• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOKAN SAYURAN EDAMAME YANG DIINTRODUKSI OLEH PT SAUNG MIRWAN. Oleh ARNI NOVRIANA SIJABAT H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOKAN SAYURAN EDAMAME YANG DIINTRODUKSI OLEH PT SAUNG MIRWAN. Oleh ARNI NOVRIANA SIJABAT H"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PT SAUNG MIRWAN

 

Oleh

ARNI NOVRIANA SIJABAT

H24080032

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(2)

Arni Novriana Sijabat. H24080032. Manajemen Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang diintroduksi Oleh PT Saung Mirwan. Di bawah bimbingan

Muhammad Syamsun dan Alim Setiawan S.

Edamame merupakan salah satu tanaman sejenis kedelai yang berasal dari daerah sub tropika, yang telah berhasil dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini merupakan komoditi unggul yang dikonsumsi sebagai kedelai segar (vegetable soybean), dengan rasa yang unik dan sangat tinggi nilai gizinya sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan energi. Risiko adalah seluruh hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Risiko terhadap kuantitas dan kualitas sayuran Edamame harus diperhatikan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yaitu dengan cara melakukan manajemen risiko rantai pasokan sayuran Edamame. Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis manajemen rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan, (2) Menganalisis prioritas

dari anggota rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan, (3) Menganalisis

manajemen risiko (yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan, (4) Menganalisis rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko (yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan.

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang terkait dengan manajemen risiko rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

software Excel 2007 dan SuperDecisions ANP version 2.0.8. Bentuk analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, metode Analytic Hierarchy Process

(AHP), metode Analytic Network Process (ANP), dan analisis risiko Non Numeric Multi Expert Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM), metode Ordered Weighted Averaging (OWA), dan rumus logika IF-THEN. Teknik pengambilan sampel berdasarkan non probability sampling. Pengambilan sampel non probability sampling dilakukan secara purposive sampling dan convenience sampling.

Anggota rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan terdiri dari 3 (tiga) anggota yaitu petani sebagai pemasok, PT

Saung Mirwan sebagai perusahaan pengolah, dan ritel sebagai konsumen (tetapi

bukan konsumen akhir). Aliran produk berlangsung dari petani - PT Saung Mirwan - Ritel. Aliran uang atau biaya berlangsung dari

Ritel - PT Saung Mirwan - Petani, sedangkan aliran informasi berlangsung dari dua arah melalui jaringan telekomunikasi atau diskusi.

Penilaian AHP dan ANP secara keseluruhan dianggap konsisten karena menghasilkan nilai CR < 0.1 pada masing-masing level atau hirarki. Berhubung risiko operasional dan PT Saung Mirwan memiliki nilai prioritas yang lebih tinggi dibanding dengan anggota lain, maka fokus penelitian ini adalah manajemen risiko operasional sayuran Edamame pada anggota rantai pasok yang memiliki nilai prioritas yang tertinggi yaitu pada PT Saung Mirwan.

(3)

merupakan kerugian finansial yang disebabkan oleh kegagalan proses internal perusahaan, kesalahan sumber daya manusia, kegagalan sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari luar perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran peraturan dan hukum yang berlaku. Penelitian ini hanya fokus pada 4 (empat) faktor risiko operasional yaitu faktor yang pertama sampai keempat. Pada hasil penilaian risiko operasional, menunjukkan bahwa risiko akibat kegagalan proses internal adalah tinggi (4), risiko akibat kesalahan sumber daya manusia adalah tinggi (4), risiko akibat kegagalan sistem adalah tinggi (4), dan risiko yang menyebabkan kerugian akibat kejadian di luar perusahaan adalah tinggi (4). Berdasarkan hasil agregasi keseluruhan, diperoleh nilai risiko operasional adalah tinggi (4). Penelitian ini menghasilkan rancangan awal sistem penunjang keputusan dalam bentuk rule base dalam penanganan risiko operasional.

(4)

PT SAUNG MIRWAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ARNI NOVRIANA SIJABAT

H24080032

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(5)

Nama : Arni Novriana Sijabat NIM : H24080032

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc Alim Setiawan, S.TP, M.Si NIP 19500727 197412 1 001 NIP 19820227 200912 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. NIP 196101231986011002

(6)

iii  

Arni Novriana Sijabat dilahirkan di Cianjur pada tanggal 14 Maret 1990 dari pasangan suami istri, ayahanda Kindo Fernando Sijabat dan ibunda Nurhaini Situmorang. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Penulis memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 01 Ciranjang pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 01 Ciranjang dan lulus pada tahun 2005. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 02 Cianjur pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2008 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menuntut ilmu di Departemen Manajemen, penulis aktif di organisasi kampus, diantaranya Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen (Komisi Pelayanan Mahasiswa) mendapat amanat sebagai koordinator tim SMP Negeri 11 periode 2010-2012, Himpunan Profesi Manajemen (Centre of Management) mendapat amanat sebagai Direktur Public

(7)

iv

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala Rahmat dan Kasih Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Manajemen risiko diperlukan oleh komoditas pertanian yaitu sayuran Edamame. Salah satu perusahaan agribisnis yang menjual sayuran Edamame

adalah PT Saung Mirwan. Manajemen risiko perlu diterapkan pada PT Saung Mirwan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dan agar mampu

mempertahankan keberadaan usahanya dalam penjualan sayuran Edamame. Penelitian ini berjudul Manajemen Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diintroduksi Oleh PT Saung Mirwan.

Tidak ada manusia yang sempurna. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat terhadap ilmu pengetahuan, khususnya Manajemen Produksi dan Operasi, Manajemen Rantai Pasokan, Manajemen Risiko.

Bogor, Maret 2012

Penulis

(8)

v

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, masukan, motivasi, dan semangat dari berbagai pihak. Rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. M. Syamsun, M.Sc dan Alim Setiawan, S.TP, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam membimbing penulis, memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini, membagi ilmu, motivasi dan semangat, dan pengarahan kepada penulis.

2. Dra. Siti Rahmawati M.Pd yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi dosen penguji penulis dan memberi masukan dalam ujian sidang skripsi ini.

3. Direktur Utama PT Saung Mirwan (Bapak Tatang), Manajer Pemasaran (Bapak Jarot), Manajer Produksi (Bapak Dedy), Manajer Processing (Bapak Hendro), Manajer Pengadaan (Ibu Dhita), Kepala Bagian Kemitraan (Bapak Wasil), Penyuluh Kemitraan (Bapak Munawar), Buyer PT Caffefour (Bapak Nugroho), dan petani yang telah bersedia sebagai responden dan meluangkan waktunya dalam penelitian ini dan segenap pihak PT Saung Mirwan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi untuk melengkapi data pada penelitian ini.

4. Ketua Departemen Manajemen dan seluruh Dosen Departemen Manajemen FEM IPB yang telah memberikan ilmu pengetahuan, memberikan perhatian, dan bimbingan kepada penulis.

5. Staf Departemen Manajemen atas bantuan selama penulis duduk di bangku kuliah hingga dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Keluarga tercinta : Ibu, Bapak, Debora, Abang Obernius , Dede Yuni, Dede Dira, dan keluarga besar yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi, perhatian serta dukungan yang tak terbatas kepada penulis. Kiranya Tuhan YME selalu memberikan kesempatan kepada penulis untuk selalu memberikan yang terbaik bagi mereka.

(9)

vi Semoga kita selalu bersama.

8. Orang tua dan Adik Rahmad Jakle yang selalu memberikan doa, dukungan, dan perhatian kepada penulis.

9. Teman-teman tersayangku di Manajemen 45, Regita, Risya, Dewi, Ida, Amel, Fitri, Ocha. Terimakasih untuk kebersamaan dan keceriaannya. Semoga silaturhami tetap terjalin dengan baik.

10. PR tersayangku Risya, Rida, Bery, Ica, Vidi, Meita, dan Egi. Terimakasih untuk team work-nya selama mengemban tanggung jawab di Centre Of Management.

11. Tim SMP 11 tersayangku, Tomi. Putri, Indah, Samuel, Christian, terimakasih untuk semangat yang selalu membara dalam pelayanan siswa-siswa di Kota Bogor. Mari terus berkarya dalam nama-Nya dimana pun kita berada.

12. Teman-teman kostan ITB, Sela, Debo, Hany, Nela, Epoy, Helin, Ratna, Murni, Titin, Santa 46, Santa 47, Lantri, Bora, Nia yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. Terimakasih kehangatan keluarga yang telah kalian berikan.

13. Sahabat tersayangku Nanda dan Sela yang selalu memberikan dukungan, doa, dan waktu kepada penulis.

14. Teman satu bimbingan skripsi : Dede, Mely, Yuti, Yuvi, Risya, Jejes, dan Ocha yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk berjuang bersama sampai akhir.

15. Sahabat terbaik Manajemen 45 dalam kebersamaan dan kekeluargaannya selama perkuliahan yang telah membuat kenangan dan persahabatan yang indah serta pengalaman hidup yang diberikan. Semoga tali silaturahmi akan selalu terjalin diantara kita.

16. Teman-teman Komisi Pelayanan Siswa yang selalu memberikan dukungan, doa, memberi arti hidup bersyukur sebenarnya kepada penulis. Semoga kebersamaan selalu ada diantara kita.

(10)

vii

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Manajemen Rantai Pasokan ... 6

2.1.1 Rantai Pasokan ... 6

2.1.2 Manajemen Rantai Pasokan... 8

2.2. Manajemen Risiko Rantai Pasokan... 11

2.2.1 Risiko Rantai Pasok ... 11

2.2.2 Manajemen Risiko Rantai Pasokan ... 13

2.3. Siklus Manajemen Risiko ... 14

2.3.1 Identifikasi Risiko... 14

2.3.2 Pengukuran Risiko ... 15

2.3.3 Pemetaan Risiko ... 15

2.3.4 Model Pengelolaan Risiko ... 16

2.3.5 Monitoring dan Pengendalian Risiko ... 16

2.4. Analytic Hierarchy Process (AHP) ... 17

2.5. Analytic Network Process (ANP) ... 18

2.5.1 Konsep-konsep dari ANP ... 18

2.5.2 Prosedur ANP ... 19

2.5.3 Prinsip Dasar ANP... 21

2.6. Landasan Matematik Penilaian Risiko ... 21

2.7. Penelitian Terdahulu ... 23

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 25

3.2. Tahapan Penelitian ... 27

(11)

viii

3.6.1 Analisis Deskriptif ... 35

3.6.2 Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) ... 35

3.6.3 Metode Analytical Network Process (ANP) ... 39

3.6.3 Analisis Risiko ... 43

3.6.4 Tahapan Penilaian Risiko ... 43

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1. Gambaran Umum Rantai Pasokan Sayuran Edamame ... 45

4.1.1 Karakteristik dan Budidaya Sayuran Edamame ... 45

4.1.2 Identifikasi dan Aktivitas Rantai Pasok Sayuran Edamame .. 49

4.2. Prioritas dari Anggota Rantai Pasok Sayuran Edamame dalam Manajemen Risiko Rantai Pasokan ... 63

4.2.1 Proses Bisnis Rantai Pasokan ... 63

4.2.2 Risiko Rantai Pasok Sayuran Edamame ... 65

4.2.3 Anggota Risiko Rantai Pasok Sayuran Edamame PT Saung Mirwan ... 65

4.2.4 Analytic Hierarchy Process (AHP) ... 66

4.2.5 Hasil Analytic Hierarchy Process (AHP) ... 67

4.2.6 Kerangka Umum ANP... 77

4.2.7 Hasil Analytic Network Process (ANP) ... 78

4.3. Manajemen Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan ... 82

4.3.1 Identifikasi Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan ... 82

4.3.2 Pengukuran dan Pemetaan Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan ... 87

4.3.3 Penilaian Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame PT Saung Mirwan ... 91

4.4. Rancangan Sistem Penunjang Keputusan Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan ... 96

4.4.1 Risiko Operasional yang disebabkan oleh Kegagalan Proses Internal ... 96

4.4.2 Risiko Operasional yang disebabkan oleh Kesalahan Sumber Daya Manusia (SDM) ... 99

4.4.3 Operasional yang disebabkan oleh Kegagalan Sistem ... 101

4.4.4 Risiko Operasional yang Disebabkan oleh Kejadian yang Disebabkan oleh Faktor di Luar Perusahaan ... 102

4.5. Implikasi Manajerial ... 103

KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

a. Kesimpulan... 104

b. Saran... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(12)

ix

No. Halaman

1. Jumlah Permintaan Sayuran Edamame, Lettuce, dan Ceysin pada

PT Saung Mirwan Pada Tahun 2009-2011 ... 3

2. Karakteristik Pasokan ... 11

3. Matriks Perbandingan Berpasangan ... 36

4. Skala Perbandingan Fundamental ... 37

5. Prioritas akhir AHP ... 77

6. Prioritas akhir ANP ... 80

7. Perbedaan nilai bobot prioritas AHP dan ANP ... 81

8. Keterangan Peta Risiko Operasional... 90

9. Hasil Agregasi Penilaian Risiko pada Peubah Risiko Proses Internal akibat Kegagalan Proses Internal ... 93

10. Hasil Agregasi Penilaian Risiko pada Peubah Risiko akibat Kesalahan Sumber Daya Manusia ... 94

11. Hasil Agregasi Penilaian Risiko pada Peubah Risiko akibat Kegagalan Sistem ... 95

12. Hasil Agregasi Penilaian Risiko pada Peubah Risiko akibat Kejadian yang Terjadi di luar Perusahaan ... 95

13. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh Proses Internal (pada Budidaya) ... 97

14. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh Proses Internal (pada Pasca Panen) ... 98

15. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh Proses Internal (pada Proses Pengiriman) ... 99

16. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh Sumber Daya Manusia (Petani)... 99

17. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh Sumber Daya Manusia (Karyawan) ... 100

18. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh Sumber Daya Manusia (Petani)... 101

19. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh kejadian yang disebabkan oleh faktor di luar perusahaan ... 102

(13)

x

No. Halaman

1. Pola Aliran Material ... 7

2. Struktur Rantai Pasokan ... 9

3. Diagram Pemetaan Risiko ... 16

4. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 26

5. Tahapan Penelitian ... 28

6. Struktur Organisasi PT Saung Mirwan ... 54

7. Skema Ruang Lingkup SCOR ... 63

8. Struktur Hirarki Penentuan Prioritas dari Anggota Rantai Pasok Sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan          dalam Manajemen Risiko Rantai Pasokan... 67

9. Perbandingan Berpasangan antara Tujuan dengan Proses Bisnis ... 68

10. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Tujuan dengan Proses Bisnis ... 68

11. Perbandingan Berpasangan antara Plan dengan Risiko Rantai Pasok ... 69

12. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Plan dengan Risiko Rantai Pasok ... 69

13. Perbandingan Berpasangan antara Source dengan Risiko Rantai Pasok .. 70

14. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Source dengan Risiko Rantai Pasok ... 70

15. Perbandingan Berpasangan antara Make dengan Risiko Rantai Pasok .... 71

16. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Make dengan Risiko Rantai Pasok ... 71

17. Perbandingan Berpasangan antara Process dengan Risiko Rantai Pasok.. 72

18. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Process dengan Risiko Rantai Pasok ... 72

19. Perbandingan Berpasangan antara Deliver dengan Risiko Rantai Pasok . 73 20. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Deliver dengan Risiko Rantai Pasok ... 73

21. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame ... 74

22. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame .... 74

23. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame ... 75

24. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame ... 75

25. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Keuangan terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame ... 76

26. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Keuangan terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame ... 76

27. Sintesis prioritas Anggota Rantai Pasok pada AHP ... 77

28. Kerangka Umum ANP Pengukuran Bobot Anggota Rantai Pasok ... 78

29. Matriks antar kelompok ... 78

(14)

xi

34. Peta Risiko Operasional ... 89 28. Struktur Hirarki Penilaian Risiko Operasional Rantai Pasokan

(15)

xii

No. Halaman

1. Data Hasil Penilaian Pakar ... 108

2. Data Responden Identifikasi Risiko ... 110

3. Agregasi Risiko Proses Internal (Budidaya) ... 112

4. Agregasi Risiko Proses Internal (Pasca Panen) ... 113

5. Agregasi Risiko Proses Internal (Proses Pengiriman) ... 114

6. Agregasi Risiko Proses Internal Keseluruhan ... 115

7. Agregasi Risiko Sumberdaya manusia (Petani) ... 116

8. Agregasi Risiko Sumberdaya manusia (Karyawan) ... 117

9. Agregasi Risiko SDM Keseluruhan ... 118

10. Agregasi Risiko Sistem ... 119

11. Agregasi Risiko karena kejadian di luar perusahaan ... 120

(16)

1.1.Latar Belakang

Salah satu produk pertanian Indonesia adalah produk holtikultura. Salah satu produk holtikultura adalah sayur-sayuran. Sayuran merupakan sebutan umum bagi hasil pertanian yang berasal dari tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau diolah secara minimal.

Seiring dengan perkembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia serta kebutuhan industri, maka konsumsi kedelai sebagai sumber protein nabati dan rendah kolesterol semakin diminati bagi sejumlah besar masyarakat Indonesia. Sayuran Edamame merupakan salah satu tanaman sejenis kedelai yang berasal dari daerah sub tropika yang telah berhasil dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini dikonsumsi sebagai

vegetable soybean (kedelai segar), dengan rasa yang unik dan sangat tinggi nilai gizinya sebagai sumber vitamin, mineral, protein, energi.

Sayuran Edamame masih kurang populer di Indonesia, karena komoditas Edamame sebagian besar diekspor ke luar negeri, khususnya Negara Jepang dan Negara Amerika, sedangkan dalam negeri, produk ini sering dijumpai di restoran Jepang atau restoran berkelas lainnya untuk disantap atau dimasak menjadi sup. Sayuran Edamame menjadi satu-satunya sayuran yang mengandung semua (sembilan) jenis asam amino esensial yang dapat menstabilkan kadar gula darah, meningkatkan metabolisme dan kadar energi, serta membantu membangun otot dan sel-sel sistem imun. Peluang untuk meningkatkan produksi sayuran Edamame dalam negeri masih terbuka luas, jika dikaitkan untuk keperluan industri pakan ternak, industri tempe, tahu, dan kecap di Tanah Air. Selain itu juga permintaan Edamame di luar negeri masih terbuka luas, khususnya Negara Jepang dan Amerika.

Tidak hanya kuantitas sayuran yang harus diperhatikan untuk memenuhi permintaan konsumen, tetapi kualitas dari sayuran sangat perlu diperhatikan juga. Adanya kondisi yang menyatakan bahwa adanya peluang

(17)

permintaan sayuran Edamame yang semakin meningkat, maka peningkatan permintaan tersebut harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sayuran Edamame untuk memperoleh keunggulan kompetitif sayuran Edamame. Salah satu cara untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yaitu dengan melakukan manajemen rantai pasokan, karena sayuran mempunyai sifat yang mudah rusak. Secara umum, sayuran cepat mengalami pembusukan, berair, dan rusak apabila tidak segera diolah dan dikonsumsi, sehingga diperlukan penanganan segera untuk mengatasi hal tersebut.

Manajemen rantai pasokan merupakan siklus lengkap usaha produksi, mulai dari kegiatan pengelolaan di setiap mata rantai aktivitas produksi sampai siap untuk digunakan oleh pemakai/user. Supply Chain Management

(SCM) menegaskan adanya interaksi antar fungsi produksi, pemasaran pada suatu perusahaan. Memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen dan penurunan biaya yang dapat dilakukan melalui koordinasi dan kerjasama antara pengadaan bahan baku dan pendistribusiaanya (Siagian, 2005). Kegiatan manajemen rantai pasokan sayuran dimulai dari hulu hingga hilir. Mulai dari pemasok sayuran hingga pengecer sayuran.

Anggota rantai pasok terdiri dari hulu sampai ke hilir, maka diperlukan suatu metode untuk mengurutkan anggota rantai pasok tersebut, yaitu dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP). Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) merupakan suatu teknis analisis keputusan dengan menggunakan perbandingan berpasangan. Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan untuk menentukan

prioritas dari risiko sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dan menentukan prioritas dari anggota rantai pasok

sayuran Edamame. Setelah prioritas dari risiko rantai pasokan diketahui, maka dibutuhkan suatu pengelolaan risiko rantai pasokan yang berupa manajemen risiko sayuran pada rantai pasokan. Pengelolaan rantai pasokan adalah pengelolaan secara keseluruhan proses produksi, distribusi, dan

(18)

pemasaran yang memungkinkan konsumen mendapatkan pasokan produk yang memiliki kualitas yang baik dan layak untuk dikonsumsi.

PT Saung Mirwan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis, yang telah memiliki banyak pengalaman dalam bidang hortikultura, yaitu sayuran dan bunga. PT Saung Mirwan memiliki prestasi yaitu sebagai perusahaan yang memperkenalkan sayuran Edamame di Bogor dan sekitarnya, sehingga tidak heran bahwa komoditas sayuran utamanya di bidang ritel adalah sayuran Edamame. Permintaan sayuran Edamame dalam tiga tahun terakhir (tahun 2009-2011) paling besar dibandingkan dengan

Lettuce dan Ceysin, keduanya merupakan komoditas yang diminta juga oleh pihak ritel. Jumlah permintaan sayuran Edamame dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Permintaan Sayuran Edamame, Lettuce, dan Ceysin Pada PT Saung Mirwan Pada Tahun 2009-2011

Komoditi Tahun

2009 2010 2011 Lettuce 36.505 ton 20.971 ton 6.752 ton

Ceysin 4.717 ton 2.766 ton 1.443 ton

Edamame 165.517 ton 119.953 ton 110.165 ton

Sumber: PT Saung Mirwan (2011)

Perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif yang tinggi sehingga dapat memberikan sayuran Edamame yang berkualitas sesuai dengan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. PT Saung Mirwan selama ini belum melakukan manajemen risiko rantai pasokan sayuran Edamame dengan cara membuat struktur hirarki risiko, sehingga belum memiliki rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko-risiko pada rantai pasokan. Oleh karena itu, diperlukan suatu struktur hirarki risiko dan membuat rancangan sistem penunjang keputusan yang tepat untuk mengelola risiko-risiko pada rantai pasokan, dan pada akhirnya dapat memberikan sayuran Edamame yang berkualitas, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Manajemen risiko dengan membuat struktur hirarki risiko sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan, dalam manajemen rantai pasokan diharapkan dapat memperbaiki pembuat keputusan, membantu menghindari kejadian-kejadian yang tidak terduga dan merugikan anggota rantai pasok sayuran Edamame, dan membantu menemukan sebuah

(19)

rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen rantai pasok.

1.2.Perumusan Masalah

Masalah-masalah yang dianalisis, dibahas, dan dipecahkan dalam penelitian ini dirangkum dalam beberapa hal, yaitu:

1. Bagaimana manajemen rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan?

2. Bagaimana prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan?

3. Bagaimana manajemen risiko (yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan?

4. Bagaimana rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko (yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai

pasokan?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis manajemen rantai pasokan sayuran Edamame PT Saung Mirwan.

2. Menganalisis prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan.

3. Menganalisis manajemen risiko (yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan.

4. Menganalisis rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko (yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) sayuran Edamame yang

(20)

diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan.

1.4.Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai:

1. Saran bagi anggota rantai pasokan sayuran Edamame untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menganalisis risiko sayuran Edamame dalam manajemen rantai pasokan.

2. Tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya. 3. Tambahan informasi untuk memperluas wawasan para pembaca.

4. Media pengembangan serta penerapan ilmu dari disiplin ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

1.5.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Produk yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah produk sayuran Edamame yang diproduksi secara rutin dan merupakan komoditas utama PT Saung Mirwan di bidang ritel.

2. Anggota rantai pasokan yang akan dikaji secara mendalam dalam penelitian ini adalah anggota primer rantai pasokan komoditas sayuran Edamame.

3. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

4. Penilaian risiko difokuskan kepada anggota rantai pasok sayuran Edamame yang memiliki nilai prioritas paling tinggi.

5. Manajemen risiko difokuskan pada risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi, yang berkaitan dengan kualitas Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan.

(21)

2.1.Manajemen Rantai Pasokan 2.1.1 Rantai Pasokan

Menurut Hadiguna (2010), rantai pasok adalah jejaring fisik dan aktivitas yang terkait dengan aliran bahan dan informasi di dalam atau melintasi batas-batas perusahaan. Sebuah rantai pasok akan terdiri dari rangkaian proses pengambilan keputusan dan eksekusi yang berhubungan dengan aliran bahan, informasi, dan uang. Proses dari rantai pasok bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan mulai dari produksi sampai konsumen akhir. Rantai pasok bukan hanya terdiri dari produsen dan pemasoknya tetapi mempunyai ketergantungan dengan aliran logistik, pengangkutan, penyimpanan atau gudang, pengecer, dan konsumen itu sendiri.

Berdasarkan konsep supply chain terdapat tiga tahapan dalam aliran material. Bahan mentah didistribusikan ke manufaktur membentuk suatu sistem physical supply, manufaktur mengolah bahan mentah, dan produk jadi didistribusikan kepada konsumen akhir membentuk suatu physical distribution (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Aliran material tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Pola aliran material pada Gambar 1 menunjukkan bahwa bahan mentah didistribusikan kepada supplier dan manufacture yang melakukan pengolahan, sehingga menjadi barang jadi yang siap didistribusikan kepada customer melalui distributor. Aliran produk terjadi mulai dari supplier hingga ke konsumen, sedangkan arus balik aliran ini adalah aliran permintaan dan informasi. Permintaan dari

customer diterjemahkan oleh distributor dan distributor menyampaikan pada manufacture, selanjutnya manufacture menyampaikan informasi tersebut pada supplier. Rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok, perusahaan manufaktur, distributor, dan konsumen (Siagian, 2005).

(22)

Gambar 1. Pola Aliran Material (Arnold dan Chapman dalam Maghfiroh, 2010)

Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010), mekanisme rantai pasok produk pertanian secara alami dibentuk oleh para pelaku rantai pasok itu sendiri. Pada negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, mekanisme rantai pasok produk pertanian dicirikan dengan lemahnya produk pertanian dan komposisi pasar. Kedua hal tersebut akan menentukan kelangsungan mekanisme rantai pasok. Mekanisme rantai pasok produk pertanian dapat bersifat tradisional ataupun modern. Mekanisme tradisional adalah petani menjual produknya langsung ke pasar atau lewat tengkulak, dan tengkulak yang akan menjualnya ke pasar tradisional dan pasar swalayan. Mekanisme rantai pasok modern terbentuk oleh beberapa hal, antara lain mengatasi kelemahan karakteristik dari produk pertanian, meningkatkan permintaan kebutuhan pelanggan akan produk yang berkualitas, dan memperluas pangsa pasar yang ada.

Pada rantai pasok modern, petani sebagai produsen dan pemasok pertama produk pertanian membentuk kemitraan berdasarkan perjanjian atau kontrak dengan manufaktur, eksportir, atau langsung dengan pasar sebagai ritel, sehinggga petani memiliki posisi tawar yang baik (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

S  U  P  P  L  I  E  R  C U S T O M E R Physical Supply S U P P L I E R MANUFACTURE DISTRIBUTION SISTEM Manufacturing Planning and Controlling Physical Distribution

(23)

2.1.2Manajemen Rantai Pasokan

Manajemen rantai pasokan berawal dari konsep Porter tentang

value chain (rantai nilai) (Haming dan Nurnajamuddin, 2007). Rantai nilai merupakan konsep yang mengajarkan bahwa tujuan utama usaha bisnis untuk mewujudkan laba diproses dan diwujudkan melalui kerja sama antara para aparatur operasi dan aparatur penunjang. Heizer dan Render (2010), mendefinisikan manajemen rantai pasokan adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi, dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembeliaan dan pangalihdayaan, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor.

Manajemen rantai pasokan mencakup aktivitas untuk menetukan (1) penyedia transportasi, (2) transfer uang secara kredit dan tunai, (3) para pemasok, (4)distributor, (5) utang dan piutang usaha, (6) pergudangan dan persediaan, (7) pemenuhan pesanan, serta (8) berbagi informasi pelanggan, prediksi dan produksi. Tujuannya adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan. Persaingan bukan lagi antar perusahaan, melainkan antar rantai pasokan dan rantai pasokan itu bersifat global.

Menurut Prawirosentono (2007), tujuan dari manajemen rantai pasokan adalah memenuhi kebutuhan para konsumen dengan menjual barang pada saat yang tepat, barang yang sesuai dengan kebutuhan, dan dengan harga yang logis. Sedangkan menurut Hadiguna (2010), tujuan dari manajemen rantai pasok adalah memperbaiki kepercayaan dan kolaborasi sejumlah mitra rantai pasok sekaligus perbaikan persediaan yang terlihat dan kecepatan peningkatan persediaan dan titik awalnya adalah persediaan yang perlu disiasati sehingga kinerja sistem secara keseluruhan bisa lebih baik yang diukur dari berbagai sudut pandang para pemangku kepentingan.

(24)

Menurut Ma’Arif dan Tanjung (2003), manajemen rantai pasokan merupakan suatu perluasan dari logistic management di perusahaan. Dalam manajemen rantai pasokan yang dibahas adalah dimulai dari perusahaan, pemasok, pelanggan, grosir, pengecer, diintegrasikan menjadi satu. Tujuannya adalah supaya lebih efisien. Menurut Ma’Arif dan Tanjung (2003), keuntungan manajemen rantai pasokan adalah persiapan diri dalam menghadapi persaingan bebas, di mana perusahaan kelas dunia akan bertempur di Indonesia dalam tujuan-tujuan global. Dalam manufaktur, 50% - 80% biaya terkait dengan kegiatan manajemen rantai pasokan, apabila manajemen rantai pasokan tidak baik, organisasi tidak akan sanggup menghadapi tujuan global.

Menurut William et al dalam Anatan dan Ellitan (2008) mendefinisikan manajemen rantai pasokan sebagai pengelolaan atau manajemen organisasi yang saling berkaitan dan saling berhubungan satu sama lain baik dengan konsumen maupun pemasok dalam suatu proses untuk menghasilkan nilai produk dan jasa bagi konsumen. Prinsip manajemen rantai pasokan pada dasarnya merupakan sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas yang terkait dengan aliran material/produk, baik yang ada dalam suatu organisasi maupun antar organisasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Rantai Pasokan (Anatan dan Ellitan, 2008) Manufa ktur Supplier Distribution Center Whole saler Retailer End Customer Aliran Produk Aliran Biaya Aliran Informasi

(25)

Menurut Tunggal (2009), Supply Chain Management (SCM) terdiri dari tiga elemen yang saling terikat satu sama lain, yaitu:

1. Struktur jaringan supply chain

Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota supply chain

lainnya.

2. Proses bisnis supply chain

Aktivitas – aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.

3. Komponen manajemen supply chain

Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang supply chain.

Menurut Tunggal (2009), ada dua anggota supply chain, yaitu: 1. Primary members (anggota primer)

Semua perusahaan/unit bisnis strategik yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pelanggan atau pasar.

2. Secondary members (anggota sekunder)

Perusahaan-perusahaan yang menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi anggota primer di supply chain.

Menurut Austin (1992) dan Brown (1994) dalam Marimin dan Maghfiroh (2010), manajemen rantai pasok pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur karena:

1. Produk pertanian bersifat mudah rusak

2. Proses pananaman, pertumbuhan, pemanenan tergantung pada iklim dan musim

3. Hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi

4. Produk pertanian bersifat kamba sehingga sulit untuk ditangani

Seluruh faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam desain manajemen rantai pasok produk pertanian karena kondisi rantai pasok produk pertanian lebih kompleks daripada rantai pasok pada umumnya.

(26)

Selain lebih kompleks, manajemen rantai pasok produk pertanian juga bersifat probabilistik dan dinamis.

Perusahaan yang dapat menjalankan kegiatan supply chain akan mendapatkan keuntungan tidak hanya jangka pendek, bahkan juga jangka panjang seperti kemungkinan peningkatan profit dari adanya kerja sama yang berkepanjangan dengan berbagai pihak, perluasan pangsa pasar, dan kepuasaan konsumen. Ada dua hal penting yang menjadi ide pokok supply chain management yaitu pertama, SCM merupakan kolaborasi hasil usaha bersama antar setiap bagian atau proses dalam siklus produk. Kedua, SCM harus dapat meng-cover

seluruh kegiatan siklus produk. Dan kunci SCM yang efektif adalah penyeimbangan arus produksi dengan permintaan konsumen yang selalu berubah-ubah (Siagian, 2005).

Dalam Hadiguna (2010), Lee (2002) merumuskan karakteristik pasokan berdasarkan fenomena stabil dan berkembang yang diringkas pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Pasokan

Stabil Berkembang Breakdown kurang

Hasil stabil dan tinggi Masalah mutu berkurang Sumber pasokan banyak Pemasok handal

Perubahan proses kurang Kendala kapasitas kurang Sangat mudah dipertukarkan Fleksibel

Bergantung waktu ancang

Mudah breakdown

Hasil variabel dan rendah Potensial masalah mutu Sumber pasokan terbatas Pemasok kurang handal Banyak perubahan proses Potensial kendala kapasitas Sulit dipertukarkan

Tidak fleksibel

Waktu ancang menjadi variabel Sumber: Hadiguna (2010)

2.2.Manajemen Risiko Rantai Pasokan

2.2.1 Risiko Rantai Pasok Perumusan Masalah

Risiko adalah seluruh hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan (Muslich, 2007). Menurut Djohanputro (2008), risiko diartikan sebagai ketidakpastiaan yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya atau ketidakpastiaan yang bisa dikuantitaskan

(27)

yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan. Risiko juga dapat diartikan penyebaran dan atau penyimpangan dari target, sasaran, atau harapan.

Menurut Cavinato dalam Hadiguna (2010), pada dasarnya terdapat lima aliran yang bisa dianalisa dalam manajemen risiko rantai pasokan, yaitu risiko operasional, risiko finansial atau risiko keuangan, risiko informasi, risiko relasional, dan risiko inovasional. Manajemen risiko rantai pasokan pada umumnya fokus pada pada risiko operasional. Misalnya risiko dalam penerimaan pesanan, risiko dalam pembeliaan barang, risiko dalam persediaan, risiko dalam produksi, risiko dalam perencanaan, risiko dalam hubungan antara agen serta prinsipal dan beberapa kejadian lain yang sangat banyak dalam proses bisnis suatu perusahaan.

Djohanputro (2008), risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor lain. Risiko operasional dapat terjadi pada dua tingkatan yaitu teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional dapat terjadi apabila sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai, dan pengukuran risiko yang tidak akurat dan tidak memadai. Pada tataran organisasi, risiko operasional dapat muncul karena sistem pemantauan dan pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Risiko operasional dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu manusia (sumber daya manusia), teknologi, sistem dan prosedur, kebijakan, dan stuktur organisasi. Risiko operasional merupakan salah satu risiko rantai pasok.

Menurut Muslich (2007), risiko operasional mempunyai dimensi yang luas dan kompleks dengan sumber risiko yang merupakan gabungan dari berbagai sumber yang ada dalam organisasi, proses dan kebijakan, sistem dan teknologi, orang, dan faktor-faktor lainnya. Demikian pula besaran kerugian risiko operasional juga semakin meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan semakin kompleksnya

(28)

bisnis perusahaan dan teknologinya. Risiko operasional merupakan potensi kerugian yang disebabkan oleh lima hal. Risiko operasional merupakan kerugian finansial yang disebabkan oleh kegagalan proses internal perusahaan, kesalahan sumber daya manusia, kegagalan sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari luar perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran peraturan dan hukum yang berlaku.

Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010), risiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai kerugian yang dikaji dari sisi kemungkinan terjadinya, sisi kemungkinan penyebabnya, dan sisi akibatnya dalam rantai pasok sebuah perusahaan dan lingkungannya. Dalam suatu rantai pasok, jika satu pelaku mengalami masalah dalam rantai pasok, maka akan berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung kepada mitra dalam jaringan rantai pasoknya.

2.2.2 Manajemen Risiko Rantai Pasokan

Menurut Djohanputro (2008), tujuan memahami resiko adalah untuk mengelola risiko. Manajemen resiko operasional merupakan salah satu kegiatan manajemen risiko rantai pasokan. Proses manajemen resiko operasional adalah proses penanganan resiko yang dimulai dari proses pengenalan risiko operasional sampai mengendalikan risiko operasional (Muslich, 2007).

Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010), analisis risiko rantai pasok merupakan bagian dari manajemen rantai pasok yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kegagalan berbisnis dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastiaan. Menurut Schoenher (2008) dalam Marimin dan Maghfiroh (2010), kategori risiko rantai pasok terbagi menjadi 17 macam, yaitu risiko komplain standarisasi, risiko kualitas produk, risiko biaya produksi, risiko biaya persaingan, risiko permintaan, risiko pemenuhan pasokan, risiko penggudangan, risiko ketepatan waktu kirim, risiko ketepatan budget pengiriman, risiko pemenuhan pesanan, risiko salah mitra, risiko jarak, risiko pemasok, risiko manajemen pemasok, risiko rekayasa dan inovasi, risiko transportasi, risiko bencana serta risiko produk asing.

(29)

2.3.Siklus Manajemen Risiko

Menurut Djohanputro (2008), siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahapan, yaitu identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan risiko, monitor, dan pengendalian.

2.3.1 Identifikasi Risiko

Pada tahap ini, analis berusaha mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Perusahaan tidak selalu menghadapi seluruh risiko tersebut. Tetapi, ada risiko yang dominan dan risiko yang minor. Dengan melakukan identifikasi risiko, maka dapat terkumpul informasi tentang kejadian risiko, informasi tentang penyebab risiko, dan informasi tentang dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut.

Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu analisis data historis, pengamatan dan survei, pengacuan (benchmarking), dan pendapat ahli. Prinsip dari analisis data historis adalah menggunakan berbagai informasi atau data mengenai segala sesuatu yang pernah terjadi, baik data primer maupun data sekunder. Prinsip dari pengamatan dan survei adalah melakukan investigasi secara langsung, pengamatan atau survei, on the spot. Prinsip dari pengacuan (benchmarking) adalah pertama-tama memilih acuan atau benchmark.

Benchmark atau acuan adalah obyek yang memiliki kesamaan dengan obyek yang sedang diamati berkaitan dengan keberadaan risiko. Metode ini dapat diterapkan untuk melengkapi identifikasi risiko menggunakan metode analisis data historis dan metode pengamatan dan survei. Metode dengan menggunakan pendapat ahli dapat diperoleh dengan cara wawancara kepada satu orang, kepada sekelompok orang, atau melalui diskusi kelompok khusus, atau focus group discussion (FGD). Pihak yang diwawancarai atau dilibatkan dalam FGD adalah orang yang dianggap ahli. Pada dasarnya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari keempat metode atau digunakan secara bersama-sama supaya saling melengkapi.

(30)

2.3.2 Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu faktor kuantitas risiko dan faktor kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau eksposur yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Menurut Halikas et al (2004) dalam Marimin dan Maghfiroh (2010), dua metode utama untuk mengukur risiko rantai pasok adalah metode pengukuran risiko berdasarkan pendapat pakar (bersifat subjektif) dan metode pengukuran risiko secara statistik (bersifat objektif).

2.3.3 Pemetaan Risiko

Sebuah manajemen akan mampu menilai risiko dengan adanya pengelompokkan terhadap risiko. Pemetaan risiko pada prinsipnya merupakan penyusunan risiko berdasarkan kelompok-kelompok tertentu sehingga manajemen dapat mengidentifikasi karakter-karakter dari masing-masing risiko dan menetapkan tindakan yang sesuai terhadap masing-masing risiko (Djohanputro, 2008). Risiko selalu terkait dengan dua dimensi, pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua dimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko terjadi. Diagram pemetaan risiko seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Kunci tahap pemetaan menurut Scandizzo (2005) adalah mengidentifikasi kegiatan kunci, menganalisis pemicu risiko yaitu

people, process, system, dan external; menganalisis faktor-faktor risiko (kuantitas, kualitas, kondisi kritis, kegagalan); mengidentifikasi risiko; mengidentifikasi dan menganalisis kerugian; mengidentikasi dan menganalisis Key Risk Indicators (KRIs).

(31)

 

Gambar 3. Diagram Pemetaan Risiko (Djohanputro, 2008) 2.3.4 Model Pengelolaan Risiko

Pengelolaan risiko dapat dilakukan secara konvensional, penetapan model risiko dan struktur organisasi pengelolaan risiko. Tahap ini adalah tahap memilih metode manajemen yang akan digunakan untuk mencegah atau mengurangi risiko yang akan terjadi, baik secara parsial atau menyeluruh, sehingga mampu meminimalkan dampak terhadap pengoperasian rantai pasok.

2.3.5 Monitoring dan Pengendalian Risiko

Status sebuah risiko dapat berubah-ubah sesuai kondisi, sehingga faktor-faktor risiko harus dimonitor untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah dari kemungkinan dan konsekuensinya. Monitoring dan pengendalian risiko bertujuan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana, cukup efektif, dan untuk memantau perkembangan terhadap kecendrungan-kecendrungan berubahnya profil risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis merubah prioritas risiko.

Risiko II Risiko I

Risiko yang berbahaya yang jarang terjadi

Mengancam pencapaian tujuan perusahaan

Risiko IV Risiko III

Risiko tidak berbahaya Risiko yang terjadi secara rutin Rendah Tinggi Rendah Tinggi Probabilitas Sedang Sedang

(32)

2.4. Analytic Hierarchy Process (AHP)

Salah satu alat (metode) yang dapat dipakai oleh pengambil keputusan untuk bisa memahami kondisi suatu sistem dan membantu didalam melakukan prediksi dan pengambilan keputusan adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) (Fewidarto, 1996). Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu teknis analisis keputusan dengan menggunakan perbandingan berpasangan dalam suatu diagram bertingkat yang umumnya dimulai dari tujuan (sasaran), kemudian kriteria level pertama, lalu sub kriteria dan seterusnya (Santoso, 2005). Sumber kerumitan masalah pengambil keputusan bukan hanya ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi. Penyebab lainnya adalah faktor yang berpengaruh terhadap pilihan-pilihan yang ada, beragamnya kriteria, pemilihan dan jika pengambilan keputusan lebih dari satu.

Menurut Fewidarto (1996), ada beberapa keuntungan yang didapat dari penerapan AHP, diantaranya adalah:

1. Penyajian sistem secara hirarki dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan prioritas pada level atas mempengaruhi prioritas elemen-elemen pada level/tingkatan dibawahnya.

2. Hirarki memberikan banyak informasi yang lengkap pada struktur dan fungsi suatu sistem dalam level yang lebih rendah dan memberikan gambaran tentang pelaku-pelaku dan tujuan-tujuannya pada level yang lebih tinggi. Elemen-elemen kendala yang terbaik adalah disajikan pada level yang lebih tinggi lagi untuk menjamin bahwa kendala-kendala itu diperhatikan.

3. Sistem alamiah disusun secara hirarki, yaitu dengan membangun konstruksi modul dan akhirnya menyusun rakitan modul-modul itu. Hal ini jauh lebih efisien daripada merakit modul-modul itu secara keseluruhan sekalipun.

4. Hirarki lebih mantap (stabil) dan lentur (fleksibel). Stabil dalam arti bahwa perubahan yang kecil mempunyai efek yang kecil, dan lentur dalam hal bahwa penambahan untuk mendapatkan suatu hirarki yang terstruktur baik tidak mengganggu kerjanya.

(33)

2.5. Analytic Network Process (ANP)

Analytical Network Process (ANP) merupakan alat analisis yang mampu merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan hubungan ketergantungan baik antar kriteria maupun subkriteria. ANP memberikan pendekatan yang lebih akurat karena ANP mampu menangani masalah yang kompleks yang berkaitan dengan ketergantungan dan umpan balik. ANP memberikan bobot dalam pengukuran kinerja rantai pasok pada masing-masing anggota rantai pasokan.

Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process

(ANP) berbeda, pada Analytical Hierarchy Process (AHP) tidak mempertimbangkan hubungan ketergantungan dan hanya mempertimbangkan hubungan linier dari atas ke bawah. AHP tidak dapat menangani interkoneksi antara faktor-faktor keputusan pada tingkat yang sama karena kerangka pengambilan keputusan dalam model AHP mengasumsikan hubungan satu arah antara tingkat hirarki keputusan. Pada jaringan AHP terdapat level

tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif, tetapi dalam ANP level dalam AHP disebut cluster yang dapat memiliki kriteria dan alternatif di dalamnya yang disebut simpul.

Masing-masing skala rasio menunjukkan perbandingan kepentingan antara elemen di dalam sebuah komponen dengan elemen di luar komponen (outer dependence) atau di dalam elemen terhadap elemen itu sendiri yang berada di komponen dalam. Tidak setiap elemen memberikan pengaruh terhadap elemen dari komponen lain. Elemen yang tidak memberikan pengaruh pada elemen lain akan memberikan nilai nol. Matriks hasil perbandingan direpresentasikan kedalam bentuk vertikal dan horisontal dan berbentuk matriks yang bersifat stokastik yang disebut sebagai supermatriks. Supermatriks diharapkan dapat menangkap pengaruh dari elemen-elemen pada elemen-elemen lain dalam jaringan (Saaty and Vargas, 2006).

2.5.1 Konsep-konsep dari ANP

Menurut Saaty dalam Susilo (2008), konsep-konsep dari Analytic Network Process (ANP) meliputi:

(34)

2. Pengaruh dengan respek ke sebuah kriteria 3. Kontrol hirarki atau sistem

4. Supermatrix

5. Limiting supermatrix dan limiting prioritie

6. Primitivity, irreducibility, cyclicity

7. Membuat limiting supermatrix stochastic: mengapa cluster harus dibandingkan

8. Sintesis untuk kriteria dari sebuah kontrol hirarki atau sebuah kontrol sistem

9. Sintesis untuk keuntungan, biaya, peluang, dan risiko kontrol hirarki

10. Formulasi untuk menghitung limit

11. Hubungkan ke Neural Network Firing-kasus berkelanjutan

12. Kepadatan dari neural firing dan distribusi serta aplikasinya untuk menghasilkan kembali citra yang dapat dilihat dan komposisi simponik.

2.5.2 Prosedur ANP

Menurut Izik et at (2011) proses solusi ANP memiliki empat langkah utama yaitu:

1. Mengembangkan Struktur Model Keputusan

Pada langkah ini, masalah harus disusun dan model konseptual harus dibuat. Awalnya, komponen-komponen penting harus diidentifikasi. Elemen paling atas (cluster) didekomposisi menjadi sub-komponen dan atribut (node). ANP memungkinkan dependensi baik di dalam sebuah cluster (ketergantungan dalam) dan antar

cluster (ketergantungan luar) (Saaty dalam Izik et al, 2011). Masing-masing variabel pada setiap tingkat harus didefinisikan bersama dengan hubungannya dengan unsur-unsur lain dalam sistem.

(35)

2.Matriks Perbandingan Berpasangan dari Variabel yang Saling Terkait Pada ANP, perbandingan elemen berpasangan dalam setiap tingkat dilakukan terhadap kepentingan relatif untuk kriteria kontrol mereka. Matriks korelasi disusun berdasarkan skala rasio 1 - 9. Ketika penilaian dilakukan untuk sepasang, nilai timbal balik secara otomatis ditetapkan ke perbandingan terbalik dalam matriks. Setelah perbandingan berpasangan selesai, vektor yang sesuai dengan nilai eigen maksimum dari matriks yang dibangun dihitung dan vektor prioritas diperoleh. Nilai prioritas ditemukan dengan menormalkan vektor ini. Dalam proses penilaian, masalah dapat terjadi dalam konsistensi dari perbandingan berpasangan. Rasio konsistensi memberikan penilaian numerik dari seberapa besar evaluasi ini mungkin tidak konsisten. Jika rasio yang dihitung kurang dari 0.10, konsistensi dianggap memuaskan (Meade dalam Izik et al, 2011). 3. Penghitungan Supermatriks

Setelah perbandingan berpasangan selesai, supermatriks dihitung dalam 3 langkah:

a.Unweighted Supermatrix (supermatriks tanpa pembobotan), dibuat secara langsung dari semua prioritas lokal yang berasal dari perbandingan berpasangan antar elemen yang mempengaruhi satu sama lain;

b.Weighted Supermatrix (supermatriks berbobot), dihitung dengan mengalikan nilai dari supermatriks-tanpa-pembobotan dengan bobot cluster yang terkait;

c.Komposisi dari Limiting Supermatrix (Supermatriks terbatas), dibuat dengan memangkatkan supermatriks-berbobot sampai stabil. Stabilisasi dicapai ketika semua kolom dalam supermatriks yang sesuai untuk setiap node memiliki nilai yang sama.

Langkah-langkah ini dilakukan dalam software Super Decisions, yang merupakan paket perangkat lunak yang dikembangkan untuk aplikasi ANP. Setiap subnetwork, prosedur yang sama diterapkan dan alternatif diberi peringkat.

(36)

4. Bobot Kepentingan dari Clusters dan Nodes

Penentuan bobot kepentingan dari faktor penentu dengan menggunakan hasil supermatriks-terbatas dari model ANP. Prioritas keseluruhan dari setiap alternatif dihitung melalui proses sintesis. Hasil yang diperoleh dari masing-masing subnetwork disintesis untuk memperoleh prioritas keseluruhan dari alternatif.

2.5.3 Prinsip Dasar ANP

Seperti halnya AHP, ANP juga memiliki prinsip-prinsip dasar. Menurut Saaty dalam Susilo (2008) prinsip-prinsip dasar ANP juga ada tiga, yaitu dekomposisi, penilaian komparasi, dan komposisi hirarkis atau sintesis dari prioritas, sama seperti prinsip dasar AHP. Prinsip dekomposisi diterapkan untuk menstrukturkan masalah yang kompleks menjadi kerangka hirarki atau jaringan cluster, sub-cluster, sub-sub cluster, dan seterusnya. Dengan kata lain dekomposisi adalah memodelkan masalah ke dalam kerangka ANP. Prinsip penilaian komparasi diterapkan untuk membangun pairwise comparison

(perbandingan pasangan) dari semua kombinasi elemen-elemen dalam

cluster dilihat dari cluster induknya. Perbandingan pasangan ini digunakan untuk mendapatkan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam cluster dengan prioritas global seluruh hirarki dan menjumlahkannya untuk menghasilkan prioritas global untuk elemen level terendah.

2.6. Landasan Matematik Penilaian Risiko

Menurut Halikas et al (2004) dalam Marimin dan Maghfiroh (2010), dua metode utama untuk mengukur risiko rantai pasok adalah metode pengukuran risiko berdasarkan pendapat pakar (bersifat subjektif) dan metode pengukuran risiko secara statistik (bersifat objektif). Menurut Hadiguna (2010), proses pengambilan keputusan yang melibatkan pendapat berbagai pakar menjadi sangat rumit jika setiap pendapat didasarkan pada kriteria jamak. Pengambilan keputusan tersebut dikenal dengan istilah Multi-Expert

(Person) Multi Criteria Decision Making atau ME-MCDM. Proses agregasi rating dan preferensi serta penggabungan pendapat dari setiap pakar

(37)

mendukung penyelesaian teknik ME-MCDM, sehingga penyelesaian yang dihasilkan adalah yang paling diterima oleh kelompok secara keseluruhan (Hadiguna, 2010)

Operasi agregasi kriteria adalah metode Order Weighted Average

(OWA). Operator OWA merupakan operator yang dapat dengan mudah menyesuaikan atau mengagresikan operator “dan” dan operator “atau” dalam persoalan ME-MCDM (Yager (1988) dalam Santoso (2005)). Operasi agregasi kriteria dirumuskan oleh Yager dalam Santoso (2005) yaitu:

dimana:

Pik = Nilai agregasi risiko dari penilai

I(qj) = Nilai kemungkinan terjadinya risiko (frekuensi)

NegI(qj)= Nilai negasi I (qj)

Pik(qj) = Nilai tingkat kekerasan risiko dari pendapat penilai (dampak) v = Notasi maksimum

Rumus tersebut menunjukkan bahwa kriteria yang tingkat kepentingannya rendah mempunyai pengaruh yang kecil terhadap skor keseluruhan.

Bobot faktor nilai pengambil keputusan (pakar) dengan formula: QA (k) = Sb(k)

dimana:

QA = Bobot rata-rata penilai pada skala k q = Jumlah skala penilai risiko (5) r = Jumlah penilai (pakar) (3)

Agregasi keputusan ahli dengan menggunakan operator Order Weighted Average (OWA) dirumuskan sebagai berikut:

dimana:

Pi = Nilai agregasi risiko

Qj = Bobot kelompok penilai

Bj = Pengurutan nilai dari besar ke kecil ^ = Notasi minimum

Pik=Min[NegI(qj)vPik(qj)]...(1) 

b(k)= Int [1 + k * ( q– 1) / r]……….……(2)

(38)

2.7. Penelitian Terdahulu

Santoso (2005) meneliti tentang Rekayasa Model Manajemen Risiko untuk Pengembangan Agroindustri Buah-buahan Secara Berkelanjutan. Penelitian ini membahas secara komprehensif manajemen risiko agroindustri buah-buahan khususnya mangga dengan mengkombinasikan berbagai teknik pengambilan keputusan kriteria majemuk. Hasil penelitian ini adalah sistem penunjang keputusan M-RISK, yang terdiri dari lima model utama yang membantu pengambil keputusan dalam pengembangan agroindustri buah-buahan. Model M-RISK dapat digunakan untuk menentukan prioritas produk agroindustri unggulan, menganalisis risiko dan merumuskan strategi manajemen risiko pengadaan bahan baku, pengolahan dan pemasaran produk agroindustri, merumuskan manajemen kelembagaan dan menganalisis kelayakan usaha agroindustri dengan berbagai skenario. Risiko yang tertinggi dari penelitian tersebut adalah aspek pengadaan bahan baku. Kaitan penelitian ini adalah sebagai referensi proses manajemen risiko dan teknik yang digunakan.

Machfud dkk (2009), meneliti tentang Teknik Non Numeric ME-MCDM dan Sistem Pakar dalam Pengelolaan Risiko Mutu pada Agroindustri Minyak Sawit Kasar - Crude Palm Oil. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko mutu, menstrukturisasi sumber-sumber risiko mutu sebagai satu kesatuan dan merancang sistem penunjang keputusan untuk penilaian dan penanganan risiko penurunan mutu. Cakupan penelitian meliputi kebun, pabrik dan tangki timbun di pelabuhan. Sistem penunjang keputusan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan secara berkelompok yang melibatkan manajer kebun, manajer pabrik, dan manajer utama. Sistem penunjang keputusan yang dihasilkan adalah SIRPO yang berguna sebagai media untuk membantu pengambil keputusan dalam mengelola risiko mutu. Sumber-sumber risiko mutu distrukturisasi dalam tiga tingkatan yaitu faktor-faktor pemicu, kegiatan kunci dan unit operasional. Penilaian risiko dilakukan untuk mendapatkan tingkat risiko pada kegiatan kunci, unit operasional dan keseluruhan serta memberikan rekomendasi penanganan risiko sesuai dengan skor risiko. Hasil penilaian risiko mutu

(39)

adalah kebun berisiko tinggi dan penanganan risiko difokuskan pada transportasi tandan buah segar. Implikasi dari penilaian risiko mutu adalah pentingnya peningkatan koordinasi yang efektif antara unit operasional sehingga penjaminan mutu menjadi tangggung jawab bersama. Penilaian risiko mutu menjadi ukuran yang berguna dalam meningkatkan efektifitas pengelolaan risiko mutu minyak sawit kasar.

Hadiguna (2010) meneliti tentang Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasokan dan Penilaian Risiko Mutu pada Agroindustri Kelapa Sawit Kasar. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan cara penilaian risiko operasional, merumuskan model matematik manajemen panen-angkut-olah dan mengahasilkan rancang bangun sistem penunjang keputusan yang berfungsi untuk pengelolaan risiko penurunan dan optimasi rantai pasokan minyak sawit kasar. Rancangan sistem penunjang keputusan yang dihasilkan bernama SIRPRO yang berguna untuk menganalisis risiko penurunan mutu dan optimasi rantai pasok. SPK dirancang dengan mengintegrasikan teknik optimasi dan mekanisme protokol atau rule base

sehingga mampu memberikan keluaran sesuai kebutuhan pengambil keputusan. Rancangan ini dimaksudkan untuk mengintegrasikan pengelolaan mutu dan optimasi rantai pasok. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian risiko mutu menggunakan teknik Non-Numeric Multi Expert-Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM) dengan agregasi penilaian menggunakan teknik Order Weighted Average (OWA).

(40)

3.1.Kerangka Pemikiran Konseptual

PT Saung Mirwan melihat bahwa sayuran Edamame merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang cerah. Peluang pasar luar dan dalam negeri masih terbuka lebar karena di dalam negeri, komoditas ini masih terdengar awam. Komoditas ini sering diekspor ke luar negeri seperti Negara Jepang. Kondisi ini membuat, sayuran Edamame memiliki peluang untuk lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia, yang mengakibatkan permintaan terhadap sayuran Edamame menunjukkan peningkatan.

Peningkatan produksi sayuran harus didukung dengan suatu sistem yang dapat mendukung produktivitas untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Sistem tersebut adalah manajemen rantai pasokan. Anggota rantai pasokan sayuran Edamame PT Saung Mirwan terdapat dua jenis anggota, yaitu anggota primer dan anggota sekunder. Anggota yang akan dilibatkan dalam penelitian ini adalah anggota primer. Anggota primer pada rantai

pasokan komoditas sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan adalah petani sayuran Edamame sebagai pemasok,

perusahaan atau PT Saung Mirwan sebagai pengolah, ritel sebagai konsumen. Manajemen rantai pasokan komoditas sayuran Edamame tidak menutup kemungkinan untuk mengatasi ketidakpastian kualitas dan kuantitas komoditas sayuran Edamame. Ketidakpastian terhadap sesuatu akan menjadi risiko yang dapat mengakibatkan kerugian usaha dalam mencapai keunggulan kompetitif untuk mempertahankan usaha komoditas sayuran Edamame. Penilaian risiko akan difokuskan kepada anggota primer rantai pasokan sayuran Edamame yang memiliki nilai prioritas yang paling tinggi. Risiko yang akan dikaji adalah risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi diantara risiko operasional, risiko pemasaran, dan risiko keuangan. Risiko tersebut akan dianalisis dan dibentuk rancangan sistem penunjang keputusan risiko rantai pasokan komoditas sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan. Risiko yang telah dianalisis perlu dikelola dengan baik

(41)

untuk mencapai keunggulan kompetitif yang pada akhirnya membantu dalam keberlanjutan usaha. Keunggulan kompetitif yang dimaksud adalah keunggulan dalam hal kualitas dan biaya. Dengan adanya keunggulan kompetitif mampu menciptakan ketahanan dan keberlanjutan usaha komoditas sayuran Edamame PT Saung Mirwan. Diagram kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Peluang permintaan sayuran Edamame yang terus meningkat

Peluang pasar yang sangat luas Peningkatan produksi sayuran

Edamame

Manajemen rantai pasokan sayuran Edamame PT Saung Mirwan: anggota primer

Ketidakpastian kualitas dan kuantitas sayuran Edamame Penilaian risiko pada anggota rantai pasok sayuran Edamame PT Saung Mirwan yang memiliki nilai prioritas paling tinggi (nilai

prioritas paling tinggi dengan metode AHP dan ANP) 

Manajemen risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi (AHP dan ANP) Rancangan model sistem penunjang keputusan

Keunggulan kompetitif Ketahanan usaha

(42)

3.2.Tahapan Penelitian

Berdasarkan Gambar 5, tahapan penelitian secara rinci terdiri dari: 1. Identifikasi minat penelitian dan pemilihan topik penelitian.

2. Studi pustaka dan diskusi.

3. Proposal penelitian yang meliputi pendahuluan, tinjauan pustaka, dan metodologi penelitian.

4. Ijin dan penjajakan penelitian merupakan kegiatan pra survey.

5. Pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuesioner kepada anggota primer rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan (petani Edamame sebagai pemasok, perusahaan atau PT Saung Mirwan sebagai pengolah, ritel sebagai konsumen). Wawancara dengan responden ahli bertujuan untuk melakukan penilaian risiko (risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) komoditas sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan.

6. Input data ke program SuperDecisions ANP version 2.0.8 dan Microsoft Excel 2007.

7. Pengolahan data primer identifikasi rantai pasokan sayuran Edamame dengan menggunakan analisis deskriptif. Menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame dalam manajemen risiko rantai pasok menggunakan metode Analytic Hierarchy Process dan Analytic Network Process. Pengolahan data primer identifikasi risiko rantai pasok sayuran Edamame dengan analisis deskriptif berdasarkan proses manajemen risiko (identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko, pengolahan risiko atau penanganan risiko). Identifikasi risiko dan penanganan risiko menggunakan metode Non Numeric Multi Criteria Decision Making (MCDM), Order Weighted Average (OWA). Pengolahan data sekunder mengenai Edamame dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

8. Merumuskan faktor-faktor risiko dan peubah penentu yang dibutuhkan dalam penilaian risiko rantai pasokan. Cara yang dilakukan melalui

(43)

wawancara dengan pakar. Faktor risiko akan distrukturisasi secara hirarki sehingga dapat menggambarkan keterkaitan antar faktor.

9. Merumuskan basis aturan untuk menerjemahkan hasil penilaian risiko. Rekomendasi yang berasal dari para ahli (pakar) dan pelaku usaha.

Kesimpulan dan saran Analisis deskriptif risiko Ijin dan penjajakan penelitian

Pengumpulan data Analisis anggota primer rantai pasokan Sayuran Edamame Analisis risiko Identifikasi risiko dan penanganan risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi pada anggota pimer yang

memiliki nilai prioritas paling tinggi

Penilaian pakar (Non Numeric MCDM) dan Teknik agregasi OWA

Rancangan awal sistem penunjang keputusan Input data identifikasi risiko Identifikasi rantai pasokan Input data identifika si rantai pasok Analisis deskriptif Pengukuran probabilitas dan dampak risiko Pemetaan risiko

Gambar 5. Tahapan Penelitian

Identifikasi minat penelitian dan pemilihan topik penelitian

Pembuatan rule base Studi pustaka dan diskusi

(44)

3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan selama tiga bulan dimulai dari Bulan Desember 2011 - Februari 2012. Tempat penelitian dilaksanakan di Bogor, tepatnya di PT Saung Mirwan yang terletak di Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung - Bogor, dengan objek penelitian adalah sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan.

Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja karena PT Saung Mirwan merupakan perusahaan agribisnis yang memiliki banyak

pengalaman di bidang hortikultura, yaitu sayuran dan bunga. Selain itu, PT Saung Mirwan merupakan perusahaan yang telah memperkenalkan sayuran Edamame di sekitar Bogor dan sekitarnya. Sayuran Edamame dipilih

karena permintaan sayuran Edamame dalam tiga tahun terakhir (tahun 2009-2011) paling besar dibandingkan dengan Lettuce dan Ceysin

(keduanya merupakan komoditas yang diminta juga oleh pihak ritel), sayuran Edamame diproduksi secara rutin, dan merupakan komoditas utama PT Saung Mirwan di bidang ritel.

3.4.Jenis dan Metode Pengumpulan Data/Informasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari penelitian yang dilakukan. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara dengan bantuan kuesioner, dan wawancara secara langsung dengan anggota rantai pasokan komoditi sayuran Edamame. Data sekunder berupa studi pustaka dari data lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini yang diperoleh dari jurnal, buku, website, disertasi, skripsi yang berhubungan dengan perkembangan sayuran Edamame, risiko rantai pasokan, manajemen risiko rantai pasokan sayuran Edamame, dan data penjualan sayuran Edamame periode tahun 2009 - 2011 pada PT Saung Mirwan.

Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi adalah salah satu instrumen pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara teliti dan sistematis mengenai

Gambar

Gambar 1. Pola Aliran Material (Arnold dan Chapman dalam        Maghfiroh, 2010)
Gambar 2. Struktur Rantai Pasokan (Anatan dan Ellitan, 2008) Manufaktur Supplier Distribution Center Whole saler Retailer End  Customer  Aliran ProdukAliran Biaya Aliran Informasi
Gambar 3. Diagram Pemetaan Risiko (Djohanputro, 2008)
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual 
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, pemimpin harus mampu bersosialisasi agar program dapat didengar dan terealisasikan di hadapan pelanggan, maka dari itu pemimpin dituntut untuk memiliki lima

Ditempat lain permasalahan ini pada umumnya diberdayakan oleh suatu lembaga bisinis yang bermotif laba seperti baitul tamwil, berbeda dengan yang terjadi di desa

VDS dari terapi T0 sampai T6 dapat dilihat, nyeri diam T0 sampai T6 nilai (1), sedangkan nyeri tekan pada T0 sampai T2 nilai (4), pada T3 sampai T5 mengalami penurunan nilai (3),

Sedangkan model analisis regresi logistik berganda digunakan untuk melihat lebih jauh mengenai faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan bidang usaha dengan jalan

[r]

yang tidak tampak secara fisik, sedangkan sistem fisik adalah sistem. yang ada

penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Jenis Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Stadia Juvenil Kepiting Bakau (Scylla serrata).”