i GOMBONG
KaryaTulisIlmiahinidisusunsebagaisalahsatupersyaratanmenyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
YETI
NIM : A01401994
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
ii
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH HAMBATAN MOBILITAS FISIK DENGAN DIAGNOSA STROKE
NON-HEMORAGIK DIRUANG INAYAH PKU MUHAMMADIYAH
GOMBONG
KaryaTulisIlmiahinidisusunsebagaisalahsatupersyaratanmenyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
YETI
NIM : A01401994
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
vi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... v
DAFTAR ISI ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1
B. RumusanMasalah ... 4
C. TujuanPenulisan ... 4
D. ManfaatPenulisan ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. AsuhanKeperawatan stroke non-hemoragik ... 6
1. Pengertian ... 6
2. Patofisiologi ... ..7
3. Pathway ... .7
B. Hambatan mobilitas fisik ... .8
1. Pengkajian ... .8
2. Diagnosa ... 10
3. Perencanaan ... 11
4. Pelaksanaan ... 14
5. Evaluasi ... 14
C. Melakukan Latihan ROM... 14
1. Pengertian ... 14
2. Tujuan... 15
3. Prinsip... 15
vii
C. FokusStudiKasus ... 22
D. DefinisiOperasional ... 22
E. InstrumenStudiKasus ... 22
F. MetodePengumpulan Data ... 22
G. LokasidanWaktuStudiKasus ... 23
H. Analisis Data danPenyajian Data ... 24
I. EtikaStudiKasus ... 24
BAB IV PEMBAHASAN A. Pembahasan………26
1. HasilStudiKasus………26
2. Pembahasan………..32
3. KeterbatasanStudiKasus………...39
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………40
B. Saran ……….41
DAFTAR PUSTAKA……….42
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Pujisyukuralhamdulillahkehadirat Allah
SWT yang
telahmelimpahkanrahmatdanhidayah-NyasertamemberikankekuatandanpengetahuanselamapenerapandanpenulisanKary
aTulisIlmiahini,
sehinggapenulisdapatmenyelesaikanlaporanujiankomprehensifinidenganjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Hamabatan Mobilitas Fisik Dengan
Diagnosa Stroke Non-hemoragik Diruang InayahPKU
MuhammadiyahGombong”.Terwujudnyalaporaninitidaklepasdaribantuandanbimb
ingandariberbagaipihak.Untukitudalamkesempataninipenulismenyampaikanterima
kasih yang setulustulusnyakepada:
1. Allah SWT yang
telahmemberikannikmatimandannikmatsehatkepadapenulissehinggapenulisdap
atmenyelesaikantugasakhirdenganlancar.
2. Herniyatun, M. Kep. Sp. Mat selakuketuaSTIKesMuhammadiyahGombong,
yang
telahmemberikankesempatankepadapenulisuntukmengikutipendidikankeperaw
atan
3. Nurlaila, S.Kep. Ns.M. Kep. selakuketuaprodi D III
KeperawatanSTIKesMuhammadiyahGombong
4. FajarAgungNugroho, MNS.
selakupembimbingpenulisankaryatuliskomprehensif yang
telahmendidikpenulis
5. Pembimbingruanganbesertastafmedisdankaryawan yang
telahmemberikanizindantempatuntukmelaksanakanujianakhir
ix
8. Adamku yang telah di tuliskan di
laufulmahfusdoadanharapansemogakelakbertemudalamikatanjanjisuci.
Penulismenyadaribahwamasihbanyakkekurangandalampenyusunankaryatu
lisini, olehsebabitu saran dankritik yang
membangunsangatberartibagipenulisuntukmenjadilebihbaik di masamendatang.
Semogalaporaninidapatmembawamanfaatbagipengembangandanpeningkatanilmu
keperawatan.Terimakasih.
Gombong, ...
x Program Studi DIII Keperawatan
SekolahTinggiIlmuKesehatanMuhammadiyahGombong KTI, Juli 2017
Yeti1, FajarAgung Nugroho2
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA Tn. W DENGAN DIAGNOSA STROKE NON-
HEMORAGIK DIRUANG INAYAH RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
LatarBelakang: MenurutBadanKesehatanDunia,
memprediksibahwakematianakibat stroke
akanmeningkatseriringdengankematianakibatpenyakitjantungdankanker. Di Indonesia sendiriperyakit stroke merupakanpenyakitketigatersering.
TujuanPenulisan: Tujuanpenulisanini,
mahasiswamampumelakukanasuhankeperawatandenganmasalahhambatanmobilita sfisikpada Tn. W dengandiagnosa stroke non hemoragik di ruangInayah RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG.
Hasil: Masalahkeperawatan yang
munculyaitugangguanperfusijaringanserebralberhubungandenganpenurunansuplai darahkeotak,
hambatanmobilitasfisikberhubungandenganpenurunankekuatanototdandefisitpera wtandiriberhubungandenganpenurunankekuatanotot.
Tindakan: Penulismemberikanlatihan ROM (Range Of Motion) Evaluasi:
Hasilevaluasimenunjukanketigadiagnosabaikmasalahgangguanperfusijaringansere bral, hambatanmobilitasfisikdandefisitperawatandiribelumteratasi.
Rekomendasi: Sebaiknyamelakukanlatihan Range Of Motion (ROM) tidakhanyasekalidalamsehari agar kliendapatmelakukandirumahsecaramandiri.
Kata Kunci: mobilitas, range of motion (ROM)
xi ABSTRACT
NURSING CARE OF IMPORED PHYSICAL MOBILITY TO PATIENT WITH STROKE NON-HAEMORAGIC IN INAYAH WAID, PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG HOSPITAL
Background:Base on from World Health Organization, the mortality of stroke deases is high number. In Indonesia, it is third rank.
Aim: The students able to give nursing care for patient with impaired physical mobility in stroke non- haemoragicdeaseasein PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Hospital.
Result:The Nursing diagnosis were impaired perfusion cerebral with blood suplly decrease to brain, impaired physical mobility, and deficit personality.
Action: The nursing student gave active ROM (Range Of Motion)
Evaluation: The nursing care during three days, gotten patient still have problem in impaired physical mobility and deficit personality.
Recommendation:In the future, active ROM (Range Of Motion) should be done not only onw time, but more than it, and it can be applied in patient, home too.
Keywords: mobility, range of motion (ROM)
1. Student , Diploma Of Nursing, MuhammadiyahGombong Health Science College.
xii DAFTAR LAMPIRAN
1. Inform consent………..43
2. Penjelasanuntukmengikutipenelitian………..44
3. AsuhanKeperawatan………45
4. Jurnal……….46
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi yang berkembang dan modern serta seiring
perubahan kemajuan zaman dan teknologi. Pola kehidupan manusiapun
mengalami perubahan. Begitu juga dengan kasus-kasus peryakit yang dialami
manusia. Ketika kasus-kasus dahulu banyak disebabkan oleh faktor yang
kurang hygineis antara lain diare, infeksi dan lain-lain akan tetapi, saat ini
kasus-kasus baru yang berhubungan dengan faktor degenerative antara lain
peryakit osteoatritis, peryakit jantung dan stroke yang dipengaruhi oelh
beberapa faktor antara lain : hipertensi, diabetes mellitus, kebiasaan merokok,
akibat mengkonsumsi alcohol yang berlebihan, jarang olahraga dan
penyalaaan obat-obat lainnya (Suratun dkk, 2008).
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena
berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak
yang tidak teraliri oleh darah akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi.
Terkadang stroke juga disebut dengan CVA (cerebrovascular accident ).orang
awam biasanya menggangap stroke sebagai peryakit akan tetapi lain halnya
denga para dokter yang menganggap stroke adalah gejala klinis yang muncul
akibat pembuluh darah jantung yang bermasalah (Auryn, 2009)
Stroke dibedakan menjadi 2 yaitu stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik. Pada stroke non hemoragik adalah suplai darah ke otak terganggu
akibat arterosklerosis atau bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah.
Penyumbatan bisa terjadi disepanjang jalur arteri yang menuju ke otak.
Misalnya sustu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk didalam arteri akrotis
juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir didalam darah ,kemudian
menyumbat arteri yang lebih kecil (Muttaqin, 2008).
Organisasi stroke dunia mencatat 85% orang yang mempunyai resiko
dapat terhindar dari stroke apabila menyadari dan mengatasinya sejak dini.
Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan
meningkat seiring dengan kematian akibat peryakit jantung dan kanker kurang
lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta ditahun 2030 (Nabyl, 2012). Di
Indonesia sendiri peryakit stroke merupakan peryakit ketiga tersering setelah
peryakit jantung dan kanker. Profil kesehatan provinsi jawa tengah pada
(2015) jumlah kasus stroke di Jawa Tengah yaitu terdiri dari stroke hemoragik
sebanyak 4.558 dan stroke non hemoragik sebanyak 12.795. Jumlah kasus
stroke hemoragik tahun 2015 tertinggi terdapat di Kota Kebumen sebesar 588
kasus, urutan kedua yaitu di kabupatenDemaksebesar 556 kasus, urutan ketiga
yaitu kota Surakarta sebesar 365 kasus. Keempat yaitu boyolali sebesar 320
kasus. Sedangkan untuk kota sragen sebesar 287 kasus dan menepati urutan
ke lima. Data diatas menunjukan bahwa penyakit stroke merupakan salah satu
penyakit yang dapat membahayakan kesehatan.
Dahulu peryakit stroke seringnya diderita oleh orang yang sudah
berumur 60tahun keatas,karena usia juga merupakan faktor resiko terkena
peryakit jantung dan stroke.namun saat ini ada kecenderungan juga diderita
oleh pasien dibawah usia 40tahun. Hal ini terjadi karena adanya perubahan
gaya hidup terutama pada orang muda modern (Winda Praditya, 2017). Pada
stroke non hemoragik ini, sangat mungkin sekali adanya masalah kesehatan
diantaranya : gangguan perfusi jaringan serebral ,kerusakan mobilitas fisik,
deficit perawatan diri, dan gangguan pemenuhan nutrisi. Problematika pasca
stroke secara umum diantaranya : 1) gangguan sensomotorik, 2) gangguan
kognitif/memori, 3) gangguan psikiatrik atau emosional. Otak memiliki
3
Pada pasien pacsa stroke perlu dilatih guna memunculkan
sirkuit-sirkuit baru (kognitif dan sensomotor) sehingga sirkuit-sirkuit yang baru tersebut
menggantikan fungsi sirkuit yang telah rusak. Kemampuan otak yang seperti
ini disebut kemampuan plastisitas otak. Gangguan sensomotorik merupakan
problematic yang paling mendasar yaitu meliputi gangguan motorik yang
dapat mengakibatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh, abnormalitas
tonus otot, dan gangguan sensori yang mengakibatkan kelainan sensibilitas,
reseptor sendi, perasaan gerak, dan gangguan koordinasi (Kuntono, 2009).
Dari beberapa masalah tersebut penulis mengambil pasien stroke non
hemoragik dengan masalah kerusakan mobilitas fisik. Dalam masalah
kerusakan mobilitas fisik ini penulis akan melakukan tindakan keperawatan
melatih ROM. Range of motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan
dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah
terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan ini adalah salah satu
bentuk intervensi fundamental perawat yang dapat dilakukan untuk
keberhasilan regimen terepeutik bagi pasien dan dalam upaya pencegahan
terjadinya kondisi cacat permanen pada pasien paska perawatan dirumah sakit
sehingga dapat menurunkan tingkat ketergantungan pasien pada keluarga.
Bedasarkan alasan tersebut diatas penulis mengangkat kasus tentang
perawatan klien dengan peryakit stroke sebagai bahan karya tulis ilmiah
dengan judul “ Asuhan keperawatan klien dengan stoke non hemoragik
dengan masalah utama hambatan mobilitas fisik di Rsud Pajajaran Sumatra”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pasien stroke non- hemoragik
C. Tujuan studi kasus a. Tujuan umum
1) Menggambarkan analisis praktik klinik keperawatan kesehatan
terhadap pengaruh peryakit stroke pada perubahan mobilisasi
khususnya.
b. Tujuan Khusus
1) Melakukan analisis masalah keperawatan terkait dengan kasus
mobilisasi fisik pada pasien stroke dan konsep keperawatan kesehatan.
2) Melakukan asuhan keperawatan pada pasien stroke non -hemoragik
dengan gangguan mobilitas fisik.
3) Melakukan analisis intervensi latihan rentang gerak sendi dalam
mengatasi gangguan mobilitas fisik pada pasien dengan stroke non
-hemoragik.
D. Manfaat studi kasus
Manfaat studi kasus memuat uraian tentang implikasi temuan studi kasus yang
bersifat praktis terutama bagi :
1. Masyarakat
Ketepatan prosedur merawat pasien sroke non-hemoragik dalam
pemenuhan mobilisasi.
2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan :
Menambah ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam
pemenuhan mobilisasi pada pasien stroke.
3. Penulis :
Memperolah pengalaman dan mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan ,khususnya pasien stroke non-hemoragik dengan masalah
42
DAFTAR PUSTAKA
A.Azis Alimul Hidayat. ( 2008 ). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan proses Keperawatan. Jakarta : salemba Medika.
Auryn, V. 2008. Mengenal dan Memahami Stroke. Kata Hati. Yogyakarta.
Astrid, M., Nurachmah, E, & Budiharto (2011). Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot, Luas Gerak Sendi Dan Kemampuan Fungsional Pasien Stroke di RS Sint Carolus
Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Salemba Medika. Jakarta: EGC
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Heru Purbo Kuntono, 2009. Pemeriksaan FT C Pusat, Dalam Handout Kuliah FT C Pusat Jurusan DIV Fisioterapi, Politeknik Kesehatan Surakarta, Surakarta.
Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2010). Buku Ajar Fondamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik, Volume : 1, Edisi : 7, EGC : Jakarta
Murtaqib, 2013. Perbedaan LATIHAN Renge of Motion (ROM) Pasif dan Aktif selama 1-2 Minggu Terhadap Peningkatan Retang Gerak Sendi Pada Penderita Stroke di Keceamatan Tanggul Kabupaten Jember. Jurnal Keperawatan Soediman: Vol 8, No 1, Maret 2013.
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
Nabyl. 2009. Prinsip Pencegahan Diabetes Mellitus. Jakarta: CV.Trans Info Media.
NANDA, NIC-NOC. (2013). Panduan asuhan keperawatan profesional. Edisi Revisi. Media Hardy.
Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Petty, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC
Pudiastuti, D, W. (2013). Penyakit-penyakit Mematikan. Yogyakarta : Nuha medika
Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (2011). Keperawatan maternitas : Kesehatan wanita, bayi & keluarga edisi 18. Jakarta : EGC.
Suratun, S. Heryani, & Manurung, S., 2008, Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: Trans Info Media: 15-16, 19, 87-89.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R.,(2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan. Jakarta: EGC.
INFORMED CONSENT (Persetujuan Menjadi Partisipan)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh Yeti dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Hamabatan Mobilitas Fisik Dengan Diagnosa Stroke Non-hemoragik Diruang Inayah PKU Muhammadiyah Gombong”.
Saya memutuskan setuju untuk ikiut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpa sanksi apapun.
...2017 Yang memberikan persetujuan Saksi
... ...
...2017 Peneliti
Program Studi DIII Keperawatan dengan ini meminta anda untuk berpartispiasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Hamabatan Mobilitas Fisik Dengan
Diagnosa Stroke Non-hemoragik Diruang Inayah PKU Muhammadiyah
Gombong”.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan
pasien Stroke dengan Hambatan mobilitas fisik: yang dapat memberi
manfaat yaitu meningkatkan pengetahuan, pemahaman masyarakat dalam
menangani masalah hambatan mobilitas fisik pada pasien stroke.
Penelitian ini akan berlangsusng selama 3 hari.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung 15-20 menit.
Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu
khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan
atau pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam ke ikutsertakan pada penelitian ini
adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan atau
tindakan yang diberikan.
5. Nama jati diri anda seluruh informasi yang saudara sampaikan akan tetap
dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp:
Peneliti
Ruang : R. Inayah
WaktuPengkajian : 14.15 WIB
A.Identitas
1. IdentitasKlien
Nama : Tn. W
TanggalLahir :04Maret 1958
Umur : 59 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Alamat :Buayan, Kebumen
Agama :Islam
Pendidikan :SD
SukuBangsa :jawa, Indonesia
TanggalMasuk : 11 Juli 2017
No. RM :335150
Diagnosa Medik :SNH
2. Identitaspenanggungjawab
Nama : Tn. A
Umur : 37tahun
Jeniskelamin :laki-laki
Alamat :Buayan, Kebumen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
B.RiwayatKeperawatan
1. KeluhanUtama :Klien mengatakan kelemahan anggota gerak
pada sebelah kanan.
2. Riwayatkesehatansekarang :Klien datang ke IGD RSU PKU
Muhammadiyah Gombong pada tanggal 11 Juli 2017 jam 12.00 WIB dengan
keluhan mengalami kelemahan anggota gerak pada sebelah kanan, kekuatan
otot kanan bawah:3,kanan atas:3,kiri bawah :5,kiri atas:5, GCS:14 E;4,V;4,M:6
sejak 2 hari sebelum masuk kerumah sakit, pusing, lemah,mual dan pucat.
Klien masuk ke ruang Inayah pada tanggal 11 juli 2017 jam 14.00 WIB
dengan keluhan mengalami kelemahan anggota gerak pada sebelah kanan,
masih pusing,lemas, mual dan terlihat pucat. Setelah dilakukan pengkajian
pada tanggal 11 juli 2017 jam 14.15 WIB didapatkan hasil keadaan umum
lemah , GCS : 14 E:4V:4M:6 , kekuatan otot kanan bawah :3 ,kanan atas:3 kiri
bawah :5dan kiri atas :5, TD : 180/90 N : 68x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,5o.
3. Riwayatkesehatandahulu :Klien belum pernah dirawat dirumah sakit,
sebelumnya klien pernah mengalami keluhan yang sama seperti yang
dirasakan sekarang sekitar 3 bulan yang lalu, akan tetapi setelah diperiksa
dipuskesmas terdekat dan diberi obat klien merasa baikan. Klien mempunyai
riwayat hipertensi.
4. RiwayatkesehatanKeluarga :Keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menurun dan menular.
= Menikah
= Klien
= meninggal
a. Pola fungsional a. pola oksigenasi
sebelum sakit :Pasien mengatakan dapat bernafas secara normal
saat dikaji :Pasien mengatakan pasien dapat bernafas secara
normal, tanpa keluhan dan tidak memerlukan alat
bantu nafas.
b. Pola nutrisi
sebelum sakit :Pasien mengatakan sebelum sakit makan sehari 3x
sehari dengan nasi dan lauk pauk, jarang
mengkonsumsi sayuran, serta minum air putih +/_ 8
gelas/hari 2500ml serta minum teh dan kopi.
Saat dikaji : Pasien mengatakan menghabiskan 3 sendok makan
yang di sediakan Rumah Sakit dan minum 6 gelas
dan pasien masih merasa mual.
c. Pola kebutuhan istirahat dan tidur
sebelum sakit :Pasien mengatakan dapat beristirahat dengan
nyenyak, tidur +/_ 5-6 jam
saat dikaji :Pasien mengatakan tidur terganggu pada malam
hari sering terbangun karena merasa kekauan pada
tubuh sebelah kanan. Pasien tidur hanya 3 jam .
sebelum sakit :Pasien mengatakan BAK 4-5 x/hari urin berwarna
kuning jernih dan BAB 1x/hari feses berwarna
kuning kecoklatan.
Saat dikaji :Pasien mengatakan dari awal masuk Rumah Sakit
belum BAB dan BAK melalui kateter
e. Pola aktivitas
sebelum sakit :Pasien mengatakan dapat beraktivitas secara
mandiri
saat dikaji :Pasien mengatakan seluruh aktivitas pasien
dibantu oleh keluarganya, pasien tampak lemah
pada ekstremitas kanan. Kekuatan otot 3 5
3 5
f. Pola berpakaian
sebelum sakit :Pasien mengatakan dapat berpakaian secara
mandiri
saat dikaji :Pasien mengatakan dalam berpakaian dibantu oleh
keluarganya
g. Pola menjaga suhu tubuh
Sebelum sakit :Pasien mengatakan jika merasa dingin
menggunakan selimut/ pakaian tebal serta minum
air hangat, jika panas memakai pakaian tipis dan
menggunakan kipas angin
Saat dikaji :Pasien mengatakan jika merasa panas minta di
kipasi dan jika merasa dingin pasien minta di
selimuti, suhu : 36,5oC
h. Pola personal hygiene
Sebelum sakit :Pasienmengatakan mandi 2x sehari dan menggosok
gigi 2x sehari secara mandiri
Saat dikaji :Pasien mengatakan personal hygiene dibantu oleh
keluarga
keluarganya dan masih terasa pusing.
j. Pola komunikasi
Sebelum sakit :Pasien mengatakan mampu berkomunikasi dengan
baik di lingkungannya
Saat dikaji :Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi.
k. Pola rekreasi
Sebelum sakit :Pasien mengatakan senang berkumpul dengan
keluarganya untuk berekreasi
Saat dikaji :Pasien mengatakan tidak dapat berekreasi selama
sakit hanya tiduran di tempat tidur
l. Pola kebutuhan bekerja
Sebelum sakit :Pasien mengatakan hanya bekerja dirumah karena
sudah tidak bekerja sebagai tukang proyek .
Saat dikaji :Pasien mengatakan tidak bisa melakukan
pekerjaannya seperti biasa
m. Pola kebutuhan belajar
Sebelum sakit :Pasien mengatakan belum terlalu paham dengan
penyakit yang dideritanya
Saat dikaji :Pasien mengatakanbelum begitu faham dan
mengerti dengan peryakitnya.
n. Pola spiritual
Sebelum sakit :Pasien mengatakan dapat beribadah sholat 5 waktu
dan membaca Al- Quran
Saat dikaji :Pasien mengatakanjarang melakukan ibadah sholat
b.Data obyektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : lemah
kesadaran : apatis
TD : 180/90 mmHg
N : 68x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36,5oC
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : simetris tidak ada benjolan tidak ada luka bekas jaitan,
tidak ada nyeri tekan, dan rambut beruban dan sedikit kotor.
2) Leher : simetris tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid jugularis, reflek menelan kurang.
3) Mata : mata kanan dan kiri tidak simetris, ukuran pupil 3 mm
kanan dan 3 mm kiri, sclera nonikterik, konjungtiva anemis
4) Telinga : simetris, terdapat sedikit serumen.
5) Mulut : Gigi kotor, mukos bibir kering,tidak ada lesi, gigi tampak
ompong.
6) Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : terdengar bunyi vesikuler
Jantung
Inspeksi : tidak ada lesi dan tidak tampak ictucordis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi :terdengar bunyi reguler (lubdub) tidak
terdapat bunyi tambahan
7) Abdomen
Inspeksi : perut datar, tidak ada benjolan, tidak ada
Tidak ada kelainan pada daerah genetalia dan rectum. Terpasang DC
kateter
9) Ekstermitas :
o Atas : Mengalami kelemahan, kekuatan otot berkurang ( kanan
atas 3dan kiri atas 5)
o Bawah : Mengalami kelemahan (Kekuatan otot kanan bawah 3 dan
kiri bawah 5)
-c. Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium pada tanggal 11 Juli 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 14.2 13.2 - 17.3
Leukosit 7.94 3.8 - 10.6
Hematokrit 43.2 40–52
Eritrosit 4.71 4.4 – 5.9
Trombosit 286 150- 440
MCH 30.1 26 – 34
MCHC 32.8 32- 36
MCV 91.7 80–100
Basofil 0,3 0.0– 1.0
Netrofil 57.1 50.00– 70.00
Limfosit 34.3 25.0– 40.0
Monosit 5.5 1 – 6
FAAL GINJAL
Ureum 32 15-39
Creatinin 0.70 0.9-1.3
Asam urat 5.4 3.5-7.2
FAAL LEMAK
Colestrol 221 0-200
FAAL HATI
SGOT 12.00 0-50
SGPT 10.00 0-50
ELEKTROLIT
Natrium 140.5 135-147
Kalium 3.52 3.5-5.0
Hasil CT-SCAN dan Radiologi thorax pada tanggal 11 Juli 2017
Hasil CT-SCAN :
Deskripsi :
- Tampak gyri dan sulci tak prominen
- Batas greymatter-whitematter jelas
- Tampak lesi isodens-homogen disinus maxillaries sinistra
- Sinus para nasalis lainnya dan air celullae mastoid tampak normodens
- Tampak deviasi septum nasi kedextra
Kesan :
- Sinusitis maxillaries sinistra
- Deviasi septum nasi kedextra.
Hasil Radiologi Thorax :
Deskripsi :
- Tampak corakan broncohovasculer normal
- Hemidiafragma dextra et sinistra lain.
- Sudut costo-frenicus dextra et sinistra lancip
- Trachea tampak ditengah
- Tak tampak pembesaran limpfonodi hilus , para tracheal dan mediastinum
- CTR>0,5
- Struktur dan trabeculasi tulang tak tampak kelainan
Kesan :
- Pulmo masih tampak normal
- Besar cor normal.
d. Terapi obat
- Inj Ranitidine 50 mg 2x1
- Inj Ondansentron 4mg 2x1
- Inj Ceticolin 500mg2x1
- Inj Ceftrianxone 1gr 2x1
- Amlodiphin oral 10 mg 1x1
Penambahan terapi obat pada tanggal 12 Juli 2017 - Aspilet
- Pasien mengatakan sering mengeluh pusing
- Keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai riwayat hipertensi
DO :
- Kesadaran apatis
- GCS 14 E4M6V4,
- TD: 180/90 mmHg, N: 68x/menit, S: 36,5C, RR: 20x/menit
- Terapi yang diberikan untuk :
- Inj. Ceticolin 500mg
- Amlodiphin oral 10mg
- Irbesartan oral 150mg
- Aspilet
- Penitoin oral
perfusi jaringan
cerebral
suplai darah ke
otak
2 DS:
- Pasien mengatakan mengalami kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan
- Pasien mengatakan seluruh aktivitas dibantu oleh keluarganya
Hambatan
mobilitas fisik
Hambatan
DO:
- Pasien tampak lemah pada ekstremitas kanan.
- Kekuatan otot kanan atas 3, kanan bawah 3, kiri atas 5 dan kiri bawah 5
3 DS:
- Pasien mengatakan tidak dapat berpakaian sendiri
- Pasien mengatakan tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri
DO:
- Pasien kurang rapi
- Pasien hanya diseka
- Pasien dibantu dalam berpakaian dan personal hygiene oleh keluarga
Deficit
perawatan diri
Penurunan
kekuatan otot
Prioritas Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penurunan suplai darah ke otak
2. Hambatan mobilitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
1 Gangguan perfusi
jaringan otak
berhubungan
dengan
aterosklerosis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam masalah Gangguan perfusi jaringan
cerebral berhubungan dengan penurunan suplai
darah keotak dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Indikator Saat
dikaji
Tujuan
TTV normal 2 5
Dapat berkomunikasi dengan jelas 2 4
Pusing hilang 2 5
Ket: 1: parah, 2: berat, 3:sedang, 4: ringan, 5:
tidak sama sekali
1. Monitoring TTV
2. Monitor Kesadaran umum
3. Hindarkan pasien untuk stress
4. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan
letakjantung (beribantal tipis)
5. Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan
mengejan berlebihan
6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi
pengunjung
2 Hambatan
mobilitas
berhubungan
dengan
penururnan
kekuatan otot
Indikator Saat
dikaji
Tujuan
Tidak terjadi kontraktur sendi 2 4
Bertambahnya kekuatan otot 3 4
Klien menunjukan tindakan
untuk meningkatkan mobilitasi 2 5
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan Hambatan mobilitas
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
teratasi dengan kriteria hasil :
Ket: 1: parah, 2: berat, 3:sedang, 4: ringan, 5:
tidak sama sekali
1. Monitoring peningkatan kekkuatan otot
2. Lakukan ROM aktif
3. Bantu dalam pemenuhan kebutuhan
4. Posisikan pasien senyaman mungkin
5. Lakukan miring kanan ,miring kiri secara berkala 2
jam sekali
3 Deficit perawatan
diri berhubungan
dengan
penurunan
kekuatan otot
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan masalah deficit perawatan
diri berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1. Monitor klien untuk merawat diri
2. Bantu klien dalam personal hygiene
3. Bantu klien dalam eliminasi
4. Posisikan nyaman bagi klien
5. Mengkaji tingkat kemampuan klien merawat diri
6. Merapihkan klien
Mampu berpakaian secara mandiri 1 3
Ket: 1: parah, 2: berat, 3:sedang, 4: ringan, 5:
Implementasi keperawatan
Waktu NoDx Implementasi Evaluasi formatif Ttd
11 Juli 2017
14.15 Wib
15.00 Wib
15.00 Wib
15.15 Wib
16.00 Wib
17.00 Wib
I,II,III Mengkaji keluhan klien
Mengkaji ttv
Memonitor KU klien
Memposisikan nyaman
Menganjurkan klien untuk miring kanan
miring kiri setiap 2 jam sekali
Mengkaji kekuatan otot
Klien mengatakan kelemahan ekstermitas kanan dan
pusing.
TD : 180/90mmHg , RR :20x/menit
N: 68x/menit, S : 36,5oC
KU lemah
Klien nyaman
Klien kooperatif dan mau melakukan
Kekuatan otot 3 5
3 5
12 Juli 2017
07.00 Wib
Memberikan terapi obat
Inj ranitidine 50mg
Inj ceticolin 500g
Inj ceftriaxone 1gr
08.10 Wib
08.45 Wib
09.00 Wib
10.00 Wib
01.00 Wib
Melakukan latihan ROM
Menganjurkan miring kanan dan kiri
Mengkaji kekuatan otot
Mengkaji TTV
Mengobservasi keluhan dan KU klien
Klien melakukan ROM aktif
Klien kooperatif
Kekuatan otot 3 5
3 5
TD : 160/90mmHg
N : 63x/menit
RR :20x/menit
S :36,3oC
KU klien sedang
Klien mengatakan masih merasa pusing.
13 Juli 2017
07.00Wib I,II,III Memberikan terapi obat
Inj ranitidine 50mg
08.00Wib
10.00Wib
10.45 Wib
11.00Wib
Inj ceticolin 500g
Inj ceftriaxone 1gr
Oral amlodhipin 10mg
Oral Aspiret
Oral Penitoin 100mg
Mengobservasi TTV
Mengkaji keluhan klien
Melakukan ROM aktif
Mengkaji kekuatan otot klien
Memposisikan yang nyaman
Melepas DC kateter
Melepas infus
Membantu klien berganti pakaian
Obat masuk dengan diminum
TD : 120/90mmHg
N : 76x/menit
S: 36,5
RR: 20x/menit
Klien mengatakan sudah membaik dan tidak kambuh
Klien kooperatif
Kekeuatan otot klien
Klien kooperatif
Klien kooperatif
Klien kooperatif
Waktu NoDx Evaluasi Ttd
11 Juli 2017 I,II,III S :
- Klien mengatakan masih pusing
- Klien mengatakan mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kanan
- Klien masih dibantu dalam personal hygiene
O :
- KU lemah
- TD : 180/100mmHg, N :68x/menit, RR:20x/menit, S:36,50C
- GCS :14 E:4,V:5,M:6
- Kekuatan otot 3 5
3 5
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Observasi vital sign pasien
- Bantu klien dalam memandirikan personal hygiene
12 Juli 2017 I,II,III S :
- Klien mengatakan pusing berkurang
- Klien mengatakan mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kanan semalam
- Klien masih dibantu dalam personal hygiene oleh keluarga
O:
- KU lemah
- TD : 160/90mmHg, N :63x/menit, RR:20x/menit, S:360C
- GCS :14 E:4,V:5,M:6
- Kekuatan otot 3 5
3 5
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Observasi vital sign pasien
- Kaji kekeuatan otot
O :
- KU : sedang
- TD : 120/90mmHg, N :76x/menit, RR:20x/menit, S:36,50C
- GCS :14 E:4,V:5,M:6
- Kekuatan otot 3 5
35
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan untuk kontrol secara rutin
- Anjurkan lakukan latihan ROM secara rutin
Kopertis Wilayah X 47
MELAKUKAN ROM PASIEN STROKE
Agonwardi1*, Hendri Budi2
Poltekkes Kemenkes Padang *1email : agonwardinasution@yahoo.com
Submitted :13-10-2016, Reviewed:15-10-2016, Accepted:23-11-2016 DOI : http://dx.doi.org/10.22216/jen.v1i1.1030
ABSTRAK
Pasien stroke membutuhkan latihan ROM akibat kelemahan atau kelumpuhan yang dialami. Dari survei awal 10 orang keluarga pasien stroke yang di wawancarai di bangsal bedah saraf, (100%) mengatakan tidak bisa melakukan ROM. Hasil wawancarai 3 dari 5 perawat didapatkan bahwa perawat mengajarkan keluarga hanya dalam tahap mobilisasi miring kiri dan kanan.Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang ROM terhadap keterampilan keluarga dalam melakukan latihan ROM di bangsal saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013. Penelitian dimulai bulan Mei sampai November 2013 menggunakan desain quasi-eksperimen rancangan one group pre-post test dengan intervensi pendidikan kesehatan tentang latihan ROM. Populasi seluruh keluarga pasien stroke. Sampel berjumlah 15 orang. Analisis data secara univariat dan bivariat, analisis secara bivariat menggunakan uji Wilcoxon.. Hasil penelitian keterampilan rata-rata sebelum melakukan pendidikan ROM mempunyai skor 16,27. Setelah dilakukan skor menjadi 77,67. Pendidikan kesehatan tentang latihan ROM berpengaruh terhadap keterampilan keluarga yang dilakukan di RSUP Dr.M Djamil tahun 2013 ( nilai P = 0,001) . Disarankan kepada kepala ruangan rawat inap bangsal saraf RSUP Dr.M Djamil Padang dapat menjadikan pendidikan latihan ROM sebagai salah satu intervensi didalam pemberian pelyanan asuhan keperawatan. dan pendidikan kesehatan tentang ROM sebagai protap dan standar asuhan keperawatan pasien stroke dan keluarganya.
Kata kunci : Range of Motion (ROM);,stroke ;pendidikan kesehatan
ABSTRACT
Stroke patients require ROM exercises due to weakness or paralysis experienced. From the initial survey of 10 family members of stroke patients who are interviewed in the neurosurgery ward, (100%) said they could not do the ROM. Results interviewed 3 of 5 nurses showed that nurses teach families just in the stage of mobilization tilt left and right. Purpose research to determine the effect of health education on the ROM to the family skill in doing ROM exercises in neurological wards Hospital Dr. M. Djamil Padang 2013. Using a quasi-experimental design of one group pre-post test with health education interventions on exercise ROM. Population whole families of stroke patients. Samples numbered 15 people. The analysis of univariate and bivariate data, bivariate analysis using the Wilcoxon test . The results of the research skills of the average before the education ROM has a score of 16.27. After the score to 77.67. Health education about ROM exercises influence on family skills conducted at Dr Dr.M Djamil in 2013 (P = 0.001). It is suggested to the head of the room inpatient wards nerve Dr.M. Djamil Padang Hospital ROM exercises can make education as one of the interventions in the provision.
Agonwardi, H Budi – Pengaruh Pendidikan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016
Kopertis Wilayah X 48
PENDAHULUAN
Stroke atau cedera serebrovaskuler (cerebro vascular accident) adalah ketidaknormalan fungsi sistem saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan kenormalan aliran darah ke otak (Smeltzer & Bare, 2008).
Data WHO tahun 2007, menunjukkan 15 juta orang menderita stroke di seluruh dunia setiap tahun. Sebanyak 5 juta orang mengalami kematian dan 5 juta mengalami kecacatan yang menetap (Stroke center, 2007). Stroke merupakan penyakit yang serius karena memiliki angka kematian cukup tinggi yaitu lebih dari 200.000 jiwa/tahun diseluruh dunia dan insiden stroke diperkirakan lebih dari 750.000 per tahunnya dengan 200.000 jiwa/tahun serangan stroke berulang, sebagian atau lebih klien stroke akan mengalami ketergantungan secara fisik bahkan kematian (Price & Wilson, 2006). Sepertiga penderita meninggal saat serangan awal / fase akut, sepertiga lagi mengalami stroke berulang, dari 50% yang selamat akan mengalami kecacatan. Dari satu juta populasi dilaporkan sekitar 24.000 yang menderita stroke dan 1.800 penderita yang akan kembali berulang (Vitahealth, 2004). Di Asia Tenggara yaitu Indonesia dan Malaysia stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di rumah sakit. Jumlah penderita stroke di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. (Hernowo, 2007).
Indonesia saat ini merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif. Diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 orang penduduk Indonesia terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. (Yastroki, 2007). Di Indonesia stroke merupakan penyebab kematian terbesar di rumah sakit dan penyebab utama kecacatan pada kelompok usia dewasa. Serangan stroke lebih banyak pada laki-laki yang
terjadi pada usia dibawah 45 tahun sebanyak 11,8%, 54,2% pada usia 45 – 64 tahun serta diatas usia 65 tahun sebanyak 33,5% (Rasyid, et al, 2007). Menurut hasil survey ASNA yang dilakukan pada 28 rumah sakit se Indonesia didapatkan hasil bahwa jumlah klien stroke iskemia 415 dan klien stroke hemoragik 393 dengan rata-rata usia masing-masing 59 tahun dan 58 tahun, angka kematian 24,5% (Misbach, 2006 dalam Rasyid 2007).
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, sesuai dengan lokasi dan ukuran lesi. Manifestasi klinis dari stroke antara lain: gangguan motorik, gangguan komunikasi verbal, gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan gangguan psikologis serta disfungsi kandung kemih (Smeltzer & Bare 2008). Stroke dapat menyisakan kelumpuhan, terutama pada sisi yang terkena, timbul nyeri, sublukasi pada bahu, pola jalan yang salah dan masih banyak kondisi yang perlu dievaluasi oleh perawat. Perawat mengajarkan cara mengoptimalkan anggota tubuh sisi yang terkena stroke melalui suatu aktivitas yang sederhana dan mudah dipahami pasien dan keluarga (Smeltzer and Bare, 2008).
Keluarga sangat berperan penting
dalam proses pemulihan dan
pengoptimalan kemampuan motorik pasien pasca stroke. Keluarga merupakan sistem pendukung utama memberi pelayanan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) anggota keluarga. Oleh karena itu, pelayanan perawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan pasien, tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga tersebut (Effendy, 1998).
Kopertis Wilayah X 49 Menurut Suratun (2008), latihan ROM
pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien pasca stroke dan keluarga. Oleh karena itu, sebagai pendidik, perawat perlu membantu kemandirian keluarga dalam melakukan rehabilitasi awal pasien stroke berupa latihan ROM pasif sebagai upaya keluarga untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah kesehatan keluarga dan berperan dalam meningkatkan kesehatan keluarga yang nantinya dapat digunakan oleh keluarga di rumah setelah pasien pulang dari rumah sakit.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Harigustian (2009) di RSUD Senopati Bantul tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang ROM terhadap keterampilan ROM keluarga pada pasien stroke di rumah, ditemukan adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap keterampilan ROM keluarga pada pasien stroke di rumah.
Dari survey awal pada tanggal 23 Januari 2013 di bangsal Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, Latihan ROM tidak dilakukan pada pasien stroke yang telah melalui fase akut dan kondisi klinis sudah membaik, padahal keluarga yang menjaga pasien mencapai tiga atau empat orang. Setelah mewawancarai 10 orang keluarga pasien stroke, peneliti mendapatkan seluruh keluarga tersebut (100%) mengatakan tidak bisa melakukan latihan ROM . Setelah mewawancarai 3 dari 5 perawat di bangsal saraf, didapatkan data bahwa perawat mengajarkan keluarga hanya dalam tahap mobilisasi miring kiri dan kanan untuk mencegah dekubitus pada pasien stroke. Latihan ROM tidak dilakukan oleh keluarga terhadap pasien dikarenakan kurang terpaparnya informasi dan pengetahuan keluarga tentang konsep dan teknik latihan ROM. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang latihan ROM terhadap keterampilan keluarga dalam melakukan
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan desain quasi-eksperimen dengan rancangan one group pre-post test. Disain Kuasi-Eksperimen memfasilitasi pencarian hubungan sebab akibat dalam situasi dimana kontrol secara sempurna tidak memungkinkan untuk dilakukan. Disain Kuasi-Eksperimen merupakan disain penelitian yang bertujuan menguji hubungan sebab akibat dengan mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan satu kelompok subjek/tidak memiliki variabel control (Burns & Grove, 2003).
Rancangan penelitian sebagai berikut :
Subjek Pre test Perlakuan Post test
K 01 X 02
Keterangan :
K :Subjek Penelitian (Keluarga pada pasien stroke)
01:Keterampilan subjek penelitian dalam melaksanakan ROM sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang latihan ROM
X: Intervensi (Pendidikan Kesehatan tentang latihan ROM
Agonwardi, H Budi – Pengaruh Pendidikan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016
Kopertis Wilayah X 50
rumah dengan pasien’ Keluarga yang
bersedia menjadi responden dan kooperatif. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi variable independent yaitu intervensi pendidikan kesehatan tentang latihan ROM pada keluarga.. Kemudian yang menjadi variable dependent adalah keterampilan keluarga dalam melaksanakan latihan ROM setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang latihan ROM. Pengumpulan data dan intervensi pendidikan kesehatan tentang latihan ROM dilakukan oleh peneliti dibantu oleh petugas pengumpul data yang sebelumnya sudah dilatih. Pengumpulan data dilakukan secara angket dan observasi dengan menggunakan kuesioner pedoman observasi yang peneliti kembangkan sendiri. Informasi yang dikumpulkan yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga tentang Latihan Range Of Motion (ROM) pada pasien stroke. Yang meliputi tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan tahapan editing, coding, entry dan cleaning dan tabulating, dilakukan secara komputerisasi .
Analisa data dilakukan secara univariat dengan statistik deskriptif data numerik yang dihitung yaitu mean, median modus, estándar deviasi, nilai minimal dan nilai maksimal. Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara dua variabel dengan uji T dependen, untuk melihat pengaruh variabel independen (pendidikan kesehatan tentang latihan Range Of Motion) dengan variabel dependen (keterampilan keluarga dalam melakasanakan latihan Range Of Motion), pada tingkat
kepercayaan 95 % (α = 0,05).
Pada penelitian ini uji t tidak jadi digunakan karena adanya distribusi data yang tidak normal, dimana nilai p yang diperoleh pada uji Shapiro – wilk yaitu 0,236 (pre test) dan 0,678 (post test) berarti p > 0,05 sehingga menunjukkan distribusi data tidak normal. Dengan demikian uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Wilcoxon. Hasil analisa
dinyatakan berpengaruh apabila diperoleh nilai p < α (α = 0,05)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang latihan Range Of Motion (ROM) terhadap keterampilan keluarga dalam melakukan latihan Range of Motion (ROM) di bangsal saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013. Penelitian dilakukan terhadap 10 orang keluarga pasien stroke yang dirawat di Ruang Rawat Inap Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan hasil penelitian sebagai berikut. Hasil analisis karakteristik responden pada penelitian ini menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin, umur dan pendidikan responden.
Jenis Kelamin
Tabel 1,Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang Rawat Inap Saraf RSUP Dr. M. Djamil
Padang
Tabel 1 diatas didapatkan bahwa lebih dari separoh (60%) responden berjenis kelamin perempuan .
Umur
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Ruang Rawat Inap
Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang
No Umur Frekuensi
Kopertis Wilayah X 51 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pendidikan Di Ruang Rawat Inap Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang
N
Berdasarkan tabel 3 diatas didapatkan bahwa responden lebih banyak yang berpendidikan sarjana (40%).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan ROM Terhadap Keterampilan Responden Dalam Melakukan Latihan ROM pada Keluarga
Tabel 4.Distribusi Keterampilan Melakukan Latihan ROM Responden Berdasarkan Rata-rata Pre Test dan Post
Test Di Ruang Rawat Inap Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang
Ketrampilan
Tabel 4 diatas terdapat perbedaan rata-rata Keterampilan Melakukan Latihan ROM Responden pada saat pre test (16,27) dan post test (77,67). Hasil uji statistic dengan menggunakan uji Wilcoxon matched pairs didapatkan nilai p=0,001 (p<0,005), maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang latihan ROM terhadap Keterampilan keluarga Melakukan Latihan ROM pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013.
Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka konsep penelitian, maka pembahasan difokuskan pada analisa penelitian yaitu pengaruh pendidikan
latihan ROM pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan ROM Terhadap Keterampilan Responden Dalam Melakukan Latihan ROM pada Keluarga
Tabel .4 didapatkan bahwa terdapat perubahan skor rata-rata ketrampilan keluarga dalam melakukan latihan ROM pada pasien stroke pada saat pre test dan post test .Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon matched pairs didapatkan nilai p=0,001 (p<0,005), maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang latihan ROM terhadap ketrampilan keluarga melakukan latihan ROM pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013.
Hasil penelitian ini membuktikan hipotesa penelitian bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang latihan ROM terhadap keterampilan keluarga dalam melakukan latihan ROM pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013.
Agonwardi, H Budi – Pengaruh Pendidikan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016
Kopertis Wilayah X 52
orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap maupun praktek baru yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan kesehatan yang diberikan oleh peneliti menyebabkan terjadinya perubahan tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan keluarga dalam melakukan latihan ROM. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh (Sunaryo, 2006) bahwa terbentuknya suatu perilaku, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulasi yang berupa materi atau objek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek yang diketahuinya itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan didasari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) sehubungan dengan stimulus atau objek tersebut.
Terjadinya perubahan skor rata-rata kemampuan keluarga dalam melakukan latihan ROM tersebut menunjukkan bahwa keluarga telah mampu menerima informasi yang diberikan oleh peneliti. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan responden dimana pada penelitian ini lebih banyak (40%) responden berpendidikan sarjana, sehingga mampu dengan mudah menyerap informasi yang diberikan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan yang dilakukan oleh Yunita (2008) tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap perubahan tindakan pencegahan filariasis oleh ibu – ibu di Jorong Koto Bakuruang Nagari Mungo Kecamatan Luak 50 Kota Tahun 2008, didapatkan hasil bahwa adanya perbedaan tindakan sebelum dengan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan
yaitu dari 46,67% menjadi 60% tindakan pencegahan filariasis yang tinggi.
Menurut peneliti dengan diberikannya pendidikan kesehatan kepada keluarga, maka keluarga menjadi tahu dan mampu untuk melakukan latihan ROM pada pasien stroke, dimana pada pendidikan kesehatan yang dilaksanakan, keluarga mendapatkan pengetahuan baru dan mendapatkan pengalaman belajar dalam bentul melakukan latihan ROM pada pasien stroke. Dengan demikian terbentuklah keterampilan keluarga dalam melakukan latihan ROM tersebut.
Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Notoatmodjo (2007) bahwa keterampilan melakukan salah satu aspek dari psikomotor domain yang merupakan bagian dari perilaku, disamping domain kognitif dan afektif. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti .
Oleh karena itu kegiatan pemberian pendidikan kesehatan tentang latihan ROM perlu dilaksanakan dan dijadikan suatu protap dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien stroke dan keluarganya di Ruang Rawat Inap RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Keterbatasan Penelitian
Kopertis Wilayah X 53 SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang latihan ROM terhadap keterampilan keluarga dalam melakukan latihan ROM pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013, dapat di simpulkan, bahwa skor keterampilan keluarga sebelum pendidikan dan sesudah pendidikan terjadi peningkatan yaitu dari skor 16.27 menjadi 77,67. Dari uji statistik didapatkan nilai p=0,001, berarti pendidikan kesehatan
dibangsal saraf RSUP Dr. M. Jamil Padang. Diharapkan kepada kepala ruang Rawat Inap Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang agar dapat menjadikan pendidikan kesehatan tentang latihan ROM sebagai salah satu intervensi didalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan dan menjadikan pendidikan kesehatan tentang latihan ROM sebagai protap atau standar asuhan keperawatan kepada pasien stroke dan keluarganya. Dan keluarga pasien dapat mengikuti pendidikan kesehatan tentang latihan ROM.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2004. Standar pelayanan unit stroke. Jakarta : Depkes RI.
Feigin, V. 2006. Stroke : Panduan berganbar tentang pencegahan dan pemulihan stroke. Jakarta: PT. Buana ilmu popular
Ignatavicius, D., D. & Workman, M.L. 2006. Medical-surgical nursing: Critical thingking for colaborative care. St. Louis: Elsevier Inc.
LeMone, P., & Burke, M. K. 2008. Medical-surgical nursing: Critical thinking in client care. St. Louis: Cummings Publishing Company Inc.
Lewis. 2007. Medical surgical nursing. 7th edition. St. Louis : Missouri. Mosby-Year Book, Inc.
Misbach&Kalim. 2006, Stroke mengancam usia muda., diperoleh dari http://www.medicastore.com/stroke /#tiga, pada tanggal 2 Maret 2013.
Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Price, S., & Wilson, L., 2006. Patofisiologis. Konsep klinis proses-proses penyakit.Edisi ke 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rasyid, et al., 2007. Unit Stroke. Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Jakarta :Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian . Bandung. CV. Alfabeta.
Smeltzer, C.S., et al. 2008. Brunner & suddarth’s texbook of medical -surgical nursing. (11 th ed). Philadelphia: Lippincott and Wilkins.
Stroke center, 2007. Population stoke in
the world,
http://www.strokecenter.org/patient s/stats.htm, diperoleh tanggal 2 Maret 2013.
Agonwardi, H Budi – Pengaruh Pendidikan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016
Kopertis Wilayah X 54
http://www.yastroki.or.id/read.php? id=319, diperoleh tanggal 2 Maret 2013.
Yastroki. 2007. Indonesia, negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, diperoleh dari
1
1Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2
Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: winonaprok@ymail.com
Abstract: Stroke is the clinical signs are growing rapidly as a result of brain dysfunction focal (or global), with symptoms lasting for 24 hours or more, can cause death, regardless of the cause other than vascular. Stroke can cause deficit of hand function. Design of study is quasi experiment with pre and post test design. Study was done at Public Hospital of Prof.R.D. Kandou Manado on october until november 2015 with 18 samples of stroke patients and was selected by using purposive sampling method. The ball handgrip active exercise carried out for a month. Force of handgrip was measured by using handgrip dynamometer. The result of study showed mean of force of handgrip before exercise 10,56 Kg, after exercise 14,06 Kg. There was significant different of mean of muscle power before and after exercise (p = 0.000). Conclusion of study there was significant affect of the ball handgrip active exercise program to muscle power of hand on stroke patients.
Keywords: stroke, ball handgrip active exercise, muscle power
Abstrak: Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain vaskular. Stroke dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tangan. Penelitian menggunakan desain quasi experiment dengan rancangan pre and post test one group design. Penelitian dilaksanakan di Rumah sakit umum Prof kandou Manado pada bulan oktoberl sampai dengan november 2015. Sampel berjumlah 18 pasien stroke yang diambil dengan purposive sampling. Perlakukan dalam penelitian ini yaitu latihan gerak aktif menggenggam bola karet selama 1 bulan. Kekuatan otot diukur dengan handgrip dynamometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kekuatan otot sebelum latihan sebesar 10,56 Kg dan sesudah latihan 14,06 Kg. Hasil analisis data menunjukkan ada perbedaan bermakna rata-rata kekuatan otot sebelum dan sesudah latihan (p= 0,000). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bermakna latihan gerak aktif menggenggam bola terhadap kekuatan otot tangan pada pasien stroke .
Kata kunci: stroke, latihan gerak aktif menggenggam bola, kekuatan otot
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain vaskular.1 Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga,
setelah penyakit jantung dan kanker dan penyebab kecacatan nomor 1 bagi penyandangnya.2
Prok, Gessal, Angliadi: Pengaruh latihan gerak...
bukti banyaknya angka kejadian stroke yang terjadi.
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebesar 7 per mil (perseribu penduduk) dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 12,1 per mil.4 Di provinsi Sulawesi Utara sendiri, prevalensi stroke sebesar 10,4%. Pada tahun 2010 stroke menempati posisi kedua penyakit terbanyak (kasus baru). Pada tahun 2011 stroke kembali menempati posisi pertama penyakit terbanyak (kasus baru) dengan jumlah kasus sebanyak 228 kasus.5
Kematian jaringan otak akibat stroke dapat menyebabkan menurunnya bahkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan tersebut. Salah satu gejala yang ditimbulkan adalah kelemahan otot pada bagian anggota gerak tubuh yang terkena seperti jari-jari tangan.6 Fungsi tangan begitu penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan merupakan bagian yang paling aktif, maka lesi pada bagian otak yang mengakibatkan kelemahan pada ekstremitas akan sangat menghambat dan mengganggu kemampuan dan aktivitas sehari-hari seseorang.7
Stroke dapat menimbulkan berbagai tingkat gangguan, seperti penurunan tonus otot, hilangnya sensibilitas pada sebagian anggota tubuh, menurunnya kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh yang sakit dan ketidakmampuan dalam hal melakukan aktivitas tertentu. Pasien stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh disebabkan oleh karena penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu menggerakkan tubuhnya (imobili-sasi). Immobilisasi yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat, akan menimbulkan komplikasi berupa abnormalitas tonus, orthostatic hypotension, deep vein thrombosis dan kontraktur.8
Cara untuk meminimalkan kecacatan setelah serangan stroke adalah dengan rehabilitasi. Rehabilitasi penderita stroke salahsatunya adalah dengan terapi latihan. Peningkatan intensitas latihan sebanding dengan perbaikan kualitas hidup. Terapi latihan adalah salah satu cara untuk
mempercepat pemulihan pasien dari cedera dan penyakit yang dalam penatalaksanaannya menggunakan gerakan aktif maupun pasif. Gerak pasif adalah gerak yang digerakkan oleh orang lain dan gerak aktif adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri.9
Salah satu latihan gerak aktif dapat dilakukan dengan cara latihan menggenggam bola. Untuk membantu pemulihan bagian lengan atau bagian ekstremitas atas diperlukan teknik untuk merangsang tangan seperti dengan latihan spherical grip yang merupakan latihan fungsional tangan dengan cara menggenggam sebuah benda berbentuk bulat seperti bola pada telapak tangan.7 Yulinda menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan motorik awal dan setelah empat minggu diterapi
latihan menggenggam bola.6,9
Penelitian Kwakkel memperlihatkan bahwa peningkatan intensitas waktu terapi latihan, khususnya jika penambahannya minimal 16 jam dalam enam bulan pertama memiliki pengaruh yang kecil tapi bermakna pada kemampuan fungsional penderita stroke, terutama jika dilakukan lebih intensif dan lebih dini. Handgrip dinamometer berguna untuk menguji kekuatan genggaman tangan. Dapat juga digunakan untuk pelacakan perbaikan dengan latihan kekuatan dan selama rehabilitasi.10
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di bagian okupasi terapi Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen-tal dengan rancangan pretest-postest. Terdapat 18 sampel yang memenuhi kriteria inklusi yang dipilih berdasarkan purposive sampling. Hasil penelitian ini diolah menggunakan SPSS 20.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 menunjukkan Karakteristik berdasarkan umur responden terbanyak adalah umur 50-60 tahun yakni sebanyak 10 responden (55,6%)
Umur Frequency Percent
50-60 10 55,6
61-70 4 22,2
>70 4 22,2
TOTAL 18 100
Tabel 2 menunjukkan karakteristik berdasarkan jenis kelamin responden yang terbanyak adalah laki-laki yakni sebanyak 14 responden (77,8%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin Frequency Percent
L 14 77,8
P 4 22,2
Total 18 100,0
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata
kekuatan otot sebelum latihan
menggenggam bola didapatkan 10,56, dengan nilai terendah 2, tertinggi 24 kg, dan standar deviasi sebesar 5,963. Rata-rata kekuatan otot sesudah latihan menggeng-gam bola didapatkan 14,06 dengan nilai terendah 4 kg, tertinggi 29 kg, dan standar deviasinya sebesar 6,235 kg.
Tabel 3. Kekuatan Otot Sebelum dan Sesudah Latihan Menggenggam Bola
Kekuatan
Tabel 4 menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata kekuatan otot antara sebelum dengan sesudah latihan menggenggam bola didapatkan -3,500 dengan standar deviasi sebesar 1,249. Hasil analisis didapatkan juga nilai p sebesar 0,000 yang artinya bahwa pada taraf signifikansi 0,01, H0 ditolak. Artinya
Interpretasinya menunjukkan bahwa ada pengaruh latihan gerak aktif menggenggam bola pada pasien stroke diukur dengan handgrip dinamometer di RSUP. Prof. Dr. R.D Kandou Manado.
Tabel 4. Perbedaan Kekuatan Otot Sebelum-Sesudah Latihan Menggenggam Bola Pada Pasien Stroke
Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden berusia 50-60 tahun dan masing –masing yakni 22,2% pada usia 61-70 tahun dan >70 tahun. Secara konsep, angka kejadian stroke meningkat seiring dengan pertambahan usia. Warlow et al mengungkapkan bahwa usia memiliki hubungan yang sangat kuat dengan kejadian stroke. Stroke jarang terjadi pada usia kurang dari 50 tahun, tetapi resiko terjadinya stroke meningkat dua kali lipat setelah usia 50 tahun.11
Hasil pada Tabel 1 sejalan dengan konsep bahwa resiko stroke meningkat dua kali lipat setelah usia 50 tahun. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Aisyah ,dkk tentang Hubungan Umur, Jenis Kelamin, dan Hipertensi dengan Kejadian Stroke bahwa kejadian stroke ditemukan paling banyak pada golongan umur > 55 tahun.12
Berdasarkan data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah laki-laki yakni sebesar 77,8%. Secara teori serangan stroke lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita. Menurut Petrina insiden stroke lebih tinggi 19% pada laki-laki dibandingkan dengan wanita pada semua ras. Menurut American Heart Association, insiden stroke pada