• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi bangun segiempat dengan menggunakan metode kooperatif tipe JGSAW II pada kelas VII B SMP N 3 Salam tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi bangun segiempat dengan menggunakan metode kooperatif tipe JGSAW II pada kelas VII B SMP N 3 Salam tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI BANGUN SEGI EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW II PADA KELAS VII B SMP N 3 SALAM TAHUN

AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Ika Maya Sari NIM. 071414101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

MATERI BANGUN SEGI EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW II PADA KELAS VII B SMP N 3 SALAM TAHUN

AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Ika Maya Sari NIM. 071414101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Motto dan Persembahan

Hidup itu akan selalu indah ketika kita selalu

bersyukur, pada situasi apapun.

Life is soo…Beautiful…

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Allah SWT; awal dari semua cerita

Bunda ku Sulastri (Alm)

Ayah ku Suyitna

Adik ku Ana & Aji

(6)
(7)

vi ABSTRAK

Ika Maya Sari. 2013. Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Materi Bangun Segi Empat dengan Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw II pada Kelas VII B SMP N 3 Salam Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 3 Salam pada bulan April-Mei 2012. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP N 3 Salam tahun ajaran 2011/2012.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data keterlibatan siswa, dan hasil belajar siswa. Data keterlibatan siswa diperoleh melalui pengamatan dan dianalisis dengan menghitung presentase keterlibatan siswa dalam kelas berdasarkan kriteria menurut skala Likert. Data hasil belajar yaitu nilai kuis individu dan nilai post test dianalisis, sehingga diperoleh nilai akhir (NA). Selanjutnya untuk melihat ketuntasan belajar siswa, maka dilakukan perbandingan antara NA dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Untuk materi bangun segi empat KKM dari sekolah yaitu sebesar 70. Siswa dikatakan tuntas apabila nilai akhir lebih besar atau sama dengan 70 dan pembelajaran dikatakan efektif jika siswa yang tuntas mencapai lebih dari atau sama dengan 70%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) tingkat keaktifan siswa dalam kelas di kelas VII B SMP N 3 Salam pada pokok bahasan bangun segi empat masuk dalam kriteria rendah yaitu sebesar 61,11%, (2) hasil belajar yang diperoleh sangat baik, dengan presentase siswa yang tuntas yaitu 91,7%, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II efektif digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya di kelas VII B.

(8)

vii ABSTRACT

Ika Maya Sari. 2013. Involvement and Student’s Learning Achievement in Learning of Quadrilaterals Using Cooperative Learning Type Jigsaw II in Class VII B SMP N 3 Salam Academic Year 2011/2012. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department Mathematics and science education, Teachers Training and Education Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to find out the floor of activity and student‟s learning in

learning mathematics using cooperative learning type Jigsaw II. The method used in this research is mix of descriptive quantitative. This research was liked in SMP N 3 Salam at April – May 2012. The subject of this research is student of class VII B SMP N 3 Salam academic year 2011/2012.

The data‟s required in this research are student involvement and student‟s

learning achievement. Student involvement data are gotten through observation and will be analyzed by calculating student involvement percentage in class to based on criteria Likert scale. Learning result test is analysis from individual test and post test value, so we can get the latest value (NA). Then, to see student learning completeness, researcher will compare between NA and KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). For quadrilaterals, KKM from the school is 70. The

student‟s work will be categorized „finished‟ if the latest value (NA) is more than or equal to 70 and the learning process will be called effective if the finished

student‟s attain more than or equal 70%.

The results of this study indicate that (1) percentage of student involvement in class VII B SMP N 3 Salam at matter of quadrilaterals go into

“low” criterion (the percentage is 61,11%), (2) student‟s learning achievement

obtained very good result, with percentage of student‟s who finish their work attained 91,7%, so it can be concluded that model of cooperative learning type Jigsaw II effective applied in mathematics learning, specially at class VII B. Keywords: cooperative learning type Jigsaw II, involvement, student‟s learning

(9)
(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang melimpah sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Materi Bangun Segi Empat dengan Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw II pada Kelas VII B SMP N 3 Salam Magelang Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu program studi Pendidikan Matematika.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika sekaligus dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dengan sabar serta telah banyak meluangkan waktu selama penulisan skripsi ini.

3. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, S.Si., M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

(11)

ix

5. Keluarga besar SMP N 3 Salam, Bapak Nurcholik dan Ibu Tien terimakasih banyak atas bantuan, waktu dan ijin pelaksanaan penelitian ini.

6. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Suyitna dan Ibu Sulastri (Alm) terimakasih atas kasih sayang, doa dan dukungannya selama ini. Tanpa kalian aku bukanlah apa-apa, dan suatu saat nanti akan ku buktikan bahwa aku bisa menjadi anak yang kalian banggakan.

7. Adikku Ana & Aji, terimakasih untuk doa dan dukungannya.

8. Sahabat-sahabat terbaikku aay, shanty, herdi, rita yang selalu memberikan support dalam segala hal. Terimakasih telah menjadi bagian dalam kisah perjalanan hidupku.

9. Semua teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2007 yang telah bersama-sama mengalami suka dan duka selama kuliah berbersama-sama.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuan, doa dan dukungannya.

Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan.

(12)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah……… 4

C. Batasan Masalah………. 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Batasan Istilah ... 6

(13)

xi

BAB II. LANDASAN TEORI ... 9

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 9

1. Pengertian Belajar ... 9

2. Pengertian Pembelajaran ... 11

B. Teori Belajar ... 13

C. Pembelajaran Kooperatif ... 15

1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 16

3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 19

4. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif ... 21

5. Cara Pemberian Penghargaan Kelompok... 25

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 27

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ... 27

2. Langkah Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ... 27

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I dan II ... 28

E. Aktivitas ... 33

F. Hasil Belajar ... 35

G. Materi Bangun Segi Empat ... 37

1. Persegi Panjang ... 37

2. Persegi ... 39

3. Layang-layang ... 41

4. Belah Ketupat ... 43

(14)

xii

6. Trapesium ... 49

H. Kerangka Berpikir ... 52

BAB III. METODE PENELITIAN ... 54

A. Jenis Penelitian ... 54

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 54

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 54

D. Variabel Penelitian……….. 56

E. Bentuk Data ... 56

F. Metode Pengumpulan Data ... 56

G. Instrumen Penelitian... 57

1. Instrumen Pembelajaran ... 57

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 58

H. Metode Analisis Data ... 63

1. Analisis Data Keaktifan Siswa ... 62

2. Analisis Validitas Tes Uji Coba Hasil Belajar ... 65

3. Analisis Reliabilitas Tes Uji Coba Hasil Belajar Siswa ... 65

4. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 66

I. Rencana Penelitian ... 69

BAB IV. PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Persiapan Penelitian ... 71

1. Observasi ... 71

(15)

xiii

3. Data Tes Uji Coba ... 72

4. Analisis Validitas... 74

5. Analisis Reliabilitas ... 83

B. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 85

C. Analisis Data ... 93

1. Analisis Keaktifan Siswa ... 93

2. Analisis Hasil Kuis dan Penghargaan Kelompok ... 96

3. Analisis Hasil Tes Akhir Secara Individu ... 102

4. Korelasi Antara Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar Siswa ... 105

D. Pembahasan Analisis Data ... 108

E. Keterbatasan Penelitian ... 109

BAB V. PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111

1. Bagi Guru ... 111

2. Bagi Peneliti ... 111

(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Penelitian………. 115

Lampiran A.2 Lembar Kerja Kelompok Ahli ……….… . 121

Lampiran A.3 Lembar Kerja Kelompok Asal ……….. 127

Lampiran A.4 Soal Pre Test..……… 132

Lampiran A.5 Soal Pos Test...………..……… 135

Lampiran A.6 Soal Kuis I……...………... 140

Lampiran A.7 Soal Kuis II………... 142

Lampiran A.8 Soal Kuis III………... 144

Lampiran A.9 Soal Kuis IV….……….. 146

Lampiran A.10 Lembar Keaktifan Siswa……… 149

Lampiran B.1 Daftar Pembagian Kelompok………. 151

Lampiran B.2 Sertifikat Penghargaan Kelompok..……… 152 Lampiran C.1 Lembar Jawab Siswa Uji Validitas..……….. 153

Lampiran C.2 Lembar Jawab Siswa Pre Test.……….. 156

Lampiran C.3 Lembar Jawab Siswa Kuis I..……… 158

Lampiran C.4 Lembar Jawab Siswa Kuis II ……… 160

Lampiran C.5 Lembar Jawab Siswa Kuis III……… 162

Lampiran C.6 Lembar Jawab Siswa Kuis IV……… 164

(17)

xv

Lampiran C.8 Lembar Kerja Kelompok Pertemuan II………. 168

Lampiran C.9 Lembar Kerja Kelompok Pertemuan III……… 170

Lampiran C.10 Lembar Kerja Kelompok Pertemuan IV……….. 174

Lampiran C.11 Foto……….. 178

Lampiran D.1 Surat Izin Melaksanakan Penelitian………. 180

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Skor Peningkatan………. 26

Tabel 3.1 Tabel Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Kelompok………….. 58

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Akhir……… 61

Tabel 3.3 Kriteria Penskoran………. 61

Tabel 3.4 Analisis Skor Keaktifan Siswa……….. 63

Tabel 3.5 Skor Peningkata Individu……….. 67

Tabel 3.6 Kriteria Penghargaan Kelompok………... 68

Tabel 3.7 Lembar Penilaian Tim………... 68

Tabel 3.8 Pedoman Penilaian Hasil Belajar………... 69

Tabel 4.1 Skor Tes Uji Coba………. 72

Tabel 4.2 Uji Validitas Soal no 1……….. 74

Tabel 4.3 Uji Validitas Soal no 2……….. 76

Tabel 4.4 Uji Validitas Soal no 3……….. 77

Tabel 4.5 Uji Validitas Soal no 4……….. 79

Tabel 4.6 Uji Validitas Soal no 5……….. 81

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Instrumen……… 82

Tabel 4.8 Perhitungan Uji Reliabilitas Butir Instrumen……… 83

Tabel 4.9 Seluruh Skor Keaktifan Siswa……….. 93

(19)

xvii

Tabel 4.11 Kriteria Keaktifan Siswa dalam Kelas………. 95

Tabel 4.12 Hasil Kuis………. 97

Tabel 4.13 Peningkatan Kuis Kelompok 1………. 98

Tabel 4.14 Peningkatan Kuis Kelompok 2………. 99

Tabel 4.15 Peningkatan Kuis Kelompok 3………. 99

Tabel 4.16 Peningkatan Kuis Kelompok 4………. 100

Tabel 4.17 Peningkatan Kuis Kelompok 5………. 101

Tabel 4.18 Peningkatan Kuis Kelompok 6………. 101

Tabel 4.19 Penghargaan Kelompok Keseluruhan……….. 102

Tabel 4.20 Skor Nilai Post Test………. 103

Tabel 4.21 Hasil Belajar Siswa……….. 104

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Persegi Panjang……….. 37

Gambar 2.2 Keliling Persegi Panjang ……….………….. 38

Gambar 2.3 Persegi……… 39

Gambar 2.4 Keliling Persegi………. 41

Gambar 2.5 Layang-Layang………..……… 41

Gambar 2.6 Luas Layang-Layang...……….. 43

Gambar 2.7 Belah Ketupat………... 43

Gambar 2.8 Luas Belah Ketupat………... 45

Gambar 2.9 Jajargenjang…….……….. 46

Gambar 2.10 Keliling Jajargenjang………. 47

Gambar 2.11 Luas Jajargenjang……….. 48

Gambar 2.12 Macam-macam Trapesium……… 49

Gambar 2.13 Trapesium Sembarang……….. 49

Gambar 2.14 Trapesium Sama Kaki……….. 50

Gambar 2.15 Trapesium Siku-siku…….……… 50

Gambar 2.16 Keliling Trapesium……… 51

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengetahuan tidak datang dan masuk ke dalam benak siswa seperti hujan turun dan meresap ke dalam tanah. Untuk memperoleh pengetahuan, siswa harus berjuang dengan mencerna informasi yang datang dari guru, informasi dari media cetak (bahan tertulis), informasi yang terkandung di dalam benda-benda yang dijumpainya, dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk memperoleh pengetahuan, siswa harus belajar secara aktif. Dalam kelas yang ideal, siswa harus melakukan penyelidikan, memecahkan masalah, mengeksplorasi gagasan-gagasan dengan menggunakan benda-benda konkret, menggunakan media pembelajaran, mengerjakan hal-hal secara mandiri dan secara berkelompok, atau dengan bekerja sama dalam kelompok kecil, mengungkapkan gagasan-gagasan baik secara tertulis maupun secara lisan.

(22)

mengikuti proses pembelajaran. Dampaknya adalah aktivitas dan hasil belajar siswa sangat rendah.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada pembelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 3 Salam, peneliti melihat bahwa dalam berlangsungnya pembelajaran, guru sudah melibatkan siswa, hanya saja siswa-siswa masih cenderung ramai, bermain dengan teman sebangku dan kurang memperhatikan pelajaran, selain itu hampir tidak ada siswa yang mempunyai inisiatif untuk bertanya mengenai materi pelajaran pada guru, siswa sibuk menyalin apa yang dituliskan guru, bila guru bertanya tidak ada siswa yang menjawab, kecuali menjawab secara bersama-sama sehingga suaranya menjadi tidak jelas. Dalam hal ini peneliti mengasumsikan bahwa siswa membutuhkan suatu kolaborasi dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.

(23)

dan siswa sangat familier dengan paradigma tradisional dalam pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran yang tidak berpusat pada guru cukup banyak jenisnya, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif, tipe Jigsaw. Pada dasarnya, model pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan (Slavin,2005). Dalam model ini, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli, dan setiap kelompok anggotanya heterogen. Setiap siswa dalam kelompok asal, anggotanya diberi tugas untuk menjadi tim ahli pada suatu materi pembelajaran. Setelah mempelajari dalam kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan ataupun menjelaskan materi yang telah mereka pelajari dalam kelompok ahli. Ada beberapa alasan perlunya menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw untuk dikembangkan sebagai variasi model pembelajaran. Alasan tersebut diantaranya, dapat meningkatkan partisipasi siswa (keaktifan siswa) sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat, terutama pada kelompok kecil.

(24)

dalam Pembelajaran Materi Bangun Segi Empat dengan Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw II pada Kelas VIIB SMP N 3 Salam Tahun Ajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pengamatan peneliti saat observasi, peneliti berhasil mengidentifikasi beberapa masalah yang ada dalam kelas saat pembelajaran berlangsung yaitu:

1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran belum begitu tampak. 2. Saat guru bertanya, tidak ada siswa yang menjawab kecuali menjawab

bersama-sama sehingga suaranya menjadi tidak jelas.

3. Saat guru menerangkan siswa yang duduk paling belakang cenderung ramai.

4. Kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas. 5. Saat diberi tugas, sebagian siswa tidak mengerjakan sendiri melainkan

mencontek milik teman lain.

C. Batasan Masalah

(25)

dan hasil belajar siswa. Kesimpulan yang dilakukan tidak dapat diterapkan pada kelas ataupun sekolah lain.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, peneliti menentukan dua rumusan masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan kooperatif tipe Jigsaw II pada materi bangun segi empat?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan kooperatif tipe Jigsaw II pada materi bangun segi empat?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan kooperatif tipe Jigsaw II pada materi bangun segi empat.

(26)

F. Batasan Istilah

Istilah operasional yang perlu dibatasi pengertiannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran Matematika

Merupakan kegiatan belajar mengajar matematika yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa kelas VII dalam materi Bangun Segi Empat.

2. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II adalah suatu metode pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang dengan memperhatikan keheterogenan, kerjasama dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok.

3. Keaktifan dan aktivitas

(27)

4. Belajar

Proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar. (Winkel, 1989)

5. Hasil belajar

Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa dapat memenuhi indikator-indikator materi pembelajaran yang telah ditentukan.

G. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti dalam bidang pendidikan dan sebagai bahan masukan bagi peneliti sebagai calon guru.

2. Bagi Siswa

(28)

3. Bagi Fakultas

(29)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 2000). Belajar menurut Witherington (1952:165) dalam buku Landasan Psikologi Proses Pendidikan, “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Pendapat yang hampir

sama dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgard. Menurut Crow and Crow (1958:225) “belajar adalah diperolehnya kebiasaan -kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”, sedangkan menurut Hilgard (1962:252) “belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap suatu situasi”.

(30)

pemahaman belajar sehingga seorang guru harus bisa menciptakan situasi yang mendorong motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar mandiri.

Menurut Woolfolk (dalam Baharuddin, 2008:14) juga menyatakan bahwa “learning occurs when experience causes a relatively

permanent change in an individual’s knowledge or behavior”. Kualitas

belajar seseorang ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Karena itu, kadang belajar itu menghasilkan perubahan yang sederhana, tetapi juga kadang menghasilkan perubahan yang kompleks.

(31)

pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

Dari beberapa definisi belajar di atas, dapat disimpulkan pengertian belajar adalah proses perubahan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan latihan. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan yang telah dimiliki, kemampuan kognitif dan lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil belajar tersebut dapat meliputi: perubahan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).

2. Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2000), pengertian pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan menurut Erman & Udin (1994 :5) pembelajaran dalam teori pengetahuan adalah kegiatan rekayasa perilaku untuk merangsang, memelihara dan meningkatkan terjadinya proses berpikir pembelajar.

(32)

Dalam buku lain dijelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang langsung dialami siswa (Winkel, 1989). Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu membantu siswa agar dapat belajar, berhasil menguasai konsep untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Menurut Mulyasa (2009:69) pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, diperlukan berbagai ketrampilan. Diantaranya adalah ketrampilan membelajarkan atau ketrampilan mengajar.

Berdasarkan UU No. 20 pasal 1 ayat 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah prosess interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut Warsita (2008:85) mengartikan pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajaran pada para peserta didiknya.

(33)

sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pembelajaran dilakukan dengan menemukan sendiri jawaban atas permasalahan-permasalahan yang sedang dipelajari dan akan menghasilkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha untuk memahami permasalahan yang ada di lingkungan sekitar.

B. Teori Belajar

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori belajar. Ada 3 kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu teori-teori belajar behaviorisme, teori-teori belajar kognitivisme, dan teori belajar kontruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif yang diamati dalam pembelajaran. Teori kognitivisme melihat melalui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan kontruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.

a) Teori Belajar Behaviorisme

(34)

Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

b) Teori Belajar Kognitivisme

Teori belajar kognitivisme mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

c) Teori Belajar Kontruktivisme

(35)

mereka akan lebih paham dan mampu mengaplikasikannya dalam sebuah situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. (http://belajarpsikologi.com)

C. Pembelajaran Kooperatif

1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang membagi siswa-siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. (Slavin, 2008)

Sedangkan menurut Solihatin (2005: 4), pembelajaran kooperatif diartikan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang heterogen.

(36)

lainnya untuk belajar materi-materi akademik, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran, Wira Sanjaya (2006 :242-243) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok. Empat karakteristik strategi pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Semua anggota kelompok harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap kelompok bersifat heterogen, artinya kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima sehingga diharapkan memberikan keberhasilan dalam setiap kelompok.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

(37)

memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan keberhasilan baik melalui tes maupun non-tes.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Prisip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.

d. Keterampilan bekerja sama

Kemauan bekerjasama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerjasama. Siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.

(38)

suku dan jenis kelamin yang berbeda. Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, penilaian berorientasi pada kelompok dari pada individu.

Adapun peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator dan evaluator. Sebagai fasilitator, sikap yang harus dimiliki guru:

a. mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan;

b. membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan dan pembicaraannya baik secara individual maupun kelompok;

c. membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar siswa;

d. membina agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat baginya; dan

e. menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat.

(39)

kelancaran diskusi tetapi tidak memberikan jawaban. Di samping itu, sebagai motivator guru berperan memberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi. Sebagai evaluator, guru menilai kegiatan belajar mengajar yag sedang berlangsung.

3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Adapun prinsip-prinsip dasar belajar kooperatif Solihatin (2007:7-9), meliputi:

a. Perumusan tujuan belajar harus jelas

Tujuan belajar harus dirumuskan terlebih dahulu. Tujuan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran hendaknya dilakukan sebelum kelompok belajar terbentuk.

b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar Pada pembelajaran kooperatif hendaklah pengajar mengkondisikan kelas agar siswa mengetahui dan menerima kenyataan bahwa setiap orang dalam kelompoknya menerima dirinya untuk bekerja sama dalam mempelajari seperangkat pengetahuan keterampilan. c. Ketergantungan yang bersifat positif

(40)

memungkinkan siswa untuk merasa tergantung secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru.

d. Interaksi yang bersifat terbuka

Dalam kelompok belajar, interakasi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam mendiskusikan materi. Suasana tersebut akan menimbulkan sikap ketergantungan positif dan keterbukaan.

e. Tanggung jawab individu

Dasar penggunaan pembelajaran kooperatif adalah keberhasilan belajar dicapai secara lebih baik apabila dilakukan dengan bersama-sama. Oleh karena itu, keberhasilan belajar dalam model ini dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam menerima dan memberi apa yang dipelajarinya.

f. Kelompok bersifat heterogen

Dalam pembentukan kelompok belajar, anggota kelompok harus bersifat heterogen sehingga interaksi kerjasama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai karakteristik siswa yang berbeda.

g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif

(41)

masalah dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Guru harus menjelaskan sikap dan perilaku yang baik dalam bekerjasama. h. Follow Up (Tindak lanjut)

Setelah masing-masing kelompok belajar menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, selanjutnya guru harus mengevaluasi dan memberikan berbagai masukan terhadap hasil pekerjaan siswa. i. Kepuasan dalam belajar

Apabila siswa tidak memperoleh waktu yang cukup dalam belajar, maka keuntungan akademis dari penggunaan pembelajaran kooperatif akan sangat terbatas. Sehingga guru hendaknya merancang dan mengalokasikan waktu yang memadai dalam menggunakan model ini dalam pembelajarannya.

4. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa model pembelajaran kooperatif (Anita Lie, 2006)yaitu : a. Student Team Achievement Division (STAD)

STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang sederhana. Ide dasar yang melatar belakangi adalah untuk memotivasi siswa dalam usahanya memahami dan mendalami materi yang telah disampaikan oleh guru melalui kerja kelompok. Langkah-langkah pembelajaran tipe STAD adalah:

(42)

2) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok, yang setiap kelompok anggotanya 4-6 siswa yang bervariasi dan heterogen, 3) Diskusi kelompok untuk penguatan atau mendalami materi, dan

siswa dalam kelompok saling membantu,

4) Guru memberikan tes secara individu, dan setiap siswa tidak boleh saling membantu (meskipun itu kelompoknya),

5) Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar ke skor kuis,

b. Jigsaw

Dalam tipe jigsaw, siswa bekerja dalam suatu kelompok yaitu ada kelompok asal dan kelompok ahli, dan setiap kelompok anggotanya heterogen. Setiap siswa dalam kelompok asal, anggotanya diberi tugas untuk menjadi tim ahli pada suatu topic atau materi pembelajaran. Setelah mempelajari dalam kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan dan menjelaskan materi yang telah mereka pelajari dalam kelompok ahli.

Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw adalah:

(43)

diberi tugas untuk memilih dan mempelajari materi pembelajaran yang telah disiapkan guru.

2) Setelah setiap siswa di kelompok asal menentukan pilihannya, mereka langsung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli berdasar materi pembelajaran yang dipilih. 3) Setelah setiap siswa kelompok ahli mempelajari tentang materi

masing-masing, maka setiap siswa dari kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan atau menyampaikan materi pembelajaran yang telah mereka pelajari di kelompok ahli. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator.

4) Guru memberikan tes kuis kepada semua siswa secara individu. 5) Nilai dari kuis digunakan sebagai dasar pemberian nilai

penghargaan maing-masing kelompok. c. Teams Games Tournament (TGT)

Tipe TGT pada prinsipnya hampir sama dengan STAD, yang berbeda hanyalah cara mengetahui kemampuan pemahaman siswanya saja. Kalau STAD diakhiri dengan pemberian penghargaan kelompok berdasarkan skor peningkatan kuis individu, sedang dalam TGT diakhiri dengan permainan atau turnamen yang pesertanya perwakilan dari masing-masing kelompok yang tingkat kemampuannya sama.

(44)

1) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara klasikal, paling sering dengan pembelajaran langsung.

2) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok, dan setiap kelompok anggotanya 4-5 siswa yang heterogen.

3) Diskusi kelompok untuk penguatan atau mendalami materi dan siswa dalam kelompok saling membantu.

4) Masing-masing kelompok mengirimkan wakilnya duduk dalam setiap meja turnamen guna bertanding melawan anggota kelompok lainnya yang sebanding tingkat kemampuannya. 5) Setiap meja turnamen memainkan kartunya masing-masing dan

setiap pemain mencatat skor akhir yang diperoleh.

6) Setelah permainan pada setiap meja turnamen selesai, masing-masing pemain kembali ke kelompoknya dan melaporkan perolehan skor yang diperolehnya, dan dijumlahkan dengan skor teman lain yang mengikuti turnamen lainnya.

7) Guru memberikan penghargaan pada masing-masing kelompok berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dari masing-masing turnamen.

d. Team Accelerated Instruction (TAI)

(45)

Langkah-langkah pembelajaran tipe TAI adalah:

1) Setiap siswa belajar dan mengerjakan latihan/tugas secara individual tentang materi pembelajaran yang telah dipersiapkan guru.

2) Hasil belajar tersebut dibawa ke kelompoknya masing-masing, dimana setiap kelompok anggota-anggotanya heterogen.

3) Setiap siswa dalam kelompoknya, saling memeriksa jawaban teman, dan jika ada jawaban yang tidak sama saling dikoreksi dan didiskusikan untuk menemukan jawaban yang benar.

4) Guru memberikan tes kepada siswa secara individual, dan tidak boleh saling membantu.

5) Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan peningkatan nilai individu.

5. Cara Pemberian Penghargaan Kelompok

Pada model pembelajaran STAD, Jigsaw, TGT, dan TAI, cara memberikan penghargaan kelompok berdasarkan nilai peningkatan individu siswa. Contoh penentuan nilai peningkatan dari Slavin dalam bukunya Kusmanto:108 adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan skor dasar (awal) masing-masing siswa. Skor ini bisa nilai ulangan umum, nilai tes awal dan lain-lain.

(46)

3. Menghitung skor peningkatan yang besarnya ditentukan berdasar apakah skor kuis lebih rendah, sama, atau lebih tinggi dari skor dasarnya, dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Kriteria Skor Peningkatan

Kriteria Skor Peningkatan

Nilai kuis turun lebih dari 10 poin dibawah skor dasar

5

Nilai kuis turun 1 sampai dengan 10 poin dibawah skor dasar

10

Nilai kuis sama dengan skor dasar sampai dengan naik 10 poin diatas skor dasar

20

Nilai kuis lebih dari 10 poin diatas skor dasar

30

Nilai kuis mandapat nilai sempurna

30

(47)

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Lie dalam bukunya Rusman (2010:218) mengungkapkan bahwa “pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan model belajar kooperatif

dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggungjawab secara mandiri”. Dari pernyataan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model pembelajaran yang menitikberatkan pada kerja kelompok dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang terbentuk dari keheterogenitas siswa pada satu kelompok, dimana siswa bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi yang sudah dipelajari kepada anggota lain dalam kelompoknya.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Menurut Sugiyanto (2009: 45) langkah-langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah :

(48)

b)Setelah setiap siswa di kelompok asal menentukan pilihannya, mereka langsung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli berdasar materi pembelajaran yang dipilih.

c) Setelah setiap siswa kelompok ahli mempelajari tentang materi masing-masing, maka setiap siswa dari kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan atau menyampaikan materi pembelajaran yang telah mereka pelajari di kelompok ahli. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator.

d)Guru memberikan tes kuis kepada semua siswa secara individu. e) Nilai dari kuis digunakan sebagai dasar pemberian nilai

penghargaan masing-masing kelompok.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a) Jigsaw I

Dalam Jigsaw I, siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 4 orang yang heterogen sama seperti STAD dan TGT. Langkah pelaksanaan pembelajaran Jigsaw I yaitu:

- Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-6 orang.

(49)

- Semua siswa dengan materi yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli.

- Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.

- Siswa melaksanakan kuis/penilaian untuk semua topik.

b)Jigsaw II

Langkah pelaksanaan pembelajaran Jigsaw II menurut Trianto (2010: 75).

1. Orientasi

Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan dari konsep, bisa juga pemahaman konsep ini menjadi tugas yang sebelumnya harus sudah dibaca di rumah.

2. Pengelompokan

(50)

25% (rangking 11-15) kelompok sedang, 25% (rangking 16-20) kelompok rendah. Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 5 grup (A-E) yang isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan matematika, berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang dan indeks 4 untuk kelompok rendah.

Tiap grup akan berisi Grup A {A1, A2, A3, A4} Grup B {B1, B2, B3, B4} Grup C {C1, C2, C3, C4} Grup D {D1, D2, D3, D4}

3. Pembentukan dan pembinaan kelompok

Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang kita berikan dan dibina, berdasarkan indeksnya.

Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1} Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2} Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3} Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4}

(51)

sebagai tim ahli, tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini.

4. Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup

Peserta didik ahli dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini semua kelompok memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya pendidik mempersilakan anggota grup untuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing, satu persatu. Proses ini diharapkan akan terjadi shearing pengetahuan antara mereka.

Aturan fase ini adalah:

- Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan. - Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab

bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep.

- Tanyakan pada anggota grup sebelum tanya pada pendidik - Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak

mengganggu grup lain.

(52)

5. Tes (penilaian)

Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yag memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.

6. Pengakuan kelompok

Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam system skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

(53)

E. Aktivitas

Aktivitas berasal dari kata “aktif”, yang menurut KBBI (2000) diartikan sebagai giat dalam pembelajaran. Siswa harus berperan aktif sesuai dengan peranannya sebagai subjek pembelajaran. Siswa tidak hanya pasif menerima semua yang diberikan oleh guru tetapi harus aktif mengkonstruksi pengetahuannya, serta berperan aktif dalam pembelajaran. Menurut Sardiman (2001: 95), aktivitas diperlukan dalam belajar karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, dengan melakukan suatu kegiatan. Tanpa adanya aktivitas, proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik itu sebabnya aktivitas merupakan hal penting dalam interaksi belajar-mengajar. Sardiman menyatakan bahwa kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening activities, misalnya mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, dan pidato.

4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin.

(54)

6. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model, mereparasi, dan bermain.

7. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, tenang, berani, dan gugup.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008: 38), menyebutkan aktivitas-aktivitas dalam belajar, yakni:

1. Mendengarkan, 2. Memandang, 3. Meraba,

4. Manulis dan mencatat, 5. Membaca,

6. Membuat ikhtisar atau ringkasan, 7. Mengamati table, diagram, dan bagan, 8. Menyusun kertas kerja,

9. Mengingat, 10.Berpikir,

11.Latihan atau praktik.

(55)

F. Hasil Belajar

Anni (2007:5) mengartikan hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan peerilaku tersebut bergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar.

Menurut Djamarah (2008: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.

Menurut Rifa’i (2009:85) menyatakan bahwa hasil belajar

(56)

ialah, (1) Pengetahuan atau ingatan, (2) Pemahaman, (3) Aplikasi, (4) Analisis, (5) Sintesis, dan (6) Evaluasi. Ranah afektif meliputi (1) Penerimaan, (2) Responsi, (4) Acuan nilai, (5) Organisasi, dan (6) Karakterisasi. Sedangkan tingkat domain psikomotor meliputi, (1) Gerakan Refleks, (2) Gerakan dasar, (3) Gerakan persepsi, (4) Gerakan kemampuan fisik, (5) Geralan terampil, dan (6) Gerakan indah dan kreatif. Pendapat ini berarti hasil belajar tidak akan pernah dihasilkan apabila seseorang tidak melakukan kegiatan. Hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar orang tersebut.

Hasil belajar siswa harus meliputi tiga bidang, yaitu bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), serta bidang psikomotorik (kemampuan keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh karena itu, ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar siswa dari proses pengajaran

(57)

Umumnya hasil belajar dinyatakan dengan skor hasil tes atau angka yang diberikan guru berdasar pengamatannya atau hasil tes dan pengamatan guru pada waktu siswa mengikuti pembelajaran. Hasil ulangan atau ujian merupakan hasil belajar selama mengikuti kegiatan pembelajaran selama satu semester.

G. Materi Bangun Segi Empat

Segi empat adalah suatu bidang datar yang dibentuk atau dibatasi oleh empat garis lurus sebagai sisinya. Bangun datar segi empat yang akan dibahas meliputi persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.

1. Persegi Panjang

Gambar 1. Persegi Panjang ABCD

a. Sifat-sifat persegi panjang :

1. Keempat sudutnya siku-siku, A = B = C = D = 90o 2. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar;

Panjang AB = DC dan AB // DC Panjang AD = BC dan AD // BC

3. Kedua diagonalnya sama panjang saling membagi dua sama besar

D C

(58)

4. Kedua diagonal AC dan BD pada persegi panjang ABCD berpotongan di titik O.

Panjang AC = BD

Panjang AO = BO = CO = DO

b. Sebuah persegi panjang dapat menempati bingkainya dengan empat cara;

1. Letak semula persegi panjang pada bingkainya 2. Letak persegi panjang menurut sumbu simetri AC 3. Letak persegi panjang menurut sumbu simetri BD

4. Letak persegi panjang yang diputar setengah putaran pada pusatnya

Berdasarkan sifat-sifatnya maka persegi panjang adalah segi empat yang keempat sudutnya siku-siku dan sisi-sisinya yang berhadapan sama panjang dan sejajar.

c. Keliling dan Luas Persegi Panjang 1. Keliling

Keliling sebuah bangun datar adalah total jarak yang mengelilingi bangun tersebut. Ukuran keliling adalah mm, cm, m, km, atau satuan panjang lainnya.

(59)

Keliling persegi panjang sama dengan jumlah seluruh panjang sisinya. Jika ABCD adalah persegi panjang dengan panjang p

dan lebar l, maka keliling ABCD = p + l + p + l, dan dapat ditulis sebagai:

K = 2p + 2l = 2 ( p + l ) 2. Luas

Luas sebuah bangun datar adalah besar ukuran daerah tertutup suatu permukaan bangun datar. Ukuran untuk luas adalah cm2, m2, km2, atau satuan luas lainnya.

Luas persegi panjang sama dengan hasil kali panjang dan lebarnya. Berdasarkan gambar 2, maka luas ABCD = panjang x lebar dan dapat ditulis sebagai:

L = p x l

2. Persegi ( Bujur Sangkar )

Gambar 3. Persegi ABCD

a. Sebuah persegi dapat menempati bingkainya dengan delapan cara; 1. Letak semula

(60)

4. Diputar menurut diagonal AC 5. Diputar menurut diagonal BD

6. Diputar setengah putaran searah jarum jam dengan titik pusat O 7. Diputar seperempat putaran searah jarum jam dengan titik

pusat O

8. Diputar tiga perempat putaran searah jarum jam dengan titik pusat O

b. Sifat-sifat persegi:

1. Keempat sisi sama panjang dan sisi yang berhadapan sejajar, AB = BC = CD = DA, AB // DC, AD // BC

2. Kedua diagonalnya sama panjang, AC = BD

3. Kedua diagonalnya berpotongan dan membagi dua sama panjang, AO = BO = CO = DO

4. Kedua diagonalnya berpotongan membentuk sudut siku-siku, AOD = 90o

5. Sudut-sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya, BAO = ABO = CBO = BCO = DCO = CDO = ADO = DAO = 45o

(61)

c. Keliling dan Luas Persegi 1. Keliling

Gambar 4. Keliling Persegi

Keliling persegi adalah jumlah panjang seluruh sisi-sisinya. Pada gambar di atas, PQRS adalah persegi dengan panjang s, maka keliling PQRS adalah K = s + s + s + s dan dapat ditulis sebagai berikut.

K = 4s

2. Luas

Luas persegi sama dengan kuadrat panjang sisinya. Luas PQRS dapat ditulis sebagai berikut.

L = s2

3. Layang-layang

Gambar 5. Layang-Layang PQRS s

s

s s

S R

(62)

Layang-layang dibentuk dari dua segitiga sama kaki yang berhimpit pada sisi alasnya yang sama panjang. Pada gambar terdapat PQS sama kaki dengan PQ = PS dan RSQ sama kaki dengan RS = RQ. Panjang alas QS sama panjang. Kedua segitiga berhimpit pada sisi alas QS, maka terbentuk segi empat PQRS yang merupakan layang-layang. a. Sifat layang-layang;

1. Sepasang-sepasang sisinya sama panjang PQ = PS, RQ = RS 2. Sepasang sudut berhadapan sama besar PQR = PSR 3. Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri

4. Salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang diagonal lain dan berpotongan tegak lurus. Panjang QT = ST, sudut QPT = sudut SPT, sudut QRT = sudut SRT

Jadi berdasarkan sifat-sifatnya, maka layang-layang adalah segi empat yang masing-masing pasang sisinya sama panjang dan sepasang sudut yang berhadapan sama besar.

b. Keliling dan Luas Layang- layang: 1. Keliling

Keliling layang-layang adalah jumlah semua panjang sisinya atau dua kali jumlah panjang sisi berlainan. Pada gambar 5, diperlihatkan layang-layang PQRS, PQ = a, QR = b, RS = b, dan SP = a. Jika kelilingnya dinyatakan K, maka ;

(63)

2. Luas

Luas layang-layang adalah setengah perkalian diagonal-diagonalnya.

Gambar 6. Luas Layang-Layang Pada gambar 6, terlihat bahwa L = Luas layang-layang ABCD

= =

= 4. Belah Ketupat

Gambar 7. Belah KetupatABCD

Belah ketupat terbentuk dari sebuah segitiga sama kaki dan bayangannya yang dicerminkan terhadap sisi alas sebagai sumbu simetri. BCD segitiga sama kaki dicerminkan terhadap sisi alas BD

s

S R

Q P

D

C

(64)

sehingga muncul bayangannya yaitu BDA yang kongruen dengan BCD. Segi empat ABCD yang terjadi adalah belah ketupat.

a. Sifat-sifat belah ketupat;

1. Keempat sisi sama panjang dan sisi yang berhadapan sejajar Panjang AB = BC = CD = AD

AB // DC dan BC // AD

2. Kedua diagonal belah ketupat merupakan sumbu simetri

AC dan BD adalah diagonal-diagonal belah ketupat ABCD yang juga merupakan sumbu simetri

3. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya

BAD = BCD ABC = ADC

BAO = DAO = BCO = DCO ADO = CDO = ABO = CBO

4. Kedua diagonal belah ketupat saling membagi dua sama panjang dan saling berpotongan tegak lurus

Diagonal AC = BD, panjang AO = TO, panjang DO = OB

(65)

b. Keliling dan Luas Belah Ketupat: 1. Keliling

Keliling suatu belah ketupat adalah jumlah semua panjang sisinya atau empat kali jumlah panjang sisinya. Berdasarkan gambar 7, AB = BC = CD = DA, AB = s, sehingga keliling K dapat dinyatakan,

K = 4s 2. Luas

Luas belah ketupat adalah setengah perkalian panjang diagonal-diagonalnya.

Gambar 8. Luas Belah Ketupat

Pada gambar 8, terlihat bahwa luas belah ketupat ABCD =

= =

S R

Q A

P D

C

(66)

5. Jajargenjang

Jajaran genjang dapat dibentuk dari gabungan suatu segitiga dan bayangannya setelah diputar setengah putaran dengan pusat titik tengah salah satu sisinya.

Pada gambar 9, ∆ABC diputar setengah pada titik tengah BC, maka ∆ABC dan bayangannya membentuk bangun jajargenjang ABCD.

a. Sifat-sifat Jajargenjang:

1. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar Panjang AB = CD

Panjang BC = AD Sisi AB // CD Sisi BC // AD

2. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar besar sudut A = sudut C, besar sudut B = sudut D

(67)

Karena AB // CD, dan pasangan A dengan D, maupun B dengan C merupakan sudut dalam sepihak, maka A + D = 180o, B + C = 180o

Karena AD // BC, dan pasangan A dengan B, maupun C dengan D merupakan sudut dalam sepihak, maka A + B = 180o, C + D = 180o

4. Kedua diagonal jajaran genjang saling membagi dua sama panjang. Pada gambar jajarangenjang ABCD, AC dan BD merupakan diagonal, kedua diagonal berpotongan di titik O. Panjang AT = TC, panjang DT = TB

Berdasarkan sifat-sifatnya, maka jajargenjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

b. Keliling dan Luas Jajargenjang: 1. Keliling

Keliling suatu jajargenjang adalah jumlah semua panjang sisinya atau dua kali jumlah panjang sisi-sisi yang berlainan.

Pada gambar 10, jajargenjang ABCD memiliki panjang sisi a dan b. jika keliling jajargenjang ABCD adalah K, maka ;

K = 2 (a + b)

D C

B A

a

b

(68)

2. Luas

Gambar 11. Luas Jajargenjang

Gambar 11 menunjukkan jajargenjang ABCD. Untuk memahami luas jajargenjang, jajargenjang itu perlu kita ubah menjadi persegi panjang. Jadi, jajargenjang ABCD dipotong pada bagian pojok berupa segitiga siku-siku ADE kemudian kita pindahkan atau diletakkan pada sisi yang lain sehingga titik A berimpit dengan titik B, titik D berimpit dengan titik C, dan titik E berpindah menjadi E’. Ternyata jajargenjang ABCD telah berubah bentuknya menjadi persegi panjang EE’CD. Jadi,

Luas jajargenjang ABCD = Luas persegi panjang EE’CD

Luas jajargenjang ABCD = DE x EE’

Luas jajargenjang ABCD = DE x CD Luas jajargenjang ABCD = DE x AB

Luas jajargenjang adalah perkalian tinggi dengan panjang alasnya.

L = alas x tinggi = a x t

D C↔D

B↔A E’

E A

(69)

6. Trapesium

Gambar 12. Macam-Macam Trapesium

Pada gambar terdapat empat buah bidang segi empat yang masing-masing memiliki tepat sepasang sisi yang berhadapan sejajar. Keempat segi empat tersebut adalah trapesium. Jadi trapesium adalah segi empat dengan tepat sepasang sisi yang berhadapan sejajar.

Sifat dan jenis trapesium; a. Trapesium sembarang

Gambar 13. Trapesium Sembarang

Trapesium sembarang adalah trapesium yang keempat sisinya tidak sama panjang. Pada gambar, ABCD adalah trapesium sembarang dengan sifat-sifatnya:

 Memiliki sepasang sisi sejajar AB // DC

 Jumlah besar sudut yang berdekatan diantara dua sisi sejajar adalah 180o, <A + <D = 180o dan <B + <C = 180o

D C

(70)

b. Trapesium sama kaki

Gambar 14. Trapesium Sama Kaki

Trapesium sama kaki adalah trapesium yang memiliki sepasang sisi sama panjang. Pada gambar, ABCD adalah trapesium sama kaki dengan sifat-sifat:

 Memiliki sepasang sisi sama panjang AD = BC

 Memiliki dua pasang sudut berdekatan sama besar : <A = <B dan <C = <D

c. Trapesium Siku-siku

Gambar 15. Trapesium Siku-Siku

Trapesium siku-siku adalah trapesium yang memiliki sudut siku-siku. Pada gambar, ABCD adalah trapesium siku-siku, dengan:

 Memiliki sepasang sisi sejajar AB // DC  <A = 90o

 <D = 90o

d. Keliling dan Luas Trapesium 1. Keliling

Keliling trapesium adalah jumlah semua sisinya.

D C

B A

D C

(71)

Gambar 16. Keliling Trapesium

Pada gambar 16 ditunjukkan trapesium ABCD, dengan AB = a, BC = b, CD = c, dan DA = d. Jika keliling trapesium itu dinyatakan dengan K, maka;

K = a + b + c + d

2. Luas

Gambar 17. Luas Trapesium

Pada gambar 17, luas trapesium ABCD = luas trapesium BMNC.

(72)

Jadi, luas trapesium adalah setengah jumlah sisi-sisi yang sejajar dikalikan dengan tingginya atau jajartengah dikalinkan tinggi.

H. Kerangka Berpikir

Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh seberapa besar keterlibatan siswa. Tanpa adanya peran dari siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik. Oleh karena itu perlu adanya strategi dalam pembelajaran, diantaranya dengan cara menerapkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

(73)
(74)

54

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif atau paparan yang berupa kata-kata tertulis atau lisan serta perilaku yang diamati. Sedangkan dalam mendeskripsikan aktivitas siswa dan hasil belajar, hasil data yang diperoleh dari instrumen selanjutnya akan dianalisis secara kuantitatif.

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 3 Salam yang berada di kabupaten Magelang, yaitu kelas VII B pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012. SMP N 3 Salam masuk dalam daerah Kabupaten Magelang sebelah timur tepatnya di desa Kangkungan yang sebagian dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk dan sebagian lagi persawahan. Sehingga tidak jarang jika sekolah ini dijuluki sekolah pelosok. Sebagian siswa SMP N 3 Salam adalah siswa SD yang tidak diterima di SMP favorit sekitar. Meskipun begitu, pada tahun 2011 SMP N 3 Salam berada diperingkat 19 ujian nasional di Kabupaten Magelang dari 57 sekolah negeri dengan predikat kelulusan 100%.

(75)

2. Waktu pelaksanaan

Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah bangun segi empat, yang diajarkan di kelas VII pada pertengahan semester. Oleh sebab itu, penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan semester genap tahun pelajaran 2011/2012, yaitu bulan April-Mei 2012.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di awal, maka dapat ditentukan subjek dan objek penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP N 3 Salam Magelang tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 40 siswa, di mana seluruh siswa kelas VII B mengikuti kegiatan pembelajaran mengenai materi bangun segi empat melalui pendekatan metode kooperatif tipe Jigsaw II. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru. Sedangkan objek penelitian ini adalah penerapan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Jigsaw II, ditinjau dari aktifitas dan hasil belajar yang dicapai siswa.

(76)

D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw II.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar siswa.

E. Bentuk Data

Ada 2 macam data yang akan diambil dalam penelitian ini, yaitu : 1. Data keaktifan siswa berupa skor keaktifan siswa yang diperoleh

selama proses pembelajaran saat diskusi kelompok pada materi bangun segi empat. Pengambilan data dengan menggunakan tabel pengamatan yang telah disiapkan oleh peneliti.

2. Data hasil belajar siswa diambil dari nilai siswa yang berupa angka. Tes yang digunakan yaitu tes awal, kuis, dan tes akhir.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui: 1. Pengamatan

(77)

memperoleh data dari pengamatan, peneliti dibantu dengan teman observer ataupun guru kelas untuk mengisi lembar observasi yang telah disiapkan. Lembar observasi tersebut diisi pada setiap pertemuan. 2. Tes

Untuk data hasil belajar siswa dikumpulkan dari nilai kuis pada tiap pertemuan dan tes akhir dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Sedangkan untuk membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari siswa yang heterogen digunakan tes awal.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Instrumen yang akan digunakan ada dua, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

1) Instrumen Pembelajaran

Instrument pembelajaran dalam penelitian ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Kelompok. a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(78)

b) Lembar Kerja Kelompok (LKK)

Lembar Kerja Kelompok digunakan sebagai alat penggerak kegiatan pembelajaran di dalam kelas, baik untuk kelompok asal maupun kelompok ahli. LKK disusun berdasarkan materi yang hendak diajarkan.

2) Instrumen Pengumpulan Data a) Lembar Pengamatan

Lembar pengamatan berupa lembar observasi keaktifan siswa yang digunakan untuk memperoleh gambaran pelaksanaan proses belajar mengajar dan kondisi siswa selama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Lembar pengamatan keaktifan diisi dalam durasi per 15 menit. Instrumen ini meliputi daftar check list berupa kolom-kolom tentang jenis keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, menanggapi pendapat siswa lain, dan memberikan tanggapan/ide.

Tabel 3.1. Tabel Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Kelompok

Kelompok :

Nama Siswa

Jenis Keaktifan

Jumlah Skor

A B C D

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Gambar

Tabel 2.1. Kriteria Skor Peningkatan
Gambar 1. Persegi Panjang ABCD
Gambar 2. Keliling Persegi Panjang
Gambar 3. Persegi ABCD
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membatasi dan memfokuskan pada pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah (BD) dan flypaper effect

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menggelar workshop Kelas Manajemen Keuangan Usaha Bagi UKM Kreatif bagi para pelaku usaha di bidang ekonomi kreatif guna meningkatan pengetahuan

[r]

Selasa Bahan katun prima, panjang 3 m, (motif sesuai contoh) 33 potong 4 Seragam atasan batik untuk hari. Selasa Bahan katun prima, panjang 3,5 m, (motif sesuai contoh) 4 potong

Sanering adalah kebijaksanaan pemerintan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dengan cara memotong uang (nilai mata uang). Cara ini dilakukan

Jika anda masih memiliki keraguan untuk memulai simak artikel berikut “Besar Penggunaan Maskapai Domestik Sampai 2015 Pemerintah RI memprediksi bakal terjadi peningkatan

Pada scene 3 akan mengambil tempat pabrik dimana tokoh utama bekerja sebagai buruh dan mengalami beberapa kali perlakuan yang melecehkan seorang perempuan.. Pada scene 4

O’Brien dan Marakas (2009) menjelaskan bahwa bentuk hubungan kerjasama yang terjalin pada internetworking adalah dengan menggunakan sarana teknologi informasi yaitu jaringan