• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: B. Definisi Operasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: B. Definisi Operasional"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Variabel tergantung : Empati

Variabel bebas : Bermain peran (roleplay)

B. Definisi Operasional 1. Empati

Empati adalah suatu kemampuan individu untuk memahami apa yang dirasakan atau dipikirkan oleh orang lain terhadap kondisi yang dialami orang lain serta mampu menempatkan diri pada posisi orang lain tanpa kehilangan kontrol dirinya. Tingkat empati dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala modifikasi dari skala empati Davis (1980) yang disusun berdasarkan aspek-aspek empati yaitu, perspektif taking, fantasy, empathic

concern, dan personal distress.

2. Bermain Peran (Role play)

Metode atau teknik yang dapat digunakan sebagai proses pembelajaran nilai-nilai sosial dan moral dan pencerminannya dalam perilaku. Bermain peran dilakukan berdasarkan modul yang yang telah disusun peneliti berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Shaftel & Shaftel (1982). Skenario yang disusun dalam modul hanya berupa gambaran situasi dan subyek

(2)

diharapkan dapat melalukan improvisasi dari gambaran situasi tersebut. Skenario yang disusun berdasarkan aspek-aspek empati dari Davis (1980) yaitu; perspektif-taking, fantasy, empathic concern, dan personal disstress. Maka ada empat skenario situasi yang disusun. Karena subjeknya adalah anak-anak, maka skenario cerita yang dipersiapkan berkaitan dengan konflik yang terjadi di rumah, sekolah, dan di tempat bermain anak. Topik yang dipakai tidak terlalu berat dimainkan anak dan diambil dari kejadian yang dialami anak dalam lingkungan dan sebagainya (Langley, 2006).

Modul bermain peran disusun berdasarkan tahap-tahap bermain peran yang dikemukakan oleh Shaftel & Shaftel (1982) meliputi :

a. Fase Pertama

Membangkitkan semangat kelompok, memperkenalkan siswa dengan masalah sehingga mereka mengenalnya sebagai suatu bidang yang harus dipelajari. Pada tahap ini fasilitator mengarahkan subjek kepada suatu permasalahan sosial yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan empati. Fasilitator menyiapkan skenario yang akan digunakan.

b. Fase Kedua

Pada fase ini subjek dan fasilitator mencoba menggambarkan berbagai karakter, bagaimana rupanya, bagaimana rasanya, dan apa yang mungkin mereka kemukakan. Fasilitator memandu subjek untuk menjabarkan karakter dari sebuah peran pada suatu situasi. Fasilitator memandu subjek untuk membagi tugas. Ada yang

(3)

bertugas sebagai aktris (yang berakting) dan ada yang bertugas sebagai pengamat (penonton). Pembagian peran dapat dilakukan dengan penunjukan oleh fasilitator, undian, ataupun subjek memilih sendiri peran yang diinginkan.

c. Fase Ketiga

Pada fase ini subjek diminta untuk berdiskusi untuk menentukan arena panggung, membuat interpretasi garis besar skenario, tetapi tidak mempersiapkan dialog khusus. Fasilitator memberikan kesempatan kepada subjek memikirkan peran yang akan dimainkan. Para pemain peran diberikan waktu untuk berdiskusi mengenai garis besar skenario dan alur cerita yang akan dimainkan.

d. Fase Keempat

Mempersiapkan penonton. Fasilitator mempersiapkan penonton yang akan terlibat secara aktif. Pelibatan penonton secara aktif merupakan hal yang sangat penting agar semua subjek mengalami kegiatan tersebut dan kemudian menganalisanya. Tugas penonton adalah untuk mengevaluasi, mengomentari urutan perilaku pemain dan mendefinisikan perasaan-perasaan dan cara-cara berpikir individu yang sedang diamati. Fasilitator memberikan lembar kerja kepada subjek yang berperan sebagai pengamat atau penonton. Lembar kerja ini berfungsi agar penonton tetap bisa terlibat di dalam

(4)

e. Fase Kelima

Fase pelaksanaan role play. Pada fase ini subjek yang berperan sebagai pemain, mulai menghayati peran yang dimainkan. Subjek mulai melakukan role play sesuai dengan situasi yang telah dibuat oleh fasilitator. Subjek bermain peran seolah-olah benar-benar mengalami situasi tersebut. Sedangkan subjek yang bertugas sebagai penonton bertindak sebagai pengamat dan memberikan penilaian pada lembar kerja yang sudah disediakan.

f. Fase Keenam

Fase berdiskusi dan mengevaluasi tahap pertama. Fasilitator mengarahkan subjek, baik yang berperan sebagai pemain maupun yang bertugas sebagai pengamat, untuk mengevaluasi permainan peran yang telah dimainkan. Fasilitator menilai apakah penonton sudah terlibat secara aktif (baik secara emosional maupun intelektual) atau belum. Fasilitator mengarahkan subjek untuk menemukan solusi. Subjek diharapkan berpikir kembali dengan membedakan tindakan yang benar dan salah. Apabila tindakan yang sebelumnya diperagakan “salah”, anak diharapkan dapat mempertimbangkan pilihan tindakan yang benar. Pada fase ini diharapkan subjek yang berperan sebagi penonton juga dapat aktif untuk memberikan pendapat tentang hasil pelaksanaan role play yang dilakukan teman-temannya.

(5)

g. Fase Ketujuh

Melakukan lagi permainan peran. Pada fase ini, subjek melakukan lagi permainan peran dengan situasi yang sama. Subjek memainkan kembali peran yang sudah didiskusikan bersama dan dikoreksi. Subjek dapat memainkan kembali perannya dan mengubah pilihan tindakannya setelah mendengar pendapat dari orang lain dan berfikir kembali.

h. Fase Kedelapan

Melakukan diskusi dan evaluasi tahap kedua. Pada fase ini fasilitator memandu subjek untuk kembali melakukan diskusi dan evalusi. Tidak jauh berbeda dengan evaluasi tahap pertama, fasilitator mengarahkan subjek untuk mengevaluasi pemeranan ulang, dan juga mengenai pemecahan masalah.

i. Fase Kesembilan

Berbagi pengalaman dan melakukan generalisasi. Pada fase ini subjek berbagi pengalaman mengenai hubungannya dengan teman sebaya, dengan guru maupun dengan orangtua. Fasilitator memandu agar setiap subjek mengeluarkan berpendapat, mengungkapkan pengalaman dan merangkum nila-nilai empati yang dapat dipelajari oleh subjek.

(6)

C. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini merupakan sampel yang diambil dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi tersebut. Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang memilik beberapa karakteristik yang sama (Latipun, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri Petoran Surakarta kelas 4 dan kelas 5.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili karakteristik populasi tersebut (Latipun, 2006). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan pemilihan sampel sesuai dengan tujuan dan syarat-syarat yang diinginkan (Latipun, 2006). Adapun karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah:

1. Berusia antara 10-12 tahun, berdasarkan pada tahap perkembangan empati menurut Hoffman (dalam Borba, 2001) pada usia 10-12 tahun anak berada pada tahap empati abstrak, selain itu pada usia tersebut anak berada dalam tahap pengambilan perspektif menurut tahap perkembangan Selman (Santrock, 2007).

2. Tidak mengalami hambatan disabilitas.

3. Memiliki tingkat empati tertentu, yaitu rendah dan sedang berdasarkan hasil pengukuran dengan skala empati dari Davis (1980) yang telah dimodifikasi.

(7)

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala empati yang dimodifikasi dari skala yang disusun oleh Davis (1980) dan modul bermain peran.

1. Skala Empati

Skala empati yang digunakan adalah skala modifikasi dari skala yang disusun oleh Davis, yang berdasarkan pada aspek-aspek empati yaitu aspek kognitif yang terdiri dari sub aspek perspective-taking dan

fantasy serta aspek afektif yang terdiri dari sub aspek emphatic concern

dan personal distress. Skala modifikasi dari skala empati Davis terdiri

dari 40 aitem dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Aitem favourable dengan penilaian (1) Sangat Tidak Sesuai, (2) Tidak Sesuai, (3) Sesuai, dan (4) Sangat Sesuai. Setiap aitem yang dijawab STS mendapat skor 1, TS mendapat skor 2, S mendapat skor 3, SS mendapat skor 4. Sedangkan untuk aitem unfavourable setiap jawaban Sangat Tidak Sesuai mendapatkan skor 4, jawaban Tidak Sesuai mendapat skor 3, jawaban Sesuai mendapatkan skor 2, dan jawaban Sangat Sesuai mendapatkan skor 1. Setelah didapatkan hasil pengukuran maka peneliti mengkategorikan skor menjadi tiga kategori (Azwar, 2003), yaitu :

Rendah : X < ( µ - 1,0 σ )

Sedang : ( µ - 1,0 σ ) ≤ X < ( µ + 1,0 σ ) Tinggi : ( µ - 1,0 σ ) ≤ X

(8)

Adapun blueprint dari skala modifikasi empati Davis disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.

Blueprint Skala Modifikasi Empati Davis

Aspek Sub Aspek Indikator Nomer aitem Jumlah aitem

Fav Unfav

Kognitif  Perspective-Taking

 kemampuan untuk

mengambil alih sudut pandang orang lain atau memahami pandangan-pandangan orang lain dalam kehidupan sehari-hari 28, 11, 21, 8, 25, 15, 3, 33, 37, 29 20  Fantasy  kecenderungan individu untuk membayangkan situasi atau kehidupan lain yang mungkin terjadi.

26, 5, 16, 1, 23 7, 12, 30, 34,38 Afektif  Emphatic Concern  kecenderungan individu terhadap pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan kehangatan, rasa iba, dan perhatian terhadap kemalangan orang lain

9, 2, 22, 20, 31 18, 4, 14, 35, 39 20  Personal Distress

 reaksi emosi tertentu, dimana seseorang merasa tidak nyaman dengan perasaanya sendiri ketika melihat ketidaknyamanan pada emosi orang lain

27, 10, 6, 17, 24 19, 13, 32, 36,40 40

(9)

2. Modul Bermain peran

Modul bermain peran disusun berdasarkan tahap-tahap bermain peran (role play) yang dikemukakan oleh Shaftel & Shaftel (1980). Modul bermain peran (role play) juga dilengkapi dengan lembar kerja, lembar observasi, lembar evaluasi serta dokumentasi. Lembar observasi digunakan untuk memberikan data tambahan bagi peneliti mengenai bagaimana sikap subjek selama mengikuti rangkaian pelatihan.

Lembar evaluasi digunakan peneliti untuk mengetahui bagaimana tanggapan subjek mengenai kegiatan yang diberikan. Lembar evaluasi akan diberikan setelah proses kegiatan berlangsung. Tujuan dari lembar evaluasi adalah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada proses kegiatan, sehingga pada tahap selanjutnya akan ada perubahan yang lebih baik.

E. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah dengan menggunakan pretest-posttest control

group design. Pada awal penelitian peneliti melakukan pengukuran terhadap

variabel tergantung, kemudian melakukan manipulasi atau pemberian perlakuan dan melakukan pengukuran kembali dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan pengukuran tingkat empati dengan skala empati yang telah disusun. Perlakuan akan diberikan pada kelompok eksprerimen, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(10)

(KE) Pengukuran (O1) Perlakuan (X) Pengukuran (O2) (pretest) (posttest) (KK) Pengukuran (O1) Pengukuran (O2) (pretest) (posttest)

Gambar 2. Desain Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan pengukuran tingkat empati dengan menggunakan skala empati terhadap subjek penelitian.

2. Setelah didapatkan hasil pengukuran, subjek dengan empati sedang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan berupa bermain peran, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun.

3. Melakukan penelitan dengan memberikan perlakuan (bermain peran) pada subjek kelompok eksperimen. Penelitian akan dipandu oleh fasilitator dan akan dibantu oleh co-fasilitator.

4. Melakukan pengukuran kembali (posttest) baik terhadap kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dengan menggunakan alat ukur yang sama. 5. Melakukan evaluasi kegiatan oleh subjek dan fasilitator, hal ini bertujuan

untuk mengetahui kesan subjek dan fasilitator selama kegiatan berlangsung. 6. Menganalisis hasil pengukuran dengan membandingkan antara skor pretest

(11)

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

a. Skala

Uji validitas pada penelitian ini didasarkan pada validitas isi (content

validity), yaitu pengujian validitas yang diestimasi melalui pengujian

terhadap isi instrumen melalui professional judgment oleh pembimbing. Skala dalam penelitian ini akan diuji daya beda itemnya dengan menggunakan teknik Korelasi Bivariate Pearson. Perhitungan uji validitas dibantu dengan SPSSfor MS Windowsversion 17.0.

b. Modul

Uji validitas pada modul pelatihan dengan menggunakan review

professional judgment yang dilakukan oleh pembimbing. Setelah itu,

modul diujicobakan pada sekelompok subjek. Pengujian modul dimaksudkan untuk memperhatikan aspek serta isi modul.

2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengujian reliabilitas diperlukan untuk mengetahui konsistensi atau keterpercayaan skala psikologis, sehingga didapat skala psikologis yang konsisten dari waktu ke waktu (Azwar, 2008). Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali

(12)

2011). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus koefisiensi

Cronbach’s Alpha. Perhitungan uji reliabilitas dibantu dengan SPSS for MS

Windowsversion 17.0.

G. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif serta analisis statistik parametrik dengan t-test. Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor empati pada siswa reguler sebelum perlakuan (bermain peran) dengan skor sesudah diberi perlakuan. Pengujian untuk membuktikan hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan independent

sample t-test dan dibantu dengan SPSS for MS Windows version 17.0. Sebelum

melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi, yaitu dengan melakukan uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians (Sugiyono, 2011). Uji asumsi dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data layak untuk diuji secara parametrik.

Analisis deskriptif diperoleh dari penjabaran skor empati, sharing, observasi, serta lembar kerja yang telah diisi oleh subjek selama kegiatan.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk menyesuaikan be­ sarnya harga pekerjaan bangunan dengan keadaaan dewasa ini dan mengatur dengan pasti besarnya uang pengganti biaya pembuatan

Dari tabel ini juga dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya efikasi diri yang dimiliki siswa laki-laki dengan siswa perempuan dalam satu kelas tidaklah sama, karena saat

Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 &lt; 0,05 yang artinya Ho di tolak dan Ha diterima, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata

Setelah peneliti melakukan pengamatan dan wawancara dengan berbagi pihak, dalam pengembangan proyek migas Blok Cepu, terdapat unsur-unsur perjanjian kerjasama yang

Kegiatan Pembelajaran siswa MI Miftahul Huda Wonorejo Gandusari dan MI Hidayatul Mubtadiin Sukorame Gandusari Trenggalek, di dalam dan luar kelas4. Observasi dan

Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja SKPD Provinsi Provinsi Kaltim difokuskan untuk optimalisasi pengelolaan kegiatan program SKPD, yaitu yang berkenaan dengan efisiensi,

Tentu, pada tataran realita tidak mungkin akan kita dapati praksis yang sesuai dengan teori yang berasas tersebut. Jika setiap orang tetap akan memaksakan pengaplikasian di

Dari beberapa tabel manfaat e-journal tersebut, dapat disimpulkan secara umum bahwa mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Andalas dari tingkat pendidikan yang