TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA SMP DALAM
MENGIKUTI KEGIATAN AKADEMIK DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno, Klaten Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Oky Widyastuti
NIM: 081114037
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA SMP DALAM
MENGIKUTI KEGIATAN AKADEMIK DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno, Klaten Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Oky Widyastuti
NIM: 081114037
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO:
hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup ditepi
jalan, dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan
buah.
*Abu bakar sibil*
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Φ
Orang tuaku tercinta bapak Suharno dan ibu Wagiyah
Φ
kakakku Ety Fitri Purwaningsih, Priyo Agung Setiawan,
dan Arif Wibowo,
Φ
Suamiku Ardian Septiantono
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya mengatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 November 2013
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Oky Widyastuti
Nomor Mahasiswa : 081114037
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada PerpustakaanUniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA SMP DALAM MENGIKUTI KEGIATAN AKADEMIK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno, Klaten Tahun Ajaran 2012/2013)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 29 November 2013
Yang menyatakan,
vii
ABSTRAK
TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA SMP DALAM
MENGIKUTI KEGIATAN AKADEMIK DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno, Klaten Tahun Ajaran 2012/2013)
Oky Widyastuti Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno Klaten yang berjumlah 183 siswa (94 siswa putra dan 89 siswa putri).
Masalah penelitian ini adalah (1) seberapa tinggi tingkat kedisiplinan para siswa kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno Tahun Ajaran 2012/2013 dalam mengikuti kegiatan akademik di sekolah? (2) usulan topik-topik bimbingan apa yang relevan dengan kedisiplinan dalam mengikuti kegiatan akademik berdasarkan identifikasi item-item yang rendah?
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner Tingkat Kedisiplinan Siswa Dalam Mengikuti Kegiatan Akademik dengan jumlah pernyataan sebanyak 66 item. Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan masalah penelitian, variabel penelitian, kajian teoritis dan semua unsur kedisiplinan dalam mengikuti kegiatan akademik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 126 orang (68,8%) siswa sangat tinggi dalam kedisiplinan akademik, 46 orang (25,2%) siswa yang tinggi dalam kedisiplinan akademik, 9 orang (5%) siswa sedang dalam kedisiplinan akademik, 1 orang (0,5%) siswa rendah dalam kedisiplinan akademik, dan 1 orang (0,5%) siswa sangat rendah dalam kedisiplinan akademik. Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 memiliki kedisiplinan akademik yang sangat tinggi. Topik bimbingan yang diusulkan adalah menggunakan waktu dengan baik.
viii
ABSTRACT
THE LEVEL OF DISCIPLINE OF JUNIOR HIGH SCHOOL
STUDENTS IN PARTICIPATING THE ACADEMIC
ACTIVITIES AND ITS IMPLICATIONS IN DESIGNING THE
GUIDANCE TOPICS
(A Descriptive Study of the Eighth Grade Students at SMP N 2 Gantiwarno Klaten in 2012/2013 Academic Year) participating the academic activities in 2012/2013 academic year? (2) What topics are relevant with discipline in participating academic activities based on low items?
The instrument in this research is a questionnaire of the discipline level of the students in participating the academic activities which consists of 66 items. The instrument in this research is based on the problems of research, the variable of research, theoretical review, and all about elements of discipline in participating the academic activities.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan
penyertaanNya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dibuat
untuk melengkapi salah syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan bidang
Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah menyetujui dan
memberikan ijin melakukan penelitian.
2. Juster Donal Sinaga, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing yang tulus
memberikan penjelasan, bimbingan dan perhatiannya hingga skripsi ini
selesai.
3. Segenap dosen program studi bimbingan dan konseling universitas sanata
dharma Yogyakarta yang telah mendidik penulis selama kuliah serta ilmu
yang telah diberikan kepada penulis, yaitu A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi.,
MA , Dr. MM Sri Hastuti, M.Si , Drs. RH. DJ Sinurat, M.A , Dra. M.J Retno
Priyani, M.Si , Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., MA
4. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
belajar
5. SMP N 2 GANTIWARNO Klaten yang penuh dengan keterbukaan menerima
x
6. Orangtuaku tercinta bapak Suharno dan ibu Wagiyah S.Pd serta kakak saya
Ety Fitri Purwaningsih S.Pd, Priyo Agung Setiawan, Arif Wibowo atas setiap
doa yang terucap dan dukungan dan biaya yang diberikan kepada penulis.
7. Suamiku Ardian Septiantono atas dukungannya serta senyumannya selama
ini.
8. Catur Nur Wijayanti dan Yunitasari atas kecerian, kebersamaan, serta
perjuangan yang kita raih bersama-sama selama ini, serta Candra Wahyu
Kristanto yang mau mengajari dengan sabar pembuatan skripsi ini.
9. Teman-teman BK angkatan 2008 atas kebersamaan selama ini.
10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Kalian semua telah
banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
digunakan sebagaimana mestinya. Terima kasih.
Yogyakarta, 29 November 2013
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii
xii
B. Bimbingan ... 17
1. Pengertian Bimbingan ... 17
2. Tujuan Bimbingan ... 18
3. Ragam Bimbingan ... 20
C. Bimbingan Akademik ... 21
D. Layanan Bimbingan Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Dalam Mengikuti Kegiatan Akademik ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Subjek Penelitian ... 30
C. Instrumen Penelitian... 31
D. Validitas dan Reliabilitas ... 34
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43
B. Pembahasan... 47
C. Usulan Topik Bimbingan ... 51
D. Keterbatasan Peneliti ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 56
B. Saran ... 57
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1: Jumlah Subjek Penelitian ... 31
Tabel 2: Kisi-kisi Kuesioner Kedisiplinan Akademik Para Siswa dalam
Mengikuti Kegiatan Akademik di Sekolah
(Sebelum Uji Coba) ... 33
Tabel 3: Jumlah Item-item yang valid dan tidak valid ... 36
Tabel 4: Kisi-kisi Kuesioner Kedisiplinan Akademik Para Siswa dalam
Mengikuti Kegiatan Akademik di Sekolah
(Setelah Uji Coba) ... 37
Tabel 5: Kriteria Guilford ... 38
Tabel 6: Kategori Tingkat Kedisiplinan siswa Kelas VIII
SMP N 2 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 dalam
Mengikuti Kegiatan Akademik ... 41
Tabel 7: Tingkat Kedisiplinan Siswa Kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno
Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 dalam Mengikuti Kegiatan
Akademik.. ... 43
Tabel 8: Distribusi Skor Butir Tingkat Kedisiplinan siswa
dalam Mengikuti Kegiatan Akademik ... 45
Tabel 9: Butir Instrumen yang masuk Kategori Rendah ... 45
Tabel 10: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Siswa Putra dan Putri Kelas VIII
SMP N 2 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 ... 46
Tabel 11: Usulan Topik Bimbingan untuk Mengembangkan Kedisiplinan
Siswa Kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1: Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Siswa Dalam Mengikuti Kegiatan Akademik
Lampiran 2 : Tabel Skor Hasil Uji Coba Penelitian
Lampiran 3 : Data Hasil Uji Coba Penelitian SMP N 2 Gantiwarno
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dari beberapa istilah
yang digunakan dalam penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Kedisiplinan sering kali dikaitkan dengan ketertiban. Kedisiplinan
adalah segala sesuatu yang ditanamkan dan dilakukan oleh orang tua para
siswa untuk membentuk perilaku anak-anak mereka melalui berbagai cara
seperti memberi peringatan dan aturan, pengajaran dan perencanaan.
Misalnya, seorang anak yang belajar pukul 19.00-21.00 WIB sesuai
dengan peraturan yang telah disepakati di rumah.
Kedisiplinan adalah salah satu kunci dari sebuah kesuksesan,
karena dengan kedisiplinan seseorang dapat menjalani kegiatannya
sehari-hari dengan baik. Namun demikian, menjadi seorang yang disiplin itu
tidak mudah. Orang cenderung untuk memotong-motong waktunya sendiri
ketika melakukan kegiatan, misalnya datang tidak tepat waktu ketika
berada di lingkugan sekolah.
Perlu disadari bahwa sekolah memiliki peran yang besar untuk
mendidik siswa-siswinya agar memiliki jiwa kedisiplinan di dalam
dirinya. Masih banyak ditemukan sekolah-sekolah yang belum berada
menunda-nunda untuk masuk kelas ketika jam pelajaran dimulai sehingga hal
tersebut akan mempengaruhi hasil belajar atau prestasi siswa yangkurang
baik.
Kedisiplinan menjadi sarana pendidikan, karena dalam mendidik
kedisiplinan berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan,
mengubah, membina, dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai
dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan, dan diteladani. Oleh karena
itu sekolah perlu menempatkan kedisiplinan ke dalam prioritas program
pendidikan. Sekolah merupakan sebuah lingkungan tempat siswa dapat
mengikuti serangkaian kegiatan yang bersifat mendidik. Winkel (2007:28)
mengatakan bahwa:
Sekolah merupakan pendidikan formal. Dikatakan
“formal” karena di sekolah terlaksana serangkaian
kegiatan terencana, terorganisir, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di dalam kelas. Kegiatan itu bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif di dalam diri anakyang sedang menuju ke kedewasaan, sejauh berbagai perubahan itu dapat diusahakan melalui usaha belajar.
Sekolah memiliki berbagai cara untuk dapat meningkatkan mutu
atau kualitas pendidikan yang baik di sekolahnya. Salah satu cara yang
dilakukan sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan
cara menegakkan kedisiplinan.
Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai
disiplin. Keadaan tersebut dimaksudkan agar siswa dapat mengikuti
kegiatan akademik dengan baik. Keberhasilan siswa dalam belajar sangat
ditentukan oleh proses pelaksanaan kegiatan pembelajarannya, baik di
sekolah ataupun di luar sekolah. Jika dalam berjalannya waktu siswa tidak
bersungguh-sungguh atau kurang disiplin, maka hasil belajarnya pun bisa
tidak akan maksimal.
Siswa cenderung melakukan tindakan yang tidak disiplin di
sekolah. Siswa sering melakukan aktifitas yang mengganggu kegiatan
akademiknya seperti keluar pada saat jam pelajaran sekolah berlangsung
atau saat pergantian jam pelajaran. Ada beberapa siswa yang terlambat
masuk kelas saat jam pelajaran, mengerjakan tugas lain saat jam pelajaran,
bahkan mencontek saat ujian berlangsung.
Ada beberapa siswa yang terlambat masuk sekolah kemudian
dihukum dengan cara membersihkan lingkungan sekolah sehingga anak
tidak mengikuti pelajaran pada jam pertama. Hal tersebut dapat merugikan
siswa karena tertinggal satu jam pelajaran dan dianggap sebagai
penghambat untuk melaksanakan kedisiplinan akademik di sekolah.
Siswa yang melanggar kedisiplinan belajar dapat kita temukan di
sekolah mana saja, termasuk di sekolah SMP N 2 Gantiwarno Klaten.
Beberapa siswa melanggar kedisiplinan akademik, misalnya datang
kesekolah tidak tepat waktu. Hal tersebut dilakukan tidak hanya siswa
putra saja yang melanggar kedisiplinan melainkan siswa putri juga terlihat
melihat gambaran tingkat kedisiplinan siswa putra dan putri kelas VIII
SMP N 2 Gantiwarno Klaten dalam mengikuti kegiatan akademik.
B. Perumusan Masalah
1.Seberapa tinggi tingkat kedisiplinan para siswa kelas VIII SMP N
2 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 dalam mengikuti
kegiatan akademik di sekolah?
2.Topik-topik bimbingan apa yang relevan dengan kedisiplinan
dalam mengikuti kegiatan akademik berdasarkan identifikasi
item-item yang rendah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Memperoleh gambaran tingkat kedisiplinan para siswa kelas VIII
SMP N 2 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 dalam
mengikuti kegiatan akademik di sekolah.
2. Menyusun topik-topik bimbingan tentang kedisiplinan dalam
mengikuti kegiatan akademik siswa kelas VIII SMP N 2
Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Memberikan gambaran mengenai tingkat kedisiplinan siswa
kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2113
dalam mengikuti kegiatan akademik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru Bimbingan dan Konseling di SMP
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan informasi yang berguna bagi bidang Bimbingan
dan Konseling di sekolah demi peningkatan kedisiplinan para
siswa dalam mengikuti kegiatan akademiknya di sekolah.
b. Bagi Orang Tua
Dengan adanya penelitian ini orang tua dapat
memperoleh informasi untuk dapat membimbing dan
mengawasi kedisiplinan para siswa di rumah.
c. Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman dan gambaran tentang tingkat
kedisiplinan para siswa dalam mengikuti kegiatan akademik di
sekolah.
d. Bagi Peneliti lain
Peneliti ini diharapkan dapat menambah wawasan
akademiknya dan dapat memberikan inspirasi dalam
melakukan penelitian berikutnya.
E. Definisi Operasional
1. Kedisiplinan mengikuti kegiatan akademik di sekolah adalah
kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, norma yang
telah disepakati oleh siswa-siswi kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno
Klaten dan dilakukan dengan sadar atas keputusannya sendiri.
Sikap tersebut terlihat selama mengikuti pelajaran, menempuh
ujian, dan mengelola waktu belajar.
2. Kegiatan akademik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan di
dalam lingkungan sekolah yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar. Kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekolah meliputi
(1) mengikuti pelajaran, (2) menempuh ujian, (3) mengelola waktu
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Bab ini memuat tinjauan pustaka mengenai permasalahan yang diteliti,
yaitu pengertian kedisiplinan, bimbingan akademik, dan tujuan kedisiplinan.
A. Kedisiplinan
1. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Istilah disiplin berasal
dari Bahasa Latin “ discipline” yang berarti : 1) tertib, taat atau
mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri; 2) latihan membentuk,
meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan
mental atau karakter moral; 3) hukuman yang diberikan untuk melatih
atau memperbaiki; kumpulan atau system-sistem peraturan bagi
tingkah laku (Mac Millan dalam Tu”u, 2004:20).
Menurut Sutari (1982:22), kedisiplinan adalah tindakan yang
mengandung arti ketaatan pada peraturan, keputusan yang telah
ditentukan bersama atau sendiri yang bertujuan untuk mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi pada diri sendiri, dalam keluarga,
sekolah, atau masyarakat. Kedisiplinan menurut Hodges (Helmi,
1996) adalah sikap seseorang atau kelompok yang berniat untuk
mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. Manullang (1981)
sudah disetujui, baik persetujuan tertulis, lisan maupun berupa
peraturan-peraturan atau kebiasaan.
Kenny (1991) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah segala
sesuatu yang dilakukan oleh orang tua atau guru untuk membentuk
perilaku anak, semua peringatan dan aturan, pengajaran dan
perencanaan. Soedjono (1983) mengungkapkan bahwa dalam
pembicaraan sehari-hari disiplin biasanya dikaitkan dengan keadaan
tertib. Artinya sesuatu keadaan dimana perilaku seseorang mengikuti
pola-pola tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa kedisiplinan adalah suatu keadaan dimana perilaku seseorang
mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan atau disetujui
terlebih dahulu sesuai dengan kesepakantan yang telah dibuat secara
bersama-sama baik itu di rumah atau di sekolah. Perilaku tersebut
apabila dilakukan secara konsisten maka akan manimbulkan kebiasaan
yang positif bagi anak itu sendiri.
Seseorang yang memiliki kedisiplinan diri adalah mereka yang
mampu mengarahkan tingkah lakunya sendiri sesuai dengan
kebutuhannya dan sesuai dengan patokan-patokan tingkah laku yang
diterima, melalui pendidikan individu belajar mengatur perbuatannya
2. Fungsi Kedisiplinan di Sekolah
Kedisiplinan sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa.
Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata
tertib kehidupan berdisiplin yang akan mengantar seseorang sukses
dalam belajar.
Kedisiplinan di sekolah memiliki fungsi tertentu. Menurut
Meichati (1979:7), kedisiplinan di sekolah berfungsi sebagai alat
pendidikan dan alat menyesuaikan dalam membentuk sikap dan
tingkah laku yang baik, yang nantinya akan digunakan juga dalam
lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
Fungsi pertama adalah kedisiplinan sebagai alat pendidikan
yang dimaksud adalah suatu tindakan, perbuatan yang dengan sengaja
diterapkan untuk kepentingan pendidikan di sekolah. Tindakan atau
perbuatan tersebut dapat berupa perintah, nasihat, larangan, harapan,
dan hukuman atau sanksi. Kedisiplinan sebagai alat pendidikan
diterapkan dalam rangka proses pembentukan, pembinaan dan
pengembangan sikap dan tingkah laku yang baik. Sikap dan tingkah
laku yang baik tersebut dapat berupa rajin, berbudi pekerti, patuh,
hormat, tenggang rasa, dan berdisiplin.
Fungsi yang kedua adalah sebagai alat menyesuaikan diri
dalam lingkungan yang ada. Dalam hal ini kedisiplinan dapat
mengarah seseorang untuk menyesuaikan diri terutama dalam mentaati
konteks tersebut kedisiplinan sebagai alat menyesuaikan diri di sekolah
berarti kedisiplinan dapat mengarahkan siswa untuk dapat
menyesuaikan diri dengan cara mentaati tata tertib di sekolah.
Dengan berjalannya kedua fungsi kedisiplinan tersebut
diharapkan dapat mempengaruhi berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Sekolah yang memiliki kedisiplinan baik, maka
kegiatan belajar mengajar akan berlangsung dengan tertib, teratur, dan
terarah. Sebaliknya jika kedisiplinannya rendah maka kegiatan belajar
mengajarnya juga akan berlangsung dengan tidak tertib, akibatnya
kualitas pendidikan sekolah ikut rendah.
Tu’u (2004:38) fungsi kedisiplinan di sekolah adalah sebagai
berikut:
a. Menata kehidupan bersama
Manusia adalah makhluk unik yang memiliki ciri, sifat,
kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang berbeda-beda.
Sebagai makhluk sosial, selalu terkait dan berhubungan dengan
orang lain.Dalam hubungan tersebut diperlukan norma, nilai
peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat
berjalan lancar dan baik. Jadi fungsi disiplin adalah mengatur tata
kehidupan manusia,dalam kelompok tertentu atau dalam
b. Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi
oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan
masyarakat dan lingkungan sekolah. Disiplin yang diterapkan pada
masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi
pertumbuhan kepribadian yang baik. Jadi lingkungan yang
berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian
seseorang.
c. Melatih kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan
berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat.
Namun, terbentuk melalui suatu proses yang membutuhkan waktu
panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut
dilakukan melalui latihan.
d. Pemaksaan
Kedisiplinan dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri.
Kedisiplinan dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat.
Kedisiplinan dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan
tekanan dari luar. Dikatakan terpaksa karena melakukannya bukan
berdasarkan kesadaran diri, melainkan karena rasa takut dan
ancaman sanksi kedisiplinan. Jadi kedisiplinan dapat juga
berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti
e. Hukuman
Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang
harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi/hukuman
bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/hukuman
sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi
siswa untuk mentaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman
hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat
diperlemah.
f. Menciptakan lingkungan kondusif
Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin
terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik
bagi proses tersebut adalah kondisi aman, tenang, tertib, teratur,
saling menghargai, dan hubungan pergaulan yang baik. Hal itu
dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi
guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang
dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan
konsekuen. Apabila kondisi ini terwujud, sekolah akan menjadi
lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan
3. Perlunya Kedisiplinan
Kedisiplinan perlu untuk perkembangan anak, karena ia
memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Semua anak membutuhkan
disiplin, kebutuhan mereka bervariasi. Beberapa kondisi yang dapat
a. Setiap anak menjalankan perkembangan yang bervariasi antara satu
anak dengan anak yang lainnya. Tidak semua anak dengan usia
yang sama dapat diharapkan mempunyai kebutuhan akan
kedisiplinan yang sama, ataupun jenis kedisiplinan yang sama.
Kedisiplinan yang cocok untuk anak yang satu belum tentu cocok
untuk anak yang satunya meskipun dengan usia yang sama.
b. Kebutuhan akan kedisiplinan bervariasi menurut waktu dalam
keseharian anak.
c. Kegiatan yang dilakukan anak mempengaruhi kebutuhan akan
disiplin. Kedisiplinan paling besar kemungkinannya dibutuhkan
untuk kegiatan sehari-hari yang dilakukan secara rutin.
d. Kebutuhan akan kedisiplinan bervariasi dengan hari dalam
seminggu. Hari Senin dan akhir Minggu merupakan saat
kedisiplinan paling dibutuhkan.
e. Kedisiplinan lebih sering dibutuhkan dalam keluarga besar dari
pada keluarga kecil. Semakin banyak anak dalam sebuah keluarga,
semakin kurang perhatian dan pengawasan yang didapat orang tua
dan semakin besar kemungkinan ada kecemburuan antar saudara
dan rasa permusuhan yang diikuti pertengkaran dan berbagai
bentuk perilaku yang mengganggu lainnya.
f. Kebutuhan akan kedisiplinan bervariasi dengan usia.
sehingga mengerti apa yang diharapkan dari mereka melalui
kediplinan tersebut.
4. Tujuan Kedisiplinan di Sekolah
Berkenaan dengan tujuan kedisiplinan sekolah, Rachman
(1999) mengemukakan bahwa tujuan kedisiplinan di sekolah adalah :
(1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak
menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar,
(3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungannya dan menjauhkan siswa melakukan hal-hal
yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta
lingkungannya.
Kedisiplinan yang sudah ditanamkan di dalam keluarga akan
terasa lebih maksimal hasilnya bila dapat didukung juga ketika berada
di dalam lingkungan sekolah. Tujuan mendisiplinkan anak di dalam
lingkugan keluarga dan di lingkungan sekolah itu tidak jauh berbeda.
Keduanya sama-sama memiliki tujuan agar anak dapat memahami dan
menyadari bahwa perilaku yang ingin dicapai adalah menimbulkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik bagi diri sendiri dan lingkungan
sekitarnya termasuk di dalam lingkungan sekolah.
Tujuan kedisiplinan di sekolah adalah untuk menciptakan
keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama ketika berada
suasana yang kondusif dan nyaman untuk pelaksanaan belajar, agar
siswa mudah untuk menangkap apa yang di sampaikan oleh guru.
Sekolah sebagai tempat di mana anak bisa belajar, untuk itu perlu
adanya kerjasama antara pihak-pihak sekolah dengan para siswa guna
menciptakan suasana nyaman dan kondusif. Salah satu sarana untuk
mengendalikan tingkah laku tersebut adalah dengan upaya
pendisiplinan melalui peraturan sekolah yang telah dibuat.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks,
karena menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya.
Ditinjau dari sudut psikologi, bahwa manusia memiliki dua
kecenderungan, yaitu bersikap baik dan bersikap buruk, patuh dan
tidak patuh, cenderung menurut atau membangkang. Kecenderungan
tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tergantung bagaimana
pengoptimalannya.
Ada dua faktor penyebab timbul suatu tingkah laku
kedisiplinan yaitu kebijaksanaan aturan itu sendiri dan pandangan
seseorang terhadap nilai itu sendiri (Subari, 1991:166). Sikap disiplin
atau kedisiplinan antara siswa satu dengan siswa yang lainnya itu
berbeda-beda. Ada siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi,
sebaliknya ada siswa yang mempunyai kedisiplinan rendah. Tinggi
rendahnya kedisiplinan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
Beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut,
yaitu: (1) anak itu sendiri, (2) sikap pendidik, (3) ligkungan, dan (4)
tujuan (Haditono 1984:36). Faktor pertama adalah anak itu sendiri,
artinya hanya anak itu sendiri yang dapat mempengaruhi kedisiplinan
anak yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam menanamkan
kedisiplinan faktor anak harus diperhatikan, mengingat anak memiliki
potensi dan kepribadian yang berbeda antara yang satu dan yang lain.
Pemahaman terhadap individu anak secara cermat dan tepat akan
berpengaruh terhadap keberhasilan penanaman kedisiplinan.
Faktor kedua adalah sikap pendidik yang juga dapat
mempengaruhi kedisiplinan anak. Sikap pendidik yang bersikap baik,
penuh kasih sayang memungkinkan keberhasilan penanaman
kedisplinan pada anak. Hal ini dimungkinkan karena pada hakikatnya
anak cenderung lebih patuh kepada pendidik yang bersikap baik.
Sebaliknya, sikap pendidik yang kasar, keras, tidak peduli, dan kurang
wibawa akan berdampak terhadap kegagalan penanaman kedisiplinan
di sekolah.
Faktor ketiga adalah lingkungan yang juga dapat
mempengaruhi kedisiplinan seseorang. Dalam hal ini, Tim MKDK
IKIP Semarang (1989:70) menjelaskan bahwa situasi lingkungan akan
mempengaruhi proses dan hasil pendidikan, situasi lingkungan ini
meliputi lingkungan fisik, lingkungan teknis, dan lingkungan
dan masyarakat. Lingkungan teknis berupa fasilitas atau sarana
prasarana yang bersifat kebendaan; dan lingkungan sosiokultural
berupa lingkungan antar individu yang mengacu kepada budaya sosial
masyarakat tertentu. Ketiga lingkungan tersebut juga mempengaruhi
kedisiplinan seseorang, khususnya siswa.
Selain ketiga faktor di atas, faktor tujuan juga berpengaruh
terhadap kedisiplinan seseorang. Tujuan yang dimaksud di sini adalah
tujuan yang berkaitan dengan penanaman kedisiplinan. Agar
penanaman kedisiplinan kepada siswa dapat berhasil, maka tujuan
tersebut harus ditetapkan dengan jelas, termasuk penentuan kriteria
pencapaian tujuan penanaman kedisiplinan di sekolah.
B. Bimbingan
1. Pengertian Bimbingan
Winkel (2007), menyatakan bahwa bimbingan adalah
pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang
dalam membantu pilihan-pilihan secara bijaksanan dan dalam
mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup.
Menurut Prayitno & Amti (1999:99) bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa individu, agar orang yang dibimbing dapat
Menurut Crow & Crow (Prayitno & Amti, 1999: 183),
bimbingan menyediakan unsur-unsur di luar individu yang dapat
dipergunakannya untuk memperkembangkan diri. Melalui bimbingan
individu dibantu agar memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih
dengan baik untuk mengatur kegiatan hidupnya sendiri, membuat
keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri. Dari uraian di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan suatu
proses membantu individu yang bermasalah maupun yang tidak
bermasalah agar dapat menemukan dan mengembangkan
kemampuannya seoptimal mungkin sehingga dpat menyesuaikan diri
dengan keadaan sekitar.
2. Tujuan Bimbingan
Winkel (2007:31) menyebutkan bahwa tujuan pelayanan
bimbingan yaitu supaya sesama manusia mengatur kehidupannya
sendiri, menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin,
memilkul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri,
menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan
berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik
padanya, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam
Winkel (2007:67) menjelaskan bahwa ada beberapa fungsi-fungsi
pokok dari pelayanan bimbingan di sekolah yaitu:
a. Fungsi Penyaluran
Fungsi bimbingan dalam membantu siswa mendapatkan
program studi yang sesuai dengan potensi peserta didik; memilih
ekstrakurikuler yang cocok bagi peserta didik; menentukan
program study lanjutan yang sesuai bagi peserta didik setelah tamat
sekolah dan merencanakan bidang pekerjaan yang cocok di masa
depan.
b. Fungsi Penyesuaian
Fungsi bimbingan dalam membantu siswa menemukan cara
menmpatkn diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi
yang dihadapi. Misal siswa harus dibantu untuk bergaul secara baik
dengan menentukan sikap di lingkungan sekolah yang baru.
c. Fungsi Pengadaptasian
Fungsi bimbingan sebagai nara sumber bagi tenaga-tenaga
pendidik yang lain di sekolah, khususnya pimpinan sekolah dan
staf pengajar, dalam hal mengarahkan rangkaian kegiatan
pendidikan dan pengajaran supaya sesuai dengan kebutuhan para
siswa. Misal guru pembimbing memberikan saran kepada guru
mata pelajaran matematika, untuk memberikan jam pelajaran
tambahan bagi siswa yang memiliki kesulitan dalam mempelajari
3. Ragam Bimbingan
Winkel (2007:113) menyebutkan jenis-jenis bimbingan dengan
menggunakan istilah ragam bimbingan, yang menunjuk pada bidang
kehidupan tertentu dan aspek perkembangan tertentu yang menjadi
fokus perhatian dalam pelayanan bimbingan. Winkel menyebut tiga
macam bimbingan yaitu:
a. Bimbingan karier adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri
menhadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan
atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap
memangku jabatan dan dapat menyesuaikan diri dengan berbagai
tuntutan dari lapngan pekerjaan yang dimasuki.
b. Bimbingan akademik adalah bimbingan dalam hal menentukan
cara belajar yang tepat, dalam memilih program bidang studi yang
sesuai dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan
dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.
c. Bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan dalam menghadapi
keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan
dalam batinnya sendiri, serta bimbingan dalam membina hubungan
kemandirian dengan sesame diberbagai lingkungan (pergaulan
C. Bimbingan Akademik
Bimbingan akademik adalah bimbingan dalam hal menemukan
cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi sesuai, dan dalam
mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan
belajar di suatu institusi pendidikan.
Keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi akademiknya
tidak terlepas dari bagaimana siswa memiliki keterampilan-keterampilan
dalam menunjang kegiatan akademiknya. The Liang Gie (1995)
berpendapat ada beberapa keterampilan yang dapat menunjang
keberhasilan di dalam akademiknya diantaranya adalah : 1) keterampilan
mengikuti pelajaran, 2) keterampilan mencatat bacaan, 3) keterampilan
menggunakan perpustakaan, 4) keterampilan menempuh ujian, 5)
keterampilan melakukan konsentrasi, 6) keterampilan menghafal
pelajaran, 7) keterampilan mengelola waktu.
Dari ketujuh keterampilan akademik pada mahasiswa yang
diutarakan oleh The Liang Gie (1995), maka peneliti hanya memilih
beberapa keterampilan saja yang dirasa cocok dalam tugas perkembangan
siswa SMP bukan pada kalangan mahasiswa.
Keterampilan-keterampilan akademik menurut The Liang Gie
(1995) antara lain adalah:
a. Keterampilan Mengikuti Pelajaran
Kewajiban yang pertama seorang siswa adalah masuk sekolah
secara tertib ketika mendapat penjelasan dari guru dengan baik maka
informasi yang disampaikan oleh guru dapat diserap juga dengan
baik.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan ketika mengikuti
pelajaran di dalam kelas. Diantaranya fisik, emosi, dan intelektual.
Artinya siswa yang secara sadar mempersiapkan jasmaninya agar
segar bugar sehingga dapat mengikuti pelajaran dengan baik di
sekolah. Pertama, mempersiapkan jasmani agar tetap segar dan bugar
adalah mengatur jam tidur yang cukup, sehingga keesokan harinya
penuh semangat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guna
menjaga jasmani agar tetap segar seperti tidur malam tidak lebih dari
jam 21.00 kemudian bangun pukul 05.00 pagi dan jangan lupa
sarapan pagi sebelum berangkat sekolah.
Kedua, persiapan emosional. Artinya yang dilakukan
berwujud suatu hasrat yang sungguh-sungguh dari dalam diri untuk
mengikuti pelajaran di dalam kelas dengan baik. Sebelum berangkat
ke sekolah siswa perlu bersikap positif terhadap penjelasan yang akan
diterimanya di sekolah. Menyakini bahwa gurunya mengajar dengan
metode yang menyenangkan dan tidak membosankan, ruang kelasnya
menyejukkan. Oleh sebab itu setiap siswa perlu membina suatu
keterkaitan emosional yang positif terhadap semua pelajaran dan
Ketiga, persiapan intelektual. Persiapan emosional dapat
diperkuat dengan persiapan intelektual. Artinya, persiapan ini berupa
usaha untuk membaca buku pelajaran wajib atau yang buku-buku
yang relevan sebelum mengikuti pelajaran di kelas.
b. Keterampilan Mencatat
Seorang siswa yang cerdas memiliki cara sendiri dalam
mencatat. Menurut The Liang Gie (1995:8) mencatat adalah suatu
seni, karena di sini ia harus menggabungkan kecakapan
mendengarkan suatu uraian secara cermat, menangkap uraian itu
dengan baik, mengolahnya dalam pikiran, dan mengeluarkan kembali
secara ringkas di atas kertas.
Teknik membuat catatan yang baik ialah menuliskan kalimat
topik yang utuh dengan tulisan tangan yang sejelas mungkin.
Memetakan pikiran (maind map) juga bisa direkomendasikan untuk
para siswa sebagai salah satu metode untuk membuat catatan dengan
baik.
c. Keterampilan Menempuh Ujian
Ujian merupakan suatu persyaratan yang harus ditempuh oleh
setiap siswa untuk dapat meninggalkan kelas atau menuju jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan dari ujian dan penilaian antara
lain: pertama, mendorong agar siswa melakukan secara teratur,
mengulangi bahan-bahan pelajarannya, dan menanamkan dalam
mengukur dan menilai pengetahuan dan kemajuan study siswa untuk
menentukan apakah ia dapat melanjutkan studinya dalam jenjang
yang lebih tinggi. Ketiga, sebagai bahan evaluasi oleh guru dari hasil
ujian siswanya pokok bahasan mana yang memerlukan perbaikan
dalam pengajaran berikutnya.
d. Keterampilan Mengelola Waktu Belajar
Harry Shaw (The Liang Gie:1995) menegaskan bahwa
“Learning to use time is a valuable acquired skill, one that will pay dividends not only in studying but all through life. In fact, the ability to use time efficiently may well be one of
the most significant achivements of your enteri life”
(Belajar menggunakan waktu merupakan suatu keterampilan perolehan yang berharga, keterampilan yang memberikan keuntungan-keuntungan tidak hanya dalam studi, melainkan sepanjang hidup. Sesungguhnya, kemampuan menggunakan waktu secara efisien dapat merupakan salah satu prestasi yang terpenting dari seluruh hidup anda)
Secara sederhana dapatlah dirumuskan pengertin waktu
sebagai kesempatan langgeng yang tersedia dalam alam semesta
untuk manusia yang berprestasi. Alam semesta menyediakan waktu
secara terus-menerus secara abadi untuk manusia melakukan apa
saja dan mencapai sesuatu prestasi selama hayatnya. Waktu
bukanlah semacam barang konsumsi yang akan habis kalau
dipergunakan terus.
Salah satu kelemahan sebagian besar siswa adalah
kesukaran dalam mengatur waktu untuk studi. Mereka sering
mereka kurang memiliki keteraturan dan kedisiplinan untuk
mempergunakan waktunya secara efisien. Mereka lebih cenderung
membuang atau mengulur-ulur waktu untuk membicarakan sesuatu
hal yang kurang penting dalam studinya.
Dari beberapa keterampilan yang sudah dipaparkan di atas,
disimpulkan bahwa untuk dapat memperoleh kesuksesan di dalam
bidang akademik diperlukan sebuah keterampilan. Keterampilan
tersebut tidak dapat dipilih mana yang paling penting, karena
semuanya keterampilan tersebut saling mendukung satu dengan
yang lainnya. Apabila keterampilan tersebut dilaksanakan secara
teratur dan disiplin maka hasilnya akan lebih maksimal
D. Layanan Bimbingan untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa dalam
Mengikuti Kegiatan Akademik
Menurut Ahmadi (1991:103) masalah belajar merupakan inti dari
kegiatan sekolah, sebab semua kegiatan di sekolah diperuntukkan bagi
berhasilnya proses belajar bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah
tersebut. Oleh karena itu program yang diberikan oleh bimbingan dan
konseling di sekolah untuk membantu siswa dalam menghadapi dan
menjalani proses belajar adalah layanan bimbingan belajar.
1. Pengertian Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan
cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai
tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan (Winkel,
2006:115)
Menurut Sukardi (2004:4) bimbingan belajar adalah
bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat dalam
memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi
kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar
disuatu institusi pendidikan.
Menurut Prayitno dan Amti (1994:279) bimbingan belajar
adalah salah satu bentuk bimbingan yang diselenggarakan di
sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan
yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh
kebodohan atau rendahnya intelegensi, seringkali kegagalan itu
terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang
mamadai.
Melalui bimbingan belajar terutama bagi siswa yang
mengalami kesulitan belajar dapat segera dibantu mengatasi
kesulitan belajarnya, yaitu dengan diberikan latihan, kebiasaan
belajar yang efektif, mengerjakan tugas-tugas, juga menumbuhkan
disiplin belajar.
Salah satu upaya yang diberikan oleh guru pembimbing
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa agar hasil yang dicapai
secara optimal yaitu dengan memberikan layanan pembelajaran
prinsip-prinsip belajar yang dilakukan secara kontinyu dan intensif,
sehingga dapat membantu siswa belajar lebih efektif dan efisien.
2. Tujuan Bimbingan Belajar
Menurut Ahmadi (1991:105) tujuan dari bimbingan belajar adalah :
a. Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi
seorang anak atau kelompok anak.
b. Menunjukan cara-cara mempelajari sesuai dan menggunakan
buku pelajaran.
c. Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang
memanfaatkan perpustakaan.
d. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan
dan ujian.
e. Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat,
kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan.
f. Menunjukan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi
tertentu.
g. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal
belajarnya.
Adapun tujuan bimbingan menurut Sudrajat (2008) adalah
membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya
Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek
akademik (belajar) adalah:
a. Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan
memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses
belajar yang dialaminya.
b. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan
membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap
semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang
diprogramkan
c. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat
pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
e. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas,
memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan
berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka
mengembangkan wawasan yang lebih luas.
f. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mengemban tugas yang
cukup berat diantaranya sebagai fasilitator bagi siswa untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara optimal. Indikator keberhasilan sekolah dalam
dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik (Nurwati,
2004). Keberhasilan dari sebuah proses belajar di sekolah diukur dengan prestasi
akademik yang dicapai siswa. Bagi siswa sendiri masalah-masalah belajar yang
mungkin timbul adalah pengaturan waktu belajar, kedisiplinan dalam belajar,
memilih cara belajar, menggunakan buku-buku pelajaran, mempersiapkan ujian
dan sebagainya.
Setiap siswa memiliki harapan akan kehidupannya yang akan datang. Para
siswa tersebut menginginkan kesuksesan di masa yang akan datang. Harapan ini
yang bisa dijadikan kunci untuk membangkitkan motivasi belajar seorang siswa.
Guru BK yang menjadi salah satu pendamping siswa dalam belajar dapat
mengadakan bimbingan belajar dengan tujuan untuk menyadarkan para siswa
bahwa kesuksesan dapat diraih dengan belajar yang tekun dan disiplin. Selain itu
bimbingan belajar yang diberikan oleh guru BK bisa berisi tentang cara belajar
yang efektif, menentukan prioritas, cara menggunakan waktu luang dan
sebagainya. Munculnya kesadaran siswa mengenai harapan yang ingin dicapai
diharapkan mampu membuat para siswa memiliki kesadaran diri untuk lebih
disiplin dalam mengikuti kegiatan akademik dan hal ini akan berpengaruh dengan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat tentang metodologi penelitian, meliputi jenis penelitian,
subjek penelitian, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.
Furchan (2005: 415-418) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode
survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data
yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya.
Penelitian deskriptif dengan metode survei dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang deskripsi siswa kelas VIII
SMP N 2 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 tentang kedisiplinan
dalam mengikuti kegiatan akademik.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno
Klaten Tahun Ajaran 2012/2013. Jumlah seluruh siswa kelas VIII adalah 260
siswa, terbagi dalam 7 kelas yaitu kelas VIII A sampai dengan kelas VIII G.
Pembagian kelas VIII terdapat dalam Tabel 1. Penelitian ini melibatkan
seluruh populasi sebagai subyek penelitian. Penelitian yang melibatkan
seluruh populasinya sebagai subyek disebut penelitian populasi. Penelitian
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2010:117).
Tabel 1.
Jumlah Siswa Kelas VIII
SMP N 2 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2013
Kelas Jumlah
VIII B 38
VIII C 36
VIII D 36
VIII E 35
VIII G 40
Total Siswa 183
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuisioner yang mengungkapkan
kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan akademik. Bentuk kuisioner
yang digunakan adalah tertutup. Ada empat alternatif jawaban yang
disediakan yaitu “Sangat Sering”, “Sering”, “Jarang”, dan “Tidak Pernah”.
Alternatif jawaban hanya dibuat empat dengan maksud untuk menghilangkan
kecenderungan responden untuk memilih alternatif yang di tengah. Kalau ada
lima alternatif jawaban, pemilihan alternatif yang di tengah masih
menunjukkan bahwa responden masih ragu-ragu atau belum dapat
menentukan pilihan jawaban yang sesuai dengan pengalamannya. Jika
kebanyakan responden memilih alternatif yang di tengah, maka peneliti tidak
Instrumen mengacu pada Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi. Dengan Skala Likert, maka variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi aspek dan indicator variable. Kemudian
indicator akan dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang
berupa pernyataan.
Pernyataan-pernyataan dalam skala ini berupa pernyataan favorable
dan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan positif yang
menunjukkan adanya kedisiplinan dalam mengikuti kegiatan akademik
dengan baik. Pernyataan unfavorable adalah pernyataan negatif yang
menunjukkan kurang adanya kedisiplinan dalam mengikuti kegiatan akademik
dengan baik. Adapun kisi-kisi instrument penelitian sebelum melakukan uji
Tabel 2.
Kisi-kisi Kuesioner Kedisiplinan Para Siswa dalam Mengikuti Kegiatan Akademik di Sekolah
(Sebelum Uji Coba)
Item Jumlah
Aspek Indikator Favorebel Unfavorebel
1. Kedisiplinan
Pernyataan-pernyataan instrumen berisi kedisiplinan dalam kegiatan
akademik dengan empat alternatif pilihan jawaban. Pilihan jawaban item
favourable dikenakan norma skoring sebagai berikut: sangat sering = 4, sering
= 3, jarang = 2, dan tidak pernah = 1. Sedangkan pilihan jawaban item
unfavourable yaitusangat sering = 1, sering = 2, jarang = 3, dan tidak pernah
D. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas Instrumen
Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2008:5).
Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa
yang seharusnya diukur (Furchan, 2007:293). Secara singkat menurut
Nurgiyantoro (2009:338) dapat dikatakan bahwa validitas alat penelitian
mempersoalkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.
Kualitas instrumen penelitian ini diperiksa dengan validitas isi
(content validity), dikarenakan penyusunan instrumen didasarkan pada
kisi-kisi yang sesuai dengan aspek tujuan, bahan/deskripsi bahan, indikator
dan jumlah pertanyaan per indikator. Pemeriksaan keterpenuhan validitas
isi didasarkan pada pertimbangan yang dilakukan secara terpisah oleh
seorang ahli (expert judgment). Konsultasi dengan ahli bertujuan untuk
mengetahui apakah masing-masing item pernyataan yang dibuat tepat
dengan aspek tujuan, bahan/deskripsi bahan, indikator dan jumlah
pertanyaan per indikator, sehingga dapat dinyatakan baik. Ahli yang
dimintai pendapatnya adalah dosen pembimbing dosen pembimbing yaitu
Rm Pankras Olak, SS.CC. S.Ag.,M.A., dosen Program Studi Bimbingan
dan Konseling yaitu Juster Donal Sinaga, M.Pd. dan guru SMK Negeri 4
Skala kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan akademik
kemudian diujicobakan pada sebagian siswa kelas VIII SMP N 2
Gantiwarno Klaten. Uji coba dilakukan pada kelas VIII A dan VIII F yang
berjumlah 76 siswa. Setelah di uji cobakan, validitas isi instrumen
dianalisa dengan menggunakan teknik statistik yaitu dengan menggunakan
korelasi Product Moment dari Pearson, dengan rumus sebagai berikut:
Formula; rXY =
r = korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir
N = jumlah subyek
X = skor sub total kuesioner
Y = skor total butir-butir kuesioner
XY = hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Penentuan validitas dilakukan dengan memberikan skor pada
setiap item dan mentabulasikan data uji coba untuk melihat koefisien
korelasi validitas item. Agar perhitungan lebih mudah dan cepat maka
peneliti menggunakan SPSS (Statistic Programme for Sosial Science)
versi 17,0. Perhitungan dengan menggunakan SPSS menggunakan patokan
0,30. Jika koefisien korelasinya 0,30 maka item yang bersangkutan
dinyatakan valid. Jika koefisien korelasinya 0,30 maka item yang
66 item valid dan 18 item yang tidak valid. Jumlah item yang valid dan
tidak valid terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3.
Jumlah Item-Item yang Valid dan yang Tidak Valid
Item
Aspek Indikator Valid Tidak Valid
Adapun kisi-kisi instrument penelitian setelah melakukan uji coba
Tabel 4.
Kisi-kisi Kuesioner Kedisiplinan Para Siswa
dalam Mengikuti Kegiatan Akademik di Sekolah (Setelah Uji Coba)
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen
dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu
(Nugiyantoro, 2009:341). Menurut Masidjo (1995: 209) reliabilitas suatu Item Jumlah
Aspek Indikator Favoreble Unfavoreble
1. Kedisiplinan
43,44,46,47,49 42,45,48,50 9
alat ukur adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu menunjukkan
konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan
dan ketelitian hasil. Pendekatan yang digunakan untuk memeriksa
reliabilitas kuisioner pada penelitian ini adalah teknik Alpha Cronbach
melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science).
Hasil perhitungan dikonsultasikan ke kriteria Guilford (Guilford,
dalam Masidjo, 2006:72) sebagai berikut:
Tabel 5. Kriteria Guilford
No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1. 0,91 - 1,00 Sangat Tinggi 2. 0,71 – 0,90 Tinggi 3. 0.41 – 0,70 Cukup 4. 0,21 – 0.40 Rendah 5. Negatif – 0,20 Rendah Sekali
Berdasarkan perhitungan koefisien reliabilitas dengan teknik Alpha
Cronbach melalui SPSS koefisien reliabilitas instrumen 0,736. Nilai
koefisien reliabilitas ini termasuk dalam koefisien reliabilitas tinggi.
Angka tersebut menunjukkan bahwa skala kedisiplinan siswa dalam
mengikuti kegiatan akademik dapat digunakan untuk data penelitian.
Setelah kuisioner ini diuji coba dan dilihat validitas dan reliabilitasnya
maka kuisioner ini dapat digunakan sebagai alat yang siap dipakai untuk
E. Prosedur Pengumpulan Data dan Teknis Analisis Data
1. Tahap Persiapan dan pelaksanaan
a. Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan kedisiplinan
dalam mengikuti kegiatan akademik
b. Menyusun kuesioner / skala tentang kedisiplinan dalam
mengikuti kegiatan akademik
c. Menjabarkan variabel penelitian yaitu hal-hal yang
menyangkut kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan
akademik dalam aspek-aspek dan indikator-indikatornya.
d. Menyusun butir-butir pernyataan yang sesuai dengan indikator.
e. Mengkonsultasikan alat yang dibuat dengan dosen pembimbing
dan dosen lain.
f. Menentukan responden, yaitu para siswa kelas VIII SMP N 2
Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.
g. Menghubungi pihak SMP N 2 Gantiwarno Klaten Yogyakarta
untuk melakukan uji coba dan penelitian.
h. Melakukan uji coba alat di SMP N 2 Gantiwarno Klaten pada
tanggal 2 Februari 2013 responden 76 siswa.
i. Penelitian dilakukan pada tanggal 12, 13 dan 16 Februari 2013
di SMP N 2 Gantiwarno Klaten responden berjumlah 184
2. Teknik Analisis Data
a. Memeriksa keabsahan administratif setiap lembar jawaban
responden untuk diolah lebih lanjut.
b. Memberi skor setiap alternatif jawaban yang dipilih oleh setiap
responden. Norma skoring adalah: sangat sering = 4, sering =
3; jarang = 2; dan tidak pernah = 1 untuk pernyataan positif dan
sebaliknya untuk pernyataan negatif.
c. Membuat tabulasi data.
d. Memeriksa validitas dan reliabilitas kuisioner dengan cara
Menghitung koefisien korelasi skor item gasal dan skor item
genap dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment
dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS.
e. Mengkategorisasikan skor-skor subjek menurut kriteria Azwar
(2009 : 107-109) dengan berdasarkan pada skor teoretisnya
yang terdistribusi menurut model normal, yang terbagi atas
enam bagian atau enam satuan deviasi standar yaitu, tiga
bagian berada di sebalah kiri mean (bertanda negatif) dan tiga
bagian berada di sebelah kanan mean (bertanda positif). Pada
penelitian ini skala terdiri dari 84 item yang setiap itemnya
diberi skor sangat setuju = 4, setuju = 3; kurang setuju = 2; dan
tidak setuju = 1 untuk pernyataan positif dan kebalikannya
untuk pernyataan negatif. Skor minimum teoritisnya adalah 66
teoritisnya adalah 264 dengan mean skala = 264/66 = 4,
sehingga luas jarak sebenarnya adalah 264-66 = 198. Dengan
demikian, standar devisiasinya adalah (skor maksimal teoritis –
skor minimal teoritis)/6 = (264-66)/6 = 33, dan mean
teoritiknya adalah (skor maksimal+skor minimal)/2 = (264 +
66)/2 = 165. Penggolongan skor, baik skor-skor subjek item
diklasifikasikan ke dalam 5 kategori, kemudian keenam satuan
devisiasi standar itu dibagi kedalam kategori yang disajikan
pada tabel 6.
Tabel 6.
Kategori Tingkat kedisiplinan siwa kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno Klaten tentang Kedisiplinan dalam Mengikuti
Kegiatan Akademik
No Formula Kriteria Rerata Skor Kategori (kualitatif)
1. [x+1,5(sd)] X 214 Sangat Tinggi
2. [x+0,5(sd)] ) X[x+1,5(sd)] 182-214 Tinggi
3. [x-0,5(sd)] X [x+0,5(sd)] 149-181 Sedang
4. [x-1,5(sd)] X [x-0,5(sd)] 116-148 Rendah
Keterangan :
X : Rata-rata skor Subjek
x : Minimum Teoretik = 1 x 66 = 66
x : Maximum Teoritik = 4 x 66 = 264
Luas Jarak = 264 – 66 = 198
x : Mean Teoritis = (264+66) : 2 = 165
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini disajikan hasil dari penelitian dan pembahasan dengan
mengikuti sistematika rumusan masalah pada Bab I.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menggambarkan tingkat kedisiplinan siswa
kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012-2013 dalam
mengikuti kegiatan akademik. Adapun tingkat kedisiplinan siswa kelas
VIII SMP N 2 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012-2013 dalam
mengikuti kegiatan akademik tampak pada Tabel 6. Dalam penelitian ini
ada lima kategori kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan akademik
berdasarkan nilai rata-rata skor total, yaitu kategori Sangat Tinggi,
kategori Tinggi, kategori Sedang, kategori Rendah, dan kategori Sangat
Rendah.
Tabel 7.
Tingkat Kedisiplinan Siswa Kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 dalam Mengikuti Kegiatan Akademik
Rentang Skor Frekuensi Presentase Kategori
> 214 126 68,8 % Sangat Tinggi
182 – 214 46 25,2 % Tinggi 149 – 181 9 5 % Sedang 116 – 148 1 0,5 % Rendah
Berikut ini disajikan grafik agar memperoleh gambaran lebih lengkap
tentang komposisi capaian skor Tingkat Kedisiplinan Siswa dalam Mengikuti
Kegiatan Akademik.
Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa sebagian besar (68,8%)
siswa kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno Klaten memiliki tingkat kedisiplinan
akademik Sangat Tinggi, (25,2%) siswa kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno
Klaten memiliki tingkat kedisiplinan akademik Tinggi, (5%) siswa kelas
VIII SMP N 2 Gantiwarno Klaten memiliki tingkat kedisiplinan akademik
Sedang, (0,5%) siswa kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno Klaten memiliki
tingkat kedisiplinan akademik dengan Rendah, dan (0,5%) siswa kelas VIII
SMP N 2 Gantiwarno Klaten memiliki tingkat kedisiplinan akademik
Tabel 8.
Distribusi Skor Butir Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Siswa dalam Mengikuti Kegiatan Akademik
Berdasarkan perhitungan skor tiap butir pada kuisioner diperoleh data 2
item (3%) masuk kategori sedang, 21 item (32%) kategori tinggi, 43
(65%) kategori sangat tinggi. Melihat hasil perhitungan tersebut dapat
diketahui bahwa ada 2 butir tingkat kedisiplinan siswa dalam mengikuti
kegiatan akademik yang belum tercapai, seperti tampak pada Tabel 9.
Tabel 9.
Butir Instrumen yang Masuk Kategori Rendah
Hasil penelitian ini juga menunjukkan perbedaan deskripsi tingkat
kedisiplinan siswa putra dan putri kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno Klaten
Tahun Ajaran 2012-2013 dalam mengikuti kegiatan akademik. Perbedaan
tersebut nampak pada Tabel 10 berikut ini:
No Rentang Skor Frekuensi Presentase Kategori
1. ≤115 0 0 % Sangat Rendah
Rumusan Skor Peringkat Aspek
1. 58 Saya menghabiskan waktu luang saya untuk bermain bersama dengan teman-teman
493 1 3
2. 56 Saya mengalokasikan waktu yang cukup untuk belajar
Tabel 10.
Perbedaan Tingkat kedisiplinan siswa putra dan putri kelas VIII SMP N 2 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012-2013
Kategori Putra Putri
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Sangat Tinggi 52 53,3% 74 82%
Tinggi 32 34% 14 15,7%
Sedang 8 8% 1 1,1%
Rendah 1 1,1% 0 0%
Sangat Rendah 1 1.1% 0 0%
Jumlah 94 100% 89 100%
Berikut ini disajikan grafik Tingkat Kedisiplinan Antara Siswa
Putra dan Putri kelas VIII Tahun Ajaran 2012-2013 agar memperoleh
gambaran lebih jelas dalam mengikuti kegiatan akademik.
Grafik 2
Tingkat Kedisiplinan Siswa dalam Mengikuti Kegiatan Akademik antara Siswa Putra dan Putri.
Berdasarkan dari perhitungan skor pada tabel tersebut jumlah siswa