• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI PERJUANGAN HIDUP DALAM NOVEL “SURAT KECIL UNTUK TUHAN” ( Studi Semiologi Representasi Perjuangan Hidup Dalam Novel Surat Kecil Untuk Tuhan ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPRESENTASI PERJUANGAN HIDUP DALAM NOVEL “SURAT KECIL UNTUK TUHAN” ( Studi Semiologi Representasi Perjuangan Hidup Dalam Novel Surat Kecil Untuk Tuhan )."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

REPRESENTASI PERJUANGAN HIDUP DALAM NOVEL

“SURAT KECIL UNTUK TUHAN”

( Studi Semiologi Representasi Perjuangan Hidup

Dalam Novel Surat Kecil Untuk Tuhan )

SKRIPSI

Oleh :

DHIKA WIDYANINTYA

NPM. 0743010264

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

REPRESENTASI PERJUANGAN HIDUP DALAM NOVEL ”SURAT KECIL UNTUK TUHAN”

( Studi Semiologi Representasi Perjuangan Hidup Dalam Novel Surat Kecil Untuk Tuhan )

Disusun Oleh : Dhika Widyanintya

NPM. 0743010264

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi.

Menyetujui, PEMBIMBING

Drs. Kusnarto, M.Si NIP. 19580801 1984022 1001

Mengetahui, DEKAN

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang dibuat untuk

memenuhi tugas akhir dengan judul :

“ REPRESENTASI PERJUANGAN HIDUP DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN ” ( Studi Semiologi Representasi Perjuangan Hidup Dalam Novel Surat Kecil Untuk Tuhan ).

Penelitian yang telah dilalui oleh penulis kurang lebih selama tiga bulan lalu pada

akhirnya membawa hasil sebuah skripsi tentang studi semiologi representasi

perjuangan hidup dalam novel yang berjudul Surat Kecil Untuk Tuhan. Dalam

prosesnya tak hanya kemudahan yang penulis alami namun juga berbagai macam

kesulitan, akan tetapi syukurlah bahwa skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada

waktunya. Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat

kekurangan-kekurangan. Syukur alhamdulillah dalam penyusunan skripsi ini telah

mendapatkan bimbingan dan saran-saran.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi penelitian ini, diantaranya :

1. Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan dalam setiap langkah

penulis.

2. Ibu Suparwati, Ir. M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(4)

3. Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Drs. Kusnarto, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing

penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

5. Papa, Mama, Kakak dan Saudara-saudara tercinta terima kasih atas doa dan

dukungannya baik moral maupun materiil.

6. Untuk Randy Tesar Pahlevy, terimakasih banyak atas dukungan dan

semangat yang membuat penulis tidak malas dan dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik.

7. Untuk teman seperjuanganku: Echy dan Thea terimakasih banyak atas support

dan inspirasi yang telah kalian berikan selama ini, semangat buat kalian

semua.

8. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan, terimakasih banyak

atas dukungannya selama ini.

Penulis menyadari benar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, segala bentuk saran dan kritik yang membangun nilai positif sangat

dinantikan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, bagi semua

yang membutuhkan.

Surabaya, Juni 2011

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 9

1.4.2. Manfaat Praktis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1. Landasan Teori... 10

2.1.1. Buku Sebagai Media Massa Cetak ... 10

2.1.2. Karya Sastra Sebagai Suatu Proses Komunikasi .... 10

2.1.3. Karya Sastra Novel Sebagai Media Komunikasi Massa 12 2.1.4. Novel ... 14

2.1.5. Representasi ... 16

2.1.6. Perjuangan Hidup ... 19

(6)

2.1.8. Metode Roland Barthes ... 23

2.2. Kerangka Berfikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Metode Penelitian ... 34

3.2. Definisi Operasional ... 36

3.3. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

3.4. Corpus ... 39

3.5. Unit Analisis ... 44

3.6. Teknik Pengumpulan Data... 45

3.7. Teknik Analisis Data... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1. Gambaran Objek Penelitian ... 47

4.2. Penyajian dan Analisis Data ... 50

4.2.1. Penyajian Data ... 50

4.2.2. Pengelompokan Data ... 54

4.2.3. Analisis Data ... 58

4.3. Mitos ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

5.1. Kesimpulan ... 87

5.2. Saran ... 88

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ... 22

Gambar 2 ... 27

(8)

ABSTRAKSI

Dhika Widyanintya. REPRESENTASI PERJUANGAN HIDUP DALAM

NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN (Studi Semiologi Representasi

Perjuangan Hidup Dalam Novel Surat Kecil Untuk Tuhan).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah representasi perjuangan hidup dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan.

Teori-teori yang digunakan antara lain adalah buku sebagai media massa cetak, karya sastra sebagai suatu proses komunikasi, karya sastra novel sebagai media komunikasi massa, novel, representasi, perjuangan hidup, semiologi komunikasi dan metode Roland Barthes.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan analisis semiologi Roland Barthes. Dengan subjek penelitian adalah novel Surat Kecil Untuk Tuhan dan objek penelitian adalah teks yang merepresentasikan ‘Perjuangan Hidup’ dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan. Corpusnya adalah semua teks yang merepresentasikan perjuangan hidup dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat 19 leksia yang merepresentasikan perjuangan hidup dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan. Novel ini diceritakan berdasarkan kisah nyata perjuangan seorang gadis remaja untuk tetap bertahan hidup dari penyakit kanker ganas yang di deritanya.

Novel ini di tujukan kepada masyarakat untuk selalu memperjuangkan hidupnya dan cerita dari novel ini dapat dijadikan pengalaman.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada

komunikan dan menimbulkan efek. Pesan yang disampaikan tentunya melalui

perantara sebuah media massa.

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa,

baik cetak ( surat kabar, majalah ) atau elektronik ( radio, televisi ), yang dikelola

suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah

besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim, dan heterogen.

Media massa adalah media yang digunakan untuk menyampaikan

informasi kepada masyarakat. Dalam era globalisasi ini, media informasi telah

dapat dihadirkan dalam berbagai macam dan bentuk. Namun untuk dapat

mencapai sasaran khalayaknya dengan baik, produsen harus mempertimbangkan

dengan sangat cermat dan tepat di dalam pemilihan media apa yang akan

digunakan untuk menyampaikan informasi tersebut. Dalam suatu informasi,

bahasa merupakan unsur yang terpenting, bahasa tidak hanya mencerminkan

‘realitas’ tetapi juga bisa menciptakan suatu ‘realitas’. Tentu saja hal ini tidak

(10)

pandang mereka dalam menafsirkan realitas sosial. Hal tersebut memperlihatkan

bahwa media ‘tidak netral’ pada saat mengkonstruksi realitas sosial yang ada.

Media menentukan aspek-aspek yang ditonjolkan maupun dihilangkan,

menentukan struktur berita yang sesuai dengan kehendak mereka. Dari sisi mana

peristiwa tersebut disorot, bagian mana dari peristiwa yang didahulukan atau

dilupakan, serta bagian mana dari peristiwa yang ditonjolkan atau dihilangkan.

Siapakah yang akan diwawancarai untuk menjadi sumber berita, dan lain

sebagainya. Berita bukanlah representasi dari peristiwa semata, tetapi di dalamnya

juga memuat tentang nilai-nilai lembaga media yang membuatnya ( Tuchman,

1978:10 ).

Media massa menurut Defluer dan Denis merupakan suatu alat yang

digunakan untuk komunikasi dalam penyampaian pesan yang ditranmisikan

dengan menggunakan suatu teknologi, dimana sasaran media tersebut merupakan

khalayak yang besar dan massal yang menyimak dan merasakan terpaan pesan

dengan caranya sendiri ( Winarso, 2005:171 ). Fungsi media massa menurut Jay

Black dan F.C Whitey, yaitu media massa memberikan hiburan, melakukan

persuasi dan sebagai transmisi budaya atau tempat berlalunya nilai-nilai budaya

dan sosial diluar kita ( Winarso, 2005:28 ). Fungsi media massa secara umum

dalam berbagai wacana ada empat fungsi yaitu fungsi penyalur informasi, fungsi

untuk mendidik, fungsi untuk menghibur dan fungsi untuk mempengaruhi.

Keempat fungsi tersebut sangat melekat erat dalam media massa secara utuh dan

(11)

dengan yang lainnya sehingga pelaksanaannya harus dilakukan secara

bersama-sama, tanpa mengesampingkan salah satu diantaranya.

Novel merupakan media komunikasi, melalui media novel itulah

pengarang mengkomunikasikan sebuah pesan. Sementara, kegiatan komunikasi

tidak dapat dipisahkan dengan proses pembentukan makna ( Lindlof, 1995:13 ).

Dalam kajian budaya, segala artifak yang dapat dimaknai disebut sebagai teks

(Lindlof, 1995:5). Novel merupakan salah satu bentuk teks, novel memiliki sifat

polisemi dan membuka peluang pembacanya untuk memaknai sebuah teks

tersebut secara berbeda ( McQuail, 1997:19 ).

Novel modern selama ini lebih banyak diteliti sebagai karya sastra

daripada sebagai media komunikasi modern ( Hoed, 1989:6 ). Sebenarnya sebagai

media massa cetak berbentuk fisik, novel digemari karena mampu tampil secara

individu, personal serta isi pesannya sangat spesifik dan mendalam. Isi pesan

dalam novel saat ini begitu banyak menyajikan gambaran suatu realitas sosial saat

ini. Ditinjau dari penjelasan diatas, maka sebuah karya sastra berbentuk buku

yang dibuat oleh penulis atau pengarang yaitu novel, dapat digolongkan sebagai

sebuah media massa seperti media cetak yang dapat memberikan kehidupan dan

informasi bagi pembacanya. Novel juga memiliki fungsi untuk menghibur dan

persuasif (mempengaruhi) pembacanya. Selain itu novel juga banyak digunakan

untuk keperluan studi, pengetahuan, hobi atau media hiburan dengan penyajian

mendalam yang sangat jarang ditemukan pada media lain.

Sastra ialah karya tulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti

(12)

dunia sastra kosakata yang digunakan seringkali tidak dapat dibedakan dari

kosakata bahasa sehari-hari dalam karya ciptanya, tetapi dengan memberinya

makna yang lebih luas. Dalam sastra, bahasa tidak hanya digunakan untuk

mengungkapkan baik pengalaman sastrawan itu sendiri maupun pengalaman

orang lain tetapi juga dipakai untuk menyatakan suatu hasil. Kata-kata atau idiom

seperti yang biasa kita jumpai dalam bahasa di luar sastra ternyata mampu

memberikan kenikmatan dan keharuan, di samping adanya makna yang tersirat.

Makna yang tersirat itu sering berfungsi sebagai pesan utama pengarang.

Sebagai suatu karya sastra, novel adalah sebuah teks. Novel merupakan

hasil dari performance individu yang berbeda satu sama lain dan muncul sebagai

wujud kreatifitas. Segala sesuatu yang berasal dari pengalaman individu sebagai

makhluk individual maupun sosial adalah tindakan komunikasi. Performance

adalah semua yang berhubungan dengan individu sebagai bagian dari suatu

interaksi dalam masyarakat. Baik bahasa verbal maupun nonverbal yang melekat

pada diri individu. Performance kaya akan simbolisasi yang terdiri dari emosi,

pikiran, personal bearing, style dan cerita. Sebagai salah satu media komunikasi,

novel juga dipersepsi oleh khalayaknya secara berbeda. Dalam memahami dan

memaknai isi media, khalayak melibatkan banyak faktor di dalamnya. Proses

pemaknaan dimungkinkan dengan hadirnya banyak aspek. Aspek individu

berkaitan dengan karakteristis demografis, latar belakang pendidikan dan kelas

sosial melibatkan budaya yang tersosialisasi sejak dini oleh khalayak. Budaya

(13)

terjadi proses pemaknaan dan negoisasi makna antar individu. Individu budaya

timbul sebagai hasil interaksi dan proses komunikasi.

Novel ‘Surat Kecil Untuk Tuhan’ ini ditulis oleh Agnes Davonar. Yang

merupakan dua bersaudara penulis online yang memulai kariernya dari sebuah

blog. Agnes Davonar pernah terpilih menjadi The Most Influeantal Blogger dan

The Best Indonesia Writing Blogger pada tahun 2009. Mereka juga meraih penghargaan penulis online terbaik seasia-pasifik tahun 2010. Novel ini awalnya

hanya diterbitkan secara online dan dibaca lebih dari 350.000 pengunjung. Karena

banyaknya pembaca yang tertarik, maka novel tersebut di cetak secara luas.

Sampai saat ini sudah cetakan ke-8 untuk penerbitan novel tersebut di Indonesia.

Novel ini pun mencetak sukses di Taiwan. Novel ini juga pernah diulas dalam

acara Kick Andy. Bahkan novel tersebut diangkat ke layar lebar, dan filmnya akan

segera ditayangkan.

Alasan penulis memilih novel tersebut karena novel tersebut sedang

menjadi perbincangan khalayak, novel tersebut merupakan best seller dan novel tersebut merupakan kisah nyata. Sehingga penulis tertarik untuk mengulas novel

tersebut. Novel ‘Surat Kecil Untuk Tuhan’ ini adalah sebuah buku yang diangkat

dari kisah nyata perjuangan seorang gadis remaja Indonesia bernama Gita Sesa

Wanda Cantika atau biasa dipanggil Keke melawan kanker ganas yang langka.

Keke yang baru berusia 13 tahun adalah seorang gadis cantik, pintar dan mantan

artis penyanyi cilik yang tiba-tiba divonis mengalami kanker jaringan lunak

pertama kali di Indonesia. Kanker itu menyerang wajahnya dan membuat

(14)

hidupnya hanya tinggal beberapa bulan saja. Mendengar vonis tersebut ayah Keke

tidak menyerah, ia berjuang agar Keke dapat lepas dari vonis kematian.

Perjuangan sang ayah menyelamatkan putrinya begitu mengharukan. Tuhan

memberikan anugerah dalam hidupnya, Keke mampu bertahan bersama kanker itu

selama tiga tahun lamanya. Walau dengan dua puluh lima kali kemoterapi, yang

dapat merontokkan seluruh rambutnya hanya dengan satu kali kemoterapi saja.

Perjuangan Keke untuk melawan kanker membuahkan hasil, Kebesaran Tuhan

membuatnya dapat bersama dengan keluarga serta sahabat yang ia cintai lebih

lama. Keberhasilan Dokter Indonesia menyembuhkan kasus kanker yang baru

pertama kali terjadi pada putri Indonesia ini menjadi prestasi yang membanggakan

sekaligus membuat semua Dokter di Dunia bertanya-tanya. Namun kanker itu

kembali setelah sebuah pesta kebahagiaan sesaat, Keke sadar nafasnya di dunia ini

semakin sempit. Ia tidak marah pada Tuhan, ia bersyukur mendapatkan sebuah

kesempatan untuk bernafas lebih lama. Walau pada akhirnya ia menyerah. Di

nafas terakhir ia menuliskan sebuah surat kecil kepada Tuhan. Surat yang penuh

dengan kebesaran hati remaja Indonesia yang berharap tidak ada air mata lagi di

dunia ini terjadi padanya, terjadi pada siapapun.

Perjuangan Keke sangatlah besar. Dalam vonis kematian yang tinggal

beberapa saat saja, ia mampu membuat vonis itu menjadi lebih lama. Dalam sisa

hidupnya, ia menjadikan segala sesuatu lebih berarti. Tegar dengan keadaannya

yang ada. Dan ia juga memberikan kekuatan dan semangat hidup kepada

orang-orang terdekat yang ia cintai agar lebih kuat dan tegar. Perjuangan adalah usaha

(15)

hidup memiliki makna yang luas dan dapat diartikan ke dalam banyak hal.

Masing-masing individu mempunyai cara yang berbeda dalam menjalani hidup,

dan mempunyai makna yang berbeda dalam mengartikan hidup. Hidup bukan

hanya sebuah rutinitas yang dilakukan setiap hari. Hidup lebih berarti saat belajar

untuk memaknai hidup dengan hal-hal positif baik bagi diri sendri dan orang lain

yang ada di sekitar. Hidup adalah masih bernafas dan bergerak. Hidup adalah

mengalami kehidupan dengan cara tertentu. Hidup adalah mendapatkan rezeki

dengan jalan sesuatu. Hidup adalah kesempatan bagi individu untuk mencurahkan

kemampuan pada orang lain. Hidup adalah kesempatan untuk berbagi suka dan

duka dengan orang-orang yang disayangi. Hidup adalah kesempatan untuk

mengenal orang. Hidup adalah kesempatan untuk melayani orang. Hidup adalah

kesempatan untuk mencintai dan menyayangi orang lain. Hidup adalah

kesempatan untuk selalu bersyukur atas apa yang diberikan oleh tuhan dalam

hidup ini. Hidup adalah kesempatan untuk belajar dan terus belajar tentang arti

hidup itu sendiri. Dalam memperjuangkan sesuatu yang diinginkan maka tidak

bisa langsung begitu saja dapat tercapai melainkan melewati berbagai macam

proses. Dalam proses tersebut tidak boleh putus asa, semua masalah yang

dihadapi pasti ada jalan keluarnya. Orang tua, teman-teman, sahabat, keluarga,

saudara dan orang-orang di sekitar merupakan tempat untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi. Untuk memperjuangkan sesuatu yang dicita-citakan

diperlukan keniatan dan jiwa pantang menyerah. Selalu bersyukur atas apa yang

diberikan oleh Tuhan dan meyakini bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik

(16)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Roland Barthes dalam

memaknai leksia-leksia yang dapat menggambarkan objek yang diteliti. Leksia

yaitu satuan bacaan dengan panjang pendek bervariasi. Roland Barthes

berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan

asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu ( Barthes,

2001:2008 dalam Alex Sobur, 2002:63 ). Menurut Barthes, dalam suatu naskah

atau teks terdapat lima kode yaitu Kode Hermeneutik ( kode teka-teki ), Kode

Semik ( makna konotatif ), Kode Simbolik, Kode Proaretik ( logika tindakan ), Kode Gnomik ( kultural ) yang membangkitkan suatu badan pengetahuan tertentu. Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda

adalah peran pembaca ( the reader ). Konotasi, walaupun sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang

lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua

yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua ini

oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas dibedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah representasi perjuangan hidup yang terdapat dalam novel

(17)

  9

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah representasi

perjuangan hidup dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Dapat memperkaya khasanah penelitian di bidang komunikasi, khususnya

penelitian mengenai analisis pada karya sastra novel.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengetahuan bagi pembaca

terhadap pesan yang coba disampaikan dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan.

Dan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang menggeluti dunia sastra yang

(18)

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Buku Sebagai Media Massa Cetak

Dalam sejarahnya, buku termasuk media massa cetak yang dianggap

mampu menyampaikan pesan secara mendalam. Terlebih lagi dengan banyaknya

kelebihan yang dimilikinya seperti mudah dibawa kemana saja dan yang paling

penting terdokumentasi permanen. Namun sayangnya hanya bisa dinikmati oleh

mereka yang melek huruf ( Cangara, 2005:128 ). Buku sebagai media massa juga

merupakan transmisi warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya. Media

cetak seperti buku mampu memberikan pemahaman yang lebih kepada

pembacanya. Melalui sebuah buku, penulis atau penyusunnya dapat berbagi

banyak hal seperti ilmu pengetahuan, pengalaman, bahkan imajinasi kepada

pembacanya sehingga buku banyak digunakan untuk keperluan studi,

pengetahuan, hobi atau media hiburan dengan penyajian mendalam.

2.1.2. Karya Sastra Sebagai Suatu Proses Komunikasi

Dalam suatu karya sastra hubungan antara pengarang dan pembaca harus

dipahami dengan hubungan yang bermakna, sebagai pola-pola hubungan yang

terbuka dan produktif dengan implikasi sosial, bukan sebagai kualitas yang

(19)

memungkinkan untuk mengadakan komunikasi timbal balik. Pengarang

menelusuri secara terus-menerus signifikasi fungsi-fungsi sosial interaksi simbolis

dalam aktifitas kehidupan manusia. Di pihak lain, sesuai dengan hakekat rekaan,

pengarang menghubungkan dengan kualitas imaginatif dan kreatif yang dengan

sendirinya berfungsi untuk menopang kehidupan sastra secara keseluruhan.

Komunikasi sastra merupakan komunikasi tertinggi sebab melibatkan mekanisme

unsur-unsur yang paling luas.

Karya sastra sebagai salah satu bentuk kreatifitas kultural sebagai

representasi super struktur ideologis, dipandang sebagai gejala-gejala sosial yang

terdiri dari sistem informasi yang sangat rumit. Di satu pihak karya sastra

merupakan respon-respon interaksi sosial, yaitu gejala sosial sebagai akibat antara

hubungan pengarang dan masyarakat. Di pihak lain karya sastra menyediakan

dunia rekaan bagi pembacanya. Dalam pengertian yang terakhir inilah

sesungguhnya terletak gagasan-gagasan mengenai komunikasi sastra. Analisis

struktur karya sastra selalu dalam kaitannya dengan struktur sosial. Artinya

semesta, tokoh dan peristiwa dipahami dalam kerangka pemahaman bersama.

Pemahaman tersebut bukan untuk menemuukan makna tunggal, bukan juga untuk

menemukan makna yang sesuai dengan objek kreator. Sebaliknya, pemahaman

justru mengarahkan pada keragaman interpretasi yang diperoleh dengan cara

mengungkapkan totalitas isi yang terkandung di dalamnya. Interaksi simbolik

dalam karya sastra merupakan representasi kehidupan sehari-hari dengan cara

(20)

Karya sastra khususnya novel, dengan peralatan formalnya, semakin lama

semakin dirasakan sebagai aktifitas yang benar-benar memiliki fungsi integral

dalam struktur sosial. Dalam proses komunikasi, karya sastra dianggap sebagai

gejala yang sarat dengan referensi-referensi sosial, yang pada dasarnya sangat

bermanfaat dalam pengembangan hubungan-hubungan sosial. Karena itulah

Duncan menyatakan bahwa kekuatan seni yang sesungguhnya terletak dalam

kapasitasnya untuk menerobos tembok pemisah antar manusia (Ratna, 2003:134).

Karya sastra sebagai proses komunikasi menyediakan pemahaman yang

sangat luas. Menurut Duncan, dalam karya seni terkandung bentuk-bentuk ideal

komunikasi, karena karya seni menyajikan pengalaman dalam kualitas antar

hubungan ( Ratna, 2003:142 ).

2.1.3. Karya Sastra Novel Sebagai Media Komunikasi Massa

Semua makhluk di dunia ini melakukan komunikasi tetapi hanya

komunikasi yang menggunakan simbol. Sesuai dengan pendapat Danwey dan

Duncan memandang bahwa masyarakat lahir dalam dan melalui komunikasi

simbol-simbol bermakna. Mekanisme melalui hubungan-hubungan lisan dan

tulisan dianggap sebagai cara-cara berkomunikasi yang paling konstan dan lazim

dalam kehidupan sosial, dengan sendirinya merupakan pondasi sumber dan energi

bagi semua aktifitas. Paradigma behaviorisme antara hubungan bersifat tidak

terkait ruang dan waktu.

Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan dari komunikator

(21)

televisi, radio, koran, majalah, buku, film, dan bertujuan untuk mengirim sejumlah

pesan kepada khalayak yang tersebar dan heterogen.

Menurut De Fleur dan Dennis Mc Quail dalam Genarsih ( 2006:33 ),

menjelaskan bahwa buku atau novel termasuk dalam perkembangan media massa.

Perkembangan buku dan dibangunnya perpustakaan diberbagai Negara Eropa

Barat dimasa abad 15 Masehi memberikan awal baru bagi perkembangan media

massa. Secara garis besar media komunikasi massa dapat digolongkan ke dalam

dua hal, yaitu media cetak atau print (buku, majalah, surat kabar, dan film

(khususnya film komersial)), serta media broadcasting yaitu radio dan televisi. Media cetak sebagai salah satu bentuk media komunikasi umumnya memiliki

fungsi sebagai pemberi informasi, artikel majalah yang lebih bersifat

mempengaruhi, dan novel yang mempunyai fungsi utama untuk menghibur.

Selain itu novel juga memberi informasi dan mempersuasi pembacanya.

Selanjutnya, DR. Nyoman Kutha Ratna mengatakan bahwa komunikasi

sastra merupakan komunikasi tertinggi, karena melibatkan mekanisme

unsur-unsur yang paling luas. Schmidt misalnya, menjelaskan bahwa komunikasi sastra

melibatkan proses total yang meliputi: a). Produksi teks, yaitu aktifitas pengarang

dalam menghasilakn teks tertentu, b). Teks itu sendiri dengan berbagai

problematikanya, c). Transmisi teks melalui editor, penerbit, toko-toko buku, dan

pembaca nyata, dan d). Penerima teks, melalui aktivitas pembaca, khususnya

pembaca implisit. Hubungan karya sastra dengan masyarakat merupan

(22)

saling menjelaskan fungsi-fungsi perilaku sosial yang terjadi pada saat-saat

tertentu ( Ratna, 2003:137 ).

2.1.4. Novel

Menurut Cecep Syamsul Hari (www.kompas.com), istilah novel berasal

dari Italia, novella, yaitu prosa naratif fiksional yang panjang dan kompleks, yang

secara imajinatif berjalin-kelindan dengan pengalaman manusia melalu suatu

rangkaian peristiwa yang saling berhubungan satau sama lain dengan melibatkan

sekelompok atau sejumlah orang (tokoh, karakter) di dalam latar (setting) yang

spesifik. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua, novel

diartikan sebagai karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan

watak dan sifat pelaku.

Dalam arti umum novel diartikan sebagai bentuk karya sastra, novel

merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak sekadar serangkaian tulisan yang

menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun

dari unsur-unsur yang terpadu.

Novel merupakan salah satu jenis buku dalam bentuk sastra, sama seperti

media cetak lainnya, novel juga memberikan informasi pada pembacanya. Selain

itu novel juga berfungsi menghibur dan mempersuasi pembacanya ( Keraf,

(23)

Novel sebagai salah satu karya sastra merupakan salah satu bahasa untuk

berkomunikasi dengan bidang-bidang lainnya yang berkembang sesuai dengan

perubahan masyarakat dimana ia hidup ( Sunardi, 2004:14 ).

Novel merupakan bentuk karya sastra paling populer di dunia. Bentuk

sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasi yang luas pada

masyarakat sebagai bahan bacaan. Novel dapat dibagi menjadi dua golongan

yaitu, novel serius dan novel hiburan. Novel serius adalah novel yang apabila

membacanya membutuhkan suatu konsentrasi dan pemahaman yang tinggi,

sedangkan novel hiburan adalah novel yang berisi tentang hiburan dan apabila

membacanya tidak terlalu membutuhkan konsentrasi dan pemahaman yang tinggi.

Syarat utama novel adalah karya yang menarik, menghibur dan mendatangkan

rasa puas bagi pembacanya.

Untuk menyajikan material kultural, dibandingkan dengan puisi, bahkan

juga drama, novel memiliki medium naratifitasyang sangat kaya. Secara

kronologis, transmisi material kultural ke dalam karya meliputi pengamatan dan

penelitian, penulis dan penyebaran, pembaca dan penilaian ( Ratna, 2003:44 ).

Isi pesan novel menjadi penting jika berkaitan dengan fungsi novel yang

dikemukakan oleh Culler, yaitu novel merupakan wacana yang di dalamnya dan

lewatnya masyarakat mengartikulasikan dunia. Di dalam novel kata-kata disusun

sedemikian rupa agar melalui aktivitas pembacaan akan muncul suatu model

mengenai suatu dunia sosial, model-model personalitas individual, model

hubungan dengan masyarakat. Dan yang lebih penting lagi, model signifikasi dari

(24)

Schmidt menjelaskan bahwa sastra melibatkan proses total meliputi :

1. Produksi teks, yaitu aktivitas pengarang dalam menghasilkan teks

tertentu.

2. Teks itu sendiri, yaitu berbagai problematika dalam karya sastra.

3. Transmisi teks, yaitu melalui editor, penerbit, tokoh-tokoh buku dan

sampai pada pembaca.

4. Penerima teks, yaitu melalui segala aktifitas pembaca.

2.1.5. Representasi

Representasi menunjuk baik pada proses maupun produk dari pemaknaan

suatu tanda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep

ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang konkret. Representasi adalah

konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan

yang tersedia seperti dialog, tulisan, video, film, fotografi dan sebagainya. Secara

ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa.

Menurut Stuart Hall ( 1997 ), representasi adalah salah satu praktek

penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang

sangat luas, kebudayaan menyangkut ‘pengalaman berbagi’. Seseorang dikatakan

berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu

membagi pengalaman yang sama, membagi kode kebudayaan-kebudayaan yang

sama, berbicara dalam bahasa yang sama dan saling berbagi konsep-konsep yang

(25)

Stuart Hall mengemukakan ada dua macam sistem representasi. Pertama

‘representasi mental’ yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yang ada di kepala kita

masing-masing ( peta konseptual ). Representasi mental ini masih berbentuk

sesuatu yang abstrak. Kedua ‘bahasa’ yang berperan penting dalam proses

konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada di dalam kepala kita harus

diterjemahkan dalam bahasa yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan

konsep dan ide tentang sesuatu dengan tanda dan simbol tertentu.

Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan

mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem

‘peta konseptual’ kita. Dalam proses kedua dengan bahasa atau simbol yang

berfungsi mempresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara

‘sesuatu’, ‘peta konseptual’ dan bahasa atau simbol adalah jantung dari produksi

makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara

bersama-sama itulah yang kita namakan representasi.

Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan

pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Intinya adalah

makna tidak inheren dalam sesuatu di dunia ini, selalu dikonstruksikan dan

diproduksi lewat proses representasi. Merupakan hasil dari praktek penandaan.

Praktek yang membuat sesuatu hal bermakna sesuatu.

Representasi adalah cara media menampilkan seseorang, kelompok dan

gagasan atau pendapat tertentu. Ada dua hal yang berkaitan dengan representasi

(26)

ditampilkan sebagaimana semestinya, apa adanya ataukah diburukkan.

Penggambaran yang tampil bisa jadi adalah penggambaran yang buruk dan

cenderung memojokkan seseorang atau kelompok tertentu. Hanya citra buruk saja

yang ditampilkan sementara citra atau sisi yang baik luput dari penampilan.

Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan dengan kata, kalimat,

aksentuasi dan bantuan foto macam apa seseorang atau kelompok atau gagasan

atau pendapat tersebut ditampilkan dalam program pemberitaan kepada khalayak.

Bahwa persoalan utama dalam representasi adalah bagaimana realitas atau objek

ditampilkan ( Eriyanto, 2001:113 ).

Menurut John Fiske, saat menampilkan objek, peristiwa, gagasan atau

pendapat dan kelompok atau seseorang paling tidak ada tiga proses. Level

pertama, peristiwa yang ditandakan ( encode ) sebagai realitas yaitu bagaimana

peristiwa itu dikonstruksikan sebagai realitas. Di sini realitas selalu siap

ditandakan, ketika kita menganggap dan mengkonstruksi peristiwa tersebut

sebagai suatu realitas. Level kedua, ketika memandang sesuatu sebagai realitas

pertanyaan berikutnya adalah bagaimana realitas itu digambarkan. Di sini

menggunakan perangakt secara teknis. Dalam bahasa tulis yang disebut alat teknis

adalah kata, kalimat atau proposisi, grafik dan sebagainya. Pemakaian kata,

kalimat atau proposisi tertentu misalnya membawa makna tertentu ketika diterima

oleh khalayak. Level ketiga, bagaimana kode-kode representasi dihubungkan dan

diorganisasikan ke dalam koherensi sosial seperti kelas sosial atau kepercayaan

dominan yang ada dalam masyarakat. Menurut Fiske ketika kita melakukan

(27)

2.1.6. Perjuangan Hidup

Perjuangan adalah usaha yang penuh dengan kesukaran untuk

mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Arti hidup memiliki makna yang luas dan

dapat diartikan ke dalam banyak hal. Masing-masing individu mempunyai cara

yang berbeda dalam menjalani hidup, dan mempunyai makna yang berbeda dalam

mengartikan hidup. Hidup bukan hanya sebuah rutinitas yang dilakukan setiap

hari. Hidup lebih berarti saat belajar untuk memaknai hidup dengan hal-hal positif

baik bagi diri sendri dan orang lain yang ada di sekitar. Hidup adalah masih

bernafas dan bergerak. Hidup adalah mengalami kehidupan dengan cara tertentu.

Hidup adalah mendapatkan rezeki dengan jalan sesuatu. Hidup adalah kesempatan

bagi individu untuk mencurahkan kemampuan pada orang lain. Hidup adalah

kesempatan untuk berbagi suka dan duka dengan orang-orang yang disayangi.

Hidup adalah kesempatan untuk mengenal orang. Hidup adalah kesempatan untuk

melayani orang. Hidup adalah kesempatan untuk mencintai dan menyayangi

orang lain. Hidup adalah kesempatan untuk selalu bersyukur atas apa yang

diberikan oleh tuhan dalam hidup ini. Hidup adalah kesempatan untuk belajar dan

terus belajar tentang arti hidup itu sendiri ( Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,

Tim Media ). Dalam memperjuangkan sesuatu yang diinginkan maka tidak bisa

langsung begitu saja dapat tercapai melainkan melewati berbagai macam proses.

Dalam proses tersebut tidak boleh putus asa, semua masalah yang dihadapi pasti

ada jalan keluarnya. Orang tua, teman-teman, sahabat, keluarga, saudara dan

(28)

dihadapi. Untuk memperjuangkan sesuatu yang dicita-citakan diperlukan keniatan

dan jiwa pantang menyerah. Selalu bersyukur atas apa yang diberikan oleh Tuhan

dan meyakini bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk siapa pun.

Menurut Danang Eko Nuryanto, perjuangan hidup adalah perjuangan

hidup yang dewasa ini hendaknya tidak diartikan sebagai perjuangan individual.

Akan tetapi sebagai perjuangan bersama. Perjuangan untuk mewujudkan keadilan.

Perjuangan memerangi kemiskinan, kebodohan, dan eksploitasi. Perjuangan hidup

adalah layaknya pohon yang berakarkan masalah tapi berbuah kesuksesan ( Anne

Ahira ).

Arti hidup dalam novel tersebut adalah perjuangan seorang anak untuk

tetap bertahan hidup lebih lama. Dan berusaha untuk bisa sembuh dari penyakit

yang dideritanya dengan melalui cara apapun. Perjuangannya begitu gigih dan

bersemangat. Begitu juga pun dengan perjuangan orang-orang disekitarnya yang

tetap tegar dan tidak menyerah.

2.1.7. Semiologi Komunikasi

Secara estimologi, istilah semiotic adalah dari bahasa yunani semein yang

berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu atas dasar konvensi

sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (

Sobur, 2006:16 ). Dalam Sobur, semiologi adalah suatu ilmu atau metode analisis

untuk mengkaji tanda. Tanda itu hanya mengemban arti signifikan dalam

(29)

dengan apa yang ditandakan. Sedangkan definisi semiologi adalah suatu ilmu atau

metode analisis untuk mengkaji tanda dan makna ( Sobur, 2006:17 ).

Semiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang tanda. Semiologi

kualitatif interaktif adalah metode yang memfokuskan pada tanda dan teks sebagai

objek kajian, bagaimana menafsirkan dan memahami kode di balik tanda dan teks

tersebut.

Hingga kini kajian semiologi dibedakan ke dalam dua jenis yaitu

semiologi komunikasi dan semiologi signifikasi. Semiologi komunikasi adalah

menekankan pada teori produksi tanda yang diantaranya yaitu penerimaan kode (

sistem tanda ), pesan, saluran komunikasi dan acuan hal yang dibicarakan ( Sobur,

2006:15 ). Sedangkan semiologi signifikasi adalah semiologi yang mempelajari

relasi elemen-elemen tanda dalam suatu sistem, berdasarkan aturan main dan

konvensi tertentu ( Sobur, 2006:16 ). Pendekatan Semiologi Roland Barthes

secara khusus tertuju kepada jenis tuturan ( Speech ) yang disebutnya sebagai

mitos (Myth).

Menurut Barthes, bahasa membutuhkan kondisi tertentu untuk menjadi

mitos yaitu secara semiologi dicirikan oleh hadirnya sebuah tataran signifikasi

yang disebut sebagai sistem semiologi tingkat dua ( the second order semiological

system ). Maksudnya pada tataran bahasa atau semiologi tingkat pertama ( the

first order semiological system ) penanda-penanda berhubungan dengan

petanda-petanda sedemikian hingga menghasilkan tanda ( Barthes, 1983 dalam Budiman,

(30)

Tataran 1 Tataran 2

Realitas Tanda Kultur

 

Gambar 1 Signifikasi 2 Tahap Barthes

Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan ( triggered

system ) yang memungkinkan untuk menghasilkan makna yang juga

bertingkat-tingkat yaitu bertingkat-tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah bertingkat-tingkat pertandaan

yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan

rujukan pada realitas yang menghasilkan makna eksplisit, adalah makna pada apa

yang tampak. Sedangkan denotatif merupakan tanda yang penandanya

mempunyai tingkat konvensi atau kesepakatan tinggi.

Tataran pada awal akan dimaknai secara denotatif kemudian tanda akan

dimaknai konotatif dengan menggunakan kode-kode pembacaan dan memperoleh

pemaknaan konotasi tersebut secara mendalam digunakan mitos yang dibagi ke

dalam dua tahap penalaran atau sistem semiologikal. Tanda akan dimaknai secara

(31)

2.1.8. Metode Roland Barthes

Menurut Saussure, elemen-elemen semiologi dijelaskan dalam suatu

kesatuan yang dapat dipisahkan dari dua bidang seperti hak selembar kertas, yaitu

bidang penanda ( signifier ) yang merupakan citraan atau kesan mental dari

sesuatu yang bersifat verbal ataupun visual seperti tulisan, suara atau benda. Dan

bidang petanda (signified ) yang merupakan konsep abstrak atau makna yang

dihasilkan tanda.

Roland Barthes berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda

yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu

tertentu ( Barthes, 2001:2008 dalam Alex Sobur, 2002:63 ).

Dalam suatu naskah atau teks terdapat lima kode yang ditinjau dan

dieksplisitkan oleh Barthes adalah yaitu Kode Hermeneutik ( kode teka-teki ), Kode Semik ( makna konotatif ), Kode Simbolik, Kode Proaretik ( logika tindakan ), Kode Gnomik ( kultural ) yang membangkitkan suatu badan pengetahuan tertentu. Lima kode yang ditinjau oleh Barthes, yaitu :

1. Kode Hermeneutik ( kode teka-teki ) berkisar pada harapan pembaca untuk mendapatkan ‘kebenaran’ bagi pertanyaan yang muncul dalam teks. Kode

teka-teki merupakan unsur struktur yang utama dalam narasi tradisional.

Di dalam narasi ada suatu kesinambungan antara pemunculan suatu

(32)

2. Kode Semik ( makna konotatif ) banyak menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat bahwa

konotasi kata atau frase tertentu dalam teks dapat dikelompokkan dengan

konotasi kata atau frase yang mirip. Jika kita melihat suatu kumpulan

satuan konotasi, kita menemukan suatu tema di dalam cerita. Jika sejumlah

konotasi melekat pada suatu nama tertentu, kita dapat mengenali suatu

tokoh dengan atribut tertentu. Perlu dicatat bahwa Barthes menganggap

denotasi sebagai konotasi yang paling kuat dan paling ‘akhir’.

3. Kode Simbolik merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling khas

bersifat struktural, atau tepatnya menurut konsep Barthes, pascastruktural.

Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa makna berasal dari beberapa

oposisi biner atau pembedaan-baik dalam taraf bunyi menjadi fonem

dalam proses produksi wicara, maupun pada taraf oposisi psikoseksual

yang melalui proses. Misalnya, seorang anak belajar bahwa ibunya dan

ayahnya berbeda satu sama lain dan bahwa perbedaan ini juga membuat

anak itu sama dengan satu diantara keduanya dan berbeda dari yang

lain-atau pun pada taraf pemisahan dunia secara kultural dan primitif menjadi

kekuatan dan nilai-nilai yang berlawanan yang secara mitologis dapat

dikodekan. Dalam suatu teks verbal, perlawanan yang bersifat simbolik

seperti ini dapat dikodekan melalui istilah-istilah retoris seperti antitesis,

yang merupakan hal yang istimewa dalam sistem simbol Barthes.

4. Kode Proaretik ( logika tindakan / lakuan ) dianggapnya sebagai

(33)

yang bersifat naratif. Jika Aristoteres dan Todorov hanya mencari

adegan-adegan utama atau alur utama, secara teoretis Barthes melihat semua

lakuan dapat dikodifikasi, dari terbukanya pintu sampai petualangan yang

romantis. Pada praktiknya, ia menerapkan beberapa prinsip seleksi. Kita

mengenal kode lakuan atau peristiwa karena kita dapat memahaminya.

Pada kebanyakan fiksi, kita selalu mengharap lakuan di-‘isi’ sampai

lakuan utama menjadi perlengkapan utama suatu teks ( seperti pemilahan

ala Todorov ).

5. Kode Gnomik ( kultural ) banyak jumlahnya. Kode ini merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya.

Menurut Barthes, realisme tradisional didefinisi oleh acuan ke apa yang

telah diketahui. Rumusan suatu budaya atau subbudaya adalah hal-hal

kecil yang telah dikodifikasi yang di atasnya para penulis bertumpu.

Tujuan analisis Barthes ini, menurut Lechte ( 2001:196 ), bukan hanya

untuk membangun suatu sistem klasifikasi unsur-unsur narasi yang sangat formal,

namun lebih banyak untuk menunjukkan bahwa tindakan yang paling masuk akal,

rincian yang paling meyakinkan atau teka-teki yang paling menarik merupakan

produk buatan dan bukan tiruan dari yang nyata.

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang

tanda adalah peran pembaca ( the reader ). Konotasi, walaupun sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang

(34)

yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sastra merupakan

contoh paling jelas sistem pemaknaan tataran kedua yang dibangun di atas bahasa

sebagai sistem yang pertama. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan

konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas dibedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama. Melanjutkan studi Hjelmslev, Barthes

menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja ( Cobley & Jansz, 1999 ) :

1. Signifier

( penanda )

2. Signified

( petanda )

4. CONNOTATIVE SIGNIFIER

( PENANDA KONOTATIF )

5. CONNOTATIVE SIGNIFIED

( PETANDA KONOTATIF )

6. CONNOTATIVE SIGN ( TANDA KONOTATIF )

3. Denotative Sign ( tanda denotatif )

Gambar 2 Peta Tanda Roland Barthes

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas

penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif

(35)

material : hanya jika anda mengenal tanda ‘singa’, barulah konotasi seperti harga

diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin ( Cobley & Jansz, 1995:51 ).

Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna

tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi

keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi

penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran

denotatif ( Sobur, 2004:69 ).

Secara lebih rinci, linguistik pada dasarnya membedakan tingkat ekspresi

dan tingkat isi yang keduanya dihubungkan oleh sebuah relasi. Kesatuan dari

tingkat-tingkat dan relasinya ini membentuk sebuah sistem. Sistem demikian ini

dapat di dalam dirinya sendiri menjadi unsur sederhana dari sebuah sistem kedua

yang akibatnya memperluasnya. Mengacu pada Hjelmslev, Barthes sependapat

bahwa bahasa dapat dipilih menjadi dua sudut artikulasi demikian ( Barthes, 1983

dalam Kurniawan, 2001:67 ).

Barthes mengatakan suatu karya atau teks merupakan sebuah bentuk

konstruksi belaka, maka seseorang harus melakukan rekonstruksi dan

bahan-bahan yang tersedia, yang tak lain adalah teks itu sendiri apabila ingin

menemukan makna di dalamnya. Yang dilakukan Barthes dalam proyek

rekonstruksi, paling awal adalah teks atau wacana naratif yang terdiri dari atas

penanda-penanda tersebut dipilah-pilah terlebih dahulu menjadi serangkaian

(36)

dengan panjang pendek bervariasi. Sebuah leksia dapat berupa satu-dua kata,

kelompok kata, beberapa kalimat atau beberapa paragraf ( Kurniawan, 2001:93 )

Mitos adalah kepercayaan atau keyakinan pada jaman dahulu dan masih

dianggap atau dipercaya oleh masyarakat sampai saat ini. Sistem mitos pada novel

“Surat Kecil Untuk Tuhan” adalah bahwa orang-orang yang akan meninggal

memiliki tanda-tanda atau keanehan dalam tingkah laku. Dalam sebuah hadist

yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra, terdapat tanda-tanda orang yang akan

meninggal, yaitu :

1. Tanda 100 Hari Sebelum Hari Mati

Ini adalah tanda pertama dari Allah SWT kepada hambanya dan hanya

akan disadari oleh mereka-mereka yang dikehendaki-Nya. Walau bagaimanapun

semua orang Islam akan mendapat tanda ini tergantung pada mereka, sadar atau

tidak. Tanda ini akan terjadi biasanya sesudah waktu Ashar. Seluruh tubuh dari

ujung rambut sampai ujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan

menggigil. Contoh : Seperti sapi yang baru disembelih, jika diperhatikan dengan

teliti, kita akan mendapati seakan-akan daging itu bergetar. Bagi mereka yang

sadar dan berdetik di hati mungkin ini adalah tanda kematian, maka getaran ini

akan berhenti dan hilang setelah kita sadar akan kehadiran tanda ini. Bagi mereka

yang tidak diberi kesadaran atau mereka yang hanyut dengan kenikmatan dunia

tanpa memikirkan kematian, tanda ini akan lenyap begitu saja tanpa ada manfaat.

Bagi yang sadar akan tanda ini, maka ini adalah peluang terbaik untuk

memanfaatkan masa yang ada untuk mempersiapkan diri dengan amalan dan

(37)

2. Tanda 40 Hari Sebelum Hari Mati

Tanda ini juga berlaku sesudah waktu Ashar. Bagian pusat tubuh kita akan

berdenyut-denyut. Pada saat ini, daun yang bertuliskan nama kita akan gugur dari

pohon yang letaknya di atas Arasy Allah SWT. Maka malaikat maut akan

mengambil daun tersebut dan mulai mempersiapkan segala sesuatunya atas kita,

diantaranya ia akan mulai mengikuti kita sepanjang hari. Akan tiba saatnya

malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas. Jika ini terjadi, mereka

yang terpilih akan merasakan seakan-akan bingung seketika. Adapun malaikat

maut ini wujudnya hanya seseorang tapi kemampuannya untuk mencabut nyawa

adalah bersamaan dengan jumlah nyawa yang akan dicabut.

3. Tanda 7 Hari Sebelum Hari Mati

Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan

penyakit atau sakit, di mana orang sakit yang jarang mau makan tiba-tiba

berselera makan.

4. Tanda 3 Hari Sebelum Hari Mati

Pada waktu ini akan terasa denyutan di bagian tengah dahi kita. Jika tanda

ini bisa dirasakan, maka berpuasalah kita supaya perut kita tidak mengandung

banyak najis dan ini akan memudahkan orang yang akan memandikan kita. Saat

ini, bola mata kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit, bagian

hidungnya akan perlahan-lahan jatuh, ini dapat dilihat jika kita melihatnya dari

(38)

masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terjulur akan perlahan-lahan jatuh ke

depan dan sukar di tegakkan.

5. Tanda 1 Hari Sebelum Hari Mati

Akan datang setelah waktu Ashar. Kita akan merasakan satu denyutan di

bagian belakang, yaitu di bagian ubun-ubun, yang menandakan kita tidak akan

sempat menemui waktu Ashar hari berikutnya.

6. Tanda Akhir

Kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bagian pusat dan hanya akan

turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bagian tenggorokan. Pada waktu

ini hendaklah kita terus mengucap kalimat Syahadat dan berdiam diri menantikan

kedatangan malaikat maut. Sebaiknya bila sudah merasa tanda yang akhir sekali,

mengucap dalam diam dan jangan lagi bercakap-cakap.

2.2. Kerangka Berfikir

Hubungan karya sastra dengan masyarakat merupakan kompleksitas

hubungan yang bermakna, antar hubungan yang bertujuan saling menjelaskan

fungsi sosial yang terjadi pada saat tertentu.

Novel merupakan bentuk karya sastra paling populer di dunia, novel

mampu membuat pembaca atau individu ikut larut dalam isi dari cerita novel

(39)

novel tersebut tentang peristiwa atau objek. Seorang penulis novel menyampaikan

pesan komunikasinya melalui sebuah teks dari novel itu sendiri.

Dalam penelitian ini, melalui novel masyarakat dapat membangun model

mengenai suatu dunia sosial, model personalitas individual dan model hubungan

masyarakat. Selain itu novel juga dijabarkan dan digali maknanya dengan

menggunakan pendekatan semiotik, tanda yang berupa indeks yang paling banyak

dicari, yaitu tanda-tanda yang menunjukkan hubungan sebab-akibat. Peneliti harus

menemukan konfensi-konfensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai

suatu makna.

Dalam hubungannya dengan penggambaran perjuangan hidup pada Gita

Sesa Wanda Cantika atau Keke dalam novel dengan menggunakan leksia dan lima

kode pembacaan. Penggambaran perjuangan hidup dalam novel “Surat Kecil

Untuk Tuhan” akan diinterpretasikan melalui dua tahap yaitu, pertama peneliti

akan memilih penanda-penandanya ke dalam serangkaian fragmen ringkas yang

disebut dengan leksia, yaitu satuan pembaca ( units of reading ) dengan

menggunakan kode-kode pembacaan yang terdiri dari lima kode yang meliputi

Kode Hermeneutik ( kode teka-teki ), Kode Semik ( makna konotatif ), Kode

Simbolik, Kode Proaretik ( logika tindakan ), Kode Gnomik ( kultural ).

Pada tahap kedua novel sebagai sebuah bahasa pada tataran signifikasi

akan dianalisis secara metologi pada tataran bahasa atau sistem semiologi tingkat

(40)

 

32

1. Dalam tataran Linguistik, yaitu sistem semiologi tingkat pertama

penanda-penanda sedemikian sehingga menghasilkan tanda.

2. Dalam tataran mitos, yaitu semiologi lapis dua, tanda-tanda pada tataran

pertama ini pada gilirannya hanya akan menjadi penanda-penanda yang

berhubungan pula pada petanda-petanda pada tataran kedua.

Dengan demikian pada akhirnya peneliti akan menghasilkan interpretasi

yang mendalam dan tidak dangkal. Disertai dengan bukti dari

pendekatan-pendekatan yang dilakukan secara ilmiah. Seperti yang tertera dalam gambar

berikut ini :

Novel “Surat Kecil

Untuk Tuhan”

Analisis menggunakan

Metode Roland Barthes

Hasil interpretasi

data

(41)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti kondisi suatu obyek yang alamiah dimana peneliti

merupakan instrumen kunci. Selain itu, metode kualitatif juga berusaha untuk

memahami tingkah laku manusia yang tidak cukup hanya dengan surface

behavior semata, tetapi juga melihat perspektif dalam diri manusia untuk mempunyai gambaran yang utuh tentang manusia dan dunianya (Mulyana,

2001:32). Realitas dilihat sebagai sesuatu yang kompleks, antara satu sama lain

berhubungan sehingga merupakan satu kesatuanyang bulat dan bersifat holistik.

Penelitian ini menggunakan pendekatan semiologi Roland Barthes.

Barthes adalah salah satu tokoh semiotik komunikasi yang menganut aliran

semiologi komunikasi strukturalisme Ferdiand de Saussure. Semiologi strukturalis

Saussure lebih menekankan pada linguistik. Menurut Kirk dan Miller, penelitian

kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya

sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan

(42)

Barthes bersama dengan Levi-Strauss adalah tokoh awal yang

mencetuskan paham struktural dan yang meneliti sistem tanda dalam budaya

(Putranto, 2005:117). Sastra adalah salah satu bentuk budaya yang ada dalam

masyarakat yang dapat diteliti. Selain itu Barthes juga berpendapat bahwa bahasa

adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu

masyarakat tertentu dalam waktu tertentu ( Sobur, 2004:63 ). Bahasa merupakan

suatu sistem tanda yang memuat penanda. Sistem kedua terbangun dengan

menjadikan penanda dan petanda tingkat pertama sebagai petanda baru yang

kemudian memiliki penanda baru sendiri dalam suatu sistem tanda baru pada taraf

yang lebih tinggi. Sistem tanda pertama kadang disebut dengan istilah denotasi

atau sistem retoris atau mitologi ( Kurniawan, 2001:115 ).

Untuk memberikan ruang atensi yang lebih lapang bagi diseminasi makna

dan pruralitas teks, Barthes mencoba memilah-milah penanda-penanda pada

wacana naratif ke dalam serangkaian fragmen ringkas dan beruntun yang

disebutnya sebagai leksia, yaitu unit pembacaan ( unit of reading ) dengan

panjang pendek bervariasi.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan sebuah studi semiologi

untuk menggambarkan representasi perjuangan hidup yang dialami Gita Sesa

Wanda Cantika atau Keke dalam novel “Surat Kecil Untuk Tuhan” karya Agnes

Davonar.

(43)

Perjuangan hidup yang terdapat dalam novel “Surat kecil Untuk Tuhan”

adalah sebuah perjuangan seorang gadis remaja yang bernama Gita Sesa Wanda

Cantika atau Keke untuk melawan penyakit kanker jaringan lunak yang di

deritanya. Keke berjuang agar ia tetap dapat mempertahankan hidupnya. Tidak

hanya Keke yang berjuang, tetapi orang-orang disekitarnya. Terutama ayah Keke

yang berjuang tiada henti untuk mencari dan mendapatkan pengobatan terbaik dan

dapat menyembuhkan Keke. Keke dan ayahnya tidak berhenti untuk berusaha dan

menyerah, tetapi mereka justru lebih bersemangat untuk memperjuangkan

hidupnya.

Mitos adalah kepercayaan atau keyakinan pada jaman dahulu dan masih

dianggap atau dipercaya oleh masyarakat sampai saat ini. Sistem mitos pada novel

“Surat Kecil Untuk Tuhan” adalah bahwa orang-orang yang akan meninggal

memiliki tanda-tanda atau keanehan dalam tingkah laku. Dalam sebuah hadist

yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra, terdapat tanda-tanda orang yang akan

meninggal, yaitu :

1. Tanda 100 Hari Sebelum Hari Mati

Ini adalah tanda pertama dari Allah SWT kepada hambanya dan hanya

akan disadari oleh mereka-mereka yang dikehendaki-Nya. Walau bagaimanapun

semua orang Islam akan mendapat tanda ini tergantung pada mereka, sadar atau

tidak. Tanda ini akan terjadi biasanya sesudah waktu Ashar. Seluruh tubuh dari

ujung rambut sampai ujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan

menggigil. Contoh : Seperti sapi yang baru disembelih, jika diperhatikan dengan

(44)

sadar dan berdetik di hati mungkin ini adalah tanda kematian, maka getaran ini

akan berhenti dan hilang setelah kita sadar akan kehadiran tanda ini. Bagi mereka

yang tidak diberi kesadaran atau mereka yang hanyut dengan kenikmatan dunia

tanpa memikirkan kematian, tanda ini akan lenyap begitu saja tanpa ada manfaat.

Bagi yang sadar akan tanda ini, maka ini adalah peluang terbaik untuk

memanfaatkan masa yang ada untuk mempersiapkan diri dengan amalan dan

urusan yang akan ditinggalkan sesudah mati.

2. Tanda 40 Hari Sebelum Hari Mati

Tanda ini juga berlaku sesudah waktu Ashar. Bagian pusat tubuh kita akan

berdenyut-denyut. Pada saat ini, daun yang bertuliskan nama kita akan gugur dari

pohon yang letaknya di atas Arasy Allah SWT. Maka malaikat maut akan

mengambil daun tersebut dan mulai mempersiapkan segala sesuatunya atas kita,

diantaranya ia akan mulai mengikuti kita sepanjang hari. Akan tiba saatnya

malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas. Jika ini terjadi, mereka

yang terpilih akan merasakan seakan-akan bingung seketika. Adapun malaikat

maut ini wujudnya hanya seseorang tapi kemampuannya untuk mencabut nyawa

adalah bersamaan dengan jumlah nyawa yang akan dicabut.

(45)

Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan

penyakit atau sakit, di mana orang sakit yang jarang mau makan tiba-tiba

berselera makan.

4. Tanda 3 Hari Sebelum Hari Mati

Pada waktu ini akan terasa denyutan di bagian tengah dahi kita. Jika tanda

ini bisa dirasakan, maka berpuasalah kita supaya perut kita tidak mengandung

banyak najis dan ini akan memudahkan orang yang akan memandikan kita. Saat

ini, bola mata kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit, bagian

hidungnya akan perlahan-lahan jatuh, ini dapat dilihat jika kita melihatnya dari

samping. Telinganya akan layu, di bagian ujung-ujungnya akan berangsur-angsur

masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terjulur akan perlahan-lahan jatuh ke

depan dan sukar di tegakkan.

5. Tanda 1 Hari Sebelum Hari Mati

Akan datang setelah waktu Ashar. Kita akan merasakan satu denyutan di

bagian belakang, yaitu di bagian ubun-ubun, yang menandakan kita tidak akan

sempat menemui waktu Ashar hari berikutnya.

6. Tanda Akhir

Kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bagian pusat dan hanya akan

turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bagian tenggorokan. Pada waktu

(46)

kedatangan malaikat maut. Sebaiknya bila sudah merasa tanda yang akhir sekali,

mengucap dalam diam dan jangan lagi bercakap-cakap.

3.3. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah novel “Surat

Kecil Untuk Tuhan”. Dengan mempertimbangkan bahwa novel ini menarik untuk

direprentasikan. Karena menceritakan perjuangan hidup seorang gadis remaja

yang merupakan kisah nyata. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah

teks yang merepresentasikan ‘Perjuangan Hidup’ yang ditampilkan dalam novel

“Surat Kecil Untuk Tuhan” karya Agnes Davonar. Novel ini diterbitkan oleh

Inandra Published pertama kali pada tahun 2008.

3.4. Corpus

Corpus merupakan sekumpulan bahan yang terbatas dan ditentukan pada

perkembangannya oleh analisis. Corpus haruslah cukup luas untuk memberikan

harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan memelihara sebuah sistem

kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Corpus juga bersifat sehomogen mungkin

( Kurniawan, 2001:70 ). Sifat yang homogen ini diperlukan untuk memberi

harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis secara

keseluruhan. Tetapi sebagai analisis, corpus itu bersifat terbuka pada konteks yang

beraneka ragam sehingga memungkinkan untuk memahami banyak aspek dari

(47)

unsur tertentu yang terpisah berdiri sendiri dari teks yang bersangkutan ( Arkoun,

2001:53 ). Kelebihannya adalah bahwa akan mendekati teks kita tidak didahului

oleh para anggapan atau interpretasi tertentu sebelumnya. Corpus adalah kata lain

dari sample atau contoh yang bertujuan tetapi khusus digunakan untuk semiotik

dan analisis wacana.

Dalam penelitian ini, corpusnya adalah semua teks yang

merepresentasikan perjuangan hidup. Dalam teks novel “Surat Kecil Untuk

Tuhan” terdapat 19 leksia yang menunjukkan adanya unsur perjuangan hidup,

yaitu :

1. Rasa sakit pada hidungku mulai terasa lebih menyakitkan, disertai

ngilu di bagian rahang yang menghambat pernafasanku. Aku hanya

bisa bertahan untuk tidak membuat diriku seolah sakit. (halaman 46)

2. “ Keke nggak sakit parah, itu kan yang ayah bilang. Kalau Keke cuma

sakit flu, Keke masih bisa sekolah.. Keke mau sekolah!! “. (halaman

51)

3. Sobat, sebenarnya aku sangat malu pergi ke sekolah dalam keadaan

seperti itu tapi aku tidak punya pilihan. (halaman 51)

4. Aku pun hanya bisa tersenyum padahal hatiku ingin menangis ketika

melihat ayah berpura-pura menikmati pahitnya bawang itu. Aku sadar

semangat ayah telah membuat keinginan sembuhku pun bangkit

(48)

mata berjatuhan tapi sekali lagi ayah menunjukkan tekad kepadaku

agar terus berusaha. (halaman 61)

5. Hatiku mulai tenang dan kini aku berserah pada ayah. Karena rasa

takut itulah aku kini lebih sering menghabiskan waktuku untuk selalu

berkeliling dengan ayah dari satu kota ke kota lain mencari pengobatan

alternatif untuk menghindari operasi. Aku pun lebih bisa menerima

keadaanku, walau aku tahu hanya sebuah mukjizat dari Tuhan yang

akan membuatku sembuh tanpa operasi. (halaman 65)

6. Hampir semua informasi keberadaan orang pintar atau pengobatan

tradisional kutemui. Namun entah apa yang terjadi ketika aku sampai

di tempat itu. Mereka hanya menyuruhku duduk kemudian kembali ke

mobil dan kami pulang tanpa hasil. Seluruh pulau Jawa, Sumatra dan

Bali telah kami lalui hanya untuk mencari pengobatan yang terbaik.

Tidak ada hasil apa pun dari pencarian itu dan hanya membuat

wajahku mulai semakin tak beraturan. (halaman 66)

7. Aku nyaris tidak bisa melihat secara normal bahkan kacamata minus

yang biasa aku pakai untuk membantu penglihatanku sudah tidak bisa

digunakan lagi. Sebab benjolan di mukaku membuat ukuran wajahku

bertambah besar sehingga frame kacamataku tidak cukup. Ayah tidak

kehilangan akal, ia membelikan aku kacamata baru yang disesuaikan

dengan ukuran wajahku walau ia tahu setiap hari ia harus

(49)

8. Setelah dua jam menunggu akhirnya ayah mendapat giliran di akhir

antrian. Ketika ia hendak masuk, seorang petugas memberitahukan

bahwa mereka sudah tutup, ayah langsung terkejut dan memang

melihat jam praktek tertulis tutup pada saat itu. Tapi ayah tidak

menyerah ia langsung memohon untuk bertemu dengan pak haji itu.

Melihat ayah begitu teguh dan memaksa akhirnya petugas membiarkan

ayah masuk. (halaman 68)

9. Dan tanpa menyerah ia mencari pengobatan terbaik yang bisa

menyelamatkan hidupku. Bagiku ia adalah ayah yang sungguh luar

biasa. Tidak ada kata pantang menyerah darinya untuk menyelamatkan

hidupku dari kanker ini. (halaman 77)

10.Dengan sekuat tenaga aku harus bertahan untuk beberapa hari dari rasa

sakit itu. Sobat, rasa sakit itu sesungguhnya membuat aku terasa lemah

dan ingin menangis. Belum lagi rasa dingin yang terus menusuk

seluruh tubuhku. (halaman 85)

11.Disaat-saat seperti inilah aku tahu rasanya sulit dalam berpikir, tapi

aku tidak ingin kehilangan semangat belajar, aku ingin sekali

berprestasi dan membanggakan ayah, walaupun di sela-sela aku

menghafalkan pelajaran kepalaku terasa berat. (halaman 119)

12.Prof. Mukhlis seperti tidak ingin menyerah. Sebagai seorang dokter ia

(50)

13.Aku sungguh tidak bisa melukiskan keadaanku saat itu selain hanya

tersenyum.. Walau itu hanya sebuah senyuman.. Senyuman kecil

diantara rasa takut dan pasrah. (halaman 145)

14.Walaupun Prof. sudah menyerah tapi ayah tidak begitu saja putus asa.

Ayah tetap ingin mencari jalan keluar. Ayah sadar bila seorang Prof.

terbaik di Indonesia sudah menyerah maka ia harus mencari dari luar.

Beliau pun memilih mencari pengobatan di Singapura. (halaman 149)

15.Semua ini adalah cobaan terberat dalam hidupku. Mungkin kelak

ketika aku akan pergi dari dunia ini, aku tidak akan merasakan suatu

kehilangan karena nafasku terhenti untuk mengingat semuanya. Tapi

bila kita tetap bersama itu tidak akan terjadi padamu. Rasa kehilangan

itu akan menjadi abadi di sepanjang nafasmu, selalu terbawa dalam

kesedihan abadi.. Aku tidak ingin semua itu terjadi padamu, Andi.

Selamat tinggal kekasihku. Inilah malam terakhir kita. (halaman 159)

16.Sobat, terkadang aku merasa tidak kuat untuk memandang dan

menulis. Hal itu sangat menyulitkan untukku. Tapi aku tidak akan

pernah melewatkan satu detik pun pendidikan yang bisa aku dapatkan

selama aku masih bisa. Aku ingin terus bisa menulis, membaca dan

menggambar selama aku masih bisa bernafas. (halaman 177)

17.Sobat, kini wajahku kembali membesar dan terus membesar. Aku

mulai merasakan kesakitan yang tidak bisa kujelaskan. Nafasku terasa

(51)

menusuk hatiku dan membuat aku harus menahan dengan sekuat

tenaga. Tapi aku tidak lagi merasa ingin menangis karena aku sudah

berjanji pada hatiku untuk selalu kuat. (halaman 185)

18.“ Bu.. Boleh nggak kertas ini dijawab oleh saya, tapi dituliskan oleh

pak Iyus? Sebab tangan saya sudah tak kuat untuk bergerak! “ Ujarku

memohon. (halaman 192)

19.Dengan sekuat tenaga aku menggunakan jariku untuk menulis. Tuhan

maha besar membiarkan tanganku yang lumpuh dapat bergerak. Walau

banyak yang ingin aku tulis, tapi tanganku mulai tak kuat bergerak.

(halaman 211)

3.5. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks yang

merepresentasikan ‘Perjuangan Hidup’ dalam novel “Surat Kecil Untuk Tuhan”

karya Agnes Davonar.

Peneliti menggunakan leksia dari Barthes sebagai unit analisis. Leksia

merupakan satuan bacaan tertentu dengan panjang pendek bervariasi ( Kurniawan,

2001:93 ). Leksia ini dapat berupa satu dua kata, kelompok kata, beberapa kalimat

atau beberapa paragraf dari teks novel “Surat Kecil Untuk Tuhan” karya Agnes

Davonar yang menunjukkan adanya unsur perjuangan hidup.

(52)

Data dalam penelitian ini diperoleh dari keseluruhan teks dalam novel

“Surat Kecil Untuk Tuhan” karya Agnes Davonar .

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data secara

kualitatif dengan menggunakan sebuah leksia yang dapat berupa satu dua kata,

kelompok kata, beberapa kalimat atau beberapa paragraf. Untuk menganalisis

seluruh temuan data yang ada dalam novel “Surat Kecil Untuk Tuhan” karya

Agnes Davonar, peneliti membaginya dalam beberapa langkah teknis dengan

tujuan untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis secara semiologi.

Langkah-langkah teknis ini merupakan pengembangan dari model semiologi

Roland Barthes dalam membaca semiologi teks tertulis.

Langkah-langkah yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjelaskan

novel “Surat Kecil Untuk Tuhan” karya Agnes Davonar, antara lain :

1. Menggunakan semiologi Barthes, dengan mengumpulkan seluruh unit

analisis yang berupa leksia-leksia, yaitu satuan bacaan tertentu

berdasarkan pemilihan atas teks novel “Surat Kecil Untuk Tuhan” yang

sesuai untuk dijadikan subyek penelitian.

2. Peneliti kemudian membagi semua leksia yang terkumpul tersebut ke

dalam aspek semiologi, yaitu aspek material dan aspek konseptual.

Leksia-leksia tersebut dalam semiologi Barthes dianggap sebagai tanda ( sign ).

Yang dimaksud aspek material adalah teks tertulis dalam novel “Surat

Gambar

Gambar 3 ........................................................................................................
Gambar 1 Signifikasi 2 Tahap Barthes
Gambar 2 Peta Tanda Roland Barthes
Gambar 3 Kerangka Berfikir Representasi Perjuangan Hidup

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain untuk mengetahui: (a) kinerja IndiHome Witel Bandung, (b) harapan konsumen IndiHome Witel Bandung,

Pencegahan S Sekunder – – P Pasien D Dengan R Risiko T Tinggi Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia < 18 tahun dan wanita yang mempunyai banyak partner (multipel

Gendang beleq (genadang besar) merupakan khas suku sasak Lombok yang banyak mengandung pelajaran dan kajian matematika dalam gendang beleq ada beberapa etnomatematika

Proses penentuan program keahlian pada SMK Syubbanul Wathon masih menggunakan cara manual, dengan mengumpulkan nilai UN SMP/sederajat, nilai rapor SMP/sederajat dan

Penelitian lain yang mendukung pernyataan diatas yaitu penelitian yang dilakukan oleh Devi (2012) tentang pengaruh pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga

Dari tabel tersebut maka dapat disimpulkan bahwa alternatif 2 adalah alternatif terbaik , yaitu cara penugasan montir yang memiliki prioritas perbaikan dan alokasi

Mekanisme pasar Islam ialah mekanisme pasar bebas dimana pemerintah tidak ikut campur dalam menentukan harga pasar namun pemerintah disini berperan sebagai pengawas