Daftar Isi
1
Kondisi Ekonomi Makro & Perbankan
3
2
Gambaran Umum Perusahaan
7
3
Keunggulan Kompetitif
10
4
Kinerja Keuangan
28
5
Unit Usaha Syariah
44
6
Strategi Bisnis Tahun 2013
46
1
KONDISI EKONOMI
Memperbaiki Neraca Transaksi Berjalan
• Menurunkan impor migas dengan memperbesar
biodiesel dalam solar.
• Meningkatkan pajak barang mewah, dari rata-rata 75%
menjadi 125%-150%.
Menjaga Pertumbuhan Ekonomi
• Memastikan defisit APBN-2013 tetap sebesar 2,38%
dan pembiayaan aman.
• Memberikan insentif kepada industri padat karya,
termasuk keringanan pajak.
Menjaga Daya Beli
• Mengubah tata niaga daging sapi dan hortikultura, dari
impor berbasis kuota menjadi harga.
Mempercepat Investasi
•
Mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu
perizinan investasi.
•
Mempercepat revisi peraturan Daftar Negatif Investasi
(DNI), mempercepat investasi di sektor berorientasi
ekspor, serta percepatan renegosiasi kontrak karya
pertambangan.
Inflasi
•
Tekanan inflasi mereda pada Bulan
Oktober 2013, dan mencatat inflasi
0.09% (mtm), atau 8.32% (yoy).
•
Trend penurunan inflasi diharapkan
dapat terus berlanjut pada Q4 2013.
Inflasi 2013 diperkirakan pada kisaran
9.0%-9.8%.
Defisit Neraca Transaksi Berjalan
•
Defisit Neraca Transaksi Berjalan pada
Q2 2013 sebesar USD9,8 USD miliar atau
4.4% terhadap PDB.
•
Defisit Neraca Transaksi Berjalan pada
Q3 2013 diharapkan dapat turun,
mengingat neraca perdagangan di
Agustus 2013 mencatat surplus.
•
Target Pemerintah menurunkan defisit
Neraca Transaksi Berjalan tahun 2013 ke
level 3.4% terhadap PDB.
Empat Paket Kebijakan Ekonomi
Tantangan Domestik
Perkembangan Perbankan Indonesia
Pertumbuhan kredit perbankan mulai menunjukkan perlambatan. Per September 2013, kredit meningkat
23,13% (yoy).
Kenaikan suku bunga dana berpengaruh kepada Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan. Pertumbuhan DPK per
September 2013 sebesar 15,61% (yoy).
Rasio kecukupan modal (CAR) tetap tinggi mencapai 18,0%, jauh di atas ketentuan minimum 8%.
Rasio kredit bermasalah (NPL) tetap terjaga rendah sebesar 1,86%.
Likuditas perbankan menjadi semakin ketat setelah kenaikan suku bunga, ditandai dengan Rasio Kredit
terhadap DPK (
Loan to Deposit Ratio
- LDR) yang mencapai 89,3% per September 2013. Bank Indonesia
merevisi ketentuan Giro Wajib Minimim (GWM)-LDR, dengan menyesuaikan rentang LDR dari 78% - 100%
menjadi 78%-92%, serta menaikkan GWM Sekunder dari 2,5% menjadi 4,0%.
Ketentuan Kredit Pemilikan Rumah
Loan to Value (SE BI No 15/40/DKMP tanggal 24
September 2013)
Bank Indonesia berkeinginan memperlambat
pertumbuhan
kredit
beragun
properti
(KPR/KPA) dengan memperketat syarat rasio
kredit terhadap nilai agunan (Loan to Value
–
LTV).
Ketentuan ini efektif per 30 September 2013.
1
1
2
3 dst
Kredit & Pembiayaan dengan Akad Murabahah dan Istishna
KPR
Tipe > 70m2
70%
60%
50%
KPRS
Tipe > 70m2
70%
60%
50%
KPR
Tipe 22 - 70m2
70%
60%
KPRS
Tipe 22 - 70m2
80%
70%
60%
KPRS
Tipe < 21m2
70%
60%
KP Ruko/Rukan
70%
60%
Kredit & Pembiayaan dengan Akad MMQ & IMBT
KPR
Tipe > 70m2
80%
70%
60%
KPRS
Tipe > 70m2
80%
70%
60%
KPR
Tipe 22 - 70m2
80%
70%
KPRS
Tipe 22 - 70m2
90%
80%
70%
KPRS
Tipe < 21m2
80%
70%
KP Ruko/Rukan
80%
70%
Jenis Kredit &
Pembiayaan
Tipe Agunan
Fasilitas Kredit/Pembiayaan
Pemberian KPR Indent
2
Untuk menyehatkan pasar dan pembiayan
perumahan,
Bank
Indonesia
akan
mengeluarkan kebijakan larangan KPR Indent
atau KPR yang disalurkan sebelum rumah yang
diperjualbelikan selesai dibangun.
BI melarang Bank memberikan KPR Indent
untuk
pembelian
rumah
kedua
dan
seterusnya.
1897
BTN berdiri dengan
nama
“Postspaarbank”
pada masa
pemerintahan Belanda
1950
Perubahan nama
menjadi
“Bank Tabungan
Pos” oleh Pemerintah RI
1963
Berganti nama menjadi
Bank Tabungan Negara
1974
Ditunjuk pemerintah
sebagai satu-satunya
institusi yang menyalurkan
KPR bagi golongan
1989
Memulai operasi sebagai
bank komersial dan
menerbitkan obligasi
pertama
1994
Memperoleh izin untuk
beroperasi sebagai Bank
Devisa
2002
Ditunjuk sebagai bank
komersial yang fokus
pada pembiayaan rumah
komersial
2009
Sekuritisasi KPR melalui
Kontrak Investasi Kolektif
Efek Beragun Aset (KIK
EBA) pertama di Indonesia
2009
Bank BTN melakukan
Penawaran Umum Saham
Perdana (IPO) dan listing
di Bursa Efek Indonesia
2012
Bank BTN Melakukan
Right Issue
BTN posisi
9 bank
terbesar dari
Total Kredit
BTN posisi
10 bank
terbesar dari
Total Asset
BTN posisi
10 bank
terbesar dari
Total Dana
Kilas Balik Bank BTN
Pemilik
# Lembar Saham
%
Pemerintah
6.354.000.000
60.14%
Publik
4.210.853.500
39.86%
- Domestik
1.501.621.979
35.66%
- Asing
2.709.231.521
64.34%
Komposisi Kepemilikan Saham Publik
IPO BTN terdaftar di BEI pada 17 Des 2009
dengan harga Rp.800 per lembar saham.
Rights Issue
dilaksanakan pada bulan Nov 2012
dengan menerbitkan tambahan lembar saham
sebanyak 1.512.857.500
Kapitalisasi Pasar pada 30 Sept 2013 adalah
Rp.9,83 Triliun atau USD 0,85 Milyar
Komposisi Kepemilikan Saham
Total
10.564.853.500
100.00%
30-Sep-12 Rp.1.440 30-Sep-13 Rp.930 59.70% 38.75% 38.76% 36.63% 35.66% 40.30% 61.25% 61.24% 63.37% 64.34%IPO 31-Dec-11 31-Dec-12 30-Sep-12 30-Sep-13
Keunggulan Kompetitif
Pemimpin Pasar KPR di Indonesia
Fokus kepada segmen konsumen menengah ke bawah
Kredit dijamin dengan agunan properti yang bernilai tinggi
Jaringan distribusi yang luas dan unik
Potensi pertumbuhan KPR yang tinggi
Manajemen yang berpengalaman
94%
6%
FLPP Disbursement
BTN
Others
Sumber : Laporan Perusahaan dan Bank Indonesia Sumber: BLU -FLPP Kemenpera
Pemimpin Pasar KPR di Indonesia
BTN mendominasi 94% Realisasi FLPP tahun 2013
23% Pangsa Pasar KPR
(Juni 2013)BTN merupakan
pemimpin pasar
dan fokus pada
pembiayaan
perumahan sejak
tahun 1974
Kredit Pemilikan Rumah terdiri dari:
(i) KPR Subsidi sebesar 42.59 %
dari total KPR, dan (ii) KPR Non
Subsidi sebesar 57.41 % dari total
KPR (pada 30 September 2013)
BTN sangat dominan pada pasar
KPR Subsidi dengan pangsa pasar
94% dari total realisasi Program
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan (FLPP) Kementerian
Perumahan Rakyat pada posisi
30 Juni 2013
23%
11%
4%
18%
7%
10%
27%
Pangsa Pasar KPR (Juni 2013)
BTN
BNI
BRI
BCA
NIAGA
MANDIRI
Lainnya
Lainnya
KPR Bunga Tetap Selama Jangka Waktu Kredit (7.25% sampai maksimal
20 tahun)
Sumber Pendanaan berasal dari Pemerintah dan Bank dengan komposisi
70%:30%.
Dijamin oleh Asuransi
all risks,
sebesar 70% dari nilai kredit .
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)
Kriteria Calon Debitur FLPP
Pembelian rumah pertama
Penghasilan per bulan maksimal Rp. 3,5 Juta untuk rumah tapak dan Rp. 5,5 Juta
untuk rumah susun
NPWP dan SPT PPH atau surat keterangan penghasilan dari perusahaa
BTN Pelopor Sekuritisasi KPR Pertama di Indonesia
BTN melakukan sekuritisasi KPR yang pertama di
Indonesia dengan skema Kontrak Investasi
Kolektif – Efek Beragun Aset (KIK EBA) pada
Februari 2009
Bank BTN telah melakukan 5 kali Sekuritisasi KPR,
2 kali di tahun 2009, 1 kali di tahun 2010, 1 kali di
tahun 2011, dan 1 kali di tahun 2012
Manfaat Sekuritisasi KPR bagi BTN :
Diversifikasi Sumber Pendanaan &
Fee
Based Income
Mitigasi risiko (asset-liability mismatch dan
risiko konsentrasi kredit)
Pengelolaan Modal dan peningkatan
kapasitas pemberian kredit
Memperkuat Neraca, Laba Rugi dan Rasio
Keunggulan Kompetitif
Pemimpin Pasar KPR di Indonesia
Fokus kepada segmen konsumen menengah ke bawah
Kredit dijamin dengan agunan properti yang bernilai tinggi
Jaringan distribusi yang luas dan unik
Potensi pertumbuhan KPR yang tinggi
Manajemen yang berpengalaman
Fokus Kepada Segmen Kelas Menengah ke Bawah
Bank BTN sangat kuat pada KPR kelas
menengah kebawah. Rata-rata nilai KPR BTN
adalah Rp 100-200 Juta (USD 11.000-22.000)
per unit
Debitur KPR BTN adalah pembeli rumah
pertama (
First Time Home Buyer
).
Pertumbuhan segmen kelas menengah yang
cepat merupakan peluang pasar yang besar
untuk bisnis KPR Bank BTN.
Penghasilan tahunan masyarakat kelas
menengah antara Rp. 66 Juta (USD 6.000) s/d
Rp. 330 Juta (USD 30.000)
33 38
42
49
57 62
2010 2011 12E 13E 14E 15E
Indonesia Middle Class
Population (mio)
Sumber : JP Morgan Equity Research
“Populasi masyarakat kelas menengah diperkirakan
dapat tumbuh 48% antara tahun 2012-2015”
Keunggulan Kompetitif
Pemimpin Pasar KPR di Indonesia
Fokus kepada segmen konsumen menengah ke bawah
Kredit dijamin dengan agunan properti yang bernilai tinggi
Jaringan distribusi yang luas dan unik
Potensi pertumbuhan KPR yang tinggi
Manajemen yang berpengalaman
Kredit Dijamin Dengan Agunan Properti Yang Bernilai Tinggi
Kredit sepenuhnya dijamin oleh agunan properti (tanah dan bangunan) yang nilainya terus meningkat
dari waktu ke waktu.
Menurut statistik Bank Indonesia, indeks harga properti residensial Indonesia meningkat sebesar
12,11 % (yoy) pada Juni 2013
Keunggulan Kompetitif
Pemimpin Pasar KPR di Indonesia
Fokus kepada segmen konsumen menengah ke bawah
Kredit dijamin dengan agunan properti yang bernilai tinggi
Jaringan distribusi yang luas dan unik
Potensi pertumbuhan KPR yang tinggi
Manajemen yang berpengalaman
Jaringan
Kantor
Kerjasama dengan Pos Indonesia
Kerjasama dengan Pos Indonesia merupakan
bagian penting dari upaya meningkatkan dana
pihak ketiga
Pada Desember 2005, BTN menandatangani
perjanjian kerja sama dengan Pos Indonesia
untuk implementasi sistem online antara kedua
perusahaan
Per 30 September 2013, terdapat 2.922 kantor
pos di seluruh Indonesia yang sudah terhubung
secara
real-time online
dengan BTN
Dimulai bulan September 2011, BTN membuka
outlet di Kantor Pos yang juga memberi
pelayanan kredit
Keunggulan Kompetitif
Pemimpin Pasar KPR di Indonesia
Fokus kepada segmen konsumen menengah ke bawah
Kredit dijamin dengan agunan properti yang bernilai tinggi
Jaringan distribusi yang luas dan unik
Potensi pertumbuhan KPR yang tinggi
Bisnis KPR di Indonesia yang Sangat Menjanjikan
Penetrasi pasar KPR Indonesia merupakan yang
terendah di kawasan Asia, berkisar 2,7% dari Produk
Domestik Bruto.
44
42
36
31
29
27
15
10
5
2
0
10
20
30
40
50
MORTGAGE LOAN AS % OF TOTAL GDP
Sumber: Central Bank of each country, Goldman Sachs Research Estimates
Penetrasi KPR diproyeksikan terus meningkat
seiring dengan pertumbuhan GDP per kapita,
perbaikan ekonomi dan pertumbuhan populasi
Indonesia.
Sumber: KEN, Proyeksi Ekonomi Indonesia 2011– 2045
KPR terhadap PDB
Indonesia Masih Kekurangan Penawaran Rumah
DEMAND
SUPPLY
SHORTFALL
Kebutuhan 800,000 rumah baru per tahun Suplai 400,000 rumah baru per tahun Kekurangan 400,000 rumah per tahun AKUMULASI KEKURANGAN 15 JUTA RUMAHSumber: Perkiraan Kementerian Perumahan Rakyat
Sesuai perkiraan Kementerian Perumahan Rakyat jumlah permintaan rumah mencapai 800.000 rumah
baru tiap tahun, sedangkan penawaran rumah hanya mencapai 400.000 rumah baru tiap tahun.
Akumulasi kekurangan rumah mencapai 15 juta rumah sampai dengan tahun 2014 (sumber dari BPS).
Keunggulan Kompetitif
Pemimpin Pasar KPR di Indonesia
Fokus kepada segmen konsumen menengah ke bawah
Kredit dijamin dengan agunan properti yang bernilai tinggi
Jaringan distribusi yang luas dan unik
Potensi pertumbuhan KPR yang tinggi
* Penunjukan Mas Guntur Dwi S dan Poernomo sebagai Direktur berlaku efektif setelah mendapatkan persetujuan Bank Indonesia atas penilaian Sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama
Bank Mutiara, Jakarta Network Group Head di Bank Mandiri dan Head of Regional I Medan di
Bank Mandiri
Maryono
Direktur Utama
Lebih dari 5 tahun sebagai Direktur Bank BTN. Sebelumnya menjabat sebagai Direktur Bank Ekspor Indonesia, Direktur BNI Sekuritas, Komisaris
Bank Bumiputera dan Direktur Eksekutif Danareksa
Evi Firmansyah
Direktur
Lebih dari 5 tahun sebagai Direktur Bank BTN. Pernah menjabat sebagai Direktur Consumer Group di Bank
Permata, Direktur GE Capital, Direktur GE Astra Finance dan Direktur Card Area di Citibank NA – East
Indonesia
Irman A. Zahiruddin
Direktur
Lebih dari 5 tahun sebagai Direktur Bank BTN . Masa kerja lebih dari 26 tahun di Bank BTN, dengan jabatan sebelumnya sebagai Kepala Treasury
Division
Saut Pardede
Direktur
Lebih dari 27 Tahun di Bank BTN. Pernah sebagai Kepala Internal Audit Division dan Kepala Sharia Division di
Bank BTN
Mas Guntur Dwi S
Direktur
Lebih dari 26 Tahun di Bank BTN. Pernah menjabat sebagai Regional Office Head dan Kepala Kantor
Cabang Semarang di Bank BTN
Poernomo
Direktur
Pernah menjabat sebagai Executive Vice President -Coordinator Consumer Finance Bank Mandiri dan
Corporate Secretary Group Head Bank Mandiri
Mansyur S Nasution
Direktur
Dewan Komisaris
Saat ini sebagai Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Pernah sebagai Direktur Jendral Departemen Keuangan Republik Indonesia dan Komisaris
Utama PT Jasa Raharja (Persero)
Mardiasmo
Komisaris Utama
Saat ini menjabat sebagai Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur Kementerian BUMN. Pernah sebagai Asisten
Deputi Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN
Dwijanti Tjahjaningsih
Komisaris
Pernah sebagai Staf Ahli Kebijakan Publik Kementrian BUMN dan Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi Kementerian
BUMN
Sahala Lumban Gaol
Komisaris - Independen
Saat ini menjabat sebagai Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan.
Pernah sebagai Direktur Fasilitas Kepabeanan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai Kementerian Keuangan
Agung Kuswandono
Komisaris
Saat ini sebagai anggota Komite Informasi dan Risiko Lembaga Penjamin Simpanan, Dekan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIMA)
Kosgoro, Pernah menjabat sebagai Komisaris Independen PT Wijaya Karya Tbk
Amanah Abdulkadir
Komisaris - Independen
Pernah menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia dan Wakil Ketua di Badan
Penyehatan Perbankan Nasional
Maulana Ibrahim
Komisaris - Independen
Komposisi Aset
Total Aset ( Rp. T )
Komposisi Aset Posisi 30 Sept 2013
Komposisi Aset ( % )
68.39 89.12 111.75 98.76 123.32Dec10 Dec11 Dec12 Sept12 Sept13
3.23%
11.64%
10.70%
4.70%
3.37%
83.38%
78.09%
80.18%
85.29%
85.96%
13.14%
9.64%
8.36%
9.40%
9.55%
0.25%
0.63%
0.76%
0.60%
1.12%
Aset Produktif Lainnya Surat Berharga Kredit & Pembiayaan Term Deposit pada BI
Term Deposit pada BI, 3.37%
Kredit &
Pembiayaan
85.96%
Surat Berharga, 9.55% Aset Produktif Lainnya, 1.12%Komposisi Kredit
Total Kredit (Rp. T)
Kredit Perumahan & Non-Perumahan
51.550 63.564
63.56 76.566 96.539
Dec10
Dec11
Dec12
Sept12
Sept13
90.61% 87.79% 86.26% 86.31% 86.12%
9.39% 12.21% 13.74% 13.68% 13.88%
Des 10
Des 11
Des 12
Sept 12
Sept 13
21,945
25,804
25,562
25,652
27,805
15,635
18,611
29,129
26,384
37,475
Dec10
Dec11
Dec12
Sept12
Sept13
Pertumbuhan KPR
Komposisi KPR (%)
Total KPR ( Rp. M )
KPR Subsidi ( Rp. M )
KPR Non-Subsidi ( Rp. M )
37,580 44,415 54,692 52,036 65,280Dec10
Dec11
Dec12
Sept12
Sept13
58.40% 58.10%
46.74% 49.30% 42.59%
41.60% 41.90%
53.26% 50.70% 57.41%
Des 10
Des 11
Des 12
Sept 12
Sept 13
4.55 5.63 5.15 5.74 4.52 6.03 5.99 8.63 6.91 9.95 9.20 11.66 9.75 12.12 10.93 Q1 Q2 Q3 Q4 2010 2011 2012 2013
Total Realisasi Kredit dan Pembiayaan Baru
Dalam Rp. T3.98% 4.12% 4.22% 3.26% 4.04% 4.35% 4.18% 2.75% 3.22% 3.46% 3.68% 4.09% 4.77% 4.63% 4.88% 2010 2011 2012 2013 3.27% 3.43% 3.48% 2.66% 3.39% 3.65% 3.46% 2.23% 2.22% 2.42% 2.51% 3.12% 3.83% 3.65% 3.81%
Mar Jun Sep Dec
2010 2011 2012 2013
3.26%
2.75%
4.09%
4.63%
4.92%
5.21%
4.88%
Dec10
Dec11
Dec12
Jun-13
Jul-13 Aug-13 Sep-13
2.66% 2.23% 3.12% 3.65% 3.87% 4.12% 3.81%
Dec10
Dec11
Dec12
Jun-13
Jul-13
Aug-13
Sep-13
NPL Gross
NPL Net
61.94
81.80
101.47
90.64
112.27
Dec10
Dec11
Dec12
Sept12
Sept13
Komposisi Liabilitas
Total Liabilitas ( Rp. T )
Komposisi Liabilitas Posisi 30 Sept 2013
Komposisi Liabilitas ( Rp. T )
Dana Pihak Ketiga 82.08% Surat Berharga yang diterbitkan 8.19% Penempatan dari Bank lain0.56% Surat Berharga yang dibeli dengan janji dibeli kembali 2.59% Pinjaman 6.58% 47.55 61.97 80.69 69.33 88.54 4.14 5.44 7.14 7.14 8.84 0.56 0.808 0.74 0.93 0.61 3.46 4.45 2.34 3.34 2.79 3.40 5.69 6.73 6.48 7.09
Dana Pihak Ketiga Surat Berharga yang diterbitkan
Penempatan dari Bank lain Surat Berharga yang dibeli dengan janji dibeli kembali Pinjaman
5.18
13.15
13.27
11.51
17.98
10.87
14.82
21.54
17.90
22.88
31.50
34.01
45.88
39.92
47.68
47.55
61.97
80.69
69.33
88.54
Des 10
Des 11
Des 12
Sept 12
Sept 13
Giro
Tabungan
Deposito
Total Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga (Rp. M)
Total Dana Pihak Ketiga (Rp. T)
CASA (%)
33.74% 45.12% 43.14% 42.42% 46.14%
66.26% 54.88% 56.86% 57.58% 53.86%
Ekuitas
Total Ekuitas ( Rp. T )
CAR Tier-1
dalam Rp. Milyar6.45
7.32
10.28
8.12
11.05
Dec10
Dec11
Dec12
Sept12
Sept13
15.83%
14.20%
16.95%
14.40%
15.26%
916
1,119
1,364
1,021
1,057
Dec10
Dec11
Dec12
Sept12
Sept13
Rasio Keuangan (1/3)
Net Interest Margin
Cost to Income Ratio
Net Income (Rp M)
5.99%
5.76%
5.83%
6.00%
5.45%
Dec10
Dec11
Dec12
Sept12
Sept13
BOPO
58.34%
58.98%
55.77%
56.43%
57.34%
83.29%
81.75%
80.74%
80.26%
83.29%
1.50% 1.49%
1.42%
1.47%
1.20%
Dec10
Dec11
Dec12
Sept12
Sept13
14.07% 15.28%
13.27%
16.77%
12.75%
Dec10 Dec11 Dec12 Sept12 Sept13
16.56% 17.65% 18.23%
19.06%
14.52%
Dec10 Dec11 Dec12 Sept12 Sept13
2.05%
2.03%
1.94%
2.01%
1.63%
Dec10
Dec11
Dec12
Sept12
Sept13
ROA
1– Sebelum Pajak
ROE
3– Modal tier 1
ROE
4– Modal Neraca
ROA
2– Setelah Pajak
*
Rasio Keuangan (2/3)
1Dihitung berdasarkan laba sebeleum pajak (termasuk manfaat pajak dan pos luar biasa)/ rata-rata total aset sesuai ketentuan Bank Indonesia 2Dihitung berdasarkan laba bersih / rata-rata total aset
Loan-to-Deposit Ratio
Loan-to-Funding Ratio
Rasio Keuangan (3/3)
108.42%
102.56%
100.90%
110.44%
109.04%
Dec10
Dec11
Dec12
Sept12
Sept13
87.21%
81.11%
83.38%
87.79%
89.50%
Dec10
Dec11
Dec12
Sept12
Sept13
Loan to Funding Ratio memperhitungkan
seluruh sumber dana (DPK, Obligasi, Pinjaman,
Repo) masih dibawah 90%.
3,402
5,056
7,664
6,153
8,859
Dec10
Dec11
Dec12
Sept12
Sept13
2,405
3,817
5,757
4,366
6,655
35.34 76.86 140.02 96.07 150.27Dec10 Dec11 Dec12 Sept12 Sept13