HUBUNGAN LINGKUNGAN SOSIAL, DUKUNGAN KELUARGA DAN BEBAN KERJA TERHADAP PERILAKU BERISIKO HIPERTENSI
(Studi: Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah) Nurshalawaty1, Mardjan2, Andri Dwi Hernawan,2
1Mahasiswa Peminatan Promosi Kesehatan & Ilmu Prilaku Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak tahun 2013
2 Dosen Tetap Pengajar bagian Promosi Kesehatan & Ilmu Prilaku Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak
3 Pengajar Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak
ABSTRAK
Kecenderungan semakin meningkatkan prevalensi penyakit tidak menular di masyarakat disebabkan oleh morbiditas dan mortalitas data puskesmas dan rumah sakit di kabupaten pontianak menyebutkan bahwa tahun 2012 tercatat 484 kasus hipertensi berdasarkan jenis kelamin perempuan 51,03% dan laki-laki 48,97% sumber data yang sama kategori umur penderita berusia 45-54 tahun 2010 sebanyak 23,67% tahun 2011 sebanyak 26,62% dan tahun 2012 sebanyak 29,23% (Dinkes Provinsi kalimantan Barat) Untuk mengetahui hubungan antara Lingkungan Sosial, Dukungan Keluarga dan Beban Kerja terhadap Perilaku Berisiko Hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Dinas se Kota Mempawah. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel penelitian ini 156 orang. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, Uji statistik yang digunakan Chi Square. Berdasarkan hasil penelitian ini,variabel yang berhubungan dengan perilaku berisiko hipertensi Studi: Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah yaitu lingkungan sosial (P value = 0,037; PR = 1,315), lingkungan keluarga (P value = 0,000 ; PR = 1,578) dan variabel yang tidak berhubungan yaitu beban kerja (P value = 0,430) Untuk pegawai Perlunya dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman yang dapat menjadi kelompok pendukung untuk membantu memahami perilaku berisiko yang dapat menyebabkan risiko terjadinya hipertensi.Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian tentang perilaku berisiko hipertensi, diharapkan dapat meneliti lebih dalam lagi dan mengembangkan variabel-variabel yang belum pernah diteliti sebelumnya
Kata Kunci : hipertensi, lingkungan sosial, dukungan keluarga, beban kerja
The tendency increasingly of uncontagious disease prevalension in the society is influenced by morbidity and mortality. The data of clinics and hospitals in Pontianak regency noted that in 2012 there were 484 hypertension cases based on female 51.03% and male 48.97%. The same data sources ware categorized of pasients aged 45-54 were 23.67% in 2010 and 26.62% in 2011 and there were 29.23% in 2012 (Health Department of West Kalimantan Province).
To find out the relationship between Social Environment, Family Support and Workload to the Hypertension Risk Behavior in Public Servants at Official Environment of Mempawah City.
This research used analitic observasional with cross sectional approach. The samples in this study were 156 people. The instrument of data collecting used was questionnaire, then Chi Square for statistical test.
Based on the result, the variables associated to the hypertension risk behavior, a Study : Public Servants at Official Environment of Mempawah City ware social society (P value = 0.037; PR = 1.315), family environment (P value = 0.000 ; PR = 1.578) and the unassociated variable was workload (P value = 0.430).
For the employee needs to be supported from his or her family or friends that can be a supporting group to help understand the risky behavior that can lead to the risk of hipertension. For the researcher who will do research about hypertension risk behavior hoped to do study deeper and develops the variables that never been studied previously.
Keywords : hypertension , social environment , family support , workload .
Pendahuluan
Hipertensi dewasa ini menjadi masalah global karena kecenderungan prevalensinnya semakin meningkat dan menjadi ancaman semua orang. Istilah lain untuk hipertensi adalah Silent killer disebut demikian karena penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda .1
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg. 2
Data (WHO) tahun 2000 di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk seluruh dunia menderita hipertensi. Angka ini akan meningkat 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Di dunia, sekitar 7,6 juta orang pada tahun 2010 meninggal.3
2004, di Indonesia prevalensi hipertensi perkiraan 13,4%-14,5%.2
Depkes RI tahun 2007 menunjukkan pada penduduk umur > 18 tahun adalah 29,8%. hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian utama. 4
Data PUSKESMAS dan Rumah Sakit juga menunjukkan bahwa dari tahun 2010- 2012 kejadian hipertensi pada kategori umur penderita terbesar berusia 45-54 .5
Kunjungan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kabupaten Pontianak ke Rumah SakitUmum Daerah Rubini untuk melakukan pengobatan hipertensi 3 bulan terakhir sebanyak 65 orang. Jumlah kunjungan nonpegawai sebanyak 484 pasien.
Metode
Penelitian ini dilakukan di lingkungan dinas yang ada di Kota Mempawah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 hingga September 2013. Metode yang digunakan observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 565 seluruh Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah. sampel sebanyak 156 orang yang responden dari penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah Tehnik pengambilan sampel dengan menghitung jumlah dari masing-masing Dinas se Kota Mempawah.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Simple Random Sampling, merupakan pemilihan sampel dengan cara menyeleksi setiap populasi
secara random (acak). Oleh karena itu, peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.
Analisis yang digunakan untuk pendekatan kuantitatif antara lain analisis univariat dan analisis bivariat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji melalui uji chi-square (X2) dengan tingkat kepercayaan 95% dan level signifikan 5%.
Hasil
Karakteristik Responden
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Pegawai Negeri Sipil di
Dinas se Kota Mempawah
N o Karakteristik Responden Jumla h Persentase (%) 1 2 3 Umur 26-35 36-45 46-55 56-65 Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki Tekanan Darah Hipertensi Prehipertens i 50 61 44 1 56 103 25 131 32,1 39,1 28,2 0,6 34 66 16 84
Sumber : Data Primer Tahun 2013
laki – laki yaitu 103 Orang (66,0 pegawai yang hipertensi yaitu 25 Orang (16%).
Analisis Univariat
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan lingkungan sosial, Dukungan Keluarga dan Beban Kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah
No Variabel Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
4
Lingkungan Sosial Tidak Mendukung Mendukung
Dukungan Keluarga Tidak Mendukung Mendukung
Beban Kerja Tidak Terbebani Terbebani
Perilaku Berisiko Tidak berisiko Berisiko
87 69
85 71
79 77
101 55
55,8 44,2
54,5 45,5
50,6 49,4
64,7 35,3 Sumber : Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi responden dengan lingkungan sosial yang tidak mendukung yaitu sebesar 55,8% lebih besar dibandingkan responden dengan lingkungan sosial yang mendukung (44,2%). Frekuensi responden yang tidak mendapat dukungan keluarga yaitu sebesar (54,5%) lebih besar dibandingkan responden yang mendapat dukungan
Analisis Bivariat
Tabel 3
Hasil Analisis Hubungan Antara Lingkungan Sosial, Dukungan Keluarga Dan Beban Dengan Perilaku Berisiko Hipertensi Kerja
Pegawai Negeri Sipil Di Dinas Se Kota Mempawah
No Variabel
Perilaku Berisiko hipertensi
P value
PR (CI : 95%) Berisiko Tidak
Berisiko 1
2
3
Lingkungan Sosial Tidak Mendukung Mendukung
Dukungan Keluarga Tidak Mendukung Mendukung
Beban Kerja Tidak Terbebani Terbebani
72 %
55,1%
76,5%
50,7%
68,4%
61,7%
27,6 %
44,9%
23,5%
49,3%
31,6
39,0
0,037
0,001
0,430
1,315
(1,025-1,687)
1,508
(1,165-1,952)
1,120
(0,887-1,414)
Berdasarkan analisa lanjut menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,037 lebih kecil
antara lingkungan sosial dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah.
Hasil analisis diperoleh nilai PR = 1,315 dengan 95% (CI) = 1,025 – 1,687 artinya Prevalensi perilaku berisiko hipertensi pada lingkungan sosial yang tidak mendukung 1,315 kali lebih banyak dibandingkan dengan lingkungan sosial yang mendukung.
Hasil analisis untuk dukungan keluarga terhadap risiko hipertensi dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,001 lebih kecil dari α = 0,05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima), jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah.
Hasil analisis diperoleh nilai PR = 1,508 dengan 95% (CI) = 1,165 – 1,952 artinya Prevalensi perilaku berisiko hipertensi pada dukungan keluarga yang tidak mendukung 1,508 kali lebih banyak dibandingkan dengan dukungan keluarga yang mendukung.
Hasil analisis untuk beban kerja terhadap risiko hipertensi dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,430 lebih besar dari α = 0,05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak), jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara beban kerja dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah. Berdasarkan analisis diperoleh pula nilai PR =
1,120 dengan 95% (CI) 0,887 – 1,414 artinya prevalensi perilaku berisiko hipertensi pada beban kerja yang tidak terbebani 1,120 kali lebih banyak dibandingkan dengan beban kerja yang terbebani.
Pembahasan
1. Hubungan antara Lingkungan Sosial dengan Perilaku Berisiko Hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah.
Distribusi frekuensi berdasarkan lingkungan sosial responden sebagian besar berada pada kategori tidak mendukung berjumlah 87 orang (55,8%) dan pada kategori mendukung berjumlah 69 orang (44,2%). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dilapangan, ditemukan bahwa sebagian besar lingkungan sosial responden yang termasuk dalam kategori tidak mendukung cenderung untuk memiliki perilaku berisiko hipertensi (72,4%) lebih besar dibandingkan responden yang termasuk dalam kategori mendukung (55,1%).
merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang mempengaruhi pola perilakunya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, perilaku berisiko hipertensi akan selalu berbeda sesuai dengan situasi atau lingkungan sosial tertentu dimana orang tersebut berada, sehingga memungkinkan setiap orang memiliki perilaku berisiko hiperteni yang berbeda, tergantung seberapa besar pengaruh lingkungan sosial terhadap perubahan perilaku orang tersebut.
Berdasarkan observasi awal, rata-rata kondisi lingkungan sosial yang menyangkut aspek sosial ditempat kerja dan tempat tinggal dalam kelompok masyarakat di Dinas se Kota Mempawah adalah perokok. Dimana kondisi lingkungan sosial yang menyangkut aspek sosial ditempat kerja dan tempat tinggal seperti kebiasaan merokok,
mengkonsumsi alkohol,pola makan
merupakan pemicu perilaku berisiko hipertensi.
Berdasarkan analisa lanjut menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,037 lebih besar dari α = 0,05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima), jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkungan sosial dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah.
Hasil analisis diperoleh nilai PR = 1,315 dengan 95% (CI) = 1,025 – 1,687 artinya Prevalensi perilaku berisiko hipertensi pada lingkungan sosial yang tidak mendukung 1,315 kali lebih banyak dibandingkan dengan lingkungan sosial yang mendukung.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial ternyata mempengaruhi perilaku berisiko terhadap hipertensi maka saran yang dapat diberikan yaitu agar keluarga senantiasa mencari dan memberitahukan informasi tentang perilaku yang berisiko terhadap hipertensi yang diketahuinya kepada keluarganya. 2. Hubungan antara Dukungan
Keluarga dengan Perilaku Berisiko Hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah
Distribusi frekuensi berdasarkan dukungan keluarga responden sebagian besar berada pada kategori tidak mendukung berjumlah 85 orang (54,5%) dan pada kategori mendukung berjumlah 71 orang (45,5%). Dari hasil penelitian, dikemukan bahwa sebagian besar dukungan keluarga responden yang termasuk dalam kategori tidak mendukung cenderung untuk memiliki perilaku berisiko hipertensi (76,5%) lebih besar dibandingkan dengan responden yang termasuk dalam kategori mendukung (50,7%).
Dukungan keluarga dalam penanggulangan kejadian hipertensi dapat berupa perhatian terhadap jumlah keterkandungan garam dalam makanan, tinggi lemak, kurang serat, serta suasana keluarga yang hangat, sehingga dapat turut meringankan efek dari beratnya beban pekerjaan yang diterima. Dukungan keluarga dapat berupa sharing pengalaman anggota keluarga atau teman yang pernah menderita hipertensi, sehingga akan lebih menimbulkan ketakutan individu terhadap hipertensi dibandingkan yang tidak memiliki pengalaman tersebut. Perasaan takut terhadap penyakit tersebut akan membuat seseorang berusaha mencegahnya. Menurut penelitian yang dilakukan Marpaung di Deli Serdang (2005) diketahui bahwa 48,8 % responden mengetahui informasi tentang hipertensi dari teman dan keluarga.8
Hasil uji Chi-Square (Continuity Correction) diperoleh nilai p = 0,001 lebih kecil dari α = 0,05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima), jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah. Hasil analisis diperoleh nilai PR = 1,508 dengan 95% (CI) = 1,165 – 1,952 artinya Prevalensi perilaku berisiko hipertensi pada dukungan keluarga yang tidak mendukung 1,508 kali lebih banyak dibandingkan dengan dukungan keluarga yang mendukung.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Putri (2011) Berdasarkan perilaku keluarga dalam pengaturan diit hipertensi, 53 responden (51%) positif dalam mengatur diit
hipertensi. Dari 104 responden yang mengikuti penelitian ini juga diperoleh hasil, 70 responden di antaranya mengalami hipertensi rendah. Dari uji statistik Chi-Square, diperoleh p < 0,05 (p = 0,000) sehingga diperoleh kesimpulan ada hubungan antara perilaku keluarga dalam pengaturan diit terhadap derajat hipertensi di Puskesmas Sidomulyo Panam.9
Berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah dapat terjadi karena rendahnya dukungan keluarga pada pegawai, baik dalam hal kepatuhan dalam menjalankan diet hipertensi maupun menasehati agar tidak melakukan perilaku yang berisiko terhadap hipertensi dan saran yang dapat diberikan pada variabel dukungan keluarga yaitu agar keluarga senantiasa mencari dan memberitahukan informasi tentang perilaku yang berisiko terhadap hipertensi yang diketahuinya kepada keluarganya. Selain itu, perlu adanya revitalisasi papan informasi dalam menyampaikan berbagai informasi khususnya perilaku yang berkaitan dengan hipertensi dan upaya pencegahannya.
3. Hubungan antara Beban Kerja dengan Perilaku Berisiko Hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah
terbebani berjumlah 77 orang (49,4%). Hasil analisis dari tabel bivariat menunjukkan bahwa responden dengan beban kerja yang tidak terbebani cenderung untuk memiliki perilaku berisiko terhadap hipertensi sebesar (68,4%) lebih besar dibandingkan responden dengan beban kerja yang terbebani (61,0%).
Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Beban kerja merupakan dampak yang timbul dari intensitas pekerjaan, yang menimbulkan perasaan tertekan sehingga dapat meningkatkan perilaku yang secara tidak langsung menaikkan tekanan darah.
Hasil uji Chi-Square (Continuity Correction) diperoleh nilai p = 0,430 lebih besar dari α = 0,05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak), jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara beban kerja dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah. Berdasarkan analisis diperoleh pula nilai PR = 1,120 dengan 95% (CI) 0,887 – 1,414 artinya prevalensi perilaku berisiko hipertensi pada beban kerja yang terbebani 1,120 kali lebih banyak dibandingkan dengan beban kerja yang tidak terbebani.
Hasil penelitian didukung oleh penelitian Sudewi (1999) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja pada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Instansi Pemerintahan di Kota Jakarta dengan hipertensi. Sehingga disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan (hipertensi) ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaaan dan tradisi dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Tidak terbuktinya hubungan antara beban kerja dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah dapat disebabkan karena beban kerja bukanlah faktor yang secara langsung menyebabkan seseorang melakukan perilaku yang berisiko terhadap hipertensi.10
Berdasarkan dari hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan pada variabel beban kerja yaitu perlu adanya pemberian reward kepada pegawai yang berprestasi serta menciptakan suasana kerja yang kondusif agar produktifitas kerja dapat dicapai secara maksimal, serta dapat terhindar dari berbagai penyakit yang ditimbulkan akibat beban kerja yang terlalu berat.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan pada bab V maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara lingkungan
2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah (p value = 0,001 ; PR = 1,508)
3. Tidak ada hubungan antara beban kerja dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah (p value = 0,430). Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pegawai Instansi Terkait a. Diharapkan kepada pegawai
instansi yang sudah memiliki perilaku berisiko hipetensi untuk dapat mengurangi rokok karena didalam rokok banyak mengandung zat – zat yang dapat meningkatkan kekentalan darah dan dapat meningkatkan kadar keasaman sel –sel darah sehingga kekentalan darah juga meningkat dan ini juga dapat menyebabkan kematian.
b. Diharapkan kepada pegawai instansi apabila ada yang mengkonsumsi alkohol untuk dapat mengurangi atau berhenti total karena pemicu utama terjadinya risiko hipertensi adalah dari alkohol.
c. Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung natrium/sodium karena sumber terjadinya risiko hipertensi yaitu dari natrium klorida/ garam dapur,penyedap rasa serta makanan yang
mengandung daging maupun jeroan.
d. Sering melakukan aktifitas fisik 30 menit perhari
2. Bagi Instansi Terkait
a. Perlu adanya revitalisasi papan
informasi dalam
menyampaikan berbagai
informasi khususnya perilaku yang berkaitan dengan
hipertensi dan upaya
pencegahannya
b. Perlu adanya pemberian reward kepada pegawai yang berprestasi serta menciptakan suasana kerja yang kondusif agar produktifitas kerja dapat dicapai secara maksimal, serta dapat terhindar dari berbagai penyakit yang ditimbulkan akibat beban kerja yang terlalu berat
c. Harus menyediakan ruangan khusus merokok bagi pegawai yang merokok agar asap rokok tidak menganggu pegawai yang lainnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian tentang perilaku berisiko hipertensi, diharapkan dapat meneliti lebih dalam lagi dan mengembangkan variabel-variabel yang belum pernah diteliti sebelumnya. Saran selanjutnya terkait metode penelitian, diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan rancangan kasus kontrol untuk menyempurnakan rancangan pada penelitian ini.
1. Dipiro et al. 2005. The National Heart. Lung and Blood Institute (NHLBI). 2. Wiryowidagdo, Sudjaswadi,
M. Sitanggang. 2008. Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, & Kolesterol. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 3. Sitepu, Rahmadani. 2012.
Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Status Gizi Terhadap Hipertensi pada Pegawai Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: Medan. 4. Depkes R.I., 2008. Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta. 5. Dinkes Prop. Kalbar. 2010-2013. Surveilansi Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas dan Rumah Sakit Kota Pontianak.
6. Aisyiyah, F.N. 2009. Faktor Risiko Hipertensi pada Empat Kabupaten/Kota dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa dan
Sumatera. http://
repository.ipb.ac.id/bitstream/ handle/123456789/12249/ BAB%20II%20Tinjauan %20Pustaka_I09fna.pdf 7. Prihatini. 2007. Analisis
Hubungan baban Kerja dengan Stres Kerja Perawat
di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Medan Skripsi. Universitas Sumatra
Utara Sumber:
www.repository.usu.ac.id.
8. Sudewi, Ratna, Titik. 1999. Analisis Hubungan Antara Persepsesi Stresor Kerja dengan Hipertensi pada Pejabat Laki-Laki Eslon I,II III di Satu Instansi Pemerintah di Jakarta.Tesis. Universitas Indonesia