PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN
SOSIAL SISWA KELAS XI IPS 2 SMA N 1 KALASAN PADA
MATERI JURNAL PENYESUAIAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Th. Evilia Wulandari
NIM: 09 1334 064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN
SOSIAL SISWA KELAS XI IPS 2 SMA N 1 KALASAN PADA
MATERI JURNAL PENYESUAIAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Th. Evilia Wulandari
NIM: 09 1334 064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini kepada:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan berkatNya
yang melimpah kepadaku
Ibuku tercinta Yuliana Sihini dan kakakku tersayang Thomas Christian Hadi yang
senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang yang luar biasa
Kekasihku tersayang Yohanes Duta Kartika yang senantiasa memberikan
dukungan semangat yang luar biasa
Danik, Ela, Mb Berty, dan semua saudara-saudara yang telah memberikan
dukungan semangat baik secara moral dan spiritual
Sahabat-sahabatku,
v
MOTTO
“mintalah maka akan diberikan kepadamu, carilah
maka kamu akan mendapat, ketoklah maka pintu
akan dibukakan bagimu” (Matheus 7:7)
Pemenang: Dapat bersyukur saat kecewa, dapat
tersenyum saat terluka, dapat bangkit ketika
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 Juli 2013
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Th. Evilia Wulandari
Nomor Mahasiswa : 09 1334 064
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS
GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS XI IPS 2 SMA N 1
KALASAN PADA MATERI JURNAL PENYESUAIAN
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 5 Juli 2013
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS XI IPS 2 SMA N 1 KALASAN PADA MATERI JURNAL PENYESUAIAN
Th. Evilia Wulandari Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peningkatan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 2 pada materi jurnal penyesuaian melalui penerapan model pembelajaran tipe TGT; (2) peningkatan keterampilan sosial siswa kelas XI IPS 2 pada materi jurnal penyesuaian melalui penerapan model pembelajaran tipe TGT.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS 2 SMA N 1 Kalasan pada bulan Januari-Februari 2013. Jumlah subyek penelitian ini adalah 23 siswa. Metode pengumpulan data adalah kuesioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Tahapan penelitian tindakan kelas ini meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik analisis datanya meliputi analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TYPE TO IMPROVE MOTIVATION AND SOCIAL SKILLS OF THE ELEVENTH GRADE
STUDENTS OF SOCIAL SCIENCE DEPARTMENT OF SMA N 1 KALASAN ON ADJUSTING ENTRIES SUBJECT
Th. Evilia Wulandari Sanata Dharma University
2013
This research aims to find out: (1) the improvement of the eleventh grade
students’learning motivation on adjusting entries subject by the implementation of cooperative learning model TGT type; (2) the improvement of social skills of the eleventh grade students on adjusting entries subject by the implementation of cooperative learning model TGT type.
This research was conducted in the Eleventh Grade Students of Social Science Department of SMA N 1 Kalasan in January-February 2013. The participants of the research were 23 students. Data analysis methods were questionnaire, observation, interviews, and documentation. This research was conducted in 2 cycles. The phases of this research were planning, action, observation and reflection. The data analysis techniques include descriptive analysis and comparative analysis.
The result of this research indicates that: (1) there is an improvement of
the eleventh grade students’ learning motivation on adjusting entries subject by
the implementation of cooperative learning model TGT type (the average of
students’ learning motivation before research is 79,74, the first cycle is 89,61, and the second cycle is 97,61); (2) there is an improvement of the eleventh grade
students’ social skills on adjusting entries subject by the implementation of
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dari lubuk hati yang terdalam penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. dosen pembimbing yang telah
setia mendampingi, meluangkan banyak waktu, memberikan nasehat, kritik
dan saran untuk kebaikan skripsi ini.
5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. dosen penguji yang telah meluangkan
waktu untuk menguji, memberikan nasehat saran dan kritik demi
kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak FX. Muhadi, M.Pd. dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk
xi
7. Bapak Ibu dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian
Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah membantu dan membimbing penulis
selama menempuh kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
8. Tenaga Administrasi/Sekretariat yang telah membantu demi kelancaran proses
pembelajaran.
9. Bapak Drs. H. Tri Sugiharto selaku Kepala SMA N 1 Kalasan yang telah
memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.
10. Ibu Tri Puji Astuti, S.Pd. yang bersedia membantu, meluangkan waktu dan
menjadi guru mitra dalam penelitian ini.
11. Siswa-siswi kelas XI IPS 2 SMA N 1 Kalasan tahun ajaran 2012/2013
terimakasih atas bantuan dan kerja samanya.
12. Kepada Ibuku tercinta Yuliana Sihini dan kakakku Thomas Christian Hadi
yang telah memberikan dukungan doa, semangat tiada henti.
13. Kekasihku tersayang Yohanes Duta Kartika yang telah memberikan dukungan
semangat yang luar biasa.
14. Adik-adikku Anastasia Puspita wardani, Melania Ela Widianingrum dan
semua saudara yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah
memberikan dukungan, doa dan semangat.
15. Sahabat-sahabatku Agnes Ria Dwi Janari, Margareta Perwita Hapsari,
Fransisca Aprilia A.N, Hesta Eka Yulita , Praptamaningsih, Natalia Shara
Dewanti, Ririska Vakta Ninda, Yennica Endang Tri Utami, Dessy Christantry,
xii
Wulandari, FX. Prasetya Kusuma Putra, Arjun Yanuar Deni yang telah
memberikan bantuan, dukungan, doa, dan semangat.
16. Seluruh teman-temanku PAK 2009 terimakasih atas kebersamaan yang boleh
kita rasakan selama ini.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam
skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang
membangun guna membantu dalam penyempurnaan skripsi ini.
xiii
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii
ABSTRAK... viii
ABSTRACT ...ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... xviii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8
A. Penelitian Tindakan Kelas ... 8
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 8
2. Prinsip Dasar PTK ... 8
3. Tahap Pelaksanaan PTK ... 9
4. Tujuan PTK ... 11
5. Manfaat PTK... 11
B. Pembelajaran Kooperatif ... 11
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 11
xiv
a. Student teams-achievement divisions(STAD)... 15
b. Investigasi Kelompok (group investigation) ... 16
c. Make a match(mencari pasangan) ... 16
d. Jigsaw... 17
e. Teams Games Tournament(TGT) ... 18
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 19
1. Kelebihan TGT ... 20
2. Kekurangan TGT ... 21
D. Motivasi ... 21
1. Pengertian Motivasi ... 21
2. Fungsi Motivasi ... 22
3. Peranan Motivasi dalam Belajar ... 23
4. Ciri-ciri Orang Termotivasi ... 25
5. Unsur-unsur yang Memengaruhi Motivasi ... 25
E Keterampilan Sosial ... 26
F Jurnal Penyesuaian ... 28
G Kerangka Teoritik ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33
A. Jenis penelitian... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 33
1. Tempat Penelitian ... 33
2. Waktu Penelitian... 34
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34
D. Prosedur Penelitian ... 34
1. Kegiatan Pra Penelitian... 34
2. Siklus Pertama ... 36
3. Siklus Kedua ... 38
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 39
F. Pengukuran Variabel Penelitian... 39
G. Uji Kuesioner ... 42
xv
1. Analsis Deskriptif ... 49
2. Analisis Komparatif ... 49
BAB IV GAMBARAN UMUM... 52
A. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Kalasan ... 52
B. Visi, Misi, danTujuan SMA Negeri 1 Kalasan ... 55
1. Visi ... 55
2. Misi ... 56
3. Tujuan ... 57
C. Sistem Pendidikan SMA Negeri 1 Kalasan ... 57
D. Kurikulum SMA Negeri 1 Kalasan... 57
1. Muatan Mata Pelajaran ... 59
2. Beban Belajar... 60
3. Ketuntasan Belajar ... 62
E. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMA N 1 Kalasan ... 63
F. Sumber Daya Manusia SMA N 1 Kalasan ... 72
G. Siswa SMA N 1 Kalasan... 73
H. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA N 1 Kalasan ... 73
I. Proses Belajar Mengajar di SMA N 1 Kalasan... 80
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN... 81
A. Deskripsi Penelitian ... 81
1. Observasi Pra Penelitian ... 82
2. Siklus Pertama ... 91
3. Siklus Kedua ... 112
B. Analisis Komparasi Motivasi dan Keterampilan Sosial Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 131
1. Siklus Pertama ... 131
a. Motivasi Belajar... 131
b. Keterampilan Sosial ... 136
2. Siklus Kedua ... 142
xvi
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN... 150
A. Kesimpulan ... 150
B. Keterbatasan ... 152
C. Saran ... 152
DAFTAR PUSTAKA... 154
xvii
Tabel 3.1 Indikator Motivasi Belajar ... 40
Tabel 3.2 Indikator Keterampilan Sosial ... 41
Tabel 3.3 Penilaian Acuan Patokan (PAP) I ... 41
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar... 43
Tabel 3.5 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 44
Tabel 3.6 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Keterampilan Sosial... 44
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar ... 45
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Keterampilan Sosial ... 46
Tabel 4.1 Muatan Mata Pelajaran Kelas X ... 59
Tabel 4.2 Muatan Mata Pelajaran Kelas XI dan XII Program IPA ... 59
Tabel 4.3 Muatan Mata Pelajaran Kelas XI dan XII Program IPS ... 60
Tabel 4,4 KKM Kelas X, XI, dan XII... 62
Tabel 4.5 Sumber Daya Manusia SMA Negeri 1 Kalasan ... 72
Tabel 4.6 Kondisi dan Luas SMA N 1 Kalasan ... 75
Tabel 4.7 Jumlah dan Luas Ruangan ... 75
Tabel 5.1 Hasil observasi aktivitas guru secara umum sebelum TGT... 83
Tabel 5.2 Hasil observasi aktivitas guru di kelas sebelum TGT... 84
Tabel 5.3 Hasil observasi aktivitas siswa di kelas sebelum TGT ... 87
Tabel 5.4 Hasil observasi aktivitas kelas sebelum TGT ... 89
Tabel 5.5 Pembagian Kelompok ... 94
Tabel 5.6 Hasil observasi aktivitas guru secara umum pada siklus I... 100
Tabel 5.7 Hasil observasi aktivitas guru di kelas pada siklus I... 100
Tabel 5.8 Hasil observasi siswa di kelas pada siklus I... 104
Tabel 5.9 Hasil observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok pada siklus I... 105
Tabel 5.10 Hasil observasi aktivitas kelas pada siklus I ... 106
xviii
Tabel 5.14 Hasil observasi aktivitas guru di kelas pada siklus II ... 119
Tabel 5.15 Hasil observasi aktivitas siswa di kelas pada siklus II... 123
Tabel 5.16 Hasil observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok pada siklus II ... 124
Tabel 5.17 Hasil observasi aktivitas kelas pada siklus II... 125
Tabel 5.18 Instrumen refleksi guru mitra pada siklus II ... 127
Tabel 5.19 Instrumen refleksi siswa pada siklus II... 128
Tabel 5.20 Perbandingan Motivasi Belajar Siswa Siklus I... 131
Tabel 5.21 Analisis Motivasi Belajar Pra Penelitian Berdasarkan PAP Tipe I ... 133
Tabel 5.22 Analisis Motivasi Belajar Siklus I Berdasarkan PAP Tipe I ... 135
Tabel 5.23 Analisis Komparatif Motivasi Belajar Setelah Siklus I ... 135
Tabel 5.24 Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa Siklus I ... 137
Tabel 5.25 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Pra Penelitian Berdasarkan PAP Tipe I ... 139
Tabel 5.26 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus I Berdasarkan PAP Tipe I ... 140
Tabel 5.27 Analisis Komparatif Keterampilan Sosial Siswa Setelah Siklus I... 141
Tabel 5.28 Perbandingan Motivasi Belajar Siswa Siklus II... 142
Tabel 5.29 Analisis Motivasi Belajar Siklus II Berdasarkan PAP Tipe I ... 144
Tabel 5.30 Analisis Komparatif Motivasi Belajar Setelah Siklus II... 144
Tabel 5.31 Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa pada Siklus II ... 146
Tabel 5.32 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus II Berdasarkan PAP Tipe I... 147
xix
Lampiran 1 Kuesioner ... 157
Lampiran 2 Lembar Observasi ... 175
Lampiran 3 PedomanWawancara... 186
Lampiran 4 Lembar Penilaian Kelompok ... 189
Lampiran 5 Pembagian Kelompok ... 191
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 193
Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa, soalgames, soaltournamentdan kunci jawaban ... 210
Lampiran 8 Tabulasi Data Motivasi dan Keterampilan Sosial Siswa ... 234
Lampiran 9 Hasil Observasi Sebelum Penerapan TGT... 247
Lampiran 10 Hasil Observasi Saat Penerapan TGT Siklus I ... 257
Lampiran 11 Hasil Observasi Saat Penerapan TGT Siklus II ... 267
Lampiran 12 Hasil Skor Kelompok (GamesdanTournament)... 275
Lampiran 13 Skenario Pembelajaran, Prosedurgamesdantournamentsiklus I ... 278
Lampiran 14 Skenario Pembelajaran, Prosedurgamesdantournamentsiklus II ... 283
Lampiran 15 Refleksi Guru ... 288
Lampiran 16 Refleksi Siswa... 291
Lampiran 17 Output Uji Validitas dan Reliabilitas... 294
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan. Melalui
pendidikan manusia dapat mengembangkan kemampuan intelektual serta
kemampuan sosio emosionalnya. Pendidikan yang semakin maju di Indonesia
menuntut para guru untuk selalu berkembang mengikuti perkembangan
pendidikan. Seorang guru yang berkompeten harus mampu menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan agar dapat membantu siswa dalam
memahami pokok bahasan dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Paradigma lama proses pembelajaran adalah pembelajaran yang
mengarah pada guru saja. Hal ini menyebabkan pembelajaran hanya berpusat
pada guru. Siswa menjadi cenderung pasif dalam pembelajaran dan cenderung
menggantungkan materi hanya pada guru. Dalam hal ini, untuk meningkatkan
mutu pendidikan, paradigma lama tersebut harus diubah menjadi paradigma
baru dimana pembelajaran berpusat pada siswa. Dengan demikian, interaksi
belajar tidak hanya guru dengan siswa tetapi juga siswa dengan siswa. Adanya
interaksi yang terjalin dengan baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa akan membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. Untuk
menciptakan kondisi yang demikian, maka seorang guru harus cermat dalam
mampu membuat siswa menjadi senang dan tidak mudah bosan dalam belajar.
Pemilihan model pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik materi dan
karakteristik siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat
memengaruhi kualitas proses pembelajaran di dalam kelas. Dengan suasana
belajar yang menyenangkan, maka siswa akan termotivasi dalam belajar.
Mata pelajaran akuntansi khususnya materi jurnal penyesuaian
merupakan materi yang dianggap sulit bagi sebagian siswa. Dalam materi
jurnal penyesuaian, siswa dituntut untuk memiliki ketelitian dan tingkat
pemahaman yang tinggi. Oleh karena itu, siswa lebih senang untuk menghafal
jurnalnya daripada memahami konsep dari jurnal tersebut, padahal
pemahaman konsep ini penting karena akan sangat membantu siswa untuk
memahami pokok bahasan selanjutnya. Model pembelajaran yang diterapkan
oleh guru tentu saja mempengaruhi tingkat pemahaman siswa pada materi ini.
Pertimbangan pemilihan model pembelajaran yang tepat serta dapat
menumbuhkan keaktifan dan motivasi belajar siswa harus diperhatikan. Oleh
karena itu, seorang guru harus kreatif dalam memilih model pembelajaran
yang akan diterapkan.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, guru umumnya tidak
menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode maupun model
pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Guru masih menerapkan model
pembelajaran konvensional seperti ceramah, tanya jawab serta latihan soal.
Akibatnya siswa menjadi pasif dan kurang termotivasi dalam belajar. Metode
cenderung pasif, tidak bersemangat dan tidak terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Dengan metode ceramah, pembelajaran hanya terpusat pada
guru dan siswa cenderung akan menggantungkan seluruh materi pelajaran
hanya pada guru.
Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah kurang
melibatkan interaksi antar siswa, sehingga interaksi hanya terjadi antara guru
dan siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah juga kurang
memberi kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dengan siswa yang lain.
Interaksi ini penting karena siswa dapat menjalin komunikasi dengan orang
lain, dapat menghargai pendapat serta dapat mengembangkan aspek-aspek
keterampilan sosial lainnya. Keterampilan sosial ini penting untuk
melancarkan hubungan, kerja dan tugas (Rusman, 2011:210).
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda (Rusman,
2011:209). Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat lebih berinteraksi
dengan siswa yang lain untuk menyelesaikan tugas kelompok. Selain itu
pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru (Rusman, 2011:204). Dengan demikian, melalui
pembelajaran kooperatif, siswa dapat terdorong untuk belajar dan dapat
mengembangkan keterampilan sosialnya melalui kerja sama dengan anggota
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah Teams Games Tournament (TGT). TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang mudah untuk diterapkan. Menurut Rusman (2011:224) model pembelajaran
tipe TGT ini adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5
sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku
atau ras yang berbeda. TGT juga mengandung unsur permainan sehingga
membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. TGT melibatkan aktivitas
seluruh siswa dalam proses pembelajaran dan siswa terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Keunggulan model pembelajaran tipe TGT ini adalah
dalam fase permainan, TGT mampu membuat siswa termotivasi dalam belajar
karena ingin menyumbangkan hasil pemikiran yang terbaik untuk kemajuan
kelompoknya selain itu dengan adanya interaksi dalam kelompok, siswa dapat
mengembangkan keterampilan sosialnya. Sedangkan dalam fase tournament, terdapat persaingan yang sehat antar kelompok untuk mendapatkan
penghargaan bagi kelompok yang terbaik.
Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
pertimbangan karakteristik siswa kelas XI IPS 2 yang cenderung pasif dan
kurang termotivasi dalam belajar. Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menarik. Dalam model
pembelajaran ini terdapat unsur permainan sehingga siswa bukan hanya
berinteraksi dengan guru tetapi juga dengan anggota kelompok sehingga dapat
karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini diharapkan motivasi
belajar serta keterampilan sosial siswa dapat meningkat karena dengan
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dapat menciptakan motivasi
belajar dan interaksi yang positif di dalam kelas.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
upaya perbaikan proses pembelajaran akuntansi melalui penelitian yang
berjudul“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Keterampilan
Sosial Siswa Kelas XI IPS 2 SMA N 1 Kalasan pada Materi Jurnal
Penyesuaian”.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini hanya membatasi
penelitian pada pembelajaran akuntansi materi jurnal penyesuaian perusahaan
jasa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan sosial siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 2 pada materi jurnal penyesuaian?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas XI IPS 2 pada materi jurnal penyesuaian?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui
peningkatan motivasi dan keterampilan sosial siswa pada materi jurnal
penyesuaian melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament(TGT).
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan salah satu
alternatif model pembelajaran dan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
cara untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan sosial siswa
khususnya dalam mata pelajaran akuntansi pada materi jurnal penyesuaian.
2. Manfaat praktis
a. Bagi pembaca, dapat dijadikan sebagai referensi dalam melaksanakan
proses pembelajaran materi jurnal penyesuaian dengan model
b. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang penerapan model
pembelajaran TGT untuk materi jurnal penyesuaian.
c. Bagi guru, dapat menjadi masukan bagi guru khususnya guru
akuntansi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran.
d. Bagi siswa, dapat menambah pengalaman belajar bagi siswa yang
merupakan subjek penelitian, sehingga siswa diharapkan dapat
meningkatkan motivasi dan keterampilan sosialnya.
e. Bagi Universitas Sanata Dharma, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
strategi pembelajaran di sekolah yang diperlukan untuk
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa sehingga menyangkut upaya guru dalam bentuk proses
pembelajaran yaitu upaya meningkatkan hasil yang lebih baik dari
sebelumnya.
Arikunto, dkk (2008:2-3) menjelaskan PTK dengan memisahkan
tiga kata yang membentuk pengertian tersebut.
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
2. Prinsip Dasar PTK
Menurut Kusumah (2010:17), PTK mempunyai beberapa prinsip
yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya:
a. tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar;
b. metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran;
d. masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya;
e. guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata karma organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi;
f. masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).
3. Tahap Pelaksanaan PTK
Dalam praktiknya, PTK adalah tindakan yang bermakna melalui
prosedur penelitian yang mencakup empat tahapan (Kusumah, 2009:25),
yaitu sebagai berikut.
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita. Kegiatan perencanaan mencakup: identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan untuk tindakan atau aksi sebagai pemecahan masalah. b. Tindakan (Acting)
Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan atau acting
dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya. c. Pengamatan (Observing)
Selanjutnya diadakan pengamatan atau observing yang diteliti terhadap proses pelaksanaanya.
d. Refleksi (Reflecting)
Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi atau reflecting
Berikut ini merupakan gambar mengenai tahapan penelitian tindakan kelas (Arikunto, 2008:97).
Siklus I
Siklus II
Pelaksanaan
Perencanaan Observasi
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan ulang Observasi
4. Tujuan PTK
Menurut Susilo (2007:17), tujuan PTK dilakukan adalah sebagai
berikut.
a. Tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta didik dan konteks pembelajaran di kelas.
c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru. d. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.
e. Adapun tujuan penyertaan PTK yang dicapai adalah terjadinya proses pelatihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.
5. Manfaat PTK
Menurut Susilo (2007:18) ada banyak manfaat yang dapat
diperoleh dari pelaksanaan PTK yang terkait dengan komponen utama
pendidikan dan pembelajaran, antara lain:
a. inovasi pembelajaran;
b. pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas; c. peningkatan profesionalisme guru atau pendidik;
d. akan terciptanya peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru;
e. karya tulis ilmiah semakin diperlukan oleh guru di masa depan untuk meningkatkan keriernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas.
B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Wena (2009:189), pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan
kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan
bersama. Menurut Nurhadi & Senduk (Wena, 2009:189) pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi
yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan
buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Menurut Lie (Wena, 2009:189)
pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai
fasilitator. Menurut Rusman (2011:202), pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur
kelompok yang bersifat heterogen.
Menurut Sanjaya (Rusman, 2011:203), cooperative learning
merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara
berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Tom V.
Savage (Rusman, 2011:203), mengemukakan bahwa cooperative learning
adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam
kelompok. Ada unsur pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan
dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif (Rusman,
2011:203).
2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson dan Sutton (Trianto, 2009:60-61), ada
lima unsur penting dalam belajar kooperatif.
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara ilmiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok akan memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
c. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan siswa tidak dapat hanya
sekadar “membonceng” pada hasil kerja temansekelompoknya.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang
membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari
belajar kooperatif menurut Slavin (Trianto, 2009:61-62), adalah sebagai
berikut.
a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusman (2011:212-213), prosedur atau langkah-langkah
pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap.
a. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
b. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individual atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian pada kemampuan
kelompoknya, seperti dijelaskan Sanjaya (2006:247). “Hasil akhir
setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya
d. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.
4. Model-model Pembelajaran Kooperatif
a. Student Teams-Achievement Divisions(STAD)
Menurut Slavin (2008:143) STAD merupakan salah satu
metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru
yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
Menurut Rusman (2011:215-216), langkah-langkah
pembelajaran kooperatif model STAD adalah sebagai berikut.
1) Penyampaian tujuan dan motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
2) Pembagian kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik.
3) Presentasi dari guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari.
4) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD. 5) Kuis (evaluasi)
dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. 6) Penghargaan prestasi tim
b. Investigasi Kelompok(Group Investigation)
Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan
model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, yaitu untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dapat ditempuh melalui
pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan
pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas,
komponen emosional lebih penting daripada intelektual, yang tak
rasional lebih penting daripada yang rasional dan untuk meningkatkan
peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih
dahulu memahami komponen emosional dan irrasional (Rusman,
2011:223). Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation menurut Rusman (2011:223) adalah sebagai berikut:
1) membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa; 2) memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis;
3) mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
c. Make a Match(Mencari Pasangan)
Menurut Rusman (2011:223) metode make a match (mencari pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran
satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang
menyenangkan.
Langkah-langkah pembelajarannya menurut Rusman
(2011:223-224) adalah sebagai berikut:
1) guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review(satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban);
2) setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang;
3) siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban);
4) siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin;
5) setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya;
6) kesimpulan.
d. Jigsaw
Menurut Rusman (2011:217) dalam model ini guru membagi
satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.
Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar
kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik
yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari
masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang
sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1) siswa dikelompokkan dengan anggota 4 orang;
3) anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli);
4) setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai;
5) tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; 6) pembahasan;
7) penutup.
e. Teams Games Tournament(TGT)
Menurut Slavin (Taniredja, 2011:67-68) ada lima komponen
utama dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT).
1) Penyajian kelas (Class Presentation)
Penyajian kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berbeda dengan pengajaran biasa atau pengajaran klasikal oleh guru, hanya pengajaran lebih difokuskan pada materi yang sedang dibahas saja. Ketika penyajian kelas berlangsung mereka sudah berada dalam kelompoknya. Dengan demikian mereka akan memperhatikan dengan serius selama pengajaran penyajian kelas berlangsung sebab setelah ini mereka harus mengerjakan games
akademik dengan sebaik-baiknya dengan skor mereka akan menentukan skor kelompok mereka.
2) Kelompok (Teams)
Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa tau etnik. Fungsi utama mereka dikelompokkan adalah anggota-anggota kelompok saling meyakinkan bahwa mereka dapat bekerja sama dalam belajar dan mengerjakan game atau lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan semua anggota dalam menghadapi kompetisi.
3) Permainan (Games)
4) Kompetisi/Turnamen (Tournaments)
Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan. Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan, setelah dosen memberikan penyajian kelas dan kelompok mengerjakan lembar kerjanya.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, hal ini
karena melibatkan semua siswa di dalam kelas. TGT adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda (Rusman,
2011:224). Sedangkan menurut Saco (Rusman, 2011:224) menyatakan bahwa
dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain
untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.
Lima komponen utama dalam komponen TGT (Slavin, 2008:143-166)
yaitu sebagai berikut.
1. Presentasi Kelas
2. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.Fungsi kelompok ini adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saatgamesatautournament.
3. Permainan(Game)
Permainan terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.
4. Turnamen(tournament)
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan.
5. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
Menurut Alitalya (2010:2) model pembelajaran kooperatif tipe TGT
memiliki kelebihan dan kekurangan.
1. Kelebihan TGT
a. Keterlibatan siswa dalam belajar lebih tinggi.
b. Siswa menjadi bersemangat dalam belajar.
c. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru,
tetapi juga melalui konstruksi sendiri oleh siswa.
d. Dapat menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa seperti kerja
sama, toleransi, tanggung jawab, serta bisa menerima pendapat orang
lain.
e. Melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau
2. Kekurangan TGT
a. Bagi para pengajar pemula, model ini membutuhkan waktu yang
banyak.
b. Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.
c. Dapat menumbuhkan suasana gaduh di kelas.
d. Siswa terbiasa dengan adanya hadiah.
D. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Menurut Dimyati & Mudjiono (1999:42) motivasi adalah tenaga
yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut Mc
Donald (Sardiman, 1986:73-74) motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga
akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi,
untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong
karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan (Sardiman, 1986:74).
Menurut Sardiman (1986:75) motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
Hamalik (2001:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan.
Menurut Uno (2007:3) motivasi merupakan dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan
tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Motivasi
belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan
berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan
belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Indikator
motivasi belajar menurut Uno (2007:23) yaitu (1) adanya hasrat dan
keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3)
adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam
belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang
siswa dapat belajar dengan baik.
2. Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena
motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa.
Sardiman (1986 : 85) mengemukakan ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
b. menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah, dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya;
c. menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Hamalik (2001:161) menyatakan fungsi motivasi adalah sebagai berikut:
a. mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar;
b. motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan;
c. motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Kuat lemahnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan seseorang.
3. Peranan Motivasi Dalam Belajar
Menurut Hamalik (2001:161-162) motivasi adalah dorongan yang
menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau tindakan. Perbuatan belajar
pada siswa terjadi karena adanya motivasi untuk melakukan perbuatan
belajar. Motivasi dipandang berperan dalam belajar karena motivasi
mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
a. motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil;
b. pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa;
c. pengajaran yang bermotivasi membentuk aktivitas dan imaginitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang sesuai dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa-siswa pada akhirnya memilikiself motivationyang baik;
e. asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian pengajaran yang berasaskan motivasi adalah sangat penting dalam proses belajar dan mengajar.
Menurut Hamalik (2001:162) siswa dalam belajar hendaknya
merasakan adanya kebutuhan psikologis yang normatif. Siswa yang
termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku
yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan
ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajarnya
menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar dari
kegiatan belajar. Disimpulkan bahwa motivasi menentukan tingkat
berhasil tidaknya kegiatan belajar siswa. Motivasi menjadi salah satu
faktor yang menentukan belajar yang efektif. Cara-cara yang dapat
digunakan untuk memotivasi siswa dalam belajar menurut Imron
(1996:31-32) adalah sebagai berikut.
a. Kenalkan siswa pada kemampuan yang ada pada dirinya sendiri. Dengan mengenal kemampuan dirinya, siswa akan tahu kelebihan dan kekurangannya.
b. Bantulah siswa untuk merumuskan tujuan belajarnya. Sebab dengan merumuskan tujuan belajar ini, siswa akan mendapatkan jalan yang jelas dalam melaksanakan aktivitas belajar. Siswa juga akan mempunyai target-target belajar, dan ia akan berusaha untuk mencapainya.
c. Tunjukkan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang dapat mengarahkan bagi pencapaian tujuan belajar.
d. Kenalkanlah siswa dengan hal-hal yang baru. Sebab, hal-hal yang baru
ini dapat “menghidupkan kembali” hasrat/rasa ingin tahu siswa.
Adanya rasa ingin tahu yang demikian besar, menimbulkan gairah bagi siswa untuk beraktivitas belajar.
f. Adakan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Sebab, evaluasi yang dilakukan terhadap keberhasilan belajar siswa ini, akan mendorong siswa untuk belajar, karena ia ingin dikatakan berhasil belajarnya.
g. Berikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang diberikan dan evaluasi yang telah dilakukan.
4. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi
Menurut Sardiman (Imron, 1996:88) orang yang memiliki motivasi
yang tinggi memiliki ciri-ciri: (a) tekun dalam menghadapi tugas atau
dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu yang lama, (b) ulet
menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, (c) tidak cepat puas
dengan prestasi yang diperoleh, (d) menunjukkan minat yang besar
terhadap bermacam-macam masalah belajar, (e) lebih suka bekerja sendiri
dan tidak tergantung pada orang lain, (f) tidak cepat bosan dengan
tugas-tugas rutin, (g) tidak mudah melepaskan apa yang diyakini, (h) senang
mencari dan memecahkan masalah.
5. Unsur-unsur yang Memengaruhi Motivasi
Menurut Imron (1996:99-105), ada beberapa unsur yang
memengaruhi motivasi belajar. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Cita-cita/aspirasi pembelajar
Setiap manusia senantiasa memiliki cita-cita atau aspirasi tertentu dalam hidupnya, termasuk pembelajar. Cita-cita atau aspirasi ini senantiasa ia kejar dan ia perjuangkan. Oleh karena itu, cita-cita dan aspirasi sangat memengaruhi terhadap motivasi belajar seseorang. b. Kemampuan pembelajar
hubungannya dan bahkan memengaruhi motivasi belajar pembelajar. Bisa terjadi, seseorang menjadi rendah motivasi belajarnya terhadap bidang tertentu leh karena bersangkutan rendah kemampuannya di bidang tersebut.
c. Kondisi pembelajar
Kondisi pembelajar dapat dibedakan atas kondisi fisiknya dan kondisi psikologisnya. Dua macam kondisi ini, fisik dan psikologis, umumnya saling memengaruhi satu sama lain. Jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat dalam realitasnya juga berlaku kebalikannya. Bila seseorang kondisi psikologisnya tidak sehat, bisa berpengaruh juga terhadap ketahanan dan kesehatan fisiknya.
d. Kondisi lingkungan belajar
Yang dimaksud dengan lingkungan belajar meliputi dua hal yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah tempat di mana pembelajar tersebut belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah suatu lingkungan seseorang dalam kaitannya dengan orang lain. Lingkungan sosial ini bisa berupa lingkungan sepermainan, lingkungan sebaya, kelompok belajar.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar/pembelajaran
Unsur-unsur dinamis dalam belajar/pembelajaran meliputi : (1) motivasi dan upaya memotivasi siswa untuk belajar, (2) bahan belajar dan upaya penyediaannya, (3) alat bantu belajar dan upaya penyediaannya, (4) suasana belajar dan upaya pengembangannya, (5) kondisi subjek belajar dan upaya penyiapan dan peneguhannya.
f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar
Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar juga berpengaruh terhadap motivasi belajar. Guru yang tinggi gairahnya dalam membelajarkan pembelajar, menjadikan pembelajar juga bergairah belajar. Guru yang sungguh-sungguh dalam membelajarkan pembelajar, menjadikan tingginya motivasi belajar pembelajar.
E. Keterampilan Sosial
Menurut Thalib (2010:159), keterampilan sosial dan kemampuan
menyesuaikan diri menjadi semakin penting ketika anak sudah menginjak
masa remaja karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia
pergaulan yang lebih luas di mana pengaruh teman-teman dan lingkungan
sosial akan sangat menentukan. Keterampilan-keterampilan sosial tersebut
menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan
dari orang lain, memberi atau menerima umpan balik (feedback), memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan
sebagainya.
Ada tiga bentuk keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan
oleh Lundgren (Rusman, 2011:210-211), yaitu sebagai berikut.
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal:
1) menggunakan kesepakatan;
2) menghargai kontribusi;
3) mengambil giliran dan berbagi tugas;
4) berada dalam kelompok;
5) berada dalam tugas;
6) mendorong partisipasi;
7) mengundang orang lain untuk berbicara;
8) menyelesaikan tugas pada waktunya;
9) menghormati perbedaan individu.
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah:
1) menunjukkan penghargaan dan simpati;
2) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima;
3) mendengarkan dengan aktif;
4) bertanya;
5) membuat ringkasan;
7) mengatur dan mengorganisir;
8) menerima, tanggung jawab;
9) mengurangi ketegangan.
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir:
1) mengelaborasi;
2) memeriksa dengan cermat;
3) menanyakan kebenaran;
4) menetapkan tujuan;
5) berkompromi.
F. Jurnal Penyesuaian
Menurut Kardiman (2009:83) adjusting entries (ayat penyesuaian) adalah suatu ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat perubahan-perubahan
yang belum diakui atas aktiva, pasiva, pendapatan dan beban. Ayat jurnal
penyesuaian sangat besar artinya dalam menghasilkan laporan keuangan yang
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Menurut Niswonger, dkk (Kardiman,
2009:83) ada dua bagian pos yang memerlukan penyesuaian. Bagian pertama
adalah pos penangguhan (deferral). Pos penangguhan ditandai dengan pencatatan transaksi sedemikian rupa sehingga menunda pengakuan beban
(biaya) atau pendapatan. Pos yang termasuk pos penangguhan adalah sebagai
berikut.
normal perusahaan. Pos lain adalah perlengkapan dan asuransi dibayar dimuka yang membutuhkan penyesuaian pada akhir periode akuntansi. b. Pendapatan yang ditangguhkan (deferred revenues) atau pendapatan
diterima dimuka merupakan pos yang sejak awalnya dicatat sebagai kewajiban, tetapi diharapkan menjadi pendapatan di kemudian hari atau selama periode normal bisnis.
Bagian kedua yang perlu diadakan penyesuaian adalah pos aktual. Pos
ini timbul akibat tidak adanya pencatatan beban yang terjadi atau pendapatan
yang dihasilkan. Pengertian singkat dari pos ini adalah pos yang timbul sejalan
dengan berlalunya waktu namun tidak dilakukan pencatatan atas pos tersebut.
Pos ini terdiri dari 2 unsur yaitu sebagai berikut.
a. Beban aktual atau kewajiban aktual, yaitu beban yang telah terjadi, tetapi belum dicatat dalam akun. Contoh akunnya adalah utang gaji pada karyawan.
b. Pendapatan aktual atau aktiva aktual adalah pendapatan yang telah dihasilkan tetapi belum dicatat dalam akun. Contoh honor atas jasa yang telah disediakan oleh lembaga pendidikan atau pengacara tetapi belum ditagih dan pendapatan bunga bank.
Jurnal penyesuaian merupakan materi yang membutuhkan tingkat pemahaman
dan ketelitian yang tinggi. Karakteristik materi jurnal penyesuaian antara lain
adalah materi ini membutuhkan pemahaman konsep yang matang agar siswa
tidak hanya menghafalkan jurnalnya saja. Materi jurnal penyesuaian ini juga
lebih mengutamakan praktek daripada teori sehingga lebih banyak
membutuhkan pemberian latihan soal. Oleh karena itu, agar siswa dapat
memahami konsep materi jurnal penyesuaian dengan baik maka siswa dituntut
untuk saling berinteraksi dengan siswa yang lain melalui diskusi dan bekerja
sama dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran pada materi
karakteristik materi jurnal penyesuaian tersebut maka dibutuhkan model
pembelajaran yang tepat yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam
berdiskusi dan dapat membantu siswa dalam memahami konsep materi jurnal
penyesuaian. Dalam hal ini peneliti memilih model pembelajaran kooperatif
tipeTeams Games Tournament (TGT) dengan pertimbangan bahwa model ini dapat memfasilitasi siswa untuk berinteraksi dengan siswa yang lain dan
memperkaya pengetahuan siswa mengenai jurnal penyesuaian melalui
pemberian latihan soal di setiap tahapan pembelajaran TGT.
G. Kerangka Teoritik
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
melibatkan aktivitas siswa secara keseluruhan. Melalui model pembelajaran
kooperatif, siswa dapat berinteraksi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Rusman (2011:202) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih
luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (Rusman, 2011:203).
Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu contoh model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk
memecahkan suatu masalah. Karakteristik dari model pembelajaran ini adalah
adanya unsur permainan sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. Penerapan model pembelajaran ini juga dapat memotivasi
siswa untuk belajar dan menyumbangkan hasil pemikirannya demi kemajuan
kelompok. Dengan penerapan model pembelajaran tipe ini diharapkan siswa
dapat meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosialnya.
Mata pelajaran akuntansi khususnya pada materi jurnal penyesuaian
perusahaan jasa adalah mata pelajaran yang membutuhkan tingkat pemahaman
dan ketelitian yang tinggi. Pembelajaran pada materi ini lebih menekankan
adanya kerja sama antar siswa. Kerja sama yang dimaksud adalah saling
memberikan bantuan kepada siswa lain yang belum memahami materi
tersebut. Dengan adanya komunikasi antar siswa akan mendorong siswa untuk
belajar. Menurut Rusman (2011:204) pembelajaran oleh rekan sebaya
(peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.
Berikut ini adalah hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut.
a. Penelitian yang dilakukan oleh Webb (Solihatin dan Raharjo, 2007:13),
menemukan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakancooperative learning, sikap dan perilaku siswa berkembang kearah suasana demokratisasi dalam kelas. Disamping itu, penggunaan kelompok kecil
siswa mendorong siswa lebih bergairah dan termotivasi dalam
b. Penelitian yang dilakukan oleh Stahl (Solihatin dan Raharjo, 2007:13),
menemukan bahwa penggunaan model cooperative learning mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan di antara siswa.
Penelitian ini juga menemukan bahwa model tersebut mendorong
ketercapaian tujuan dan nilai-nilai sosial dalam pendidikansocial studies. c. Penelitian yang dilakukan oleh Slavin (Rusman, 2011:205-206)
menyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan
hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat
orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa
dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintregrasikan
pengetahuan dengan pengalaman.
Dari hasil penelitian terdahulu, pembelajaran kooperatif dapat
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran tertentu karena dalam
pembelajaran kooperatif, siswa dapat saling bekerja sama dengan siswa yang
lain sehingga terjalin komunikasi yang baik antar siswa. Dengan demikian
peneliti mempunyai dugaan bahwa dengan penerapan model pembelajaran
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yang akan diterapkan pada mata pelajaran akuntansi materi jurnal penyesuaian perusahaan jasa. Menurut Kusumah
(2009:9) pengertian penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif
dengan tujuan memperbaiki kinerja guru. Penelitian ini merupakan salah satu
strategi pemecahan suatu masalah yang terjadi di dalam kelas.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Kalasan, Bogem, Tamanmartani,
Kalasan, Sleman, Yogyakarta. SMA Negeri 1 Kalasan dipilih karena
kelasnya berisi siswa-siswi yang heterogen baik dari jenis kelamin, agama,
prestasi akademik, serta suku maupun ras. Selain itu lokasi SMA N 1
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari-Februari 2013.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kalasan.
Kelas XI IPS 2 dipilih karena terdapat permasalahan yang berkaitan
dengan motivasi belajar dan keterampilan sosial yang peneliti temukan
saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL).
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar dan keterampilan
sosial siswa pada materi jurnal penyesuaian perusahaan jasa melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipeTeams Games Tournament
(TGT).
D. Prosedur Penelitian
1. Kegiatan pra penelitian
Penelitian ini diawali dengan melaksanakan kegiatan observasi. Kegiatan
observasi ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada di dalam
kelas. Kegiatan observasi ini meliputi observasi terhadap guru, siswa,
maupun kelas. Dengan kegiatan observasi ini peneliti dapat mengetahui
siswa di dalam kelas. Ada beberapa instrumen observasi yang digunakan
oleh peneliti dalam kegiatan pra penelitian yaitu sebagai berikut.
a. Observasi terhadap guru
Peneliti mendeskripsikan bagaimana aktivitas guru di dalam kelas.
Peneliti melakukan pengamatan mengenai keterampilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas. Instrumen observasi ini meliputi
kegiatan pra pembelajaran yaitu melakukan apersepsi awal dan
menyampaikan kompetensi yang hendak dicapai, kegiatan inti
(penguasaan materi pelajaran, pendekatan/strategi pembelajaran,
pemanfaatan media pembelajaran/sumber belajar, pembelajaran yang
memicu keterlibatan siswa, penilaian proses dan hasil belajar dan
penggunaan bahasa) dan penutup (melakukan refleksi dan melakukan
evaluasi).
b. Observasi terhadap siswa
Peneliti melakukan observasi terhadap siswa guna mengetahui perilaku
dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Cakupan
observasi meliputi kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran,
keseriusan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran serta
kemauan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Pada kegiatan pra penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner
untuk mengetahui tingkat motivasi belajar dan keterampilan sosial
siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe