• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN LIRIK LAGU ”PEMIMPIN DARI SURGA” OLEH GRUP BAND GIGI DALAM ALBUM RELIGI 2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN LIRIK LAGU ”PEMIMPIN DARI SURGA” OLEH GRUP BAND GIGI DALAM ALBUM RELIGI 2011."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Ayu Rizky Anggr aeni

0843010046

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Hal utama yang menjadi persoalan utama pemimpin bangsa Indonesia saat ini adalah sulitnya mencari kriteria pemimpin yang pas untuk memimpin Negara Indonesia, berbagai kondisi tersebut, membuat banyak pihak tertarik untuk melakukan kritik sosial yang salah satunya adalah Gigi Band dengan mengeluarkan lagu “Pemimpin Dari Surga”. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan lirik dalam lirik lagu “Pemimpin dari Surga” oleh grup band Gigi dalam album Religi 2011

Teori yang digunakan adalah semilogi Roland Barthes yang mendasari kajian-kajian Barthes selanjutnya terhadap obyek-obyek kenyataan atau unsur-unsur kebudayaan yang sering ditelitinya. Metode dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.

Kesimpulan dari pemaknaan lagu “Pemimpin dari Surga” yang dibawakan oleh band Gigi Band adalah bahwa seorang pemimpin yang memiliki kuasa atau kekuatan hendaknya mengatur atau memimpin dengan kasih sayang, dengan perasaan, dapat mengendalikan emosinya dan tidak semena-mena dan dapat menjalin hubungan baik dengan sesama

Keyword : Pemaknaan, Semiotik, Lirik lagu “Pemimpin Dari Surga” ABSTRACT

Ayu Rizk y Anggar eni, 0843010046, Meaning lyr ics " Pemimpin dar i Surga" By Gigi Band in Religion 2011 Album

The main thing that became a major issue at this time leader of the Indonesian nation is difficult to find leaders who fit the criteria to lead the State of Indonesia, a variety of conditions, makes a lot of parties interested in conducting a social critique that one of them is Gigi Band by releasing the song "Pemimpin Dari Surga". Objectives to be archived in this study was to determine the meaning of the lyrics in the lyrics of the song "Pemimpin dari Surga" by the Gigi Band in Religion 2011 album

The theory used is the underlying semilogi Roland Barthes Barthes further studies of the objects of reality or cultural elements are often examined. The method in this research is descriptive qualitative.

The conclusion of the meaning of the song "Pemimpin dari Surga" song by the Gigi Band is that a leader who has the power or powers should organize or lead with compassion, with feeling, can control his emotions and not arbitrary and can establish good relationships with follow

(3)

melimpahkan kemurahan, kebaikan dan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan bisa terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati untuk menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.

Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(4)

moril, serta do’a.

7. Semua orang yang telah banyak membantu dan memberikan saran dan kritik kepada penulis namun tidak tersebutkan, penulis ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa yang akan datang.

Surabaya, April 2012

(5)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 9

2.1.1. Musik ... 9

2.1.2. Lirik Lagu ... 12

2.1.3. Definisi Pemimpin dan Kriteria Pemimpin Ideal ... 13

2.1.4. Konsep Kritik Sosial ... 15

2.1.5. Musik Sebagai Kritik Sosial ... 17

2.1.6. Definisi Surga ... 19

2.1.7. Gigi Band ... 20

2.1.8. Konsep Tanda ... 21

(6)

2.1.11.Semiotika Roland Barthes ... 26

2.2. Kerangka berfikir ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 37

3.2. Unit Analisis ... 38

3.3. Corpus ... 38

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5. Metode Analis Data ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 43

4.1.1. Sekilas tentang Band Gigi ... 43

4.1.2. Lirik Lagu Pilih Sidang Atau Berdamai ... 46

4.2. Penyajian Data ... 47

4.3. Analisis dan Intrepetasi Data ... 49

4.4. Pembahasan ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1. Kesimpulan ... 94

5.2. Saran ... 96

(7)
(8)
(9)

1.1.Latar Belakang Masalah

Berbagai permasalahan diberbagai bidang yang dialami bangsa ini, khususnya di bidang perekonomian saat ini menjadi potret rendahnya kemampuan pemerintah dalam memberikan kesejahteraan rakyat. Hal ini mungkin menjadi pertanyaan masyarakat Indonesia yang awam tentang ekonomi. Masyarakat saat ini hanya merasakan semua harga melonjak naik, masyarakat merasa ekonominya serba terhimpit bahkan tidak mengetahui apa sesungguhnya yang menyebabkan. Padahal Indonesia memiliki alam yang amat kaya, sehingga dijajah sampai 3,5 abad lamanya berkat kekayaan alamnya. Pemerintah rupanya hanya memperhatikan atau berpihak pada yang di atas atau sistem ekonomi makro. Oleh karena itu pemimpin harus merakyat dan tidak berpijak pada kepentingan politik saja agar kebobrokan demi kebobrokan tidak dialami bangsa dan rakyat di Indonesia.

(10)

Indonesia merupakan satu dari 21 negara di Asia yang berada diperingkat ratusan dalam data yang kami miliki itu," kata Executive Director Asian Forum for Human Rights and Development Yap Swee Seng saat jumpa pers pertemuan pararel NGO di Denpasar, Jumat. Posisi paling terburuk dalam indeks persepsi korupsi diantara negara-negara Asia adalah Nyanmar dan dari 200 negara yang cukup bersih dalam permasalahan korupsi ternyata Singapura. indeks persepsi korupsi itu adalah salah satu bentuk tantangan dalam kehidupan demokrasi di negara-negara yang berada di wilayah Asia yang menjadi sorotan pihaknya. Tindakan korupsi biasanya dilakukan oleh pihak eksekutif, bentuknya tidak hanya berupa pengerukan uang untuk kepentingan pribadi, tapi juga bisa berbentuk penyalahgunaan wewenang (http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/12/1 1/151515-ini-dia-peringkat-korupsi-indonesia-).

(11)

daerah tersebut, terkait proyek pengadaan barang dan jasa pemerintah sedangkan total anggaran yang diduga dikorupsi Rp1,9 triliun.

Fenomena diatas memunculkan bagaimana kriteria dari pemimpin ideal tersebut, pemimpin memiliki kekuatan spiritual yang cukup tinggi, mengarahkan tindakan seorang pemimpin untuk selalu berusaha menegakkan kebenaran dan tidak tergoda untuk melakukan tindakan melawan hukum. Mempunyai visi dan program kerja untuk kesejahteraan masyarakat, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau golongan. Berusaha mengayomi semua warganya tanpa membedakan warga yang kaya atau miskin, dan lain sebagainya. Mempunyai kemampuan dan pengalaman dalam menjalankan tugasnya, sehingga dapat menuntaskan tanggung jawab dan menciptakan kemajuan di berbagai bidang. Memiliki kerendahan hati, kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya (http://topmotivasi.com).

(12)

"Dekadensi" (Chrisye), "Sini Oke Sana Ko" (Seurieus), "Politik Uang" (Iwan Fals), "Birokrasi Kompleks" (Slank), dan "Indonesia" (Rhoma Irama), serta "Negeri Cintaku" (Keenan Nasution) (http://suaramerdeka.com/).

Musik merupakan hasil budaya manusia menarik diantara banyak budaya manusia yang lain. Dikatakan menarik karena musik memegang peranan yang sangat banyak di berbagai bidang. Seperti jika dilihat dari sisi psikologisnya, musik kerap menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan berkreasi. Dari sisi sosial, musik dapat disebut sebagai cermin tatanan sosial yang ada dalam masyarakat saat musik itu diciptakan, sedangkan dari segi ekonomipun, musik telah bergerak pesat menjadi suatu komoditi yang sangat menguntungkan.

(13)

Penelitian mengenai lirik lagu kebanyakan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan sebuah teks lirik lagu dalam mempengaruhi masyarakat. Kemampuan mempengaruhi sebuah teks lirik lagu ini terjadi karena pengarang menyampaikan ide dan gagasan melalui kata maupun kalimat baik yang sifatnya menimbulkan perasaan marah, benci, senang, gundah, cinta dan segala hal yang menimbulkan kedekatan emosional.

Salah satu grup band yang konsisten membuat karya-karya yang berbobot adalah grup band GIGI. Grup band GIGI dibentuk di Bandung, Jawa Barat, 22 Maret 1994. Grup yang membawa jenis musik pop dan rock ini semula terdiri dari lima personil yaitu Armand Maulana, Aria Baron, Thomas Ramdhan, Ronald Fristianto dan Dewa Budjana. Dalam perjalanan berkiprah di belantika musik pop Indonesia, GIGI telah mengalami pergantian personil beberapa kali. Formasi GIGI saat ini terdiri atas, Armand Maulana, Dewa Budjana, Thomas Ramdhan, dan Gusti Hendy.

Beberapa album yang pernah dirilis GIGI antara lain Kilas Balik (1998), Baik (1999), The Greatest Hits Live (2000), Untuk Semua Umur (2001), The Best of Gigi (2002), Salam Kedelapan (2003), OST Brownies (2004), Raihlah Kemenangan (2004), Raihlah Kemenangan-Repackage (2005), Next Chapter (2006), Pintu Sorga (2006), dan Peace, Love & Respect (2007).

(14)

musik, para personil GIGI berusaha menuangkan sebuah cita-cita, semangat, dan motivasi. GIGI mencoba menyinggung soal pemimpin yang ideal bagi Indonesia. Lagu berjudul Pemimpin dari Surga, menurut vokalis Gigi, Armand Maulana, adalah sebuah khayalan memiliki pemimpin yang bisa mengabdi kepada masyarakat. “Kayak kita saja memimpin keluarga enggak gampang. Di Indonesia maupun di belahan dunia lain, seharusnya pemimpin itu mengabdi kepada masyarakat. Band yang diisi oleh Armand Maulana (vokal), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bass) dan Gusti Hendy (drum) kali ini hanya meluncurkan satu single. Pemimpin dari Surga juga akan dijadikan soundtrack drama sinetron Para Pencari Tuhan tayang di SCTV. “Kita enggak mau maksain bikin full album. Kemarin kita sudah keluar energi buat album (Sweet Seventeen), konser, dan tur juga,” imbuh Hendi. Band yang berdiri sejak 22 Maret 1994 itu sebelumnya rutin menggelontorkan album religi. Diantaranya Raihlah Kemenangan (2004), Raihlah Kemenangan Repackage (2005), Pintu Sorga (2006), Jalan Kebenaran (2008) dan Amnesia (2010) (http://rimanews.com/read/20110722/35533/gigi-kritik-pemerintah-lewat-lagu-pemimpin-darai-surga).

Ketertarikan peneliti untuk melakukan pemaknaan dalam lirik lagu “Pemimpin dari Surga” oleh grup band GIGI karena lirik lagunya penuh konotasi bahasa yang menarik untuk dimaknai. Seperti misalnya:

Apakah mungkin bila kamu menjadi pengganti bagi kami Hanyalah saja yang terjadi, kami jadi pengabdimu

(15)

Lirik-lirik tersebut menimbulkan pertanyaan yang menjadi dasar perumusan masalah yaitu apakah makna pesan yang terkandung dalam lirik lagu tersebut. Penelitian ini akan diarahkan pada pendekatan semiologi Roland Barthes. Konsep yang digunakan adalah mitos, pranata dan konstruksi kenyataan social dan interpretasi tanda. Studi analisis yang dilakukan oleh peneliti mengacu pada semiologi Roland Barthes, yang akan mengupas makna di balik tanda setiap lirik dalam lagu tersebut dengan peta tanda Roland Barthes dan lima kode pembacaan, yaitu kode hermeneutik, kode proaretik, kode semik, kode kultural dan kode budaya.

1.2.Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pemaknaan yang terkandung dalam lirik lagu “Pemimpin dari Surga” oleh grup band Gigi dalam album Religi 2011.

1.3.Tujuan Penelitian

(16)

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Secar a Teor itis

Untuk menambah literatur penelitian kualitatif ilmu komunikasi khususnya analisis metode semiologi Roland Barthes pada lirik lagu “Pemimpin dari Surga” dari grup musik GIGI dalam album Religi 2011.

1.4.2. Secar a Pr aktis

(17)

2.1.1. Musik

Musik adalah suatu suara atau bunyi-bunyian yang diatur menjadi satu yang menarik dan menyenangkan. Dengan kata lain musik dikenal sebagai sesuatu yang terdiri atas nada dan ritme yang mengalun secara teratur. Musik juga memainkan peran dalam evolusi manusia, dibalik tindakan dan perilaku manusia terdapat pikiran dan perkembangan ini dipengaruhi oleh musik. Seni musik merupakan salah satu seni untuk menyampaikan eskpresi. Ekspresi yang disampaikan sekarang ini bukan hanya mengandung unsur keindahan seperti tema-tema percintaan, namun belakangan ini banyak tercipta tema-tema yang yang berisi permasalahan sosial dan realitas yang ada pada masyarakat.

Musik dapat tercipta karena didorong oleh kondisi sosial, politik, dan ekonomi masyarakat, musik juga diilhami oleh perilaku masyarakat, musik adalah cermin masyarakat, music juga diilhami oleh perilaku masyarakat, dan sebaliknya perilaku umum masyarakat dapat terilhami oleh musik tertentu. Perilaku umum masyarakat dapat berupa permasalahan sosial, peristiwa monumental, kebutuhan dan tuntutan

bersama, kritikan ataupun harapan yang diidamkan (Ayuningtyas dalam Wijayanti, 2010:9).

Pada masa ini oleh masyarakat, musik populer diberi arti music yang mudah diterima oleh kebanyakan orang dan untuk karenanya

(18)

Setianingsih, 2002:26). Beberapa jenis musik yang didasarkan pada manfaat agar diketahui lebih dalam adalah :

1 Musik Klasik : ada sedikit pergeseran makna, seperti terjadi pula pada nama atau istilah lain. Ada tiga taksiran mengenai musik klasik yang sering digunakan

a. Pertama: Musik klasik adalah jenis musik terkenal yang dibuat atau diciptakan jauh dimasa lalu, tetapi disukai, dimainkan dan dinikmati oleh orang sepanjang masa sampai sekarang.

b. Kedua: Musik klasik ialah jenis musik yang lahir atau diciptakan oleh komponis-komponis pada masa klasik, yaitu masa sekitar tahun 1750-1800.

c. Ketiga: musik klasik adalah jenis musik yang dibuat pada masa sekarang, tetapi mengambil gaya, corak, ataupun teknik yang terdapat pada musik klasik dari pengertian pertama dan kedua. 2. Musik Jazz: jenis musik yang dianggap lahir di New Orleans,

Amerika Serikat, pada awal abad ini. Merupakan perpaduan antara teknik dan peralatan music eropa, khususnya Perancis, dengan irama bansa negro asal Afrika Barat, diperkebunan-perkebunan kapas, New Orleans Selatan.

3. Musik Keroncong: Jenis Musik dimana dalam musik ini dipergunakan perlatan dan pernadaan musik barat, yang dimainkan dan dinyanyikan dengan gaya musik tradisi kita yang sudah ada sebelumnya. Misalnya permainan padi, kentongan, angklungan, dan lain-lain.

(19)

disukai oleh pendengar dewasa ini. Tujuanya adalah memperoleh ledakan popularitas sebesar mungkin dan secepat mungkin. Walaupun dua atau tiga tahun kemudian tak ada lagi yang bisa mendengarkan. Musik populer merupakan suatu bidang yang mempunyai perkembangan tersendiri. Sifat-sifat perkembanganya itu kadang-kadang menuju kea rah perkembangan artistik musikal, tapi yang masih menjadi simpati masyarakat banyak. Meski disebut musik populer, dari pemain-pemainya tetap diminta syarat musikalitas. Makin tinggi nilai musikalnya, makin baik. Pemain musik populer tidak begitu merasa “tegang” seperti pemain music seriosa. Yang dimaksud “tegang’ disini ialah suatu rasa tekanan atau ketegangan mental, yang disebabkan anatara lain adanya kosentrasi yang penuh

agar dapat memainkan musiknya sebaik-baiknya. (Sumaryo dalam Rachmawati, 2000:29).

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa musik adalah sekumpulan nada yg memiliki kepaduan dan harmonisasi yg semuanya itu terikat dalam satu irama dan tempo yg beraturan. Pada dasarnya bunyi bunyian yg tak memiliki nada juga bisa disebut musik, itu tergantung dari siapa yg mendengarkan bunyi tersebut

2.1.2. Lir ik Lagu

(20)

Lirik sebuah lagu di era sekarang merupakan sebuah kunci utama, meski tidak dipungkiri sentuhan musik tidak kalah pentingnya untuk menghidupkan lagu tersebut secara keseluruhan. Lirik merupakan sebuah energi yang mampu mengungkapkan banyak hal. Hampir sebagian besar lirik lagu-lagu Indonesia memuat berbagai peristiwa atau perasaan emosi yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh si pencipta lagu. Ada yang menyuarakan perasaan cinta yang mengharu biru, ada pula yang menuangkan protes dan kontrol sosial. Apapun jenis musiknya, lirik lagu cinta tetap dominan dari waktu ke waktu. Para pencipta lagu pun lebih memprioritaskan lagu-lagu bertema cinta. Para pencipta lagu pun berpendapat bahwa tema cinta adalah universal, bisa diterima siapa saja, tidak heran apabila banyak grup musik atau penyanyi yang memakai konsep pembuatan lirik semacam itu. (www.media-indonesia.com/resensi/detail.asp?id=420).

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa lirik lagu adalah bagin dari sebuah lagu yang berisikan rangkain-rangkaian kata-kata sehingga menjadi sebuah lagu

2.1.3. Definisi Pemimpin dan Kr iter ia Pemimpin Ideal

(21)

mendefinisikan pemimpin dengan hubungan dimana seseorang (pemimpin) mempengaruhi orang untuk mau bekerja sama melaksanakan tugas–tugas yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang diinginkan organisasi atau kelompok (Yuli, 2005 : 166).

Tentunya dalam menghadapi masalah-masalah yang ada, guna mendapatkan penyelesaian yang baik perlu adanya suatu perencanaan. Suatu perencanaan yang baik tentu saja lahir dari pandangan, pertimbangan, kemampuan menganalisis dampak baik buruknya dari sebuah penyelesaian yang akan dibuat. Sehingga hal ini tentu saja membutuhkan kecakapan, kepintaran dan penguasaan yang menyeluruh dan komprehensif dari sang pemimpin. Ketajaman berpikir , bertindak dan menganalis masalah tentu saja dibutuhkan oleh para bawahan atau orang yang dipimpinnya karena hal itulah yang membedakan seseorang yang dipimpin dan yang memimpin. Karena orang yang dipimpin cenderung sudah menyerahkan wewenang yang seluas-luasnya bagi pemimpinnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul pada mereka (http://id.shvoong.com).

(22)

menuntaskan tanggung jawab dan menciptakan kemajuan di berbagai bidang. Memiliki kerendahan hati, kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya (http://topmotivasi.com).

Analisis kepemimpinan berdasarkan ciri kepemimpinannya yang diungkapkan oleh Sondang P. Siagian (2003:75) memberikan petunjuk bahwa ciri-ciri kepemimpinan ideal yaitu, 1. Pengetahuan yang luas, 2. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, 3. Sifat inkuisitif, 4. Kemampuan analitik, 5. Daya ingat yang kuat, 6. Kapasitas integrative 7. Keterampilan berkomunikasi secara efektif, 8. Keterampilan mendidik, 9. Rasionalisme dan objektivitas, 10. Pragmmatisme, 11. Kemampuan menentukan skala prioritas, 12. Kemampuan membedakan yang urgen dan yang penting, 13. Rasa tepat waktu, 14. Rasa kohesi yang tinggi, 15. Naluri relevasi, 16. Keteladanan, 17. Kesediaan menjadi pendengar yang baik, 18. Adaptabilitas, 19. Fleksibelitas, 20. Ketegasan dan keberanian, 21. Orientasi, 22. Sikap yang antisipati.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemimpin adalah orang yang memiliki kecakapan dalam mengatur dan memberikan motivasi kepada orang lain.

2.1.4. Konsep Kr itik Sosial

(23)

‘selaan, kecaman, sanggahan’. Kamus pertama mengartikan kata mengkritik sebagai menemukakan kritik, mengencam, sedangkan kamus yang kedua mengartikanya sebagai memberi pertimbangan (dengan

mengemukakan mana-mana yang salah, mencela, mengecam) (Masoed, 1999:36).

Dari berapa pengertian tersebut tampak bahwa kata kritik, dalam bahasa Indonesia, cenderung mengandung konotasi yang negatif, dapat beranonim dengan pengertian yang sepenuhnya berkonotasi negatif seperti celaan, tetapi tidak dapat bersinonim dengan kata yang berpengertian sepenuhnya positif. Bahasa merupakan alat komunikasi atau alat penghubung antar manusia, tercipta anatar lain dengan menggunakan bunyi yang dihasilkan alat ucap. Wujud bahasa yang digunakan dalam kritik menggunakan pilihan bahasa secara halus misalnya sindiran, perumpamaan dan semacamnya. Bentuk kritik yang cenderung dengan penghalusan bahasa tercipta oleh keadaan struktur masyarakat yang hierarkis, segala macam bentuk kritik tidak mungkin akan berekembang secara transparan sebab kritik tidak mungkin akan berkembang secara transparan sebab kritik merupakan bentuk perbedaan yang tidak dikehendaki oleh penguasa (Masoed, 199:16).

(24)

dalam kerangka yang demikian berfungsi untuk membongkar berbagaisikap konservatif, status quo dan vested interest dalam masyarakat untukperubahan sosial. Dengan adanya kritik sosial diharapkan terjadi perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Kritik sosial sebaiknya bersifat kritik membangunsehingga tidak hanya berisi kecaman, celaan, atau tanggapan terhadap situasi, tindakan seseorang atau kelompok. Hal ini diperlukan agar kritik sosial tidak menimbulkan permusuhan dan konflik sosial.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kritik sosial adalah tanggapan kenyataan yang dibangun secara sosial oleh seseorang untuk menanggapi keadaan yang ada

2.1.5. Musik Sebagai Kr itik Sosial

(25)

bahwa pembaharuan sosial bisa disuarakan melalui musik (http://id.shvoong.com).

Era reformasi menjadi euforia para seniman bebas membuat lagu bertema sosial. Kritik tak lagi membuat menyakitkan, karena para petingi dan koruptor d Indonesia sudah "mati rasa". Mestinya lagu "Rayap-rayap" sangat pas untuk kondisi sekarang di mana para pejabat yang korup relevan disebut babi-babi gemuk.

Pada era tahun 90 an sampai 2000 an lagu-lagu dengan tema antikorupsi dari para musisi banyak dibuat. Mereka memiliki kepekaan cukup tinggi terhadap fenomena korupsi masih pun marak. Bisa disebut "Surat Buat Wakil Rakyat" (Iwan Fals), "Seperti Para Koruptor" (Slank), "Pemimpin Budiman (GIGI), "Gosip Jalanan" (Slank), "Kwek Kwek Kwek" (Iwan Fals), "Merdekakah Kita" (Saykoji), "Jengah" (Pas Band), dan "Rubah" (Iwan Fals), serta "Sapuku Sapumu Sapu Sapu" (Iwan Fals). Lantas musisi generasi muda seperti "Music Guyonan" (Dedy Suardi), "KA (Koruptor Anjink)" (ANTINK band), "Krisis Ekonomi vs Korupsi" (RCP), "Distorsi" (Ahmad Band), "John Esmod" (/rif), "I.C.U" (Tipe-X), "Nagih" (Slank), "Dekadensi" (Chrisye), "Sini Oke Sana Ko" (Seurieus), "Politik Uang" (Iwan Fals), "Birokrasi Kompleks" (Slank), dan "Indonesia" (Rhoma Irama), serta "Negeri Cintaku" (Keenan Nasution) (http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/bicara_fakta/2011/01/21/24/ Andai-Aku-Gayus-dan-Sejarah-Lagu-Protes-di-Indonesia).

(26)

mengandung sebuah sinyal pesan yang signifikan. Pesan atau ide yang disampaikan melalui musik atau lagu biasanya memiliki keterkaitan dengan konteks historis. Muatan lagu tidak hanya sebuah gagasan untuk menghibur, tetapi memiliki pesan-pesan moral atau idealisme memiliki kekuatan ekonomis serta kritik sosial. Kritik sosial erat kaitannya dengan krtik sosial, Keraf (2007: 23) menegaskan bahwa gaya bahasa yang dimiliki oleh seseorang merupakan bagian dari diksi bertalian erat dengan ungkapanungkapan yang individual atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik tinggi. Gaya bahasa menjadi cara pengungkapan pikiran seseorang melalui bahasa secara khas yang dapat memperlihatkan jiwa dan kepribadian pemakai bahasa (penulis bahasa), yang kemudian diwujudkan dengan cara pemilihan diksi secara tepat sehingga dapat membedakan individu yang satu dengan individu yang lainnya

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa musik merupakan salah satu alat yang dapat digunakan sebagai kritik sosial hal ini dikarenakan pada musik berisi tidak hanya sebuah gagasan untuk menghibur, tetapi memiliki pesan-pesan moral atau idealisme memiliki kekuatan ekonomis serta kritik sosial

2.1.6. Definisi Surga

(27)

dijanjikan Yesus kepada orang-orang yang percaya kepada NYA dan tidak ada lagi pemisah antara Tuhan dan Manusia (http://www.anneahira.com/surga-dan-neraka.htm).

Konsep Surga secara eksplisit tidak ada dalam keyakinan agama Hindu, Surga bukanlah merupakan tempat setelah kematian melainkan ketika seseorang berada dalam keadaan senang atau bahagia. Hampir sama dengan agama Hindu, agama Budha mendifinisikan bahwa Surga adalah merupakan besarnya karma yang dibagi kepada seseorang (http://www.anneahira.com/surga-dan-neraka.htm).

Islam menyebutkan bahwa ada tiga golongan yang akan masuk

surga yaitu golongan pertama penguasa yang adil terhadap masyarakatnya.

Karena sifat adilnya tersebut menjadikan dia dicintai oleh masyarakatnya

hingga dicintai Allah SWT, bahkan dalam hadits yang lain diterangkan

tentang keutamaan seorang pemimpin yang adil. Golongan kedua orang

yang mempunyai sifat kasih sayang terhadap keluarganya, terhadap

sesama muslim, dan dia mempunyai hati yang lunak. Artinya tidak mudah

marah dan ingin menang sendiri tetapi dia mempunyai sifat yang mau

memaafkan orang lain. Rosulullah SAW menggambarkan sosok terbaik

golongan ini dan. Golongan ketiga orang miskin yang selalu menjaga

kehormatan dirinya. Tidak mengeluh walau dia dihimpit oleh

permasalahan ekonomi, meskipun sebenarnya dia juga harus menanggung

keluarganya. Dia tidak meminta-minta yang dapat merendahkan

kehormatan dirinya, apalagi sampai menjual diri atau menjual agama demi

(28)

Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa surga adalah hadiah dari amal baik dan ibadah manusia ketika ia masih hidup. Segala perbuatan dan tingkah laku manusia ketika ia masih hidup akan dicatat dan kemudian akan di akumulasi di akhirat. Bagi manusia yang memiliki amalan, ibadah dan perbuatan baik melebihi dari amalan jeleknya, maka hadiah surga dari Tuhan YME sebagai akhir dari segalanya berhak ia terima. Sebaliknya bagi manusia yang selalu dipenuhi dengan dosa ketika ia masih hidup, ganjaran yang ia terimaadalah neraka. 2.1.7. Gigi Band

Gigi adalah nama sebuah grup musik yang berasal dari Bandung, Indonesia yang mengusung jenis musik popdan rock. Kelompok ini berdiri pada tanggal 22 Maret 1994, dengan format awal Aria Baron, Thomas Ramdhan,Ronald Fristianto, Dewa Budjana dan Armand Maulana. Gigi adalah nama sebuah grup musik yang berasal dari Bandung, Indonesia yang mengusung jenis musik popdan rock. Kelompok ini berdiri pada tanggal 22 Maret 1994, dengan format awal Aria Baron, Thomas Ramdhan,Ronald Fristianto, Dewa Budjana dan Armand Maulana. Saat ini Gigi telah mengeluarkan 11 album .

2.1.8. Konsep Tanda

(29)

simbol) atau bentuk dan petanda (signified/ konsep/ makna/ yang diutarakan/ thought of reference) . Berkaitan dengan piramida pertandaan ini (tanda-penanda-petanda), Sausurre menekankan dalam teori semiotika perlunya konvensi sosial, diantaranya komunitas bahasa tentang makna satu tanda. Kesimpulan dari rumusan Saussure maksudnya adalah satu kata mempunyai makna tertentu disebabkan adanya kesepakatan sosial di antara komunitas pengguna bahasa tentang makna tersebut.

(30)

selama suatu penafsir (gagasan) yang membaca tanda sebagai tanda bagi yang lain (yaitu sebagai wakil dari suatu makna atau penanda) bisa ditangkap oleh penafsir lainnya. Penafsir ini adalah unsur yang harus ada untuk mengaitkan tanda dengan objeknya (induksi, deduksi dan penangkapan [hipotesis] membentuk tiga jenis penafsir yang penting). Agar bisa ada sebagai suatu tanda maka tanda tersebut harus ditafsirkan (dan berati harus memiliki penafsir) (Sobur, 2003:41).

2.1.9. Konsep Makna

Makna sebagaimana yang dikemukakan oleh Fisher dalam Sobur (2004:20), merupakan konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian ahli filsafat dan para teoretisi ilmu sosial. Dari mana datangnya makna? Menurut DeVito, makna ada dalam diri manusia, yang artinya makna tidak terletak dalam kata-kata melainkan pada diri manusia. “Kita” menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi, kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Demikian pula makna yang didapat pendengar atau pembaca dari pesan-pesan kita akan sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan (Sobur, 2004:20).

Makna dalam suatu teks tidak terjadi dengan sendirinya melainkan diproduksi dalam hubungan antara teks dengan pengguna tanda. Kedua elemen bertindak secara dinamis dan saling memberikan suatu yang sejajar. Bila suatu teks dan pengguna tanda mamiliki budaya relatif sama, maka interaksi keduanya lebih mudah terjadi, konotasi dan mitos dalam

(31)

Menurut Muhadjir dalam Sobur (2006:256), sebelum mengungkapkan pemaknaan secara lebih tajam, maka harus dibedakan terlebih dahulu istilah-istilah yang nyaris berhimpitan dalam pemaknaan, antara lain :

1. Terjemah atau translation, adalah upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama dengan media berbeda; media tersebut mungkin berupa bahasa satu ke bahasa lain, dari verbal ke gambar, dan sebagainya.

2. Penafsiran atau interpretasi, adalah kita tetap berpegang pada materi yang ada, dicari latar belakangnya, konteksnya, agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya lebih jelas.

3. Ekstrapolasi, adalah lebih menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk menangkap hal dibalik yang tersajikan. Materi yang tersajikan dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator pada sesuatu yang lebih jauh lagi.

(32)

2.1.10.Semiotika Dalam Ilmu Komunikasi

Kata ”semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti "tanda" atau seme yang berarti ”penafsir tanda”. Semiotika atau dalam istilah Barthes semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa ohjek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53) dalam Sobur (2006:15).

Menurut Littlejohn (1996:64) dalam Sobur (2006:15) tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.

(33)

organisme. Dari beberapa definisi diatas, maka semiotika atau semiosis adalah ilmu atau proses yang borhubungun dengau tanda.

Pada dasarnya semiosis dapat dipandang sebagai suatu proses tanda yang dapat diberikan dalam istilah semiotika sebagai suatu hubungan antara lima istilah: S adalah semiotic relation (hubungan semiotik); s untuk

sign (tanda): i untuk interpreter (penafsir): c untuk effect atau pengaruh (misalnya suatu disposisi dalam i akan bereaksi dengan cara tertentu terhadap r pada kondisi-kondisi tertentu c karena s); r untuk reference

(rujukan); dan c untuk context (konteks) atau conditions (kondisi).

Saat ini dikenal dua jenis setniotika yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signilikasi.

1. Semiotika komunikasi yang dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce lebih menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi dan acuan.

2. Semiotika signifikasi yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure memberikan tekanan pada teori tanda dan pcmahamannya dalam suatu konteks tertentu. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda.

(34)

simbolik, kode proaretik (logika tindakan), dan kode gnomik yang membangkitkan suatu badan pengetahuan tertentu.

2.1.11.Semiotika Roland Bar thes

Semiologi Roland Barthes mendasari kajian-kajian Barthes selanjutnya terhadap obyek-obyek kenyataan atau unsur-unsur kebudayaan yang sering ditelitinya. Cakupun kajian kebudayaan Barthes sangat luas. Kajian itu meliputi kesusastraan, perfilman, busana dan berbagai fenomena kebudayaan lainnya. Sebuah garmen, sebuah mobil, sepinggan masakan, sebuah bahasa isyarat, scbuah film, sekeping musik, sebuah gambar iklan, sepotong perabot, sebuah kepala judul surat kabar, ini semua memang nampaknya obyek-obyek heterogen.

Semiologi Barthes merupakan suatu interpretasi kebudayaan, tetapi interpretasi yang dimaksudnya mengarah pada produksi makna sebanyak mungkin, bukan suatu upaya penggapaian makna ultim. Interpretasi semacam ini jelas menolak adanya “kebenaran” (semacam grand narrative, menjamin istilah Lyotard) dan hanya mau menerima kebenaran-kebenaran (Kurniawan, 2001:116-117).

(35)

mereka hilang. Karena kesatuan teks terletak bukan pada asal usulnya, tetapi pada tempat tujuannya (Kurniawan, 2001:95).

Dunia ini penuh dengan tanda-tanda, tetapi tanda-tanda ini tak semaunya punya kesederhanan murni dari huruf-huruf alphabet, tanda lalu lintas atau seragam militer mereka secara tak terbatas lebih kompleks (Kurniawan, 2001:81-82).

Semiologi Barthes tersusun atas tingkatan-tingkatan sistem bahasa. Umumnya Barthes membuatnya dalam dua tingkatan bahasa, bahasa tingkat pertama adalah hahasa sebagai obyek dan bahasa tingkat kedua yang disebut metabahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem tanda yang memuat penanda dan petanda. Sistem tanda kedua terbangun dengan menjadikan petanda dan penanda tingkat pertama sebagai penanda baru yang kemudian memiliki penanda baru sendiri dalam suatu sistem tanda baru pada taraf yang lebih tinggi. Sistem tanda pertama disebutnya dengan istilah denotasi atau sistem terminologis, sedang sistem tanda tingkat kedua disebutnya sebagai konotasi atau sistem retoris atau mitologi. (Kurniawan, 2001:115).

(36)

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca. Konotasi walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya.

Gambar 2.1

Peta Tanda Roland Bar thes

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat yang bcrsamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi dalam konteks Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya (Sobur, 2003:668-69).

(37)

Barthes. Dalam pengertian minim denotasi hiasanya dimengerti sehagai makna harfiah, makna yang "sesungguhnya'", bahkan kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi yang secara tradisional, disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Akan tetapi, di dalam semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Dengan demikian, sensor atau represi politis, sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan keharfiahan denotasi yang bcrsifat opresif ini. Konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai ”mitos" dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.

Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau, dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem, pemaknaan tataram kedua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.

(38)

Barthes berbicara tentang konotasi sebagai suatu ekspresi budaya. Kebudayaan, mewujudkan dirinya di dalam teks-teks dan demikian ideologi pun mewujudkan dirinya rnelalui berbagai kode yang merembes masuk ke dalam teks dalam bentuk penanda-penanda penting, seperti tokoh, latar, sudut pandang. dan lain-lain (Sobur, 2001:70-71).

Semiologi Roland Barthes, jelas sangat terkait dengan strukturalisme. Strukturalisme adalah usaha untuk menunjukkan bagaimana makna literer bergantung pada kode-kode yang diproduksi oleh wacana-wacana yang mendahului dari sebuah budaya. Secara luas kode-kode budaya ini telah menggiringkan suatu makna tertentu bagi manusia. Kode-kode budaya ini tertihat jelas bila kita mengkaji mitos-mitos yang tersebar dalam kehidupan keseharian.

Mitos menurut Barthes adalah sehuah sistem komunikasi yang dengan demikian dia adalah sebuah pesan. Mitos kemudian tak mungkin dapat menjadi sebuah obyek, sebuah konsep atau sehuah ide karena mitos adalah sebuah mode penindasan yakni sebuah bentuk.

(39)

sebuah landasan sejarah, yakni tipe tuturan yang terpilih dari sejarah dan dia tidak mungkin dapat berkembang dari "hakikat" benda-benda. (Kurniawan, 2001:183-184).

Di wilayah perbincangan kesusastraan dan linguistik, Barthes dikenal melalui analisa tekstual (textual analysis) atau analisa naratif struktural (structural analysis of narrative) yang dikernbangkannya. Analisa struktural yang dikembangkan Barthes ini digunakannya sebagai pisau bedah untuk menganalisa berbagai bentuk naskah. Sernentara bagi Barthes, analisa naratif struktural secara metodologis berasal dari perkembangan awal atas apa yang disebut linguistik struktural sebagaimana pada perkembangan akhirnya dikenal sebagai semiologi atau semiotika. Jadi secara sederhana analisa naratif struktural dapat disebut juga sebagai semiologi teks karena memfokuskan diri pada naskah. Intinya sama yakni mencoba memahami makna suatu karya dengan menyusun kembali makna-makna yang tersebar dalam karya tersebut dengan suatu cara tertentu.

(40)

berarti bagi pembaca seperti yang telah disebutkan oleh Jonathan Culer di atas. Dengan demikian, maka metode dalam mendekati suatu teks atau menilainnya dilihat dari bagaimana pembaca memproduksi makna (tingkat dua). Barthes mengajak untuk menilai suatu teks dengan dua cara: writerly texs dan readerly texs. Namun dapatlah kiranya dipahami bahwa writerly text adalah apa yang dapat ditulis pembaca sendiri terlepas dari apa yang ditulis pengarangnya. Sedangkan readerly text adalah apa yang dapat dibaca, tetapi tak dapat ditulis, yakni teks terbaca yang merupakan nilai reaktif dari writerly text. Barthes sendiri memilih writerly text sebagai penilaian. (Kurniawan, 2001:87-90).

Teks kemudian mcnjadi terhuka terhadap scgala kemungkinan. Pembaca akan berhadapan dengan pluralitas signifikasi. Pada litik ini Barthes mengkritik pendekatan tunggal yang selama ini merupukan card represif yang tidak produktif. Pergeseran pusat dari perhatian kepada pengarang kepada pembaca merupakan konsekuensi logis dari semiologi Barthes yang menekankan semiologi derajat kedua yang memberi peran besar bagi pembaca untuk memproduksi makna. (Kurniawan, 2001:91).

(41)

sebuah paragraph, atau beberapa paragraph.

Dengan memenggal teks itu, maka pengarang tak lagi jadi perhatian. Teks bukan lagi menjadi milik pengarang, tetapi menjadi milik pembaca dan bagaimana pembaca memproduksi makna itu.

Produksi makna dari pembaca itu sendiri akan menghasilkan kejamakan. Tugas para semiolog atau pembaca kemudian adalah menunjukkan sebanyak mungkin makna yang mungkin dihasilkan. Barthes menyebut proses ini sebagai semiolog yang memasuki ”dapur makna”. (Kurniawan, 2001:93-94).

Apa yang dilakukan Barthes terhadap beragam teks itu memberi peluang besar terhadap interpretasi kebaruan makna pada teks tersebut (Kurniawan, 2001:98).

Cara kerja Barthes sebagai upaya untuk mengeksplisitkan kode-kode narasi yang berlaku dalam suatu naskah realis. Barthes berpendapat bahwa Sarrasine ini terangkai dalam kode rasionalisasi, suatu proses yang mirip dengan yang terlihat dalam retorika tentang tanda kode. Lima kode yang ditinjau Barthes adalah (Sobur, 2006:65-66) :

1. Kode Hermeunetik atau kode teka-teki

(42)

2. Kode Semik atau kode konotatif

Kode Senik atau kode konotatif banyak menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembacaan, pcmbaca menyusun tema suatu teks. la melihat bahwa konotasi kata atau frase tertentu dalam teks dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau frase yang mirip. Jika kita melihat suatu kumpulan satuan konotasi. kita menemukan suatu tema di dalam cerita. Jika sejumlah konotasi melekat pada suatu nama tertentu, kita dapat mengenali suatu tokoh dengan atribut tertentu. Perlu dicatat bahwa Barthes menganggap denotasi sebagai konotasi yang paling kuat dan paling ”akhir”.

3. Kode Simbolik

Merupakan suatu pengkodean fiksi yang paling khas bersifat struktural, atau tepatnya menurut konsep Barthes, pasca struktural. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa makna berasal dari beberapa oposisi biner atau pembcdaan baik dalam taraf bunyi menjadi fonem dalam proses produksi wicara, maupun pada taraf oposisi psikoseksual yang melalui proses. Dalam suatu teks verbal, perlawanan yang bersifat simbolik seperti ini dapat dikodekan melalui islilah-istilah retoris seperti antitesis, yang merupakan hal yang istimewa dalam sistem symbol Barthes.

4. Kode Paretik atau kode tindakan atau lakuan.

(43)

teks yang bersifat naratif. Kita mengenal kode lakuan atau peristiwa karena dapat memahaminya. Pada kebanyakan fiksi kita selalu rnengharap lakuan di "isi" sampai lakuan utama menjadi perlengkapan utama suatu teks.

5. Kode Gnomik atau kode kultural

Kode ini merupakan acuan teks benda-benda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya. Menurut Barthes, realisme tradisional didefinisi oleh acuan ke apa yang telah diketahui. Rumusan suatu budaya atau subbudaya adalah hal-hal kccil yang tclah dikodifikasi yang di atasnya para penulis bertumpu.

2.2. Ker angka Berpikir

Setiap individu mcmiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memaknai suatu peristiwa atau obyek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pcngetahuan (frame of reference) yang berbeda-beda pada setiap individu tersebut dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi, dalam hal ini pesan disampaikan dalam bentuk lagu, maka pencinta lagu juga tidak terlepas dari dua hal di atas.

(44)

Barthes dengan menitikbcratkan pada tanda denotative dan tanda konotatif Roland Barthes membahas menunjukkan aspek denotative tanda-tanda dalam budaya menyingkapkan konotasi yang pada dasarnya adalah mitos-mitos yang dibangkitkan oleh sistem tanda yang lebih luas yang membentuk masyarakat. Dari data-data berupa link lagu "Pemimpin dari Surga", kata-kata dan rangkaian kalimat lirik lagu tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode semiotik Roland Barthes (menitikberatkan pada aspek denotasi (sistem tanda pertama) dan aspek konotasi (sistem retoris atau mitologi) yang pada akhirya diperolch kebaruan makna sehingga menghasilkan suatu interpretasi bagaimana pemaknaan dalam Iirik lagu tersebut.

Dalam pendekatan Roland Barthes terhadap signifikasi dua tahap, yaitu tahap pertama terdapat komponen penanda dan petanda serta makna denotasi, tanda itu akan dikaitkan dengan reality eksternal (kenyataan yang ada diluar). Tahap kedua adalah penanda dan petanda itu mempunyai bentuk konotasi yang isinya mengandung mitos dan berkaitan dengan budaya sekitar. Secara sistematis dapat ditunjukkan bagan kerangka sibagai berikut:

Gambar 2.2.

(45)

3.1. J enis Penelitian

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan deskriptif kualitatif, dimana dalam pendekatan deskriptif

kualitatif akan dapat menginterprestasikan secara rinci pcmaknaan tiap lirik

dalam lagu "Pemimpin Dari Surga" karya grup musik "Gigi”.

Pemaknaan lirik lagu ''Pemimpin Dari Surga" dari grup musik "Gigi"

adalah untuk mengetahui bagaimanakah pemaknaan lirik lagu Pemimpin

Dari Surga. Dengan menggunakan metode analisis semiotik, pemaknaan

yang dilakukan peneliti dapat lebih menghasilkan uraian yang mendalam

tentang tulisan yang dapat diamati. Kemudian untuk menginteprestasikan

bagaimana pemaknaan lirik lagu "Pemimpin Dari Surga" dari grup musik

"Gigi" maka perlu terlebih dahulu diketahui sistem tanda yang ada pada lirik

lagu tersebut.

Dengan menggunakan metode analisis semiotik, pemaknaan yang

dilakukan peneliti dapat lebih menghasilkan uraian yang mendalam tentang

tulisan yang dapat diamati peneliti menggunakan. Dalam penelitian ini

metode pendekatan semiotika Barthes, alasan menggunakan pendekatan

Barthes adalah pendekatan ini menganggap bahasa mempunyai dua

tingkatan, bahasa tingkat pertama adalah bahasa sebagai obyek dan bahasa

tingkat kedua sebagai metabahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem tanda

(46)

Unit analis yang digunakan dalam pcnelitian ini adalah tanda-tanda

berupa tulisan, terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat yang ada pada

lirik lagu "Pemimpin Dari Surga" yang dipopulerkan oleh group band Gigi.

3.3. Cor pus

Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan

perkembangan oleh analisis kesemenaan. Corpus merupakan sampel terbatas

dalam penelitian kualitatif. Corpus harus cukup luas untuk memberi harapan

yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan memelihara sebuah sistem

kemiripan dan perbedaan yang lengkap, corpus juga bersifat sehomogen

mungkin (Barthes dalam Kurniawan, 2001:70).

Sebagai analisis, corpus itu bersifat terbuka pada konteks yang

beraneka ragam, sehingga memungkinkan untuk memahami banyak aspek

dari sebuah pesan yang ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak dari

unsur tertentu yang terpisah dan berdiri sendiri dari teks yang bersangkutan

(Setianingsih, 2003:40)

Corpus pada penelitian ini adalah lirik lagu dengan judul “Pemimpin

Dari Surga” yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Gigi. Alasan pemilihan

lirik lagu tersebut adalah karena dalam lirik lagu itu karena saat ini sangat

sulit ditemui pemimpin yang bersih dan mampu memimpin rakyatnya

(47)

Apakah mungkin bila kamu

Menjadi pengganti bagi kami

Hanyalah saja yang terjadi

Kami jadi pengabdimu

Memang benar kau punyai

Kuasa atas diri kami

Tapi ingat kuasamu amanah dari Sang kuasa

Hei pimpinlah kami dengan cinta

Hei pimpinlah kami dengan rasa

Hei pimpinlah kami dengan sayang

Hei jadilah pemimpin dari surga

Bawa kami tuntun kami

Dengan apapun yang mulia

Bawa kami tuntun kami

Dengan kesungguhan hati

Hei pimpinlah kami dengan cinta

Hei pimpinlah kami dengan rasa

Hei pimpinlah kami dengan sayang

(48)

Sesungguhnya jika diberikan ....

Maka kamu akan menanggung seluruh bebannya

Tetapi jika ditugaskan ...

Maka kamu akan ditolong mengatasinya

Hei pimpinlah kami dengan cinta

Hei pimpinlah kami dengan rasa

Hei pimpinlah kami dengan sayang

Hei jadilah pemimpin dari surga

3.4. Tek nik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data

primer yaitu data yang diperoleh melalui pemahaman lirik lagu ”Pemimpin

Dari Surga" Data setiap pemahaman ini diperoleh data primer yaitu lirik lagu

"Pemimpin Dari Surga" itu sendiri. Teknik pengumpulan data lainnya,

melalui penggunaan bahan dokumenter seperti buku-buku. dan internet.

Sumber dokumenter tersebut untuk memperoleh tentang berbagai hal

mengenai pemaknaan dalam link lagu yang menjadi bahan dalam penelitian

ini.

3.5. Metode Analisis Data

Analisis dan interpretasi data dilakukan berdasarkan Metode

semiologi Roland Barthes, yang digunakan adalah di mata suatu karya atau

(49)

tersedia, yang tidak lain adalah teks itu sendiri . Sebagai proyek rekontruksi,

maka pertama-tama teks atau lirik lagu tersebut dipenggal-penggal terlebih

dahulu menjadi beberapa leksia atau satuan bacaan tertentu. Leksia ini dapat

berupa kata, beberapa kalimat, sebuah paragraph, atau beberapa paragraph.

Kemudian menyusun atas tingkatan-tingkatan sistem bahasa.

Umumnya Barthes rnembuatnya dalam dua tingkatan Bahasa, bahasa tingkat

pertama adalah bahasa sebagai obyek dan bahasa tingkat kedua yang disebut

mctabahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem tanda yang memuat penanda

dan petanda. Sistem tanda kedua terbangun dengan dengan menjadikan

petanda dan penanda tingkat pertama sebagai penanda baru yang kemudian

memiliki penanda baru sendiri dalam suatu sistem tanda baru pada taraf yang

lebih tinggi. Sistem tanda pertama disebutnya dengan istilah denotasi atau

sistem terminologis, sedang sistem tanda tingkat kedua disebutnya sebagai

konotasi atau sistem retoris atau. mitologi. (Kurniawan, 2001:115).

Pada dasarnya ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam

pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh

Barthes. Dalam pengertian umum denotasi biasanya dimengerti sebagai

makna harfiah, makna yang "sesungguhnya", bahkan kadang kala juga

dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi yang secara

tradisional, disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kcpada

penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Akan

(50)

kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan

makna dan dengan demikian, sensor atau represi politis. Sebagai reaksi yang

paling ekstrem melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini.

Konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai ”mitos"

dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi

nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.

Yang menjadi alasan atau pertimbangan Barthes rnenempatkan

ideologi dengan mitos, karena baik di dalam mitos maupun ideologi

hubungan antara penanda konotatif dan petanda konotatif terjadi secara

termotivasi. Ideologi ada selama kebudayaan ada, dan itulah sebabnya

barthes berbicara tentang konotasi sebagai suatu ekspresi budaya.

Kebudayaan, mewujudkan dirinya di dalam teks- teks atau lirik lagu dan

demikian, ideologi pun terwujudkan dirinya melalui berbagai kode yang

merembes masuk ke dalam lirik lagu dalam bentuk penanda-penanda

(51)

4.1. Gambar an Umum Objek Penelitian 4.1.1. Sekilas tentang Band Gigi

Grup Band Gigi resmi dibentuk pada tanggal 22 Maret 1994. Pada awalnya Grup Band ini terdiri atas Armand Maulana (vokalis), Thomas Ramdhan(bassis), Dewa Budjana (gitaris), Ronald Fristianto (drummer)"EVO Band" , dan Baron Arafat "Baron Soulmate" (gitaris). Nama "Gigi" sendiri muncul setelah para personelnya tertawa lebar mengomentari nama "Orang Utan" yang nyaris dijadikan nama band ini. Dengan latar belakang musik yang beda-beda, mereka menggabungkannya ke dalam satu musik yang menjadi ciri khas Gigi. Album perdana yang bertema "Angan" dilempar ke pasaran dengan dukungan dari Union Artist/Musica. Pada waktu itu Gigi belum membentuk suatu manajemen artis untuk mengelola kegiatan mereka sehingga untuk mempromosikan album perdana itu, mereka merilis dua single yang sekaligus video klip, yaitu Kuingin dan Angan. Tetapi kedua lagu andalan tersebut tidak banyak mendongkrak angka penjualan. Kurangnya promosi dan tidak adanya pengelolaan manajemen menjadi penyebab utama kegagalan album pertama group musik ini.

(52)

terjual sekitar 400.000 copy serta meraih penghargaan sebagai "Kelompok Musik Terbaik". Pada saat ini manajeman Gigi terjadi keretakan dengan Baron. Video klip lagu andalan kedua "Nirwana" dibuat tanpa adanya Baron. Pada September 1995, Baron secara resmi keluar dari Group Band Gigi. Kemudian diikuti keluarnya Thomas dan Ronald pada bulan November 1996. Akhirnya Grup Band Gigi hanya tinggal berdua saja namun tetap berusaha bertahan dan merekrut Opet Alatas (bassis) dan Budhy Haryono (drumer). Formasi baru ini memberi warna baru pada Gigi. Pada tahun 1997 mereka mengeluarkan album keempat yang bertema 2x2 dengan menggandeng sejumlah musisi kondang, lokal dan dunia, Antara lain Billy Sheehan (Mr. Big) yang menyumbang permainan basnya yang dahsyat pada lagu mereka (Cry Baby), dan Indra Lesmana juga ikut menyumbang dalam lagu "Tractor". Lagu andalan "Kurindukan" ternyata kurang direspon masyarakat. Keadaan ini tertolong sama dengan adanya tur 100 kota yang menampilkan duet Indra Lesmana dan Gilang Ramadhan sebagai pembukanya.

(53)

Group musik Gigi. Tak lama setelah itu Gigi merilis album keenam yang berjudul "Baik" pada bulan April 1999. Lagu andalan pertamanya adalah "Hinakah".

Album lain yang pernah dirilis GIGI yaitu Kilas Balik (1998), Baik (1999), The Greatest Hits Live (2000), Untuk Semua Umur (2001), The Best Of Gigi (2002),Salam Kedelapan (2003), Ost Brownies (2004), Raihlah Kemenangan (2004),Raihlah Kemenangan-Repackage (2005), Next Chapter (2006), Pintu Sorga(2006), Dan Peace, Love & Respect (2007). Dalam rangka memperingati 15 tahun karir musik Gigi di belantika musik Indonesia, maka pada 31 Maret 2009, Gigi merilis sebuah buku biografi dengan titel 15 TAHUN GIGI. Di dalam buku setebal 429 halaman ini Gigi akan memberikan DVD konser 11 JANUARI, serta satu single yang hanya ada di bonus buku ini.

(54)

4.1.2. Lir ik Lagu Pemimpin Dar i Sur ga

Seperti lagu-lagu yang lainnya, Lagu band Gigi yang berjudul "Pemimpin Dari Surga" memiIiki sebuah makna tersendiri tergantung pada orang yang mendengarnya. Lagu “Pemimpin Dari Surga" ini sendiri menceritakan tentang kerinduan masyarakat akan pemimpin yang dapat memimpin rakyatnya dengan baik.

Berikut ini adalah lirik lagu “Pemimpin Dari Surga” Apakah mungkin bila kamu

Tapi ingat kuasamu amanah dari Sang kuasa Hei pimpinlah kami dengan cinta

Maka kamu akan menanggung seluruh bebannya Tetapi jika ditugaskan ...

(55)

Hei pimpinlah kami dengan sayang Hei jadilah pemimpin dari surga

4.2. Penyajian Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa lirik lagu “Pemimpin Dari Surga”, yaitu lagu yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Band Gigi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap syair “Pemimpin Dari Surga” yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Band Gigi hasil pengamatan tersebut kemudian akan diinterprasikan dan disajikan pemaknaannya. Setelah itu baru diketahui apa pesan yang terkandung didalamnya. Lirik lagu “Pemimpin Dari Surga” selanjutnya akan dibahas berdasarkan landasan teori dari Roland Barthes, untuk mengetahui pemaknaannya.

Tanda-tanda berupa tulisan, terdiri dari kata-kata tersebut akan dipenggal-penggal terlebih dahulu menjadi beberapa leksia (satuan bacaan) yang berupa kata, berupa kalimat, sebuah paragraph, atau beberapa paragraf untuk dikategorikan ke dalam kode Barthes sehingga dapat diketahui bagaimana pemaknaan dari lagu pemimpin dari surga

(56)

adalah seseorang yang menempati peranan sentral atau posisi dominan dan pengaruh dalam kelompok.

Definisi tanda dari Roland Barthes adalah berdasarkan unsur penanda (signifier), petanda (signifield) yang diantara hubungan tersebut terdapat dua tahap yang disebut tataran pertama dan tataran kedua. Pada tataran pertama berupa realitas atau kenyataan dan juga tanda yang ada dalam masyarakat. Barthes menyebut tataran ini sebagai denotasi. Kemudian pada tataran kedua merupakan suatu pencerminan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat atau disebut Barthes sebagai konotasi.

4.3. Analisis dan Inter pr etasi Data

(57)

Apakah mungkin bila kamu Menjadi pengganti bagi kami Hanyalah saja yang terjadi Kami jadi pengabdimu

Bait 1 kalimat ke-1: Apakah Mungkin Bila Kamu 1. Penanda : Apakah mungkin bila

kamu

2. Petanda : Konsep Tentang Pengandaian

3. Tanda Denotatif : Kemungkinan

4. Penanda Konotatif : Kemungkinan

5. Petanda konotatif : Pengandaian tentang seseorang

6. Tanda Konotatif : Pengandaian untuk mendapatkan keadaan yang lebih baik

Kalimat ke pertama dari lirik ini termasuk dalam kode Hermenuetik

(58)

mendapatkan keadaan yang lebih baik.

Dalam bait pertama ini, kalimat ke pertama yaitu Apakah Mungkin Bila Kamu. Kata Apakah mempunyai arti bentuk kata tanya untuk menyatakan pilihan dan menegaskan informasi yang ingin diketahui. Kata Mungkin mempunyai arti tidak atau belum tentu. Kata Bila mempunyai arti kata tanya untuk menanyakan waktu. Kata Kamu mempunyai arti kata benda jamak yang diajak bicara, yang disapa.

Makna konotasi dari kalimat apakah mungkin bila kamu adalah pengandaian tentang penunjukan seseorang untuk merubah keadaan menjadi lebih baik dari sekarang

Bait 1 kalimat ke-2: Menjadi Pengganti Bagi Kami 1. Penanda : Menjadi Pengganti Bagi

Kami

2. Petanda : Konsep tentang pergantian

3. Tanda Denotatif : Pergantian

4. Penanda Konotatif : Pergantian

5. Petanda konotatif : Menggantikan tanggung jawab

6. Tanda Konotatif : Pergantian tanggung jawab dari sebuah kepemimpinan

(59)

Kode Gnomik atau Kultural (Budaya) karena sudah biasa dalam masyrakat seseorang pemimpin diganti oleh pemimpin lainnya ketika jabatannya habis atau karena sudah tidak dapat memimpin dengan baik. Kode semik dalam kalimat ini adalah berkenaan dengan tema-tema yang dapat disusun lewat proses pembacaan teks yakni kata pengganti. Kode simbolik dalam kalimat ini adalah menggambarkan pergantian sebuah kepemimpinan.

Dalam bait pertama ini, kalimat ke dua yaitu menjadi pengganti bagi kami. Kata menjadi mempunyai arti kata menjabat sebuah pekerjaan. Kata pengganti mempunyai arti orang yg menggantikan kedudukan atau jabatan orang lain. Kata bagi mempunyai arti kata depan untuk menyatakan perihal. Kata k ami mempunyai arti yang berbicara bersama dengan orang lain (tidak termasuk yg diajak berbicara).

Makna konotasi dari kalimat menjadi pengganti bagi kami adalah pergantian tanggung jawab dari sebuah kepemimpinan yang bertujuan untuk menjadikan keadaan yang lebih baik

Bait 1 kalimat ke-3: Hanyalah saja yang ter jadi

1. Penanda : Hanyalah saja yang terjadi

2. Petanda : Konsep tentang pertentangan

3. Tanda Denotatif : Pengecualian

4. Penanda Konotatif : Pengecualian

5. Petanda konotatif : Pengecualian tentang sebuah pilihan

(60)

kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata hanyalah saja yang menimbulkan pertanyaan hanyalah saja apa yang terjadi, kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita mengenai sebuah keadaan yang harus diterima setelah sebuah pilihan diambil . Kode Gnomik atau Kultural

(Budaya) karena di masyrakat terkadang sulit menerima keadaan yang menjadi pilihan dia sendiri. Kode semik dalam kalimat ini adalah berkenaan dengan tema-tema yang dapat disusun lewat proses pembacaan teks yakni kata hanyalah saja. Kode simbolik dalam kalimat ini adalah menggambarkan keadaan seseorang setelah dia memilih sebuah pilihan.

Dalam bait pertama ini, kalimat ke tiga yaitu Hanyalah saja yang ter jadi. Kata Hanyalah mempunyai arti kata tetapi Cuma, tetapi, tidak lebih dari . Kata saja mempunyai arti kata melulu (tiada lain hanya, semata-mata). Kata yang mempunyai arti kata yg menyatakan bahwa bagian kalimat yg berikutnya menjelaskan kata yg di depan. Kata ter jadi mempunya arti kata sudah dijadikan (diadakan).

(61)

1. Penanda : Kami jadi pengabdimu 2. Petanda : Konsep tentang pengabdian 3. Tanda Denotatif : Bersedia dipimpin

4. Penanda Konotatif : Bersedia dipimpin

5. Petanda konotatif : Mengikuti seseorang yang berkuasa

6. Tanda Konotatif : Kemauan mengikuti seseorang yang memiliki kekuasaan dan mengarahkan kearah yang lebih baik

Kalimat ke empat dari lirik ini termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata pengabdimu menimbulkan pertanyaan pengabdian kepada siapa, pimpinan kah atau orang yang dihormati, kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita mengenai sebuah pengabdian dari seorang yang bawahan terhadap seorang pemimpin. Kode Gnomik atau Kultural (Budaya) karena di masyrakat saat ini banyak seorang pemimpin yang sangat ingin dihormati dan dihargai oleh abdinya atau bawahannya. Kode semik dalam kalimat ini adalah berkenaan dengan tema-tema yang dapat disusun lewat proses pembacaan teks yakni kata pengabdimu. Kode simbolik dalam kalimat ini adalah menggambarkan keadaan seseorang seseorang yang menerima untuk menjadi abdi (bawahan) dari seorang pemimpin yang telah dipilihnya

(62)

pengabdimu mempunyai arti kata yg menyatakan bahwa orang yang mengabdi kepada

Makna konotasi dari kalimat kami jadi pengabdimu adalah kemauan mengikuti seseorang yang memiliki kekuasaan dan mengarahkan kearah yang lebih baik

Bila kalimat-kalimat ini digabungkan maka makna bait ke 1 secara keseluruhannya adalah pengandaian tentang penunjukan seseorang untuk merubah keadaan menjadi lebih baik dari sekarang sehingga kemungkinan akan terlaksananya pergantian tanggung jawab dari sebuah kepemimpinan yang bertujuan untuk menjadikan keadaan yang lebih baik namun terdapat pengecualian jikalau orang tersebut menjadi pemimpin dan bertanggung jawab kepada rakyatnya maka akan timbul kemauan mengikuti seseorang yang memiliki kekuasaan dan mengarahkan kearah yang lebih baik

Isi lir ik bait k e dua ter dir i dar i tiga kalimat yaitu :

Memang benar kau punyai

Kuasa atas diri kami

(63)

1. Penanda : Memang benar kau punyai 2. Petanda : Konsep tentang kepunyaan 3. Tanda Denotatif : Mempunyai sesuatu

4. Penanda Konotatif : Mempunyai sesuatu

5. Petanda konotatif : mempunyai sesuatu yang belum tentu dimiliki oleh orang lain

6. Tanda Konotatif : Kepunyaan akan kekuasaan yang dapat mempenegaruhi orang lain

Kalimat ke lima dari lirik ini termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata punyai yang menimbulkan pertanyaan apa yang dipunyai untuk dapat menjadi seorang pemimpin, kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita tentang seseorang yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk memimpin . Kode Gnomik atau Kultural (Budaya) karena kekuasaan dan kekuatan adalah hal yang utama dalam kehidupan ini, orang yang berkuasan menindas orang yang lemah. Kode semik dalam kalimat ini adalah kata yang berkenaan dengan tema-tema yang dapat disusun lewat proses pembacaan teks yakni kuasa. Kode simbolik dalam kalimat ini adalah menggambarkan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang.

(64)

arti kata jamak yg diajak bicara yang disapa. Kata Pun yai mempunyai arti memiliki, menaruhh.

Makna konotasi dari kalimat pilih memang benar kau punyai yakni kebenaran tentang sesuatu yang dimiliki oleh seseorang yang tidak dimiliki oleh orang lain dan dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain

Bait 2 kalimat ke-6 : Kuasa Atas Dir i Kami

1. Penanda : Kuasa atas diri kami 2. Petanda : konsep tentang kekuasaan 3. Tanda Denotatif : kekuasaan atas seseorang

4. Penanda Konotatif : kekuasaan atas seseorang

5. Petanda Konotatif : mempengaruhi atau memerintah orang lain

6. Tanda Konotatif : kelebihan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain

Kalimat ke enam dari lirik ini termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata kuasa yang menimbulkan teka teki kuasa yang seperti apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin, Dan kuasa untuk mrmimpin seperti apakah yang dipunyao, kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita tentang seseorang yang memiliki kuasa atas diri orang lain, orang tersebut dapat mengatur dan mengendalikan orang tersebut. Kode Gnomik atau

(65)

pembacaan teks yakni kata kuasa. Kode Simbolik dalam kalimat ini menggambarkan kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain

Dalam bait kedua ini, kalimat ke enam yaitu Kua sa atas dir i kami. Kata Kuasa mempunyai arti kemampuan atau kesanggupan (untuk berbuat sesuatu) kata Ata s mempunyai arti tentang atau terhadap. Kata Dir i mempunyai arti orang seorang (terpisah dari yang lain). Kata Kami mempunyai arti yg berbicara bersama dengan orang lain (tidak termasuk yg diajak berbicara)

Makna konotasi dalam lirik yaitu Kua sa atas dir i kami ialah adalah kemampuan atau kesanggupan dari seseorang untuk mengatur atau mengendalikan orang lain baik untuk kepentingan bersama maupun kepentingan individu atau kelompok

Bait 2 kalimat ke-7: Tapi Ingat Kuasamu Amanah Dar i Sang Kuasa 1. Penanda : Tapi Ingat Kuasamu

Amanah Dari Sang Kuasa

2. Petanda : Konsep tentang amanah

3. Tanda Denotatif : Amanah untuk melakukan sesuatu 4. Penanda Konotatif : Amanah untuk

melakukan sesuatu

5. Petanda konotatif : tugas dan tanggung jawab

Gambar

Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes
Gambar 2.2.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi ekstraktan dan konsentrasi stripper dalam proses ekstraksi- stripping untuk menentukan koefisien distribusi pada

Hubungan pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas bank syariah adalah dimana kedua pembiayaan ini akan menghasilkan keuntungan dari

(a) Nyatakan satu tabiat yang boleh mengganggu proses hidup manusia.. (i) Nyatakan tabiat buruk yang dilakukan oleh

Kepemimpinan harga rendah, yaitu untuk membuat produk dan jasa pada harga yang lebih rendah dari pesaing dengan.. peningkatan kualitas

Hasil konfigurasi perangkat keras sensor ultrasonik dengan Arduino mampu membangkitkan gelombang ultrasonik dan mencacah waktu rambat gelombang seperti yang

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Service Performance

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulisan dapat menyelesaikan Laporan akhir yang berjudul “Pembuatan Plastik

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan kode etik Pustakawan diperpustakaan UIN Alauddin Makassar telah berusaha melaksanakan semua aturan yang tercantum