Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR
BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU
SERTA KARAKTERISASINYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sains dalam Bidang Kimia
Disusun oleh :
Wini Septiani
NIM. 1103888
PROGRAM STUDI KIMIA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata)
TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN
CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Oleh Wini Septiani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
©Wini Septiani
Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
WINI SEPTIANI
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata)
TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN
CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Dosen Pembimbing I
Dr. H. Hayat Sholihin, M. Sc
NIP. 195711231984031001
Dosen Pembimbing II
Drs. Asep Suryatna, M.Si
NIP. 196212091987031002
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
Dr. rer. nat. Ahmad Mudzakir, M. Si
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum adsorpsi warna ekstrak cincau hijau menggunakan arang bambu (Gigantochloa verticillata) tercampur bentonit serta karakterisasinya. Arang bambu diaktivasi dengan larutan H3PO4 5%, 10% dan 15% serta pemanasan pada suhu 700oC selama 60 menit.
Sedangkan bentonit diaktivasi menggunakan larutan HCl 5 N dengan pemanasan pada suhu 70oC. Preparasi ekstrak cincau hijau dilakukan dengan pelarut air dan metanol. Selanjutnya dilakukan pengontakkan adsorben dengan ekstrak cincau hijau. Adsorben sebelum dan sesudah kontak dikarakterisasi menggunakan instrumentasi FTIR (Fourier Transform Infrared Spectometer) dan analisis SEM (Scanning Electron Microscope). Arang bambu aktif yang diaktivasi dengan larutan H3PO4 5% memiliki daya adsorpsi (96,04%) dan randemen (58,2%) paling
tinggi. Perbandingan optimum pada pencampuran arang bambu dan bentonit adalah 3:1. Kondisi optimum pengontakkan ekstrak cincau hijau dengan adsorben adalah pada konsentrasi adsorben 1,5% dan lama waktu kontak 10 menit. Hasil analisis FTIR menunjukkan bahwa adsorben yang telah dikontakkan dengan ekstrak cincau hijau tidak mengalami perubahan secara kimia. Sedangkan berdasarkan analisis SEM, adsorben sebelum dan sesudah pengontakkan tidak mengalami perubahan secara signifikan (pori-pori adsorben masih terbuka).
Kata kunci: Arang bambu, bentonit, ekstrak cincau hijau, adsorpsi
ABSTRACT
The purpose of this research is to optimize condition in color adsorption of green cincau extract used bamboo charcoal (Gigantochloa verticillata) and bentonite with characterization. Bamboo charcoal activated with 5%, 10% and 15% H3PO4
solution and heated at temperature 700oC for 60 minutes. Whereas bentonite was activated with 5 N HCl solution and heated at temperature 70oC. Green cincau was extracted with water and metanol. And then the extract was contacted with adsorbent (bamboo charcoal and bentonite). Adsorbent pre and post contacts were characterized by fourier transform infrared (FTIR) and scanning electron microscope (SEM). Bamboo charcoal which activated by 5% H3PO4 solution has
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………...……….…...……… i
KATA PENGANTAR ………...……….…...……...……… ii
DAFTAR ISI ...………...……….…...……...……… iv
DAFTAR TABEL ...…...……...…….…...……...…… vii
DAFTAR GAMBAR ..………...……….…...……...…… viii
DAFTAR GRAFIK ...………...……….…...……...……… x
DAFTAR LAMPIRAN ..……...……….…...……...……… xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….…...……….…....…. 1
1.2 Rumusan Masalah ………...…...….…. 4
1.3 Tujuan Penelitian ………..……….….…...……..…….….. 4
1.4 Manfaat Penelitian ………..……….….…...…….……….. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karbon Aktif ………...………...……….…..….…….…… 5
2.2. Arang Bambu …………...………..…….…...………… 9
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.4. Adsorben Bentonit ………...…….….…....……..….……. 14
2.5. Cincau Hijau ……...…………...…….….…....…………..…. 17
2.6. Gel Hidrokoloid ………...…...….….…....……….... 20
2.7. Klorofil ………...…...…….….…....……… 23
2.8. Spektrofotometri UV/Vis ………...…….….…....……...…...… 25
2.9. SEM (Scanning Electron Microscope) ...…….….…...……… 25
2.10. Spektrofotometri Inframerah……...……...…….….…....……… 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian ………...….…………..…..……. 28
3.2. Alat dan Bahan ………...………..….…..…..…. 28
3.3. Bagan Alir Penelitian …………...………….………..…...… 28
3.4. Prosedur Penelitian …....………...………….……….…… 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Aktivasi Arang Bambu …...………...……….….….….….…... 36
4.2. Uji Absorbansi ……...………...………..……...……...….. 38
4.3. Hasil Analisis SEM …...………...………….…………...……..… 40
4.4. Aktivasi Bentonit …...………...………….…….……… 41
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.6. Optimasi Perbandingan Massa Adsorben ...………..…..… 43
4.7. Optimasi Penambahan Massa Adsorben …...…...……...… 45
4.8. Optimasi Waktu Kontak Campuran Adsorben …...………...…....… 48
4.9. Hasil Analisis FTIR Adsorben Sebelum dan Sesudah Kontak …...… 49
4.10. Hasil Analisis SEM Adsorben Sebelum dan Sesudah Kontak …...…...… 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……...………...………..………...….……. 54
5.2. Saran ……...…………...………...………..…………....……. 54
DAFTAR PUSTAKA ………...……….………..…… 55
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penggunaan Karbon Aktif …………....……….…...…. 8
Tabel 2.2 Analisis Komponen Kimia Beberapa Jenis Bambu di Indonesia…………...…...…...….10
Tabel 2.3 Sifat Arang Bambu ……...……….…...…. 13
Tabel 2.4 Adsorpsi Iodin Bambu Gombong dan Bambu Betung …..…...…. 13
Tabel 2.5 Kandungan Mineral Bentonit ……...……….…...…. 15
Tabel 2.6 Kandungan Gizi Cincau Hijau per 100 gram Bahan ……...…. 18
Tabel 4.1 Hasil Aktivasi Arang Bambu ... 37
Tabel 4.2 Efisiensi Adsorpsi Arang Aktif terhadap Klorofil ... 39
Tabel 4.3 Teknik Pemisahan Adsorben dari Ekstrak Cincau Hijau ... 43
Tabel 4.4 Optimasi Perbandingan Massa Adsorben ... 44
Tabel 4.5 Optimasi Penambahan Massa Adsorben terhadap Ekstrak Cincau Hijau... 46
Tabel 4.6 Optimasi Penambahan Massa Adsorben ... 47
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.8 Dugaan Gugus Fungsi Adsorben Sebelum dan Sesudah Kontak ... 51
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Arang Aktif ………...…….…...……….……..…. 5
Gambar 2.2 Struktur Pori Karbon Aktif ……….……….……..…. 6
Gambar 2.3 Struktur Kimia Arang Aktif …………...…….……….…….…. 6
Gambar 2.4 Gigantochloa verticillata (Willd.) Munro ……...…...…...….…. 11
Gambar 2.5 Arang Bambu ………...…….…...………...….…. 12
Gambar 2.6 Struktur Montmorilonit …………....….…...………...….…. 15
Gambar 2.7 Struktur Pori Bentonit ……….………...…….…. 16
Gambar 2.8 Daun Cincau Hijau ……….……….…...….…. 18
Gambar 2.9 Struktur Pektin ……...………...…...…. 21
Gambar 2.10 Rumus Struktur Klorofil a dan Klorofil b …...…...…. 24
Gambar 2.11 Kurva Serapan Sinar Tampak Klorofil a ... 24
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian ... 29
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.3 Diagram Alir Preparasi Bentonit ... 30
Gambar 3.4 Diagram Alir Ekstraksi Daun Cincau dengan Metanol ... 31
Gambar 3.5 Diagram Alir Ekstraksi Daun Cincau dengan Air ... 31
Gambar 3.6 Optimasi Perbandingan Massa Adsorben ... 32
Gambar 3.7 Optimasi Penambahan Massa Adsorben ... 32
Gambar 3.8 Optimasi Waktu Kontak Campuran Adsorben ... 33
Gambar 4.1 Hasil Adsorpsi Arang Aktif terhadap Ekstrak Klorofil ... 39
Gambar 4.2 Struktur Pori-pori Arang Aktif ... 40
Gambar 4.3 Hasil Analisis SEM Bentonit Aktif ... 42
Gambar 4.4 Spektra Inframerah Adsorben Sebelum Kontak ... 50
Gambar 4.5 Spektra Inframerah Adsorben Sesudah Kontak ... 50
Gambar 4.6 Spektra Inframerah Adsorben Sebelum dan Sesudah Kontak ... 52
Gambar 4.7 Adsorben Sebelum Kontak ... 52
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Grafik 4.1 Pengaruh Penambahan Adsorben terhadap Absorbansi
Ekstrak Cincau Hijau ……...……….…...… 45
Grafik 4.2 Optimasi Penambahan Massa Adsorben ... 46
Grafik 4.3 Nilai Absorbansi Ekstrak Cincau Hijau dengan Variasi
Penambahan Massa Adsorben ... 47
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Pengamatan Penelitian ...……….…...… 59
Lampiran 2. Hasil Analisis SEM Adsorben ... 62
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak jenis tumbuhan yang berpotensi menghasilkan gel
cincau. Namun, ada tiga tumbuhan populer yang biasa dimanfaatkan masyarakat
Indonesia sebagai penghasil cincau, yakni Premna oblongifolia Merr atau cincau
perdu, Cyclea barbata Miers atau cincau rambat, dan Mesona palustris, tumbuhan
rambat yang dikenal oleh masyarakat di beberapa daerah sebagai janggelan,
penghasil cincau hitam. Dua daun tumbuhan yang disebut pertama adalah
penghasil cincau hijau. Sebagai bahan pangan, cincau memiliki banyak manfaat
bagi kesehatan. Cincau perdu misalnya, dimanfaatkan untuk mengobati penyakit
tekanan darah tinggi. Cincau rambat yang umumnya memiliki gel lebih kenyal,
sejak zaman dahulu dimanfaatkan sebagai obat antidemam, selain penurun
tekanan darah. Demikian juga dengan cincau hitam yang selain untuk hal-hal
serupa di atas, juga bisa meredakan panas dalam dan radang tenggorokan
(Femina, 2014).
Cincau hijau (Premna oblongifolia Merr) merupakan bahan makanan
tradisional yang telah lama dikenal masyarakat dan digunakan sebagai isi
minuman segar. Cincau hijau tersebut disenangi masyarakat karena berasa khas,
segar, dingin, serta harganya murah. Ekstrak cincau hijau tersusun atas komponen
utama zat polisakarida pektin yang membentuk gel pada cincau. Kandungan
polisakarida pektin yang terdapat pada cincau hijau tersebut merupakan kelompok
hidrokoloid pembentuk gel.
Telah dilakukan beberapa penelitian mengenai pemanfaatan gel cincau untuk
keperluan makanan maupun farmasi. Roiyana (2012) mengemukakan bahwa
kandungan hidrokoloid pada gel cincau hijau berpotensi digunakan sebagai edible
film pada penundaan pematangan buah tomat. Akan tetapi dari segi penampilan
2
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rendah dibandingkan dengan buah yang dilapisi dengan gel rumput laut karena
memiliki penampilan yang bening dan transparan. Selain bahan pangan, gel
cincau hijau dapat dijadikan sebagai bahan pengikat obat pada tablet antasid,
menggantikan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) yang berwarna putih. Namun
keseragaman warna dan ketebalan dari tablet antasid yang diperoleh belum
memenuhi syarat (Muchtaridi, 2009). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk
mengurangi intensitas warna hijau pada gel cincau hijau.
Di dalam cincau hijau terdapat klorofil yang merupakan pigmen berwarna
hijau yang memberikan warna pada daun. Salah satu cara untuk menyerap
komponen warna tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan suatu adsorben.
Pada penelitian ini adsorben yang akan digunakan adalah bentonit dan arang
bambu serta campuran keduanya.
Bentonit merupakan jenis mineral smektit tersusun oleh kerangka alumino
silikat, membentuk struktur lapis, dan merupakan penukar kation yang baik.
Kandungan utama dari bentonit adalah montmorillonit. Adanya rongga pada
montmorillonit menyebabkan luas permukaannya sangat besar sekitar 700-800
m2/g. Bentonit memiliki kemampuan mengembang yang tinggi sehingga dapat
menyerap senyawa organik maupun ion logam (Ashadi, 2007).
Aktivasi bentonit menggunakan asam akan menghasilkan bentonit dengan
situs aktif lebih besar dan keasamaan permukaan yang lebih besar, sehingga akan
dihasilkan bentonit dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan
sebelum diaktivasi (Komadel, 2003). Tanjaya (2006) mengemukakan bahwa
semakin tinggi konsentrasi asam yang digunakan untuk aktivasi bentonit maka
kemampuan adsorpsi bentonit terhadap zat warna pada minyak kelapa sawit
semakin tinggi. Namun pada konsentrasi asam lebih besar dari 5 N terjadi
penurunan penyerapan warna. Selain itu diperoleh bahwa dengan konsentrasi
asam yang sama bentonit yang diaktivasi menggunakan HCl lebih efektif untuk
menurunkan warna pada bleaching minyak kelapa sawit dibandingkan bentonit
3
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Arang bambu (bamboo charcoal) adalah produk padat (solid) yang
menggunakan bahan baku bambu (dapat dari bahan baku lembah) melalui proses
karbonisasi dibawah suhu tinggi (under high temperature). Sebagai adsorben,
arang diaktivasi terlebih dahulu untuk memperbesar luas permukaan aktif dengan
cara membuka pori-pori yang tertutup oleh tar dan atom-atom bebas (Suheryanto,
2013).
Aktivator yang umum digunakan untuk pembuatan arang aktif dengan
aktivasi kimia ialah KOH, ZnCl2 dan H3PO4. Pada penelitian sebelumnya,
pembuatan arang aktif dari bambu dengan menggunakan H3PO4 sebagai aktivator
memberikan hasil luas permukaan arang aktif yang tinggi dibandingkan ZnCl2
(Baksi, 2003). Selain itu, pada penelitian Miranti (2012) menunjukkan bahwa
aktivator H3PO4 lebih baik dibandingkan KOH untuk pembuatan arang aktif dari
bambu dengan metode aktivasi kimia pada suhu 700oC selama satu jam. Oleh
karena itu, pada penelitian ini digunakan H3PO4 sebagai aktivator.
Kemampuan adsorpsi arang aktif tidak hanya tergantung oleh luas
permukaannya saja tetapi juga struktur dalam pori-pori. Konsentrasi aktivator
pada pembuatan arang aktif dapat mempengaruhi struktur pori yang terbentuk.
Berdasarkan penelitian (Wibowo, 2011) mengenai “Karakterisasi Permukaan
Arang Aktif Tempurung Biji Nyamplung” bahwa konsentrasi H3PO4 berpengaruh
terhadap tekstur pori yang terbentuk. Konsentrasi H3PO4 rendah (5% atau 0%)
menghasilkan lebih banyak pori arang aktif biji nyamplung yang berukuran kecil,
<5μ, sedangkan pada konsentrasi H3PO4 10% menghasilkan pori yang lebih besar,
>5μ.
Arang aktif dan bentonit dapat digunakan sebagai adsorben untuk
mengadsorpsi senyawa organik. Pambayun, dkk (2013) mengemukakan bahwa
arang aktif dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengurangi kadar fenol
dalam air limbah. Nurhayati (2010) telah menggunakan bentonit teraktivasi dalam
pengolahan limbah cair tahu. Campuran arang aktif dan bentonit telah digunakan
sebagai adsorben minyak goreng bekas untuk menyerap warna, pengotor dan
4
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan campuran arang bambu (Gigantochloa verticillata) dan bentonit untuk
mengadsorpsi zat warna klorofil pada ekstrak cincau hijau.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengaktivasi arang bambu (Gigantochloa verticillata) dan
bentonit sebagai adsorben?
2. Bagaimanakah kondisi optimum adsorpsi warna ekstrak cincau hijau dengan
adsorben arang aktif tercampur bentonit?
3. Bagaimanakah karakteristik adsorben arang aktif tercampur bentonit setelah
dilakukan pengontakkan dengan ekstrak cincau hijau?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara mengaktivasi arang bambu (Gigantochloa verticillata) dan
bentonit sebagai adsorben.
2. Mengetahui kondisi optimum adsorpsi warna ekstrak cincau hijau dengan
adsorben arang aktif tercampur bentonit.
3. Mengetahui karakteristik adsorben arang aktif tercampur bentonit setelah
dilakukan pengontakkan dengan ekstrak cincau hijau.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah meningkatkan nilai
manfaat, nilai jual dari hasil pertanian Bangsa Indonesia serta memberikan
informasi mengenai kondisi optimum penggunaan arang bambu (Gigantochloa
verticillata) tercampur bentonit untuk mengadsorpsi zat warna hijau (klorofil) dari
5
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek dan Lokasi Penelitian
Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Riset, Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan
Pendidikan Kimia, dan Laboratorium Pusat Survei Geologi Bandung.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas kimia, pompa
vakum, corong buchner, magnetic stirrer, kertas saring, oven, kain saring, neraca
analitik, kuvet, furnace, instrumentasi spektrometer UV/Vis, FTIR, dan SEM.
3.2.2 Bahan
Penelitian ini menggunakan sampel ekstrak daun cincau hijau. Sedangkan
bahan yang dibutuhkan adalah arang bambu gombong, H3PO4, HCl 5 N, bentonit,
metanol teknis dan aquades.
3.3 Bagan Alir Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan aktivasi arang bambu (Giganthochloa verticillata)
dan bentonit. Arang bambu diaktivasi menggunakan H3PO4 5%, 10% dan 15%
pemanasan pada suhu 700oC. Sedangkan bentonit diaktivasi menggunakan HCl
5N dan pemanasan pada suhu 70oC. Arang dan bentonit hasil aktivasi dianalisis
SEM untuk mengetahui struktur pori-pori adsorben. Selanjutnya dilakukan
ekstraksi daun cincau hijau menggunakan metanol dan air. Setelah diperoleh
ekstrak daun cincau hijau, dilakukan pengontakkan adsorben (arang aktif dan
bentonit) dengan variasi perbandingan massa arang aktif : bentonit, optimasi
konsentrasi adsorben dan optimasi waktu kontak. Selanjutnya dilakukan
pemisahan adsorben dari ekstrak daun cincau hijau. Tahap akhir dilakukan
29
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu - diaktivasi dengan penambahan asam dan pemanasan
- dilakukan optimasi perbandingan massa adsorben (arang aktif : bentonit), optimasi penambahan massa adsorben dan
optimasi waktu kontak.
- Ekstrak hasil pengontakkan kemudian disaring
absorbansi dari ekstrak cincau hijau yang telah dikontakkan dengan adsorben.
Sedangkan residu berupa adsorben dianalisis menggunakan spektrometer IR untuk
mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam adsorben sebelum dan sesudah
pengontakkan dengan ekstrak cincau hijau dan analisis SEM untuk mengetahui
perubahan struktur pori-pori adsorben. Secara garis besar bagan alir penelitian
dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Arang bambu dan
bentonit
Arang aktif dan
bentonit aktif Ekstrak cincau hijau
Filtrat Residu
Analisis spektrometri UV/Vis
30
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu - dipanaskan pada suhu 400oC selama 2 jam
- dihaluskan
- diaktivasi dengan penambahan H3PO4 5%, 10% dan
15% serta pemanasan 700oC selama 1 jam
- ditambahkan HCl 15%
- dipanaskan pada suhu ± 70oC sambil diaduk
- dicuci dengan air panas sampai pH air pencuci ≥3 - dikeringkan pada suhu 105oC sampai beratnya konstan - disaring
- didinginkan
- dicuci dengan aquades hingga netral
- dikeringkan pada suhu 110oC selama ±8 jam
Untuk lebih jelasnya, penelitian ini melalui beberapa tahapan dalam bagan
alir penelitian sebagai berikut.
1. Preparasi Adsorben
a. Aktivasi Arang Bambu
Gambar 3.2 Diagram Alir Aktivasi Arang Bambu
b. Aktivasi Bentonit
Bambu gombong
Arang bambu gombong
Serbuk arang bambu gombong
31
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu - dipisahkan dari tangkainya
- dibersihkan
- ditimbang sebanyak ± 20 gram
- dihancurkan dengan blender menggunakan 50 ml metanol selama 3 menit
- disaring dengan kain saring halus
Gambar 3.4 Diagram Alir Ekstraksi Daun Cincau dengan Metanol - dicuci dengan 50 ml metanol
- disaring
Gambar 3.3 Diagram Alir Preparasi Bentonit
- dipisahkan dari tangkainya - dibersihkan
- ditimbang sebanyak ± 8 gram
- ditambahkan air pengekstrak sebanyak 400 mL - diektraksi dengan cara diemas remas
- disaring
- disaring dengan corong Buchner
2. Penyiapan Ekstrak Daun Cincau Hijau
a. Ekstraksi dengan metanol
Residu Filtrat (ekstrak klorofil daun cincau)
32
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu - ditimbang sebanyak 10 gram
- ditambahkan 0,5 gram adsorben dengan berbagai perbandingan massa arang aktif (A) dan bentonit (B) : A:B = 1:0
- diaduk selama 5 menit - disaring
- ditimbang sebanyak 10 gram
- ditambahkan berbagai variasi massa adsorben (0-10%) dengan perbandingan massa arang aktif dan bentonit hasil optimasi - diaduk selama 5 menit
- disaring
Gambar 3.5 Diagram Alir Ekstraksi Daun Cincau dengan Air
3. Optimasi Pengontakkan Adsorben dengan Ekstrak Cincau Hijau
a. Optimasi perbandingan massa adsorben
Gambar 3.6 Optimasi Perbandingan Massa Adsorben
b. Optimasi penambahan massa adsorben
Filtrat Residu
Analisis Spektrometri UV/Vis Ekstrak daun cincau hijau
Residu Filtrat (ekstrak daun cincau hijau)
Filtrat Residu
Analisis Spektrometri UV/Vis
33
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu - ditimbang sebanyak 10 gram
- ditambahkan adsorben dengan massa adsorben hasil optimasi
- diaduk selama 5-30 menit - disaring
Gambar 3.7 Optimasi Penambahan Massa Adsorben
c. Optimasi waktu kontak
Gambar 3.8 Optimasi Waktu Kontak Campuran Adsorben
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Penyiapan Sampel
Daun cincau hijau yang akan digunakan, dibersihkan terlebih dahulu dari
debu serta bagian yang tidak diperlukan. Kemudian dipisahkan dari tangkainya
dan dibersihkan kemudian ditimbang.
3.4.2 Ekstraksi Daun Cincau Hijau
3.4.2.1 Ekstraksi dengan Air
Daun cincau hijau bersih dan kering sebanyak 8 gram diekstraksi
menggunakan air sebanyak 400 ml dengan cara diremas-remas, selanjutnya
disaring menggunakan kain saring. Fitrat yang diperoleh merupakan ekstrak daun
cincau hijau.
3.4.2.2 Ekstraksi dengan Metanol
Filtrat Residu
Analisis Spektrometri UV/Vis
Ekstrak daun cincau hijau
34
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daun cincau hijau bersih dan kering sebanyak 20 gram dihancurkan dengan
blender menggunakan 50 ml metanol selama 3 menit. Hancuran kemudian
disaring dengan kain saring halus, lalu filtrat yang diperoleh disaring kembali
dengan corong Buchner menggunakan kertas saring. Penyaringan menggunakan
pompa vakum. Residu dicuci dengan 50 ml metanol kemudian disaring lagi
dengan corong Buchner (Alsuhendra dalam Nurdin, 2009).
3.4.3 Preparasi Adsorben
3.4.3.1Aktivasi Arang Bambu
Arang bambu yang diperoleh dari hasil karbonisasi, dihaluskan
menggunakan lumpang dan alu. Selanjutnya direndam dalam larutan H3PO4 5%,
10% dan 15% selama 24 jam. Pasta yang dihasilkan dipanaskan di dalam furnace
pada suhu 700oC selama 1 jam. Arang hasil aktivasi didinginkan dan dicuci
dengan aquades hingga netral kemudian dikeringkan pada suhu 110oC selama ±8
jam.
3.4.3.2Aktivasi Bentonit
Bentonit alam direndam dalam larutan HCl 5 N kemudian dipanaskan pada
suhu 70oC sambil diaduk. Pasta yang dihasilkan didiamkan selama satu malam.
Selanjutnya dicuci dengan air panas sampai pH air pencuci ≥ 3 dan dikeringkan
pada suhu ± 100oC sampai beratnya kostan.
3.4.4 Analisis SEM
Arang aktif dan bentonit aktif yang diperoleh kemudian dianalisis SEM
untuk mengetahui struktur pori-pori adsorben. Analisis dilakukan di Laboratorium
Pusat Survei Geologi Bandung.
3.4.5 Pengaruh Penambahan Adsorben Kedalam Ekstrak Cincau Hijau
Penambahan adsorben dilakukan dalam variasi perbandingan massa arang
aktif dengan bentonit aktif. Kemudian dilakukan pemisahan adsorben dari ekstrak
35
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan spektrometer UV/Vis, sedangkan residu yang diperoleh dilakukan
pemeriksaan menggunakan spektrometer IR dan analisis SEM.
3.4.6 Pengukuran Absorbansi Ekstrak Cincau Hijau Pasca Kontak dengan
Adsorben
Metode pengukuran yang digunakan yaitu pengukuran absorbansi
menggunakan spektrometer UV/Vis. Tahap awal dilakukan scanning panjang
gelombang maksimum dari ekstrak daun cincau hijau pra kontak dengan
adsorben. Tahap kedua dilakukan pengukuran absorbansi ekstrak daun cincau
hijau pasca kontak dengan adsorben.
3.4.7 Optimasi Perbandingan Massa Adsorben
Ekstrak daun cincau hijau sebanyak 10 gram dikontakkan dengan berbagai
variasi perbandingan massa arang aktif dan bentonit (1:0, 1:3, 1:2, 1:1, 2:1, 3:1)
dengan massa total 0,5 gram selama 5 menit. Hasil pengontakkan disaring, lalu
filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya menggunakan spektrometer UV/Vis
pada panjang gelombang klorofil.
3.4.8 Optimasi Penambahan Massa Adsorben (Arang Bambu+Bentonit)
Ekstrak cincau hijau sebanyak 10 gram dikontakkan dengan berbagai variasi
massa adsorben (0-10%) selama 5 menit. Hasil pengontakkan disaring, lalu filtrat
yang diperoleh diukur absorbansinya menggunakan spektrometer UV/Vis pada
panjang gelombang klorofil.
3.4.9 Optimasi Waktu Kontak Campuran Adsorben
Ekstrak cincau hijau sebanyak 10 gram dikontakkan dengan adsorben pada
berbagai variasi waktu kontak (5-30 menit). Hasil pengontakkan disaring, lalu
filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya menggunakan spektrometer UV/Vis
pada panjang gelombang klorofil.
36
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penentuan gugus fungsi yang terdapat pada adsorben sebelum dan sesudah
kontak dengan ekstrak daun cincau hijau menggunakan metoda pellet KBr dengan
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai “Penggunaan Arang Bambu (Gigantochloa verticillata) Tercampur Bentonit sebagai Adsorben pada Pemucatan Cincau Hijau
serta Karakterisasinya”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Arang bambu diaktivasi menggunakan larutan H3PO4 5% dan pemanasan pada
suhu 700oC selama satu jam. Sedangkan bentonit diaktivasi menggunakan
larutan HCl 15%.
2. Kondisi optimum pengontakkan adsorben dengan ekstrak daun cincau hijau
adalah pada konsentrasi adsorben 1,5% dengan perbandingan arang aktif dan
bentonit 3:1 serta lama waktu kontak 10 menit.
3. Berdasarkan hasil analisis FTIR, adsorben yang telah dikontakkan tidak
mengalami perubahan secara kimiawi dan berdasarkan hasil analisis SEM,
adsorben sebelum dan setelah dikontakkan dengan ekstrak cincau hijau
memiliki pori-pori yang terbuka. Hal ini menunjukkan adsorbat (klorofil)
hanya terserap di bagian permukaan adsorben dan lemahnya interaksi yang
terjadi antara adsorbat dengan adsorben.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian mengenai “Penggunaan Arang Bambu (Gigantochloa verticillata) Tercampur Bentonit sebagai Adsorben pada Pemucatan Cincau Hijau
serta Karakterisasinya”, maka terdapat saran-saran sebagai berikut untuk penelitian selanjutnya :
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai metode adsorpsi klorofil dengan ekstrak
59
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Perlu dikaji mengenai pengaruh adsorben terhadap kandungan gizi ekstrak
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Alfatih, Indra. (2014). Bagaimana Menggunakan Arang Bambu. [Online].
Tersedia di: http://arangbambo.blogspot.com. Diakses 30 Maret 2014.
Anthony O.O. dan Ogugua C.A. (1988). Laboratory Trials on Bleaching Palm Oil
with Selected Acid Activated Nigerian Clay. Food Chemistry, 27, hlm.
311-317.
Ashadi, Martini, Masykuri dan Saputro. (2007). Kinerja Sistem Adsorben
Surfaktan Kationik Berpenyangga Montmorillonit Lokal untuk Remediasi
Limbah Selenat dalam Air. Jurnal Alchemy, Vol 6, No. 2, hlm 10-12.
Backer dan Brink. (1965). Flora of Java Vol 2. 602-603. N.P.V.
Noodhoff-Groningen-The Netherlands.
Baksi, Soumitra Biswas dan S. Mahajan. (2003). Activated Carbon from
Bamboo-Technology Development toward Commersialisation. BAMTECH-2003,
March 12-13, Guwahati, India.
Cheremisinoff, P.N. (1978). Carbon Adsorption Handbook. Michigan : Ann
Arbor Science Publ Inc.
Cool. P dan Vanssant, E. F. (1988). Pillared Clays : Preparation,
Characterization And Application. Springer : Molecular Sieves.
Darmawan, dkk. (2009). Optimasi Suhu dan Lama Aktivasi dengan Asam Phosfat
dalam Produksi Arang Aktif Tempurung Kemiri
.
Jurnal Ilmu danTeknologi Hasil Hutan, 2 (2), hlm. 51-56.
Femina. (2014). Cincau. [Online]. Tersedia di :
http://www.femina.co.id/kuliner/info.kuliner/cincau/004/002/266. Diakses
28 Februari 2015.
Frilla, dkk. (2008). Pengaruh Temperatur Terhadap Pembentukan Pori Pada
Arang Bambu. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
56
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hatta, S. (1995). Budidaya cincau. Yogyakarta : Kanisius.
Heranani, Raharjo M. (2004). Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Katti, K dan Katti D. (2001). Effect of Clay-Water Interactions on Swelling in
Montmorillonite Clay. Fargo : Departemen of Civil Engineering and
Construction North Dakota State University.
Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta :
UI-Press.
Komadel. (2003). Chemically Modified Smectites. Slovakia : Slovac Academy of
Sciences.
Krisdianto, dkk. (2000). Sari Hasil Penelitian Bambu. [Online]. Tersedia di :
http://www.dephut.go.id/. Diakses 17 Maret 2015.
Kumar. P dan Jasra. R. V. (1995). Evolution of Porosity and Surface Acidity in
Montmorillonite Clay on Acid Activation. Ind. Eng. Chem.
Res., 34, hlm. 1440-1448.
Luthana, Yissa. (2011). Gel Hidrokoloid. [Online]. Tersedia di :
https://yisluth.wordpress.com. Diakses 3 Maret 2015.
Miranti. (2012). Pembuatan Karbon Aktif dari Bambu dengan Metode Aktivasi
Terkontrol Menggunakan Activating Agent KOH dan H3PO4. (Skripsi).
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok.
Muchtaridi, dkk. (2009). Karakteristik Tablet Kunyah Antasida dengan
Menggunakan Gel Cincau Hijau (Cyclea barbata L. Miers) sebagai Bahan
Pengikat. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Bandung.
Mudzakir, Ahmad, dkk. (2008). Praktikum Kimia Anorganik (KI 425).Bandung :
Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Mui, et.al. (2010). Activated Carbons From Bamboo Scaffolding Using Acid
Activation. Separation And Purification Technology, 74, hlm. 213-218.
Nurdin, dkk. (2009). Kandungan Klorofil Berbagai Jenis Daun Tanaman dan
Cu-Turunan Klorofil Serta Karakteristik Fisiko-Kimianya. Jurnal Gizi dan
57
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nurhayati. (2010). Pemanfaatn Bentonit Teraktivasi dalam Pengolahan Limbah
Cair Tahu. (Skripsi). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret.
Pambayun, dkk. (2013). Pembuatan Karbon Aktif dari Arang Tempurung Kelapa
dengan Aktivator ZnCl2 Dan Na2CO3 sebagai Adsorben
untuk Mengurangi Kadar Fenol dalam Air Limbah. Jurnal Teknik Pomits
Vol. 2, No. 1, hlm. 116-120.
Pitojo, Setyo dan Zumiyati. (2005). Cincau : Cara Pembuatan Dan Variasi
Olahannya.Tanggerang : PT. AgroMedia Pustaka.
Pujiyanto. (2010). Pembuatan Arang Aktif Super Dari Batubara Dan Tempurung
Kelapa. (Skripsi). Departemen Teknik Kimia FTUI.
Priyanto. (2007). Toksisitas Radikal Bebas. Dalam: Sunaryo H, ED. Toksisitas
Obat, Zat Kimia Dan Terapi Antidotum. Edisi Ke 1. Depok : Leskonfi
2007: 43-54.
Probo, Bayu. (2013). Bambu Gombong, Pohon Multiguna. [Online]. Tersedia di :
satuharapan.com/read-detail/read/bambu-gombong-pohon-multiguna.
Diakses 27 Februari 2015.
Ramdja, A. Fuadi, Mirah Halim dan Jo Handi. (2008). Pembuatan Karbon Aktif
Dari Pelepah Kelapa (Cocus Nucifera). Inderalaya : Jurnal Teknik Kimia,
No. 2, Vol. 15, April 2008.
Roiyana, dkk. (2012). Potensi Dan Efisiensi Senyawa Hidrokoloid Nabati Sebagai
Bahan Penunda Pematangan Buah. Buletin Anatomi dan Fisiologi
Volume 20, Nomor 2, Oktober 2012.
Schulze, D. J. (1998). in Minerals in Soil Environments, (J.B. Dixon and S.B.
Weed, eds.), Madison. Winconsin: Soil Science Society of America, 1.
Sposito, G. (1984). The Surface Chemistry of Soils. New York: Oxford University
Press.
Suhartini, Neneng. (2012). Isoterm Adsorpsi. [Online]. Tersedia di :
58
Wini Septiani, 2015
PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suheryanto, Dwi dan Lies Susilaning. (2013). Pembuatan Arang Bambu (Bamboo
Charcoal) Pada Suhu Rendah Untuk Produk Kerajinan. Yogyakarta :
Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS, ISSN 1412-9612.
Tanjaya, Ailen, dkk. (2006). Aktivasi Bentonit Alam Pacitan Sebagai Bahan
Penjerap Pada Proses Pemurnian Minyak Sawit. Jurnal Teknik Kimia
Indonesia, Vol. 5 No. 2, hlm. 429-434.
Tarwiyah, Kemal. (2001). Arang Tempurung Kelapa. Jakarta : Teknologi Tepat
Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat.
Wibowo, dkk. (2011). Karakterisasi Permukaan Arang Aktif Tempurung
Biji Nyamplung. Makara, Teknologi, 15 ( 1), April 2011, hlm. 17-24.
Ysalma. 2014. Daun Cincau Perdu dan Manfaatnya. [Online]. Tersedia di :