• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN BERWIRAUSAHA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN PERILAKU INOVATIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH JENIS PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN BERWIRAUSAHA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN PERILAKU INOVATIF"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JENIS PENDIDIKAN DAN

PENGALAMAN BERWIRAUSAHA TERHADAP

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN

PERILAKU INOVATIF

Studi Kasus Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Francisca Febrianti Wisnu

021334011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENGARUH JENIS PENDIDIKAN DAN

PENGALAMAN BERWIRAUSAHA TERHADAP

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN

PERILAKU INOVATIF

Studi Kasus Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Francisca Febrianti Wisnu

021334011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

MOTTO

Hanya pada Allah saja saya kiranya tenang,

sebab daripada-Nyalah harapanku………… (Mazmur 62:6)

Berbuatlah segala sesuatunya

selagi kamu bisa mengerjakannya,

(6)

PERSEMBAHAN

Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus

bisa menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini ku persembahkan kepada:

☺ Tuhan Yesus Kristus

☺ Budeku tercinta Sudiharjo (Alm)

☺ Tanteku tercinta Sri Hartati Murtiningsih (Alm)

☺ Papahku tercinta Wisnu Siswowiryono dan Mamahku tercinta Chatarina Sudalmi

☺ Mbakku tercinta Lucia Khrisna Putuningsih dan Masku tercinta Agustinus Dimas Riyanto Nugroho

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Februari 2007 Penulis

(8)

ABSTRAK

PENGARUH JENIS PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN

BERWIRAUSAHA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA

LOCUS

OF CONTROL

DENGAN PERILAKU INOVATIF

Studi Kasus Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Francisca Febrianti Wisnu Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh jenis pendidikan terhadap hubungan locus of control dengan perilaku inovatif; (2) pengaruh pengalaman berwirausaha terhadap hubungan locus of control dengan perilaku inovatif.

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan Oktober 2006. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2002-2003 yang sudah menempuh mata kuliah kewirausahaan. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Data dianalisis dengan analisis regresi: (1) untuk menjawab hipotesis pertama dengan variabel bebas locus of control, variabel moderator jenis pendidikan dan variabel terikat perilaku inovatif; (2) untuk menjawab hipotesis kedua dengan variabel bebas locus of control, variabel moderator pengalaman berwirausaha dan variabel terikat perilaku inovatif.

(9)

ABSTRACT

THE INFLUENCE TYPE OF EDUCATION AND

ENTREPRENEURSHIP EXPERIENCE TOWARD THE

RELATIONSHIP BETWEEN

LOCUS OF CONTROL

AND

INNOVATIVE BAHAVIOR

A Case Study at Students ofAccounting Faculty of Education Sanata Dharma University Yogyakarta

Francisca Febrianti Wisnu Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The aims of this research were to find out: (1) the influence type of education toward relationship of locus of control and innovative behavior; (2) the influence of entrepreneurship experience toward the relationship of locus of control and innovative behaviour.

This research done at Sanata Dharma University Yogyakarta in October 2006. The populations of this research were students of accounting, faculty of education Sanata Dharma University, who attended the subject of entrepreneurship in 2002-2003 academic period. The technique of collecting data was questionnaire. The technique of data analysis was regression. To answer the first hypothesis, locus of control, the independent variable, kind of moderated variable education, innovative behavior and variable dependent variable had been applied, while to answer the second hypothesis, locus of control, the independent variable, and moderated variable entrepreneurship experience were used.

The results of this research show that (1) kind of education influenced negatively and significantly towards relationship between locus of control and innovative behaviour (The interactive probability of this type of education with locus of control 0,001 < 0,05 and β kind of education interaction with locus of control

-0,650); (2) entrepreneurship experience influenced negatively and significantly towards relationship between locus of control and innovative behaviour (The interactive probability of entrepreneurship experience with locus of control 0,002 < 0,05 ) and β entrepreneurship experience The interactive probability of with

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis pada saat ini dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH JENIS PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN BERWIRAUSAHA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL

DENGAN PERILAKU INOVATIF”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R., S.Th. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak S. Widanarto P, S.Pd, M.Si. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Akuntansi universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing dengan penuh kesabaran, pengertian dan saran-saran kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

5. Bapak Ig. Bondan Suratno,S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membimbing dengan penuh kesabaran, pengertian dan saran-saran kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan bimbingan. 7. Seluruh petugas dan karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

(11)

8. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2002-2003 yang telah bersedia dan menuangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penyusunan skripsi ini.

9. Papahku tercinta Wisnu Siswowiryono dan Mamahku tercinta Chatarina Sudalmi yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya kepada penulis dengan banyak berkorban, doa dan materil untuk penyelesaian skripsi ini.

10.Mbakku tercinta Lucia Khrisna Putuningsih yang telah banyak memberikan doa, dukungan dan semangat yang tiada hentinya untuk penyelesaian skripsi ini. 11.Masku tercinta Agustinus Dimas Riyanto Nugroho yang telah menemaniku dan

berbagi suka dan duka bersama hidup merantau di Yogya.

12.Bude Sudi (Alm), Om Dadang, Usi (Alm), Devi, Shifa atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini, juga buat kebersamaan kita berbagi suka dan duka di Gamping.

13.Keluarga besar Simbah Sastro Winoto (Alm) yang telah memberikan semangat dan doanya.

14.Keluarga besar Simbah Mangun Diharjo (Alm) yang telah memberikan semangat dan doanya.

15.Keluarga besar TK STRADA DEWI SARTIKA III Tangerang. 16.Keluarga besar SD STRADA SLAMET RIYADI I Tangerang. 17.Keluarga besar SMP STRADA SLAMET RIYADI Tangerang. 18.Keluarga besar SMU STELLA DUCE II Yogyakarta.

19.Mba Yo, Mba Diah, Mba Novi, Mba Rini, Kakid, Mba Ade, Mba Ana, Mba Ewik, Mba Vita, Yuppy (alumnus Buntu II / 12) dan Mba Indah, Yuli, Stasya, There, Siska, Ceha, Mas Bambang, Mas Rumpun, Mas Ari, Mas Har, Mas Kris, Mas Lala, Mas Nico, Brekele, Doni atas doa, dukungan dan kebersamaan kita di Buntu II / 12. Tidak lupa Bapak kos (Alm) dan Ibu Suwarno terimakasih ya atas tempat ku berteduh.

(12)

21.Tyas, Dwi, Rossyta, Sigit, Edo, Erick, Robert nuwun yo atas masa-masa nakal kita waktu SMA…..smua itu membuat eby berproses e………

22.Mas Patrick, Mas Arko atas doa dan semangatnya, juga kesediaannya meminjamkan buku, berbagi ilmu dan mengajakku maen menghilangkan jenuh dalam penyelesaian skripsi ini.. Mas Totok, Mas Seto atas doa dan dukungannya..

23.Antonius Trisunu, Mba Wiwid, Mba Tia, Mba Shinta, Mas Pius buat ilmu-ilmu yang diberikan guna penyelesaian skripsi ini….

24.Festi, Flicka, Yessy, Siska, Angel, Vera kapan nich kita kumpul2 lagi truz kepantai & Dufan lagi dech….

25.Sayangku Kelik makasih ya atas kasih sayang, pengertian and dah menjadi warna dalam perjalananku ini…

26.Semua saja yang sudah dan pernah menjadi lika-liku dalam suka duka perjalananku…

27.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang turut membantu berbagi suka dan duka hingga penyusunan skripsi ini bisa berjalan dengan baik dan lancar.

Yogyakarta, 2 Februari 2007
(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii

HALAMAN PENGESAHAN………...iii

MOTTO………..iv

PERSEMBAHAN………..v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………vi

ABSTRAK………..vii

ABSTRACT………...viii

KATA PENGANTAR………...ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL………...xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah………7

E. Tujuan Penelitian ... 7

(14)

BAB II LANDASAN TEORI... 9

A. Kajian Teoretik ... 9

1. Perilaku Inovatif... 9

a. Pengertian inovasi ... 9

b. Proses Inovasi ... 11

c. Jenis inovasi ... 11

d. Sumber inovasi...12

e. Pengertian Perilaku Inovatif………13

f. Tahap Perilaku Inovatif………...13

g. Perilaku Inovatif (adapsi-inovasi) ... 14

2. Locus of Control... 15

a. Pengertian Locus of Control... 15

b. Aspek-Aspek Locus of Control... 16

c. Ciri-ciri Individu Berdasarkan Perbedaan Orientasi Locus of Control... 17

d. Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Perkembangan Locus of Control... 19

e. Faktor-Faktor yang Dapat Merubah Locus of Control... 20

f. Aspek-Aspek Kehidupan yang Dipengaruhi Oleh Locus of Control………..22

3. Jenis Pendidikan………...25

(15)

B. Kajian Hasil Penelitian yang Terdahulu ... 28

C. Rasionalitas Penelitian ... 30

D. Hipotesis Penelitian... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 33

D. Variabel Penelitian dan Skala Pengukurannya ... 34

1. Variabel Penelitian ... 34

2. Skala Pengukuran... 35

E. Teknik Pengumpulan Data... 39

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39

G. Teknik Analisis Data... 44

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...48

A. Deskripsi Data………...48

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data………...56

C. Pengujian Hipotesis……….58

(16)

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN

DAN SARAN………66

A. Kesimpulan………..66

B. Keterbatasan Penelitian………66

C. Saran……….67

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Dimensi dan Indikator Perilaku Inovatif………...14 Tabel 2 : Dimensi dan indikator Locus of Control ………..25 Tabel 3 : Dimensi, Indikator dan No Item Pertanyaan Perilaku Inovatif……….35 Tabel 4 : Dimensi, Indikator dan No Item Pertanyaan Locus of Control……….37 Tabel 5 : Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Inovatif…………..41 Tabel 6 : Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Locus of Control…………..42 Tabel 7 : Tingkat keandalan Variabel Penelitian………..43 Tabel 8 : Rangkuman hasil Uji Reliabilitas………..44 Tabel 9 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Perilaku Inovatif

Responden yang Jenis Pendidikannya SMK………49 Tabel 10: Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Perilaku Inovatif

Responden yang Jenis Pendidikannya SMU………50 Tabel 11 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Perilaku Inovatif

Responden yang Berpengalaman Wirausaha………..51 Tabel 12 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Perilaku Inovatif

Responden yang Tidak Berpengalaman Wirausaha………52 Tabel 13 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Locus of Control

Responden yang Jenis Pendidikannya SMK ………..53 Tabel 14 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Locus of Control

Responden yang Jenis Pendidikannya SMU ………..54 Tabel 15 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Locus of Control

Responden yang Berpengalaman Wirausaha ……….55 Tabel 16 : Deskripsi kecenderungan Jawaban Variabel Locus of Control

Responden yang tidak Berpengalaman Wirausaha ………56 Tabel 17 : Rangkuman Hasil Uji Normalitas………57 Tabel 18 : Rangkuman Hasil Uji Linieritas………..58 Tabel 19 : Hasil korelasi Antara Variabel Locus of Control X Variabel

Dummy dengan Variabel Perilaku Inovatif……….60 Tabel 20 : Rangkuman Hasil Pengujian Regresi Jenis Pendidikan dan

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Uji Validitas dan Reliabilitas………..71

Lampiran II : Uji Normalitas dan Linearitas………....77

Lampiran III : Analisis deskriptif dan perhitungan Kecenderungan Jawaban Variabel (PAP II)………79

Lampiran IV : Uji Hipotesis Penelitian………...86

Lampiran V : - Surat Ijin Penelitian……….96

- Kuisioner Penelitian………97

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagian besar keberhasilan usaha, khususnya usaha kecil sangat

ditentukan oleh faktor wirausaha. Kepribadian wirausaha merupakan faktor

utama, menyusul sesudahnya kemampuan, teknologi, dan demografi. Faktor

kepribadian wirausaha di sini tidak lain adalah sifat-sifat wirausaha. Menurut

Sukardi (Prihatin, 2003:53) sembilan sifat yang ada pada wirausaha: sifat

instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat kerja keras, sifat

keyakinan diri (locus of control), sifat pengambilan resiko yang diperhitungkan,

sifat swa-kendali, sifat inovatif, dan sifat mandiri. Faktor kemampuan dalam

wirausaha berarti kemampuan berkreativitas yang akan menghasilkan sebuah

perilaku inovatif untuk keberlangsungan sebuah usaha. Faktor teknologi yang

diperlukan dalam wirausaha sangat didukung oleh adanya sebuah perilaku

inovatif, dengan adanya perilaku inovatif seseorang mampu memikirkan dan

menemukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keberlangsungan usahanya.

Faktor demografi dari wirausaha, yaitu usia, pengalaman, dan pendidikan

merupakan faktor-faktor yang melekat pada diri wirausaha.

Di lingkungan kampus USD, banyak dijumpai mahasiswa yang sudah

mengenal wirausaha bahkan terjun langsung dalam wirausaha dengan

berwirausaha, walaupun masih tergolong dalam usaha kecil, baik yang dijalani

(20)

seseorang atau lebih untuk menjalankan usaha kecilnya. Hal tersebut bisa saja

terjadi pada mahasiswa, karena mereka memang sudah mengenal wirausaha sejak

dini (di lingkungan keluarganya) atau dalam pendidikan formal, pada tingkat

SMK dan Perguruan Tinggi.

Pengetahuan tentang wirausaha selain diperoleh di pendidikan formal

SMK juga instusi Universitas dalam mata kuliah kewirausahaan yang diperoleh

di bangku kuliah, yang mencoba membimbing mahasiswa untuk praktek

berwirausaha. Ada beberapa program studi di USD yang memberikan

kewirausahaan, diantaranya program studi Pendidikan Akuntansi; program studi

Sastra Indonesia. Beberapa program studi menawarkan mata kuliah

kewirausahaan karena kewirausahaan dapat dijadikan sebagai salah satu wahana

untuk mensukseskan tujuan pendidikan nasional (Hari, 2005;1)

Mata kuliah kewirausahaan selain memperkenalkan tentang berwirausaha

juga memberikan pengetahuan tentang cara-cara berwirausaha yang baik dan

benar. Di sanalah mahasiswa diajak untuk dapat berperilaku inovatif, tidak lain

untuk menghadapi problema kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan

berwirausaha kelak yang mungkin akan dijalani oleh mahasiswa.

Wirausaha yang inovatif ternyata memang sangat diperlukan untuk

mencapai sebuah wirausaha yang berhasil, hal tersebut bisa dilihat dari

faktor-faktor yang ada dalam wirausaha. Pada faktor-faktor kepribadian wirausaha terdapat

sifat keyakinan diri (locus of control) yang berhubungan dengan sifat inovatif.

Dengan adanya keyakinan diri yang optimis maka akan menumbuhkan sifat

(21)

keberhasilan dalam berwirausaha. Faktor kemampuan dalam berwirausaha juga

menekankan pada kemampuan berkreativitas yang akan menghasilkan sebuah

perilaku inovatif seseorang, yang dinilai sangat membantu dalam

keberlangsungan sebuah wirausaha. Pada faktor teknologi, perilaku inovatif juga

sangat dibutuhkan untuk dapat menghasilkan pemikiran segala sesuatu termasuk

teknik-teknik dan teknologi apa yang diperlukan untuk keberlangsungan

wirausaha. Pengalaman dan pendidikan merupakan salah satu faktor wirausaha,

yaitu faktor demografi. Dengan adanya pengalaman dan pendidikan tentang

wirausaha, otomatis seseorang sudah mengenali dasar berwirausaha dan tentunya

akan menimbulkan sebuah perilaku inovatif yang sangat berperan dalam

wirausaha

Seseorang bisa dibilang memiliki perilaku inovatif, yaitu seseorang yang

mau dan bisa mencari tahu tentang teknologi baru, proses, teknik, ide-ide baru.

Seseorang yang menghasilkan ide-ide kreatif. Seseorang yang mau serta bisa

memajukan dan memperjuangkan ide-ide ke orang lain. Seseorang yang meneliti

dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan ide-ide baru.

Seseorang yang mengembangkan rencana dan jadwal yang matang untuk

mewujudkan ide baru tersebut.

Praktek berwirausaha yang terdapat pada mata kuliah kewirausahaan,

mengajak mahasiswa secara berkelompok untuk berwirausaha selama kurang

lebih satu bulan. Jenis wirausaha yang dilaksanakan tergantung pada keputusan

kelompok, kemudian masing-masing kelompok berlomba-lomba untuk

(22)

kelompok dalam praktek berwirausaha. Ada mahasiswa yang berinovasi

mengembangkan produk yang ada dengan menambahkan nilai guna produk

tersebut. Dengan keyakinan diri (locus of control) dan kreativitas masing-masing

mahasiswa, juga dengan sebuah kerjasama kelompok maka akan tampak perilaku

inovatif mahasiswa.

Locus of control merupakan keyakinan individu tentang faktor-faktor

yang mengatur kejadian-kejadian dalam hidupnya, yang dapat dikontrol (locus of

control internal) dan yang di luar kontrol dirinya (locus of control eksternal),

serta sejauh mana orang tersebut merasakan adanya hubungan antara

usaha-usaha yang telah dilakukannya dengan akibat-akibatnya. Perbedaan locus of

control antara mahasiswa sangat berpengaruh terhadap suatu keputusan atau

tindakan yang akan diambil dalam memecahkan sebuah masalah. Mahasiswa

yang memiliki locus of control internal yang lebih besar daripada locus of

control eksternal diduga akan memiliki sebuah keyakinan yang akan lebih

terarah, karena dengan adanya locus of control internal yang besar maka

seseorang akan dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa segala sesuatu yang

terjadi bisa dan akan terselesaikan sendiri tanpa tekanan dari orang lain, sehingga

menimbulkan suatu sikap yang optimis dan percaya diri yang cukup.

Jenis pendidikan SMK atau SMU diduga memiliki pengaruh terhadap

perilaku inovatif mahasiswa, dimana mahasiswa yang berasal dari SMK sudah

mengenal wirausaha dari mata pelajaran kewirausahaan sedangkan mahasiswa

berasal dari SMU belum mengenal wirausaha, karena mahasiswa yang berasal

(23)

pada jenis pendidikan yang berasal dari SMK, derajat hubungan locus of control

dengan perilaku mahasiswa akan lebih tinggi dibandingkan pada jenis pendidikan

yang berasal dari SMU.

Sudah atau belum pernahnya pengalaman yang diperoleh mahasiswa

dalam berusaha baik yang didapat dalam keluarga, masyarakat maupun usaha

kecil yang pernah dijalaninya dapat mempengaruhi hubungan antara locus of

control dengan perilaku inovatif. Mahasiswa yang sudah pernah mengalami

pengalaman berwirausaha, derajat hubungan locus of control dengan perilaku

inovatif mahasiswa akan lebih tinggi dibandingkan pada mahasiswa yang belum

pernah mendapat pengalaman berwirausaha. Hal tersebut terjadi karena pada

mahasiswa yang pernah memperoleh pengalaman berwirausaha, mereka sudah

mengetahui dan merasakan berwirausaha yang akan mempengaruhi locus of

control mereka kearah internal dan otomatis juga akan berhubungan terhadap

perilaku inovatif.

Perilaku inovatif, locus of control, jenis pendidikan, dan pengalaman merupakan faktor yang diperlukan dalam dunia wirausaha. Dengan melihat hal tersebut penulis mengambil judul penelitian tentang “Pengaruh jenis Pendidikan dan Pengalaman Berwirausaha Terhadap Hubungan Antara

Locus of Control Dengan Perilaku Inovatif”.

B. Identifikasi Masalah

Mahasiswa PAK Sanata Dharma yang sudah memperoleh mata kuliah

kewirausahaan diduga memiliki perilaku inovatif yang tinggi, karena mereka

(24)

diduga berhubungan dengan perilaku inovatif pada mahasiswa PAK, yaitu faktor

umur, jenis pendidikan, pengalaman berwirausaha, sifat keyakinan diri (locus of

control), organisasi pembelajaran dan iklim inovasi. Faktor-faktor di atas yang

sekiranya dominan berhubungan dengan perilaku inovatif mahasiswa PAK, yaitu

faktor jenis pendidikan, faktor pengalaman berwirausaha, dan sifat keyakinan diri

(locus of control). Faktor umur menurut penulis tidak dominan berhubungan

dengan perilaku inovatif mahasiswa PAK karena umur pada populasi mahasiswa

PAK yang akan diambil dalam penelitian ini tergolong sama atau tidak jauh

berbeda. Menurut penulis faktor organisasi pembelajaran sudah menjadi bagian

dari pengalaman berwirausaha, begitu juga pada faktor iklim inovasi terdapat

pada faktor pengalaman berwirausaha.

C. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang berhubungan dengan perilaku inovatif

mahasiswa PAK, antara lain jenis pendidikan, pengalaman berwirausaha, sifat

keyakinan diri (locus of control). Melihat luasnya ruang lingkup serta adanya

keterbatasan kemampuan penulis, maka penelitian ini memfokuskan pada jenis

pendidikan, pengalaman berwirausaha, sifat keyakinan diri (locus of control).

Penelitian ini ingin menyelidiki apakah pada jenis pendidikan yang berbeda dan

pengalaman berwirausaha yang berbeda, derajat hubungan antara locus of control

(25)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, penulis mengajukan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh jenis pendidikan terhadap hubungan antara locus of

control dengan perilaku inovatif mahasiswa?

2. Apakah ada pengaruh pengalaman berwirausaha terhadap hubungan antara

locus ofcontrol dengan perilaku inovatif mahasiswa?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis pendidikan terhadap hubungan

antara locus of control dengan perilaku inovatif mahasiswa.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pengalaman berwirausaha terhadap

hubungan antara locus of control dengan perilaku inovatif mahasiswa.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat menjadi bahan

perbandingan antara teori dan kenyataannya serta menambah pemahaman

tentang kepribadian dan kewirausahaan.

2. Bagi Universitas

Diharapkan dapat menambah kepustakaan dan menjadi pengantar bagi

penelitian berikutnya serta dapat lebih mempertimbangkan; menambah;

(26)

pengetahuan dan keterampilan mahasiswanya yang tidak hanya perpatokan

pada jenis studi yang diambil oleh mahasiswanya.

3. Bagi Mahasiswa

Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya menambah ilmu

pengetahuan dan pengalaman dari berbagai sudut, tidak hanya berpatokan

pada satu ilmu yang berhubungan dengan cita-citanya yang mungkin pada

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teoretik

1. Perilaku Inovatif

a. Pengertian Inovasi

Banyak orang beranggapan bahwa “kreativitas” sinonim dengan

“inovasi” (Rosenfeld dan Servo dalam Mutis, 1995:8). Sesungguhnya

keduanya berbeda, dimana kreativitas merujuk kepada pembentukan

ide-ide baru sedangkan inovasi untuk menghasilkan uang dengan

menggunakan ide-ide baru tersebut. Kreativitas adalah titik permulaan

bagi setiap inovasi. Inovasi adalah kerja keras yang mengikuti

pembentukan ide dan biasanya melibatkan usaha banyak orang dengan

keahlian yang bervariasi tetapi saling melengkapi. Tantangan yang

dihadapi adalah mengubah ide-ide kreatif menjadi produk nyata atau

proses yang akan meningkatkan pelayanan kepada konsumen, menekan

biaya dan atau menghasilkan pendapatan bagi suatu organisasi. Secara

sederhana menurut (Henry dan Walker dalam Mutis, 1995;8) dapat dilihat

bahwa:

Inovasi = Konsepsi + Penemuan + Pemanfaatan

Di dalam konteks ini, kata “konsepsi” merujuk kepada sebuah ide

baru: kata “penemuan” mengacu kepada ide baru yang diubah menjadi

(28)

keuntungan yang dihasilkan dari penemuan. Konsepsi, penemuan, dan

pemanfaatan adalah elemen-elemen yang ada dalam inovasi. Tantangan

yang dihadapi organisasi-organisasi besar adalah mengurangi waktu yang

diperlukan dari ketiga tahapan tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan cara

mengeluarkan potensi kreatif dari setiap individu secara bijaksana dan

memacu mereka untuk berkontribusi bagi pencapaian tujuan perusahaan.

Inovasi hampir selalu melibatkan pertarungan antara banyak orang dan

dibutuhkan stamina serta kepercayaan diri yang tinggi untuk dapat

menjadi pemenang.

Para pembuat perubahan tidak harus selalu berarti orang-orang

yang lebih kreatif dibandingkan dengan orang lain. Tetapi, mereka

bersedia untuk bergerak melewati batas-batas kebijakan yang ada dalam

upayanya untuk mendekati persoalan dari sudut pandang yang berbeda.

Proporsi yang besar dari inovasi-inovasi penting yang diciptakan oleh

orang-orang yang melangkah keluar dari kategori konvensional atau

asumsi tradisional. Sering kali mereka bukanlah seorang ahli ataupun

spesialis. Mereka hanyalah para pelintas batas atau generalitas yang

bergerak antar sektor agar dapat menemukan peluang untuk melakukan

perubahan.

Kanter (Mutis, 1995:8) juga mengatakan bahwa seorang

entrepreneur adalah orang yang memacu pemikiran kaleidoskop dimulai

dengan pengalaman yang tidak terasosiasi dengan bidang atau

(29)

pandang yang lebih luas adalah dasar umum bagi setiap inovasi.

Organisasi yang berupaya mencari inovasi harus membiarkan

orang-orangnya bergerak keluar dari batas-batas ortodoks, untuk memadukan

dan untuk menggoncang atau mengubah asumsi.

b. Proses Inovasi

Inovasi merupakan hasil pencarian suatu kesempatan yang

dilakukan dengan sepenuh hati. Proses ini dimulai dengan analisis sumber

daya kesempatan yang menjadi objek. Menurut Drucker (Machfoedz,

2004:24) mengatakan bahwa inovasi bersifat konseptual dan perceptual,

dapat dipahami dan dilihat. Inovator harus melihat, bertanya dan

mendengar orang lain dalam mencari inovasi. Mereka berfikir keras

dengan segenap kemampuan otaknya. Mereka melakukan perhitungan

dengan cermat dan mendengarkan pendapat orang lain, serta

memperhatikan potensi pengguna inovasi yang dicarinya untuk

memenuhi harapan, nilai, dan kebutuhan.

c. Jenis Inovasi

Inovasi menurut (Machfoeadz, 2004:24) terdiri dari empat jenis,

penemuan, pengembangan, duplikasi, dan sintesis.

a. Penemuan adalah kreasi dari suatu produk, jasa atau proses baru

yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

b. Pengembangan adalah suatu produk, jasa, atau proses yang sudah

ada. Konsep seperti ini menjadikan aplikasi ide yang telah ada

(30)

c. Duplikasi adalah peniruan suatu produk, jasa, atau proses

yang telah ada. Meskipun demikian, upaya duplikasi bukan semata

meniru melainkan menambah sentuhan kreatif untuk memperbaiki

konsep agar lebih mampu memenangkan persaingan.

d. Sintesis adalah perpaduan konsep dan faktor-faktor yang sudah ada

menjadi formulasi yang baru. Proses ini meliputi pengambilan

sejumlah ide atau produk yang sudah ditemukan dan dibentuk

sehingga menjadi produk yang dapat diaplikasikan dengan cara baru.

d. Sumber Inovasi

Inovasi bagi wirausahawan lebih bersifat untuk lebih

memanfaatkan perubahan daripada menciptakannya. Mencari inovasi

dengan memanfaatkan perubahan pada penemuan yang menyebabkan

terjadinya perubahan. Ide inovatif dapat bersumber pada kreativitas

eksternal dan kreativitas internal.

Kreativitas eksternal dapat dirangsang dengan memanfaatkan

secara sistematis rasa keingintahuaan tentang perkembangan, ide, dan

kekuatan baru yang sedang berlangsung di sekitar seseorang. Dengan

melakukan hal ini, seseorang membangun sumber informasi tentang

berbagai hal tentang fakta kesan, citra dan berbagai ide. Dengan demikian

seseorang dapat memperoleh ide yang dapat diraih dan dimanfaatkan.

Kreativitas internal muncul secara tiba-tiba ketika seseorang

sedang sibuk dengan kreativitas eksternal. Dalam upaya ini mengunakan

(31)

belajar. Orang akan segera mengetahui cara baru untuk memadukan

ide-ide dari berbagai bidang yang berbeda untuk meningkatkan produk atau

jasa yang ada. Kadang-kadang ide seperti ini muncul secara tiba-tiba

dalam pikiran pada saat yang tidak terduga (Machfoeadz, 2004:25).

e. Pengertian Perilaku Inovatif

Seseorang dikatakan mempunyai perilaku inovatif,

(http://www.anomania.com) bila orang tersebut berbuat atau melakukan:

1) mencari tahu teknologi baru, proses, teknik, ide-ide baru;

2) menghasilkan ide-ide kreatif;

3) memajukan dan memperjuangkan ide-ide ke orang lain;

4) meneliti dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk

mewujudkan ide-ide baru;

5) mengembangkan rencana dan jadwal yang matang untuk

mewujudkan ide-ide baru tersebut.

f. Tahap Perilaku Inovatif

Tahap 1 (satu) perilaku inovasi dimulai dari pengenalan masalah

dan penghimpunan ide atau solusi, dapat berupa sesuatu yang baru atau

merupakan adaptasi dari situasi yang lain. Tahap 2 (dua), berusaha

mencari dukungan untuk ide tersebut dan mencoba membangun

kerjasama antar pendukung ide. Tahap 3 (tiga), menyelesaikan ide

tersebut dengan membuat modul atau prototipe inovasi dalam wujud

nyata yang dapat dirasakan atau disentuh dan mengubahnya ke arah

(32)

(http://www.anomania.com).

g. Perilaku Inovatif (adaptor-inovator)

Perilaku inovatif wirausaha teori adapsi-inovasi menurut Kirton

(Prihatin, 2003:47) setiap orang ditempatkan pada suatu kontinuum yang

mulai dengan kemampuan untuk “melakukan sesuatu dengan lebih baik”

ke kemampuan untuk “melakukan sesuatu secara berbeda”. Ujung awal

dan akhir dari kontinum ini dinamakan adaptif dan inovatif.

Adapsi-inovasi adalah suatu dimensi dasar dari kepribadian yang relevan untuk

analisis perubahan organisasi. Ada orang yang berkarakteristik dasarnya

beradaptasi disebut adaptor, ada pula orang yang karakternya inovatif

disebut inovator.

Berdasarkan tori-teori diatas, penulis merangkumnya kedalam

kelompok dimensi dan indikator untuk dijadikan pertanyaan yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Dimensi dan indikator perilaku inovatif :

Tabel 1

Dimensi dan Indikator Perilaku Inovatif

No Dimensi Indikator

1

2

3

Penemuan

Pengembangan

Sintesis

Mencari tahu teknologi baru, proses, teknik, ide-ide baru dan menghasilkan ide- ide kreatif.

Memajukan ide dan memperjuangkan ide- ide ke orang lain

(33)

2. Locus of Control

a. Pengertian Locus of Control

Locus of control adalahsuatu konsep yang memberikan gambaran

tentang keyakinan seseorang mengenai sumber penentu pribadinya.

Locus of contol dibedakan menjadi dua yaitu locus of control internal dan

locus of control eksternal. Individu yang memiliki locus of control

internal memiliki keyakinan bahwa apa yang terjadi pada dirinya adalah

karena pengaruh dari dirinya sendiri, keberhasilan dan kegagalan

dipandang sebagai akibat perilakunya. Sedangkan individu yang

mempunyai locus of control eksternal cenderung memiliki keyakinan

bahwa faktor-faktor di luar dirinya mempengaruhi perilakunya.

Keberhasilan dan kegagalan dalam hidupnya dipandang sebagai nasib,

faktor keberuntungan, kesempatan karena kekuasaan orang lain atau

karena kondisi-kondisi yang tidak dapat dikuasainya

(http://www.wilderdom.com).

Rotter (Pujiwati, 2004:30) juga mendefinisikan locus of control

berdasarkan teori belajar sosial, yang mengunakan (3) tiga aspek utama

yaitu behavior potential (perilaku potensial), ekspectancy (harapan), dan

reinforcement value (nilai penguat), ketiga aspek tersebut berhubungan

satu sama lain. Hal ini dijelaskan oleh McMillan sebagai berikut, perilaku

individu tergantung pada harapan-harapan dimana suatu tingkah laku

tertentu akan memberikan penguatan, dan nilai penguatan tersebut akan

(34)

memperoleh penguatan yang diharapkan, maka ia cenderung menyakini

bahwa penguatan tersebut akan diperoleh bukan dari dirinya sendiri.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa locus of control adalah anggapan

seseorang sejauh mana orang tersebut merasakan adanya hubungan antara

usaha-usaha yang telah dilakukan dengan akibatnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa locus of control

merupakan keyakinan individu tentang faktor-faktor yang mengatur

kejadian-kejadian dalam hidupnya, yang dapat dikontrol (locus of control

internal) dan yang di luar kontrol dirinya (locus of control eksternal),

serta sejauh mana orang tersebut merasakan adanya hubungan antara

usaha-usaha yang telah dilakukannya dengan akibat-akibatnya Rotter

(Pujiwati, 2004:32).

b. Aspek-aspek Locus of Control

Levenson (Azwar, 2003:137) menguraikan locus of control ke

dalam 3 faktor, yaitu:

a. Faktor Internal yaitu keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian

dalam hidupnya ditentukan terutama oleh kemampuan dirinya sendiri.

b. Faktor Powerful Others yaitu keyakinan seseorang bahwa

kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh orang lain yang

lebih berkuasa.

c. Faktor Chance yaitu keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian

dalam hidupnya ditentukan terutama oleh nasib, peluang, dan

(35)

c. Ciri-Ciri Individu Berdasarkan Perbedaan Orientasi Locus of

Control

Adanya perbedaan locus of control pada individu-individu,

Findley dan Cooper (Rosita, 2005:31) menyebutkan bahwa perbedaan

tersebut ternyata menimbulkan perbedaan sikap, sifat, dan lainnya. Dalam

hubungannya dengan orang lain, individu yang mempunyai

kecenderungan locus of control internal cenderung tidak mudah

terpengaruh, aktif, mempunyai rasa percaya diri, mempunyai motif

berprestasi yang tinggi, sedang individu dengan kecenderungan locus of

control eksternal cenderung menarik diri, penyesuaian diri kurang baik,

dan konformis terhadap otoritas, Engler (Rosita, 2005:31).

Lefcourt (Rosita, 2005:31) Menyatakan bahwa individu dengan

kecenderungan locus of control internal kurang konformis, hal ini

dikarenakan rasa percaya diri yang dimilikinya dan dapat melakukan

kontrol dengan kemampuannya sendiri, mangandalkan kemampuan dan

keterampilan diri serta usaha-usaha yang dilakukan. Solomon dan

Oberlander (Pujiwati, 2004:34) menyatakan bahwa individu dengan

kecenderungan locus of control internal cenderung lebih giat, rajin, ulet,

mandiri, dan mempunyai daya tahan yang baik terhadap pengaruh sosial,

dan bertanggung jawab atas kegagalannya.

Individu dengan kecenderungan locus of control eksternal

cenderung conform terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, memiliki

(36)

juga cenderung menunjukkan sikap menyerah, merasa tidak berdaya, dan

memiliki kecemasan yang tinggi daripada individu yang mempunyai

kecenderungan locus of control internal. Penelitian Doberty dan Ryder

(Pujiwati, 2004:34) menemukan bahwa individu yang memiliki

kecenderungan locus of control internal mempunyai keyakinan yang

besar untuk memperoleh keberhasilan, assertif, mempunyai usaha untuk

maju dan mampu menggunakan keterampilan sosial untuk mempengaruhi

lingkungan, sedangkan individu dengan kecenderungan locus of control

eksternal memiliki sifat pasif, tidak suka bersaing, cenderung dipengaruhi

lingkungan dan memiliki motivasi yang rendah untuk bersaing.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang

mempunyai kecenderungan locus of control internal mempunyai rasa

percaya diri akan kemampuannya untuk dapat mengendalikan

kehidupannya, mampu menghadapi kegagalan, mandiri, bertanggung

jawab. Orang yang memiliki kecenderungan locus of control eksternal

cenderung mudah menyerah, mempunyai kecemasan yang tinggi, merasa

tidak berdaya, rasa percaya diri yang rendah, dan mempunyai

(37)

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Locus of

Control

Phares (Rosita, 2005:32) sependapat bahwa ada 2 faktor

yang mempengaruhi individu dalam mengembangkan kecenderungan

terhadap locus of control tertentu :

1). Keluarga

Orang tua yang menunjukkan dukungan yang hangat, protektif, positif

dan membimbing, akan menghasilkan anak-anak yang

mengembangkan locus of control internal. Hal-hal tersebut

membangun kepercayaan diri, penghargaan diri, serta kemandirian

yang terkait erat dengan locus of control internal. Hal-hal yang juga

terkait dengan pengembangan locus of control internal adalah

konsistensi memberlakukan disiplin dan standar-standar oleh orang

tua. Seorang anak belajar mengembangkan locus of control internal,

dengan mengasosiasikan perilaku mereka dengan akibat-akibat yang

dapat mereka prediksikan.

2). Faktor Sosial-Ekonomi

Semakin rendah status sosial ekonomi individu, semakin eksternal

pula locus of control individu tersebut. Kelompok etnis dan minoritas

yang hanya memiliki sedikit akses pada kekuasaan dan pergerakan

sosial ekonomi juga cenderung memiliki locus of control eksternal,

Phares (Rosita, 2005:33). Telah umum diketahui bahwa individu

(38)

tinggi dalam dinamika sosial ekonomi masyarakat. Sebaliknya,

individu dengan status sosial ekonomi rendah relatif kurang memiliki

kekuasaan untuk melakukan hal serupa. Mereka sering tidak punya

banyak pilihan selain menerima apa yang telah disediakan oleh

sistem. Kekurangberdayaan serupa juga dialami oleh kelompok etnis

dan minoritas dengan sedikit akses pada pengerakan sosial ekonomi.

Pengalaman demikian jika berlangsung secara kontiyu akan

mendorong berkembangnya kepercayaan individu bahwa faktor-faktor

eksternal lebih berkuasa untuk mengendalikan hidupnya daripada

dirinya sendiri.

e. Faktor-faktor yang Dapat Merubah Locus of Control

Menurut Phares (Rosita, 2005:34), Locus of Control yang telah

dikembangkan oleh individu dapat berubah karena faktor-faktor sebagai

berikut.

1). Usia

Seiring anak berkembang, ia menjadi seorang manusia yang lebih

efektif, sehingga ia meningkatkan kepercayaan bahwa dirinya mampu

mengendalikan bermacam-macam hal dan kejadian dalam hidupnya.

Dengan kata lain, locus of control bergerak dari kecenderungan

eksternal ke arah internal sejalan dengan pertambahan usia.

2). Pengalaman akan suatu perubahan

Penelitian Kiehlbauch (Rosita, 2005:35) menemukan bahwa teman

(39)

relatif lebih eksternal daripada teman serumah yang telah lebih lama

bersama. Locus of control teman serumah yang akan berpisah juga

cenderung bergeser ke arah eksternal. Keadaan yang cenderung labil

dan tidak pasti selama masa-masa transisi mendorong locus of

control individu ke arah eksternal.

3). Generalitas dan stabilitas perubahan

Peristiwa-peristiwa yang membawa perubahan seperti perang, skandal

politik, bom nuklir dan eksperimen ternyata dapat berpengaruh pada

locus of control. Kecenderungan ke arah locus of control eksternal

meningkat sejalan dengan pengalaman perubahan peristiwa spesifik

dan insidental seperti kekecewaan pada keputusan-keputusan politik

pemerintah, menang lotere, dan eksperimen. Peristiwa-peristiwa

tersebut terjadi di luar prediksi dan rutinitas individu sehingga ia

merasa kehilangan kemampuan untuk menganalisa dan

mempersiapkan diri terhadap jalannya peristiwa-peristiwa dalam

hidup mereka.

4). Pelatihan dan pengalaman

Seperti halnya kapasitas-kapasitas kognitif lain, locus of control dapat

dilatih untuk didorong ke arah salah satu kecenderungan tertentu.

Locus of control dapat berubah karena pengalaman-pengalaman yang

meningkatkan kemandirian, tanggung jawab pribadi, dan kemampuan

(40)

5). Efek terapi

Psikoterapi berpengaruh secara positif dalam mengatasi

masalah-masalah individu. Tujuan ini meningkatkan kecenderungan individu

untuk lebih merasa bertanggung jawab dalam peristiwa-peristiwa

dalam hidupnya.

Pada dasarnya, faktor pengalaman akan suatu perubahan serta

generalitas dan stabilitas perubahan dapat dikelompokkan ke dalam faktor

pengalaman. Sementara itu, efek dari terapi dapat dikategorikan ke dalam

faktor pelatihan. Dengan demikian, faktor-faktor yang dapat mengubah

arah locus of control adalah faktor usia, pelatihan, dan pengalaman.

Untuk mendorong kecenderungan locus of control ke arah

internal, individu harus mengalami situasi di mana tindakan-tindakan

yang ia ambil menghasilkan konsekuensi seperti yang ia harapkan.

Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa pelatihan dan pengalaman

yang dapat mendorong locus of control individu ke arah internal adalah

pelatihan dan pengalaman yang memberikan reinforcement atas

tindakan-tindakan individu dan menanamkan kepercayaan pada diri individu

bahwa reinforcement tersebut adalah hasil dari tindakan-tindakan individu

sendiri.

f. Aspek-aspek Kehidupan yang Dipengaruhi oleh Locus of Control

Lefcourt (Pujiwati, 2004:36) melihat bahwa perbedaan

kecenderungan arah locus of control ternyata membawa akibat dalam

(41)

1). Sikap terhadap lingkungan

Individu dengan locus of control internal menganalisa situasi dengan

sikap yang lebih terarah dan waspada daripada individu dengan locus

of control eksternal. Individu dengan locus of control internal juga

lebih aktif dalam mencari, memperoleh, menggunakan, dan mengolah

informasi yang relevan dalam rangka memanipulasi dan

mengendalikan lingkungan. Di samping itu, individu yang

mempunyai locus of control internal lebih berorientasi pada posisi

dengan kekuasaan besar, sedangkan individu yang memiliki locus of

control eksternal lebih cenderung menyukai posisi dengan kekuasaan

kecil.

2). Pengaruh konformitas dan perubahan sikap

Beberapa penelitian Crowne (Pujiwati, 2004:37) menunjukkan bahwa

individu dengan kecenderungan internal lebih mampu bertahan

terhadap pengaruh dan tekanan lingkungan. Sebaliknya, individu

dengan kecenderungan eksternal lebih siap sedia untuk menerima

pengaruh, mengikuti lingkungan sosial dan menerima informasi dari

orang lain.

3). Perilaku menolong dan atribusi tanggung jawab

Individu dengan kecenderungan internal lebih sering menunjukkan

perilaku menolong daripada individu dengan kecenderungan

(42)

4). Pencapaian prestasi

Menurut Shaver (Pujiwati, 2004: 38) tingginya prestasi yang dicapai

oleh individu dengan locus of control internal merupakan hasil dari

kemampuannya untuk menunda menikmati penghargaan atas hasil

usahanya, serta mengurangi reaksi-reaksi negatif yang cenderung

muncul pada saat individu mengalami kegagalan.

5). Penyesuaian diri, kecemasan, dan psikopatologi

Individu dengan kecenderungan internal lebih mampu untuk

menyesuaikan diri daripada individu dengan kecenderungan eksternal.

Individu dengan locus of control internal lebih mengandalkan diri

sendiri, aktif, dan memiliki kecenderungan tinggi untuk berjuang,

Hal-hal tersebut menggiring pada keberhasilan dalam penyesuaian

diri. Kesederhanaan kepercayaan kendali yang ada dalam diri sendiri

juga mendorong individu dengan locus of control internal pada

penyesuaian diri dengan kecemasan. Di lain pihak, individu dengan

kecenderungan eksternal cenderung mengalami lebih kecemasan

daripada individu dengan kecemasan internal. Individu dengan locus

of control eksternal sering menerima secara pasrah ancaman-ancaman

dan informasi negatif tentang diri mereka.

Berdasarkan tori-teori diatas, penulis merangkumnya kedalam

kelompok dimensi dan indikator untuk dijadikan pertanyaan yang akan

(43)

Tabel 2

Dimensi dan Indikator Locus of Control

No Dimensi Indikator

1

2

3

Faktor Internal (I)

Faktor Powerful Others (P)

Faktor Chance (C)

Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh kemampuan dirinya sendiri.

Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh orang lain yang lebih berkuasa.

Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh nasib, peluang, dan keberuntungan.

2. Jenis Pendidikan

Pendidikan dan pengalaman dalam dunia wirausaha sangat

berarti karena pendidikan dan pengalaman merupakan salah-satu modal dasar

yang diperlukan untuk dapat memulai dan menjalankan sebuah usaha. Coba

Anda perhatikan, siapa-siapa yang memulai usaha baru di daerah Anda,

mereka pastilah orang yang pernah merantau atau minimal pernah belajar

atau magang pada usaha serupa (Wijandi, 1998:67).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:232), pendidikan

diartikan sebagai sebuah proses pengubahan tingkah laku seseorang atau

kelompok orang, dalam usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya

(44)

yang dikatakan oleh (Supriyatno, 2002:12), pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana dalam menciptakan suasana belajar agar peserta didik dapat

mengembangkan potensi dirinya secara aktif untuk memiliki kepribadian,

kecerdasan, sikap spiritual, keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara melalui kegiatan bimbingan, latihan dan atau

cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Menurut (Uyoh, 2003:55),

pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan

hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat.

Maksud pendidikan dalam penelitian ini adalah jenis pendidikan

formal yang pernah diperoleh mahasiswa PAK USD, yaitu apakah mahasiswa

berasal dari SMU atau dari SMK. Karena jenis pendidikan yang berbeda,

maka berbeda pula pendidikan yang diperoleh. Selain itu berbeda dengan

kurikulum SMU, pada SMK secara tegas mata pelajaran kewirausahaan

tercantum dalam kurikulum atau GBPP Tahun 1999 maupun dalam KBK,

mata pelajaran ini tergolong sebagai mata pelajaran adaptif, berupa bidang

keahlian. Meliputi mata pelajaran Bisnis dan Manajemen, Pekerjaan Sosial,

Tata Kecantikan, Tata Busana, dan Pariwisata.

Mata pelajaran kewirausahaan di SMK diberikan, mulai dari kelas

satu hingga kelas tiga, sebanyak 112 jam pelajaran. Untuk kelas satu mata

pelajaran kewirausahaan diberikan sebanyak 40 jam, kelas dua 40 jam, dan

kelas tiga diberikan sebanyak 32 jam pelajaran. Materi tersebut diajarkan

dalam bentuk topik-topik atau sub-sub topik, yaitu sebanyak 17 topik atau

(45)

Pada umumnya topik satu hingga topik 11 diberikan pada siswa kelas

satu dan dua. Sedang untuk topik 12 hingga 17 diberikan pada siswa kelas

tiga. Kalau dianalisis sebenarnya dari topik satu hingga topik 11 merupakan

karakter yang harus dimiliki oleh seorang calon wirausahawan, sehingga

materi tersebut di samping berupa aspek kognitif juga mengandung aspek

sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam berwirausaha. Jadi target

materi tersebut, diharapkan para siswa memiliki sikap kewirausahaan, atau

menjadi manusia wirausaha yang berhasil.

Berdasarkan bobot dan jenis materi yang diberikan, tampak jelas

bahwa di SMK materi kewirausahaan diberikan secara khusus, yang

merupakan bagian dari kurikulum untuk kelompok adaptif. Sementara di

SMU tidak tercantum materi kewirausahaan. Namun, sebenarnya unsur-unsur

dan dasar kewirausahaan secara implisit juga dibahas dalam materi ekonomi

(Hari, 2005:87).

Pada SMK mata pelajaran wirausaha diberikan secara tersendiri dan

spesifik, maka diyakini bahwa sikap kewirausahaan para mahasiswa yang

berasal dari SMK akan lebih cepat terbentuk dibandingkan mereka yang

berasal dari SMU. Sehingga penulis menduga bahwa perilaku inovatif pada

mahasiswa yang berasal dari SMK akan lebih besar daripada mahasiswa yang

(46)

4. Pengalaman Berwirausaha

Maksud pengalaman dalam penelitian disini berfokus pada

pengalaman wirausaha atau pengalaman berusaha sektor kecil, pengalaman

ini bisa saja diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan nonformal

yang diperoleh dalam kehidupan sehari-harinya. Dimana pengalaman

berusaha juga dapat diperoleh dari bimbingan sejak kecil yang diberikan oleh

orang tua yang yang memiliki sebuah usaha (Prihatin, 2003:37). Pengalaman

dalam berusaha juga dapat diperoleh bila seseorang terlibat secara langsung

dalam kegiatan-kegiatan usaha yang berasal dari orangtua yang berwirausaha.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa sekarang banyak mahasiswa yang

kuliah sekaligus dengan berusaha kecil-kecilan untuk menambah uang saku

mereka, contohnya berusaha dengan membuat assesoris wanita yang sedang

diminati kemudian menjualnya di kampus baik kepada mahasiswa lainnya.

Dan ada juga mahasiswa yang berwirausaha dengan menjualkan

barang-barang yang sedang mode tanpa mengubahnya menjadi suatu produk baru.

Dengan adanya pengalaman wirausaha, penulis menduga bahwa mahasiswa

yang sudah berpengalaman wirausaha akan memiliki perilaku inovatif yang

tinggi.

B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Brigita Pujiwati (2004), bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara locus of control internal dengan produktivitas kerja karyawan

(47)

ada 26 butir item yang gugur dan 54 butir yang sahih dengan koefisien reliabilitas

sebesar 0,9694 dan koefisien determinan (R2) sebesar 0.117 yang berarti bahwa

sumbangan variabel locus of control internal terhadap produktivitas kerja

karyawan sebesar 11.7 %. Data penelitian dengan mengunakan teknik korelasi

product moment pearson. Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa

sebaran data adalah normal dan linear. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh

adalah 0,342 pada taraf signifikansi 0,05 dengan probabilitas 0,015 (p<0,05). Hal

tersebut berarti hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan

positif antara locus of control internal dengan produktivitas kerja pada PT. astra

internasional Tbk-Honda di Yogyakarta dapat diterima.

Penelitian oleh Parwitasari (2005), bertujuan untuk menemukan

hubungan antara locus of control internal dengan motif berprestasi pada siswa

kelas III SMU Negri I Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Masalah yang dikaji dalam

penelitian ini adalah: apakah ada hubungan positif antara locus of control internal

dengan motif berprestasi pada siswa kelas III. Subjek dalam penelitian ini adalah

siswa-siswi kelas III IPA1, IPS2, Bahasa1 SMU Negri I Seyegan, Sleman

Yogyakarta tahun ajaran 2001/2002. Pengumpulan data dilakukan dengan

metode angket dengan menggunakan dua buah skala yaitu skala IPC Levenson

dan skala Mehrabian Measures of Achieving Tendency. Skala pertama

mempunyai reliabilitas 0,853 dan skala kedua mempunyai korfisien reliabilitas

0,915. Data yang dihasilkan berupa angka yang menunjukkan kecenderungan

arah locus of control dan kecendrungan arah motif berprestasi subjek penelitian.

(48)

pengolahan data menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,521 antara locus of

control internal dengan motif berprestasi subjek penelitian. Hal ini mengandung

arti bahwa ada hubungan positif antara locus of control internal dengan motif

berprestasi subjek penelitian. Koefisien determinasi diperoleh sebesar 0,271. Hal

ini menunjukkan locus of control membuka peluang bagi adanya motif

berprestasi sebesar 27,1%.

C. Rasionalitas Penelitian

1. Pengaruh jenis pendidikan terhadap hubungan antara locus of control

dengan perilaku inovatif mahasiswa

Locus of control merupakan keyakinan individu tentang

faktor-faktor yang mengatur kejadian-kejadian dalam hidupnya, yang dapat

dikontrol (locus of control internal) dan yang di luar kontrol dirinya (locus of

control eksternal). Perilaku inovatif sendiri adalah perilaku seseorang yang

mencari tahu teknologi baru, proses, teknik, ide baru; menghasilkan

ide-ide kreatif; memajukan dan memperjuangkan ide-ide-ide-ide ke orang lain; meneliti

dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan ide-ide

baru; mengembangkan rencana dan jadwal yang matang untuk mewujudkan

ide baru tersebut. Jenis pendidikan dalam penelitian ini adalah jenjang

pendidikan formal pada SMU dan SMK. Mahasiswa yang berasal dari SMK

sudah mengenal konsep wirausaha dari mata pelajaran kewirausahaan

sedangkan mahasiswa yang berasal dari SMU belum mengenal konsep

(49)

mahasiswa diduga kuat berbeda pada jenis pendidikan yang berbeda. Maka

model rasionalitas penelitian ini nampak pada gambar dibawah:

2. Pengaruh pengalaman wirausaha terhadap hubungan antara locus of

control dengan perilaku inovatif mahasiswa

Pengalaman berwirausaha yang diperoleh mahasiswa dalam berusaha,

baik yang didapat dalam keluarga, masyarakat maupun usaha kecil yang

pernah dijalaninya sendiri dapat mempengaruhi hubungan antara locus of

control dengan perilaku inovatif. Dengan adanya pengalaman berwirausaha,

keyakinan diri (locus of control) mahasiswa akan bertambah dan akan

mempengaruhi hubungannya dengan perilaku inovatif yang cenderung

inovator. Derajat hubungan locus of control dengan perilaku inovatif

mahasiswa diduga kuat berbeda pada pengalaman wirausaha yang berbeda.

Pada mahasiswa yang sudah pernah memperoleh pengalaman berwirausaha,

derajat hubungan locus of control dengan perilaku mahasiswa PAK akan

lebih tinggi dibandingkan pada mahasiswa yang belum pernah memperoleh

pengalaman berwirausaha. Maka model rasionalitas penelitian ini nampak

pada gambar dibawah:

Locus of Control Perilaku Inovatif

(50)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan pendapat kajian hasil penelitian terdahulu

maka penulis melihat bahwa:

1. Ada pengaruh jenis pendidikan terhadap hubungan antara locus of control

dengan perilaku inovatif mahasiswa.

2. Ada pengaruh pengalaman wirausaha terhadap hubungan antara locus of

control dengan perilaku inovatif mahasiswa.

Locus of Control Perilaku Inovatif

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat digolongkan sebagai studi kasus, yaitu penelitian tentang

perilaku inovatif mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

dilihat dari hubungannya dengan locus of control dengan adanya jenis pendidikan

dan pengalaman berwirausaha yang berbeda. Dengan demikian kesimpulan yang

diperoleh dari penelitian ini hanya terbatas pada subyek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian : Universitas Sanata Dharma Mrican

2. Waktu Penelitian : Bulan Oktober 2006

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2002 dan 2003

Universitas Sanata Dharma yang sudah menempuh mata kuliah

kewirausahaan.

2. Sampel

Mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2002 dan 2003

Universitas Sanata Dharma yang sudah menempuh mata kuliah

(52)

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini pengambilan sampel akan menggunakan teknik

sample bertujuan atau purposive sampling, yaitu cara pengambilan subjek

atas adanya tujuan tertentu.

D. Variabel Penelitian dan Skala Pengukurannya

1. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariatif atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian. Adapun pengelompokan variabel

dalam penelitian ini adalah:

a).Variabel Terikat

Variabel terikat adalah himpunan seluruh gejala yang memiliki

berbagai aspek atau unsur didalamnya yang berfungsi untuk

menyesuaikan diri dengan kondisi lain atau variabel bebas. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah perilaku inovatif.

b). Variabel Bebas

Variabel bebas adalah himpunan seluruh gejala yang memiliki

berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau

menentukan munculnya variabel lain yang disebut variabel terikat.

(53)

c). Variabel Moderator

Variabel moderating adalah variabel bebas yang akan menguatkan

atau melemahkan hubungan antara variabel bebas lainnya terhadap

variabel terikat. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah:

a. Jenis pendidikan

b. Pengalaman berwirausaha

2. Skala Pengukuran Variabel

a. Perilaku Inovatif

Tabel 3

Dimensi, Indikator dan No Item Pertanyaan Perilaku Inovatif

No Dimensi Indikator No item

1

2

3

Penemuan

Pengembangan

Sintesis

Mencari tahu teknologi baru, proses, teknik, ide-ide baru dan menghasilkan ide- ide kreatif. Memajukan ide dan

memperjuangkan ide- ide ke orang lain

Meneliti, menyediakan sumber daya yang diperlukan dan mengembangkan rencana atau jadwal yang matang untuk mewujudkan ide- ide baru tersebut.

1, 2, 6, 7,11,12 dan 16

3, 8, 13

4, 5, 9, 10, 14 dan 15

Untuk setiap pernyataan dalam skala diberi 4 kategori jawaban

yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak

(54)

meniadakan kategori jawaban tengah atau netral dengan maksud

menghindari adanya kecenderungan jawaban ketengah (central

tendency effect) dan untuk lebih melihat kecendrungan jawaban ke

arah sesuai atau tidak sesuai.Hadi (Rukmi, 2003:44). Penskoran skala

ini bergerak dari skor 4 sampai dengan skor 1 atau sebaliknya,seperti

berikut:

Skor pertanyaan Pertanyaan

Positif Negatif Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3 Sangat Tidak Setuju 1 4

b. Locus of Control

Variabel locus of control diungkap dalam sebuah alat ukur

yaitu skala IPC Levenson, yaitu skala yang mengukur kecenderungan

arah locus of control individu. Sebagai satu kesatuan skala IPC locus

of control berada diantara satu bentuk continum yang memiliki kutub

internal dan kutub eksternal, dimana terdiri dari 24 butir dengan

perincian masing-masing faktor terdiri dari 8 butir. Butir didalam

angket IPC Levenson bersifat positif dan negatif, dimana setiap

pernyataan mendukung obyek psikologis masing-masing faktor, yaitu

internal, powerfull others dan chance. Orientasi internal subyek

(55)

sebaliknya semakin rendah skor yang didapat subyek menunjukkan

kecenderungan locus of control eksternal.

Tabel 4

Dimensi, Indikator dan No Item Pertanyaan Locus of Control

No Dimensi Indikator No item

1 2 3 Faktor Internal (I) Faktor Powerful Others (P) Faktor Chance (C)

Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh kemampuan dirinya sendiri. Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh orang lain yang lebih berkuasa.

Keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh nasib, peluang, dan keberuntungan.

1, 4, 5, 9, 18, 19, 21, dan 23

3, 8, 11, 13, 15, 17, 20,

dan 22

2, 6, 7, 10, 12, 14, 16, dan 24

Pengukuran variabel locus of control didasarkan pada skala

Likert, yang disusun dengan metode penskalaan summated rating,

yaitu penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi

respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Untuk setiap

pernyataan dalam skala diberi 4 kategori jawaban yaitu: Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Penulis hanya memberikan 4 pilihan jawaban dan meniadakan

kategori jawaban tengah atau netral dengan maksud menghindari

(56)

untuk lebih melihat kecendrungan jawaban ke arah sesuai atau tidak

sesuai.Hadi (Rukmi, 2003:44). Penskoran skala ini bergerak dari skor

4 sampai dengan skor 1 atau sebaliknya,seperti berikut:

Skor pertanyaan Pertanyaan

Positif Negatif Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3 Sangat Tidak Setuju 1 4

c. Jenis Pendidikan

Pada variabel jenis pendidikan akan diukur berdasarkan jawaban

atas pertanyaan yang diberikan, jika mahasiswa menjawab SMU maka

diberi skor 0 sedangkan pada jawaban SMK maka diberi skor 1.

d. Pengalaman berwirausaha

Pada variabel pengalaman berwirausaha akan diukur

berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan, jika mahasiswa

menjawab belum pernah memperoleh pengalaman berwirausaha maka

diberi skor 0 sedangkan pada jawaban sudah pernah memperoleh

(57)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner, dimana teknik pengumpulan datanya dilakukan didasarkan atas respon

tertulis dari subjek terhadap sejumlah pernyataan atau pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang

pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Dalam kuesioner ini pertanyaan yang

diajukan oleh penulis bersifat tertutup yang artinya responden hanya memberikan

jawaban sesuai dengan pilihan yang diberikan dalam kuesioner tersebut.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

1. Validitas

Validitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana

ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsinya sebagai alat

ukur, dalam penelitian alat ukur tersebut berupa kuisioner. Nilai validitas

yang dicari menggunakan rumus koefisien korelasi product moment dari Karl

Pearson (Suharsimi Arikunto, 1998:162).

Rumus :

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− =

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N rxy

Dimana :

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y

(58)

Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian tersebut valid atau tidak,

maka ketentuannya sebagai berikut :

ƒ jika r hitung > r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen

penelitian dikatakan valid.

ƒ jika r hitung < r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen penelitian

dikatakan tidak valid.

Hasil uji validitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Uji Validitas Variabel Perilaku Inovatif

Indikator-indikator yang dikembangkan dari variabel perilaku

inovatif dijabarkan dalam 16 butir pertanyaan. Uji coba tersebut

dilakukan pada 30 responden di luar responden yang akan menjadi

subyek dalam penelitian sesungguhnya. Uji validitas dilakukan dengan

menggunakan rumus korelasi product moment. Pelaksanaan uji analisis

butir dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS dengan

kaidah yang dipergunakan adalah: “jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka

butir pertanyaan tersebut dikatakan valid tetapi jika r hitung lebih kecil dari

r tabel maka item tersebut dinyatakan tidak valid pada taraf signifikan 5 %.

Hasil pengujian validitas diatas semua butir pertanyaan dinyatakan valid

karena nilai koefisien korelasi bagian totalnya (r hitung) lebih dari 0,239.

Hasil pengujian validitas di atas menunjukkan semua butir pernyataan

dinyatakan valid karena nilai koefisen korelasi bagian totalnya (r hitung)

(59)

variabel perilaku inovatif terdapat pada lampiran I uji validitas dan

reliabilitas.

Tabel 5

Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Inovatif

No. Item

r hitung r tabel taraf signifikansi 5% Hasil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 .5903 .7275 .7388 .4315 .7097 .5495 .5340 .6588 .7936 .6236 .5930 .7231 .6717 .6805 .6702 .7918 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

b. Uji Validitas Variabel Locus of Control

Indikator-indikator yang dikembangkan dari variabel locus of control

dijabarkan dalam 24 butir pertanyaan. Uji coba tersebut dilakukan pada 30

responden di luar responden yang akan menjadi subyek dalam penelitian

sesungguhnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi

product moment. Pelaksanaan uji analisis buti

Gambar

Tabel 1  Dimensi dan Indikator Perilaku Inovatif
Dimensi dan Indikator Tabel 2 Locus of Control
 Tabel 3 Dimensi, Indikator dan No Item Pertanyaan Perilaku Inovatif
Tabel 4 Dimensi, Indikator dan No Item Pertanyaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemain yang memiliki strategi pasti menang pada permainan Divisible Div(

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, serta hidayah-Nya sehingga dengan segala keterbatasan yang ada, penulis dapat

Dari hasil yang diperoleh terhadap jumlah angka lempeng total masih memenuhi standar dari peraturan PERMENKES RI No1096/MENKES/PER/VI/2011 yang menyatakan bahwa angka kuman pada

Lingkungan merupakan hal yangmempengaruhi derajat kesehatan manusia sehingga pemerintah melalui Direktorat Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL)

Personal adjusment pada saat menghadapi masa pensiun : studi fenomenologi near phase terhadap dua orang pegawai negeri sipil lembaga permasyarakatan kelas IIA Banceuy

Hasil uji hipotesis regresi linier secara parsial menemukan bahwa variabel brand trust mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap customer loyalty Internet Service Provider Mobile

The aim of this study was to determine the genetic variation and relationship of 24 genotypes of Madura tobaccos with Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) analysis..

Hasil studi di lapangan menunjukkan bahwa pengolahan data, input data barang, input data transaksi, serta laporan pendapatan harian dan bulanan pada Toko Melati Agency masih