• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA SESUNGGUHNYA DI BALIK SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKNA SESUNGGUHNYA DI BALIK SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA SESUNGGUHNYA

DI BALIK SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nama : Annisa Yogiswarih NIM : 11.11.5423

Kelompok : E Program Studi : S1

Jurusan : Teknik Informatika

Nama Dosen : DR. Abidarin Rosyidi, MMa

STMIK “AMIKOM” YOGYAKARTA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012

(2)

MAKNA SESUNGGUHNYA

DI BALIK SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nama : Annisa Yogiswarih NIM : 11.11.5423

Kelompok : E Program Studi : S1

Jurusan : Teknik Informatika

Nama Dosen : DR. Abidarin Rosyidi, MMa

STMIK “AMIKOM” YOGYAKARTA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012

(3)

Makna Sesungguhnya di balik Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Latar Belakang Masalah

Pancasila telah diletakkan dalam perspektif sekuler, namun lepas dari perspektif Islam . Padahal, sejak kelahirannya, Pancasila merupakan bagian dari Pembukaan UUD 1945, sangat kental dengan nuansa Islam worldview. Contoh dari tafsir sekuler Pancasila, misalnya, dilakukan oleh konsep Ali Moertopo, ketua

kehormatan CSIS yang besar pengaruhnya dalam penataan kebijakan politik dan ideology di masa awal Orde Baru. Ali Moertopo pernah merumuskan Pancasila sebagai “ideology Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Tentang Sila

Ketuhanan Yang Maha Esa, misalnya, Ali Moertopo merumuskan, bahwa di antara makna sila pertama Pancasila adalah hak untuk pindah agama. Sila

Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai konsep yang netral agama dan tidak condong pada satu agama. Tetapi, sebagian kalangan ada juga yang memahami, bahwa sila Ketuhanan Yang Maha Esa juga menjamin orang untuk tidak beragama.

Atribut Yang Maha Esa bagi sila Ketuhanan adalah sebagai pengganti dari tujuh kata atau delapan perkataan yang dicoret dalam Piagam Jakarta yaitu Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.,

(4)

Dengan demikian, tafsir Ketuhanan Yang Maha Esa yang tepat adalah bermakna Tauhid. Itu artinya, di Indonesia haram hukumnya disebarkan paham-paham yang bertentangan dengan nilai-nilai Tauhid. Tauhid maknanya, men-Satukan Allah. Bahkan kata Allah juga muncul di alinia ketiga Pembukaan UUD 1945: “Atas berkat rahmat Allah…”. Bukankah satu-satunya agama di Indonesia yang nama Tuhannya “Allah” hanyalah Islam? Bagi kaum Kristen, kata Allah bukanlah nama Tuhan, tetapi hanya sebutan untuk Tuhan di Indonesia. Karena itu, kaum Kristen di Barat tidak menyebut Tuhan mereka dengan nama Allah.

(5)

2. Rumusan Masalah

Bagaimana cara menyikapi pnyimpangan penafsiran Ketuhana pada Pancasila?

3. Pendekatan Historis

Dasar pemikiran Bung Karno dalam mencetuskan istilah Pancasila sebagai Dasar Negara adalah mengadopsi istilah praktek-praktek moral orang Jawa kuno yang di dasarkan pada ajaran Buddhisme. Dalam ajaran Buddhisme terdapat praktek-praktek moral yang disebut dengan Panca Sila (bahasa Sanskerta / Pali) yang berarti lima (5) kemoralan yaitu : bertekad

menghindari pembunuhan makhluk hidup, bertekad menghindari berkata dusta, bertekad menghindari perbuatan mencuri, bertekad menghindari perbuatan berzinah, dan bertekad untuk tidak minum minuman yang dapat menimbulkan ketagihan dan menghilangkan kesadaran.

Sila pertama dari Pancasila Dasar Negara NKRI adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalimat pada sila pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa Sanskerta ataupun bahasa Pali. Banyak di antara kita yang salah paham mengartikan makna dari sila pertama ini. Baik dari sekolah dasar sampai sekolah menengah umum kita diajarkan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Satu, atau Tuhan Yang jumlahnya satu. Jika kita membahasnya dalam sudut pandang bahasa Sanskerta ataupun Pali, Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah bermakna Tuhan Yang Satu. Lalu apa makna sebenarnya ? Mari kita bahas satu persatu kata dari kalimat dari sila pertama ini.

Ketuhanan berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan berupa awalan ke- dan akhiran –an. Penggunaan awalan ke- dan akhiran –an pada suatu kata dapat merubah makna dari kata itu dan membentuk makna baru.

(6)

Penambahan awalan ke – dan akhiran – an dapat memberiperubahan makna menjadi antara lain : mengalami hal…., sifat – sifat …. Contoh kalimat : ia sedang kepanasan. Kata panas diberi imbuhan ke- dan –an maka menjadi kata kepanasan yang bermakna mengalami hal yang panas. Begitu juga dengan kata ketuhanan yang berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an yang bermakna sifat-sifat tuhan. Dengan kata lain Ketuhanan berarti sifat-sifat tuhan atau sifat-sifat yang berhubungan dengan tuhan.

Kata “maha” berasal dari bahasa Sanskerta / Pali yang bisa berarti mulia atau besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata “maha” bukan berarti “sangat”. Jadi adalah salah jika penggunaan kata “maha” dipersandingkan dengan kata seperti besar menjadi maha besar yang berarti sangat besar. Kata “esa” juga berasal dari bahasa Sanskerta / Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak atau

mengacu pada kata “ini” (this – Inggris). Sedangkan kata “satu” dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sanksertamaupun bahasa Pali adalah kata “eka”. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang satu, maka kata yang seharusnya digunakan adalah “eka”, bukan kata “esa”.

Dari penjelasan yang telah disampaikan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan mengacu pada suatu individual yang kita sebut Tuhan yang jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya, Ketuhanan Yang Maha Esa berarti Sifat-sifat Luhur / Mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur / mulia, bukan Tuhannya. Dan apakah sifat-sifat luhur / mulia (sifat-sifat Tuhan) itu ?

(7)

Sifat-sifat luhur / mulia itu antara lain : cinta kasih, kasih sayang, jujur, rela berkorban, rendah hati, memaafkan, dan sebagainya.

Setelah kita mengetahui hal ini kita dapat melihat bahwa sila pertama dari Pancasila NKRI ternyata begitu dalam dan bermakna luas , tidak

membahas apakah Tuhan itu satu atau banyak seperti anggapan kita

selama ini, tetapi sesungguhnya sila pertama ini membahas sifat-sifat luhur / mulia yang harus dimiliki oleh segenap bangsa Indonesia. Sila pertama dari Pancasila NKRI ini tidak bersifat arogan dan penuh paksaan bahwa rakyat Indonesia harus beragama yang percaya pada satu Tuhan saja, tetapi membuka diri bagi agama lain yang dianggap percaya pada banyak Tuhan, atau pun sistem kepercayaan lainya, karena yang ditekankan dalam sila pertama Pancasila NKRI ini adalah sifat-sifat luhur / mulia. Dan diharapkan Negara di masa yang akan datang dapat membuka diri bagi keberadaan agama yang juga mengajarkan nilai-nilai luhur dan mulia apa pun jenis kepercayaannya.

Hal-hal yang bersifat esensial begini saja Indonesia masih salah kaprah, gimana mau sejahtera, tak mengherankan betapa akutnya penyakit moral dan psikis Indonesia kita tercinta ini akhir-akhir ini. Dikit-dikit bawa nama agama, dikit-dikit main dalil, hanya dipakai legalitas semu, pencitraan semata.

(8)

4. Pembahasan

Cara menyikapi penyimpangan penafsiran Ketuhanan pada Pancasila adalah dengan menyadari jika keadaan beragama di Indonesia adalah sangat

pluralisme yaitu terdiri dari berbagai macam suku, adat, budaya dan tentunya agama. Yaitu dengan:

 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing masing

(9)

5. Simpulan

Saling menghormati kebebasan beragama adalah yang utama, karena kebebasan beragama merupakan Hak Asasi Manusia bagi setiap individu di negara manapun. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain sangat penting, karena dalam Al Quran pun Allah telah berfirman “Agamamu Agamamu dan Agamaku adalah Agamaku.” Sungguh sangat disesalkan terjadinya penyimpangan penafsiran Pancasila yang pernah dilakukan dengan proyek indoktrinisasi melalui Program P-4. Pancasila bukan hanya dijadikan sebagai dasar negara. Tetapi, lebih dari itu, Pancasila dijadikan landasan moral yang dijadikan sebagai wilayah agama. Penempatan Pancasila semacam ini sudah berlebihan.

Saran

Pancasila merupakan ideologi yang sangat tepat digunakan di Indonesia. Walaupun pada kenyataannta NOL besar. Seharusnya setiap warga negara bisa memahami dan mengamalkan apa yang tertera dalam butir-butir pancasila. Memang sulit untuk menjalankannya, karena Indonesia

meupakan negara yang memiliki keanekaragaman..Pasti banyak perbedaan yang muncul yang mengakibatkan adanya tindakan-tindakan yang dapat mengancam persatuan dan keutuhan bangsa. Belum lagi adanya bahaya yang berasal dari luar negeri akibat adanya globlalisasi. Dan menurut saya bukan sistemnya yang diperbaharui. Tapi cara berpikir dan moral dari yang menjalankan sistem tersebut. Mudah-mudahan saja setiap orang memiliki kesadaran untuk membangun Indonesia yang makmur, aman, dan sejahtera…Amien…Abadilah Pancasilaku

(10)

6. Referensi

Sumber dari internet:

http://forum.wgaul.com/archive/thread/t-22759-Makna-Sesungguhnya-Di-Balik-Sila-Ketuhanan-Yang-Maha-Esa.html

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian pertumbuhan Styloshantes guianensis dengan pemberian fosfor dengan level berbeda dan tanpa diberikan pupuk diperoleh kesimpulan bahwa tidak

Algoritma Genetika digunakan untuk mencari parameter filter daya aktif (APG) untuk meminimalkan prosentase THD dari Arus sumber (Is) setelah kompensasi.. Sesuai dengan

Kata “Benteng” sendiri diambil pada masa setelah pemberontakan masyarakat Tionghoa terhadap penguasa VOC di Batavia pada tahun 1740 (peristiwa kali Angke), yang dimana sebagian

Telah disampaikan bahwa reaksi terhadap pollen yang merupakan salah satu bahan alergen ini merupakan immediate hypersensitivity (Hipersensitivitas spontan atau

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara penggunaan media sosial dengan kualitas tidur, kestabilan emosi dan kecemasan sosial pada

The objective of this study is to investigate the use of high resolution photogrammetric point clouds together with two novel hyperspectral cameras in VNIR and

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien JKN terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Andalas dan Klinik Simpang