• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PASANGAN SUAMI – ISTRI YANG MENIKAH MUDA ( Studi Deskriptif Kualitatif Peranan Komunikasi Interpersonal pada Pasangan Suami Istri yang Menikah Muda dalam Mempertahankan Rumah Tangga di Wilayah Gresik).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PASANGAN SUAMI – ISTRI YANG MENIKAH MUDA ( Studi Deskriptif Kualitatif Peranan Komunikasi Interpersonal pada Pasangan Suami Istri yang Menikah Muda dalam Mempertahankan Rumah Tangga di Wilayah Gresik)."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

Rumah Tangga di Wilayah Gresik)

SKRIPSI

OLEH :

DINI INDAH SUSANTI NPM : 1043010059

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

ii

SUAMI – ISTRI YANG MENIKAH MUDA

( Studi Deskriptif Kualitatif Peranan Komunikasi Interpersonal Pada

Pasangan Suami Istri Yang Menikah Muda dalam Mempertahankan Rumah

Tangga di Gresik )

Disusun Oleh :

Dini Indah Susa nti

NPM : 1043010059

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Ir .H.Didiek Tranggono, M.Si

NIP. 19581225 199001 1001

Mengetahui,

Dekan

Dr a.Hj.Supar wati,M.Si

(3)

iii

SUAMI – ISTRI YANG MENIKAH MUDA

( Studi Deskriptif Kualitatif Peranan Komunikasi Interpersonal Pada Pasangan Suami Istri Yang Menikah Muda dalam Mempertahankan Rumah Tangga di Gresik )

Oleh :

Dini Indah Susanti NPM : 1043010059

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas Pembangunan

Nasional “ Veter an “ J awa Timur

Pada tanggal 12 J uni 2014

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Ir .H.Didiek Tr anggono, M.Si Ir .H.Didiek Tr anggono,M.Si NIP. 19581225 199001 1001 NIP. 19581225 199001 1001

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat

serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai

syarat kelulusan untuk meraih gelar sarjana.

Penyusunan skripsi ini dapat selesai, karena senantiasa mendapat bimbingan,

petunjuk, dan saran dari beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu menyelesaikan skripsi ini, baik moral, mental, spiritual maupun material

terutama kepada Ir.H.Didiek Tranggono M,Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan karya penelitian ilmiah skripsi ini.

Penulis juga berharap bahwa skripsi ini, akan memberikan manfaat yang baik untuk

diri penulis, dan pembaca lainnya agar dapat memberikan acuan ataupun pedoman yang

bisa diandalkan untuk penulisan skripsi berikutnya.

Dengan segala kerendahan hati dan ketulusan, penulis ingin menyampaikan rasa

hormat dan mengucapkan terima kasih kepada:

1. ALLAH SWT yang telah memberikan segala rahmat serta hidayah-Nya yang

begitu melimpah dalam hidup.

2. Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(5)

v

UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Drs. Syaifuddin Zuhri,M.Si selaku sekretaris Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “ Veteran “ Jawa Timur.

5. Bapak Ir.H.Didiek Tranggono,M.Si , terima kasih buat bimbingan dan kritikan

serta sarannya dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi yang telah memberi ilmu dan sangat

bermanfaat dalam kelancaran penulis menyelesaikan skripsi.

7. Kedua orang tua saya tercinta dengan penuh kesabaran tiap hari membimbing,

memotivasi dan mendoakan penulis untuk segara menyelesaikan kuliah. Beliau

adalah orang-orang hebat yang selalu mendukung dalam segala hal yang

berbuah positif.

8. Terima kasih my lovely hun serta buat teman-teman dan sahabat tercinta ( Dio,

Mertien, Sani, you are the best and always the best :* ) untuk Ovin, Sinta, Karin

n the gank, Rima, Fajar, Rendy, Koko Robby, Mas Cuplis, Ntus, Novi) thanks

untuk supportnya dan untuk semuanya.

9. Terima kasih untuk para informan yang sudah menyempatkan waktu dan mau

membantu menjadi sumber informasi dalam penelitian ini.

10.Untuk Diri saya sendiri, semangat serta kerja keras selalu membuahkan hasil

(6)

vi

masih sangat terbatas. Untuk itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari segi

isi, susunan kalimat maupun teknis penyajiannya, akan penulis terima dengan segala

kelapangan hati demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga penyusunan skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi pihak yang

berkepentingan, khususnya bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi.

Amin

Surabaya, 12 Juni 2014

(7)

vii

` Halaman

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Per umusa n Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian Kegunaan ... 12

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 12

1.4.2 Manfaat Praktis ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

2.1 Penelitian Ter dahulu ... 14

2.2 Landasan Teor i ... 18

2.2.1 Pengertian Peranan ... 18

(8)

viii

2.2.4 Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 22

2.2.5 Jenis Hubungan Interpersonal ... 24

2.2.6 Peranan Komunikasi Interpersonnal ... 26

2.2.7 Pengertian Pasangan Suami Istri ... 32

2.3 Teor i Hubungan Inter per sonal ... 34

2.3.1 Teori Coordinnated Management Of Meaning ... 34

2.4 Komunikasi Dalam Per nikahan ... 38

2.4.1 Komunikasi Antara Pasangan Suami Istri ... 38

2.4.2 Hambatan Komunikasi Interpersonal... 39

2.4.3 Faktor – Faktor Pernikahan Muda ... 40

2.4.4 Penyebab Kerusakan Hubungan Pernikahan ... 42

2.5 Kerangka Pemikir an ... 43

2.5.1 Gambar Kerangka Berfikir Peneliti ... 44

BAB III Metode Penelitian ... 45

3.1 Definisi Konseptual ... 45

3.2 Fokus Penelitian ... 46

3.3 J enis Penelitian ... 48

3.4 Subjek Penelitian ... 50

3.4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

(9)

ix

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.6 Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV Hasil dan Pembahasan... 57

4.1 Gambar an Umum Objek Penelitian ... 57

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data... 59

4.2.1 Penyajian Data ... 59

4.2.2 Identitas Informan ... 61

4.2.3 Analisis Data... 68

4.2.3.1 Faktor – Faktor Pernikahan Muda ... 68

4.2.3.2 Hambatan Komunikasi Interpersonal... 72

4.2.3.3 Peranan Komunikasi Interpersonal ... 79

a. Sudut Pandang Humanistik ... 80

b. Sudut Pandang Pragmatis ... 83

c. Sudut Pandang Pergaulan Sosial ... 89

BAB V Kesimpulan dan Sar an ... 105

5.1 Kesimpulan ... 105

5.2 Sar an ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(10)

x

Ha laman

(11)

xi

Halaman

1. Lampiran 1 Inter view Guide ... 109

(12)

dalam Memper tahankan Rumah Tangga di Wilayah Gr esik).

Perkawinan ialah ikatan lahir antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.Antara suami istri harus saling mencintai saling berbagi perasaan dan berbagi kebahagiaan. Pada umumnya masing-masing pihak telah mempunyai pribadi yang telah terbentuk, karena itu untuk menyatukan satu dengan yang lain perlu adanya saling penyesuaian, saling pengorbanan, saling pengertian dan hal tersebut harus disadari benar-benar oleh kedua pihak yaitu oleh suami istri. Dalam kaitannya dengan hal itu maka peranan komunikasi dalam rumah tangga adalah sangat penting. Antara suami istri harus saling berkomunikasi dengan baik untuk dapat mempertemukan satu dengan yang lain, sehingga dengan demikian kesalahpahaman dapat dihindarkan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi interpersonal pada pasangan muda dalam mempertahankan rumah tangga .

Teori yang digunakan dalam penelitian ini, ialah coordinated management of meaning dan pengambilan peran. Dimana kedua teori tersebut menyangkut tentang kualitas komunikasi yang baik dalam hubungan sehingga peranan komunikasi yang diharapkan dapat sesuai. Kemudian dapat diketahui komunikasi yang terjadi efektif atau tidak efektif.

xcMetodologi dalam penelitian ini, menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana dengan teknik pengumpulan data melalui observasi terlebih dahulu kemudian menganalisa data yang diperoleh kemudian menverifikasinya. Wilayah penelitian ini di daerah Gresik dengan mengambil informan sebanyak 5 pasangan suami istri

Hasil dalam penelitian dikatakan bahwa informan seluruhnya hampir menggunakan peranan komunikasi interpersonal di dalam rumah tangga nya, bagi mereka, komunikasi adalah hal penting yang harus dilakukan agar pengharapan mereka dapat tersampaikan sesuai dengan keinginan atau feedback yang diharapkan. Peranan komunikasi interpersonal yang digunakan ialah ditinjau dari sudut pandang humanistic, pragmatis dan pergaulan social. Seluruhnya telah dilakukan dengan maksimal oleh kesemua informan meskipun terkadang penyampaian komunikasi mereka terjadi hambatan. Maka dari ketiga peranan tersebut, informan menerapkan ketiga hal tersebut di dalam rumah tangga nya sehinga komunikasi yang terjadi diantara kedua pasangan adalah komunikasi efektif.

(13)

Maintanance the Household on the Ter itor y of Gr esik).

Marriage is a bond born between a man and woman as husband and wife the aim of forming a family ( household) are happy and remain upon God Almighty. Between husband and wife should love each other sharing feelings and sharing happiness. Generally, each party has had its personal that has developed, therefore to unite with one another is need for mutual adjustments, mutual understanding and mutual sacrifice, it should really be realized by both parties re husband and wife. In connection with it the role of communication in households is very important. Between the husband and wife should mutually communicate well to be able to reconcile with one another, and thus the misunderstanding can be avoided. The purpose of this research was to find out how the role of interpersonal communication on young couples in maintaining the household.

The teory used in this research is the coordinated management of meaning and role taking. Where both of these theories are concerned about the quality of good communication in the relationship so that the role of the communication that is expected to be fit. Can then be aware of communication that occurs is effective or not effective.

The methodology in this study, using a qualitative research method, where the technique of collection data through observation first then menfanalisa the data retrieved and then verify it. Area of research is in the area of Gresik by taking as many as 5 informant married couples.

The results in the research said that the informant was almost entirely using the role of interpersonal communication in his household, for them, communication is the important thing that must be done in order for the hope they can be carried in accordance with the wishes of the expected. The role of interpersonal communication used is reviewed from the viewpoint of humabistic, pragmatic, and social intercourse. All has been done to the maximum by the informant, although sometimes the submission of their communication to occur. The role of the third, the third applying the informant in his household, so that the communication that occurs between the two couples is effective communication.

(14)
(15)

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat melepaskan diri dari jalinan relasi sosial, dimana manusia selalu akan mengadakan kontak sosial yaitu selalu berhubungan dengan orang lain. Bahkan sebagian besar dari waktu kita digunakan untuk berkomunikasi. Mengingat kuantitas komunikasi yang dilakukan dibandingkan dengan kegiatan lainnya, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan salah satu hal yang penting bagi manusia, dengan kata lain kualitas hidup manusia juga ditentukan oleh pola komunikasi yang dilakukannya. Sebab Suatu jalinan dapat menentukan harmonisasi (Rakhmat, 1996:7).

(16)

orang lain melihatnya, memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan rasa sakit dengan cara melalui berbagi rasa bersama dengan orang lain (Devito, 1997:245-246).

Individu berhubungan dengan individu lain karena mengharapkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya. Setiap individu secara sukarela masuk dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya (Rakhmat, 1996:121). Lebih spesifik lagi, suatu hubungan kemungkinan besar akan dipelihara ketika dianggap menguntungkan. Hubungan berkembang sejalan dengan waktu dan individu yang terlibat dalam suatu hubungan berusaha saling mengenal sehingga dapat melakukan proses penyesuaian tehadap perbedaan masing - masing. Apabila penyesuaian berhasil hubungan akan berjalan lancar, bertambah dekat dan akrab. Namun apabila penyesuaian tersebut tidak berjalan dengan baik, akan terjadi suatu kemunduran dalam hubungan itu. Hubungan mungkin dapat tumbuh dan maju, menjadi kuat dan lebih bermakna, tetapi mungkin juga dapat menyusut dan mundur. Kemunduran hubungan terjadi apabila mulai muncul ketidakpuasan dan konflik diantara anggota hubungan tersebut.

(17)

memiliki kematangan emosi yang sangat tinggi agar bisa mengelola rumah tangga dengan lebih baik. Jika tidak, rumah tangga akan rentan konflik yang berkepanjangan (Adhim, 2002 : 109). Terlebih lagi salah satu menikah muda nya karena MBA, bagi pasangan - pasangan yang menikah karena “ kecelakaan ” atau yang biasa disebut Married By Accident (MBA). Dari hasil observasi yang ditemukan pada jurnal, yakni wawancara dengan Mud’har. SPsi, Msi (konsultan psikologi) pada tanggal 27 Februari 2013 diketahui bahwa hubungan suami istri yang hamil di luar nikah memiliki kemungkinan konflik dan risiko perceraian lebih besar karena mereka kurang mempersiapkan diri masuk ke dalam hubungan baru yaitu pernikahan dan perkawinan.

(18)

Tujuan sebenarnya sangat mulia jika dilandasi untuk saling memberi yang terbaik bagi pasangannya. Kesepakatan diatas dapat dijadikan dasar yang kokoh untuk membina kehidupan rumah tangga untuk menjadi keluarga yang harmonis.

Namun beda halnya dengan pernikahan yang dilaksanakan pada saat usia muda. Biasanya pernikahan muda didasari banyak factor salah satu nya dilaksanakan secara terpaksa akibat adanya kehamilan diluar nikah. Menurut United Nations Development Economic and Social Affairs (UNDESA), Indonesia merupakan negara urutan ke - 37 dengan jumlah perkawinan dini terbanyak di dunia. Untuk level negara ASEAN, Indonesia berada pada urutan kedua terbanyak setelah Negara Kamboja. ( www.metrotvnews.com )

Sedangkan lingkup terkecil dari pernikahan dini di Jawa Timur ternyata cukup tinggi. Dari hasil rilis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Jawa Timur yang dikeluarkan , Kamis pada tanggal ( 05 / 12 ) mencapai 53.372 orang atau dengan total 19 persen dari jumlah pernikahan di tahun 2013 sebanyak 276.761 orang.

Secara psikologis , menikah usia muda emosinya masih labil. Untuk menekan angka pernikahan dini, BKKBN terus melakukan sosialisasi. Hal ini karena adanya perbedaan di dalam UU Perkawinan dengan UU Perlindungan Anak. ( www.jurnas.com/news ).

(19)

anak-anak atau di bawah umur. Diharap para pemangku kepentingan untuk duduk bareng terkait adanya perbedaan usia wanita dalam UU Perkawinan dengan UU Perlindungan Anak. Harapannya , agar wanita melaksanakan perkawinan di atas usia 21 tahun. (www.jurnas.com)

Pernikahan yang terjadi dibawah usia 21 tahun cenderung memunculkan banyak permasalahan salah satunya yaitu meningkatnya kecenderungan untuk melakukan seks pranikah atau sebelum menikah. ( www. Jurnalperempuan.org ).

Menurut hasil rilis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Jawa Timur, melalui media online menyatakan bahwa meningkatnya angka seks pranikah juga menyumbangkan angka kehamilan yang tinggi pada kelompok remaja perempuan usia muda, dimana usia yang sangat rentan untuk seorang perempuan mengandung dan melahirkan. Karena melahirkan atau melakukan proses persalinan dibawah usia 21 sangatlah membahayakan bagi seorang perempuan, karena di masa itu tingkat emosionalnya masih labil dan organ reproduksinya juga belum kuat untuk melahirkan. Sehingga para remaja diharapkan merencakan pernikahan dengan baik.( www.jurnas.com/news ).

(20)

sebanyak 64.891 perkara. Menurut Badan Urusan Peradilan dan Agama Gresik pada periode tahun 2005 – 2012 terjadi peningkatan cerai hingga 70 persen dan 30 persen tidak bercerai. Sedangkan di tahun 2012 terakhir pada bulan desember di sejumlah kota – kota besar dan kecil terdapat data yang menyebutkan jumlah perceraian, yaitu : tertinggi angaka perceraian di Banyuwangi 6.784 pasangan, Kabupaten Malang 6.716 pasangan, Kota Jember 6.654 Pasangan, Kota Blitar 4.416 pasangan, Surabaya 5.253 pasangan, dan di kabupaten Gresik meningkat angka perceraiannya terdapat 82.729 pasangan yang bercerai. Di kabupaten gresik sedang ditangani kasus permohonan cerai sebanyak 1.575 kasus yang terdiri dari 511 perkara ekonomi, 217 perkara ketidakharmonisan, 123 perkara tidak ada tanggungjawab, 175 perkara hadirnya pihak ketiga dalam rumah tangga, dan 96 perkara terkait krisis akhlaq seperti judi, miras. (www.wartawarga.gunadarma )

(21)

norma sosial. peranan komunikasi interpersonal terkait dengan penyampaian pesan yang ingin disampaikan kepada pihak lain, yaitu antara suami kepada istri ataupun istri kepada suami guna mencapai pemenuhan komunikasinya yang diinginkan. biasanya antara pasangan suamik dan istri masih memiliki keegoisan tersendiri, baik tentang apa yang diinginkan dan apa yang harus dituruti, oleh sebab itu bisa jadi peranan diantara keduanya tidak berjalan setara, atau lebih menuju kepada peranan yang seharusnya dijalankan tetapi tidak dijalankan. misal, suami yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga, tidak bekerja karena faktor malas atau lebih menyepelekan bahwa tugas tersebut bukan bagian dari dirinya. Dengan adanya masalah tersebut yang sudah dilakukan observasi langsung oleh peneliti, maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dan menginginkan agar hal perceraian dapat di minimalisir.

(22)

kelompok melainkan sebagai individu yang unik. Pasangan dapat menjelaskan tentang sikap ( why ) bukan hanya dapat mendeskripsikan seseorang ( what ). ( DeVito, 2007 : 114 ).

Di dalam hubungan suami istri terjadi komunikasi interpersonal yang oleh Mulyana diartikan sebagai komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal (Mulyana, 2000 : 73).

Kenyataan menunjukkan bahwa kasus pernikahan dini semakin meningkat baik di desa maupun di kota. Seringkali pernikahan dini yang terjadi, banyak menimbulkan masalah karena kurangnya kesiapan secara psikis dan fisik. Salah satu masalah yang ditimbulkan dari pernikahan dini adalah munculnya kasus kekerasan dalam rumah tangga.

Di bawah ini beberapa contoh kasus pernikahan dini yang terjadi di perkotaan, sebagai berikut :

(23)

yang masih di bawah aturan hukum pernikahan itu karena ada kekhawatiran dari orang tua yang melihat anaknya sudah berpasangan. Jadi mereka memutuskan untuk menikahkannya sebelum adanya resiko kehamilan diluar nikah,” paparnya. ( http://www.sragenpos.com/2014/75-perkawinan-usia-dini ).

(24)

kota santri,” katanya. ( http://erfins.wordpress.com/category/kasus-perkawinan-usia-dini-di-gresik-meningkat/ ).

Di indonesia, menurut Dina (dalam Noviyanti, 2002) fenomena menikah sambil kuliah juga pernah menggejala di Indonesia pada dekade 60-70 an. Hal itu terjadi pada waktu itu masa studi yang umumnya lebih lama dan bisa mencapai belasan tahun, sehingga banyak mahasiswa yang menikah. Pada saat diberlakukan sistem pendidikan sarjana 4 tahun, perkawinan muda disaat masih kuliah relatif lebih jarang. Hal ini dikarenakan kesibukan dengan kegiatan perkuliahan dan biasanya secara ekonomi masih begantung kepada orang tua. Norma dan agama menuntut kesiapan dari pasangan-pasangan yang hendak menikah terutama pria yang harus memberi nafkah pada keluarganya. Namun demikian, tidak sedikit mahasiswa yang memutuskan untuk menikah muda walau masih harus kuliah. Keputusan untuk menikah muda apalagi yang bukan karena “terpaksa harus menikah”, tentunya bukan hal yang mudah dan minim resiko. (http://journal.uii.ac.id,Pernikahan di Kalangan Mahasiswa S-1.Proyeksi. Vol. 6 No.2. Pdf Online ).

(25)

Dari kenyataan permasalahan diatas yang diambil oleh peneliti dari sebagian media online dan observasi secara langsung. Maka peneliti tertarik untuk membahas permasalahan ini lebih dalam di wilayah Kota Gresik. Kabupaten Gresik merupakan salah satu wilayah yang ada di Propinsi Jawa Timur yang terletak di sebelah utara kota Surabaya. Kota Gresik mempunyai julukan yaitu Gresik Kota Santri, dinamakan demikian karena kota Gresik terkenal dengan masyarakat yang masih religius ( taat beragama ). Dalam hal ini masyarakat gresik mayoritas memeluk agama islam. Selain itu, kota gresik juga banyak memiliki sejarah – sejarah yang berkaitan dengan religi, seperti : adanya makam orang alim yang termasuk anggota walisongo yaitu Syeh Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri serta adanya pusat pendidikan ajaran agama islam atau pondok pesantren yang terkenal. Maka dengan demikianlah alasan peneliti untuk meneliti di wilayah tersebut, karena adanya julukan “ Gresik Kota Santri “ dan peneliti mengaitkan hal ini dengan permasalahan yang muncul perihal pernikahan muda.

(26)

hambatan yang akan ditemuinya pada saat memutuskan untuk membina rumah tangga bersama. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi banyak penyesalan yang dialami oleh pasangan muda yang kehamilannya diluar dugaan. Banyak pula faktor – faktor yang keegoisannya saling bertabrakan sehingga tidak ada yang mau mengalah untuk meredam konflik yang terjadi. Penyesalan dalam menikah muda hampir dirasakan oleh semua pasangan muda yang mengalami kehamilan diluar nikah dan setelah menikah, mereka mengalami perubahan kehidupan yang tidak pernah ada persiapan sebelumnya.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang didapat oleh peneliti dari latar belakang diatas yaitu Bagaimana peranan komunikasi interpersonal pada pasangan suami isteri yang menikah muda dalam mempertahankan rumah tangga ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi interpersonal pada pasangan suami istri yang menikah muda dalam mempertahankan rumah tangga .

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

(27)

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti – peneliti lain yang ingin meneliti peran komunikasi interpersonal.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi pasangan suami – isteri yang menikah muda dapat menjadi sumber sebagai bahan informasi kepada mereka yang belum melakukan pernikahan sebelumnya agar tidak melakukan hubungan intim secara bebas. Kemudian hasilnya digunakan untuk wawasan pengetahuan dalam mencegah pernikahan usia muda yang belum matang.

b. Bagi peneliti, diharapakan dapat menajdi pengalaman yang menarik untuk meneliti tentang komunikasi interpersonal dalam pasangan suami – isteri yang menikah muda akibat adanya kehamilan diluar nikah.

(28)

2.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, maka peneliti meninjau-nya dengan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan serupa, yaitu permasalahan yang menyangkut tentang peranan komunikasi interpersonal. Penelitian pertama, yang diambil dari jurnal “ Acta Diurna “ vol 1. No 1. Th 2013 Universitas Kristen Petra Surabaya pada program studi ilmu komunikasi tentang “ Peranan Komunikasi Interpersonal Guru dalam Meningkatkan Pengetahuan Anak “, oleh Widya P.Pontoh dengan studi pada guru – guru di TK Santa Lucia Timinting.

(29)

Berdasarkan hasil jurnal penelitian dan pembahasan yang ada, maka yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini sehubungan dengan Peranan Komunikasi Interpersonal Guru Dalam Menigkatkan Pengetahun Anak adalah sebagai berikut : Bahasa yang digunakan oleh guru sudah sangat tepat dalam berkomunikasi dengan anak didiknya serta pesan yang disampaikan dalam Komunikasi interpersonal guru dengan murid lebih kepada konsep pelajaran dan juga motivasi kepada anak didiknya untuk lebih cepat memahami apa yang dimaksudkan oleh guru tersebut.

(30)

berperan dalam mencegah perilaku seks pranikah. Diharapkan agar orang tua harus lebih bisa mendorong anak untuk menyampaikan isi hatinya agar bisa jujur dan terbuka sehingga tercipta komunikasi yang efektif.

Sejalan dengan permasalahan yang terkait tentang peranan komunikasi interpersonal, Maka jurnal penelitian ini dinilai sangat relevan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti, yaitu memiliki persamaan dalam hal hubungan komunikasi interpersonal. Hanya saja pada jurnal pertama komunikasi interpersonal dilakukan pada guru – guru yang berada di TK Santa Lucia Timinting dalam meningkatkan pengetahuan anak didiknya. Dan jurnal kedua komunikasi interpersonal dilakukan pada orang tua dan anak untuk mencegah seks pranikah.

(31)

Demikian pula dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti pada pasangan suami istri yang memutuskan untuk menikah muda. Banyaknya fenomena pernikahan muda yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang dapat dikatakan masih remaja, dan memiliki kelabilan emosi dan cenderung belum dewasa, serta masih mendahulukan nafsu dibanding pemikiran rasional yang tidak pernah di fikirkan apa akibat yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Peneliti disini ingin mengetahui seberapa besar peranan komunikasi interpersonal dalam sebuah hubungan suami istri dalam mempertahankan rumah tangga sehingga antara pasangan suami – istri untuk dapat berkomunikasi dalam hal apapun, sekalipun dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi diantara mereka. Pasangan muda yang memutuskan untuk menikah tentunya memiliki komitmen yang disepakati bersama. Komitmen yang dibuat merupakan unsur dalam komunikasi interpersonal yang dimiliki oleh setiap orang. Adapun komitmen yang sebelumnya sudah dibicarakan digunakan untuk menghimbau adanya hambatan – hambatan yang akan ditemui dalam menjalani pernikahan, khususnya pada pernikahan usia muda

(32)

2.2 L andasan Teori

2.2.1 Penger tian Per anan

Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989) Menurut Komaruddin (1994:768) yang dimaksud dengan peranan adalah:

a. Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seseorang dalam manajemen;

b. Pola penilaian yang diharapkan dapat menyertai suatu status;

c. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

Adapun menurut Soekanto (1984:273), peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan suatu bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan oleh seseorang dalam suatu kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan status atau kedudukan.

(33)

individu dalam bermasyarakat. Sebuah peran harus dijalankan sesuai dengan norma- norma yang berlaku juga di masyarakat. Seorang individu akan terlihat status sosialnya hanya dari peran yang dijalankan dalam kesehariannya.

2.2.2 Pengertian Komunikasi

Menurut Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata - kata untuk mengubah perilaku orang lain. Jadi, dengan demikian komunikasi itu adalah persamaan pendapat dan untuk kepentingan itu maka orang harus mempengaruhi orang lain dahulu sebelum orang lain itu berpendapat, bersikap, bertingkah laku yang sama dengan kita. (Widjaja, 2000: 26-27)

Salah satu definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yangmenyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”.Paradigma Lasswel di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

a. Komunikator (communicator, sender, source) adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi .

(34)

c. Media (channel, media) adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauhyempatnya atua banyak jumlahnya, maka diperlukan media sebagaipenyampai pesan.

d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) adalah orang yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator.

e. Efek (effect, impact, influence) adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2003: 10).Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepadaorang lain, komunikasi akan berhasil jika adanya pengertian serta kedua belah pihak saling memahaminya. Dimana dapat disimpulkan bahwa komunikasi sangat penting sama halnya dengan bernafas. Kualitas komunikasi menentukan keharmonisan hubungan dengan sesama individu.

2.2.3 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi ( Interper sonal )

(35)

manipulasi, tidak hanya tentang menang atau kalah dalam beragumentasi melainkan tentang pengertian dan penerimaan (Beebe, 2008: 3-5).

Komunikasi antar pribadi mempengaruhi hubungan, jika hubungan dan komunikasi terjalin baik, maka akan terjadi jalinan yang panjang, dimana saling menghargai dan memberikan perhatian antara satu dengan yang lain. Para ahli teori komunikasi mendefinisikan komunikasi antarpribadi secara berbeda-beda, dan berikut ini adalah 3 sudut pandang definisi utama :

1) Berdasarkan Komponen

Komunikasi antarpribadi didefinisikan dengan mengamati komponen - komponen utamanya, yaitu mulai dari penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak hingga peluang untuk memberikan umpan balik.

2) Berdasarkan Hubungan Diadik

(36)

istri juga dapat dilihat hubungan antarpribadi yang terjalin antara sepasang suami – istri.

3) Berdasarkan Pengembangan

Komunikasi antarpribadi dilihat sebagai akhir dari komunikasi yang bersifat tak pribadi menjadi komunikasi pribadi atau yang lebih intim. Ketiga definisi diatas membantu dalam menjelaskan yang dimaksud dengan komunikasi antarpribadi dan bagaimana komunikasi tersebut berkembang, serta bahwa komunikasi antarpribadi dapat berubah apabila mengalami suatu pengembangan (Devito, 1997: 231-232).

Dalam komunikasi antar pribadi tidak hanya tertuju pada pengertian melainkan ada fungsi yang dari komunikasi antar pribadi itu sendiri. Fungsi komunikasi adalah berusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2007: 60).

2.2.4 Tujuan Komunikasi Interpersonal

(37)

a) Mengenal diri sendiri dan orang lain

Salah satu cara amengenal diri sendiri adalah melelui komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain. Kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

b) Mengetahui dunia luar

Komunikasi antar pribadi juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian, dan orang lain. Banyak hal yang sering kita bicarakan melalui komunikasi antarpribadi mengenai hal-hal yang disajikan di media massa. c) Menciptakan dan memelihara hubungan

(38)

d) Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikais anntarpribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Keinginan memilihsuatu cara tertentu, mencoba makanan baru, membaca buku, berfikir dalam cara tertentu, dan sebagainya. Singkatnya banyak yang kita gunakan untuk mempersuasikan orang lain melalui komunikais antarpribadi.

e) Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Pembicaraanpembicaraan lain yang hampir sama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali hal tersebut tidak dianggap penting, tapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena memberi suasana lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan sebagainya.

f) Membantu orang lain

Kita sering memberikan berbagai nasihat dan saran pada teman-teman yang sedang menghadapi masalah atau suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikannya. Hal ini memperlihatkan bahwa tujuan dari proses komunikais antarpribadi adalah membantu orang lain.

2.2.5 J enis – J enis Hubungan Interpersonal

Jenis-jenis hubungan antarpribadi dapat diketahui antara lain: 1. Tahap Perkenalan

(39)

terbatas, Karena pada waktu pertama kali bertemu dengan seseorang, pembicaraan yang terjadihanya akan pada seputar informasi untuk saling mengenal saja.

2. Tahap Persahabatan

Tahap ini juga disebut sebagai tahap pertemanan. Persahabatn diperoleh setelah melalui tahap perkenalan. Seorang sahabat merupakan orang yang mempunyai kedudukan tertentu dalam hubungan antar pribadi. Menempatkan seorang menjadi sahabat karena telah mengenal dia dengan baik, selain itu kita juga telah menaruh rasa percaya dan harapan kepada dia sebgai seseorang yang mempunyai perhatian kepada kita. Di dalam persahabatan agar berjalan dengan baik, dua pihak komunikator dan komunikan harus mempunyai kedudukan yang sama.

3. Tahap Keakraban dan Keintiman

Jika pertemanan sudah diciptakan maka tahap tersebut dapat ditingkatkan menjadi hubungan antarpribadi yang akrab dan intim. Dalam hubungan ini keakraban dan keintiman terjadi karena dua pribadi memiliki banyak kesamaan dan keadaan tersebut dapat menimbulkan rasa cinta. 4. Hubungan Suami Isteri

(40)

5. Hubungan Orang Tua dan Anak

Hubungan ini adalah hubungan yang terlihat di antara orang tua dengan anakanak mereka dalam suatu keluarga inti. Anak-anak merupakan hasil perkawinan dari sepasang suami isteri, diman anak merupakan wujud dari keatuan mereka.

6. Hubungan Persaudaraan

Hubungan ini ditandai oleh perasaan cinta dan kedekatan antara kakak dan adik, maupun antara anak-anak dari ayah dan ibu yang sama.

Menurut Devito (1997: 259-268) komuniakasi antarpribadi dapat menjadi efektif maupun sebaliknya, karena apabila terjadi suatu permasalahan dalam hubungan, diantaranya hubungan persahabatan, maka komunikasi antarpribadi menjadi tidak efektif.

2.2.6 Peranan Komunikasi Interper sonal

(41)

Berikut ini terdapat 3 sudut pandang yang membahas tentang peranan komunikasi antarpribadi yang efektif yaitu :

a. Sudut Pandang Humanistik

Sudut pandang yang menekankan pada keterbukaan, empati, sikap mendukung,sikap positif, dan kesetaraan yang menciptakan interaksi yang bermakna, jujur, dan memuaskan. Beberapa hal yang ditekankan dalam sudut pandang yang memiliki penjabaran yang luas, diantaranya :

1. Keterbukaan, yang memiliki pengertian bahwa dalam komunikasi antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi, kesediaan untuk mebuka diri, kesediaan untuk mengakui perasaan dan pikiran yang anda miliki dan mempertanggungjawabkannya.

2. Empati, kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain tersebut, dimana seseorang juga mampu untuk memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan, dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa depannya.

3. Sikap mendukung, dalam hai ini merupakan pelengkap daripada kedua hal sebelumnya, karena komunikasi yang terbuka dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana tidak mendukung.

(42)

kepada orang lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif kepada lawan bicaranya, kemudian sifat positif juga dapat diwijudkan dengan memberikan suatu sikap dorongan dengan menunjukkan sikap menghargai keberadaan, pendapat, dan pentingnya orang lain, dimana perilakuini sangat bertentangan dengan sikap acuh. 5. Kesetaraan, memiliki pengertian bahwa kita menerima pihak lain atau

mengakui dan menyadari bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga. Karena apada kesetaraan, suatu konflik akan lebih dapat dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.

b. Sudut Pandang Pragmatis

Sudut pandang yang menekankan pada mnajemen dan kesegaran interaksi secara umum, kualitas-kualitas yang menentukan pencapaian tujuan spesifik. Beberapa hal yang ditekankan dalam sudut pandang ini adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan diri, komunikator yang efektif memiliki kepercayaan diri, dimana hal itu dapat dilihat pada kemampuan untuk menghadirkan suasana nyaman pada saat berinteraksi diantara orang-orang yang merasa gelisah, pemalu atau khawatir.

(43)

3. Manajemen interaksi, dalam melakukan komunikasi dapat mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua belah pihak, hingga tidak seorang pun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh yang paking penting. Beberapa cara yang tepat untuk melakukannya adalah dengan menjaga peran sebagai pembicara dan pendengar melalui gerakan mata, ekspresi vocal, gerakan tubuh dan wajah yang sesuai dan juga dengan saling memberikan kesempatan untuk berbicara merupakan wujud dari manajemen interaksi.

4. Daya ekspreksi, mengacu pada kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikan dengan aktif, bukan dengan menarik diri atau melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.

5. Orientasi kepada orang lain, dalam hal ini dimaksudkan untuk lebih menyesuaikan diri pada lawan bicara dan mengkomunikasikan perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan oleh lawan bicara. c. Sudut Pandang Pergaulan Sosial

(44)

memenuhi kebutuhan kita akan rasa aman, seks, penerimaan social, keuntungan keuangan, status dan sebaginya. Tetapi imbalan ini menuntut biaya atau bayaran tertentu. Sebagai contoh : untuk memperoleh keuntungan keuangan, seorang suami atau istri harus bekerja untuk mendapatkan uang, artinya mereka mengorbankan sebagian waktu kebebasan yang dimiliki.

Dengan model ini , maka orientasi pergaulan social menjelaskan kecenderungan seseorang untuk mencari keuntungan atau manfaat dengan mengeluarkan biaya sedikit . dan hamper pada setiap hubungan yang dibina pada masa lalu ataupun saat sekarang, mereka cenderung melihat pemeliharaan hubungan yang memberikan manfaat lebih besar daripada biaya.

Kebanyakan dari tiap seseorang memiliki harapan minimum. Suatu tingkat harapan kita dalam suatu hubungan. Bila harapan terlampaui, maka akan mengalami kepuasan. Sebagai contoh : kita merasa puas bila mendapatkan manfaat lebih besar daripada apa yang semula kita harapkan, dan sebaliknya.( DeVito , 2007 : 268 )

(45)

1. Bertukar Manfaat

Dalam setiap hubungan, selalu ada biaya, masalah keuangan, ketegangan pekerjaaan, masalah perumahan, serta konflik antarpribadi. Maka imbangi hal – hal tersebut dengan mempertukarkan manfaat atau kesenangan. Khususnya perilaku yang saling mengasihi. ( Ledere, 1984 : 269 ). Perilaku saling mengasihi adalah dukungan – dukungan kecil yang diterima dengan senang hati dari mitra hubungan seseorang.

2. Menanggung Beban Biaya Anda

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam model ekonomi di suatu hubungan, kita tidak akan merasa puas bila menanggung beban biaya yang terlalu besar atau tidak adil. Maka apabila hal ini terjadi kedua mitra dalam hubungan tersebut harus mau memikul beban tersebut secara bersama agar hubungan menjadi lebih setara.

(46)

membelai, untuk menanggulangi meningkatnya biaya hubungan, ditengah hubungan yang sedang dilanda kerusakan.

4. Memperbesar Manfaat untuk Mengurangi Daya Tarik Alternatif

Apabila biaya suatu hubungan melampaui manfaatnya, daya tarik alternative meningkat. Tetapi bila manfaat melebihi biaya nya, daya taik alternative menurun. misalnya, mitra anda kehilangan perkerjaan dan masalah keuangan terjadi, tetangga yang kaya kaya raya menjadi semakin menarik sebagai alternative.

Maka jelas setiap hubungan pasti akan memprediksikan bagaimana manfaat yang akan diperoleh untunk memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan.

2.2.7 Pengertian Pasangan Suami Istr i

Pasangan suami istri adalah sebuah ikatan manusia yang sudah melakukan pernikahan yang sah dengan ketentuan UU Perkawinan dan syariat agama yang dianut. Dalam UU perkawinan , seseorang dapat dikatakan suami istri dan bias melakukan pernikahan jika telah menginjak usia 21 tahun dan memiliki persiapan yang matang. Namun apabila pernikahan dilakukan dibawah usia tersebut, maka pasangan suami istri masih dikatakan remaja.

(47)

(Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.

Mendukung pernyataan di atas, Hurlock dalam bukunya sikologi Perkembangan”, menyatakan bahwa masa remaja secara psikologis adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.

(48)

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase mencari jati diri atau fase topan dan badai. Remaja masih belum mampu menguasai danmemfungsikan secara maksimal fungsi maupun psikisnya. ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik (Mummahad Ali dan Asrori, 2005).

2.3 Teori Hubungan Interpersonal

Dalm teori hubungan komunikasi interpersonal menjelaskan tentang berbagai macam tingkah laku dalam menjalani suatu hubungan, baik hubungan terhadap masyarakat, keluarga, persahabatan, dan lan sebagainya. Peneliti mengambil teori yang dipertimbangkan serta dikira cocok dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti. Teori tersebut sebagai berikut :

2.3.1 Teori Coordinated Management Of Meaning (CMM)

Teori ini dikemukakan oleh W. Barnet dan Venon Croner. Mereka menyatakan bahwa “quality of our personal lives and our social worlds is directly related to the quality of communication in which engage.”.

(49)

didasarkan pada pernyataan bahwa persons-in-conversations-co-condtruct their own social realities and are stimultaneously shaped by the worlds

they create. Pearce dan Cronen menghadirkan CMM sebagai sebuah teori praktis yang ditujukan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Tidak seperti ahli teori objektivis lainnya, mereka tidak mengklaim teori ini sebagai hukum besi komunikasi yang menjadi penguasa kebenaran bagi setiap orang dalam setiap situasi. Bagi Pearce dan Cronen, ujian utama bagi teori mereka adalah bukan kebenaran tunggal tetapi konsekuensi. Mereka memandang teori CMM sebagai teori yang berguna untuk menstimulasi cara berkomunikasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup setiap orang dalam percakapan sehari-hari. Oleh karena itu teori CMM umumnya banyak digunakan dalam konteks mediasi, terapi keluarga, konflik budaya, dan sebagainya. Dalam hal ini berhubungan dengan komunikasi antara pasangn suami dan istri yang menikah muda akibat hamil diluar nikah dalam manajemen konflik yang telah mereka buat. Dengan menggunakan teori ini akan dilihat apakah dengan cara berkomunikasi suami kepada istri maupun istri kepada suami akan menghindarkan mereka dari konflik yang bisa berdampak buruk bagi rumah tangga nya. (Fajar, 2009:25)

(50)

Asumsi tersebut mengawali bahasan teori ini, yaitu bahwa persons-in-conversation co-construct their own social realities and are

simultaneously shaped by the worlds they created terdapat Beberapa prinsi, antara lain :

1. The experience of persons-in-conversation is the primary social process of human life. Keterlibatan seseorang dalam sebuah percakapan adalah proses utama dalam kehidupan manusia. Pearce mengatakan bahwa konsep dasar ini dimunculkan untuk menyikapi pendapat yang mengatakan bahwa “communication as an odorless, colorless vehicle thought that is interesting or important only when it

is done poorly or breaks down.” Menurutnya, komunikasi bukan sekedar aktivitas atau alat bagi seseorang untuk mencapai tujuannya, sebaliknya komunikasilah yang membentuk siapa diri mereka dan menciptakan hubungan (relationship) di antara mereka.

(51)

pula orang bisa memilih untuk menyebut sebuah peristiwa sebagai sebuah tindak kejahatan atau hanya sebagai sebuah insiden, sakit jiwa daripada gila, dan sebagainya.

3. The actions of persons-in-conversation are reflexively reproduced as the interaction continuous. Reflexivity dipahami dalam artian bahwa setiap apa yang kita lakukan akan berbalik dan mempengaruhi kita. Tindakan seseorang dalam percakapan akan menentukan kelanjutan dari interaksi mereka. Pearce dan Cronen adalah social ecologist yang mengingatkan kita pada dampak jangka panjang dari praktek komunikasi yang kita lakukan.

4. As social constructionists, CMM researchers see themselves as curious participants in a pluralistic world. Mereka penuh rasa ingin tahu karena mereka memandang konyol jika mengharapkan kepastian ketika berhadapan dengan tindakan individu di luar kehidupan mereka dalam kondisi yang selalu berubah. Mereka adalah partisipan karena mencoba untuk secara aktif terlibat dalam apa yang mereka teliti. Mereka hidup dalam dunia yang plural karena mereka berasumsi bahwa orang menciptakan kebenaran ganda daripada sebuah kebenaran tunggal.

(52)

mengkoordinasikan apa mereka lakukan sehingga lingkungan sosial yang mereka ciptakan bisa mereka jalani dan bisa bertahan di dalamnya.

CMM bertujuan untuk menciptakan perdamaian. Salah satu cara yang disarankan untuk berbicara dengan orang lain adalah dengan menggunakan komunikasi dialogis.

2.4 Komunikasi dalam pernikahan

2.4.1 Komunikasi Antara Pasangan Suami Istr i

Komunikasi dalam pernikahan tentunya sudah terbentuk keluarga yang terdiri dari suami dan istri. Keluarga adalah sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Didalamnya hidup bersama pasangan suami-istri secara sah karena pernikahan. Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir batin. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya.

(53)

setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan dengan suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian.

Komunikasi yang dilakukan didalam keluraga antara suami dan istri akan dibilang efektif apabila dalam penerima pesan dapat menginterprestasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim pesan. Kenyataannya sering kita gagal saling memahami. Sumber utama kesalahpahaman dalam komunikasi adalah cara penerima menangkap makna suatu pesan berbeda dari yang dimaksudkan oleh pengirim, karena pengirim gagal mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat (Supratiknya, 1995, : 34).

2.4.2 Hambatan Komunikasi Interper sonal

Hambatan Komunikasi Interper sonal Tiga aspek yang termasuk dalam hambatan komunikasi interpersonal, yaitu (Sunarto, 2003:17): a. Hambatan mekanik, timbul akibat adanya gangguan pada saluran komunikasi, seperti terganggunya saluran magnetik radio oleh getaran-getaran sehingga pesan yang disampaikan menjadi kurang jelas.

(54)

seseorang dalam konteks yang berbeda, hal ini disebabkan adanya gangguan komunikator karena salah persepsi.

c. Hambatan manusiawi, segala masalah yang paling semu dalam semua proses komunikasi karena berasal dalam diri manusia sendiri. Terjadi karena faktor emosi dan prasangka pribadi, kemampuan atau ketidakmampuan alat panca indera.

2.4.3 Faktor – Faktor Pernikahan Muda

Faktor – faktor yang kebanyakan melatarbelakangi adanya pernikahan usia muda yakni sebagai berikut :

1. Faktor Kebiasaan Budaya

Faktor ini mengacu pada mistis budaya, misalnya masyarakat jawa khususnya perempuan diharuskan menikah setelah menginjak usia 17 tahun, sehingga apabila tidak segera menikah, perempuan tersebut dikatakan perawan tua.

Padahal usia untuk melakukan pernikahan sudah tercantum dalam undang – undang perkawinan. Sehingga mau tidak mau perempuan yang percaya dengan mistis tersebut akan melakukan pernikahan muda, tanpa mempertimbangkan apa yang akan dihadapi setelah menikah. Terlebih lagi jika kedua nya masih dibawah umur 21 tahun. Dan belum ada persiapan secara matang untuk menjalani pernikahan.

2. Faktor Perilsku Seks Pranikah

(55)

atau reaksi seseorang terhadap stimulus ( rangsangan dari luar ). Perilaku tersebut menurut Masland ( 2004 ) dikategorikan dengan berbagai tingkah laku seks yang bermacam – macam yaitu meliputi ;

a. Kissing

Ciuman untuk menimbulkan rangsanagn seksual, seperti ciuman bibir disertai rabaan pada bagian yang sensitive yang dapat menimbulkan rangsangan untuk melakukan seksual.

b. Necking

Berciuman disekitar daerah ini difokuskan pada bagian leher bawah disertai dengan pelukan mendalam.

c. Petting

Perilaku menggesek – gesekkan bagian tubuh yang sangat sensitive , seperti bagian payudara sehingga menimbulkan rangsangan yang lebih kuat untuk cepat bertindak ke hal yang lebih jauh lagi.

d. Intercrouse

Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pria dan wanita dengan alat kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual satu sama lain.

3. Faktor Ekonomi

(56)

menyusahkan, baik dalam hal mendidik ataupun membiayai. Sehingga apabila anak perempuan sudah memiliki pasangan, mereka dianjurkan untuk menikah, agar anak perempuan tersebut lepas dari keluarganya, dan hidup secara mandiri dengan suami nya.

2.4.4 Penyebab Kerusakan Hubungan Dalam Pernikahan

Pengembangan hubungan yang menjadi factor utama dari masalah – masalah yang ada adalah perusakan hubungan, yaitu menurunnya hubungan dan kemungkinan terjadi pemutusan hubungan. Perusakan hubungan adalah melemahnya ikatan yang mempertalikan orang bersama, perusakan hubungan dapat terjadi secara mendadak dan sedikit demi sedikit. ( Duck , 1982 : 249 ). Beberapa sebab perusakan hubungan adalah sebagai berikut :

a) Alasan – alasan untuk membina hubungan telah luntur b) Adanya hubungan pihak ketiga

c) Perubahan sifat dalam hubungan d) Harapan yang tak terkatakan e) Perilaku seks

f) Pekerjaan

g) Masalah keuangan

(57)

Hal – hal diatas merupakan alasan – alasan yang sering muncul dalam tiap hubungan ketika hubungan tersebut akan mengalami kerusakan atau keretakan yang sudah tidak dapat dipertahankan lagi oleh kedua pihak anggota dalam hubungan.

2.5 Kerangka Pemikiran

Dari penjelasan permasalahan yang sudah dijelaskan oleh peneliti secara mendetail, maka masalah yang diangkat oleh peneliti tentang peranan komunikasi interpersonal pada pasangan suami istri yang menikah muda, sehingga dari teori yang sudah dijadikan landsan dasar, maka kerangka pemikiran peneliti difokuskan pada pasangan suami istri yang telah menikah muda, namun pernikahan muda ini disebakan oleh beberapa hal atau alasan - alasan yang sudah dijelaskan sebelumnya.

(58)

Pernikahan Muda / pernikahan secara dini

Disebabkan oleh beberapa faktor

1. Faktor budaya

2. Faktor Perilaku seks pranikah 3. Faktor ekonomi

Muncul Hambatan Interper sonal

Gambar 2.5.1 Kerangka Pemikiran Peneliti

Coordinated Management of Meaning Pengambilan Peran

Komunikasi Efektif Mempertahankan

rumah tangga

Komunikasi Tidak Efektif berdampak kerusakan pada rumah

tangga Peranan Komunikasi Interper sonal pasangan

(59)

47

3.1 Definisi Konseptual

Pada penelitian ini, menggunakan metode penelitian deskripsi kualitatif,

dimana hal ini terkait dengan menggambarkan suatu fenomenan yang diteliti secara

mendalam sehingga memerlukan waktu yang relative lama dalam penelitian.

Penelitian ini difokuskan pada peranan komunikasi pasangan suami istri

yang menikah muda dalam mempertahankan rumah tangga. Sehingga tipe penelitian

ini harus detail dan mendalam dalam proses pelaksanaan interview guide kepada

informan.

Tipe penelitian deskriptif bertujuan membuat gambaran atau penjelasan

secara sistematis, factual dan akurat tentang fakta – fakta dalam objek tertentu.

Peneliti sudah memiliki konsep dan kerangka konseptual melalui landasan teori yang

akan menghasilkan dan bersifat memberikan pemahaman.

Penelitian kualitatif mempunyai karakteristik pokok yaitu mementingkan

makna dan konteks, dimana proses penelitiannya lebih siklus dan lancar. Dengan

demikian pengumpulan data dan analisa data berlangsung secara simultan, lebih

(60)

peneliti sendiri merupakan instrument kunci pengamatan yang berperan serta

menjadi participant observation. ( Boundam dalam Moleon , 2002 : 117 )

3.2 Fokus Penelitian

Definisi konseptual digunakan oleh peneliti untuk membatasi ruang

lingkup dalam pembahasan terhadap judul “Peranan Komunikasi Interpersonal

Pasangan Suami Istri yang Menikah Muda ” maka berikut adalah definisi

konseptual Peranan Komunikasi Interpersonal Pasangan Suami Istri yang

Menikah Muda adalah kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam

keluarga, khususnya pada pasangan suami istri baik yang menyenangkan

ataupun tidak menyenangkan dalam mengambil keputusan untuk menikah muda.

Pernikahan muda disebabkan oleh beberapa hal, yang kemudian akan

memunculkan konflik rumah tangga pasangan suami istri harus memegang peranan

sesuai dengan tugas mereka sebagai sosok suami yang memimpin rumah tangga dan

sosok istri yang menjadi ibu rumah tangga. Dalam peranan tersebut, komunikasi

dilakukan dengan cara kejujuran serta keterbukaan yang dapat mencegah

kesalahapahaman dan tidak berakibat pada dampak pernikahan muda seperti;

kekerasan rumah tangga, pertengkaran, perceraian khususnya pada pasangan suami

istri yang menikah muda.

Pernikahan muda biasanya masih dilatarbelakngi oleh keegoisan yang tinggi

(61)

itu peneliti ingin mengetahui tentang hal tersebut dengan melakukan penelitian

secara mendalam terhadap pasangan suami istri yang menikah muda. Kurangnya

komunikasi yang efektif juga dipengaruhi dari adanya kelabilan emosi pada

pasangan suami istri yang menikah muda karena belum adanya kesiapan lahir dan

batin. Sehingga saling ego menjadi pemicu utama dalam pernikahan muda.

Setelah peneliti memaparkan konsep - konsep diatas, fokus penelitian

dalam sebuah penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi, sehingga dengan

pembatasan tersebut akan mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian dan

dalam pengelolaan data yang kemudian menjadi sebuah kesimpulan. Dengan

memperhatikan uraian diatas serta bertitik tolak dari rumusan masalah, maka

fokus penelitian ini ditujukan pada pasangan suami istri yang menikah muda ,

sehingga dapat dikemukakan focus penelitian ini terdiri dari beberapa pokok yang

akan diulas secara mendalam ( Depth Interview ) kepada informan, yakni meliputi

sebagai berikut:

1. Per anan Komunikasi Antar Pr ibadi:

a. Sudut Pandang Humanistik

b. Sudut Pandang Pragmatis

(62)

2. Faktor – faktor Per nikahan Muda

a. Faktor Kebiasaan Budaya

b. Faktor Perilaku Seks Pranikah

c. Faktor Ekonomi

3. Hambatan Komunika si Inter per soal

a) Hambatan Mekanik

b) Hambatan Semantik

c) Hambatan manusiawi

Dalam penelitian ini ketiga hal diatas adalah yang dimaksud oleh peneliti

untuk melakukan penelitian didalam suatu hubungan rumah tangga pada pasangan

suami istri yang menikah muda. Serta dijadikan pedoman penelitian pada saat

interview guide agar penelitian ini tidak menyimpang dari rumusan masalah yang

sudah dituliskan sebelumnya.

3.3` J enis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan peneliti dalam penuyusunan skripsi ini

adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berusaha

menggambarkan atau melukiskan obyek secara detail antara yang diteliti dan

(63)

Riset Komunikasi ( 2002 : 26 ) secara umum penelitian metodologi kualitatif

memiliki ciri sebagai berikut :

1) Intensif , partisipasi periset dalam waktu lama pada setting lapangan. Periset

adalah instrument pokok penelitian.

2) Perencanaan yang hati – hati terhadap apa yang terjadi dengan catatan –

catatan dilapangan dan tipe – tipe dr bukti documenter.

3) Analisis data lapangan

4) Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, dan quotes ( kutipan – kutipan )

5) Tidak ada realitas yang tunggal, setiap peneliti mengkreasikan realitas senagai

bagian dari proses penelitiannya . realitas yang dipandang sebagai dinamis

dan produk konstruksi social.

6) Subyektif nya berada dalam referensi peneliti. Sedangkan periset sebagai

sarana penggalian interpretasi data.

7) Realitas adalah holistic dan tidak dapat dipilah – pilah.

8) Periset memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi dan

individu nya.

9) Lebih pada kedalaman ( Depth ) daripada keluasan ( Breadth )

10)Prosedur riset : empiris – rasional dan tidak terstruktur.

11)Hubungan antara teori – teori , konsep dan data – data memunculkan atau

(64)

Penelitian kualitatif mempunyai karakteristik pokok yakni mementingkan

makna dan konteks, dimana proses penelitiannya lebih siklus daripada lancar.

Dengan demikian pengumpulan data dan analisa data berlangsung secara

simultan. ( Boundan dalam Moleon, 2002 ; 1)

3.4 Subjek Penelitian

3.4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian, maka pengumpulan data lapangan dalam

penelitian ini berlokasi di wilayah Gresik. Sebab daerah tersebut mempunyai

komposisi penduduk yang religious dan wilayah daerahnya mayoritas memiliki

kawasan wisata islami. Selain itu peneliti tertarik dengan wilayah gresik karena

memiliki julukan “ Gresik Kota Santri “ sehingga menurut orang awam, maka

wilayah ini sangat religious dan terjaga kesopanannya. Masyarakat gresik

mayoritas memeluk agama islam. Serta kota gresik juga banyak memiliki sejarah –

sejarah yang berkaitan dengan religi, seperti : adanya makam orang alim yang

termasuk anggota walisongo yaitu Syeh Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri

serta adanya pusat pendidikan ajaran agama islam atau pondok pesantren yang

terkenal. Dan waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga Mei,

(65)

3.4.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan informan sebagai sumber

memperoleh data untuk penulisan skripsi ini. Pemilihan informan didasarkan pada

subjek yang banyak memiliki informasi yang berkualitas dengan permasalahan

yang ada. Penunjukan informan dalam penelitian ini dipilih secara sengaja sesuai

dengan pemberian informasi yang sebenarnya dan selengkapnya. Informan adalah

seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek.

( Berger dalam Kriyantono, 26 : 96 )

Informan penelitian ini adalah para pasangan suami dan istri yang menikah

muda di wilayah Gresik. Sedangkan sasaran penelitian ini ditentukan berdasarkan

teknik pemilihan secara sengaja . Dari sini subjek akan dipilih secara purposive

sesuai dengan keperluan karena yang digali dalam penelitian ini adalah kedalaman

informasi dari informan, bukan kuantitas informan. Adapun yang akan menjadi

subjek penelitian adalah :

1. Pasangan Suami istri berusia 16 - 21 tahun

2. Tinggal di wilayah Gresik

3. Telah menikah muda

4. Usia pernikahan dibawah 5 tahun atau disebut usia pernikahan jagung

Berdasarkan karakteristik diatas, maka peneliti mengambil informan secara

(66)

serta sesuai dengan tujuan penelitian ini. Informan tersebut sebanyak 3 pasang

informan yang memiliki karakteristik informan diatas dan terdiri dari suami dan istri

yang akan diwawancarai secara mendalam atau Depth Interview.

3.4.3 J enis Data

Sedangkan jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui narasumber dengan cara

melakukan wawancara yang sesuai dengan fokus penelitian yang dipersiapkan

sebelumnya oleh peneliti.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui beberapa sumber informasi,

yaitu dokumen-dokumen yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal pasangan

suami istri yang didapat dari media online dan observasi langsung.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan beberapa cara untuk

mengumpulkan data-data yang diperlukan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data yang sesuai dengan penulisan skripsi ini, yaitu :

1. Library Research

Library Research ini diambil dari buku – buku yang dijadikan pedoman dan

sangat terkait dengan penelitian ini. Kemudian dijadikan sebuah sumber

(67)

2. Field Work Research :

a. Observasi (pengamatan awal)

Observasi adalah pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti.

Tujuannya untuk menyamakan kondisi antara topic yang dibahas dalam

penelitian dengan keadaan realitas dilapangan.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara periset yakni seseorang yang

berharap mendapatkan informasi dan informan yakni seseorang yang

diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek. ( Berger,

2000 : 111). Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

Wawancara yang digunakan yaitu wawandara secara mendalam dan berulang

– ulang secara intensif ( Depth Interview ). Biasanya dengan menggunakan

wawancara ini periset seolah – olah mewawancarai informan seperti sedang

mengobrol asyik dan akrab. Sebab informan bebas memberikan jawaban dan

periset akan mencatat semua hasil wawancara secara nyata tanpa ada yang

disembunyikan. Hal ini menajdi tugas berat seorang periset untuk mengolah

data jawaban dari informan yang benar – benar fakta dan sedang dialami oleh

Gambar

Gambar 2.5.1 Kerangka Pemikiran Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

yang dimaksud dengan perkawinan adalah “ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia

Perkawinan), defenisi perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

Perkawinan adalah ikatan batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami.. istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga ) yang bahagia

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami

“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan

Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan

Perkawinan atau Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan

1 tahun 1974 tentang perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan