• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN DAN PENATAAN KAWASAN SEMANGGI SEBAGAI MIX-USED URBAN DISTRICT DI SURAKARTA - Unika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN DAN PENATAAN KAWASAN SEMANGGI SEBAGAI MIX-USED URBAN DISTRICT DI SURAKARTA - Unika Repository"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

333 BAB IV

PROGRAM ARSITEKTUR PENGEMBANGAN DAN PENATAAN KAWASAN SEMANGGI SEBAGAI MIX-USED URBAN DISTRICT DI SURAKARTA

4.1 Program Kawasan

4.1.1 Konsep Program dan Tema Kawasan a. Aspek Citra Arsitektur

Pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan

Semanggi Di Surakarta mempunyai fungsi utama sebagai tempat

hunian vertikal masyarakat di RW 2 Kelurahan Semanggi. Studi citra

arsitektural dalam pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada

Kawasan Semanggi Di Surakarta ini berkaitan dengan penggunaan

material, struktur dan konstruksi yang lebih menekankan pada aspek

estetika yang akan dihasilkan dari ekspresi sistem struktur ataupun

konstruksinya yang mempunyai aspek simbolik yang representatif

akan budaya dari kampung Semanggi, lingkungan Kota Surakarta dan

norma-norma yang berada disana. Untuk mendapatkan aspek-aspek

tersebut, pilot projek ini tidak bisa lepas dari prinsip guna dan prinsip

citra.

Melalui teknik ornamentasi yang jujur lewat pengolahan dan

penggunaan material lokal yang ditempatkan dengan tepat

merupakan prinsip sebuah citra yang bisa menimbulkan suatu

(2)

334 pilot projek ini. Pelingkup luar dan dalam bangunan perkampungan

vertikal yang berkonteks lingkungan dan selaras dengan alam lewat

penyesuaian kondisi tapak, iklim setempat bahkan sejarah atau

stigma positif yang sudah melekat.

Penerapan sistem panggung pada bangunan yang berintegrasi

dengan kebudayaan dan kebiasaan masyarakat kampung di Kota

Surakarta yang kental dengan Budaya Jawa. Ekspresi esensi

bangunan yang representatif lewat pemilihan struktur dan cara

konstruksi yang berhakekat stabil antara unsur yang ditopang dan

unsur yang menopang. Perencanaan bangunan kampung vertikal bisa

peka menentukan citra ruang dari fungsi dan aktivitas warga kampung

melalui Pengolahan citra ruang yang bisa mempengaruhi psikologis

manusia dalam lingkup maupun luar lingkup bangunan.

b. Performance Kawasan

Pada lokasi pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada

Kawasan Semanggi Di Surakarta ini terdapat beberapa tatanan

segmen zona fungsi, antara lain fungsi hunian di Perkampungan Vertikal, fungsi perdagangan-jasa dan industri kreatif yang digunakan warga untuk tempat bekerja, berjualan souvenir, berjualan

makanan, membuka warung makan, berlatih seni budaya seperti

sendra tari dan berlatih membuat kerajinan tangan mereka sendiri

(3)

335 hijau. Ruang terbuka hijau ini digunakan oleh masyarakat sekitar untuk mengadakan festival budaya kampung, melihat sendra tari,

tempat bermain anak, berkumpul, bercengkerama, bersepeda,

berolahraga dan aktivitas lainnya. Selain itu di ruang terbuka hijau ini

digunakan juga untuk meperbaiki iklim mikro pada RW 2, terdapat

sebuah embung retensi yang bisa dimanfaatkan kembali airnya lewat

pengolahan lebih lanjut untuk membantu memenuhi kebutuhan air

bersih pada RW 2.

Dengan adanya beberapa pembagian segmen fungsi pada

kawasan makro, maka kawasan ini akan sangat berpotensi untuk

dikembangkan lagi secara berkelanjutan ke tingkat Kelurahan

Semanggi bahkan sampai pada skala Kota Surakarta, sehingga bisa

menjadi landmark baru dari Kelurahan Semanggi dan menjadi

percontohan peremajaan kawasan bagi Kota Surakarta.

c. Aspek Fungsi Kawasan

Lokasi kawasan Penataan Perkampungan Vertikal dan

Pengembangan Segmen Kawasan Semanggi Di Surakarta ini berada

pada Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon yang masuk

SUBBWP V pada BWP I. Menurut RDRT Kota Surakarta Kawasan

SUBBWP I diarahkan dengan fungsi sebagai Pariwisata,

(4)

336 dan lindung. Lebih mengerucut lagi Kawasan Semanggi termasuk dalam kawasan peruntukan pendidikan, kawasan sempadan sungai, kawasan sempadan rel, kawasan peruntukan pemakaman, ruang terbuka hijau dan kawasan peruntukan perumahan. Penetapan fungsi kawasan dan guna lahan tersebut, diperkuat dengan adanya perkampungan Semanggi dan bentang alam berupa Sungai Bengawan Solo yang masing-masing memiliki potensi-potensi yang dapat diangkat dan dikembangkan secara berkelanjutan.

d. Aspek Prospek Kawasan

Melihat permasalahan di kampung Semanggi menjadi sebuah

tantangan tersendiri dalam pilot projek ini. Lewat

permasalahan-permasalahan tersebut pilot projek ini dituntut untuk berbahasa

dengan ruang dan gatra, dengan garis dan bidang, dengan bahan

material dan suasana tempat, sudah sewajarnyalah kita berarsitektur

secara budayawan; dengan nurani dan tanggung jawab penggunaan

Bahasa arsitektural yang baik.

Melihat potensi-potensi sekitar kawasan makro yang salah

satunya Sungai Bengawan Solo yang namanya sudah termahsyur

serta warga Kampung Semanggi yang masih membutuhkan

pekerjaan untuk pundi-pundi perekonomian mereka, maka kedua hal

(5)

337 Kawasan Semanggi yang dikenal sebagai kampung urban yang

kumuh dan rawan banjir karena berada di daerah tepian Sungai

Bengawan Solo nantinya akan berubah wajah melalui peremajaannya

yakni Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi

Di Surakarta. Kawasan ini nantinya akan lebih meningkatkan aspek citra dan aspek guna, sebagai identitas Kelurahan Semanggi yang

berada di daerah tepian Sungai Bengawan Solo di Surakarta.

4.1.2 Tujuan Perancangan, Faktor Penentu Perancangan dan Faktor Persyaratan Perancangan

a. Tujuan Perancangan

Meningkatkan kualitas dan vitalitas masyarakat Kelurahan

Semanggi RW 2 secara berkelanjutan dalam kemajemukan fungsi

sarana-prasarana melalui peremajaan kawasan. Selain itu

perancangan dalam skala mikro ini menyediakan suatu hunian vertikal

yang dapat mengakomodasi segala kepentingan berumah tangga

warga kampung Semanggi lewat pengolahan ruang dan perabot

multi-fungsi didalamnya, sehingga unit hunian nantinya akan bisa

mewadahi kebiasaan aktivitas warga kampung Semanggi. Dalam

konteks lingkungan, pilot projek ini bertujuan untuk menkonservasi air

tanah sekaligus langkah tahapan perbaikan iklim mikro di RW 2

Kelurahan Semanggi melalui konsep Zero Run-off yang

(6)

338 hujan, biopori dan penggunaan material-material yang mempunyai

daya resap air tinggi.

b. Faktor Penentu Perancangan

Beberapa faktor yang turut menjadi penentu perancangan pilot

projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi Di

Surakarta ialah Pelaku, Aktivitas, Fasilitas, Lokasi, Kondisi, Potensi

dan Kendala pada Site Kawasan terpilih, serta Konsep Desain.

 Pelaku

Pelaku pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal

Pada Kawasan Semanggi Di Surakarta ini merupakan penentu

segala bentuk perancangan yang terdiri dari Pemerintah sebagai

pemilik projek, Pengelola Swasta, Investor dan masyarakat

Semanggi sebagai subjek utama, sehingga dibutuhkan

pemikiran-pemikiran baik fisik maupun non-fisik, faktor tangible dan intangible

yang nantinya akan mempengaruhi pelaksanaan peremajaan

kawasan dikemudian hari. Pemikiran fisik berupa kebutuhan ruang

dan besarannya, sedangkan pemikiran non-fisik berupa kualitas

masing-masing elemen bangunan pembentuk kawasan yang saling

(7)

339

 Aktivitas

Aktivitas yang dilakukan dalam kawasan ini dikelompokkan

menjadi beberapa zona fungsi yang meliputi pengelompokan

kegiatan, pola kegiatan, hubungan antar ruang, sifat kegiatan dan

area indoor maupun outdoor, sehingga akan menghasilkan

sirkulasi yang jelas pada kawasan ini.

 Fasilitas

Fasilitas pada kawasan terbagi menjadi beberapa kelompok

tingakatan yakni tingkat RW dan tingkat RT yang meliputi kelompok

fasilitas utama, kelompok fasilitas penunjang, kelompok fasilitas

pengelola serta kelompok fasilitas servis.

 Lokasi, Kondisi, Potensi dan Kendala Pada Site Terpilih

Pengaruh dari faktor lokasi, kondisi, potensi dan kendala pada

site kawasan terpilih terhadap perancangan dalam skala makaro

adalah pada penataan massa bangunan dan lansekap zona fungsi

hunian vertikal di tiap wilayah RW. Dalam skala mikro projek yakni

pengolahan ruang dalam unit hunian, penataan massa bangunan

antar RT dan lansekap yang melingkupinya, penempatan orientasi

bangunan serta respon terhadap lingkungan seperti topografi dan

(8)

340

 Konsep Desain

Konsep desain dari suatu projek juga merupakan faktor

penentu dalam perancangan. Dalam hal ini adalah untuk

memberikan penekanan dan ciri khas dari projek yang

direncanakan, agar menjadi identitas diri Masyarakat Kampung

Semanggi dan bisa menjadi sebuah permaknaan citra guna dan

citra ruang dalam perkampungan, khususnya Kampung Semanggi

di Kota Surakarta.

c. Faktor Persyaratan Perancangan

Tabel 4. 1 Faktor Persyaratan Perancangan Sumber: Analisis Pribadi, 2018

Aspek

Persyaratan Persyaratan Perancangan

KAWASAN

 Berdekatan dengan induk Sungai Bengawan Solo.

 Sesuai dengan rencana pola ruang di RDTRK Kota Surakarta.

 Sesuai dengan RTRW Kota Surakarta.

 Tidak terdapat Rusunawa yang telah terbangun pada site terpilih.

 Memiliki beberapa potensi kawasan yang memungkinkan untuk dikembangkan secara berkelanjutan.

 Tidak pada daerah Konservasi ataupun Resapan.

 Lokasi dengan penduduk berkepadatan tinggi dan banyak terdapat RTLH sebagai masalah yang harus dipecahkan dalam projek

ARSI TEKTUR

(9)

341 melalui transportasi juga bisa dikembangkan sebagai skenario peremajaan kawasan.

 Lokasi yang bisa dikembangkan kearah langgam vernakular seperti yang telah ditetapkan di RDTRK Kota Surakarta.

 Tata letak dan tata bentuk bangunan yang tidak merusak ataupun mengganggu sistem ekologis alam atau lingkungan pada kawasan.

 Tata letak dan tata bentuk bangunan yang menyesuaikan topografi kawasan.

 Memperhatikan skala bangunan, psikologis ruang terhadap pengguna di dalam bangunan sesuai dengan hirarki fungsi masing-masing bangunan.

 Memperhatikan program ruang.

 Sirkulasi dalam site kawasan harus efektif dan jelas serta dapat digunakan oleh semua kalangan

 Zonasi guna fungsi lahan yang saling berintegrasi.

BANGUNAN

 Pemilihan struktur, konstruksi, material dan desain yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan di permukiman padat dan tepian sungai untuk mewujudkan keamanan, keselamatan dan kenyamanan dalam bangunan.

 Drainase pada kawasan harus mampu mewujudkan konsep zero run-off.

 Sistem utilitas bangunan yang bisa memenuhi segala kebutuhan yang ada serta memperhatikan bagaimana maintenance pada utilitas.

 Penggunaan material bangunan lokal dan sesuai konteks budaya sekitar, material yang mudah didapatkan, ramah lingkungan, meminimalisir jejak karbon serta dapat diperbaharui secara berkelanjutan.

(10)

342 pada kawasan yang rawan banjir untuk mengantisipasi adanya insiden yang tidak diinginkan seperti kebakaran ataupun korban jiwa karena bencana alam.

 Penyediaan pengontrol ketinggian air sungai dan tanggul-tanggul pengaman untuk mengantisipasi adanya bencana banjir skala kecil yang diakibatkan oleh kenaikan muka air Sungai Bengawan Solo.

 Pengamanan terhadap bangunan vertikal

 Memberikan keamanan, kenyamanan terhadap anak-anak.

LINGKUNGAN

 Penerapan prinsip-prinsip peremajaan kawasan secara berkelanjutan yang pro terhadap lingkungan dan masyarakat kecil.

 Menjaga iklim mikro pada kawasan dengan cara memaksimalkan penghijauan dalam lingkungan tapak maupun lingkungan bangunan.

 Mengikuti pranata dan ketentuan yang sudah tercantum dalam RDTR Kota Surakarta, meliputi Ruang Terbuka Hijau, Permukiman dan perumahan, Sempadan Rel dan Sempadan Sungai.

 Orientasi penataan bangunan pada site kawasan terpilih memperhatikan pencahayaan alami dan sirkulasi angin.

(11)

343 4.1.3 Program Skenario Kawasan Keseluruhan

a. Program Skenario Kawasan Makro

RUANG TERBUKA HIJAU TEPIAN SUNGAI Perencanaan area hijau pada daerah tepian Sungai Bengawan Solo menuju konsep Interactive Urban Forestry River-front. Dari perencanaan dan perancangan projek ini melibatkan kerjasama dengan badan pemerintah lokal, pemerintah daerah, kelompok masyarakat, pemangku kepentingan dan klien untuk menciptakan ruang publik baru yang dinamis yang mengenalkan masyarakat kembali ke tepi air. (Luas Lahan 8,3ha)

Jalan masuk utama menuju kawasan makro berada di jalan kolektor primer, yakni jalan yang berada diantara pembatas tanggul dengan lebar ±8 meter untuk memudahkan aksesibilitas menuju ruang terbuka hijau daerah tepian sungai dan jalan kolektor sekunder untuk menuju area pengembangan sektor ekonomi kawasan dengan lebar ±8 meter.

Area Pendidikan yang masih dipertahankan fungsinya. Lewat pengembangan dan perencanaan perpustakaan kampung di setiap RW dan Bale Belajar untuk wadah belajar para anak yang putus sekolah mencakup 3 RW dalam skala makro. (Luas Lahan 1,7ha)

Area Hijau Sepanjang Rel Kereta Api Untuk bekas lahan permukikan bantaran rel akan dimanfaatkan untuk area hijau menjadi green belt.

Sabuk hijau ini bisa dimanfaatkan warga untuk area penanaman tanaman sayuran tropis dengan cara vertikal dan menjadi ruang publik kecil bagi warga kawasan. (Luas Lahan 1,8ha)

Area Lahan Permukiman Vertikal Perkampungan horizontal dengan kepadatan tinggi akan ditransformasikan ke perkampungan vertikal. Pada lahan-lahan kosong bekas perkampungan horizontal akan diberikan lagi kepada warga kampung dengan sewa tanah menurut sertifikat kepemilikan tanah. (Luas Lahan 7,2ha)

AREA PENGEMBANGAN SEKTOR PEREKONOMIAN KAWASAN MAKRO merupakan area yang akan beralih fungsi menjadi fungsi perdagangan-jasa, pertokoan dan kampung wisata. Terdapat beberapa pasar dadakan, penginapan, ratail-shop dan gedung parkir. Bekas lahan perkampungan horizontal ini akan menjadi lapangan pekerjaan baru untuk warga RW 1, RW 2 dan RW 3. Peran investor akan bergerak dengan kerjasama Pemerintah Kota Surakarta. (Luas Lahan 6,8 ha)

(12)

344 b. Program Skenario Kawasan Mikro

PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 1

Luas lahan yang diperlukan pada perkampungan vertikal RT 1 adalah 0,75ha.

RUANG TERBUKA HIJAU

Dalam skenario kawasan mikro, ruang terbuka hijau eksisting Lapangan Losari tetap dipertahankan. Lapangan sepak bola ini sering digunakan masyarakat kampung Semanggi untuk menggelar layar tancep.

FASILITAS UMUM, FASILITAS SOSIAL, PENDIDIKAN DAN KESEHATAN

Fasilitas sarana-prasarana kawasan diletakkan ditengah sebagai pusat. Peletakan fasilitas sarana-prasarana ini di sebelah barat dengan kebutuhan luas 0,2ha.

Jalan Kolektor Sekunder

Jalan Kolektor Primer

Jalan Lokal Primer

PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 5 Luas lahan yang diperlukan pada perkampungan vertikal RT 5 adalah 0,69ha.

PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 4

Luas lahan yang diperlukan pada perkampungan vertikal RT 4 adalah 0,9ha.

PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 2

Luas lahan yang diperlukan pada perkampungan vertikal RT 2 adalah 0,77ha.

PERKAMPUNG AN VERTIKAL RT 3

Luas lahan yang diperlukan pada perkampungan vertikal RT 3 adalah 0,72ha. RUANG TERBUKA

HIJAU DAERAH TEPIAN SUNGAI

(13)

345 4.1.4 Program Besaran Luas Kawasan

a. Luas Total

Tabel 4. 2 Perhitungan Luas Total Masing-masing Kawasan Mikro Sumber: Analisis Pribadi, 2018

Tingkat Fasilitas Tipe

Indoor (m²) Outdoor (m²)

RT

Kampung Vertikal RT 1 10.189,6 1.270

Area Parkir RT 1 1.135 -

Total 11.324,6 1.270

Kampung Vertikal RT 2 10.542,2 1.270

Area Parkir RT 2 1.105 -

Total 11.647,2 1.270

Kampung Vertikal RT 3 9.761,2 1.270

Area Parkir RT 3 1.090 -

Total 10.851,2 1.270

Kampung Vertikal RT 4 12.418,4 1.270

Area Parkir RT 4 1.525 -

Total 13.943,4 1.270

Kampung Vertikal RT 5 9.257,2 1.270

Area Parkir RT 5 1.000 -

Total 10.257,2 1.270

Area Parkir

Area Parkir Pengelola - 825 Area Parkir Fasilitas

Kesehatan - 740

Area Parkir Area

Pendidikan - 350

Area Parkir Fasilitas

Peribadatan - 60

Area Parkir Lapangan

Sepak Bola - 980

Total - 2.955

RW

Fasilitas Umum

Fasilitas Sosial 2.795,7 17.015,7 Fasilitas Pengelola 923 -

Total 3.718,7 17.015,7

(14)

346 b. Studi Kebutuhan Luas Kawasan Mikro

Pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi Di Surakarta ini bertujuan untuk mewadahi warga RW 2 yang mempunyai 5 RT pada Kawasan Semanggi. Untuk

mewujudkan tujuan tersebut, maka dibutuhkan tapak kawasan yang

bisa menampung 5 Kampung Vertikal dan fasilitas umum dan fasilitas

sosial didalamnya guna meremajakan Kawasan Semanggi secara

berkelanjutan. Menunjuk pada arah fungsi kawasan maka dibutuhkan

area hijau yang lebih dominan guna fungsi zero run-off dan bisa

mengembangkan fasilitas umum dan fasilitas sosial pada lahan bekas

perkampungan di RW 2. Dari gagasan tersebut maka dilakukan

perhitungan keseluruhan sebagai berikut:

- Luas Kebutuhan Tapak = Luas Total Bangunan

KLB

= 61.742

1,8

= 34.301 (+26.320,7)

= 60.621,7 m²

- Luas Lantai Dasar = Luas Lahan x KDB

= 60.621,7 x 60%

= 36.373,02 m²

- Area Hijau / Perkerasan = 22.340 m² / 3.980,7 m²

(+ Luas Outdoor)

(15)

347 - Koefisien Dasar Hijau = Luas Lahan – Luas Lantai Dasar

= 60.621,7 – 36.373,02

= 24.248,68 m²

- Ketinggian Bangunan = Luas Lahan x KLB ÷ KDB

= 60.621,7 x 1,8 ÷ 36.373,02

= 3 Lantai

c. Studi Kebutuhan Luas Makro

Tabel 4. 3 Perhitungan Luas Total Masing-masing Kawasan Makro Sumber: Analisis Pribadi, 2018

Penggunaan Lahan Luas Kebutuhan

Zona Pengembangan

Perekonomian Kawasan Rw 1, RW 2 dan RW 3

1,0 ha

Zona Pengembangan Rw 1 7,1 ha Zona Pengembangan RW 3 6,4 ha Zona Mikro Kawasan RW 2 6,0 ha Zona Pengembangan Ruang

Terbuka Hijau Kawasan Maro 5,3 ha

Total 25,8ha

4.1.5 Program Sarana dan Prasarana Kawasan

Pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan

Semanggi Di Surakarta ini, fasilitas prasarana dan sarana yang digunakan antara

lain adalah:

Tabel 4. 4 Program Sarana dan Prasarana Kawasan Sumber: Analisis Pribadi, 2018

Sarana dan

Prasarana Status Kebutuhan Keterangan

Jaringan Listrik

Sudah Tersedia

 Digunakan untuk memenuhi

(16)

348 (Jaringan Distribusi Listrik Sekunder di Jalan Kyai Mojo dan Jalan Untung Suropati) kebutuhan pencahayaan buatan dan alat-alat elektronik pada kawasan RW 2.

jaringan listrik pusat apabila terjadi pemadaman pada waktu-waktu tertentu.

 Selain

menggunakan genset, pada pedestrian dan lapangan olahraga akan direncakanan menggunakan Pavegen Floor Tiles yang bisa menghasilkan energy listrik melalui energy kinetik para pejalan kaki atau penggunanya. Jaringan Telepon Sudah Tersedia (Jaringan Sekunder Pada Jalan Kyai Mojo)

 Digunakan untuk berkomunikasi antar bagian pengelola dan perkampungan vertikal. Selain itu juga berguna untuk mendukung kemudahan dalam pelaksanaan operasional.

 Perencanaan jaringan telepon untuk kebutuhan kantor pengelola dan unit hunian dalam

perkampungan vertikal serta pada masing-masing fasilitas lainnya. Jaringan Air Bersih Sudah Tersedia (Jaringan distribusi air bersih sekunder pada Jalan Kyai Mojo, Jalan Sampangan dan jalan Untung Suropati)

 Jaringan air bersih digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih masing-masing hunian di perkampungan vertikal, fasilitas pengelola dan fasilitas lainnya.

 Jaringan distribusi air bersih dari PDAM

 Air bersih dari beberapa titik sumur pada kawasan RW 2

(17)

349 membantu

pendistribusian kebutuhan air bersih pada hunian.

 Terdapat embung retensi pada kawasan RW 2 yang bisa juga diolah untuk

digunakan kembali, terutama kebutuhan distribusi air untuk pemadam kebakaran dalam makro kawasan. Jaringan Drainase Sudah Tersedia (Jaringan drainase sekunder pada Jalan Kyai Mojo dan

Jalan Untung Suropati)

 Dibutuhkan untuk drainase limpasan air limbah dan air hujan dalam kawasan RW 2.

 Jaringan drainase sendiri mengikuti RDRTK Kawasan I Kota Surakarta.

 Dengan penerapan konsep Zero Run-off dalam

perancangan debit air limpasan bisa ditampung pada

rain water tank dan embung retensi, sehingga air limpasan dari

kawasan RW 2 bisa menuju 0. Pembuangan Sampah Sudah Tersedia tetapi jauh dari tapak terpilih

 Dibutuhkan fasilitas pembuangan limbah sampah dan pengolahan sampah pada tingkat RT dan RW. Pengolahan sampah menjadi pupuk akan mengajak masyarakat Semanggi

 Tempat sampah akan dibedakan dalam jenis sampah organik dan

(18)

350 khususnya RW 2

untuk menghilangkan kebiasaan membuang sampah sembarangan.

 Tempat sampah dalam tingkat RW.

Jaringan Jalan Sudah Tersedia (Jalan kolektor primer, Jalan Kolektor Sekunder dan Jalan Lokal Primer)

 Jaringan jalan pada Kawasan dibutuhkan untuk menunjang kemudahan aksesibilitas dan pencapaian ke tapak makro maupun mikro kawasan.

 Diperlukan

pelebaran jalan dan perubahan jalan lokal primer dalam kawasan mikro yang nantiynya direncanakan agar nyaman bagi pejalan kaki.

 Dalam beberapa jalan lokal primer skala mikro akan dirancang kembali. Jaringan Transportasi Sudah Tersedia (Jalan Kyai Mojo termasuk dalam rute 4

BST Surakarta)

 Dibutuhkan sarana transportasi baik sarana transportasi umum maupun transportasi khusus untuk mendukung kemudahan transportasi pada kawasan RW 2.

 Sarana transportasi umum akan

diskenario untuk melewati jalan kolektor primer dan kolektor sekunder saja.

 Sarana transportasi khusus dalam kawasan RW 2 akan didominasi oleh warga RW 2 yang bermata pencaharian sebagai tukang becak, dengan prinsip tersebut diharapkan bisa juga menunjang perekonomian kawasan mikro dan melestarikan

(19)

351 4.2 Program Masing-masing fungsi

4.2.1 Program Kegiatan (Program Ruang, Besaran Ruang, Pola Ruang dan Tipe Ruang) Tabel 4. 5 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang Program Perkampungan Vertikal RT 1

Sumber: Analisis Pribadi, 2018 FASILITAS UTAMA LINGKUP RT 1

UNIT HUNIAN PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 1 Nama

Fasilitas Aktivitas Utama Nama Ruang

Tipe Ruang

Sifat Ruang

Besaran Ruang (m²)

Unit Hunian

tipe 54 Berhuni

Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR

3.024 Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR

Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR

Dapur ↔ Ruang Makan I S

Kamar Mandi I S

Unit Hunian

tipe 72 Berhuni

Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR

2.664 Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR

Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR

Dapur ↔ Ruang Makan I S

Kamar Mandi I S

FASILITAS PENDUKUNG LINGKUP RT 1 PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 1 Ruang

Serbaguna

Bersosialisasi, Rapat, Rewang

Ruang Utama I P

670

Gudang I S

(20)

352 Ruang Cuci

Koin Komunal

Mencuci, menjemur, menyetrika

Area Cuci Keseluruhan I P

225 Area Pencucian dan Pengeringan I P

Area Setrika Mesin I P

Area Setrika Manual I P

Bak Pengendapan Pakaian I P

Area Peletakan (Meja, Almari) I P Area Penerimaan (Keranjang, Ember) I P

Ruang Tunggu I P

Tempat Jemur O P

Kamar Mandi I S

Fasilitas Pendukung

Lainnya

Melakukan segala aktivitas dalam RT,

meronda, mencuci motor, bercengkerama

Pos Kamling I P 16,32

Area Cuci Motor I P 89,28

Area Berkebun O P 48

Green House I P 216

Tempat Pengolahan Pupuk I P 15

Area Pembibitan I P 18

Area PKL atau Plaza O P 450

Playground O P 200

Taman RTH RT O P 200

FASILITAS SERVIS LINGKUP RT 1 PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 1

Fasilitas Servis

Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan

fasilitas servis

MCK Umum I S 9

Janitor I S 2,4

Gudang RT I S 36

(21)

353 dalam

perkampungan vertikal RT 1

Ruang Pompa I S 124,8

Ruang Panel I S 31,2

Ruang Karyawan I S 17,28

Shaft MEP I S 1,56

Area Parkir I S 1.135

Gudang Alat I S 9

TPS RT O S 10

Mushola I S 36

LUAS INDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 10.189,6 m²

LUAS OUTDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 1.270 m²

Tabel 4. 6 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang Program Perkampungan Vertikal RT 2 Sumber: Analisis Pribadi, 2018

FASILITAS UTAMA LINGKUP RT 2

UNIT HUNIAN PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 2 Nama

Fasilitas Aktivitas Utama Nama Ruang

Tipe Ruang

Sifat Ruang

Besaran Ruang (m²)

Unit Hunian

tipe 54 Berhuni

Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR

3.132 Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR

Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR

Dapur ↔ Ruang Makan I S

Kamar Mandi I S

Unit Hunian

tipe 72 Berhuni

Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR

(22)

354 Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR

Dapur ↔ Ruang Makan I S

Kamar Mandi I S

FASILITAS PENDUKUNG LINGKUP RT 2 PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 2 Ruang

Serbaguna

Bersosialisasi, Rapat, Rewang

Ruang Utama I P

670

Gudang I S

Janitor I S

Ruang Cuci Koin Komunal

Mencuci, menjemur, menyetrika

Area Cuci Keseluruhan I P

225 Area Pencucian dan Pengeringan I P

Area Setrika Mesin I P

Area Setrika Manual I P

Bak Pengendapan Pakaian I P

Area Peletakan (Meja, Almari) I P Area Penerimaan (Keranjang, Ember) I P

Ruang Tunggu I P

Tempat Jemur O P

Kamar Mandi I S

Fasilitas Pendukung

Lainnya

Melakukan segala aktivitas dalam RT,

meronda, mencuci motor, bercengkerama

Pos Kamling I P 16,32

Area Cuci Motor I P 89,28

Area Berkebun O P 48

Green House I P 216

Tempat Pengolahan Pupuk I P 15

Area Pembibitan I P 18

(23)

355

Playground O P 200

Taman RTH RT O P 200

FASILITAS SERVIS LINGKUP RT 2 PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 2

Fasilitas Servis

Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan

fasilitas servis dalam perkampungan

vertikal RT 1

MCK Umum I S 9

Janitor I S 2,4

Gudang RT I S 36

Ruang Genset I S 75

Ruang Pompa I S 124,8

Ruang Panel I S 31,2

Ruang Karyawan I S 17,28

Shaft MEP I S 1,56

Area Parkir I S 1.105

Gudang Alat I S 9

TPS RT O S 10

Mushola I S 36

LUAS INDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 10.542,4 m²

(24)

356 Tabel 4. 7 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang Program Perkampungan Vertikal RT 3

Sumber: Analisis Pribadi, 2018 FASILITAS UTAMA LINGKUP RT 3

UNIT HUNIAN PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 3 Nama

Fasilitas Aktivitas Utama Nama Ruang

Tipe Ruang

Sifat Ruang

Besaran Ruang (m²)

Unit Hunian

tipe 54 Berhuni

Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR

2.862 Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR

Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR

Dapur ↔ Ruang Makan I S

Kamar Mandi I S

Unit Hunian

tipe 72 Berhuni

Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR

2.520 Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR

Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR

Dapur ↔ Ruang Makan I S

Kamar Mandi I S

FASILITAS PENDUKUNG LINGKUP RT 3 PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 3 Ruang

Serbaguna

Bersosialisasi, Rapat, Rewang

Ruang Utama I P

670

Gudang I S

Janitor I S

Ruang Cuci Koin Komunal

Mencuci, menjemur, menyetrika

Area Cuci Keseluruhan I P

225 Area Pencucian dan Pengeringan I P

Area Setrika Mesin I P

(25)

357

Bak Pengendapan Pakaian I P

Area Peletakan (Meja, Almari) I P Area Penerimaan (Keranjang, Ember) I P

Ruang Tunggu I P

Tempat Jemur O P

Kamar Mandi I S

Fasilitas Pendukung

Lainnya

Melakukan segala aktivitas dalam RT,

meronda, mencuci motor, bercengkerama

Pos Kamling I P 16,32

Area Cuci Motor I P 89,28

Area Berkebun O P 48

Green House I P 216

Tempat Pengolahan Pupuk I P 15

Area Pembibitan I P 18

Area PKL atau Plaza O P 450

Playground O P 200

Taman RTH RT O P 200

FASILITAS SERVIS LINGKUP RT 3 PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 3

Fasilitas Servis

Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan

fasilitas servis dalam perkampungan

vertikal RT 1

MCK Umum I S 9

Janitor I S 2,4

Gudang RT I S 36

Ruang Genset I S 75

Ruang Pompa I S 124,8

Ruang Panel I S 31,2

Ruang Karyawan I S 17,28

(26)

358

Area Parkir I S 1.090

Gudang Alat I S 9

TPS RT O S 10

Mushola I S 36

LUAS INDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 9.761,2 m²

LUAS OUTDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 1.270 m²

Tabel 4. 8 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang Program Perkampungan Vertikal RT 4 Sumber: Analisis Pribadi, 2018

FASILITAS UTAMA LINGKUP RT 4

UNIT HUNIAN PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 4 Nama

Fasilitas Aktivitas Utama Nama Ruang

Tipe Ruang

Sifat Ruang

Besaran Ruang (m²)

Unit Hunian

tipe 54 Berhuni

Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR

3.824 Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR

Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR

Dapur ↔ Ruang Makan I S

Kamar Mandi I S

Unit Hunian

tipe 72 Berhuni

Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR

3.456 Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR

Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR

Dapur ↔ Ruang Makan I S

Kamar Mandi I S

(27)

359 PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 4

Ruang Serbaguna

Bersosialisasi, Rapat, Rewang

Ruang Utama I P

670

Gudang I S

Janitor I S

Ruang Cuci Koin Komunal

Mencuci, menjemur, menyetrika

Area Cuci Keseluruhan I P

225 Area Pencucian dan Pengeringan I P

Area Setrika Mesin I P

Area Setrika Manual I P

Bak Pengendapan Pakaian I P

Area Peletakan (Meja, Almari) I P Area Penerimaan (Keranjang, Ember) I P

Ruang Tunggu I P

Tempat Jemur O P

Kamar Mandi I S

Fasilitas Pendukung

Lainnya

Melakukan segala aktivitas dalam RT,

meronda, mencuci motor, bercengkerama

Pos Kamling I P 16,32

Area Cuci Motor I P 89,28

Area Berkebun O P 48

Green House I P 216

Tempat Pengolahan Pupuk I P 15

Area Pembibitan I P 18

Area PKL atau Plaza O P 450

Playground O P 200

Taman RTH RT O P 200

(28)

360 PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 4

Fasilitas Servis

Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan

fasilitas servis dalam perkampungan

vertikal RT 1

MCK Umum I S 9

Janitor I S 2,4

Gudang RT I S 36

Ruang Genset I S 75

Ruang Pompa I S 124,8

Ruang Panel I S 31,2

Ruang Karyawan I S 17,28

Shaft MEP I S 1,56

Area Parkir I S 1.525

Gudang Alat I S 9

TPS RT O S 10

Mushola I S 36

LUAS INDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 12.418,4 m²

LUAS OUTDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 1.270 m²

Tabel 4. 9 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang Program Perkampungan Vertikal RT 5 Sumber: Analisis Pribadi, 2018

FASILITAS UTAMA LINGKUP RT 5

UNIT HUNIAN PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 5 Nama

Fasilitas Aktivitas Utama Nama Ruang

Tipe Ruang

Sifat Ruang

(29)

361 Unit Hunian

tipe 54

Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR 2.646 Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR

Dapur ↔ Ruang Makan I S

Kamar Mandi I S

Unit Hunian

tipe 72 Berhuni

Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR

2.376 Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR

Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR

Dapur ↔ Ruang Makan I S

Kamar Mandi I S

FASILITAS PENDUKUNG LINGKUP RT 5 PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 5 Ruang

Serbaguna

Bersosialisasi, Rapat, Rewang

Ruang Utama I P

670

Gudang I S

Janitor I S

Ruang Cuci Koin Komunal

Mencuci, menjemur, menyetrika

Area Cuci Keseluruhan I P

225 Area Pencucian dan Pengeringan I P

Area Setrika Mesin I P

Area Setrika Manual I P

Bak Pengendapan Pakaian I P

Area Peletakan (Meja, Almari) I P Area Penerimaan (Keranjang, Ember) I P

Ruang Tunggu I P

Tempat Jemur O P

Kamar Mandi I S

(30)

362 Fasilitas

Pendukung Lainnya

Melakukan segala aktivitas dalam RT,

meronda, mencuci motor, bercengkerama

Area Cuci Motor I P 89,28

Area Berkebun O P 48

Green House I P 216

Tempat Pengolahan Pupuk I P 15

Area Pembibitan I P 18

Area PKL atau Plaza O P 450

Playground O P 200

Taman RTH RT O P 200

FASILITAS SERVIS LINGKUP RT 5 PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 5

Fasilitas Servis

Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan

fasilitas servis dalam perkampungan

vertikal RT 1

MCK Umum I S 9

Janitor I S 2,4

Gudang RT I S 36

Ruang Genset I S 75

Ruang Pompa I S 124,8

Ruang Panel I S 31,2

Ruang Karyawan I S 17,28

Shaft MEP I S 1,56

Area Parkir I S 1.000

Gudang Alat I S 9

TPS RT O S 10

Mushola I S 36

LUAS INDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 9.257,2 m²

(31)

363 Tabel 4. 10 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang Program Kawasan Mikro Lingkup RW

Sumber: Analisis Pribadi, 2018 FASILITAS UTAMA LINGKUP RW Nama

Fasilitas Aktivitas Utama Nama Ruang

Tipe Ruang

Sifat Ruang

Besaran Ruang (m²)

Pendopo RW

Rapat, bertemu pemerintah atau pengelola, mantenan

Ruang Utama 1 I P

240

MCK Umum 5 I S

Gudang Peralatan 1 I S

Janitor 1 I S

Balai Seni Kreatif

Pelatihan industri kreatif, pelatihan pendidikan, pelatihan seni budaya

Ruang Utama 1 I P

124

MCK Umum 3 I S

Gudang Peralatan 1 I S

Janitor 1 I S

Balai Pengobatan

Warga (BP)

Berobat

Ruang Tamu 1 I PR 9,36

Ruang Rapat 1 I PR 15,6

Gudang Obat 1 I S 7,2

Ruang Karyawan 1 I S 7,2

Resepsionis 3 I P 3,12

Kamar Mandi 3 I S 12,48

Gudang Alat Medis 1 I S 20

Ruang Arsip 1 I PR 3,36

Ruang Pengolahan Obat 1 I PR 22

Kamar Praktik 3 I PR 12,975

Kasir 3 I P 3,12

Ruang Tunggu 1 I P 19,8

(32)

364

Pantry 2 I S 14,4

FASILITAS PENDUKUNG LINGKUP RW

PAUD Pendidikan

Gudang 1 I S 3,6

Kelas 1 I P 36

Ruang Guru 1 I SPR 9,6

Ruang Tamu 1 I SPR 9,36

Ruang Rapat 1 I PR 15,6

Ruang Arsip 1 I PR 3,36

Pantry 1 I S 7,2

Kamar Mandi 2 I S 8,32

Apotek Membeli Obat

Ruang Utama 1 I P 28

Resepsionis 1 I P 1,04

Kasir 2 I P 2,08

Ruang Tunggu 1 I P 19,8

Gudang Obat 1 I S 7,2

Kamar Mandi 1 I S 4,16

Ruang Karyawan Apotek 1 I S 7,2

Pantry 1 I S 7,2

Perpustakaan Kampung

Membaca, Edukasi, Meminjam Buku

Resepsionis 1 I P 1,04

Gudang Buku 1 I S 8,1

Kamar Mandi 2 I S 8,32

Ruang Baca 1 I P 164,85

Ruang Karyawan 1 I S 7,2

Ruang Tamu 1 I SPR 9,36

(33)

365 Poskesyandu Berobat

Gudang Obat 1 I S 7,2

Gudang Alat Medis 1 I S 20

Ruang Arsip 1 I PR 3,36

Ruang Pengolahan Obat 1 I PR 22

Kamar Praktik 1 I PR 4,325

Kasir 1 I P 1,04

Ruang Tunggu 1 I P 19,8

Resepsionis 1 I P 1,04

Kamar Mandi 2 I S 8,32

Ruang Tamu 1 I SPR 9,36

Ruang Karyawan 1 I S 7,2

Pantry 1 I S 7,2

Fasilitas Pendukung

Lainnya

Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan fasilitas servis dalam

lingkup makro RW 2

Area Makan (Food Court) 1 I P 187,2

Lapangan Sepak Bola 1 O P 11.025

Lapangan Voli dan Futsal 1 O P 243

Lapangan Basket dan Badminton 1 O P 546

Arena Pingpong dan Catur 1 I P 36

Taman RTH RW 1 O P 450

Ampitheater 1 O P 750

Plaza 1 I P 450

Mini Market 1 I P 48

Basecamp Karang Taruna RW 1 I SPR 28,8

Panti Jompo 1 I SPR 156

Koperasi Berdikari 1 I P 18

(34)

366 Kantor

Pengelola Maintenance

Bangunan

Kegiatan pengelolaan perawatan bangunan

kawasan RW 2

Gudang 1 I S 3,6

Pantry 1 I S 7,2

Kamar Mandi 4 I S 15,36

Janitor 2 I S 4,8

Ruang Tamu 1 I P 19,2

Ruang Karyawan 1 I S 14,4

Ruang Manager 1 I PR 9,6

Ruang Wakil Manager 1 I PR 9,6

Ruang Rapat 1 I PR 9,6

Ruang Arsip 1 I PR 5,04

Kantor Pengelola

MEP Bangunan

Kegiatan pengelolaan MEP bangunan kawasan RW 2

Gudang 1 I S 3,6

Pantry 1 I S 7,2

Kamar Mandi 1 I S 15,36

Ruang Tamu 1 I P 4,8

Ruang Karyawan 1 I S 19,2

Ruang Manager 1 I PR 14,4

Ruang Wakil Manager 1 I PR 9,6

Ruang Rapat 1 I PR 9,6

Ruang Arsip 1 I PR 9,6

Ruang Pengolahan Air Kawasan 1 I PR 5,04 FASILITAS SERVIS LINGKUP RW

Fasilitas Servis

Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan

TPS RW O S 75

MCK Umum I S 45

Masjid I S 108

(35)

367 fasilitas servis dalam

lingkup RW

Ruang Panel I S 62,4

Ruang Genset I S 150

Ruang Pompa I S 249,6

Area Parkir Pengelola Kawasan O S 825

Area Parkir Fasilitas Kesehatan O S 740 Area Parkir Fasilitas Pendidikan O S 350 Area Parkir Fasilitas Peribadatan O S 60

Area Parkir Outdoor O S 980

LUAS INDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 3.718,7 m²

(36)

368 4.2.2 Rekapitulasi Kebutuhan Ruang Kawasan Mikro (RW 2)

Tabel 4. 11 Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan Ruang Dalam Kawasan Mikro Sumber: Analisis Pribadi, 2018

Tingkat Fasilitas Tipe

Indoor (m²) Outdoor (m²)

RT

Kampung Vertikal RT 1 10.189,6 1.270

Area Parkir RT 1 1.135 -

Total 11.324,6 1.270

Kampung Vertikal RT 2 10.542,2 1.270

Area Parkir RT 2 1.105 -

Total 11.647,2 1.270

Kampung Vertikal RT 3 9.761,2 1.270

Area Parkir RT 3 1.090 -

Total 10.851,2 1.270

Kampung Vertikal RT 4 12.418,4 1.270

Area Parkir RT 4 1.525 -

Total 13.943,4 1.270

Kampung Vertikal RT 5 9.257,2 1.270

Area Parkir RT 5 1.000 -

Total 10.257,2 1.270

Area Parkir

Area Parkir Pengelola - 825

Area Parkir Fasilitas Kesehatan - 740 Area Parkir Area Pendidikan - 350 Area Parkir Fasilitas Peribadatan - 60 Area Parkir Lapangan Sepak Bola - 980

Total - 2.955

RW

Fasilitas Umum

Fasilitas Sosial 2.795,7 17.015,7

Fasilitas Pengelola 923 -

Total 3.718,7 17.015,7

(37)

369 4.2.3 Pola Ruang

Tabel 4. 12 Pola Ruang Masing-masing Fungsi Bangunan Sumber: Analisis Pribadi, 2018

FASILITAS UTAMA

Unit Hunian

Pendopo RW dan Balai Seni Kreatif

Balai Pengobatan Warga (BP)

Bagan 4. 1 Pola Ruang Unit Hunian Sumber: Analisis Pribadi, 2018

Bagan 4. 2 Pola Ruang Pendopo RW dan Balai Seni Kreatif Sumber: Analisis Pribadi, 2018

(38)

370 FASILITAS PENDUKUNG

Area Cuci Koin Komunal

Perpustakaan Kampung

Poskesyandu dan Apotek

Bagan 4. 4 Pola Ruang Cuci Koin Komunal Sumber: Analisis Pribadi, 2018

Bagan 4. 5 Pola Ruang Perpustakaan Kampung Sumber: Analisis Pribadi, 2018

(39)

371 Tabel 4. 13 Pola Ruang Masing-masing Fungsi Bangunan Tingkat RT dan RW

Sumber: Analisis Pribadi, 2018 POLA TIAP TINGKAT RT

Bagan 4. 7 Pola Ruang Dalam Tingkat RT Sumber: Analisis Pribadi, 2018

POLA TINGKAT RW

(40)

372 4.2.4 Program Sistem Struktur dan Sistem Enclosure (Pelingkup)

Pengaplikasian sistem struktur yang akan digunakan pada pilot projek

Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi Di Surakarta terdiri

dari Whole-structure (Struktur keseluruhan bangunan), Sub-structure (Struktur

bawah bangunan) dan Upper-structure (Struktur atas bangunan).

Tabel 4. 14 Program Masing-masing Sistem Struktur Sumber: Analisis Pribadi, 2018

Sub-structure

Pondasi

Pondasi yang akan digunakan adalah pondasi sumuran. Pondasi ini dipilh karena dari data yang diperoleh tentang kedalaman tanah keras Kota Surakarta bagian timur berada di kedalaman sekitar 1,5 – 10 meter (Sumber: Jurnal Reza Satria Warman, dkk, 2016). Dari perhitungan KLB pilot projek sendiri lantai yang diperbolehkan maksimal adalah 3 lantai, maka dari itu pondasi sumuran dipilih dalam penggunaan pondasi.

Whole-structure

Kolom – Penyelesaian Konstruksi

Sistem struktur yang akan digunakan pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi Di Surakarta adalah struktur rangka. Hal ini merupakan respon dari tujuan efisiensi penggunaan material. Selain itu penggunaan sistem struktur rangka ini dimaksudkan untuk mendukung fungsi dan aktivitas bangunan sebagai wadah masyarakat untuk saling berinteraksi. Konstruksi yang akan digunakan pada perkampungan vertikal nantinya adalah Modular Building System Construction’s karena fungsi bangunan yang lebih mengacu kepada volumetrik sebuah ruang, bukan sebagai bagian ruang seperti tembok, atap, atau lantai, namun sebagai sebuah kesatuan ruang. Sistem struktur dan penyelesaian konstruksi yang Gambar 4. 3 Pengaplikasian Pondasi Sumuran (Kiri) dan Gambar Kerja

(41)

373 memungkinkan perencanaan ekspansi pada bangunan tanpa melakukan demolisasi dan pembuangan limbah sehingga dapat menghemat energi. Beberapa hal diatas merupakan salah satu prinsip dari Arsitektur Tektonika.

Balok dan Slab – Penyelesaian Konstruksi

Pada penerapan struktur balok dan plat lantai pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Seamnggi Di Surakarta ini menggunakan sistem waffle-slab. Waffle-slab dipilih karena ada penerapan teknologi Holedeck’s Concrete Slab. Sistem balok dan plat lantai ini bisa meminimalisir penggunaan material beton sebesar 55% dari beton standar, sekaligus mengurangi ketebalan pelat lantai untuk memungkinkan penambahan lantai pada perkampungan vertikal nantinya. Holedeck adalah sistem pelat struktural terbuka yang dapat mengakomodasi lampu, saluran dan peralatan mekanis lainnya di dalam dan sekitar strukturnya. Holedeck

mempermudah akses maintenance, merawat dan mengatur ulang peralatan yang ada di langit-langit. Sistem plat ini juga mengurangi gema pada area luas di dalam perkampungan vertikal nantinya. Penerapan teknologi ini merupakan pengolahan bahan akan menentukan kualitas arsitektur secara keseluruhan, sehingga mampu memunculkan ekspresi bangunan.

Gambar 4. 4 Contoh Penyelesaian Konstruksi Struktur Rangka Lewat Pendekatan Tektonika (Gambar 1 dan 2) dan Sistem Modular Bongkar Pasang (Gambar 3)

Sumber: https://pinterest.com

(1) (2) (3)

Gambar 4. 5 Pengaplikasian Studi Teknologi Holedeck Concrete Slab Pada Pembalokan dan Plat Lantai

(42)

374

Upper-structure

Struktur dan Konstruksi Atap

Konstruksi dan struktur atap yang akan digunakan pada pilot projek adalah konstruksi atap kayu. Konstruksi yang akan ditampilkan pada beberapa bangunan bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi penggunanya. Material kayu dipilih juga karena faktor konteks lingkungan Kota Solo yang kental dengan adat budaya jawa. Pemilihan material ini merupakan suatu tahap perancangan menggunakan konsep tektonika, yakni harmonis meleburkan citra ruang, penyelesaian konstruksi, pengolahan material dengan benar, jujur dan wajar sehingga memunculkan keindahan. Kayu pada umumnya bisa menunjuk pada tampilan yang dihasikan melalui proses konstruksi, dimana bentuk yang hadir tampil dengan wajah yang menggambarkan hubungan material secara ekspresif.

Tabel 4. 15 Program Masing-masing Sistem Pelingkup (Enclosure) Sumber: Analisis Pribadi, 2018

Penutup Lantai

Dalam unit hunian nantinya akan menggunakan penutup lantai dengan bahan keramik supaya mempermudah penghuni dalam perawatan. Selain itu pemilihan penutup lantai dengan keramik ini dikarenakan kemudahan dalam mencari pada daerah kawasan mikro. Keramik yang digunakan nantinya bermotif sederhana dengan tipologi yang disamakan dengan keramik rumah-rumah di kampung. Material keramik dipilih dalam penerapan karena berhubungan dengan salah satu prinsip tektonika yakni penggabungan material-material yang sesuai dengan elemen penyusun bangunan. Bekas-bekas pecahan keramik yang rusak juga nantinya tidak luput dari penggunaan. Beberapa dekorasi jenis keramik akan digabungkan menjadi sebuah permaknaan tentang keberagaman yang bisa bersatu dan membuat sebuah tampilan visual menjadi lebih kuat.

(43)

375 Penggunaan Floor Hardener digunakan pada area pengelola dan fasilitas-fasilitas lainnya serta bangunan pendopo seni kreatif.

Penutup Dinding

Material dinding yang digunakan pada projek ini terdiri dari beberapa macam. Untuk pembatas ruang luar dan ruang dalam, menggunakan

Mycotech. Kelebihan dari material jenis ini adalah ringan namun dapat menjaga ruang dalam dari pengaruh luar. Dari segi kekuatannya, material ini dapat menyaingi batu bata dan kayu. Keunggulan lainnya, harga bahan tersebut lebih ekonomis, ramah lingkungan, dan bebas dari resin sintetis. Material yang dipilih ini juga dapat mengurangi pantulan suara dalam koridor perkampungan vertikal.

Untuk pembatas ruang privat pada hunian akan menggunakan susunan batu bata secara stereotomic, artinya material struktur yang sejenis disusun dengan cara ditumpuk, sedangkan untuk kamar anak pada hunian nantinya akan menggunakan dinding partisi kalsiboard, polycarbonate atau kertas shoji, menggunakan rangka hollow dan diolah lagi sehingga bisa fleksibel dengan aktivitas dalam hunian. Pada ruang-ruang semi permanen dalam hunian nantinya akan digunakan juga kelambu. Pemilihan material dinding penyekat ini untuk memaksimalkan pencahayaan alami maupun buatan dalam hunian.

Khusus untuk ruang-ruang pengelola, karena membutuhkan pengawasan yang cukup tinggi maka menggunakan dinding pemisah yang menggunakan kombinasi dari kaca dan bahan lain yang sesuai.

Gambar 4. 7 Material Penutup Lantai Floor Hardener (1) dan Keramik (2 dan 3) Sumber: https://google.com

(1) (2) (3)

(44)

376 Penutup Langit-langit (Plafon)

Dalam pilot projek nantinya tidak rencanakan penutup langit-langit, struktur balok horizontal akan sengaja diperlihatkan sebagai sebuah puisi ruang volumetrik. Tidak digunakannya plafon juga dilandasi karena penggunaan teknologi holedeck’s slab yang mempermudah dalam perawatan instalasi-instalasi dalam unit hunian.

Penutup Atap

Material penutup atap pada bangunan kampung vertikal menggunakan genteng tanah liat. Material ini mudah didapatkan dalam kawasan Semanggi dengan harga yang terjangkau. Material ini juga ringan dan tahan panas. Genteng juga bisa membantu untuk menyerap kebisingan. Untuk perlindungan termal, nantinya dalam proses konstruksi penutup atap sebelum genteng akan dilapisi dengan aluminium foil.

Dalam Kitab Suci, Kitab Kejadian 2:7 “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” Dalam Kejadian 2, kata yang dipakai dalam kaitan dengan manusia pertama adalah "membentuk". Allah menghembuskan nafas-Nya, "nafas hidup, ke dalam "tanah liat" (adamah) itu sehingga menjadi "makhluk yang hidup" (nefesh hayah). "Nefesh" adalah suatu kata yang berarti "kehidupan", "vitalitas", "kepribadian yang hidup" (Sumber: https://id.wikipedia.org pada 7 Maret 2018 pukul 05:41). Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa manusia mendiami planet bumi saat ini berasal dari unsur tanah yang berproses (Sumber: Buku Emosi: Penjelajahan Religio Psiokogis, M Darwis Hude).

Gambar 4. 9 Material Beton Pre-Cast Pada Pengaplikasian Holedeck's Concrete Slab Sumber:

https://www.archdaily.com/779340/this-innovative-concrete-slab-system-uses-up-to-55-percent-less-concrete

(45)

377 4.2.5 Program Sistem Utilitas

Tabel 4. 16 Program Pengimpletasian Masing-masing Sistem Utilitas Sumber: Analisis Pribadi, 2018

SISTEM AIR BERSIH

 Sumber air bersih pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi Di Surakarta menggunakan 4 jenis sumber air bersih, yakni melalui saluran PDAM sekitar kawasan, sumur pribadi, tendon pengumpul air hujan (Rain Water Tank) yang terdapat pada setiap bangunan vertikal dan dari kolam retensi kawasan untuk membantu supply

air bersih ataupun air pemadam kebakaran.

 Sistem pendistribusian pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi Di Surakarta menggunakan sistem distribusi

Down-feed, karena sistem ini memiliki keunggulan-keunggulan antara lain, lebih hemat energi dan masih dapat digunakan pada saat terjadi pemadaman listrik.

SISTEM AIR KOTOR

 Limbah cair yang berasal dari dapur, kamar mandi, dsb. yang tergolong kedalam grey water, dialirkan menuju bak pengumpul limbah untuk selanjutnya diolah melalui filter organik atau bio-filtration sehingga hasil pengolahannya dapat digunakan kembali, dengan catatan bukan untuk air yang dikomsumsi.

 Limbah air hujan dari atap dialirkan ke dalam saluran drainase bangunan, disadap dan dilewatkan pada saringan berlubang (screen) dan saringan kasar horizontal media batu kapur dan ditampung di dalam subreservoir (Sarbidi, 2012). Air yang ditampung subreservoir dimanfaatkan sebagai air bersih, air baku dan kebutuhan untuk bangunan, halaman maupun kawasan. Jika air hujan dalam tampungan over flow dari subreservoir dialirkan ke dalam sumur resapan air hujan.

 Limbah padat yang berasal dari toilet, dalam hal ini adalah kotoran manusia, pada dasarnya dapat terurai dengan menggunakan bio septictank, tetapi limbah ini dapat digunakan lagi sebagai media penyubur tanaman melalui proses filtrasi organik.

(46)

378 JARINGAN LISTRIK

 Dalam pilot projek nantinya genset untuk mengganti jaringan listrik pusat apabila terjadi pemadaman pada waktu-waktu tertentu.

 Selain menggunakan genset, pada pedestrian dan lapangan olahraga akan direncakanan menggunakan Pavegen Floor Tiles yang bisa menghasilkan energy listrik melalui energy kinetik para pejalan kaki atau penggunanya.

 Menurut SNI 03-1733-2004, Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga.

SISTEM KOMUNIKASI

 Sistem komunikasi dalam perkampungan vertikal nantinya akan menggunakan pengeras suara, kentongan dan telepon.

Gambar 4. 12 Pengolahan Limbah Air Menjadi Air Bersih Sumber: https://google.com

Gambar 4. 13 Distribusi Listrik Lewat Energi Kinetik (Kiri) dan Mesin Genset (Kanan) Sumber: https://google.com

(47)

379 JARINGAN PEMBUANGAN SAMPAH

 Sampah yang timbul pada bangunan ini dipilah-pilah sesuai dengan sifatnya, sampah organik dipisahkan dengan sampah anorganik. Untuk sampah organik dapat dimanfaatkan kembali menjadi kompos lalu dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman di sekitar bangunan. Untuk sampah anorganik dipilahpilah kembali, beberapa ada yang didaur ulang dan yang sudah tidak layak dibuang ke TPS RT lalu menuju TPS RW.

SISTEM PENGAMANAN KEBAKARAN

 Pada sistem penanggulangan kebakaran terhadap bangunan bangunan kampung vertikal akan menggunakan tangga darurat yang menggunakan jenis dinding massif yang anti-api. Dalam Permen PU No. 26 Tahun 2008, bahan lapis penutup tahan api yang antara lain terbuat dari 13 mm, papan plester tahan api atau 12 mm, lembaran semen serat selulosa dengan tingkat ketahan api minimal 30 menit, pintu darurat, sprinkler dan smoke detector dan APAR.

 Pada perencanaan ruang luar, projek ini menggunakan Hydrant Pillar.

SISTEM KENYAMANAN TERMAL

 Dalam perkampungan vertikal juga terdapat standar kenyaman termal dari perlindungan panas melalui penggunaan material dan proteksi struktur konstruksi bangunan. Untuk mencapai kenyamanan termal dalam unit hunian, konstruksi bangunan dengan kulit luar yang diberi ventilasi silang dengan persyaratan penampang lintang ventilasi bagian belakang pada setiap tempat adalah 2cm dan perbedaan tinggi minimum 10% antara masuk dan keluarnya udara.

Gambar 4. 15 Jaringan Pendistribusian Pembuangan Sampah Sumber: https://google.com

(48)

380 SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI

 Dalam pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal ini pencahayaan alami dilakukan dengan membuat bukaan-bukaan pada dinding dan beberapa pada atap supaya terang langit dapat masuk ke dalam ruangan. Pencahayaan alami hendaknya diaplikasikan semaksimal mungkin di dalam bangunan untuk mencegah timbulnya jamur dan mengurangi ruang-ruang yang lembab.

 Lewat tema desain tentang arsitektur tektonika, aspek pencahayaan dihitung untuk mencari standar kenyamanan dalam bangunan, Dari perhitungan tersebut, bentuk-bentuk cahaya alami yang masuk akan bisa lebih dirasakan sehingga bisa mempengaruhi psikologis yang positif bagi masyarakat kampung vertikal.

SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN

 Untuk ruang-ruang yang tidak dimungkinkan mengaplikasikan pencahayaan alami dapat menggunakan lampu sebagai pencahayaan buatan. Dapat dilakukan dengan mengaplikasikan lampu-lampu di titik tertentu di area bangunan. Tingkat terang pada bangunan ini idealnya 60lux.

Gambar 4. 17 Contoh Pengaplikasian Sistem Pencahayaan Alami Pada Bangunan Sumber: https://pinterest.com

(49)

381 SISTEM PENGHAWAAN

 Sistem penghawaan pilot projek ini menggunakan penghawaan alami untuk perkampungan vertikal dan penghawaan buatan di ruang-ruang pengelola.

 Menurut SNI 03-6572-2001 ventilasi alami yang disediakan idak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan. Dalam area unit hunian akan direncakanan dengan kenyamnan suhu yang Nyaman optimal, antara temperatur efektif 22,80°C - 25,80°C dengan kelembaban udara relatif yang dianjurkan antara 40% - 50%.

 Unit Hunian nantinya akan didesain dengan ventilasi silang.

 Pada area pengelola AC yang dipakai menggunakan jenis AC split karena perbedaan aktivitas dan kebutuhan pada tiap ruangnya.

SISTEM TRANSPORTASI DALAM BANGUNAN

 Penggunaan sistem transportasi vertikal dibutuhkan pada projek ini, karena Perkampungan Vertikal ini direncanakan terdiri maksimal 3 lantai. Beberapa sistem transportasi vertikal yang digunakan pada proyek ini, yaitu tangga dengan peletakan sentral didalam bangunan dengan jarak pencapaian terjauh ±30 meter dan ramp untuk penyandang disabilitas dan orang-orang lanjut usia dengan standar kemiringan tidak melebihi 1:12.

Gambar 4. 19 Sistem Penghawaan buatan Menggunakan AC dan Alur Penghawaan Alami Sumber: https://pinterest.com

(50)

382 SISTEM PENANGKAL PETIR

 Sistem yang diterapkan pada setiap bangunan perkampungan vertikal menggunakan sistem Thomas karena memiliki jangkauan yang luas. Selain itu Sistem Thomas juga ramah lingkungan.

SISTEM KEAMANAN BANGUNAN

 Dalam pilot projek sistem keamanan aktif yang dilakukan dengan menggunakan jasa (security) yang bertugas mengontrol keamanan seluruh aktivitas skala makro (RW).

 Untuk keamanan masing-masing RT dalam Bangunan Perkampungan Vertikal tetap menggunakan kebudayaan masyarakat dengan penyediaan poskamling seperti kampung horizontal pada umumnya.

 Untuk area pengelola bangunan menggunakan system CCTV yang terpasang pada tiap sudut ruang bersama, baik indoor maupun outdoor.

SISTEM PENGAMANAN BANJIR PADA KAWASAN MIKRO DAN MAKRO

 Perbaikan jaringan drainase kawasan mikro maupun makro dengan pelebaran.

 Penanaman vegetasi dengan jenis tanaman keras pada wilayah jalur hijau dan daerah hijau ditanami dengan kerapatan tanaman yang tinggi dengan konsep Interactive Urban Forestry.

 Pembuatan embung atau kolam retensi pada RW 2 yang nantinya akan menampung air limpasan RW 2, selian itu kolam retensi ini juga bisa menjaga siklus iklin mikro kawasan RW 2.

 Adanya sumur resapan pada 5 bangunan perkampungan (Tiap RT) di kawasan RW 2.

Gambar 4. 21 Penangkal Petir Sistem Thomas Sumber: https://google.com

(51)

383

Rain Harvesting atau pemanenan air hujan pada setiap bangunan perkampungan vertikal di RW 2.

 Membentuk beberapa titik biopori pada area perkerasan di RW 2 Kawasan Semanggi.

SISTEM PENERAPAN TEKNOLOGI

 Dalam penerapan teknologi area perkerasan menggunakan Suregreen PP40 Grass Pavers, merupakan sebuah teknologi yang dapat dijadikan alternatif untuk mengganti perkerasan dengan daya serap air hingga >90%.

 Penggunaan Pavegen’s Floor Tiles pada area fasilitas olahraga dan pedestrian. Material ini mengandalkan energy kintetik pejalan kaki untuk menghasilkan energi terbarukan yang dapat digunakan kembali yang cukup kuat untuk menyalakan listrik. Pavegen’s Floor Tiles juga memiliki sensor API nirkabel, yang mentransmisikan data tentang perilaku gerakan di daerah di mana material ini dipasang.

 Mengolah Modular Building System Construction’s dalam penyelesaian konstruksi bangunan pada projek, khususnya pada perkampungan vertikal. Ini merupakan sebuah metode pelaksanaan pembangunan dengan memanfaatkan material atau komponen fabrikasi yang dibuat di luar lokasi projek atau di dalam lokasi projek.

Gambar 4. 23 Kolam Retensi Kawasan Makro (1), Perbaikan Drainase Untuk Air Limpasan dan Vegetasi Keras Untuk Konsep Urban Forestry (3)

Sumber: https://pinterest.com

(1) (2) (3)

Gambar 4. 24 Modular Building System (1), Pavegen’s Floor (2) dan Grass Paver’s (3) Sumber: https://google.com

(52)

384 4.2.6 Program Tapak Kawasan

Tabel 4. 17 Program Tapak Pada Kawasan Mikro Sumber: Analisis Pribadi, 2018

PROSENTASE RUANG TERBUKA HIJAU

Dalam perencanaan minimal ruang terbuka hijau dalam kawasan RW 2 adalah 20% dari luas kebutuhan lahan. Ruang terbuka hijau terbagi dalam setiap perkampungan vertikal RT dengan jumlah total 6.350 m² (masing-masing Perkampungan Vertikal RT adalah 1.270 m²). Ruang terbuka hijau pada masing-masing RT akan direncanakan antara lain area berkebun untuk produksi komsumsi warga dalam kampung vertikal, taman milik RT, sedikit perkerasan pada plaza dan playground. Sedangkan dalam skala RW luas kebutuhan ruang terbuka hijau ad

Gambar

Gambar 4. 1 Program Skenario Kawasan Makro Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Gambar 4. 2 Program Skenario Kawasan Mikro
Tabel 4. 2 Perhitungan Luas Total Masing-masing Kawasan Mikro Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Tabel 4. 4 Program Sarana dan Prasarana Kawasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya pada minggu ke- 12 tanggal 14 Mei 2014 semua sampel kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak dilakukan latihan karena akan dilakukan pengukuran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) mendiskripsikan cara meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar, menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik STAD;

Didalam LKS disajikan langkah-langkah untuk menemukan akan suatu konsep dan membantu siswa mangkaitkan materi yang ada dikehidupan sehari-hari dengan konsep yang

Namun, melihat permainan Kante untuk Chelsea musim ini yang sama konsistennya dengan Leicester City musim lalu, potensi gelandang bertahan menjadi pemain terbaik kembali besar..

BMk, Bmk, bMk, bmk D Benar : 5 Salah : 0 4 Menentukan hasil persilangan monohibrid dalam pemuliaan hewan dan tanaman melalui diagram Hukum Mendel Hukum Pewaris an Sifat

Fokus kepada segmen konsumen menengah ke bawah Kredit dijamin dengan agunan properti yang bernilai tinggi Jaringan distribusi yang luas dan unik.. Potensi pertumbuhan KPR yang

Adapun data yang dikumpulkan adalah karakteristik sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, statsu bekerja, status menikah, pengawas minum obat (PMO), dan

Strategi dan kebijakan dalam Renstra SKPD adalah strategi dan kebijakan SKPD untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka menengah SKPD yang selaras dengan strategi dan