• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - CICI RIYANI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - CICI RIYANI BAB II"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan Unik dan Menarik pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri 1 Gumiwang Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran 2016-2017”. Penelitian sebelumnya disusun oleh Emi Herowati yang berjudul “Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di Purwokerto”. Terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian sebelumnya

(2)

9

dianalisis menggunakan metode padan, lalu disajikan dalam pemaparan hasil menggunakan metode penyajian informal.

Dengan demikian, berdasarkan analisis “Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di Purwokerto”, oleh Emi Herowati dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah pada metode analisis data menggunakan metode padan. Perbedaannya adalah pada teori, penelitian sebelumnya menggunakan teori makna menurut Chaer (1994: 62), Djajasudarma (1999: 79), Pateda (2001: 96) dan jenis penamaan menurut Chaer (1994: 44) dan Subroto (1992: 14), sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan teori makna menurut Aminuddin (2011: 53), Chaer (2013: 59), menurut Djajasudarma (2009: 8), Pateda (2010:98), dan menurut Komaruddin (2007: 114), jenis penamaan menurut Chaer (2013: 168) dan menurut Sudaryat (2009: 59). Teori jenis penamaan menurut Chaer dan Sudaryat lebih mudah dipahami, tata isinya lebih ringkas, bahasa yang digunakan lebih mudah, dan penyampaian teori juga tidak berbelit-belit. Perbedaan selanjutnya terletak pada data dan sumber data. Penelitian sebelumnya menggunakan data nama-nama panggilan mahasiswa kos di Purwokerto dengan sumber data yaitu mahasiswa kos di Kelurahan Dukuhwaluh, Karangsalam, Karangwangkal, dan Grendeng. Penelitian yang sekarang menggunakan nama-nama panggilan siswa unik dan menarik di Sekolah Dasar Negeri 1 Gumiwang Kabupaten Wonosobo tahun pelajaran 2016-2017.

B. Semantik

(3)

10

teknis juga mengandung pengertian “study tentang makna”, dengan anggapan bahwa

menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik. Semantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa (mofologi sintaksis) dan semantik (Djajasudarma, 2008: 1).Kridalaksana (2008:216) berpendapat bahwa pengertian semantik dibagi menjadi dua yaitu: (1) bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara dan (2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Aminuddin, (2011:15) berpendapat semantik merupakan teori tentang makna. Semantik merupakan ilmu tentang makna kata atau dengan kata lain semantik merupakan ilmu tentang kata, pengetahuan mengenai seluk beluk dan pergeseran makna kata. Makna yang dipelajari dalam semantik antara lain makna konotatif, makna denotatif, makna referensial, dan lain sebagainya. Berkaitan dengan makna Ferdinand de Saussure (dalam Chaer, 2007: 286), mengatakan bahwa setiap tanda lingitik atau tanda bahasa terdiri dari dua komponen, yaitu kmponen significant atau „yang mengartikan‟ yang wujudnya berupa runtutan bunyi, dan kompoen signife atau „yang diartikan‟ yang wujudnya pengertian atau konsep (yang dimiliki oleh signifiant). Misalnya tanda linguistik yang ditampilkan dalam bentuk ortografis <kursiI>, terdiri dari komponen signifiant, yaitu berupa runtutan fonem /k/, /u/, /r/. /s/, /i/; dan komponen signifienya, yaitu berupa konsep atau makna „sejenis perabot rumah kantor atau rumah tangga’.

(4)

11

juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sebuah ujaran atau tuturan yang diungkapkan oleh pemakai bahasa.

C. Makna

1. Pengertian Makna

Makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersamaoleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan pengertian itu dapat diketahui tiga unsur pokok yang ada di dalamnya. Tiga unsur pokok tersebut antara lain: (a) makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar, (b) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, (c) perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga saling dimengerti (Aminuddin, 2011: 53). Depdiknas (2007: 703), pengertian makna terbagi menjadi dua yaitu: (a) arti mengandung maksud dan tujuan, juga merupakan konsep yang mencakup makna dan pengertian tentang sesuatu, (b) maksud dari pembicaraan atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Kridalaksana, (2008: 148) menjelaskan bahwa pengertian makna dibagi menjadi empat antara lain: (a) maksud pembicara agar mudah dimengerti oleh lawan bicara, (b) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia, (c) hubungan dalam arti ksepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukannya, (d) cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

(5)

12

konsep yang terdapat pada tanda linguistik, yang memiliki hubungan dengan sistem sosial budaya, pemakai, dan konteks sosial-situasional.Makna juga merupakan konsep atau ide yang melatarbelakangi sebuah pesan yang disampaikan oleh pembicara kepada lawan bicara.Pemakai bahasa dapat saling mengerti dan memahami maksud dari sebuah ujaran karena di dalam semua bahasa mengandung makna.

2. Jenis Makna

(6)

13

peneliti membatasi teori jenis makna untuk menganalisis data yang akan diteliti. Peneliti menggunakan beberapa teori jenis makna untuk memudahkan dalam menganalisis data yang diperoleh. Teori jenis makna yang digunakan meliputi: (a) makna denotatif, (b) makna konotatif, (c) makna referensial, dan (d) makna kias.

a. Makna Denotatif

Chaer (2013: 65-66), mendefinisikan bahwa makna denotatif (sering disebut makna denotasional, makna konseptual, atau makna kognitif karena dilihat dari sudut yang lain) pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai maka yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Lalu karena itu makna denotasi serong disebut sebagai “makna sebenarnya” umpamanya kata perempuan dan wanita kedua kata ini mempunyai makna denotasi yan sama, yaitu

manusia dewasa bukan laki-laki. Dalam beberapa buku pelajaran makna denotatif sering disebut sebagai makna dasar, makna asli, atau makna pusat. Menurut Pateda (2010:98) makna denotatif adalah makna polosapa adanya yang bersifat objektif. Makna denotatif diartikan sebagai makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau didasarkan atas konvesi tertentu dan bersifat objektif (Komaruddin, 2007: 114).

(7)

14

unsur-unsur di luar makna itu sendiri. Makna denotatif juga diartikan makna yang apa adanya, yaitu bahwa yang tersirat di dalam makna tersebut adalah makna yang utuh tanpa merubah sedikitpun. Makna denotatif mengacu kepada makna yang sesungguhnya.

b. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca (pateda, 2010: 112). Menurut Komaruddin (2007: 114), makna konotatif adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata. Menurut Chaer (2013: 69), makna konotasi adalah sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain, sesuai denan pandangan hidup dan norma-norma penilaian kelompok masyarakat tersebut. Makna kontatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini sering berkonotasi negatif karena berarti „cerewet‟, tetapi sekarang konotasinya

positif. Sebaliknya kata perempuan dulu sebelum zaman Jepang berkonotasi netral, tetapi kini berkonotasi negatif.

(8)

15

c. Makna Referensial

Chaer (2013: 63-64) mengungkapkan bahwa bila kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar habasa yang diacu oleh kata itu maka kata tersebut kata bermakna referensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai referen maka kata itu disebut kata nonreferensial. Pateda (2010: 125) menatakan bahwa makna referensial (referensial meaning) atau makna kognitif (cognitive meaning), atau makna deskriptif (descriptif meaning), atau makna proposional (propositional meaning), atau makna ideasional (ideational meaning) adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Referen atau acuan dapat berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yang ditunjuk oleh satu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yang langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, geja;a, kenyataan, peristiwa maupun proses. Menurut Djajasudarma (2009: 14) makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referen (acuan). Makna referensial memiliki hubungan dengan konsep tentang sesuatu yang telah disepakati bersama (oleh masyarakat bahasa).

(9)

16

d. Makna Kias

Penggunaan istilah arti kiasan ini sebagai oposisidarimaknayang sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan (Chaer, 77: 2013). Pateda (2010: 108) mengungkapkan bahwa makna kias adalah makna kias yang tidak sesuai lagi dengan konsep yang terdapat di dalam kata tersebut. Makna kiasan sudah bergeser dari makna sebenarnya, namun kalau dipikir secara mendalam, masih ada kaitannya dengan makna sebenarnya. Jadi, makna kias adalah makna yang mengandug arti sebagai makna yang bukan sebenarnya.

D. Penamaan

1. Pengertian Penamaan

(10)

17

untuk sesuatu yang diberi nama. Nama tersebut biasanya dari seseorang nama pakar, ahli, penulis, pengarang, wartawan, pemimpin negara, tokoh masyarakat. Nama kemudian dipopulerkan oleh masyarakat, baik melalui media massa elektronik maupun non elektronik, atau boleh juga melalui pembicaraan tatap muka. Dalam ilmu fisika dikenal hukum Boyle dan Archimedes, karena penemu hukum tersebut adalah Boyle dan Archimedes.

Menurut Pateda (2010:64) nama muncul akibat dari kehidupan manusia yang kompleks dan beragam serta alam sekitar manusia yang berjenis-jenis. Dalam hal ini manusia sulit memberikan label-label terhadap benda yang ada di sekelilingnya. Dengan demikian lahirlah nama kelompok, misalnya binatang, buah-buahan, ikan, burung, rumput, tumbuh-tumbuhan. Nama itu berbeda antara suku bangsa (etnic group)tertentu dengan suku bangsa yang lain. Pada umumnya orang Indonesia

menamai rumah dengan sebutan rumah. Orang Gorontalo menamai rumah dengan sebutan bele /bélé/. Orang Suawa di Kabupaten Gorontalo menamai rumah dengan sebutan laaigo /la: igo/. Orang Inggris menamai rumah dengan sebutan house dan orang Belanda menamai rumah dengan menyebutnya huiss. Plato (dalam Pateda, 2010: 63) mengemukakan ada hubungan hayati antara nama dan benda. Untuk mengetahui hubungan makna yang terkandung di dalam sebuah nama, benda,peristiwa dengan acuannya kita harus menetapkan sebuah nama dengan perjanjian.

(11)

18

untuk mengingat dan myebutkan sesuatu. Nama diberikan atau dicantumkan untuk menyebut benda, tempat, orang dan sebagainya. Oleh karena itu, nama adalah kata ganti untuk mnyebutkan kejadian, tempat, barang, hewan, serta nama untuk memanggil orang.

2. Jenis Penamaan

Chaer, (2013: 44) mengklasifikasikan mengenai peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya sistem penamaan ada 11 yang meliputi: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penemu dan pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8) pemendekan, (9) penamaan baru, (10) pengistilahan, dan (11) pendefinisian.Menurut Sudaryat (2008:59) ada 10 cara dalam proses penamaan. Proses penamaan tersebut diantaranya yaitu (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan aplevita, (5) penyebutan tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan pemendekan, (9) penyebutan penamaan baru, dan (10) penyebutan pengistilahan.

Penelitian ini menggunakan kedua teori yang dikemukakan oleh Chaer dan Sudaryat. Peneliti membatasi jenis penyebab proses terjadinya penamaan menjadi 11, antara lain: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penemu dan pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8) pemendekan, (9) penamaan baru, (10) pengistilahan, dan (11) pendefinisian.

a. Peniruan Bunyi

(12)

19

benda atas hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atas suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut. Misalnya, binatang sejenis reptil kecil yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya “cak, cak, cak-,”. Kata-kata yang dibentuk berdasaran tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope. Menurut Sudaryat (2008: 59) penamaan dengan peniruan bunyi (onomatope) muncul jika kata atau ungkapan merupakan bunyi dari benda yang diacunya. Jadi, penamaan berdasarkan peniruan bunyi adalah dibentuk dan muncul jika kata atau ungkapan merupakan bunyi dari benda yang diacunya, benda tersebut memiliki bentuk yang menjadi ciri khusus. Penamaan ini terbbentuk dari kata-kata yang dihasilkan oleh bunyi yang dituju.

b. Penyebutan Bagian

Chaer (2013: 44-45), menjelaskan bahwa dalam bidang kesustraan ada istilah pars photo yaitu gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal, padahal yang dimaksud adalah keseluruhannya. Misalnya kata kepala dalam kalimat setiap kepala menerima bantuan seribu rupiah, bukankah dalam arti “kepala” itu saja, melainkan seluruh orangnya sebagai satu keutuhan. Penamaan sesuatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu biasanya berdasarkan ciri yang khas atau yang menonjol dari benda itu dan yang sudah diketahui secara umum. Misalnya, pada tahun enam puluhan kalau ada orang mengatakan “ingin membeli rumah tetapi tidak ada Sudirmannya” maka dengan kata Sudirman yang dimaksudkan adalah uang

(13)

20

yang dimaksud keseluruhannya. Jadi, penamaan berdasarkan penyebutan bagian adalah penamaan suatu benda dengan cara menyebutkan bagian dari benda tersebut yang ditunjuk sebagai acuannya, padahal yang dimaksudkan adalah keseluruhannya. Maksudnya, bagian dari benda tersebut atau hal, bisa dari tubuh yang disebutkan mempunyai arti secara keseluruhan dari benda tersebut. Misalkan, ketika minta dibuatkan teh di rumah, pasti yang membuatkan tersebut tidak akan memberikanteh sajaa, melainkan teh yang sudah disesuh dengan air panas, diberi gula, dan ditempatkan di dalam cangkir.

c. Penyebutan Sifat Khas

Menurut Chaer (2013: 46-47) gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu; sehingga akhirnya, kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya. Menurut Sudaryat (2008:59) penamaan dengan penyebutan sifat khas adalah penamaan sesuatu benda berdasarkan sifat khas yang ada pada benda itu. Jadi, penamaan berdasarkan penyebutan sifat khas adalah penamaan suatu benda berdasarkan sifat yang khas dari benda itu. Penamaan berdasarkan sifat khas dapat dibagi menjadi dua, yakni (1) sifat khas berdasarkan ciri fisik dan (2) sifat khas berdasarkan karakter.

1) Sifat Khas Berdasarkan Ciri Fisik

(14)

21

dari ciri fisik tersebut sangat menonjol sehingga mendesak bendanya. Sifat khas yang dimiliki itulah yang dijadikan nama benda tersebut. Sifat khas berdasarkan ciri fisik ini terbentuk adanya sesuatu yang khas dari fisik si penyandang nama unik dan menarik tersebut. Misalnya, orang yang tidak dapat tumbuh menjadi besar, tetap saja kecil, disebut si kerdil; yang kulitnya hitam disebut si hitam; dan yang keplanya botak disebut si botak.

2) Sifat Khas Berdasarkan Karakter

Penamaan berdasarkan sifat khaskarena karakter yang dimiliki oleh suatu benda sering dijumpai dalam lingkungan masyarakat. Hat tersebut disebabkan karena dari ciri karakter tersebut sangat menonjol sehingga mendesak bendanya. Sifat khas yang dimiliki itulah yang dijadikan nama benda tersebut. Sifat khas berdasarkan karakter ini terbentuk adanya sesuatu yang khas dari karakter si penyandang nama unik dan menarik tersebut. Misalnya, orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil.

d. Penyebutan Penemu dan Pembuat

(15)

22

berdasarkan penemu dan pembuat adalah penamaan suatu benda yang diambil dari nama penemu, pabrik atau nama dalam peristiwa sejarah. Jadi, penamaan berdasarkan penemu dan pembuat adalah penamaan suatu benda yang diambil dari nama penemu, pabrik atau nama dalam peristiwa sejarah yang terjadi di masa lampau. Misalnya, kata Sandwich, yaitu roti dengan mentega dan daging di dalamnya, berasal dari nama seseorang bangsawan Inggris Sandwich. Dia seorang penjudi berat, yang selalu membawa bekal berupa roti di atas agar dia dapat makan sambil tetap bermain.

e. Penyebutan Tempat Asal

Menurut Chaer (2013: 48-49) sejumlah nama benda padat ditelusuri berasal dari mana tempat asal benda tersebut. Misalnya kata magnet berasal dari nama tempat Magnesia; kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama Pulau Kenari di

Afrika. Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut berdasarkan nama tempat penemuannya seperti piagam kota Kapur, prasasti. Selain itu banyak juga kata kerja yang dibentuk dari nama tempat misalnya, didigulkan yang berarti dibuang ke Digul di Irian Jaya. Sudaryat (2008: 59) mengatakan bahwa penamaan berdasarkan tempat asal adalah penamaan suatu benda dari berdasarkan nama tempat asal benda tersebut. Jadi, penamaan berdasarkan tempat asal adalah penamaan suatu benda ditinjau dari nama tempat asal benda tersebut.

f. Penyebutan Bahan

(16)

23

capsularis, disebut juga goni atau guni. Kalau kita membeli beras dua goni, maksudnya adalah membeli beras dua karung. Menurut Sudaryat (2008: 60) penamaan berdasarkan penyebutan bahan adalah penamaan suatu benda berdasarkan nama bahan pokok benda tersebut. Jadi, penamaan berdasarkan bahan adalah penamaan suatu benda berdasarkan nama bahan pokok benda tersebut yang menjadi bahan utama dari benda tersebut. Contohnya, kata kaca merupakan nama bahan. Barang-barang lain yang terbuat dari kaca disebut juga kaca seperti kaca mobil, kaca mata.

g. Penyebutan Keserupaan

Menurut Chaer (2013: 50) dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yan maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu. Pemakaian bahasa sekarang banyak nama benda yang dibuat berdasarkan kesamaaan sifat atau ciri dari makna leksikal kata itu. Sifat metaforis dari kata-kata itu tampaknya sudah luntur karena kata-kata itu telah menjadi istilah umum dalam pemakaian bahasa sehari-hari. Menurut Sudaryat (2008: 60) penyebutan penyerupaan adalah penamaan suatu benda berdasarkan keserupaan suatu benda dengan benda lain. Jadi, penamaan suatu benda berdasarkan keserupaan suatu benda dengan benda lain yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan. Misalnya, kata kaki ada frase kaki meja, kaki kur, dan kaki gunung. Berdasarkan keserupaan fungsinya sama dengan kaki manusia.

h. Penyebutan Pemendekan

(17)

24

unsur-unsur huruf awal atau suku dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu. kata yang terbentuk sebagai hasil penyingkatan ini lazim disebut akronim. Kata-kata yang berupa akronim ini kita dapati hampir dalam semua bidang kegiatan. Pemendekan terbentuk dengan cara memendekan ujaran atau kata lain. Misalnya, abriyang berasal dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Sudaryat (2008: 60) mengungkapkan bahwa pemendekan adalah penamaan suatu benda dengan cara memendekan ujaran atau kata lain. Menurut Kridalaksana (2001: 82-154), bentuk-bentuk pemendekan meliputi: (1) akronim dan kontraksi, (2) lambang huruf, (3) penggalan, dan (4) singkatan

1) Akronim dan Kontraksi

(18)

25

Nasional Indonesia), pengekalan suku pertama tiap komponen dengan pelepasan konjungsi, misalnya Anpuda (Andalan Pusat dan Daerah), pengekalan huruf pertama tiap komponen, misalnya KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), pengekalan huruf pertama tiap komponen frase dan pengekalan dua huruf pertama komponen terakhir, misalnya Aika (Arsitek Insinyur Karya), pengekalan dua huruf pertama tiap komponen, misalnya Unud (Universitas Udayana), pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen, misalnya Konwil (komando wilayah), pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua disertai pelepasan konjungsi, misalnya abnon (abang dan none), pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan tiga huruf pertama komponen kedua, misalnya Odmilti (Oditur Militer Tinggi), pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua, misalnya Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis), pengekalan dua huruf pertama tiap komponen serta pelepasan konjungsi, misalnya Falsos (Falsafah dan Sosial), pengekalan dua huruf pertama komponen dan tiga hurif pertama komponen kedua, misalnya Jabar (Jawa Barat), pengekalan empat huruf pertama tiap komponen disertai pelepasan konjungsi, misalnya Agitprop (Agitasi dan Propaganda), dan pengekalan berbagai huruf dan suku kat ayng sukar dirumuskan, misalnya Akaba (Akademi Perbankan).

2) Lambang Huruf

(19)

26

bahan kimia atau bahan lain, misalnya Ca (kalsium), lambang huruf yan menandai ukuran, misalnya Km (kilometer), lambang huururf yang menyatakan bilangan, misalnya X (10), lambang huruf yang menandai kota/negara/alat angkutan, misalnya JKT (Jakarta), lambang huruf yang menandai mata uang, misalnya Rp. (rupiah), lambang huruf yang digunakan dalam berita kawat, misalnya DTG (datang).

3) Penggalan

Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Penggalan mempunyai beberapa sub klasifikasi sebagi berikut: Penggalan suku kata pertama dari suatu kata, misalnya Dok (dokter), penggalan suku terakhir suatu kata, misalnya Pak. (bapak), penggalan tiga huruf pertama dari suatu kata, misalnya Dep. (departemen), penggalan empat huruf pertama dari suatu kata, misalnya Prof. (profesor), penggalan kata terakhir dari suatu kata, misalnya harian (surat kabar harian), dan pelepasan sebagian kata, misalnya apabila (pabila).

4) Singkatan

(20)

27

Dermawan Darah), pengekalan dua huruf pertama dari kata, misalnya Aj. (ajudan), pengekalan tiga huruf pertama dari sebuah kata, misalnya Okt. (Oktober), pengekalan empat huruf pertama dari kata, misalnya Sept. (September), pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir, misalnya Ir. (Insinyur), pengekalan huruf pertama dan ketiga, misalnya Gn. (Gunung), pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata huruf pertama dari suku kata kedua, misalnya Kpt. (kapten), pengekalan kuruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata, misalnya a.d. (antedium), pengekalan huruf pertama dan diftong terakhir dari kata, misalnya Sei (sungai), pengekaalan huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua dalam suatu gabungan kata, misalnya Swt (Swantra), pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir duku kata kedau dari suatu kata, misalnya Bdg (Bandung), pengekalan huruf pertama dari tiap suku ata, misalnya hlm (halaman),

pengekalan huruf pertama dan huruf keempat dari suati kata, misalnya DO (depot), dan pengekalan huruf yang tidak berartura, misalnya KDM (kopmandan), Ops (operasi).

i. Penyebutan Penamaan Baru

(21)

28

nama atau penyebutan baru masih akan terus berlangsung sesuai dengan perkembangan pandangan dan norma budaya di dalam masyarakat. Misalnya, kata pariwisata untuk menggantikan turisme.

j. Penyebutan Pengistilahan

Menurut Chaer (2013: 52-53) penyebutan pengistilahan berbeda dengan proses penamaan atau penyebutan yang lebih banyak berlangsung secara arbitrer maka pengistilahan lebih banyak berlangsung menurut suatu prosedur. Ini terjadi karena pengistilahan dilakukan untuk mendapatkan “ketepatan” dan “kecermatan” makna

untuk suatu bidang kegiatan atau keilmuan. Jadi penamaan berdasarkan pengistilahan adalah penamaan suatu benda yang khusus dibuat untuk bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Pengistilahan ini untuk mendapatkan ketepatan dan kecermatan. Misalnya, kata lengan dan tangan dalam bidang kedokteran digunakan untuk istilah yang berbeda. Lengan adalah anggota tubuh dari bahu sampai pergelangan, dan tangan adalah dari pergelangan sampai ke jari-jari.

k. Penyebutan Pendefinisian

(22)

29

sinonim dari kata itu. Definisi dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu definisi sinonim, definisi formal, definisi logis, definisi ensiklopedia, dan definisi batasan. Jadi, penyebutan pendefinisian adalah upaya untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan sesuatu untuk memudahkan manuiaa dalam menyebutkan sesuatu tersebut. Misalnya, pendefinisian kata air didefinisikan sebagai zat cair yang jatuh dari awan sebagai hujan, mengaliri sungai, mengenai danau dan lautan, meliputi dua pertiga bagian permukaan bumi.

3. Nama Panggilaan Unik dan Menarik

Nama adalah kata untuk menyatakan panggilan atau sebutan orang, barang, tempat, dan lain sebagainya. Nama adalah kata untuk menyebutkan atau memanggil orang, tempat, barang, binatang (Depdiknas, 2007: 950). Nama merupakan doa, cita-cita, dan harapan bagi orang tuanya.Nama yang diberikan kepada seseorang mempunyai arti sangat penting dalam kehidupannya. Nama yang baik merupakan kebanggaan bagi anak jika ia tumbuh dewasa, bahkan bisa menjadi motivasi bagi yang mempunyai nama untuk menjadi orang yang baik, pandai, dan sukses seperti makna dari nama itu sendiri.

(23)

30

Unik berarti tersendiri dalam bentuk atau jenisnya; lain dengan yang lain; tidak ada persamaan dengan yang lain (Depdiknas, 2007: 1530). Nama panggilan unik berasal dari orang lain yang menghubungkan sosok si penyandang nama pangggilan unik dengan acuan atau referen seperti peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan sifat khas, penemu dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, pemendekan, penamaan baru, pengistilahan, dan pendefinisian. Nama panggilan yang diambil dari bagian nama asli tidak dikatakan sebgai nama panggilan unik. Nama panggilan unik diartikan sebagai nama untuk memanggil seseorang yang berbeda dari nama aslinya atau bukan dari nama asli. Misalnya, panggilan unik cungkring berasal dari penyebutan sifat khas yang dimiliki oleh penyandang nama panggilan unik tersebut yaitu memiliki bentuh tubuh yang kecil, kurus, dan tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pengemas yang paling baik untuk produk tiwul instant dan kelapa parut kering selama penyimpanan 10 minggu di ASLT

Analisis kinerja ruas jalan perkotaan, dengan indikator kinerja yaitu arus lalu lintas (Q), kapasitas (C), derajat kejenuhan/ Degree of Saturation (DS), kecepatan arus bebas yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan jumlah probiotik yang berbeda yang berasal dari usus lele terhadap efisiensi pemanfaatan pakan, pertumbuhan

Segmen atau target audiens dari pelaksanaan kampanye ini adalah tim sukses Pemilu karena pada saat Pemilu, tim sukses inilah yang memaku poster-poster di

Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis

Mengingat masih minimnya informasi mengenai kerang bambu (Solen sp.) sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan panjang dan berat serta indeks kondisi

Validation adalah fasilitas yang dimiliki Excel untuk menentukan validasi atau menentukan batasan data yang diperkenankan dalam suatu sel.. Fasilitas ini digunakan terutama untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 2 jam setelah distribusi ransum pada sapi yang diberi suplementasi PDIS memberikan kondisi pH rumen sebesar 7,15 dan berbeda nyata