• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III. METODE PENELITIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Baru Bumi Serpong Damai, Provinsi Banten, serta di wilayah sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei – September 2011. 3.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini melibatkan banyak stakeholder untuk berbagai kepentingan dan merupakan penelitian yang cukup kompleks. Oleh karenanya maka penelitian ini memerlukan pendekatan secara holistik, sehingga dari sini akan dapat memecahkan masalah, tidak secara parsial, namun akan memecahkan masalah secara lebih tuntas. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan pendekatan sistem. Adapun alasan pemilihan tersebut disebabkan pendekatan sistem merupakan salah satu metode yang dapat menyelesaikan permasalahan dengan kompleksitas yang cukup tinggi, sehingga dapat memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini akan dikumpulkan baik data primer maupun data sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung dari lokasi penelitian melalui pengamatan, diskusi serta wawancara langsung dengan para pakar dan stakeholder. Data sekunder diperoleh dengan cara menelusuri berbagai sumber seperti hasil penelitian dan berbagai dokumen dari instansi terkait. Adapun jenis dan sumber data yang dikumpulkan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.

3.4. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini dalam rangka menggali informasi dan pengetahuan (akuisisi pendapat pakar), ditentukan/dipilih secara sengaja (purposive sampling) diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada kebutuhan penelitian. Adapun yang dimaksud dengan pakar di sini adalah pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan ahli dalam model pengelolaan kota baru mandiri. Dasar pertimbangan dalam penentuan atau pemilihan pakar untuk dijadikan sebagai responden menggunakan kriteria, sebagai berikut:

(2)

2. Memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai ahli atau pakar pada bidang yang diteliti.

3. Memiliki latar belakang pendidikan tinggi di bidang yang dikaji dan atau telah memiliki pengalaman dalam bidangnya minimal 2 tahun.

Adapun stakeholders yang diwawancara di sini adalah penghuni perumahan BSD, developer/pengembang BSD, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, Dinas PU Kabupaten Tanggerang, perwakilan/asosiasi pengusaha, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat yang peduli dengan pengelolaan lingkungan, dan (5) tokoh masyarakat sekitar. Untuk lebih jelasnya Jenis dan sumber data yang diperlukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6, dan responden keseluruhan disajikan pada Tabel 7.

3.5. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan berbagai analisis yakni analisis deskriptif untuk melihat kondisi lingkungan eksisting, analisis keberlanjutan, analisis prospektif dan permodelan. Untuk lebih jelasnya tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6. a Analisis Keberlanjutan

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap status keberlanjutan pengelolaan lingkungan di Kota Baru BSD. Analisis terhadap status keberlanjutan kawasan dilakukan dengan mengkaji kondisi lima dimensi pengelolaan lingkungan yakni dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan kelembagaan. Hasil analisis ini diperoleh faktor pengungkit keberlanjutan pengelolaan lingkungan di Kota Baru BSD untuk setiap dimensi. Faktor ini penting untuk diperhatikan dalam rangka mencapai pengendalian lingkungan dalam pembangunan Kota Baru BSD yang berkelanjutan. Keberlanjutan kawasan kota baru akan dianalisis melalui pendekatan multidimensional scaling (MDS) dengan analisis Rapfish. MDS adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui keberlanjutan pembangunan wilayah secara multidisipliner. Dimensi dalam MDS menyangkut berbagai aspek. Setiap dimensi memiliki atribut atau indikator yang terkait dengan keberlanjutan pembangunan kawasan.

(3)

Tabel 6. Jenis dan sumber data yang diperlukan pada penelitian

Data Indikator Unit Sumber

Luas kota baru Luas kawasan Kota Baru terbangun ha PT. BSD Kualitas udara Konsentrasi ambien polusi udara padakawasan kotabaru BSD dan Jakarta

(CO2, NOx, SOx)

ppm Pengukuran/pengambilansample di lapang&analisis di lab Kws. permukiman Persentase luas kws. Permukiman dr.luas total BSD % PT. BSD

Kws. terbangun Persentase luas kws. Terbangun dariluas total BSD % PT. BSD Kawasan lindung Persentase luas kws.Lindung dr. luastotal BSD ha Bappeda Pengelolaan

limbah Persentase limbah domestik danindustri yang mendapat treatment. ton PT. BSDBapedalda Pencemaran air Konsentrasi limbah B3 (logam beratHg, Cd, Pb, As, Cr) dan phenol)

dalam air ppm Bapedalda

Banjir Persentase kawasan banjir dariseluruh lahan daratan BSD Frekuensi banjir yang terjadi di BSD

% Kali/th

PT. BSD Bappeda Bappeda Persampahan Persentase sampah BSD terangkut keTPA % PT. BSD Kualitas dan

kuantitas air bersih

BOD, COD, amoniak, nitrit, nitrat,

posfat, detergen,H2S dan coliform ppm Observasi Jumlah air tanah dan air permukaan

yang dikonsumsi per tahun. BPS Jumlah penduduk Jumlah penduduk yang tinggal BPS Pertumbuhan

penduduk Pertumbuhan penduduk per tahun diBSD BPS Kepadatan

penduduk Kepadatan penduduk per hektar BPS Pendapatan per

KK Besar pendapatan per kapita % BPS

Mata pencaharian Jenis mata pencaharian penduduk BPS Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk BPS Factor pengungkit

Keberlanjutan kota baru

Terumuskannya faktor pengungkit pada aspek sosial, ekonomi, ekologi,

teknologi, hokum dan kelembagaan satuan

Wawancara mendalam (Expert/Pakar) Parameter kunci

keberlanjutan kota baru

Terumuskannya parameter kunci keberlanjutan pada aspek sosial, ekonomi, ekologi, teknologi, hokum dan kelembagaan

satuan Wawancara mendalamdenganExpert/Pakar

Kebutuhan sistem Tujuan sistem Identifikasi faktor strategis sistem. Perumusan skenario sistem. Penentuan prioritas

Kebutuhan dari setiapstakeholder

terkait permasalahan pengendalian pencemaran

Pengkajian masalah dimulai dari analisis kebutuhan hingga dapat sistem operasional yang efektif Pernyataan kebutuhan dari masalah yang akan diselesaikan untuk mencukupi kebutuhan

Terumuskannya skenario-skenario pengendalian kerusakan lingkungan Terumuskannya prioritas utama dalam pengendalian kerusakan lingkungan Expert/Pakar Expert/Pakar Expert/Pakar Expert/Pakar Expert/Pakar

(4)

Tabel 7. Rincian jumlah responden penelitian

No. Responden Teknik Pengambilan

Sampel Jumlah

Pakar

1 Kepala LH Kab.Tangerang Purposive 1 orang

2 Kepala Dinas PU Purposive 1 orang

3 Pengembang BSD Purposive 1 orang

4 Akademisi Purposive 2 orang

5 LSM peduli lingkungan rusunawa purposive 1 orang

6 Asosiasi perumahan purposive 1 orang

7 Penghuni BSD purposive 2 orang

8 Tokoh masyarakat sekitar purposive 2 orang

Jumlah 11 orang

Gambar 7. Tahapan penelitian

Indikator Keberlanjutan

Model Pengendalian lingkungan dalam pembangunan kota baru

Faktor Pengungkit Penentuan Kualitas Lingkungan (kondisi eksisting) Analisis status kualitas lingkungan Status Keberlanjutan Prioritas Kebijakan dan Strategi Implementasi Faktor Kunci Wawancara& Pustaka Analisis Prospektif Kuesioner Wawancara MDS FGD Pembangunan Kota Baru BSD

(5)

Berdasarkan indikator tersebut dilakukan analisis status masing-masing dimensi pengelolaan lingkungan apakah mendukung atau tidak terhadap keberlanjutan sumberdaya dalam suatu wilayah tertentu untuk jenis kegiatan yang spesifik. Dasar dari penentuan status ini menjadi barometer dalam penentuan kebijakan yang harus dilakukan guna terjaminnya keberlanjutan kota baru. Teknik MDS ini akan menjelaskan hubungan dari berbagai aspek keberlanjutan, dan juga mendefenisikan pembangunan kawasan yang fleksibel.

Data yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya akan dianalisis dengan software Rapfish (rapid assesment techniques for fisheries) yang dikembangkan oleh Fisheries Center University of British Columbia,Kanada. Pada analisis MDS ini, data yang diperoleh diberi skor sesuai dengan status sumberdaya tersebut dengan skala 0 sampai 100%. Ordinasi MDS dibentuk oleh aspek ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan teknologi. Adapun tatacara melakukannya disajikan pada Gambar 7. b Analisis Prospektif

Analisis prospektif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang berpengaruh pada pengendalian lingkungan dalam pembangunan Kota Baru BSD yang berkelanjutan saat ini. Faktor-faktor kunci hasil analisis tersebut kembali dianalisis tingkat pengaruh dan kebergantungannya, yang selanjutnya dijadikan sebagai variabel untuk membangun model pengendalian lingkungan dalam pembangunan Kota Baru BSD yang berkelanjutan. Model yang dibangun mengacu pada variabel yang kuantitatif dan kualitatif. Analisis prospektif ini akan memberikan kombinasi faktor-faktor dominan dan didefinisikan kemungkinan keadaannya di masa depan dan dirumuskan berbagai masukan pada pengembangan model pengendalian lingkungan dalam pembangunan Kota Baru BSD yang berkelanjutan. Selain itu juga untuk merumuskan skenario yang mungkin terjadi dalam pengembangan model. Skenario disusun dengan melibatkan stakeholder terkait. Teknik perumusan skenario menggunakan pendekatan prospektif danfocus group discussion(FGD).

Pada penelitian ini keberlanjutan dinilai dari lima dimensi. Setiap dimensi tersebut dilengkapi dengan atribut yang digunakan untuk menilai kondisi di masa lalu dan saat ini. Penentuan skor setiap atribut dilakukan dengan berbagai teknik yaitu: untuk atribut yang datanya tersedia dalam bentuk numerik, maka menggunakan data

(6)

dokumentasi. Atribut yang datanya berupa persepsi atau pandangan maka dilakukan wawancara terhadap responden yang mengetahui dengan tepat kondisi atribut tersebut.

Gambar 8. Proses aplikasi MDS

Output dari hasil analisis ini adalah berupa status keberlanjutan untuk ke-lima dimensi dalam bentuk skor dengan skala 0 – 100. Adapun kategori keberlanjutannya menggunakan skor yang diadopsi dari Kavanagh (2001), yakni jika didapat skor 0-24,99 menunjukan bahwa dimensi tersebut buruk, skor 25-49,99 menunjukkan kurang berkelanjutan; jika didapat skor 50 – 74,99 menunjukkan cukup berkelanjutan; dan jika skor 75-100 menunjukkan bahwa dimensi tersebut berkelanjutan atau baik.

MULAI

Review Atribut (meliputi berbagai kategori

dan skoring kriteria)

Identifikasi dan Pendefinisian Keberlanjutan

(kriteria yang konsisten)

Skoring Kawasan (konstruksi angka referensi untuk good, bad & anchor)

Simulasi Monte Carlo

(analisis ketidakpastian) Leveraging Factor(Analisis anomali)

Multidimensional Scaling Ordination (untuk setiap atribut)

Analisis Keberlanjutan (Asses sustainability)

(7)

Pada penelitian ini juga akan didapatkan faktor pengungkit (leverage factors) yakni faktor-faktor strategis yang harus diperhatikan dalam pengembangan kota baru di masa mendatang. Faktor pengungkit selanjutnya dilihat kembali faktor mana yang merupakan faktor sensitifnya atau faktor mana yang dapat mengintervensi hal-hal yang akan membuat pengembangan kota baru menjadi berkelanjutan.

Dalam rangka mengevaluasi pengaruh galat (error) acak pada proses pendugaan nilai ordinasi pengembangan kota baru berbasis budidaya kota baru, digunakan analisis "Monte Carlo", sehingga dari sini akan diketahui hal-hal sebagai berikut (Kanvanagh, 2001, serta Fauzi dan Anna, 2002):

1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemanaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut;

2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda;

3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang (iterasi);

4. Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang (missing data).

Analisis prospektif ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai faktor kunci dan tujuan strategis apa saja yang berperan dalam pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan. Analisis ini juga dapat mengeksplorasi kemungkinan di masa yang akan datang, sesuai kebutuhan para pelaku (stakeholders) yang terlibat dan akan diperoleh melalui bantuan kuesioner dan wawancara langsung di wilayah studi. Adapun faktor kunci yang didapat akan digunakan untuk mendeskripsikan kemungkinan masa depan bagi pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan.

Pada analisis ini akan dihimpun pendapat pakar dan stakeholder yang terlibat dalam pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan. Adapun tahapan yang dilakukan pada analisis prospektif (Bourgeois dan Jesus, 2004) adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi faktor kunci penentu untuk masa depan dari sistem yang dikaji. Pada tahap ini dilakukan identifikasi semua faktor penting dengan menggunakan kriteria faktor variabel, menganalisis pengaruh dan kebergantungan seluruh faktor dengan melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks dan menggambarkan pengaruh dan kebergantungan dari masing-masing faktor ke dalam empat kuadran

(8)

utama; (2) Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama; dan (3) Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan.

Tabel 8. Matriks pengaruh langsung antar faktor dalam sistem pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan

Dari Terhadap A B C D E F G A B C D E F G

Sumber: Godet et al. (1999). Keterangan: A - I = Faktor penting dalam sistem

Gambar 9. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem Pada tahap tersebut dilakukan identifikasi bagaimana elemen kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan (state) pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana yang dapat terjadi bersamaan, dan menggambarkan skenario dengan memasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya terhadap sistem. Adapun untuk melihat pengaruh langsung antar faktor dalam sistem,

MDS

Pengaruh

(9)

pada tahap pertama digunakan matriks seperti yang terlihat pada Tabel 8. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor di dalam sistem disajikan pada Gambar 9. Berdasarkan hasil analisis tersebut selanjutnya akan dibuat skenario pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan. Selanjutnya setelah didapat faktor kunci dirumuskan prioritas kebijakan pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan. 3.6. Perancangan Model Pengendalian Lingkungan dalam Pembangunan Kota

Baru Berkelanjutan

Perancangan model pengendalian lingkungan dalam pembangunan kotabaru berkelanjutan dilakukan berdasarkan hasil faktor-faktor penting yang harus dikelola dari hasil studi yang telah dilakukan berdasarkan kajian deskriptif, keberlanjutan, dan prospektif. Selain itu juga dilakukan berdasarkan hubungan sebab akibat yang akan terjadi dari faktor-faktor yang terpilih. Hubungan sebab akibat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hubungan positif dan hubungan negatif. Hubungan positif adalah hubungan yang makin besar nilai faktor penyebabnya akan makin besar pula nilai faktor akibat, sedangkan hubungan negatif adalah hubungan yang semakin besar nilai faktor penyebab akan makin kecil nilai dari faktor akibat. Dampak atau akibat dari suatu sebab dapat mempengaruhi balik sebab tersebut, sehingga terdapat hubungan sebab akibat yang memiliki arah berlawanan dengan hubungan sebab akibat yang lain. Dalam hal ini terbentuk suatu umpan balik tertutup, yang sering kali disebut sebagai loop. Loopadalah suatu akibat yang dibalikkan ke penyebabnya, sehingga terbentuk apa yang dinamakan umpan balik ataufeed back loop(Aminullahet al., 2001).

Umpan balik dapat dibedakan atas dua macam yaitu umpan balik positif dan umpan balik negatif. Suatu umpan balik disebut positif bila perkalian tanda dari hubungan sebab akibat yang membentuknya adalah positif, sedangkan bila hasilnya negatif maka umpan balik tersebut disebut umpan balik negatif. Umpan balik dapat terjadi secara alamiah atau terjadi karena adanya kebijakan yang diterapkan pada sistemnya.

Suatu umpan balik menyatakan mekanisme perubahan nilai faktor secara otomatis. Umpan balik positif memberikan penguatan terhadap perubahan yang terjadi, sehingga nilai perubahan tersebut makin lama makin besar. Sebaliknya umpan balik negatif memberikan pelemahan terhadap perubahan yang terjadi, sehingga nilai perubahan

(10)

tersebut makin lama makin kecil dan akhirnya hilang. umum penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 10. Model pengendalian lingkungan dalam pembangun berkelanjutan

3.7. Pemodelan Sistem

Pemodelan sistem dilakukan melalui pendekatan sistem, yak menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis

dilakukan (1) analisis kebutuhan antar pelaku, (2) formulasi permasalahan, (3) identifikasi sistem, (4) permode

implementasi model. Adapun tahapan adalah sebagai berikut:

a. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui gambaran awal terhadap sistem yang akan terjadi dan

tersebut, antara lain :

n lama makin kecil dan akhirnya hilang. Untuk lebih jelasnya model ini dapat dilihat pada Gambar 10.

endalian lingkungan dalam pembangunan kota baru

dilakukan melalui pendekatan sistem, yakni pendekatan yang ciri sistem sebagai titik tolak analisisnya. Pada pen

analisis kebutuhan antar pelaku, (2) formulasi permasalahan, (3) identifikasi sistem, (4) permodelan sistem, (5) verifikasi dan validasi model serta (5) Adapun tahapan-tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui gambaran awal terhadap

dan dilakukan pada semua pelaku yang terlibat dalam sistem Untuk lebih jelasnya model

kota baru

pendekatan yang nya. Pada pendekatan sistem analisis kebutuhan antar pelaku, (2) formulasi permasalahan, (3) lan sistem, (5) verifikasi dan validasi model serta (5) pada penelitian ini

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui gambaran awal terhadap perilaku terlibat dalam sistem

(11)

1. Masyarakat di lokasi penelitian

 Terjaganya kondisi kesehatan masyarakat

 Pencemaran lingkungan akibat terbangunnya kota baru menjadi minimal

 Biaya hidup menjadi lebih terjangkau

 Tersedianya sarana dan prasarana 2. Pemerintah

 Memberikan perlindungan kepada masyarakat dan lingkungan.

 Pelayanan dan penyediaan sarana dan prasarana dapat terpenuhi

 Pencemaran air akibat limbah perkotaan menurun

 Pencemaran udara akibat transportasi dan industri menurun

 Peran serta masyarakat dan swasta meningkat

 Pengaturan pengolahan limbah teratasi

 Tidak ada masalah sampah

 Sampah dapat di daur ulang/produksi bersih (bernilai ekonomis)

 Terjadi peningkatan PDB dan PDRB 3. Akademisi

 Membuat alternatif/teknologi pengendalian pencemaran limbah, emisi dan sampah yang efektif, efisien dan ramah lingkungan.

 Membuat alternatif model pengelolaan lingkungan yang dapat meningkatkan daya dukung lingkungan

 Membuat alternatif teknologi pemanfaatan kembali limbah yang ekonomis 4. Lingkungan Hidup

 Ditaatinya RTRW

 Lingkungan tidak rusak sehingga aman bagi semua mahluk hidup.

 Kondisi air, lahan dan udara yang tidak tercemari sehingga mampu mempertahankan keseimbangan ekologisnya

5. Pengembang

 Tarif pengelolaan lingkungan berdasarkan biaya operasional

 Produktifitas kegiatan tetap berlangsung

 Iklim investasi sehat dan kompetitif

 Sumberdaya manusia yang handal dan bertanggung jawab

 Disiplin memelihara instalasi pengolah limbah dan sampah 6. LSM

 Lingkungan tidak rusak dan aman bagi semua makhluk hidup.

 Kondisi air, lahan dan udara yang tidak tercemari sehingga mampu mempertahankan keseimbangan ekologisnya

(12)

 Pengelolaan lingkungan lebih diutamakan dari pada kepentingan ekonomi dan sosial

b. Formulasi Masalah

Pada pendekatan sistem, pertama-tama dilakukan identifikasi permasalahan awal secara mendasar, sehingga ke depannya diharapkan akan diperoleh alternatif penyelesaian masalah sesuai dengan tingkat permasalahan yang diangkat. Adapun permasalahan dasar tersebut, secara sistematis diuraikan sebagai berikut :

1. Meningkatnya jumlah (kebutuhan) perumahan 2. Menurunnya ruang terbuka hijau

3. Tidak ditaatinya RTRW yang sudah disahkan

4. Masih minimnya instalasi pengolah air limbah dan penggunaan alat untuk menurunkan emisi

5. Masih minimnya kinerja instalasi pengolah limbah yang sudah dibangun 6. Tingginya biaya operasional IPAL dan TPA sampah

7. Masih adanya keterbatasan pendanaan untuk membiayai kinerja instalasi pengolah limbah domestik yang sudah dibangun

8. Relatif rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan lingkungan

9. Meningkatnya jumlah bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan di kawasan kotabaru

10. Menurunkan kualitas lingkungan dan daya dukung lingkungan

11. Perencanaan yang bersifat sektoral yang berakibat pada rendahnya koordinasi dan kerjasama lintas sektor yang kurang sinergi

12. Adanya ketidak sesuaian regulasi dari pemerintah mengenai tingkat pencemaran di perairan dan atmosfir

13. Belum teratasinya masalah pencemaran. c. Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem adalah rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan. Hasil identifikasi sistem dinyatakan dalam diagram input-output atau diagram lingkar sebab-akibat. Menurut Manecth dan Park (1977) secara garis besar ada enam kelompok variabel yang akan mempengaruhi kinerja sistem yang digambarkan dalam bentuk diagram input-output yakni:

(13)

 Variabel output yang dikehendaki yang ditentukan berdasarkan analisis kebutuhan

 Variabel output yang tidak dikehendaki

 Variabel input yang terkontrol

 Variabel input yang tidak terkontrol

 Variabel input lingkungan

 Variabel umpan balik sistem

Diagram input-output penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 11. d. Pembuatan Model

Disain model pengendalian lingkungan dalam pembangunan kotabaru berkelanjutan dibangun berdasarkan hasil identifikasi sistem. Setelah modelnya dibuat, selanjutnya dilakukan simulasi, verifikasi dan validasi model.

e. Simulasi Model

Model yang sudah dibuat selanjutnya dibuat simulasinya, yakni untuk melihat pola kecenderungan perilaku model. Hasil simulasi ini selanjutnya akan dianalisis dan ditelusuri faktor-faktor penyebab terjadinya pola dan kecenderungan tersebut. Hasil simulasi ini selanjutnya dijadikan dasar dalam merumuskan kebijakan yang diperlukan dalam perbaikan kinerja sistem.

f. Verifikasi dan Validasi Model

Model yang valid adalah model yang struktur dasarnya dapat menggambarkan perilaku, dan polanya dapat menggambarkan perilaku sistem nyata dan dapat mewakili data yang dikumpulkan dengan cukup akurat. Validasi model juga dibatasi oleh mental model dari penyusun model. Validasi ini perlu dilakukan agar dapat memenuhi kaidah keilmuan pada model pengendalian lingkungan dalam pembangunan kota baru berkelanjutan.

(14)

Gambar 11. Diagram INPUT-OUTPUT model pengendalian lingkungan dalam pembangunan kota baru berkelanjutan

Input Tak Terkontrol  Jumlah penduduk

 Pemukiman penduduk

 Migrasi penduduk

 Laju pertumbuhan penduduk

 Jaringan dan debit air

 Jenis dan konsentrasi limbah domestic, industri dan rumah sakit

 Penerimaan masyarakat

 iklim

Input Terkontrol

 Teknologi proses dan peralatan pengendalian limbah  Tata ruang kawasan perumahan

 Tata pemanfaatan air  Volume air limbah  Pengolahan limbah  Jumlah kendaraan

 Tahun pembuatan kendaraan  Emisi transportasi

 Emisi industri  Tarif retribusi  Lapangan pekerjaan  Sosial dan ekonomi penduduk  Pergerakan penduduk

 Sarana&prasaranan pendidikan dan perkotaan

Output yang Tidak di inginkan  Tingkat pencemaran limbah domestic dan

industri yang tinggi (lingkungan terganggu)  Kasus pencemaran meningkat

 RTH menurun

 Menurunnya daya dukung lingkungan  Tidak taatnya masyarakat terhadap kebijakan

Output yang di inginkan  Teratasinya masalah pencemaran

lingkungan

 Meningkatnya daya dukung Lingkungan

 Meningkatnya kualitas lingkungan

 Efisien dan efektif-nya pengolahan limbah

 Perbaikan sistem pengolah limbah

 Meningkatnya RTH

 Meningkatnya kesadara penduduk terhadap lingkungan

 Ditaatinya RTRW

Model Pengendalian Lingkungan dalam Pembangunan Kota Baru

Berkelanjutan

Manajemen Pengelolaan Kota Baru

Input Lingkungan  Kebijakan Pemerintah

terkait kota baru

 RTRW

 Kebijakan pemerintah terkait pencemaran

Gambar

Tabel 6. Jenis dan sumber data yang diperlukan pada penelitian
Tabel 7. Rincian jumlah responden penelitian
Gambar 8. Proses aplikasi MDS
Tabel 8. Matriks pengaruh langsung antar faktor dalam sistem pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan
+3

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan pengerikan dengan cara kuret atau D&C (Dillatation & Curettage). Kuret adalah operasi kecil yang biasa dilakukan untuk menekan penyebab haid berat. Teknik ini

Dari latar belakang yang diutarakan diatas maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui implementasi strategi pembelajaran metakognitif dalam meningkatkan

Total Eksposur, termasuk dampak dari penyesuaian terhadap pengecualian sementara atas penempatan giro pada Bank Indonesia dalam rangka memenuhi ketentuan giro wajib minimum (jika

Karena itu pengemban dakwah dalam aktivitasnya di partai politik berperan sebagai pemegang simpul umat yang secara kontinu melakukan ittishol hayyi (kontak produktif)

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi

Dari hasil penelitian ini menunjukkan 2 faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap daya dukung lingkungan peternakan sapi potong di Kecamatan Kerek Kabupaten

Sistem monitoring yang berjalan saat ini sudah memenuhi kategori dengan menggunakan MVC CodeIgniter dan PHP, sehingga sudah dapat menyajikan informasi yang sesuai,

Metode yang di gunakan dalam pembuatan Sistem Informasi Geografis Pariwisata Kabupaten Tulungagung menggunakan Waterfall Model dengan 5 (lima) tahapan