PENGARUH JENIS PENDIDIKAN DAN
PENGALAMAN BERWIRAUSAHA TERHADAP
HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN
PERILAKU INOVATIF
Studi Kasus Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Francisca Febrianti Wisnu
021334011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENGARUH JENIS PENDIDIKAN DAN
PENGALAMAN BERWIRAUSAHA TERHADAP
HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN
PERILAKU INOVATIF
Studi Kasus Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Francisca Febrianti Wisnu
021334011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MOTTO
Hanya pada Allah saja saya kiranya tenang,
sebab daripada-Nyalah harapanku………… (Mazmur 62:6)
Berbuatlah segala sesuatunya
selagi kamu bisa mengerjakannya,
PERSEMBAHAN
Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus
bisa menyelesaikan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini ku persembahkan kepada:
☺ Tuhan Yesus Kristus
☺ Budeku tercinta Sudiharjo (Alm)
☺ Tanteku tercinta Sri Hartati Murtiningsih (Alm)
☺ Papahku tercinta Wisnu Siswowiryono dan Mamahku tercinta Chatarina Sudalmi
☺ Mbakku tercinta Lucia Khrisna Putuningsih dan Masku tercinta Agustinus Dimas Riyanto Nugroho
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 2 Februari 2007 Penulis
ABSTRAK
PENGARUH JENIS PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN
BERWIRAUSAHA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA
LOCUS
OF CONTROL
DENGAN PERILAKU INOVATIF
Studi Kasus Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Francisca Febrianti Wisnu Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh jenis pendidikan terhadap hubungan locus of control dengan perilaku inovatif; (2) pengaruh pengalaman berwirausaha terhadap hubungan locus of control dengan perilaku inovatif.
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan Oktober 2006. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2002-2003 yang sudah menempuh mata kuliah kewirausahaan. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Data dianalisis dengan analisis regresi: (1) untuk menjawab hipotesis pertama dengan variabel bebas locus of control, variabel moderator jenis pendidikan dan variabel terikat perilaku inovatif; (2) untuk menjawab hipotesis kedua dengan variabel bebas locus of control, variabel moderator pengalaman berwirausaha dan variabel terikat perilaku inovatif.
ABSTRACT
THE INFLUENCE TYPE OF EDUCATION AND
ENTREPRENEURSHIP EXPERIENCE TOWARD THE
RELATIONSHIP BETWEEN
LOCUS OF CONTROL
AND
INNOVATIVE BAHAVIOR
A Case Study at Students ofAccounting Faculty of Education Sanata Dharma University Yogyakarta
Francisca Febrianti Wisnu Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
The aims of this research were to find out: (1) the influence type of education toward relationship of locus of control and innovative behavior; (2) the influence of entrepreneurship experience toward the relationship of locus of control and innovative behaviour.
This research done at Sanata Dharma University Yogyakarta in October 2006. The populations of this research were students of accounting, faculty of education Sanata Dharma University, who attended the subject of entrepreneurship in 2002-2003 academic period. The technique of collecting data was questionnaire. The technique of data analysis was regression. To answer the first hypothesis, locus of control, the independent variable, kind of moderated variable education, innovative behavior and variable dependent variable had been applied, while to answer the second hypothesis, locus of control, the independent variable, and moderated variable entrepreneurship experience were used.
The results of this research show that (1) kind of education influenced negatively and significantly towards relationship between locus of control and innovative behaviour (The interactive probability of this type of education with locus of control 0,001 < 0,05 and β kind of education interaction with locus of control
-0,650); (2) entrepreneurship experience influenced negatively and significantly towards relationship between locus of control and innovative behaviour (The interactive probability of entrepreneurship experience with locus of control 0,002 < 0,05 ) and β entrepreneurship experience The interactive probability of with
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis pada saat ini dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH JENIS PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN BERWIRAUSAHA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL
DENGAN PERILAKU INOVATIF”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R., S.Th. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak S. Widanarto P, S.Pd, M.Si. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Akuntansi universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing dengan penuh kesabaran, pengertian dan saran-saran kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
5. Bapak Ig. Bondan Suratno,S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membimbing dengan penuh kesabaran, pengertian dan saran-saran kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan bimbingan. 7. Seluruh petugas dan karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
8. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2002-2003 yang telah bersedia dan menuangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penyusunan skripsi ini.
9. Papahku tercinta Wisnu Siswowiryono dan Mamahku tercinta Chatarina Sudalmi yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya kepada penulis dengan banyak berkorban, doa dan materil untuk penyelesaian skripsi ini.
10.Mbakku tercinta Lucia Khrisna Putuningsih yang telah banyak memberikan doa, dukungan dan semangat yang tiada hentinya untuk penyelesaian skripsi ini. 11.Masku tercinta Agustinus Dimas Riyanto Nugroho yang telah menemaniku dan
berbagi suka dan duka bersama hidup merantau di Yogya.
12.Bude Sudi (Alm), Om Dadang, Usi (Alm), Devi, Shifa atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini, juga buat kebersamaan kita berbagi suka dan duka di Gamping.
13.Keluarga besar Simbah Sastro Winoto (Alm) yang telah memberikan semangat dan doanya.
14.Keluarga besar Simbah Mangun Diharjo (Alm) yang telah memberikan semangat dan doanya.
15.Keluarga besar TK STRADA DEWI SARTIKA III Tangerang. 16.Keluarga besar SD STRADA SLAMET RIYADI I Tangerang. 17.Keluarga besar SMP STRADA SLAMET RIYADI Tangerang. 18.Keluarga besar SMU STELLA DUCE II Yogyakarta.
19.Mba Yo, Mba Diah, Mba Novi, Mba Rini, Kakid, Mba Ade, Mba Ana, Mba Ewik, Mba Vita, Yuppy (alumnus Buntu II / 12) dan Mba Indah, Yuli, Stasya, There, Siska, Ceha, Mas Bambang, Mas Rumpun, Mas Ari, Mas Har, Mas Kris, Mas Lala, Mas Nico, Brekele, Doni atas doa, dukungan dan kebersamaan kita di Buntu II / 12. Tidak lupa Bapak kos (Alm) dan Ibu Suwarno terimakasih ya atas tempat ku berteduh.
21.Tyas, Dwi, Rossyta, Sigit, Edo, Erick, Robert nuwun yo atas masa-masa nakal kita waktu SMA…..smua itu membuat eby berproses e………
22.Mas Patrick, Mas Arko atas doa dan semangatnya, juga kesediaannya meminjamkan buku, berbagi ilmu dan mengajakku maen menghilangkan jenuh dalam penyelesaian skripsi ini.. Mas Totok, Mas Seto atas doa dan dukungannya..
23.Antonius Trisunu, Mba Wiwid, Mba Tia, Mba Shinta, Mas Pius buat ilmu-ilmu yang diberikan guna penyelesaian skripsi ini….
24.Festi, Flicka, Yessy, Siska, Angel, Vera kapan nich kita kumpul2 lagi truz kepantai & Dufan lagi dech….
25.Sayangku Kelik makasih ya atas kasih sayang, pengertian and dah menjadi warna dalam perjalananku ini…
26.Semua saja yang sudah dan pernah menjadi lika-liku dalam suka duka perjalananku…
27.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang turut membantu berbagi suka dan duka hingga penyusunan skripsi ini bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Yogyakarta, 2 Februari 2007
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii
HALAMAN PENGESAHAN………...iii
MOTTO………..iv
PERSEMBAHAN………..v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………vi
ABSTRAK………..vii
ABSTRACT………...viii
KATA PENGANTAR………...ix
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL………...xvi
DAFTAR LAMPIRAN……….xvii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah………7
E. Tujuan Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI... 9
A. Kajian Teoretik ... 9
1. Perilaku Inovatif... 9
a. Pengertian inovasi ... 9
b. Proses Inovasi ... 11
c. Jenis inovasi ... 11
d. Sumber inovasi...12
e. Pengertian Perilaku Inovatif………13
f. Tahap Perilaku Inovatif………...13
g. Perilaku Inovatif (adapsi-inovasi) ... 14
2. Locus of Control... 15
a. Pengertian Locus of Control... 15
b. Aspek-Aspek Locus of Control... 16
c. Ciri-ciri Individu Berdasarkan Perbedaan Orientasi Locus of Control... 17
d. Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Perkembangan Locus of Control... 19
e. Faktor-Faktor yang Dapat Merubah Locus of Control... 20
f. Aspek-Aspek Kehidupan yang Dipengaruhi Oleh Locus of Control………..22
3. Jenis Pendidikan………...25
B. Kajian Hasil Penelitian yang Terdahulu ... 28
C. Rasionalitas Penelitian ... 30
D. Hipotesis Penelitian... 32
BAB III METODE PENELITIAN... 33
A. Jenis Penelitian... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
C. Populasi dan Sampel ... 33
D. Variabel Penelitian dan Skala Pengukurannya ... 34
1. Variabel Penelitian ... 34
2. Skala Pengukuran... 35
E. Teknik Pengumpulan Data... 39
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39
G. Teknik Analisis Data... 44
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...48
A. Deskripsi Data………...48
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data………...56
C. Pengujian Hipotesis……….58
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN
DAN SARAN………66
A. Kesimpulan………..66
B. Keterbatasan Penelitian………66
C. Saran……….67
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Dimensi dan Indikator Perilaku Inovatif………...14 Tabel 2 : Dimensi dan indikator Locus of Control ………..25 Tabel 3 : Dimensi, Indikator dan No Item Pertanyaan Perilaku Inovatif……….35 Tabel 4 : Dimensi, Indikator dan No Item Pertanyaan Locus of Control……….37 Tabel 5 : Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Inovatif…………..41 Tabel 6 : Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Locus of Control…………..42 Tabel 7 : Tingkat keandalan Variabel Penelitian………..43 Tabel 8 : Rangkuman hasil Uji Reliabilitas………..44 Tabel 9 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Perilaku Inovatif
Responden yang Jenis Pendidikannya SMK………49 Tabel 10: Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Perilaku Inovatif
Responden yang Jenis Pendidikannya SMU………50 Tabel 11 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Perilaku Inovatif
Responden yang Berpengalaman Wirausaha………..51 Tabel 12 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Perilaku Inovatif
Responden yang Tidak Berpengalaman Wirausaha………52 Tabel 13 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Locus of Control
Responden yang Jenis Pendidikannya SMK ………..53 Tabel 14 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Locus of Control
Responden yang Jenis Pendidikannya SMU ………..54 Tabel 15 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Locus of Control
Responden yang Berpengalaman Wirausaha ……….55 Tabel 16 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Locus of Control
Responden yang tidak Berpengalaman Wirausaha ………56 Tabel 17 : Rangkuman Hasil Uji Normalitas………57 Tabel 18 : Rangkuman Hasil Uji Linieritas………..58 Tabel 19 : Hasil korelasi Antara Variabel Locus of Control X Variabel
Dummy dengan Variabel Perilaku Inovatif……….60 Tabel 20 : Rangkuman Hasil Pengujian Regresi Jenis Pendidikan dan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Uji Validitas dan Reliabilitas………..71
Lampiran II : Uji Normalitas dan Linearitas………....77
Lampiran III : Analisis deskriptif dan perhitungan Kecenderungan Jawaban Variabel (PAP II)………79
Lampiran IV : Uji Hipotesis Penelitian………...86
Lampiran V : - Surat Ijin Penelitian……….96
- Kuisioner Penelitian………97
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagian besar keberhasilan usaha, khususnya usaha kecil sangat
ditentukan oleh faktor wirausaha. Kepribadian wirausaha merupakan faktor
utama, menyusul sesudahnya kemampuan, teknologi, dan demografi. Faktor
kepribadian wirausaha di sini tidak lain adalah sifat-sifat wirausaha. Menurut
Sukardi (Prihatin, 2003:53) sembilan sifat yang ada pada wirausaha: sifat
instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat kerja keras, sifat
keyakinan diri (locus of control), sifat pengambilan resiko yang diperhitungkan,
sifat swa-kendali, sifat inovatif, dan sifat mandiri. Faktor kemampuan dalam
wirausaha berarti kemampuan berkreativitas yang akan menghasilkan sebuah
perilaku inovatif untuk keberlangsungan sebuah usaha. Faktor teknologi yang
diperlukan dalam wirausaha sangat didukung oleh adanya sebuah perilaku
inovatif, dengan adanya perilaku inovatif seseorang mampu memikirkan dan
menemukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keberlangsungan usahanya.
Faktor demografi dari wirausaha, yaitu usia, pengalaman, dan pendidikan
merupakan faktor-faktor yang melekat pada diri wirausaha.
Di lingkungan kampus USD, banyak dijumpai mahasiswa yang sudah
mengenal wirausaha bahkan terjun langsung dalam wirausaha dengan
berwirausaha, walaupun masih tergolong dalam usaha kecil, baik yang dijalani
seseorang atau lebih untuk menjalankan usaha kecilnya. Hal tersebut bisa saja
terjadi pada mahasiswa, karena mereka memang sudah mengenal wirausaha sejak
dini (di lingkungan keluarganya) atau dalam pendidikan formal, pada tingkat
SMK dan Perguruan Tinggi.
Pengetahuan tentang wirausaha selain diperoleh di pendidikan formal
SMK juga instusi Universitas dalam mata kuliah kewirausahaan yang diperoleh
di bangku kuliah, yang mencoba membimbing mahasiswa untuk praktek
berwirausaha. Ada beberapa program studi di USD yang memberikan
kewirausahaan, diantaranya program studi Pendidikan Akuntansi; program studi
Sastra Indonesia. Beberapa program studi menawarkan mata kuliah
kewirausahaan karena kewirausahaan dapat dijadikan sebagai salah satu wahana
untuk mensukseskan tujuan pendidikan nasional (Hari, 2005;1)
Mata kuliah kewirausahaan selain memperkenalkan tentang berwirausaha
juga memberikan pengetahuan tentang cara-cara berwirausaha yang baik dan
benar. Di sanalah mahasiswa diajak untuk dapat berperilaku inovatif, tidak lain
untuk menghadapi problema kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan
berwirausaha kelak yang mungkin akan dijalani oleh mahasiswa.
Wirausaha yang inovatif ternyata memang sangat diperlukan untuk
mencapai sebuah wirausaha yang berhasil, hal tersebut bisa dilihat dari
faktor-faktor yang ada dalam wirausaha. Pada faktor-faktor kepribadian wirausaha terdapat
sifat keyakinan diri (locus of control) yang berhubungan dengan sifat inovatif.
Dengan adanya keyakinan diri yang optimis maka akan menumbuhkan sifat
keberhasilan dalam berwirausaha. Faktor kemampuan dalam berwirausaha juga
menekankan pada kemampuan berkreativitas yang akan menghasilkan sebuah
perilaku inovatif seseorang, yang dinilai sangat membantu dalam
keberlangsungan sebuah wirausaha. Pada faktor teknologi, perilaku inovatif juga
sangat dibutuhkan untuk dapat menghasilkan pemikiran segala sesuatu termasuk
teknik-teknik dan teknologi apa yang diperlukan untuk keberlangsungan
wirausaha. Pengalaman dan pendidikan merupakan salah satu faktor wirausaha,
yaitu faktor demografi. Dengan adanya pengalaman dan pendidikan tentang
wirausaha, otomatis seseorang sudah mengenali dasar berwirausaha dan tentunya
akan menimbulkan sebuah perilaku inovatif yang sangat berperan dalam
wirausaha
Seseorang bisa dibilang memiliki perilaku inovatif, yaitu seseorang yang
mau dan bisa mencari tahu tentang teknologi baru, proses, teknik, ide-ide baru.
Seseorang yang menghasilkan ide-ide kreatif. Seseorang yang mau serta bisa
memajukan dan memperjuangkan ide-ide ke orang lain. Seseorang yang meneliti
dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan ide-ide baru.
Seseorang yang mengembangkan rencana dan jadwal yang matang untuk
mewujudkan ide baru tersebut.
Praktek berwirausaha yang terdapat pada mata kuliah kewirausahaan,
mengajak mahasiswa secara berkelompok untuk berwirausaha selama kurang
lebih satu bulan. Jenis wirausaha yang dilaksanakan tergantung pada keputusan
kelompok, kemudian masing-masing kelompok berlomba-lomba untuk
kelompok dalam praktek berwirausaha. Ada mahasiswa yang berinovasi
mengembangkan produk yang ada dengan menambahkan nilai guna produk
tersebut. Dengan keyakinan diri (locus of control) dan kreativitas masing-masing
mahasiswa, juga dengan sebuah kerjasama kelompok maka akan tampak perilaku
inovatif mahasiswa.
Locus of control merupakan keyakinan individu tentang faktor-faktor
yang mengatur kejadian-kejadian dalam hidupnya, yang dapat dikontrol (locus of
control internal) dan yang di luar kontrol dirinya (locus of control eksternal),
serta sejauh mana orang tersebut merasakan adanya hubungan antara
usaha-usaha yang telah dilakukannya dengan akibat-akibatnya. Perbedaan locus of
control antara mahasiswa sangat berpengaruh terhadap suatu keputusan atau
tindakan yang akan diambil dalam memecahkan sebuah masalah. Mahasiswa
yang memiliki locus of control internal yang lebih besar daripada locus of
control eksternal diduga akan memiliki sebuah keyakinan yang akan lebih
terarah, karena dengan adanya locus of control internal yang besar maka
seseorang akan dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa segala sesuatu yang
terjadi bisa dan akan terselesaikan sendiri tanpa tekanan dari orang lain, sehingga
menimbulkan suatu sikap yang optimis dan percaya diri yang cukup.
Jenis pendidikan SMK atau SMU diduga memiliki pengaruh terhadap
perilaku inovatif mahasiswa, dimana mahasiswa yang berasal dari SMK sudah
mengenal wirausaha dari mata pelajaran kewirausahaan sedangkan mahasiswa
berasal dari SMU belum mengenal wirausaha, karena mahasiswa yang berasal
pada jenis pendidikan yang berasal dari SMK, derajat hubungan locus of control
dengan perilaku mahasiswa akan lebih tinggi dibandingkan pada jenis pendidikan
yang berasal dari SMU.
Sudah atau belum pernahnya pengalaman yang diperoleh mahasiswa
dalam berusaha baik yang didapat dalam keluarga, masyarakat maupun usaha
kecil yang pernah dijalaninya dapat mempengaruhi hubungan antara locus of
control dengan perilaku inovatif. Mahasiswa yang sudah pernah mengalami
pengalaman berwirausaha, derajat hubungan locus of control dengan perilaku
inovatif mahasiswa akan lebih tinggi dibandingkan pada mahasiswa yang belum
pernah mendapat pengalaman berwirausaha. Hal tersebut terjadi karena pada
mahasiswa yang pernah memperoleh pengalaman berwirausaha, mereka sudah
mengetahui dan merasakan berwirausaha yang akan mempengaruhi locus of
control mereka kearah internal dan otomatis juga akan berhubungan terhadap
perilaku inovatif.
Perilaku inovatif, locus of control, jenis pendidikan, dan pengalaman merupakan faktor yang diperlukan dalam dunia wirausaha. Dengan melihat hal tersebut penulis mengambil judul penelitian tentang “Pengaruh jenis Pendidikan dan Pengalaman Berwirausaha Terhadap Hubungan Antara
Locus of Control Dengan Perilaku Inovatif”.
B. Identifikasi Masalah
Mahasiswa PAK Sanata Dharma yang sudah memperoleh mata kuliah
kewirausahaan diduga memiliki perilaku inovatif yang tinggi, karena mereka
diduga berhubungan dengan perilaku inovatif pada mahasiswa PAK, yaitu faktor
umur, jenis pendidikan, pengalaman berwirausaha, sifat keyakinan diri (locus of
control), organisasi pembelajaran dan iklim inovasi. Faktor-faktor di atas yang
sekiranya dominan berhubungan dengan perilaku inovatif mahasiswa PAK, yaitu
faktor jenis pendidikan, faktor pengalaman berwirausaha, dan sifat keyakinan diri
(locus of control). Faktor umur menurut penulis tidak dominan berhubungan
dengan perilaku inovatif mahasiswa PAK karena umur pada populasi mahasiswa
PAK yang akan diambil dalam penelitian ini tergolong sama atau tidak jauh
berbeda. Menurut penulis faktor organisasi pembelajaran sudah menjadi bagian
dari pengalaman berwirausaha, begitu juga pada faktor iklim inovasi terdapat
pada faktor pengalaman berwirausaha.
C. Batasan Masalah
Ada banyak faktor yang berhubungan dengan perilaku inovatif
mahasiswa PAK, antara lain jenis pendidikan, pengalaman berwirausaha, sifat
keyakinan diri (locus of control). Melihat luasnya ruang lingkup serta adanya
keterbatasan kemampuan penulis, maka penelitian ini memfokuskan pada jenis
pendidikan, pengalaman berwirausaha, sifat keyakinan diri (locus of control).
Penelitian ini ingin menyelidiki apakah pada jenis pendidikan yang berbeda dan
pengalaman berwirausaha yang berbeda, derajat hubungan antara locus of control
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, penulis mengajukan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh jenis pendidikan terhadap hubungan antara locus of
control dengan perilaku inovatif mahasiswa?
2. Apakah ada pengaruh pengalaman berwirausaha terhadap hubungan antara
locus ofcontrol dengan perilaku inovatif mahasiswa?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis pendidikan terhadap hubungan
antara locus of control dengan perilaku inovatif mahasiswa.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pengalaman berwirausaha terhadap
hubungan antara locus of control dengan perilaku inovatif mahasiswa.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat menjadi bahan
perbandingan antara teori dan kenyataannya serta menambah pemahaman
tentang kepribadian dan kewirausahaan.
2. Bagi Universitas
Diharapkan dapat menambah kepustakaan dan menjadi pengantar bagi
penelitian berikutnya serta dapat lebih mempertimbangkan; menambah;
pengetahuan dan keterampilan mahasiswanya yang tidak hanya perpatokan
pada jenis studi yang diambil oleh mahasiswanya.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya menambah ilmu
pengetahuan dan pengalaman dari berbagai sudut, tidak hanya berpatokan
pada satu ilmu yang berhubungan dengan cita-citanya yang mungkin pada
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teoretik
1. Perilaku Inovatif
a. Pengertian Inovasi
Banyak orang beranggapan bahwa “kreativitas” sinonim dengan
“inovasi” (Rosenfeld dan Servo dalam Mutis, 1995:8). Sesungguhnya
keduanya berbeda, dimana kreativitas merujuk kepada pembentukan
ide-ide baru sedangkan inovasi untuk menghasilkan uang dengan
menggunakan ide-ide baru tersebut. Kreativitas adalah titik permulaan
bagi setiap inovasi. Inovasi adalah kerja keras yang mengikuti
pembentukan ide dan biasanya melibatkan usaha banyak orang dengan
keahlian yang bervariasi tetapi saling melengkapi. Tantangan yang
dihadapi adalah mengubah ide-ide kreatif menjadi produk nyata atau
proses yang akan meningkatkan pelayanan kepada konsumen, menekan
biaya dan atau menghasilkan pendapatan bagi suatu organisasi. Secara
sederhana menurut (Henry dan Walker dalam Mutis, 1995;8) dapat dilihat
bahwa:
Inovasi = Konsepsi + Penemuan + Pemanfaatan
Di dalam konteks ini, kata “konsepsi” merujuk kepada sebuah ide
baru: kata “penemuan” mengacu kepada ide baru yang diubah menjadi
keuntungan yang dihasilkan dari penemuan. Konsepsi, penemuan, dan
pemanfaatan adalah elemen-elemen yang ada dalam inovasi. Tantangan
yang dihadapi organisasi-organisasi besar adalah mengurangi waktu yang
diperlukan dari ketiga tahapan tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan cara
mengeluarkan potensi kreatif dari setiap individu secara bijaksana dan
memacu mereka untuk berkontribusi bagi pencapaian tujuan perusahaan.
Inovasi hampir selalu melibatkan pertarungan antara banyak orang dan
dibutuhkan stamina serta kepercayaan diri yang tinggi untuk dapat
menjadi pemenang.
Para pembuat perubahan tidak harus selalu berarti orang-orang
yang lebih kreatif dibandingkan dengan orang lain. Tetapi, mereka
bersedia untuk bergerak melewati batas-batas kebijakan yang ada dalam
upayanya untuk mendekati persoalan dari sudut pandang yang berbeda.
Proporsi yang besar dari inovasi-inovasi penting yang diciptakan oleh
orang-orang yang melangkah keluar dari kategori konvensional atau
asumsi tradisional. Sering kali mereka bukanlah seorang ahli ataupun
spesialis. Mereka hanyalah para pelintas batas atau generalitas yang
bergerak antar sektor agar dapat menemukan peluang untuk melakukan
perubahan.
Kanter (Mutis, 1995:8) juga mengatakan bahwa seorang
entrepreneur adalah orang yang memacu pemikiran kaleidoskop dimulai
dengan pengalaman yang tidak terasosiasi dengan bidang atau
pandang yang lebih luas adalah dasar umum bagi setiap inovasi.
Organisasi yang berupaya mencari inovasi harus membiarkan
orang-orangnya bergerak keluar dari batas-batas ortodoks, untuk memadukan
dan untuk menggoncang atau mengubah asumsi.
b. Proses Inovasi
Inovasi merupakan hasil pencarian suatu kesempatan yang
dilakukan dengan sepenuh hati. Proses ini dimulai dengan analisis sumber
daya kesempatan yang menjadi objek. Menurut Drucker (Machfoedz,
2004:24) mengatakan bahwa inovasi bersifat konseptual dan perceptual,
dapat dipahami dan dilihat. Inovator harus melihat, bertanya dan
mendengar orang lain dalam mencari inovasi. Mereka berfikir keras
dengan segenap kemampuan otaknya. Mereka melakukan perhitungan
dengan cermat dan mendengarkan pendapat orang lain, serta
memperhatikan potensi pengguna inovasi yang dicarinya untuk
memenuhi harapan, nilai, dan kebutuhan.
c. Jenis Inovasi
Inovasi menurut (Machfoeadz, 2004:24) terdiri dari empat jenis,
penemuan, pengembangan, duplikasi, dan sintesis.
a. Penemuan adalah kreasi dari suatu produk, jasa atau proses baru
yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
b. Pengembangan adalah suatu produk, jasa, atau proses yang sudah
ada. Konsep seperti ini menjadikan aplikasi ide yang telah ada
c. Duplikasi adalah peniruan suatu produk, jasa, atau proses
yang telah ada. Meskipun demikian, upaya duplikasi bukan semata
meniru melainkan menambah sentuhan kreatif untuk memperbaiki
konsep agar lebih mampu memenangkan persaingan.
d. Sintesis adalah perpaduan konsep dan faktor-faktor yang sudah ada
menjadi formulasi yang baru. Proses ini meliputi pengambilan
sejumlah ide atau produk yang sudah ditemukan dan dibentuk
sehingga menjadi produk yang dapat diaplikasikan dengan cara baru.
d. Sumber Inovasi
Inovasi bagi wirausahawan lebih bersifat untuk lebih
memanfaatkan perubahan daripada menciptakannya. Mencari inovasi
dengan memanfaatkan perubahan pada penemuan yang menyebabkan
terjadinya perubahan. Ide inovatif dapat bersumber pada kreativitas
eksternal dan kreativitas internal.
Kreativitas eksternal dapat dirangsang dengan memanfaatkan
secara sistematis rasa keingintahuaan tentang perkembangan, ide, dan
kekuatan baru yang sedang berlangsung di sekitar seseorang. Dengan
melakukan hal ini, seseorang membangun sumber informasi tentang
berbagai hal tentang fakta kesan, citra dan berbagai ide. Dengan demikian
seseorang dapat memperoleh ide yang dapat diraih dan dimanfaatkan.
Kreativitas internal muncul secara tiba-tiba ketika seseorang
sedang sibuk dengan kreativitas eksternal. Dalam upaya ini mengunakan
belajar. Orang akan segera mengetahui cara baru untuk memadukan
ide-ide dari berbagai bidang yang berbeda untuk meningkatkan produk atau
jasa yang ada. Kadang-kadang ide seperti ini muncul secara tiba-tiba
dalam pikiran pada saat yang tidak terduga (Machfoeadz, 2004:25).
e. Pengertian Perilaku Inovatif
Seseorang dikatakan mempunyai perilaku inovatif,
(http://www.anomania.com) bila orang tersebut berbuat atau melakukan:
1) mencari tahu teknologi baru, proses, teknik, ide-ide baru;
2) menghasilkan ide-ide kreatif;
3) memajukan dan memperjuangkan ide-ide ke orang lain;
4) meneliti dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk
mewujudkan ide-ide baru;
5) mengembangkan rencana dan jadwal yang matang untuk
mewujudkan ide-ide baru tersebut.
f. Tahap Perilaku Inovatif
Tahap 1 (satu) perilaku inovasi dimulai dari pengenalan masalah
dan penghimpunan ide atau solusi, dapat berupa sesuatu yang baru atau
merupakan adaptasi dari situasi yang lain. Tahap 2 (dua), berusaha
mencari dukungan untuk ide tersebut dan mencoba membangun
kerjasama antar pendukung ide. Tahap 3 (tiga), menyelesaikan ide
tersebut dengan membuat modul atau prototipe inovasi dalam wujud
nyata yang dapat dirasakan atau disentuh dan mengubahnya ke arah
(http://www.anomania.com).
g. Perilaku Inovatif (adaptor-inovator)
Perilaku inovatif wirausaha teori adapsi-inovasi menurut Kirton
(Prihatin, 2003:47) setiap orang ditempatkan pada suatu kontinuum yang
mulai dengan kemampuan untuk “melakukan sesuatu dengan lebih baik”
ke kemampuan untuk “melakukan sesuatu secara berbeda”. Ujung awal
dan akhir dari kontinum ini dinamakan adaptif dan inovatif.
Adapsi-inovasi adalah suatu dimensi dasar dari kepribadian yang relevan untuk
analisis perubahan organisasi. Ada orang yang berkarakteristik dasarnya
beradaptasi disebut adaptor, ada pula orang yang karakternya inovatif
disebut inovator.
Berdasarkan tori-teori diatas, penulis merangkumnya kedalam
kelompok dimensi dan indikator untuk dijadikan pertanyaan yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Dimensi dan indikator perilaku inovatif :
Tabel 1
Dimensi dan Indikator Perilaku Inovatif
No Dimensi Indikator
1
2
3
Penemuan
Pengembangan
Sintesis
Mencari tahu teknologi baru, proses, teknik, ide-ide baru dan menghasilkan ide- ide kreatif.
Memajukan ide dan memperjuangkan ide- ide ke orang lain
2. Locus of Control
a. Pengertian Locus of Control
Locus of control adalahsuatu konsep yang memberikan gambaran
tentang keyakinan seseorang mengenai sumber penentu pribadinya.
Locus of contol dibedakan menjadi dua yaitu locus of control internal dan
locus of control eksternal. Individu yang memiliki locus of control
internal memiliki keyakinan bahwa apa yang terjadi pada dirinya adalah
karena pengaruh dari dirinya sendiri, keberhasilan dan kegagalan
dipandang sebagai akibat perilakunya. Sedangkan individu yang
mempunyai locus of control eksternal cenderung memiliki keyakinan
bahwa faktor-faktor di luar dirinya mempengaruhi perilakunya.
Keberhasilan dan kegagalan dalam hidupnya dipandang sebagai nasib,
faktor keberuntungan, kesempatan karena kekuasaan orang lain atau
karena kondisi-kondisi yang tidak dapat dikuasainya
(http://www.wilderdom.com).
Rotter (Pujiwati, 2004:30) juga mendefinisikan locus of control
berdasarkan teori belajar sosial, yang mengunakan (3) tiga aspek utama
yaitu behavior potential (perilaku potensial), ekspectancy (harapan), dan
reinforcement value (nilai penguat), ketiga aspek tersebut berhubungan
satu sama lain. Hal ini dijelaskan oleh McMillan sebagai berikut, perilaku
individu tergantung pada harapan-harapan dimana suatu tingkah laku
tertentu akan memberikan penguatan, dan nilai penguatan tersebut akan
memperoleh penguatan yang diharapkan, maka ia cenderung menyakini
bahwa penguatan tersebut akan diperoleh bukan dari dirinya sendiri.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa locus of control adalah anggapan
seseorang sejauh mana orang tersebut merasakan adanya hubungan antara
usaha-usaha yang telah dilakukan dengan akibatnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa locus of control
merupakan keyakinan individu tentang faktor-faktor yang mengatur
kejadian-kejadian dalam hidupnya, yang dapat dikontrol (locus of control
internal) dan yang di luar kontrol dirinya (locus of control eksternal),
serta sejauh mana orang tersebut merasakan adanya hubungan antara
usaha-usaha yang telah dilakukannya dengan akibat-akibatnya Rotter
(Pujiwati, 2004:32).
b. Aspek-aspek Locus of Control
Levenson (Azwar, 2003:137) menguraikan locus of control ke
dalam 3 faktor, yaitu:
a. Faktor Internal yaitu keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian
dalam hidupnya ditentukan terutama oleh kemampuan dirinya sendiri.
b. Faktor Powerful Others yaitu keyakinan seseorang bahwa
kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh orang lain yang
lebih berkuasa.
c. Faktor Chance yaitu keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian
dalam hidupnya ditentukan terutama oleh nasib, peluang, dan
c. Ciri-Ciri Individu Berdasarkan Perbedaan Orientasi Locus of
Control
Adanya perbedaan locus of control pada individu-individu,
Findley dan Cooper (Rosita, 2005:31) menyebutkan bahwa perbedaan
tersebut ternyata menimbulkan perbedaan sikap, sifat, dan lainnya. Dalam
hubungannya dengan orang lain, individu yang mempunyai
kecenderungan locus of control internal cenderung tidak mudah
terpengaruh, aktif, mempunyai rasa percaya diri, mempunyai motif
berprestasi yang tinggi, sedang individu dengan kecenderungan locus of
control eksternal cenderung menarik diri, penyesuaian diri kurang baik,
dan konformis terhadap otoritas, Engler (Rosita, 2005:31).
Lefcourt (Rosita, 2005:31) Menyatakan bahwa individu dengan
kecenderungan locus of control internal kurang konformis, hal ini
dikarenakan rasa percaya diri yang dimilikinya dan dapat melakukan
kontrol dengan kemampuannya sendiri, mangandalkan kemampuan dan
keterampilan diri serta usaha-usaha yang dilakukan. Solomon dan
Oberlander (Pujiwati, 2004:34) menyatakan bahwa individu dengan
kecenderungan locus of control internal cenderung lebih giat, rajin, ulet,
mandiri, dan mempunyai daya tahan yang baik terhadap pengaruh sosial,
dan bertanggung jawab atas kegagalannya.
Individu dengan kecenderungan locus of control eksternal
cenderung conform terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, memiliki
juga cenderung menunjukkan sikap menyerah, merasa tidak berdaya, dan
memiliki kecemasan yang tinggi daripada individu yang mempunyai
kecenderungan locus of control internal. Penelitian Doberty dan Ryder
(Pujiwati, 2004:34) menemukan bahwa individu yang memiliki
kecenderungan locus of control internal mempunyai keyakinan yang
besar untuk memperoleh keberhasilan, assertif, mempunyai usaha untuk
maju dan mampu menggunakan keterampilan sosial untuk mempengaruhi
lingkungan, sedangkan individu dengan kecenderungan locus of control
eksternal memiliki sifat pasif, tidak suka bersaing, cenderung dipengaruhi
lingkungan dan memiliki motivasi yang rendah untuk bersaing.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang
mempunyai kecenderungan locus of control internal mempunyai rasa
percaya diri akan kemampuannya untuk dapat mengendalikan
kehidupannya, mampu menghadapi kegagalan, mandiri, bertanggung
jawab. Orang yang memiliki kecenderungan locus of control eksternal
cenderung mudah menyerah, mempunyai kecemasan yang tinggi, merasa
tidak berdaya, rasa percaya diri yang rendah, dan mempunyai
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Locus of
Control
Phares (Rosita, 2005:32) sependapat bahwa ada 2 faktor
yang mempengaruhi individu dalam mengembangkan kecenderungan
terhadap locus of control tertentu :
1). Keluarga
Orang tua yang menunjukkan dukungan yang hangat, protektif, positif
dan membimbing, akan menghasilkan anak-anak yang
mengembangkan locus of control internal. Hal-hal tersebut
membangun kepercayaan diri, penghargaan diri, serta kemandirian
yang terkait erat dengan locus of control internal. Hal-hal yang juga
terkait dengan pengembangan locus of control internal adalah
konsistensi memberlakukan disiplin dan standar-standar oleh orang
tua. Seorang anak belajar mengembangkan locus of control internal,
dengan mengasosiasikan perilaku mereka dengan akibat-akibat yang
dapat mereka prediksikan.
2). Faktor Sosial-Ekonomi
Semakin rendah status sosial ekonomi individu, semakin eksternal
pula locus of control individu tersebut. Kelompok etnis dan minoritas
yang hanya memiliki sedikit akses pada kekuasaan dan pergerakan
sosial ekonomi juga cenderung memiliki locus of control eksternal,
Phares (Rosita, 2005:33). Telah umum diketahui bahwa individu
tinggi dalam dinamika sosial ekonomi masyarakat. Sebaliknya,
individu dengan status sosial ekonomi rendah relatif kurang memiliki
kekuasaan untuk melakukan hal serupa. Mereka sering tidak punya
banyak pilihan selain menerima apa yang telah disediakan oleh
sistem. Kekurangberdayaan serupa juga dialami oleh kelompok etnis
dan minoritas dengan sedikit akses pada pengerakan sosial ekonomi.
Pengalaman demikian jika berlangsung secara kontiyu akan
mendorong berkembangnya kepercayaan individu bahwa faktor-faktor
eksternal lebih berkuasa untuk mengendalikan hidupnya daripada
dirinya sendiri.
e. Faktor-faktor yang Dapat Merubah Locus of Control
Menurut Phares (Rosita, 2005:34), Locus of Control yang telah
dikembangkan oleh individu dapat berubah karena faktor-faktor sebagai
berikut.
1). Usia
Seiring anak berkembang, ia menjadi seorang manusia yang lebih
efektif, sehingga ia meningkatkan kepercayaan bahwa dirinya mampu
mengendalikan bermacam-macam hal dan kejadian dalam hidupnya.
Dengan kata lain, locus of control bergerak dari kecenderungan
eksternal ke arah internal sejalan dengan pertambahan usia.
2). Pengalaman akan suatu perubahan
Penelitian Kiehlbauch (Rosita, 2005:35) menemukan bahwa teman
relatif lebih eksternal daripada teman serumah yang telah lebih lama
bersama. Locus of control teman serumah yang akan berpisah juga
cenderung bergeser ke arah eksternal. Keadaan yang cenderung labil
dan tidak pasti selama masa-masa transisi mendorong locus of
control individu ke arah eksternal.
3). Generalitas dan stabilitas perubahan
Peristiwa-peristiwa yang membawa perubahan seperti perang, skandal
politik, bom nuklir dan eksperimen ternyata dapat berpengaruh pada
locus of control. Kecenderungan ke arah locus of control eksternal
meningkat sejalan dengan pengalaman perubahan peristiwa spesifik
dan insidental seperti kekecewaan pada keputusan-keputusan politik
pemerintah, menang lotere, dan eksperimen. Peristiwa-peristiwa
tersebut terjadi di luar prediksi dan rutinitas individu sehingga ia
merasa kehilangan kemampuan untuk menganalisa dan
mempersiapkan diri terhadap jalannya peristiwa-peristiwa dalam
hidup mereka.
4). Pelatihan dan pengalaman
Seperti halnya kapasitas-kapasitas kognitif lain, locus of control dapat
dilatih untuk didorong ke arah salah satu kecenderungan tertentu.
Locus of control dapat berubah karena pengalaman-pengalaman yang
meningkatkan kemandirian, tanggung jawab pribadi, dan kemampuan
5). Efek terapi
Psikoterapi berpengaruh secara positif dalam mengatasi
masalah-masalah individu. Tujuan ini meningkatkan kecenderungan individu
untuk lebih merasa bertanggung jawab dalam peristiwa-peristiwa
dalam hidupnya.
Pada dasarnya, faktor pengalaman akan suatu perubahan serta
generalitas dan stabilitas perubahan dapat dikelompokkan ke dalam faktor
pengalaman. Sementara itu, efek dari terapi dapat dikategorikan ke dalam
faktor pelatihan. Dengan demikian, faktor-faktor yang dapat mengubah
arah locus of control adalah faktor usia, pelatihan, dan pengalaman.
Untuk mendorong kecenderungan locus of control ke arah
internal, individu harus mengalami situasi di mana tindakan-tindakan
yang ia ambil menghasilkan konsekuensi seperti yang ia harapkan.
Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa pelatihan dan pengalaman
yang dapat mendorong locus of control individu ke arah internal adalah
pelatihan dan pengalaman yang memberikan reinforcement atas
tindakan-tindakan individu dan menanamkan kepercayaan pada diri individu
bahwa reinforcement tersebut adalah hasil dari tindakan-tindakan individu
sendiri.
f. Aspek-aspek Kehidupan yang Dipengaruhi oleh Locus of Control
Lefcourt (Pujiwati, 2004:36) melihat bahwa perbedaan
kecenderungan arah locus of control ternyata membawa akibat dalam
1). Sikap terhadap lingkungan
Individu dengan locus of control internal menganalisa situasi dengan
sikap yang lebih terarah dan waspada daripada individu dengan locus
of control eksternal. Individu dengan locus of control internal juga
lebih aktif dalam mencari, memperoleh, menggunakan, dan mengolah
informasi yang relevan dalam rangka memanipulasi dan
mengendalikan lingkungan. Di samping itu, individu yang
mempunyai locus of control internal lebih berorientasi pada posisi
dengan kekuasaan besar, sedangkan individu yang memiliki locus of
control eksternal lebih cenderung menyukai posisi dengan kekuasaan
kecil.
2). Pengaruh konformitas dan perubahan sikap
Beberapa penelitian Crowne (Pujiwati, 2004:37) menunjukkan bahwa
individu dengan kecenderungan internal lebih mampu bertahan
terhadap pengaruh dan tekanan lingkungan. Sebaliknya, individu
dengan kecenderungan eksternal lebih siap sedia untuk menerima
pengaruh, mengikuti lingkungan sosial dan menerima informasi dari
orang lain.
3). Perilaku menolong dan atribusi tanggung jawab
Individu dengan kecenderungan internal lebih sering menunjukkan
perilaku menolong daripada individu dengan kecenderungan
4). Pencapaian prestasi
Menurut Shaver (Pujiwati, 2004: 38) tingginya prestasi yang dicapai
oleh individu dengan locus of control internal merupakan hasil dari
kemampuannya untuk menunda menikmati penghargaan atas hasil
usahanya, serta mengurangi reaksi-reaksi negatif yang cenderung
muncul pada saat individu mengalami kegagalan.
5). Penyesuaian diri, kecemasan, dan psikopatologi
Individu dengan kecenderungan internal lebih mampu untuk
menyesuaikan diri daripada individu dengan kecenderungan eksternal.
Individu dengan locus of control internal lebih mengandalkan diri
sendiri, aktif, dan memiliki kecenderungan tinggi untuk berjuang,
Hal-hal tersebut menggiring pada keberhasilan dalam penyesuaian
diri. Kesederhanaan kepercayaan kendali yang ada dalam diri sendiri
juga mendorong individu dengan locus of control internal pada
penyesuaian diri dengan kecemasan. Di lain pihak, individu dengan
kecenderungan eksternal cenderung mengalami lebih kecemasan
daripada individu dengan kecemasan internal. Individu dengan locus
of control eksternal sering menerima secara pasrah ancaman-ancaman
dan informasi negatif tentang diri mereka.
Berdasarkan tori-teori diatas, penulis merangkumnya kedalam
kelompok dimensi dan indikator untuk dijadikan pertanyaan yang akan
Tabel 2
Dimensi dan Indikator Locus of Control
No Dimensi Indikator
1
2
3
Faktor Internal (I)
Faktor Powerful Others (P)
Faktor Chance (C)
Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh kemampuan dirinya sendiri.
Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh orang lain yang lebih berkuasa.
Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh nasib, peluang, dan keberuntungan.
2. Jenis Pendidikan
Pendidikan dan pengalaman dalam dunia wirausaha sangat
berarti karena pendidikan dan pengalaman merupakan salah-satu modal dasar
yang diperlukan untuk dapat memulai dan menjalankan sebuah usaha. Coba
Anda perhatikan, siapa-siapa yang memulai usaha baru di daerah Anda,
mereka pastilah orang yang pernah merantau atau minimal pernah belajar
atau magang pada usaha serupa (Wijandi, 1998:67).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:232), pendidikan
diartikan sebagai sebuah proses pengubahan tingkah laku seseorang atau
kelompok orang, dalam usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya
yang dikatakan oleh (Supriyatno, 2002:12), pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana dalam menciptakan suasana belajar agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya secara aktif untuk memiliki kepribadian,
kecerdasan, sikap spiritual, keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara melalui kegiatan bimbingan, latihan dan atau
cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Menurut (Uyoh, 2003:55),
pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat.
Maksud pendidikan dalam penelitian ini adalah jenis pendidikan
formal yang pernah diperoleh mahasiswa PAK USD, yaitu apakah mahasiswa
berasal dari SMU atau dari SMK. Karena jenis pendidikan yang berbeda,
maka berbeda pula pendidikan yang diperoleh. Selain itu berbeda dengan
kurikulum SMU, pada SMK secara tegas mata pelajaran kewirausahaan
tercantum dalam kurikulum atau GBPP Tahun 1999 maupun dalam KBK,
mata pelajaran ini tergolong sebagai mata pelajaran adaptif, berupa bidang
keahlian. Meliputi mata pelajaran Bisnis dan Manajemen, Pekerjaan Sosial,
Tata Kecantikan, Tata Busana, dan Pariwisata.
Mata pelajaran kewirausahaan di SMK diberikan, mulai dari kelas
satu hingga kelas tiga, sebanyak 112 jam pelajaran. Untuk kelas satu mata
pelajaran kewirausahaan diberikan sebanyak 40 jam, kelas dua 40 jam, dan
kelas tiga diberikan sebanyak 32 jam pelajaran. Materi tersebut diajarkan
dalam bentuk topik-topik atau sub-sub topik, yaitu sebanyak 17 topik atau
Pada umumnya topik satu hingga topik 11 diberikan pada siswa kelas
satu dan dua. Sedang untuk topik 12 hingga 17 diberikan pada siswa kelas
tiga. Kalau dianalisis sebenarnya dari topik satu hingga topik 11 merupakan
karakter yang harus dimiliki oleh seorang calon wirausahawan, sehingga
materi tersebut di samping berupa aspek kognitif juga mengandung aspek
sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam berwirausaha. Jadi target
materi tersebut, diharapkan para siswa memiliki sikap kewirausahaan, atau
menjadi manusia wirausaha yang berhasil.
Berdasarkan bobot dan jenis materi yang diberikan, tampak jelas
bahwa di SMK materi kewirausahaan diberikan secara khusus, yang
merupakan bagian dari kurikulum untuk kelompok adaptif. Sementara di
SMU tidak tercantum materi kewirausahaan. Namun, sebenarnya unsur-unsur
dan dasar kewirausahaan secara implisit juga dibahas dalam materi ekonomi
(Hari, 2005:87).
Pada SMK mata pelajaran wirausaha diberikan secara tersendiri dan
spesifik, maka diyakini bahwa sikap kewirausahaan para mahasiswa yang
berasal dari SMK akan lebih cepat terbentuk dibandingkan mereka yang
berasal dari SMU. Sehingga penulis menduga bahwa perilaku inovatif pada
mahasiswa yang berasal dari SMK akan lebih besar daripada mahasiswa yang
4. Pengalaman Berwirausaha
Maksud pengalaman dalam penelitian disini berfokus pada
pengalaman wirausaha atau pengalaman berusaha sektor kecil, pengalaman
ini bisa saja diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan nonformal
yang diperoleh dalam kehidupan sehari-harinya. Dimana pengalaman
berusaha juga dapat diperoleh dari bimbingan sejak kecil yang diberikan oleh
orang tua yang yang memiliki sebuah usaha (Prihatin, 2003:37). Pengalaman
dalam berusaha juga dapat diperoleh bila seseorang terlibat secara langsung
dalam kegiatan-kegiatan usaha yang berasal dari orangtua yang berwirausaha.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa sekarang banyak mahasiswa yang
kuliah sekaligus dengan berusaha kecil-kecilan untuk menambah uang saku
mereka, contohnya berusaha dengan membuat assesoris wanita yang sedang
diminati kemudian menjualnya di kampus baik kepada mahasiswa lainnya.
Dan ada juga mahasiswa yang berwirausaha dengan menjualkan
barang-barang yang sedang mode tanpa mengubahnya menjadi suatu produk baru.
Dengan adanya pengalaman wirausaha, penulis menduga bahwa mahasiswa
yang sudah berpengalaman wirausaha akan memiliki perilaku inovatif yang
tinggi.
B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Brigita Pujiwati (2004), bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara locus of control internal dengan produktivitas kerja karyawan
ada 26 butir item yang gugur dan 54 butir yang sahih dengan koefisien reliabilitas
sebesar 0,9694 dan koefisien determinan (R2) sebesar 0.117 yang berarti bahwa
sumbangan variabel locus of control internal terhadap produktivitas kerja
karyawan sebesar 11.7 %. Data penelitian dengan mengunakan teknik korelasi
product moment pearson. Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa
sebaran data adalah normal dan linear. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh
adalah 0,342 pada taraf signifikansi 0,05 dengan probabilitas 0,015 (p<0,05). Hal
tersebut berarti hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan
positif antara locus of control internal dengan produktivitas kerja pada PT. astra
internasional Tbk-Honda di Yogyakarta dapat diterima.
Penelitian oleh Parwitasari (2005), bertujuan untuk menemukan
hubungan antara locus of control internal dengan motif berprestasi pada siswa
kelas III SMU Negri I Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Masalah yang dikaji dalam
penelitian ini adalah: apakah ada hubungan positif antara locus of control internal
dengan motif berprestasi pada siswa kelas III. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi kelas III IPA1, IPS2, Bahasa1 SMU Negri I Seyegan, Sleman
Yogyakarta tahun ajaran 2001/2002. Pengumpulan data dilakukan dengan
metode angket dengan menggunakan dua buah skala yaitu skala IPC Levenson
dan skala Mehrabian Measures of Achieving Tendency. Skala pertama
mempunyai reliabilitas 0,853 dan skala kedua mempunyai korfisien reliabilitas
0,915. Data yang dihasilkan berupa angka yang menunjukkan kecenderungan
arah locus of control dan kecendrungan arah motif berprestasi subjek penelitian.
pengolahan data menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,521 antara locus of
control internal dengan motif berprestasi subjek penelitian. Hal ini mengandung
arti bahwa ada hubungan positif antara locus of control internal dengan motif
berprestasi subjek penelitian. Koefisien determinasi diperoleh sebesar 0,271. Hal
ini menunjukkan locus of control membuka peluang bagi adanya motif
berprestasi sebesar 27,1%.
C. Rasionalitas Penelitian
1. Pengaruh jenis pendidikan terhadap hubungan antara locus of control
dengan perilaku inovatif mahasiswa
Locus of control merupakan keyakinan individu tentang
faktor-faktor yang mengatur kejadian-kejadian dalam hidupnya, yang dapat
dikontrol (locus of control internal) dan yang di luar kontrol dirinya (locus of
control eksternal). Perilaku inovatif sendiri adalah perilaku seseorang yang
mencari tahu teknologi baru, proses, teknik, ide baru; menghasilkan
ide-ide kreatif; memajukan dan memperjuangkan ide-ide-ide-ide ke orang lain; meneliti
dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan ide-ide
baru; mengembangkan rencana dan jadwal yang matang untuk mewujudkan
ide baru tersebut. Jenis pendidikan dalam penelitian ini adalah jenjang
pendidikan formal pada SMU dan SMK. Mahasiswa yang berasal dari SMK
sudah mengenal konsep wirausaha dari mata pelajaran kewirausahaan
sedangkan mahasiswa yang berasal dari SMU belum mengenal konsep
mahasiswa diduga kuat berbeda pada jenis pendidikan yang berbeda. Maka
model rasionalitas penelitian ini nampak pada gambar dibawah:
2. Pengaruh pengalaman wirausaha terhadap hubungan antara locus of
control dengan perilaku inovatif mahasiswa
Pengalaman berwirausaha yang diperoleh mahasiswa dalam berusaha,
baik yang didapat dalam keluarga, masyarakat maupun usaha kecil yang
pernah dijalaninya sendiri dapat mempengaruhi hubungan antara locus of
control dengan perilaku inovatif. Dengan adanya pengalaman berwirausaha,
keyakinan diri (locus of control) mahasiswa akan bertambah dan akan
mempengaruhi hubungannya dengan perilaku inovatif yang cenderung
inovator. Derajat hubungan locus of control dengan perilaku inovatif
mahasiswa diduga kuat berbeda pada pengalaman wirausaha yang berbeda.
Pada mahasiswa yang sudah pernah memperoleh pengalaman berwirausaha,
derajat hubungan locus of control dengan perilaku mahasiswa PAK akan
lebih tinggi dibandingkan pada mahasiswa yang belum pernah memperoleh
pengalaman berwirausaha. Maka model rasionalitas penelitian ini nampak
pada gambar dibawah:
Locus of Control Perilaku Inovatif
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan pendapat kajian hasil penelitian terdahulu
maka penulis melihat bahwa:
1. Ada pengaruh jenis pendidikan terhadap hubungan antara locus of control
dengan perilaku inovatif mahasiswa.
2. Ada pengaruh pengalaman wirausaha terhadap hubungan antara locus of
control dengan perilaku inovatif mahasiswa.
Locus of Control Perilaku Inovatif
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan sebagai studi kasus, yaitu penelitian tentang
perilaku inovatif mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma
dilihat dari hubungannya dengan locus of control dengan adanya jenis pendidikan
dan pengalaman berwirausaha yang berbeda. Dengan demikian kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini hanya terbatas pada subyek yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian : Universitas Sanata Dharma Mrican
2. Waktu Penelitian : Bulan Oktober 2006
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2002 dan 2003
Universitas Sanata Dharma yang sudah menempuh mata kuliah
kewirausahaan.
2. Sampel
Mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2002 dan 2003
Universitas Sanata Dharma yang sudah menempuh mata kuliah
3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel akan menggunakan teknik
sample bertujuan atau purposive sampling, yaitu cara pengambilan subjek
atas adanya tujuan tertentu.
D. Variabel Penelitian dan Skala Pengukurannya
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariatif atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Adapun pengelompokan variabel
dalam penelitian ini adalah:
a).Variabel Terikat
Variabel terikat adalah himpunan seluruh gejala yang memiliki
berbagai aspek atau unsur didalamnya yang berfungsi untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi lain atau variabel bebas. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah perilaku inovatif.
b). Variabel Bebas
Variabel bebas adalah himpunan seluruh gejala yang memiliki
berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau
menentukan munculnya variabel lain yang disebut variabel terikat.
c). Variabel Moderator
Variabel moderating adalah variabel bebas yang akan menguatkan
atau melemahkan hubungan antara variabel bebas lainnya terhadap
variabel terikat. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah:
a. Jenis pendidikan
b. Pengalaman berwirausaha
2. Skala Pengukuran Variabel
a. Perilaku Inovatif
Tabel 3
Dimensi, Indikator dan No Item Pertanyaan Perilaku Inovatif
No Dimensi Indikator No item
1
2
3
Penemuan
Pengembangan
Sintesis
Mencari tahu teknologi baru, proses, teknik, ide-ide baru dan menghasilkan ide- ide kreatif. Memajukan ide dan
memperjuangkan ide- ide ke orang lain
Meneliti, menyediakan sumber daya yang diperlukan dan mengembangkan rencana atau jadwal yang matang untuk mewujudkan ide- ide baru tersebut.
1, 2, 6, 7,11,12 dan 16
3, 8, 13
4, 5, 9, 10, 14 dan 15
Untuk setiap pernyataan dalam skala diberi 4 kategori jawaban
yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak
meniadakan kategori jawaban tengah atau netral dengan maksud
menghindari adanya kecenderungan jawaban ketengah (central
tendency effect) dan untuk lebih melihat kecendrungan jawaban ke
arah sesuai atau tidak sesuai.Hadi (Rukmi, 2003:44). Penskoran skala
ini bergerak dari skor 4 sampai dengan skor 1 atau sebaliknya,seperti
berikut:
Skor pertanyaan Pertanyaan
Positif Negatif Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3 Sangat Tidak Setuju 1 4
b. Locus of Control
Variabel locus of control diungkap dalam sebuah alat ukur
yaitu skala IPC Levenson, yaitu skala yang mengukur kecenderungan
arah locus of control individu. Sebagai satu kesatuan skala IPC locus
of control berada diantara satu bentuk continum yang memiliki kutub
internal dan kutub eksternal, dimana terdiri dari 24 butir dengan
perincian masing-masing faktor terdiri dari 8 butir. Butir didalam
angket IPC Levenson bersifat positif dan negatif, dimana setiap
pernyataan mendukung obyek psikologis masing-masing faktor, yaitu
internal, powerfull others dan chance. Orientasi internal subyek
sebaliknya semakin rendah skor yang didapat subyek menunjukkan
kecenderungan locus of control eksternal.
Tabel 4
Dimensi, Indikator dan No Item Pertanyaan Locus of Control
No Dimensi Indikator No item
1 2 3 Faktor Internal (I) Faktor Powerful Others (P) Faktor Chance (C)
Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh kemampuan dirinya sendiri. Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh orang lain yang lebih berkuasa.
Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh nasib, peluang, dan keberuntungan.
1, 4, 5, 9, 18, 19, 21, dan 23
3, 8, 11, 13, 15, 17, 20,
dan 22
2, 6, 7, 10, 12, 14, 16, dan 24
Pengukuran variabel locus of control didasarkan pada skala
Likert, yang disusun dengan metode penskalaan summated rating,
yaitu penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi
respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Untuk setiap
pernyataan dalam skala diberi 4 kategori jawaban yaitu: Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Penulis hanya memberikan 4 pilihan jawaban dan meniadakan
kategori jawaban tengah atau netral dengan maksud menghindari
untuk lebih melihat kecendrungan jawaban ke arah sesuai atau tidak
sesuai.Hadi (Rukmi, 2003:44). Penskoran skala ini bergerak dari skor
4 sampai dengan skor 1 atau sebaliknya,seperti berikut:
Skor pertanyaan Pertanyaan
Positif Negatif Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3 Sangat Tidak Setuju 1 4
c. Jenis Pendidikan
Pada variabel jenis pendidikan akan diukur berdasarkan jawaban
atas pertanyaan yang diberikan, jika mahasiswa menjawab SMU maka
diberi skor 0 sedangkan pada jawaban SMK maka diberi skor 1.
d. Pengalaman berwirausaha
Pada variabel pengalaman berwirausaha akan diukur
berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan, jika mahasiswa
menjawab belum pernah memperoleh pengalaman berwirausaha maka
diberi skor 0 sedangkan pada jawaban sudah pernah memperoleh
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner, dimana teknik pengumpulan datanya dilakukan didasarkan atas respon
tertulis dari subjek terhadap sejumlah pernyataan atau pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang
pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Dalam kuesioner ini pertanyaan yang
diajukan oleh penulis bersifat tertutup yang artinya responden hanya memberikan
jawaban sesuai dengan pilihan yang diberikan dalam kuesioner tersebut.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
1. Validitas
Validitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsinya sebagai alat
ukur, dalam penelitian alat ukur tersebut berupa kuisioner. Nilai validitas
yang dicari menggunakan rumus koefisien korelasi product moment dari Karl
Pearson (Suharsimi Arikunto, 1998:162).
Rumus :
(
)( )
(
)
{
∑
∑
−∑
∑
}
{
∑
∑
−( )
∑
}
− =
2 2
2 2
Y Y
N X X
N
Y X XY
N rxy
Dimana :
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian tersebut valid atau tidak,
maka ketentuannya sebagai berikut :
jika r hitung > r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen
penelitian dikatakan valid.
jika r hitung < r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen penelitian
dikatakan tidak valid.
Hasil uji validitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Uji Validitas Variabel Perilaku Inovatif
Indikator-indikator yang dikembangkan dari variabel perilaku
inovatif dijabarkan dalam 16 butir pertanyaan. Uji coba tersebut
dilakukan pada 30 responden di luar responden yang akan menjadi
subyek dalam penelitian sesungguhnya. Uji validitas dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi product moment. Pelaksanaan uji analisis
butir dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS dengan
kaidah yang dipergunakan adalah: “jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka
butir pertanyaan tersebut dikatakan valid tetapi jika r hitung lebih kecil dari
r tabel maka item tersebut dinyatakan tidak valid pada taraf signifikan 5 %.
Hasil pengujian validitas diatas semua butir pertanyaan dinyatakan valid
karena nilai koefisien korelasi bagian totalnya (r hitung) lebih dari 0,239.
Hasil pengujian validitas di atas menunjukkan semua butir pernyataan
dinyatakan valid karena nilai koefisen korelasi bagian totalnya (r hitung)
variabel perilaku inovatif terdapat pada lampiran I uji validitas dan
reliabilitas.
Tabel 5
Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Inovatif
No. Item
r hitung r tabel taraf signifikansi 5% Hasil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 .5903 .7275 .7388 .4315 .7097 .5495 .5340 .6588 .7936 .6236 .5930 .7231 .6717 .6805 .6702 .7918 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
b. Uji Validitas Variabel Locus of Control
Indikator-indikator yang dikembangkan dari variabel locus of control
dijabarkan dalam 24 butir pertanyaan. Uji coba tersebut dilakukan pada 30
responden di luar responden yang akan menjadi subyek dalam penelitian
sesungguhnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi
product moment. Pelaksanaan uji analisis buti