• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disiplin Ilmu Hubungan Internasional internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Disiplin Ilmu Hubungan Internasional internasional"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Disiplin Ilmu Hubungan Internasional

Membahas disiplin ilmu Hubungan Internasional bagaikan membaca buku yang beraneka warna. Demikian dinamisnya arena internasional menjadikan perdebatan dalam disiplin ilmu Hubungan Internasional semakin berwarna. Disiplin ilmu Hubungan Internasional memelajari banyak aspek di dalamnya, seperti politik, hukum, ekonomi dan sosial. Apa yang dapat dikategorikan sebagai Hubungan Internasional adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh negara, institusi, maupun perorangan antarbatas teritori negara. Dalam sejarahnya, Hubungan Internasional tidak dapat dilepaskan dari peran negara. Sejak terbentuknya negara bangsa, Hubungan Internaional makin menjadi perhatian.

Pada awal tahun 1950-an, teori hubungan internasional dan ilmu politik berkembang secara terpisah. Hal ini terjadi akibat usaha-usaha teoritisi Hubungan Internasional untuk membentuk bidang yang otonom. Seperti yang telah dijelaskan oleh Rosenau bahwa teori politik adalah tentang memelajari kehidupan politik di dalam negara dan Hubungan Internasional adalah mengenai bagiamna cara negara berinteraksi ke luar (Rosenau 1997). Senada dengan Rosenau, ‘neorealisme’ yang dikenalkan Kenneth Waltz semakin memertajam pemisahan in. Waltz berpendapat bahwa dalam political

landscape ada 3 peringkat analisis: human nature, internal politic dalam negara, dan sistem internasional. Ia dengan jelas membedakan area antara politik domestik dan internasional.

Kebanyakan anggapan bahwa teori hubungan internasional dan teori politik terpisah datang dari para ilmuwan Amerika Serikat. Pengaruh behavioral revolution jelas terasa di sana. Cita-cita untuk

menganatomikan Hubungan Internasional sepetti disebutkan di atas adalah pendorongnya. Dalam tulisannya, Plato pernah dengan jelas menggambarkan bahwa dalam politik domestik negara, yang terjadi adalah kehidupan yang baik dan normatif. Sedangkan, kehidupan internasional berparas tidak sistematis dan berpola acak (Wight 1966, 20).

Bertolak belakang dari perkembangan di atas, mulai awal 1980-an, para akademisi justru beusaha untuk menyatukan kembali teori hubungan internasional dan teori politik. Kesadaran bahwa tidak akan ada teori mengenai sistem global tanpa teori tentang negara mendorong penyatuan keduanya. Berakhirnya Perang Dingin menambah alasan mengapa keduanya tidak dapat dipisahkan. Apalagi, globalisasi membuat negara tidak lagi harus terisolasi dan bergerak sendiri-sendiri. Maka, tidak heran dalam hal ini pun kedua teori itu harus bersinergi. Faktor pendukung lain adalah masih adanya krisis internal dalam Hubungan Internasional yang mengguncang identitasnya. Bahkan, tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran postpositivism mengharuskan Hubungan Internasional berhubungan dengan teori sosial dan politik.

(2)

sebagai usaha-usaha survival dalam hidup internasional. Kunci dari pemikiran ini adalah adanya pemisahan antara ‘what ought to be’ (teori politik) dan ‘what is’ (teori hubungan internasional), walaupun pada tahap selanjutnya ada pembahasan tentang penyatuan kembali (Brown 2000). Seperti yang diungkapkan oleh Robert Jackson bahwa Hubungan Internasional dan teori politik adalah bagian dari political life di bumi. Jadi, dari opini Jackson tersebut bisa dikatakan adanya interrelasi antara keduanya.

Dalam democratic theory, Kant mengatakan bahwa adanya isu-isu demokrasi dalam tiap wilayah negara berbeda akan memisahkan urusan domestik dan internasional. Namun, pada kenyataannya justru demokratisasi yang mengglobal mendorong sisi ekonomi, politik, dan aktivitas sosial menjadi makin berkesinambungan tanpa sekat negara. Hal itu didorong interaksi antarnegara dalam

international society. Contoh paling nyata adalah bagaimana sistem Bretton Woods ternyata memiliki pengaruh luar biasa bagi seluruh dunia, bukan hanya AS.

Berlanjut kemudian tumbuh anggapan bahwa Hubungan Internasional adalah lahan untuk mengeksplorasi identitas poltiik dan perbedaan-perbedaan antarkomunitas. Perbedaan bahasan antara politik domestik dan politik internasional adalah hal yang nyata. Bertolak dari anggapan bahwa kehidupan dalam negara yang teratur dan hierarkis dengan hukum yang jelas, sedangkan kehidupan internasional adalah percaturann yang dinamis. Namun, perbedaan tersebut bukan lantas menjadikan teori keduanya berpisah sama sekali. Akan tetapi, interrelasi teori justru tampak dan benar-benar dibutuhkan. Hal itu didorong oleh kebutuhan untuk menjawab persoalan-persoalan kontemporer yang makin kompleks dan mengglobal. Inilah yang tidak mungkin dapat dijawab dengan teori-teori tunggal. Para akdemisi Inggris tidak pernah membedakan Hubungan Internasional dengan teori politik. Seperti kata Andrew Hurrel, teori memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing, maka tidak salah bila integrasi teori tersebut ada. (aya)

Bacaan:

1. Rosenau, James N, 1980. “Thinking Theory Thoroughly” in James N. Rosenau (ed.), The Scientific Study of Foreign Policy, London, Frances Printer, pp. 19-31

2. Schmidt, Brian C, 2002, “On the History and Historiography of International Relations” in Walter Carlsnaes, Thomas Risse and Beth A. Simmons, Handbook of International Relations, London, Sage Publications, pp. 3-22

HUBUNGAN INTERNASIONAL SEBAGAI DISIPLIN ILMU

(3)

tersebut. Pada akhir perang dunia pertama muncul pemikiran – pemikiran idealis

sebagai kebijakan tertinggi negara untuk mengkhiri perang. Tapi pada akhirnya

gencatan senjata malah semakin meningkat.

Hingga pada akhir perang dunia kedua mulailah muncul pemikiran bahwa perang

bukanlah solusi yang paling baik untuk mengakhiri sebuah masalah. Pemikiran

tersebut juga didukung oleh kebijakan – kebijakan Amerika yang pada saat itu

merupakan salah satu negara yang terkuat. Amerika menjadi pendukung utama

dikarenakan keputusan tersebut menguntungkan Amerika. Pada saat itu Stanley

Hoffmann (1977) mengatakan bahwa Hubungan Internasional adalah Ilmu Sosial

Amerika. Hingga saat ini pengkajian – pengkajian ilmu Hubungan Internasional

terus dilakukan sampai akhirnya mampu menjadikan ilmu Hubungan Internasional

menjadi lebih mengglobal.

Dalam tubuh HI sebenarnya juga terdapat asumsi dasar. Asumsi tersebut

diantaranya terdiri dari beberapa paradigma, paradigma tersebut adalah Idealis,

Realis, Behavioralis, Strukturalis, dan Pluralis. Setelah munculnya paradigma

tersebut maka timbullah beberapa perdebatan. Perdebatan yang pertama terjadi

antara paradigma idealis dan realis. Inti dalam perdebatan itu adalah perang tidak

muncul secara kebetulan melainkan telah dipersiapkan sebelumnya. Perdebatan

yang kedua terjadi antara realis dan behavioralis. Disinilah titik awal munculnya

neo realis dan neo behavioralis. Sedangkan perdebatan yang ketiga adalah

perdebatan jalan tengah yaitu paradigma strukturalis yang menawarkan jalan

tengah bahwa pengkajian hubungan internasional dapat dikaji oleh beragai

tingkatan. Dari perdebatan keempat paradigma utama tersebut sangat memperkaya

kajian – kajian dari hubungan internasional. Selain asumsi dasar, terdapat beberapa

disiplin yang membantu perkembangan hubungan internasional, diantaranya

adalah Hukum Internasional, Sejarah Diplomatik, Ilmu Militer (The Art of War),

Politik Internasional, Organisasi Internasional, Perdagangan Internasional,

Pemerintah kolonial, Praktek Hubungan Luar Negeri (Dugis, 2012). Itu

menunjukkan bahwa ilmu Hubungan Intenasional dapat melihat dan mampu

menyesuaikan diri dari berbagai prospek sudut pandang.

(4)

Strategi dan Tata Kelola Strategis, Negosiasi dan Diplomasi diharapkan mampu

berjalan seimbang dengan Globalisasi dan Strategi serta Sejarah Diplomasi agar

para lulusan benar – benar mampu melaksanakan tugas yang akan diembannya.

Meskipun Morgenthau mengatakan bahwa “

IR is not a science”

namun kita

sebagai HI’ers tidak boleh kehilangan identitas kita.

Dalam permasalahan dunia yang semakin kompleks, maka pengkajian –

pengkajian suatu ilmu yang dapat menghadapi masalah – masalah global sangat

tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia. Untuk itu ilmu Hubungan

Internasional di buat. Dengan kata lain, ilmu Hubungan Internasional merupakan

senjata awal untuk menghadapi persaingan dunia.

Hubungan Internasional

Article

Pengertian Hubungan Internasional

Salah satu faktor penyebab terjadinya hubungan internasional adalah kekayaan alam dan perkembangan industri yang tidak merata. Hal tersebut mendorong kerjasamaantar negara dan antar individu yang tunduk pada hukum yang dianut negaranya masing-masing.

Hubungan internasional merupakan hubungan antar negara atau antarindividu dari negara yang berbeda-beda, baik berupa hubungan politis, budaya, ekonomi, ataupun hankam. Hubungan internasional menurut buku Rencana Strategi Pelaksanaan Politik Luar Negeri RI (RENSTRA) adalah hubungan antar bangsa dalam segala aspeknya yang dilakukan oleh suatu negara tersebut.

Hubungan internasional dapat dipandang sebagai fenomena sosial maupun sebagai disiplin ilmu atau bidang studi. Sebagai fenomena sosial, hubungan internasional mencakup aspek yang sangat luas, yaitu kehidupan sosial umat manusia yang bersifat internasional dan kompleks. Seperti yang dikatakan oleh John Houston (1972), bahwa fenomena hubungan internasional dapat menyangkut konferensi-konferensi internasional, kedatangan dan kepergian para diplomat, penandatanganan perjanjian-perjanjian, pengembangan kekuatan militer, dan arus perdagangan internasional.

(5)

perkembangan zaman ruang lingkup hubungan internasional juga berkembang yaitu menyangkut masalah-masalah lingkungan hidup, hak asasi manusia, alih teknologi, kebudayaan, kerja sama keamanan dan kejahatan internasional.

Hubungan internasional sebagai disiplin ilmu atau bidang studi, diantaranya meliputi berbagai spesialisasi seperti politik internasional, politik luar negeri, ekonomi internasional, ekonomi politik internasional, organisasi internasional, hukum internasional, komunikasi internasional,

administrasi internasional, kriminologi internasional, sejarah diplomasi, studi wilayah, military science, manajemen internasional, kebudayaan antar bangsa, dan lain sebagainya.

Beberapa pakar memberikan makna terhadap hubungan internasional sebagai berikut :

1. Mohtar Mas’oed (1990), hubungan internasional sangat kompleks karena didalamnya terlibat bangsa-bangsa yang masing-masing berdaulat sehingga memerlukan mekanisme yang lebih rumit daripada hubungan antarkelompok manusia di dalam suatu negara. Ia juga sangat kompleks karena setiap hubungan itu melibatkan berbagai segi lain yang

koordinasinya tidak sederhana.

2. J. C. Johari, hubungan internasional adalah suatu studi tentang interaksi yang berlangsung diantara negara-negara berdaulat, di samping itu juga studi tentang pelaku-pelaku nonnegara (non-state actors) yang perilakunya memiliki impak terhadap tugas-tugas negara bangsa.

3. Robert Strausz-Hupe dan Stefan T. Possony, studi hubungan internasional mempelajari hubungan timbal balik antarnegara, serta mengkaji tindakan anggota suatu masyarakat yang berhubungan dengan, atau ditujukan kepada masyarakat negara lain.

4. Charles McClelland, hubungan internasional didefinisikan sebagai sebuah studi mengenai semua bentuk pertukaran, transaksi, hubungan, arus informasi, serta berbagai respon perilaku yang muncul di antara dan antarmasyarakat yang terorganisir secara terpisah, termasuk komponen-komponennya.

5. Sprout & Sprout (1962), studi hubungan internasional membahas mengenai aktor-aktor (negara, pemerintah, pemimpin, diplomat, masyarakat) yang bertujuan mencapai maksud-maksud tertentu (sasaran, tujuan, harapan) dengan menggunakan sarana-sarana (seperti diplomasi, pemaksanaan, persuasi) yang dikaitkan dengan power atau kapabilitasnya. 6. Trygue Mathisen, dalam bukunya Methodology in the Study of International Relations,

seperti yang dikutip oleh Suwardi Wiriaatmaja (1971) mencatat bahwa istilah hubungan internasional mempunyai beberapa arti, yaitu sebagi berikut:

1. Suatu bidang spesialisasi yang meliputi aspek-aspek internasional dari beberapa cabang ilmu pengetahuan.

2. Sejarah baru dari politik internasional.

3. Semua aspek internasional dari kehidupan sosial umat manusia, dalam arti semua tingkah laku manusia yang terjadi atau berasal dari suatu negara dapat mempengaruhi tingkah laku manusia negara lain.

(6)

1. John Houston (1972), hubungan internasional merupakan sebuah studi yang membahas tentang interaksi diantara anggota-anggota dalam komunitas internasional atau mengenai tingkah laku aktor-aktor yang beroperasi dalam sistem politik internasional.

B. Pentingnya Hubungan Internasional Bagi Suatu Negara

Secara kodrati, manusia adalah sebagai makhluk individu, sosial, dan ciptaan Tuhan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu memerlukan dan membentuk berbagai persekutuan hidup untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Sifat alamiah manusia adalah hidup berkelompok, saling menghormati, bergantung, dan saling bekerja sama. Seperti halnya dalam hubungan

antarbangsa, suatu bangsa satu dengan lainnya wajib saling menghormati, bekerja sama secara adil dan damai untuk mewujudkan kerukunan hidup antarbangsa. Hubungan antarbangsa di sini disebut sebagai hubungan internasional.

Bangsa Indonesia dalam membina hubungan internasional menerapkan prinsip-prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif yang diabdikan bagi kepentingan nasional, terutama untuk kepentingan pembangunan di segala bidang serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Prinsip bebas artinya

Indonesia bebas menentukan sikap dan pandangannya terhadap masalah-masalah internasional dan terlepas dari ikatan kekuatan-kekuatan raksasa dunia yang secara ideologis bertentangan (Timur dengan komunisnya dan Barat dengan liberalnya). Adapun prinsip aktif berarti Indonesia aktif memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan, aktif memperjuangkan ketertiban dunia dan aktif ikut serta menciptakan keadilan sosial dunia.

Dalam membina hubungan internasional indonesia mempunyai tujuan untuk meningkatkan persahabatan, dan kerjasama bilateral, regional, dan multilateral melalui berbagai macam forum sesuai dengan kepentingan dan kemampuan nasional. Untuk menciptakan perdamaian dunia yang abadi, adil, dan sejahtera, negara kita harus tetap melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif.

Adapun landasan hukum hubungan internasional adalah sebagai berikut:

1. Landasan Idiil

Pancasila sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, yang mengandung unsur bahwa bangsa Indonesia merupakan dirinya bagian dari umat manusia di dunia. Oleh karena itu, dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

2. Landasan Konstitusional / Struktural

UUD 1945, terutama dalam pembukaan (Alinea I dan IV) dan batang tubuh (pasal 11 dan 13). 3. Landasan Operasional

a. Ketetapan MPR, yaitu GBHN dalam bidang hubungan luar negeri

b. Kebijaksanaan presiden, yang dituangkan dalam Keppres.

(7)

Hubungan internasional ditandai dengan dimulainya pembukaan utusan (konsuler atau diplomatik) yang bersifat bilateral. Hubungan internasional diselenggarakan oleh korps diplomatik sebagai unsur Departemen Luar Negeri yang harus mampu menjabarkan aspirasi nasional luar negeri. Sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif, Indonesia memiliki kebijakan tersendiri yang mengatur hubungan internasional, yaitu hubungan Indonesia dengan bangsa-bangsa lain.

Pentingnya hubungan internasional bagi suatu bangsa berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dalam menjalin hubungan internasional tersebut. Hubungan internasional dilaksanakan atas dasar untuk mencapai tujuan tertentu, karena adanya tujuan-tujuan yang hendak dicapai tersebut, maka seringkali yang menjadikan mengapa suatu hubungan internasional dianggap penting bagi kehidupan suatu bangsa. Negara yang tidak mau melakukan hubungan

Internasional biasanya akan terkucil dari pergaulan internasional. Karena hubungan

internasional ini sangat penting yaitu untuk saling memenuhi kebutuhan hidup bangsa-bangsa atau masyarakat di negara-negara yang bersangkutan. Pelaksanaan hubungan internasional oleh suatu bangsa, sangat penting dalam rangka untuk hal berikut:

1. Membina dan menegakkan perdamaian dan ketertiban dunia 2. Menumbuhkan saling pengertian antarbangsa / negara.

3. Memenuhi kebutuhan setiap negara atau pihak yang berhubungan 4. Mempererat hubungan, rasa persahabatan dan persaudaraan 5. Memenuhi keadilan dan kesejahteraan rakyatnya.

Berkaitan dengan pentingnya hubungan internasional dalam hubungan antarbangsa / antarnegara maka dalam piagam PBB dinyatakan tentang makna hubungan internasional tersebut, yaitu bahwa piagam PBB merupakan kristalisasi semangat atau tekad bangsa-bangsa di dunia untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai sifat kodrati pemberian Tuhan untuk saling menghormati, bekerja sama secara adil dan damai untuk mewujudkan kerukunan hidup antarbangsa.

Dalam piagam PBB tersebut dapat diambil maknanya berkaitan dengan hubungan antarbangsa atau hubungan internasional sebagai berikut.

1. Bangsa-bangsa diharapkan saling menghormati dan bekerja sama atas dasar persamaan dan kekeluargaan.

2. Bangsa-bangsa wajib menghormati kedaulatan negara lainnya

3. Bangsa-bangsa tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara lain 4. Bangsa-bangsa diharapkan hidup berdampingan secara damai

5. Bangsa yang satu tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada orang lain. C. Sarana-sarana Hubungan Internasional

Hubungan internasional disebut juga hubungan antarbangsa atau antarnegara. Namun

(8)

atau tindakan hukum yang diatur dalam hukum internasional dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum internasional atas perbuatannya tersebut. Hukum internasional pada dasarnya dijalankan oleh subjek hukum internasional. Dalam hal ini bukan hanya aktor tetapi juga non negara.

Berikut ini dijelaskan tentang beberapa subjek hukum internasional.

1. Negara

Negara merupakan subjek utama dala hukum internasional, yaitu bahwa negara menjadi pelaku penting dalam hubungan internasional.

2. Organisasi Internasional

Organisasi internasional merupakan subjek hukum internasional karena dapat melakukan hubungan dengan organisasi atau negara lain. Organisasi internasional misalnya organisasi-organisasi antar pemerintah atau IGO (Inter-Governmental Organizations) diantaranya PBB, OPEC, ASEAN, GNB, OKI, dan sebagainya. Organisasi non pemerintah atau NGO (Non Governmental Organizations) seperti kelompok pecinta lingkungan Green Peace, Transparency International.

3. Pihak yang Bersengketa

Pihak yang bersengketa dalam suatu negara disebut sebagai subjek hukum internasional karena dianggap mewakili pihak dalam hubungan internasional. Misalnya adalah gerakan pembebasan seperti PLO.

4. Perusahaan Internasional

Perusahaan yang bersifat transnasional atau multinasional diperhitungkan sebagai aktor

hubungan internasional yang cukup strategis karena aset atau kekayaannya yang sangat besar. Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki jaringan usaha di seluruh dunia seperti ini, dapat melakukan hubungan internasional. Misalnya perushaaan tambang Freeport, Mac Donald, perusahaan minyak Exxon.

5. Tahta Suci

Pengakuan Tahta Suci di Roma, Italia sebagai subjek hukum internasional karena warisan sejarah. Hal ini disebabkan karena Paus dianggap sebagai kepala negara Vatikan dan kepala Gereja Roma Katolik. Vatikan juga memiliki perwakilan-perwakilan diplomatik di negara lain.

6. Individu

Individu yang dapat menjadi subjek hukum Internasional adalah individu yang bisa mengadakan hubungan dengan suatu negara. Meskipun eksistensi individu sebagai aktor masih belum tegas mewakili misi siapa, namun harus diakui bahwa dalam hubungan internasional kontemporer individu dapat menjadi aktor yang bisa menentukan perubahan-perubahan kebijakan internasional.

(9)

Dalam melaksanakan hubungan internasional presiden sebagai kepala pemerintahan maupun sebagai kepala negara membentuk Departemen Luar Negeri serta mengangkat duta dan konsul.

1. Departemen Luar Negeri

Presiden selaku kepala pemerintahan maupun sebagai kepala negara membentuk Departemen Luar Negeri melalui Keppres No. 44 Tahun 1974 untuk melaksanakan hubungan internasional. Departemen Luar Negeri sebagai bagian dari pemerintahan negara idpimpin oleh seorang menteri dan bertanggung jawab kepada presiden. Tugas pokok Departemen Luar Negeri adalah menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintah dan pembangunan di bidang politik dan hubungan dengan luar negeri.

Susunan organisasi departemen luar negeri adalah sebagai berikut.

1. Pimpinan : Menteri Luar Negeri 2. Pembantu : Sekretaris Jenderal 3. Pengawasan : Inspektoral Jenderal 4. Pelaksana :

1. Direktorat Jenderal Politik

2. Direktorat Jenderal Hubungan Ekonomi Luar Negeri

3. Direktorat Jenderal Hubungan Sosial Budaya dan Penerangan Luar Negeri

4. Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler

5. Badan Penelitian dan Pengembangan Usaha Luar Negeri

6. Sekeretariat Nasional ASEAN

7. Pusat-pusat, seperti pusat pendidikan dan latihan pegawai.

Peranan Departemen Luar Negeri sebagai sarana dalam hubungan internasional, berkaitan dengan upaya dalam mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu alinea IV yang berbunyi: “… ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial…”. Selanjutnya ditetapkan juga kebijakan-kebijakan yang harus diambil dengan berpedoman pada GBHN sebagai landasan operasionalnya. Indonesia menempatkan perwakilannya di luar negeri secara kelembagaan berada dibawah koordinasi Departemen Luar Negeri dalam usahanya membina hubungan kerjasama dengan negara lain.

2. Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri

(10)

sedangkan arti non politis peranan perwakilan RI juga harus proaktif membuka jalur komunikasi dengan negara lain, mereka bertugas untuk memberikan informasi tentang negara Indonesia.

Perwakilan dalam arti politik adalah sebagai berikut:

1. Diadakan pembukaan perwakilan diplomatik antardua negara dengan ketentuan internasional.

2. Diadakan pengangkatan diplomatik dengan memberikan surat kepercayaan (letre de creance).

Adapun klasifikasi perwakilan diplomatik dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Menurut kongres Wina 1815 Kepala Perwakilan Diplomatik ada tiga tingkatan, yaitu Duta Besar (Ambassador), Duta (Gerzant), dan kuasa usaha (Charge d’affair)

Perwakilan nonpolitik terdiri dari perwakilan dan korps konsuler. Perwakilan ini dilaksanakan oleh perangkap korp konsuler yang bertugas di bidang ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, tukar-menukar pelajar/mahasiswa. Adapun korps konsuler ini terdiri dari Konsul Jenderal, Konsul, Wakil Konsul, dan Agen Konsul.

Kekebalan dan keistimewaan diplomatik sebagai berikut.

1. Kekebalan pribadi dan keluarganya, yaitu hak seseorang diplomatik untuk mendapatkan perlindungan terhaap pribadinya dan keluarganya

2. Kekebalan kantor dan halaman diplomatik, yaitu perlindungan dari kantor diplomatik dan halamannya, tidak semua orang boleh memasuki halaman dan kantor perwakilan diplomatik

3. Kekebalan surat menyurat diplomatik, yaitu seorang diplomatik bebas tidak diperiksa terhadap kantong-kantong atau tas milik diplomatik di tempat-tempat tertentu, misalnya di pelabuhan.

4. Kekebalan terhadap kantong diplomatik, yaitu seorang diplomatik bebas tidak diperiksa terhadap kantong-kantong atau tas milik diplomatik di tempat-tempat tertentu, misalnya di pelabuhan.

5. Kekebalan terhadap diplomatik sebagai saksi, yaitu seorang perwakilan diplomatik tidak boleh dijadikan saksi dalam perkara pengadilan.

HUBUNGAN INTERNASIONAL :

PENGERTIAN,POSISI DAN

RUANG LINGKUP

December 15, 2012 · by odanon14 · in Uncategorized · Leave a comment

Apa Hubungan Internasional itu? Setiap sarjanawan dan pelajar HI mempunyai definisi-definisi yang berbeda-beda dalam membatasi pengertian mengenai HI.Mohtar Ma’soed (1990) mengatakan bahwa Hubungan Internasional itu sangat kompleks karena

(11)

memerlukan mekanisme yang lebih rumit daripada hubungan antar kelompok manusia didalam suatu negara.ia juga sangat kompleks karena setiap hubungan itu melibatkan berbagai segi lain yang koordinasinya tidak sederhana.Dari pernyataan Ma’soed ini dapat kita simpulkan beta rumitnya HI karena ini adalah suatu interaksi bukan saja antar negara-bangsa yang berdaulat melainkan ada segi-segi lain yang perlu

diperhatikan.

Charles McClelland mendefinisikan Hubungan Internasional sebagai sebuah studi mengenai semua bentuk pertukaran,transaksi,hubungan,arus informasi,serta berbagai respon perilaku yang muncul diantara dan antar masyarakat yang terorganisir secara terpisah,termasuk komponen-komponennya.

J.C. Johari : Hubungan Internasional merupakan sebuah studi tentang interaksi yang berlangsung diantara negara-negara berdaulat,disamping itu juga studi ttg pelaku-pelaku non-negara(non-State Actors) yang perilakunya memiliki impak terhadap tugas negara bangsa.

Steve Chan : Hubungan internasional adalah interaksi antar aktor-aktor yang tindakan atau perilakunya mempunyai konsekuensi penting terhadap aktor-aktor di luar

yurisdiksi unit politik mereka

Trygve Mathisen mendefinisikan Hubungan Internasional dalam beberapa arti yaitu :

1. Suatu Bidang spesialisasi yang meliuti aspek-aspek internasional dari beberapa

cabang ilmu pengetahuan.

2. Sejarah baru dari politik internasional

3. Semua aspek internasional dari kehidupan sosial umat manusia,dalam arti semua

tingkah laku manusia terjadi atau berasal dari suatu negara dapat

mempengaruhi tingkah laku manusia di negara lain.

4. Suatu cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri,atau dengan kata lain

(12)

Masih banyak sekali definisi yang diberikan oleh sarjanawan HI.Hal yang menyebabkan perbedaan-perbedaan pendapat aliran pemikiran setiap pengamat dan sarjanawan HI yang berbeda-beda(Aliran pemikiran akan kita bahas nanti).

Sedikitnya ada 3 kata kunci dalam terminologi Hubungan Internasional yaitu :

1. Aktor : Aktor ini adalah apa/siapa yang melakukan praktek Hubungan

Internasional.Walaupun negara adalah aktor yang paling dominan sampai saat

ini dalam Hubungan Internasional,namun banyak aktor-aktor lain yang tidak

kalah dominannya dalam melakukan praktek HI yaitu NGO(Non Governmental

Organization),MNC dan TNC,yayasan Non-profit,Individu,dan masih banyak

lagi.Hubungan Internasional sedikitnya dilakukan oleh 2 aktor.

2. Interaksi : Dua/lebih Aktor itu melakukan Hubungan yang bersifat Mutual atau

reciprocal

3. Lintas Nasional : Interaksi itu harus bersifat Lintas batas Nasional(Across

National Border)

Dimanakah Posisi Hubungan International dalam bidang ilmu???? Terjadi perdebatan disini yang menghasilkan 2 thesis yg sama-sama kuat yaitu :

1. Ilmu Hubungan Internasional berada dibawah otonom ilmu politik

2. Ilmu Hubungan Internasional berdiri sendiri sebagai ilmu sosial

Namun bagi saya,Hubungan internasional adalah suatu ilmu sosial yang berdiri sendiri,karena ilmu Hubungan Internasional adalah Ilmu integrator yang dimana ia mengintegrasikan ilmu-ilmu lain dan bukan hanya ilmu politik saja.Jadi singkatnya Segala jenis interaksi(sosial,budaya,hukum,politik,ekonomi,dll)yang dilakukan oleh 2 aktor/lebih dan sudah bersifat Accross National Border maka itu adalah hubungan international.

(13)

1. Sebagai bidang disiplin ilmu : Sebagai bidang ilmu dia melingkupi politik

Internasional,ekonomi Internasional,Hukum Internasional,Dll

2. Sebagai Fenomena sosial : ini melingkupi fenomena-fenomena yang ada didalam

dunia,seperti HAM,Masalah Lingkungan,Kebudayaan,dll

Namun yang perlu kita percayai adalaha bahwa ilmu HI ini adalah suatu ilmu sosial yang dimana dapat berubah-ubah setiap waktunya secara dinamis.

HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN

LINGKUNGAN HIDUP

Oleh

Paskalis Alfinos Toda

Selama perang dingin berlangsung sistem internasional bersifat bipolar yang ditandai dengan adanya rivalitas antara duasuper power, Amerika Serikat dan Unisoviet. Studi hubungan internasional memberikan perhatian pada dinamika konflik dan kerjasama antar negara.[1] Isu seperti perang dan ancaman militeristik menjadi isu high politic. Pada masa perang dingin keamanan negara (state security) menjadi isu yang paling dominan. Paradigma realis merupakan mazhab yang paling berkembang selama perang dingin. Pandangan ini berasumsi bahwa sistem politik internasional bersifat anarki dan negara merupakan aktor yang dominan. Inisiatif negara dalam menyelesaikan permasalahan secara bersama sangat sedikit dan sikap negara terhadap negara lain dipengaruhi oleh sejarah konflik internasional yang telah terjadi sebelumnya.[2]

(14)

Paradigma lain yang juga turut berkembang adalah paradiga liberal yang berasumsi bahwa negara dapat bekerja sama dan mencari solusi bersama atas masalah yang dihadapai. Paradigma ini percaya bahwa non state actor juga mempunyai peranan yang penting dalam mengupayakan transparasi dan perjanjian koperatif.[3] Pandangan realis dan liberalis beserta variannya merupakan pandangan mainstream di dalam ilmu hubungan internasional. Namun kemudian, seiring dengan berbagai perkembangan muncul isu-isu baru dan proliferasi aktor-aktor nonstate. Hal ini mengkibatkan banyak gejala dan fenomena hubungan internasional yang tidak dapat dijelaskan melalui logika berpikir paradigmamainstream. Isu yang turut berkembang adalah mengenai keamanan negara (traditional security) yang mulai bergeser kepada isu kemananan nontradisional. Salah satunya adalah mengenai isu lingkungan hidup yang selama perang dingin berlangsung kurang mendapatkan perhatian oleh negara.

Selama perang dingin, negara-negara terdikotomi ke dalam blok-blok ideologis. Preferensi negara tertuju kepada apakah berpihak pada ideologi liberal atau ideologi komunis. Selain itu, terdapat negara-negara yang memilih untuk netral. Netralitas ini justru secara tidak langsung melahirkan blok tersendiri yang dinamakan Gerakan Non Blok (GNB). Mayoritas anggotanya berasal dari negara Asia dan Afrika.

Kemunculan Isu Lingkungan Hidup

Pemanasan global, degradasi lingkungan hidup, kelangkaan flora-fauna dan perubahan iklim pada awalnya merupakan contoh-contoh permasalahan yang terkait dengan lingkungan hidup. Perkembangan ilmu hubungan internasional yang state centric dan berorientasi pada isu high politic semasa perang dingin membuat isu yang terkait dengan lingkungan hidup terabaikan. Selain itu, perkembangan ekonomi yang massif, proliferasi penggunaan teknologi baru, dan peningkatan jumlah populasi mengakibatkan peningkatan penggunaan energi dan sumberdaya alam.[4] Dinamika ini kemudian mempengaruhi keberlangsungan lingkungan hidup. Dampak pencemaran lingkungan hidup tidak hanya bersifat lokal namun juga mempunyai dampak global seperti adanya global warming. Merespon hal ini, komunitas internasional sadar bahwa permasalahan lingkungan hidup bukanlah suatu permasalahan lokal semata tetapi haruslah diselesaikan secara bersama.

(15)

reflekasi bahwa pada dasarnya dunia yang kita tempati bukanlah hanya menjadi milik manusia saat ini semata tetapi merupakan milik generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan (sustainabe development)[5] merupakan suatu istilah yang diadopsi dari United Nation Conference on Human Environment (UNCHE)di Stockholm pada tahun 1972.[6]

Konferensi ini merupakan konferensi PBB yang menjadi titik tolak aktifitas institusional dari United Nations Environment Programme (UNEP) yang pada awalnya menangani masalah lingkungan antara negara-negara utara yang relatif lebih maju dari negara-negara dunia ketiga (third world) di bagian selatan dunia.[7]Dalam perkembangan selanjutnya, pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang berkembang pesat pada tahun 1990-an khsususnya setelah terjadinya United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) di Rio pada tahun 1992 yang disebut sebagai Earth Summit.[8] Jumlah negara yang hadir di dalam KTT Bumi ini berjumlah 170 negara. Pada tahun 1980-an muncul teori sosial hijau (green social) dan politik hijau (green politic) yang berkonsentrasi terhadap pergerakan sosial baru (new social movement) dalam merespon isu saat itu seperti lingkungan hidup, perdamaian, antinuklir dan gender. Pergerakan sosial ini memberikan dampak terhadap berkembangnya partai-partai pada level lokal, nasional, dan regional (mayoritas berada di Eropa) berdasarkan pada empat pilar politik hijau: pertanggung jawaban ekologis, keadilan sosial, antikekerasan, dan demokrasi akar rumput. Pilar-pilar ini kemudian menginspirasi kemunculan partai-partai hijau (green party) di berbagai belahan dunia.[9]

Politik hijau menantangi sturuktur internasional yang telah ada namun pada saat yang sama memberikan pemahaman akan adanya etika keberlangsungan, keadilan, dan harmoni ekosistem.[10]Keadilan lingkungan secara khusus terkait dengan ketimpangan pembangunan antara negara-negara di dunia bagian utara yang lebih maju dan cenderung industrialis dibandingkan dengan negara-negara selatan yang relatif masih berkembang dan bergantung pada sektor pertanian. Negara-negara utara dianggap sebagai penyebab kerusakan lingkungan hidup sedangkan negara selatan juga mendapatkan stigma dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan hidup yang tidak revolusioner.

Enviromentalisme dalam Hubungan Internasional

(16)

disebabkan oleh manusia.[11] Paterson beranggapan bahwa terdapat hubungan antara teori hijau dan hubungan internasional. Dalam memahami ontologi, ia mengklaim bahwa diperlukan adanya perubahan anggagapan dari antroposentrik menjadi ekosentris dalam memahami dunia. Dalam pandangan antroposentris, manusia dianggap sebagai pusat dari dunia sedangkan pandangan ekosentris beranggapan bahwa lingkungan hidup adalah pusat dari dunia. Pandangan ekosentris memberikan pemahaman bahwa manusia bukanlah satu-satunya mahkluk hidup yang tinggal di dalam dunia ini tetapi masih ada mahkluk hidup lain yang hidup dalam dunia ini. Manusia adalah bagian dari alam bukan di atas alam.[12]

Kemudian Paterson menambahkan bahwa perubahan ontologi ini harus diiringi dengan pemahaman mengenai keterbatasan enviromental. Menurutnya keterbatasan ini terkait dengan dua hal. Pertama, pertumbuhan populasi manusia yang mempengaruhi ketersediaan bahan bakar secara khusus yang terkait dengan industri. Kedua, aktifitas industri tersebut kemudian dapat mempengaruhi polusi dan ketersediaan sumberdaya. Ia juga beranggapan bahwa tatanan dunia yang baru (new world order)haruslah lebih terdesentralisasi dan mengurangi power negara. Terkait dengan tatanan dunia baru, environmentalis atau teoritisi hijau menekankan pada slogan ‘think globally, act locally’. Hal ini berarti, suatu tindakan lokal dapat mempunyai efek global dan efek ini tidak selamanya melalui tatakelola negara tetapi dapat melalui komunitas internasional. Paterson beranggapan bahwa, environmental atau teori politik hijau dalam kaitannya dengan teori hubungan internasional adalah sama-sama menjelaskan destruksi yang diakibatkan oleh manusia dan bagaimana sifat destruktif manusia tersebut juga dapat menciptakan masyarakat yang berkelanjutan apabila terdapat kesadaran bersama akan kehidupan yang lebih baik.[13]

Pada tahun 1990-an, politik hijau diakui sebagai tradisi politik baru. Politik ini menantangi dua pandangan politik tradisional yang berkembang selama perang dingin yakni liberalisme dan sosialime. Tradisi politik hijau pada awalnya bertujuan untuk mengkritik kapitalisme barat dan sistem komunis Unisoviet yang sama-sama berorientasi pada industri.[14] Selain itu, pada saat yang sama muncul berbagai permasalahan lingkungan hidup yang juga turut berdampak terhadap kehidupan sosial masyarakat seperti pencemaran air, kelangkaan sumber daya, dan kesempatan kerja yang berkurang.

(17)

ditransnasionalisasi ke dalam konsep-konsep politik dan institusi-institusi yang terkait dengan lingkungan hidup. Lebih jauh, gelombang kedua ini memberikan pemahaman mengenai deteritorialisasi atau mengkonseptualisasi secara global pemahaman-pemahaman seperti keadilan lingkungan hidup, hak-hak lingkungan hidup, demokrasi lingkungan, aktivis lingkungan, negara hijau (green state).[15]

Globalisasi dan Permasalahan Lingkungan Hidup

Saat ini dunia sedang berada di dalam era globaliasi. Meskipun demikan, masih ada banyak perdebatan di antara para ahli mengenai kapan globalisasi itu terjadi. Strange dalam Weber mengatakan, “globalization has been described as “a term which can refer to anything from the Internet to a hamburger”. Marchand dalam Weber pun mempertanyakan apakah, “globalization” is a process, an ideology (“globalism”) or a “state of being” (“globality”).[16] Kemudian, Rosenau menyebut era saat ini sebagai era yang ditandai dengan adanya, “shifting boundaries, relocated authorities, weakened states, and proliferating nongovernmental organizations (NGOs) at local, provincial, national, transnational, international, and global levels of community, the time has come to confront the insufficiency of our ways of thinking, talking, and writing about government”[17] Pernyataan-pernyataan di atas mengafirmasikan bahwa dinamika internasional saat ini tengah berada di dalam situasi yang sangat kompleks dengan proliferasi berbagai aktor secara khusus aktor non negara. Namun yang menjadi persoalan lain adalah semua aktor tersebut bermain di dalam panggung yang sama yakni di dalam dunia. Interaksi antar aktor ini tidak jarang mempengaruhi isu di dalam hubungan internasional secara khsusus terkait dengan lingkungan hidup.

(18)

Di era globalisasi, meskipun terdapatnya hubungan kesejahteraan masyarakat dan ekonomi, penting agar terciptanya kesadaran akan pembangunan yang berkelanjutan. Negara atau aktor non negara yang bergerak di dalam bidang ekonomi seperti MNC dan TNC perlu meningkatkan eskalasi kesadaran akan esensi pandangan politik hijau. Pandangan yang beranggapan bahwa kerusakan lingkungan hidup justru disebabkan oleh manusia itu sendiri.[19] Keberlangsungan ekologis merupakan suatu hal yang tidak dapat dimunafikkan karena pada dasarnya keberlangsungan hidup generasi mendatang sangat ditentukan oleh generasi umat manusia saat ini.

Seperti yang dikatakan oleh Rosenau bahwa terdapatnyarelocated authorities dan weakened states di atas, perlu digaris bawahi bahwa masalah lingkungan hidup tidak sebatas merupakan permasalahan negara tetapi justru permasalahan ini perlu ditangani melalui kolaborasi antara sektor-sektor lain secara khusus sektor pasar dan masyarakat. Terkait dengan hal ini, teoritisi hijau merekomendasikan agar permasalah lingkungan hidup di mulai pada tingkatan lokal atau disebut juga sebagai desentralisasi. Namun, tentu hal ini akan menjadi mustahil ketika jejaring dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan hanya terbetas pada skala lokal padahal permasalahan lingkungan relatif mempengaruhi bidang yang lain dan mempunyai dimensi global. Maka, desentralisasi yang dimaksudkan oleh kalangan hijau sebenarnya mengandung makna perlu adanya tindakan lokal yang berdampak global. Mengatasi masalah lingkungan pada tingkat lokal harus dimulai melalui pendekatan akar rumput. Hal ini disebabkan karena permasalahan lingkungan selain bersifat lokal tetapi juga terdapat dimensi transnasional bahkan global.[20] Peran civil society sangat penting dalam mengupayakan pembentukan norma-norma lingkungan hidup seperti yang diharapkan oleh para teoritisi politik hijau sehingga permasalahan lingkungan benar-benar dapat dimulai pada tingkatan yang paling rendah yakni pada level lokal (desentralisasi).

Kesimpulan

(19)

hidup bukan saja semata permasalahan yang harus diselesaikan oleh negara tetapi menuntut keterlibatan pihak lain secara khsusus pasar dan masyarakat. Terakhir, globalisasi dapat memberikan polemik terhadap perkembangan isu lingkungan hidup. Namun yang perlu menjadi catatan adalah perlunya kesadaran akan pemahaman yang sudah dibangun oleh para pemikir hijau seperti ekosentrisme, keterbatasan pertumbuhan, dan desentralisasi penyelesaian masalah lingkungan. Dengan demikian diharapkan permasalahan lingkungan dapat diselesaikan bersama dan wajah dunia dapat menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, William Mark (2001). Green Development: Environment and Sustainability in The Tthird Wolrd (Second Edition), New York: Routledge.

Eckersley, Robyn (2010). ‘Green Theory’ dalam dalam Tim Dunne, Milja Kurki, dan Steve Smith. International Relation Theorie: second Edition, New York: Oxford. Paterson, Matthew (2001). ‘Green Politics’ dalam ” dalam Burchill, Scott;

Linklater, Andrew et al. Theories of International Relations, Third edition. New York: Palgrave Macmillan.

Rosenau, James (2006). The Study of World Politic Volume 2, New York: Routledge. O’Neill, Kate (2009). The Environment and International Relations, Edinburgh:

Cambridge.

Vogler, John dan Mark F. Imber (1996). The Environment and International Relations, New York: Routledge.

Weber, Cynthia (2010). International Relation Theory: A Critical Introduction Third Edition, New York: Routledge.

[1]

Kate O’Neill (2009).

The Environment and International

Relations,

Edinburgh: Cambridge. Hal.8.

[2]

Ibid.

(20)

[4]

Robyn Eckersley (2010). ‘Green Theory’ dalam dalam Tim Dunne, Milja

Kurki, dan Steve Smith.

International Relation Theorie: second Edition

, New

York: Oxford. Hal. 259.

[5]

Menurut Adams istilah pembangunan berkelanjutan

(sustainabe

development)

merupakan istilah konsep teoritis yang dapat juga diartikan

dengan

pembangunan

hijau

(green

development)

atau

ecodevelopment

(2001:4).

[6]

William Mark Adams (2001).

Green Development: Environment and

Sustainability in The Tthird Wolrd (Second Edition), New York:

Routledge.

Hal. 1.

[7]

John Vogler dan Mark F. Imber (1996).

The Environment and

International Relations,

New York: Routledge. Hal. 5. Adams menjelaskan

bahwa dunia ketiga

(third world)

merupakan istilah yang digunakan untuk

negara-negara yang tidak terlalu bergerak dalam bidang industri. Negara

selatan

(the south)

merupakan negara yang berkembang atau sedang

berkembang. Adapun dunia ketiga juga dapat diartikan pada negara-negara

yang tidak beraliansi dengan negara-negara kapitalis di dunia pertama

(first

world)

dan negara-negara sosialis di dunia kedua

(second world)

(2001:xvii).

[8]

Adams,

Op. Cit

., Hal. 2.

[9]

Eckersley,

Op. Cit.,

Hal. 260.

[10]

O’Neill, Op. Cit., Hal. 18.

[11]

Cynthia Weber (2010).

International Relation Theory: A Critical

Introduction Third Edition

, New York: Routledge. Hal. 192.

[12]

Ibid.

Hal.193.

[13]

Ibid.

Hal. 193-194.

[14]

Eckersley,

Op. Cit.,

Hal.260.

[15]

Ibid

. Hal.262.

[16]

Weber,

Op. Cit.,

Hal. 108.

[17]

James Rosenau (2006).

The Study of World Politic Volume 2,

New York:

Routledge. Hal. 111.

[18]

Matthew Paterson (2001). ‘Green Politics’

dalam ” dalam Burchill, Scott;

Linklater, Andrew et al.

Theories of International Relations, Third

edition

. New York: Palgrave Macmillan. Hal. 237.

[19]

Ibid.

Hal.237.

Referensi

Dokumen terkait

Di lingkup internasional, perubahan-perubahan mendasar dalam dinamika internasional dan globalisasi saat ini dicirikan antara lain, perubahan sistem politik global dari

Meski sudah semakin banyak jumlah perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki jurusan ilmu hubungan internasional, namun buku-buku bacaan mengenai hubungan internasional dalam

Ini berarti bahwa studi ekonomi politik internasional adalah studi tentang hubungan antara politik domestik di berbagai negara dengan ekonomi internasional;

Hubungan kerja sama antarnegara (internasional) di dunia diperlukan guna memenuhi kebutuhan hidup dan eksistensi keberadaan suatu negara dalam tata pergaulan internasional,

Teori rezim berasal dari tradisi liberal yang berpendapat bahwa institusi atau rezim internasional mempengaruhi kelakuan negara- negara (atau aktor internasional

Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel

Mengenal Ilmu Hubungan Internasional || Page 5 of 11 oleh Negara Inggris dengan Ilmu HI Klassik dan kelompok yang menyampaikan Ilmu HI secara.. Empiris seperti Amerika dengan Ilmu

Perang Dunia II berakhir dengan peledakan bom atom di atas Hiroshima dan Nagasaki, yang menandai peralihan dari sistem politik internasional klasik ke sistem