y dalam penelitian ini adalah

kesetiaan merk. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukan hubungan pengaruh positif yang

signifikan antara kepuasan konsumen dengan kesetiaan merk.

2. Penelitian oleh Rustika Atmawati & M. Wahyuddin dengan judul

“Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan

Konsumen Pada Matahari Departement Store di Solo Grand Mall”.

Permasalahan yang diajukan peneliti yaitu ingin menganalisis tingkat

kepuasan konsumen pada konsumen Matahari Departement Store di

Solo Grand Mall berdasarkan tingkat kualitas pelayanan. Variabel X

(23)

penelitian ini adalah kepuasan konsumen. Penelitian ini menggunakan

analisis regresi binary logistic (binary logistic regression). Hasil

penelitian ini menunjukan pengaruh positif yang signifikan antara

kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen.

2.2. LANDASAN TEORI 2.2.1. PEMASARAN

Pemasaran atau marketing, menurut Kotler (2000 : 9) yaitu adalah “ is

societal by which individuals and groups obtain what they need and want

throught creating, offering, and freely exchanging product and services of values

with others”. Pemasaran yaitu suatu proses social yang didalamnya individu dan

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai

dengan pihak lain.

Menurut Laksana (2008 : 4) mendenifisikan pemasaran yaitu segala

kegiatan yang menawarkan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen.

Pasar atau market menurut kotler (2009 : 9) yaitu “a collection of buyers

and seller who transact over a particular product or product class”. Pasar adalah

sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi sebuah produk atau

kelompok produk tertentu ( pasar perumahan atau bahan makanan).

Dari pengertian – pengertian pemasaran di atas, maka dapat disimpulkan

(24)

pemasaran seperti merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, serta

mendistribusikan barang dan jasa tersebut kepada pelanggan yang

membutuhkanya.

2.2.1.2. Pengertian Manajamen Pemasaran

Manajemen pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan kegiatan –

kegiatan pemasaran untuk membantu dan mendukung proses pertukaran yang

efesien dan efektif. Definisi manajemen pemasaran banyak diberikan para ahli

dalam pemasaran.

Adapun definisi manajemen pemasaran yang dikemukakan oleh Kotler

dan Amstrong (1997 : 13) adalah bahwa manajemen pemasaran sebagai analisis

perencanaan, implementasi, dan pengendalian progam yang dirancang untuk

menciptakan, membangun dan memepertahankan pertukaran yang

menguntungkan dengan target pembeli dengan mencapai sasaran organisasi. Jadi

manajemen pemasaran termasuk menata-olah permintaan yang akhirnya termasuk

menata-olah hubungan dengan pelanggan.

Manajemen pemasaran menurut Philip Kotler yang dikutip oleh Swasta

dan Handoko (2000 : 4) adalah manajemen pemasaran adalah penganalisaan,

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan progam – progam yang bertujuan

menimbulakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk

mencapai tujuan perusahaan. Titik berat diletakan pada penawaran perusahaan

(25)

mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk memberitahu,

mendorong serta melayani pasar.

2.2.1.3. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran selalu menekankan bahwa kunci sukses untuk

keberhasilan tujuan keberhasilan adalah dengan mengutamakan pada pemuasan

kebutuhan dan keinginan konsumen melalui cara yang lebih efektif dan lebih

efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.

Menurut Peter dan Olson (1996 : 3) menyatakan bahwa perusahaan harus

memahami dan tetap dekat dengan konsumen dalam menyajikan produk serta

pelayanan yang baik, yang akan di beli dan digunakan konsumen.

Kotler dan Amstrong (1997 : 17) mengemukakan bahwa konsep

pemasaran merupakan falsafah manajemen pemasaran yang berkeyakinan bahwa

pencapaian sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan

keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan itu lebih

efektif dan efesien dibanding pesaing.

Konsep pemasaran menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel (2001 : 6) adalah

alasan keberadaan social dan ekonomi bagi suatu organisasi dalam memuaskan

kebutuhan konsumen dan keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan.

Hal tersebut didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak tergantung

pada agresifnya tenaga penjual tetapi lebih pada keputusan konsumen untuk

membeli suatu produk, bahkan apa yang konsumen pikirkan itulah yang mereka

(26)

Konsep pemasaran menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel (2001 : 6) terdiri

dari sebagai berikut :

1. Fokus pada kemauan dan keinginan konsumen sehingga organisasi dapat

membedakan produknya dari produk yang ditawarkan oleh para pesaing.

2. Mengintegrasikan seluruh aktivitas organisasi, termasuk di dalamnya

produksi untuk memuaskan kebutuhan ini.

3. Pencapaian jangka bagi panjang organisasi dengan memuaskan kebutuhan

dan keinginan konsumen secara hokum dan tanggung jawab.

2.2.1.4. Tujuan Pemasaran

Ada empat tujuan pemasaran atau sasaran alternative yang diajukan

menurut Kotler dan Amstrong (1997 : 17):

1. Memaksimalkan kosumsi

Banyak eksekutif bisnis percaya bahwa jabatan pemasaran semestinya

dapat mendorong kosumsi maksimum, yang pada giliranya akan

menciptakan produksi, kesempatan kerja, dan kemakmuran maksimum.

2. Memaksimalkan kepuasan konsumen

Pandangan lain menyatakan bahwa sistem pemasaran adalah untuk

memaksimalkan kepuasan konsumen, bukan jumlah kosumsinya.

3. Memaksimalkan pilihan

Memaksimalkan ragam produk dan pilihan konsumen akan

memungkinkan konsumen mendapatkan barang yang benar-benar

(27)

4. Memaksimalkan mutu dan kehidupan

Mutu kehidupan ini tidak hanya mencakup kualitas , kuantitas,

ketersediaan dan harga barang, tetapi juga mutu lingkungan fisik dan

budaya.

2.2.1.5. Perilaku Konsumen

Menurut Mowen dan Minor (2002), perilaku konsumen didefinisikan

sebagai studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan

perolehan kosumsi dan pembuangan barang, jasa pengalaman, serta ide-ide.

Sukses atau gagalnya aktivitas pemasaran sangat bergantung pada reaksi

pembeli-pembeli individual dan pola pembeli-pembelian mereka (buying patterns).

Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Faktor Kebudayaan  Budaya

Merupakan penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku

seeorang.  Sub Budaya

Setiap kebudayaan mengandung sub kebudayaan yang lebih kecil, atau

kelompok orang-orang yang mempunyai sistem nilai yang sama

berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama dan

memberikan identitas dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para

(28)

 Kelas Sosial

Merupakan bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen dan

tersusun rapi yang para anggotanya mempunyai nilai-nilai,

kepentingan, dan perilaku yang sama.

2. Faktor Sosial

 Kelompok Referensi

Terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung

maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku sesseorang.  Keluarga

Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan

pembelian, yaitu keluarga orientasi yang merupakan orang tua

seseorang dan keluarga prokreasi yaitu pasangan hidup anak-anak

seorang keluarga.  Peran dan Status

Seseorang pada umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama

hidupnya ; keluarga klub, dan organisasi.

3. Faktor Pribadi

 Umur dan tahap siklus hidup

Kosumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.  Pekerjaan

Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok kerja yang

mempunyai minat diatas rata-rata terhadap suatu produk atau jasa

(29)

 Keadaan Ekonomi

Terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan, hartanya

dan kemampuan untuk meminjam serta sikap terhadap mengeluarkan

uang atau lawan dari menabung.  Gaya Hidup

Adalah pola hidup di dunia yang di yang di ekspresikan oleh kegiatan,

minat dan pendapat seseorang. Kepribadian dan konsep diri adalah

karakteristik psikologis yang berbeda di setiap orang yang memandang

responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten.

4. Faktor Psikologis  Motivasi

Adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku

konsumen.  Persepsi

Didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,

mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk

menciptakan suatu gambaran yang berarti di dunia ini.  Proses Belajar

Menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari

pengalaman.

 Kepercayaan dan Sikap

(30)

2.2.2. Kualitas Layanan

2.2.2.1. Pengertian Kualitas Layanan

Menurut Lovelock (1988 : 229) dalam laksana (2008 : 86), definisi dari

kualitas adalah sebagai berikut: “quality is degree of excellent intended and the

control of variability in achieving that excellent in meeting the customer

requirements”. Dikatakan bahwa kualitas adalah tingkat mutu yang diharapkan

dan pengendalian keragaman dalam mencapai mutu tersebut untuk memenuhi

kebutuhan konsumen. Untuk dapat memeberikan kualitas layanan yang baik maka

perlu dibina hubungan yang erat antar perusahaan dalam hal ini adalah karyawan

dengan pemakai jasa tersebut.

Dengan demikian kualitas adalah merupakan faktor kunci sukses bagi

suatu organisasi atau perusahaan seperti yang di kemukakan oleh Kotler (2000 :

56) dalam laksana (2008 : 88) bahwa kualitas merupakan jaminan terbaik kita atas

kesetiaan pelanggan, perusahaan terkuat kita dalam menghadapi persaingan asing,

dan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng.

Kotler dan Amstrong (2001 : 681) menyatakan “Quality is the totally and

characteristics of the product and service that bear on its ability to satisfy stated

or implied needs”.maksud dari definisi adalah kualitas merupakan keseluruhan

dari keistimewahan dan karakteristik dari produk atau jasa yang menunjang

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan secara langsung maupun tidak

langsung. Ini berarti badan usaha harus dapat memberikan produk atau layanan

(31)

Menurut Zeithmal et. al (1990 : 19) dalam laksana (2008 : 88), kualitas

pelayanan dapat didefinisikan sebagai: “ the extent of disperancy between

customer expectations on desire and their perceptions”. Dari pernyataan tersebut

dikemukakan bahwa kualitas pelayanan yang diterima konsumen dinyatakan

besarnya perbedaan antara harapan atau keinginan konsumen dengan tingkat

kenyataan yang diterima.

Parasuraman et.al (2000 ; 44): “Service quality is the customer

perception’s of the superiority of the service”. Maksudnya kualitas pelayanan

adalah persepsi pelanggan terhadap keunggulan suatu pelayanan. Pada dasarnya

hanya pelanggan yang menilai kualitas layanan suatu badan usaha berkualitas atau

tidak.

Pelayanan (service) menurut Kotler (1995 : 578) dalam laksana (2008 : 85)

adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan satu pihak atau pihak

lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan

apapun.

Pengertian service menurut pakar ekonomi lainya yaitu menurut Bermen

(1995 : 20) dalam laksana (2008 : 86): “Customer service refers to the identifiable

but sometimes intangible activities undertaken by a retailer in conjunction with

the basic and service it sells” komponen pelayanan dalam bisnis tidak dapat

dipisahkan baik itu untuk perusahaan jasa maupun perusahaan dagang. Untuk

perusahaan jasa, pelayanan ini sebagai produk yang berdiri sendiri, sedangkan

pada perusahaan dagang dan industry sebagai produk tambahan yang selalu

(32)

Parasuraman, et.al. (2000 : 261) telah mengidentifikasikan sejumlah

kriteria sebagai berikut :

1. Service menghasilkan keunikan intangible (tak berwujud)

Intangible menunjukan keunikan pelayanan yang lebih jelas daripada

karakteristik yang lainya.

2. Bersifat variabel dan non standart output

Sulit sekali bahwa tidak mungkin menstandarisasikan output dalam hal

keinginan sebelum dan selama pelayanan.

3. Dapat rusak

Kontak dengan pelanggan yang tinggal dalam proses pelayanannya

4. Service dikarakteristikan memiliki kontak dengan pelanggan yang sering

dalam proses pelayanannya.

5. Labor intensiveness

Sevice lebih menkankan pada pendekatan personal yang dilakuakan oleh

karyawan.

6. Desentralisation facility near customer

Service harusnya didekatkan dengan pelanggan khususnya service yang

memerlukan kontak-kontak fisik dengan pelanggan.

7. Measure of effectiveness

Mengukur efektivitas service merupakan hal yang lebih sulit daripada

(33)

8. Quality Control Primarily Process Control

Pengendalian kualitas service melibatkan pelanggan dalam banyak hal

dilakukan sebelum dan selama proses pelayanan .

9. Customer participation

Menjual ketrampilan secara langsung kepada pelanggan dalam banyak jasa

pelanggan membeli ketrampilan prodider namun dalam hal yang lain

kemampuan teknis sangat diperlukan.

2.2.2.2. Dimensi Kualitas Layanan

Mutu merupakan istilah yang mempunyai makna yang berbeda bagi setiap

orang. Memahami dimensi mutu produk perusahaan merupakan langkah awal

dalam mengembangkan dan memelihara keunggulan produk dalam persaingan

bisnis. Ada beberapa pakar pemasaran telah mengimbangkan dimensi kualitas jasa

atau sering disebut sebagai faktor utama yang mempengaruhi atau menentukan

kualitas jasa berdasarkan pengalaman dan penelitianya terhadap beberapa

perusahaan baik manufaktur maupun jasa. Pakar tersebut antara lain :

Parasuraman (1996 : 102) mengatakan bahwa ada 10 (sepuluh) dimensi

pokok yang dapat digunakan untuk menilai kualitas pelayanan yaitu :

1. Tangibles, merupakan bentuk fisik dari jasa.

2. Reliability, merupakan performansi karyawan.

3. Responsiveness, merupakan kemauan dan kesigapan karyawan.

4. Competence, merupakan ketrampilan dan pengetahuan karyawan.

5. Acces, merupakan kemudahan untuk di hubungi pelanggan.

(34)

7. Communication, merupakan komunikasi yang terjadi antara pelanggan

dengan karyawan.

8. Credibility , merupakan sifat jujur dan dapat dipercaya dari karyawan.

9. Security, merupakan tingkat keamanan secara fisik.

10.Understanding the costumer, merupakan pemahaman kebutuhan

pelanggan.

Darsono (2010 : 47) mengemukakan 5 dimensi kualitas layanan yang terdiri

dari :

1. Bukti fisik (tangible) adalah penampilan dari fasilitas-fasilitas fisik,

perlengkapan individu dan alat-alat komunikasi.

Indikator yang digunakan sebagai pengukuran adalah:

a. Kondisi gedung (bangunan) yang bagus

b. Tersedianya fasilitas AC

c. Lay out (tata letak) produk yang rapi

2. Keandalan (reliability) adalah kemampuan karyawan untuk memberikan

layanan yang dapat diandalkan dan akurat.

Indikator yang digunakan sebagai pengukuran adalah :

a. Karyawan memberikan layanan seperti yang dijanjikan

b. Karyawan memberikan harga sesuai yang diinformasikan

c. Karyawan mampu menangani keluhan dari pelanggan

3. Daya tanggap (responsiveness) adalah kesediaan untuk membantu dan

memberikan layanan yang tepat bagi pelanggan.

(35)

a. Karyawan tanggap pada permintaan pelanggan

b. Karyawan dapat menjawab semua pertanyaan pelanggan dengan baik

c. Karyawan selalu memperhatikan komplain yang selalu di sampaikan

pelanggan

4. Jaminan (assurance) adalah dimensi kualitas layanan yang memfokuskan

pada kemampuan untuk mendapatkan kepercayaan dan keyakinan

pelanggan.

Indikator yang digunakan sebagai pengukuran adalah ;

a. Perasaan aman dan nyaman waktu berbelanja

b. Prosedur pembelian yang mudah

c. Pemberian ganti rugi terhadap barang yang tidak sesuai dengan

pesanan

5. Empati (emphaty) adalah kepedulian, perhatian yang unik dan berkualitas

dari badan usaha menyebabkan menjadi pelanggan.

Indikator yang digunakan sebagai pengukuran adalah :

a. Pelayanan yang diberikan tanpa membedakan pelanggan

b. Karyawan cukup perhatian dan memahami kebutuhan pelanggan

c. Karyawan cukup simpatik dan mau menjamin bila ada sesuatu yang

salah

2.2.3. Kepuasan

2.2.3.1. Pengertian Kepuasan

Menurut Tjiptono dan Chandra (2005 : 194) bahwa kepuasan pelanggan

(36)

dipastikan bahwa semua buku teks laris di bidang strategi bisnis, pemasaran, dan

perilaku konsumen mengupasnya. Organisasi bisnis dan non bisnis pun berlomba

mencanangkanya sebagai tujuan strategiknya, misalnya melalui slogan-slogan

seperti ‘’Pelanggan adalah Raja’’,’’Kepuasan Anda Adalah Tujuan Kami’’,’’We

Care For Custumer’’ dan sejenisnya. Berkembangnya riset kepuasan pelanggan

dan penganugrahan award buat kesuksesan perusahaan dalam meraih skor

tertinggi indeks kepuasan pelanggan nasional (national custumer satisfaction

indeks) juga berkontribusi dalam peningkatan kepedulian produsen dan konsumen

terhadap pentingnya kepuasan pelanggan.

Menurut Kotler dan Keller (2009) bahwa kepuasan (satisfaction) adalah

perasaan senang atau kecewa yang timbul karena membandingkan kinerja yang

dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspetasi mereka. Jika kinerja gagal

memenuhi ekspetasi, pelanggan akan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan

ekspetasi, pelanggan akan puas. Penilaian pelanggan atas kinerja produk

tergantung pada banyak faktor , terutama jenis hubungan loyalitas yang dimiliki

pelanggan dengan sebuah merek. Konsumen sering membentuk persepsi yang

lebih menyenangkan tentang sebuah produk dengan merk yang sudah mereka

anggap positif.

Menurut Tjiptono dan Chandra (2005 : 195) bahwa kata kepuasan

(satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai)dan

“facio” (melakukan atau membuat). Kepuasan bias diartikan sebagai “upaya

pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai”. Richard L Oliver (1997)

(37)

Customer” menyatakan semua orang paham apa itu kepuasan, tetapi begitu

diminta mendefinisikanya kelihatanya tak seorang pun tahu.

Gaspersz (1997) dalam laksana (2008 : 10) menyatakan bahwa kepuasan

pelanggan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu keadaan dimana

kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk

yang di kosumsi.

Kotler (1995) dalam laksana (2008 : 09) menyatakan bahwa “ customer

satisfaction is the outcomesfelt by buyers who experiented a company

performance that has fulfilled expectations” maksudnya adalah menyangkut

komponen harapan dan kinerja / hasil yang dirasakan.

Konsumen membandingkan persepsi mereka atas kualitas produk setelah

menggunakan produk tersebut sesuai dengan ekspetasi kinerja produk sebelum

mereka membelinya. Tergantung pada bagaimana kinerja aktual dibandingkan

dengan kinerja yang diharapkan. Mereka akan mengalami emosi yang positif,

negatif atau netral. Tanggapan emosional ini bertindak sebagai masukan atau

input dalam persepsi kepuasan atau ketidakpuasan mereka.

Berdasarkan uraian diatas bahwa kepuasan merupakan respon pemenuhan

dari konsumen. Kepuasan adalah hasil dari penilaian pelanggan bahwa produk

atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan

ini bias lebih atau kurang. Oleh karenanya, perusahaan harus dapat memberikan

produk atau layanan yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan dari

konsumen sehingga mencapai kepuasan dari konsumen dan lebih jauh lagi dapat

(38)

2.2.3.2. Dimensi Kepuasan

Dimensi dari kepuasan konsumen secara universal menurut Dutka (1994 :

41) dalam jurnal Hatane Samuel & Foedjiawati (2005) adalah :

1. Attributes related to the product meliputi :

(a) value price relationship ; (b) product quality ; (c) product benefit ; (d)

product features ; (e) product design ; (f) product reliability and

consistency ; (g) range of product or service

2. Attributes related to service meliputi :

(a) guarantee or warranty ; (b) delivery ; (c) complaint handling ; (d)

resolution of problem

3. Attributes related to purchase meliputi :

(a) courtesy ; (b) communication ; (c) ease or convenience ; (d) company

reputation ; (e) company competence

Atribut – atribut dari kepuasan konsumen ini merupakan merupakan

atribut secara universal, yang harus didefinisikan, diklarifikasikan, dan

diinterpretasikan dalam penerapannya. Dalam penelitian kepuasan konsumen

tidak semua atribut ini digunakan, tetapi harus diketahui yang spesifik dan cocok

dengan badan jenis usaha dan jenis usaha dalam penelitian ini.

2.2.4. Loyalitas Pelanggan

2.2.4.1. Pengertian Loyalitas Pelanggan

Menurut Kotler dan Keller (2009) bahwa loyalitas (loyality) merupakan

(39)

kembali produk atau jasa yang disukai di masa depan meski pengaruh situasi

usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih.

Kotler (2000) dalam Japarianto (2007 : 36) menyatakan “the long term

succsess of the a particular brand is not based on the number of consumer who

purchase it only once, but on the number who become repeat purchase’’ dapat

diartikan bahwa konsumen yang loyal tidak diukur dari berapa banyak dia

membeli, tapi dari berapa sering dia melakukan pembelian ulang, termasuk disini

merekomendasikan orang lain untuk membeli.

Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa loyalitas konsumen

(costumer loyality) merupakan sikap terhadap suatu produk atau merek yang

ditunjukan dengan pembelian yang konsisten dan terus-menerus terhadap produk

atau merek tersebut. Jika konsumen sudah membeli suatu produk dengan merek

tertentu secara berulang-ulang maka konsumen tersebut memiliki loyalitas

terhadap produk atau merek tersebut.

2.2.4.2. Indikator Loyalitas Pelanggan

Zeithaml etal, (1996) dalam Edwin (2005;37) menjelaskan bahwa loyalitas

pelanggan di ukur dengan menggunakan 3 indikator, antara lain :

1. Say Positive things adalah mengatakan hal yang positif tentang produk

yang telah dikosumsi.

2. Recommend Friends adalah memberikan rekomendasi tentang produk

yang telah dikosumsi pada orang lain.

3. Continue Purchasing adalah melakukan pembelian secara terus - menerus

(40)

2.2.5. Pengaruh Kulalitas Layanan Terhadap Kepuasan

Menurut Kotler (1995 : 46) dalam laksana (2008 : 96) yaitu : ”customer

satisfaction is the outcome felt by buyers who have experiented a company

performance that has fulfilled expectations”. Maksudnya yaitu menyangkut

komponen harapan dari hasil kepuasan yang dirasakan konsumen. Pada umumnya

harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa

yang diterimanya apabila ia membeli atau mengkosumsi suatu produk baik barang

maupun jasa, sedangkan kinerja atau hasil yang dirasakan merupakan persepsi

pelanggan terhadap apa yang diterima setelah mengkosumsi produk yang dibeli.

Untuk itu manajemen harus memiliki persepsi yang sama dengan pelanggan agar

supaya diperoleh hasil yang melebihi atau paling tidak sama dengan harapan

pelanggan.

Sedangkan menurut laksana (2008 : 96) bahwa dengan demikian kepuasan

dan ketidakpuasan merupakan perbandingan antara harapan pelanggan dan

kenyataan dari kualitas pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan yang menjadi

tujuan perusahaan agar selalu dipuaskan.

Menurut Kurz and Clow (1998 : 382) dalam laksana (2008 : 96)

menyatakan bahwa pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan dijelaskan

sebagai berikut : “if the service perform at the level that is expected or predicted

the satisfaction level is considered to be just OK” artinya jika pelayanan yang

diberikan kepada pelanggan sesuai yang diharapkan maka akan memberikan

kepuasan. Dengan demikian kualitas layanan terus ditingkatkan sehingga

(41)

2.2.6. Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Menurut Tjiptono (1997 : 126), kepuasan pelanggan merupakan salah satu

faktor penentu loyalitas pelanggan, bila loyalitas pelanggan terbentuk maka

profitabilitas dan pertumbuhan pendapatan perusahaan akan terjamin.

Menurut Kotler dan Amstrong (1995 : 188), kepuasan pelanggan adalah

hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan

yang sesuai dengan harapanya. Pelanggan yang merasa puas kalau harapan

mereka terpenuhi dan merasa sangat gembira kalau harapan mereka terlampaui.

Pelanggan yang puas cenderung tetap loyal lebih lama. Pelanggan yang amat

bergembira menciptakan keterkaitan emosional untuk produk dan jasa, bukan

hanya pilihan nasional dan ini menciptakan loyalitas pelanggan yang tinggi.

Kandampully dan Suhartanto (2000); Hallowell (1996); Ruyter dan

Bloemer (1999) menyatakan bahwa kepuasan mempunyai asosiasi positif dengan

loyalitas, tetapi dengan catatan peningkatan kepuasan tidak selalu menghasilkan

peningkatan loyalitas dalam derajat yang sama. Argumen atas tidak liniernya

hubungan kepuasan dan loyalitas dikemukakan oleh Oliver (1999). Oliver (1999)

menyatakan bahwa kepuasan memiliki peran penting dalam membentuk loyalitas,

terutama loyalitas yang berada pada tahap afektif. Kepuasan yang mendasari

terbentuknya loyalitas afektif dapat didasarkan atas kualitas (quality-based), atau

atas dasar harga (price-based). Loyalitas afektif yang didasari oleh kepuasan

masih rentan berpindah merek. Kerentanan itu terutama disebabkan oleh upaya

persuasive dari pesaing agar berpindah merek, keinginan untuk mencoba merek

(42)

disimpulkan bahwa outcomes dari kepuasan adalah loyalitas, dan kepuasan

memiliki pengaruh positif terhadap loyalitas. (Darsono, 2010 ; 49).

2.3. Kerangka Konseptual

 

Kerangka Konseptual

Loyalitas related to the

(43)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah dan tujuan

penelitian, maka dalam penelitian diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga Kualitas layanan memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan

pelanggan di Mini Market Alfamart Pakis 2 Surabaya.

2. Diduga Kepuasan konsumen memiliki pengaruh positif terhadap loyalitas

(44)

BAB

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel yang akan di bahas dalam penelitian

ini adalah :

1. Kualitas layanan (X) adalah persepsi pelanggan terhadap keunggulan suatu

layanan. Kualitas layanan (X) dibentuk oleh 5 dimensi (Parasuraman et.al,

1990 dalam Darsono, 2010) antara lain :

a. Tangible (X1) adalah penampilan dari fasilitas-fasilitas fisik,

perlengkapan individu dan alat-alat komunikasi. Indikator yang

digunakan sebagai pengukuran adalah :

X1.1 : Kondisi gedung (bangunan) yang bagus

X1.2 : Tersedianya fasilitas AC

X1.3 : Lay out (tata letak) produk yang rapi

b. Reliability (X2) adalah kemampuan karyawan untuk memberikan

layanan yang dapat diandalakan dan akurat. Indikator yang digunakan

sebagai pengukuran adalah :

X2.1 : Karyawan memberikan pelayanan kepada pelanggan

dengan baik

X2.2 : Karyawan memberikan informasi harga dengan jelas

(45)

c. Responsiveness (X3) adalah kesediaan untuk membantu dan

memberikan layanan yang tepat bagi pelanggan. Indikator yang

digunakan sebagai pengukuran adalah :

X3.1 : Karyawan tanggap pada permintaan pelanggan

X3.2 : Karyawan dapat menjawab semua pertanyaan pelanggan

dengan baik

X3.3 : Karyawan selalu memperhatikan komplain yang

disampaikan pelanggan

d. Assurance (X4) adalah dimensi kualitas layanan yang memfokuskan

pada kemampuan untuk mendapatkan kepercayaan dan keyakinan

pelanggan.

Indikator yang digunakan sebagai pengukuran adalah :

X4.1 : Perasaan aman dan nyaman pada waktu berbelanja

X4.2 : Pemberian ganti rugi terhadap barang yang tidak sesuai

dengan pesanan pelanggan

X4.3 : Prosedur pembelian yang mudah

e. Emphaty (X5) adalah kepedulian, perhatian yang unik dan berkualitas

dari badan usaha menyebabkan menjadi pelanggan. Indikator yang

digunakan sebagai pengukuran adalah :

X5.1 : Pelayanan yang diberikan tanpa membedakan pelanggan

X5.2 : Karyawan cukup perhatian dan memahami kebutuhan

(46)

X5.3 : Karyawan cukup simpatik dan mau menjamin bila ada

sesuatu yang salah

2. Kepuasan (Y) merupakan perasaan senang atau kecewa yang berasal dari

perbandingan antara kesanya terhadap hasil suatu produk. Terdapat lima

faktor utama yang mempengaruhi dan harus diperhatikan oleh perusahaan

yaitu :

a. Y1 : Attribute Rellated To The Product

Attribute Rellated To The Product ini di indikatori oleh :

Y1.1 Value-Price Relathionship

Nilai yang diperoleh pelanggan melebihi apa yang dibayar

Y1.2 Product Quality

Penilaian dari mutu suatu produk

Y1.3 Range of Product or Service

Macam dari produk/jasa yang ditawarkan oleh perusahaan

b. Y2 : Attribute Rellated To The Service

Attribute Rellated To The Service ini di indikatori oleh :

Y2.1 Complain Handling

Penanganan terhadap keluhan yang disampaikan oleh

(47)

Y2.2 Guarantee or warranty

Merupakan jaminan yang diberikan oleh suatu perusahaan

terhadap produk yang dapat dikembalikan bila kinerja

produk tersebut tidak memuaskan

Y2.3 Resolution of problem

Merupakan kemampuan perusahaan dengan serius dan

memecahkan masalah yang dihadapi oleh pelanggan

c. Y3 : Attribute Rellated To Purchase

Attribute Rellated To Purchase ini di indikatori oleh ;

Y3.1 Coutesy

Kesopanan yang dilakukan karyawan dalam melayani

pelanggannya

Y3.2 Ease or Convenience Acquisition

Merupakan kemudahan untuk mendapatkan keterangan atau

pengetahuan tentang produk yang dijual

Y3.3 Company Reputation

Reputasi perusahaan yang diketahui oleh pelanggan

Y3.4 Communication

Proses penyampaian informasi yang dilakukan karyawan

kepada pelanggannya

3. Loyalitas pelanggan (Z) adalah suatu keadaan dimana pelanggan memiliki

sikap yang positif terhadap suatu merek, memiliki komitmen pada merek

(48)

dengan merek tertentu tersebut di masa yang akan datang. Indikator yang

digunakan sebagai pengukuran (Japarianto, 2007) adalah :

Z1 Mengatakan hal yang positif adalah mengatakan hal yang positif

tentang produk yang telah dikosumsi

Z2 Rekomendasi adalah memberikan rekomendasi tentang produk yang

telah dikosums kepada orang lain

Z3 Pembelian menerus adalah melakukan pembelian secara

terus-menerus terhadap produk yang telah dikosumsi

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Interval. Skala Likert

adalah skala yang digunakan secara luas yang meminta responden menandai

derajat persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap masing-masing dari

serangkaian pernyataan mengenai obyek stimulus. Umumnya masing-masing

item scale mempunyai lima kategori berkisar antara “sangat tidak setuju sampai

dengan “sangat setuju” (Malhotra, 2005:298). Masing-masing jawaban diberi

skor sebagai berikut :

1 2 3 4 5

STS TS N S SS

1. Alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)

(49)

3. Alternatif jawaban Netral (N)

4. Alternatif jawaban Setuju (S)

5. Alternatif jawaban Sangat Setuju (SS)

3.2. Teknik Penentuan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. (Sugiyono, 2008:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah Konsumen Mini Market Alfamart Pakis 2

Surabaya.

b. Sampel

Teknik yang digunakan adalah nonprobability sampling, dimana teknik ini

tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Untuk penarikan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling, artinya

teknik penarikan sampel dengan menggunakan syarat tertentu. Syarat yang

digunakan dalam penentuan sampel penelitian ini adalah :

a. Umur

b. Pernah membeli minimal 2 kali dan pernah sekali memakai jasa service di

Mini Market Alfamart Pakis 2 Surabaya.

Menurut Ferdinand (2004 : 48) syarat sampel sebagai berikut :

1. Ukuran sampel yang harus terpenuhi adalah 100-200 sampel untuk teknik

(50)

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi, pedomannya adalah

5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Karena terdapat 28 indikator maka jumlah sampel yang dipakai dalam

penelitian ini adalah (28 x 5 = 140) maka jumlah sampel yang dipakai

dalam penelitian ini adalah 140 responden

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer

yaitu jenis data yang diperoleh dengan memberikan kuisioner secara langsung

pada pelanggan yang berbelanja di Mini Market Alfamart Pakis 2 Surabaya.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari

hasil pengisian kuisioner pada pelanggan yang berbelanja di Mini Market

Alfamart Pakis 2 Surabaya.

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan yaitu

kegiatan penelitian dengan tujuan langsung ke obyek penelitian dengan :

a. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara

langsung terhadap obyek yang diselidiki mengadakan pencatatan

seperlunya.

b. Kuisioner yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan

(51)

c. Interview yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

wawancara secara langsung terhadap responden untuk mengetahui

pendapat mereka secara langsung.

3.4. Teknik Analisis

Teknik analisis data yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah

teknik Structural Equation Modeling (SEM). SEM merupakan sekumpulan

teknik-teknik statistical yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian

hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. (Ferdinand, 2002 : 6). Sebuah

permodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari Measurement Model

dan Structural Model. Measurement Model atau model pengukuran ditujukan

untuk mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator

empirisnya. Structural Model adalah model mengenai struktur hubungan yang

membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor. Menurut Ferdinand (2002 :

24 ) untuk membuat permodelan yang lengkap terdapat beberapa langkah yaitu :

1. Pengembangan Model Berbasis Teori

Dalam pengembangan teoritis, seorang peneliti harus melakukan

serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka yang intens guna

mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang dikembangkan.

2. Pengembangan diagram alur untuk menunjukan hubungan kausalitas.

Model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama akan

digambarkan dalam sebuah path diagram (diagram alur). Path diagram

(diagram alur) akan mempermudah peneliti melihat hubungan-hubungan

(52)

3. Konversi diagram alur kedalam serangkaian persamaan struktural dan

spesifikasi model pengukuran. Peneliti dapat mulai mengkonversi

spesifikasi model tersebut kedalam rangkaian persamaan. Persamaan yang

akan dibangun terdiri dari :

a. Persamaan struktural (structural equations). Persamaan ini dirumuskan

untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk.

b. Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model).

Peneliti menentukan variabel mana mengukur konstruk mana serta

menentukan serangkaian matriks yang menunjukan korelasi yang

dihipotesakan antar konstruk atau variabel.

4. Memilih matriks input dan estimasi model

SEM hanya menggunakan matriks varians/konvarians atau matriks

korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang digunakan.

5. Menilai problem identifikasi

Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai

ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan

yang unik. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala berikut :

Standart error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat

besar.

 Program tidak mampu menghasilkan matriks informasi yang

seharusnya disajikan.

 Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang

(53)

 Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang

didapat.

6. Evaluasi Model

Pada langkah ini kesuksesan model di evaluasi melalui telaah terhadap

berbagai kriteria goodness of fu.

7. Interpretasi dan Modifikasi Model

Menginterpretasikan model dan memodifikasikan model bagi

model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan.

3.4.1. Confimatory Factor Analysis

Model pengukuran variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini

menggunakan Confimatory Factor Analysis. Pada Confimatory Factor Analysis

atau (CFA) peneliti menggunakan variabel-variabel yang diteliti untuk

mendefinisikan sebuah faktor yang tidak dapat diukur secara langsung. Analisis

atas indikator-indikator yang digunakan itu memberi makna atas label yang

diberikan pada variabel laten atau faktor laten dikonfirmasi itu. Langkah–langkah

dalam analisis SEM model dengan contoh faktor

Responsiveness dilakukan sebagai berikut :

a. Spesifikasi model pengukuran konstruk Responsiveness yaitu

Persamaan Dimensi Faktor Interaksi :

X1.1 = Responsiveness + er_1

(54)

X1.3 = Responsiveness + er_3

Bila persamaan diatas dinyatakan dalam pengukuran model untuk

diuji unidimensionalitasnya melalui confimartory factor analysis,

maka model pengukuran dengan contoh faktor Responsiveness akan

Nampak sebagai berikut :

X3.1 = Karyawan tanggap pada permintaan pelanggan

X3.2 = Karyawan dapat menjawab semua pertanyaan pelanggan

dengan baik

X3.3 = Karyawan selalu memperhatikan complain yang disampaikan

pelanggan

Er_j = error term X1j

Begitu juga variabel-variabel lain melalui proses sesuai dengan

gambar. Responsiveness

X

1.1

X

1.2

X

1.3

Er_1

(55)

3.4.2. Asumsi Model

3.4.2.1. Uji Normalitas dan Linearitas

Keterangan :

Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas

dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan SEM ini.

Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data dapat diuji dengan

metode-metode statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk normalitas

terhadap data tunggal maupun normalitas multivariant dimana beberapa variabel

digunakan sekaligus dalam analisis akhir uji linearitas dapat dilakukan dengan

mengamati scatterplot dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat

pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas. (Ferdinand, 2002 :

52)

3.4.3. Outliers

Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik

secara invariant maupun multivariant yaitu yang muncul karena kombinasi

kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

observasi-observasi lainnya. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam 4

katagori :

1. Outliers muncul karena kesalahan prosedur

2. Outliers muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang

(56)

3. Outliers muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peniliti tidak dapat

mengetahui apa penyebabnya

4. Outliers dapat muncul dalam mengenali yang ada, tetapi bila dikombinasi

dengan variabel lainnya. Kombinasinya menjadi tidak lazim atau sangat

ekstrim atau yang biasa disebut multivariate outliers

Perlakuan terhadap outliers dilakukan bergantung pada bagaimana

outliers itu muncul. Dalam analisis ini outliers dapat dievaluasi dengan

dua cara yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap

multivariate outliers.

Univariate Outliers

Deteksi terhadap adanya outliers univariate dapat dilakuakan

dengan menentukan nilai ambang batas yang akan dikategorikan

sebagai outliers dengan cara mengkonversi nilai data penelitian

kedalam standart score atau yang biasa disebut Z-score yang

mempunyai rata-rata nol dengan standart deviasi sebesar satu. Oleh

karena itu kasus atau observasi yang mempunyai Z-score ≥ 30 akan

dikategorikan sebagai outliers.

Multivariate Outliers

Evaluasi terhadap multivariate outliers perlu dilakukan sebab

walaupun data yang dianalisis menunjukan tidak ada outliers pada

tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah

saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis ( the Mahalanobis distance)

(57)

observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang

multidimensional. Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan

menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001, jarak

Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ2 pada derajat bebas

sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian itu,

(Ferdinand, 2002 : 102).

3.4.4. Multicolinearity dan Singularity

Multikolinearitas dapat dideteksi dan determinan matriks kovarians yang

sangat kecil (extremely small) member indikasi adanya problem multikolinearitas

atau singularitas.

3.4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas berhubungan dengan apakah suatu variabel mengukur apa yang

seharusnya diukur, Wijanto (2008 : 65) yaitu bagaimana mendefinisikan cara

untuk menguji validitas adalah dengan melihat standart factor loadings (muatan

faktor standar) variabel-variabel teramati (indikator) terhadap variabel laten

(faktor) merupakan estimasi validitas variabel-variabel teramati tersebut.

Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari

indikator-indikator suatu konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana

masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk/faktor laten yang

umum (Ferdinand, 2002 : 62). Reliabilitas diuji dengan construct reliability dan

variance extracted construct reliability dan variance extracted dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

(58)

Construct reliability =

( ∑ std loading )

²

+ ∑

ε

j

( ∑ std loading )

²

Variance extracted =

( ∑ std loading )

²

+ ∑

ε

j

Hair et.al (1998) menyatakan bahwa sebuah konstruk mempunyai

reliabilitas yang baik adalah jika :

 Nilai Construct Reliablity (CR) nya ≥ 0,70

 Nilai Variance Extracted (VE) nya ≥ 0,50

3.4.6. Pengujian Model dengan One Step Approach

Salah satu keunggulan dari SEM dibandingkan metode regresi akan

metode multivariate yang lain adalah penerapan prosedur SEM secara sekaligus

terhadap sebuah model hybridfull SEM ( kombinasi antara model pengukuran dan

model struktural ), penerapan prosedur SEM ini dikenal sebagai One Step

Approach (Wijanto, 2008 : 68).

3.4.7. Pengujian Model dengan Two Step Approach

Permodelan SEM juga dapat dilakukan dengan pendekatan dua langkah

(two step approach) yaitu pertama mengembangkan model pengukuran dan kedua

adalah model struktural. Hal ini karena measurement model dilakuakan untuk

menghasilkan penilaian mengenai validitas konvergen (convergent validity) dan

(59)

menyajikan penilaian mengenai validitas prediktif (predictive validity),

(Ferdinand, 2002 : 204).

3.4.8. Evaluasi Model

Hair et.al, (1998) menjelaskan pola “Confirmatory” menunjukan prosedur

yang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara

model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit”

dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu

model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai sesuatu “poor fit”

dengan data. AMOS dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi

“good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan Structural Equation

Modelling

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria

Goodness of fit, yakni Chi-square, probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI,

CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model

dikembangkan dengan pendekatan Two Step Approach to SEM.

3.4.5. Uji Hipotesis

Dalam analisis SEM umumnya berbagai jenis fix index yang digunakan

untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data

yang disajikan. Berikut ini adalah index kesesuaian dan cut-off valuenya untuk

digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak.

(60)

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah

likehood ratio Chi-Square Statistic. Model yang diuji akan dipandang baik

atau memuaskan apabila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai χ2

semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan

cut-off value sebesar ρ > 0,05 atau ρ > 0,10.

b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation)

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk

mengkompensasi chi-square statistic dalam yang besar. Nilai RMSEA

menunjukan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi

dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08

merupakan index untuk dapat diterimanya model yang menunjukan sebuah

close fit dari model itu bedasarkan degree of freedom.

c. GFI (Goodness of Fit Index)

Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari

varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks

populasi yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal

yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0

(perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukan sebuah better

fit.

d. AGFI (Adjusted Goodness-of Fit Index)

GFI adalah analog dari dalam regresi linier berganda yaitu suatu

koefisien yang mengukur ketepatan sebuah model yang digunakan.

(61)

nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,09. GFI maupun AGFI adalah

kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam

sebuah matriks kovarians sampel.

e. CMIN/DF

The Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan

degree of freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN/DF, yang

umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk

mengukur tingkat fitnya sebuah model. Nilai χ2 relatif kurang dari 2.0 atau

bahkan kadang kurang dari 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara

model dan data.

f. TLI (Tucker Lewis Indeks)

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan

sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang

direkomendasikan sebagi acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukan a very

good fit.

g. CFI (Comparative Fit Index)

Merupakan besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1,

dimana semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling

Gambar

Tabel 1.1 Data jumlah komplain di Mini Market Alfamart Pakis 2 Surabaya.
Tabel 1.2 Data penjualan Alfamart Pakis 2 Surabaya
Gambar 2.1    Kerangka Konseptual
gambar.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jeiaskan oun-ggT,ul

Paterson beranggapan bahwa, environmental atau teori politik hijau dalam kaitannya dengan teori hubungan internasional adalah sama-sama menjelaskan destruksi yang diakibatkan

Hal tersebut memberikan makna bahwa dengan adanya pengeluaran oleh pemerintah dalam bentuk belanja bantuan sosial dapat menurunkan angka kemiskinan yaitu jumlah penduduk

The Social Impact of Economic Crisis on Employment.afld Evaluation of Public Work Programs in Indonesia, Working Papers, Institute of Southeast Asian Studies..

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kematangan karier adalah keberhasilan individu untuk membuat keputusan karir dengan informasi yang cukup dan sesuai dengan

Syukur Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Pengaruh Semangat Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Pada Karyawan bagian

[r]

Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah untuk membuat sebuah aplikasi Situs Pembelajaran Grammar Bahasa Inggris, yang diharapkan dapat digunakan sebagai supplement tambahan