7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Sejenis yang Relevan
Penelitian yang dilakukan peneliti berbeda dengan penelitian yang
terdahulu.Untuk membedakan penelitian yang berjudul ―Analisis Penggunaan EYD
pada Surat Pribadi Siswa Kelas VII SMP N 3 Purwokerto Tahun Ajaran 2015-2016‖
dengan penelitian yang sebelumnya, maka peneliti mengadakan peninjauan di
perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Untuk membuktikannya,
peneliti meninjau penelitian mahasiswa yang terdahulu hampir sama dengan
penelitian ini, akan tetapi hanya dijadikan referensi saja. Penelitian yang dimaksud:
1. Penelitian dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan EYD pada Laporan Perjalanan Siswa Kelas VIII SMP N 02 Karanglewas Tahun Ajaran 2011-2012”
Penelitian ini diteliti oleh Sylvania Sukma Firdiyana, NIM 0801040038, tahun
2013. Tujuan penelitian di atas yaitu untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan
EYD pada laporan perjalanan yang ditulis siswa kelas VIII SMP N 02 Karanglewas.
Data penelitian ini berupa laporan perjalanan siswa kelas VIII SMP N 02
Karanglewas. Data berjumlah 103 data kesalahan dan sumber datanya adalah siswa
SMP N 02 Karanglewas. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik
dokumenter. Tahap analisis data menggunakan teknik Miles dan Hubermen.Ada 3
tahap ,yaitu 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan 3) verifikasi data.
Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka penelitian dengan judul ‖Analisis
8
Ajaran 2015-2016” memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian tersebut di atas. Adapun persamaanya, yaitu teori yang digunakan dalam penelitian ini pada
dasarnya sama-sama tentang Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), hanya saja
menggunakan pendapat para ahli yang berbeda untuk menguatkan teori tersebut.
Perbedaannya terletak pada tujuan penelitian, data,sumber data, dan metodologi
penelitiannya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk
penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada surat pribadi siswa kelas VII
SMP N 3 Purwokerto dan mendeskripsikan persentase perbandingan penggunaan
EYD yang benar dan yang salah pada surat pribadi siswa kelas VII SMP N 3
Purwokerto tahun ajaran 2015-2016. Data pada penelitian ini berupa kalimat-kalimat
yang digunakan siswa saat membuat surat pribadi, sedangkan sumber datanya adalah
siswa kelas VII SMP N 3 Purwokerto. Metode penelitian menggunakan menggunakan
metode agih dilanjutkan dengan teknik ganti, lesap, dan sisip.
2. Penelitian dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca pada Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP Diponegoro 8 Rawalo”
Penelitian ini diteliti oleh Endah Septiana Kuspitasari, NIM 0801040035,
tahun 2013. Tujuan dari penelitian di atas yaitu untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk
kesalahan penggunaan tanda baca dalam karangan narasi siswa kelas VII SMP
Diponegoro 8 Rawalo. Data penelitian ini berupa kalimat dalam karangan narasi siswa
dan sumber datanya adalah karangan narasi siswa kelas VII A dan VII B SMP
Diponegoro 8 Rawalo. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik
dokumenter. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
Langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu, 1) klasifikasi data, 2) penyajian data
9
Berdasarkan tinjauan di atas disimpulkan bahwa penelitian dengan judul
‖Analisis Penggunaan EYD pada Surat Pribadi Siswa Kelas VII SMP N 3 Purwokerto
Tahun Ajaran 2015-2016” berbeda dengan penelitian yang tersebut di atas. Perbedaannya terletak pada tujuan penelitian, data, sumber data, dan metode
penelitiannya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk
penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada surat pribadi siswa kelas VII
SMP N 3 Purwokerto dan mendeskripsikan persentase perbandingan penggunaan
EYD yang benar dan yang salah pada surat pribadi siswa kelas VII SMP N 3
Purwokerto tahun ajaran 2015-2016. Data pada penelitian ini berupa kalimat-kalimat
yang digunakan siswa saat membuat surat pribadi, sedangkan sumber datanya adalah
siswa kelas VII SMP N 3 Purwokerto. Metode penelitian menggunakan menggunakan
metode agih dilanjutkan dengan teknik ganti,lesap dan sisip. Persamaannya terletak
pada teori yang digunakan yaitu tentang Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), hanya
saja penelitian di atas membahas tentang tanda baca.
B. Ejaan Yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan
Presiden No.57, Tahun 1972.Departemen pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan
buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan.Penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah
tulis-menulis yang distandarisasikan, yang lazimnya mempunyai 3 aspek yakni aspek
fonologis morfologis, dan sisntaksis. Pada aspek fonologis, bunyi bahasa menyangkut
10
bunyi bahasa menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis. Pada aspek
sintaksis, bunyi bahasa menyangkut penanda ujaran berupa tanda
baca(Badudu,1991:91).
Pada hakikatnya ejaan itu tidak lain dari konvensi grafis,perjanjian di antara
anggota masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya. Bunyi bahasa
yang seharusnya diucapkan, diganti dengan huruf dan lambang-lambang lainnya.Ejaan
merupakankaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan
berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi sebuah
kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi.
Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang
tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dan
ejaan (Chaer, 201:36).
Berdasarkan etimologi, kata ejaan berasal dari kata dasar eja.Eja yang berarti melafalkan huruf-huruf satu demi satu.Ejaan adalah kaidah-kaidahcara
menggambarkan bunyi-bunyi, kata dan kalimat dalam bentuk tulisan (huruf-huruf).
Selain itu, juga menggambarkanpenggunaan tanda bacanya.Ejaan juga keseluruhan
peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana
inter-relasi antara lambang-lambang tersebut(pemisahan dan penggabungan)
dalamsuatu bahasa (KBBI, 2007: 285).
Ejaan adalah perlambangan fonem dengan huruf. Huruf-huruf yang digunakan
adalah huruf latin, yakni huruf (alfabet) yang digunakan juga oleh sebagian besar
bangsa di dunia ini untuk menuliskan bahasa mereka. Dalam sistem ejaan suatu
11
fonem dinamakan huruf. Perlambangan fonem dengan huruf dalam sistem ejaan
termasuk juga (1) ketetapan tentang bagaimana satuan-satuan morfologi seperti kata
dasar, kata ulang, kata majemuk, kata berimbuhan, dan partikel-partikel dituliskan,
dan (2) ketetapan tentang bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat
dengan pemakaian tanda baca seperti titik, koma, titik koma, titik dua, tanda petik,
tanda tanya, dan tanda seru (Badudu,1985 :31).
Jadi, ejaan adalah keseluruhan peraturan yang resmi dan dijadikan pedoman
dalam setiap karangan untuk merujuk kepada bahasa Indonesia yang baik dan
benar.Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca
dan sebagai hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana
menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan
kata. Pemotongan itu harus berguna terutama saat memisahkan huruf-huruf itu pada
akhir suatu baris jika baris itu tidak memungkinkan penulisan seluruh kata di sana.
Selain itu, penelitian huruf merupakan unsur penting yang harus diperhatikan dalam
penelitian ejaan yang tepat. Dengan memahami aturan-aturan EYD siswa dapat
menyusun kalimat bahasa Indonesia dengan baik tanpa menimbulkan kerancuan.
Berikut merupakan aturan atau pedoman umum ejaan yang disempurnakan antara lain:
1. Pemakaian Huruf Kapital
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
12
Dia mengantuk.
Apa maksudnya ?
Kita harus bekerja keras.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung
Misalnya:
Adik bertanya, ―Kapan kita pulang ?
Bapak menasihatkan, ―Berhati-hatilah, Nak!‖
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya :
Allah, Yang Maha Pengasih.
Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan
dan keagamaan yang dikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hassanudin, Haji Agus Salim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturanan dan keagamaan yang tidak dikuti dengan nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Tahun ini ia pergi naik haji.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, ProfesorSupomo, Gubernur Irian Jaya.
13
Misalnya :
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu ?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah, Dewi sartika, Wage Rudolf Supratman, Ampere
Huruf kapital tidak pakai sebagai huruf petama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
Mesin diesel, 5 ampere
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dan
bahasa.
Misalnya:
Bangsa Indonesia, suku Sunda,bahasaInggris.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa
yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
Mengindonesiakan kata asing Keinggris- inggrisan
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Hijrah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari
Galungan, hari Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf petama peristiwa sejarah yang tidak
14
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi
Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab,Kali Brantas, Lembah
Baliem, Teluk Bemggala, Terusan Suez dll.
Huruf kapital tidak dpakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat, pergi ke arah tenggara.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garaminggris, gula jawa, pisang ambon.
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan,serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
Misalnya:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Presiden
Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen
resmi.
Misalnya:
15
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang- Undang Dasar
Republik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, yang, dan untuk yang tidak terlrtak pada
posisi awal.
Misalnya :
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makala “Asas-Asas Hukum Perdata”.
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya :
Dr. doktor
M.A. master of arts
S.E. sarjana Ekonomi
S.H. sarjana Hukum
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. Saudara
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik dan paman yang dipakai
16
Misalnya :
―Kapan Bapak berangkat?‖ Tanya Harto. Adik bertanya, ―Itu apa Bu?‖
Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya :
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf petama kata ganti Anda. Misalnya :
Sudahkah Anda tahu ?
Surat Anda telah kami terima.
2. Penulisan Kata
a. Singkatan dan Akronim
1) Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan , jabatn atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.
Misalnya:
A.S Kramawijaya
Muh. Yamin
M.B.A master of business administration M.Sc. master of science
Bpk. Bapak
Sdr. Saudara
b) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nam dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
17
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN Garis- Garis Besar Haluan Negara
KTP Kartu Tanda Penduduk
c) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya :
2) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,gabungan suku kata,
atau gabunganhuruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI angkatan bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
SIM Surat Izin Mengemudi
b) Akronim nama diri yang yangberupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya :
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
18
c) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf
kecil.
Misalnya :
pemilu pemilihan umun
radar radio detecting and ranging
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
b. Kata Ganti –ku, kau, -mu, -nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kusukai boleh kaubelikan
Pulpenku, pulpenmu dan pulpennya tersimpan di dalam tas.
Kata ganti (-ku, -mu, dan –nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya: KTP-mu SIM-nya
c. Kata Depan di, ke ,dan dari
Kata depan di, ke dan dari tidak sama dengan penulisan di, ke dan dari sebagai
awalan. Penulisan di, ke dan dari sebagai awalan. Penulisan di, ke dan dari sebagai
awalan ditulis secara langsung tanpa dipisahkan dengan kata dasarnya. Sedangkan penulisan di, ke dan dari sebagai kata depan dipsah dengan kata yang mengikutinya.
d. Bentuk Ulang
19
1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kambing hitam, kereta api, meja tulis, orang tua,rumah sakit dll.
2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di
antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
Alatpandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin- hitung tangan,
ibu-bapak kami, orang-tua muda.
3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena unsurnya tidak dapat berdiri
sendiri sebagai satu kata yang mengandung arti penuh.
Misalnya:
acapkali, adakalanya, akhirulkalam, Alhamdulillah, astaghfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawan, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa,darmawisata, dukacita, halalbihallal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka,mangkubumi,matahari,olahraga,padahal dll.
f. Partikel
1) Partikel -lah, -kah, dan–tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya :
Bacalah buku itu baik-baik.
20
3) Partikel –pun. Pada dasarnya, partikel –pun setelah kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dituliskan terpisah karena –pun yang seperti itu merupakan suatu kata utuh yang mempunyai makna penuh.
Misalnya:
a) jangankan dua kali, satu kali pun saya belum pernah member obat intravena. b) Barang yang tidak berharga pun sudah diangkutnya semua dari rumah
kontrakannya.
Ada sejumlah –pun yang harus dituliskan serangkai dengan kata yang mendahuluinya menurut pedoman ejaan karena dianggap padu benar, yaitu-pun yang
terdapat dalam kata penghubung ,yakni (1) adapun, (2) andaipun, (3) bagaimanapun,
(4) biarpun, (5) kalaupun, (6) kendatipun, (7) maupun, (8) meskipun, (9) sungguhpun,
(10) walaupun, (11) sekalipun dan (12) apapun.
4) Partikel per yang berarti ‗mulai‘, ‗demi‘,dan ‗tiap‘ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negerimendapatkan kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp 2000,00per helai.
3. Pemakaian Tanda Baca
a. Tanda titik (.)
1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya :
Ayahku tinggal di Solo.
Dia menanyakan siapa yang akan datang. Hari ini tanggal 6 April 1973.
2) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya :
21
A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat Jenderal Agraria
1. …
(2) 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau
huruf.
3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang
menunjukan waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukan waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam,35 menit 20 detik)
5) Tanda titik dipakai diantara nama peneliti, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari, 1920.Azab dan Sengsara.
Weltervreden: Balai Pustaka.
6) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya :
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalem menewaskan 1.321 jiwa.
22
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
7) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan karangan atau kepala
ilustrasi, tabel,dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (BAB I UUD‘45)
8) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Yth.Sdr. Moh.Hasan Jalan Arif 43
b. Tanda Koma (,)
1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena ,dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak pak kasim.
3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
23
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya :
Saya tidak akan datang kalau hari hujan. Dia lupa akan janjinya karena sibuk. Dia tahu bahwa soal itu penting.
4) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk didalamnya oleh karena itu, jadi, lagi, pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya :
… Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
… jadi, soalnya tidak semudah itu.
5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan
dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya : O, begitu ?
Wah, bukan main!
Hati-hati ,ya , nanti jatuh.
6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Misalnya :
Kata Ibu,‖ Saya gembira sekali.‖
―Saya gembira sekali,‖ kata Ibu, ―karena kamu lulus.‖
7) Tanda koma dipakai di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian–bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya :
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
8) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
24
Misalnya :
Alisjahbana, sutan Takdir,1949.Tata Bahasa Baru Indonesia, Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Puskata Rakjat
9) Tanda koma dipakai diantara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya :
W.J.S Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm.4.
10) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri , keluarga, atau marga.
Misalnya :
12) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda
koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panita.
13) Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
25
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Karyadi mengucapkan terimakasih atas bantuan Agus.
14) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru.
Misalnya:
―Di mana Saudara tinggal ?‖ tanya Karim. ―Berdiri lurus-lurus!‖perintahnya.
c. Tanda Titik Koma(;)
1) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan
siaran ―Pilihan Pendengar‖.
d. Tanda Titik Dua (:)
1) Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemberian.
Misalnya :
26
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya :
Kita memerlukan kursi ,meja ,dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi umum dan jurusan ekonomi perusahaan.
2) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapanyang memerluan pemerian.
Misalnya:
(a) Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendara : B. Hartawan
(b) Tempat Sidang : Ruang 104 Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Waktu : 09.30
3) Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya :
Ibu : (meletakan beberapa kopor) ―Bawa koper ini, Mir!‖ Amir : ―Baik, Bu,‖(mengangkat koper dan masuk)‖
Ibu : ―Jangan lupa.Letakkan baik –baik!‖ (duduk di kursi besar)
4) Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antaran
bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan,
serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya :
Tempo, 1 (1971),34: 7 Surah Yasin : 9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
e. Tanda Hubung (-)
1) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian
27
Misalnya:
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau
pangkal baris.
Misalnya:
bukan
2) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya :
Di samping cara-cara lama itu ada juga ca-
ra yang baru
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan …
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
beranjak …
Beberapa pendapat mengenai masalah –masalah i-
tu telah disampaikan …
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-
u beranjak…
Kami ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas
Senjata ini merupakan alat pertahan-
28
Akhiran –i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
3) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak, berulang-ulang,kemerah-merahan
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan
tidak dipakai pada teks karangan.
4) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Misalnya: p-a-n-i-t-i-a 8-4-1973
5) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian- bagian kata
atau ungkapan , dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
Ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20x5000) tanggung jawab dan kesetiakawanan lokal.
Bandingkan dengan :
Ber-evolusi, dua–puluh-lima-ribuan (1x250000) tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial.
6) Tanda hubung dipakai untuk merangkai (i) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan
rangkap.
Misalnya:
29
7) Tanda hubung dipaki untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen- tackle-an
f. Tanda pisah ( -- )
1) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang member penjelasan di
luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai -- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
lainsehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya :
Rangkaian temuan ini – evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan otonom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3) Tanda pisah dipakai diantara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‗sampai ke‘
atau ‗sampai dengan‘.
Misalnya : 1910—1945
Tanggal 5—10 April 1970 Jakarta—Bandung
g. Tanda Elipsis ( . . . )
1) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu . . . ya , marilah kita bergerak.
2) Tanda ellipsis menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
30
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan . . . akan diteliti lebih lanjut
h. Tanda Tanya (?)
1) Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat ?
2) Tanda tanya dipakaidi dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya :
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
i. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidak percayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
Misalnya :
Alangkah seramnya peristiwa itu! Bersihkan kamar itu sekarang juga ! Merdeka!
j. Tanda kurung ((…))
1) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya :
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isi Kegiatan) kantor itu.
2) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
31
Sajak Tranggono yang berjudul ―Ubud‖ (nama temapat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukan arus perkembangan baru dalam
pasaran dalam negeri.
3) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya :
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a)
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya
4) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.
Misalnya :
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
k. Tanda Kurung Siku ([ . . . ])
1) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
Misalnya :
Sang Sapurba men [d]engar bunyi gemerisik.
2) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Misalnya :
Persamaan kedua proses ini ( perbedaanya dibicarakan di dalam Bab II [ lihat halaman 35-38 ] perlu dibentangkan di sini.
l. Tanda Petik (“)
1) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
32
Misalnya :
―Saya belum siap,‖ kata Mira,‖tunggu sebentar!‖
Pasal 36 UUD 1945, berbunyi, ― Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.‖
2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Misalnya:
Bacalah ―Bola Lampu‖ dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat. Sajak ―Berdiri Aku‖ terdapat pada halaman 5 buku itu.
3) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Mislanya :
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara‖ coba dan ralat‖ saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama ―cutbrai‖.
4) Tanda Petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya :
Kata Tono, ―Saya juga minta satu.‖
5) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan dibelakang tanda
petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada
ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya :
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan ― Si Hitam‖.
Bang Komar sering disebut ―pahlawan ―, ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan :
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah baris.
m. Tanda Petik Tunggal ( „ )
1) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun didalam petikan lain.
Misalnya :
Tanya Basri, ―Kau dengar bunyi ‗kring-kring‘ tadi?‖
33
2) Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Misalnya:
feed-back „balikan‟
n. Tanda Garis Miring ( / )
1) Tanda garis miring dipaki di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya: No. 7/PK/1973 Jalan Kramat III/10 Tahun anggran 1985/1986
2) Tanda garis miring dipakain sebagai pengganti kata atau dan tiap . Misalnya :
Dikirimkan lewat darat/ laut artinya dikirimkan lewat darat atau laut. Harganya Rp25,00/lembar artinya harganya Rp25,00 tiap lembar.
o. Tanda Penyingkat atau Apostrof („)
Tanda penyingkat menunjukan penghilangan bagiankata atau bagian angka
tahun.
Misalnya:
Ali ‗kan kusurat. (‗kan= akan) Malam ‗lah tiba.(‗lah= telah)
B. Surat Pribadi 1. Pengertian Surat
Surat adalah salah satu alat komunikasi tertulis untuk menyampaikan suatu
34
surat, memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi dengan orang yang jauh.
Misalnya untuk kepentingan seperti memberikan kabar, mengundang seseorang
bahkan untuk melamar sebuah pekerjaan.Surat memiliki daya tamping pesan yang
sangat leluasa. Selain itu, surat memiliki daya jangkau yang luas dan tingkat
pembiayaan yang rendah (Mulyati 2015:182).
Berdasarkan isi dan asalnya atau pengirimannya,surat dibedakan menjadi
3yaitu a) surat pribadi atau surat prive, b) surat dinas atau surat resmi dan c) surat niaga. Surat pribadi adalah surat yang berisi keperluan pribadi dan ditujukan kepada
orang lain. Ragam bahasa dalam surat pribadi menggunakan bahasa sehari-hari. Surat
dinas yaitu surat yang dibuat oleh sebuah instansi atau lembaga dengan tujuan untuk
keperluan dinas. Surat niaga adalah surat yang ditulis untuk keperluan bisnis atau
perdagangan.
Surat pribadi adalah surat yang di buat seseorang yang isinya menyangkut
kepentingan pribadi seperti halnya saling mengucapkan salam,mengucapkan terima
kasih, menyatakan duka cita dll. Surat pribadi dibagi menjadi 2 yaitu surat pribadi
yang bersifat perorangan dan surat pribadi yang bersifat resmi.Surat yang bersifat
peorangan adalah surat yang ditulis seseorang kepada sahabat, teman saudara, atau
orang tua. Surat pribadi yang bersifat resmi adalah yang ditulis seseorang yang
ditujukan kepada suatu organisasi atau lembaga tetapi menyangkut kepentingan
pribadi.Perbedaannya terletak pada penggunaan bahasanya (Sintowati Rini,1999:146).
Menurut Bratawidjaya, surat pribadi yaitu surat yang dikirimkan seseorang
kepada orang lain atau suatu organisasi/instasi. Surat pribadi bersifat pribadi dan
menyangkut kepentingan pribadi. Karena bersifat pribadi, surat pribadi biasanya
35
salah tafsir dan mudah dipahami penerima surat perlu ditata agar efektif dan
memperhatikan kaidah penggunaan ejaan (Mulyati,2015:184).
2. Ciri-ciri Surat Pribadi
a. Tidak menggunakan kop surat
b. Tidak ada nomor surat
c. Salam pembuka dan penutup bervariasi
d. Penggunaan bahasa bebas
e. Format surat bebas
3. Bagian-bagian Surat Pribadi
Adapun bagian-bagian surat pribadi adalah sebagai berikut:
a. Tempat dan tanggal penelitian surat : penulisan tempat dan tangga surat ditulis
pada sebuah awal surat, di bagian atas surat.
b. Alamat pengirim surat: ditulis nama dan alamat orang yang dituju.
c. Kalimat pembuka (kata sapaan dan salam) : huruf pertama pada kata pertama
ditulis menggunakan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda koma.Salam
pembuka selalu ditulis disebelah kiri.
Contoh : a. Dengan hormat,
b. Salam kangen,
d. Isi surat: isi merupakan inti dari surat, hal-halyang akan disamoaikan. Maksud
dari isi diceritakan pada paragraph-paragraf.Paragraf terbagi menjadi paragraf
36
e. Kalimat penutup: dapat ditulis di sebelah kiri atau sebelah kanan.Seperti salam
pembuka, salam penutup juga ditulis menggunakan huruf kapital pada awal kata
dan diikuti tanda koma.
Contoh : a. Wassalam b. Hormat kami
f. Tanda tangan : terletak sejajar dengan salam penutup
g. Pengirim surat: nama pengiirm terletak sejajar dengan salam penutup.