• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola pengelolaan usaha komunitas musik ``Indie`` : studi kasus Monophone Band, Apolli-10 Band, Captain OI Band, Flower Market Band, Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pola pengelolaan usaha komunitas musik ``Indie`` : studi kasus Monophone Band, Apolli-10 Band, Captain OI Band, Flower Market Band, Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK

“INDIE”

(Studi Kasus: Monophone Band, Apollo-10 Band, Captain OI Band, Flower Market Band, Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

DI SUSUN OLEH :

EDY SISWANTO NIM : 011324008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 27 Mei 2008 Penulis

(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Edi Siswanto

Nomor Mahasiswa : 011324008

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

Pola Pengelolaan Usaha Komunitas Musik “Indie”………. ……… ……… ………

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 27 Mei 2008

Yang menyatakan

(6)

vi

“… Rawe-rawe Rant as M alang-malang

Putung… ”

( Berjuanglah sampai titik darah terakhir demi cita-cita, Bung Tomo 1945)

Buah karya ini kupersembahkan untuk :

Bapa Jesus Kristus dan Bunda Maria

(7)

vii

ABSTRAK

POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”

(Studi Kasus: Monophone Band, Apollo-10 Band, Captain OI Band, Flower Market Band, Yogyakarta)

Edi Siswanto 011324008

Universitas Sanata Dharma 2008

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pola pengelolaan usaha yang dilakukan oleh komunitas musik indie, yaitu mencakup aspek produksi, pemasaran, keuangan, dan aspek personalia.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang dilaksanakan pada Monophone Band, Apollo-10 Band, Flower Market Band, dan Captain OI Band pada bulan September 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh grup band indie yang ada di Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 4 grup band, diambil menggunakan purposive sampling, yakni berdasarkan album musik rekaman yang sudah dimiliki. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan analisa data kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1. Pola pengelolaan produksi yang dilaksanakan hanya bersifat insidental, tanpa ada perencanaan yang lebih matang.

2. Pola pengelolaan pemasaran selain dominan melalui konser panggung (live performance) juga melalui berbagai media seperti surat kabar, internet, televisi dan radio lokal.

3. Pola pengelolaan keuangan yang dilaksanakan masih minimalis, yakni tidak dimilikinya modal tetap usaha maupun besarnya pendapatan yang akan diraih. Sehingga baik biaya maupun besaran dana yang dikeluarkan untuk kesejahteraan anggota memiliki besaran yang tidak pasti.

(8)

viii

ABSTRACT

THE PATTERN OF MANAGEMENT OF “INDIE” MUSIC COMMUNITY (A Case Study of: Monophone Band, Apollo-0 Band, Flower Market Band,

Captain OI Band, Yogyakarta)

Edi Siswanto 011324008

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

The research aims to describe the pattern of the management of indie music community, which includes four aspects like production, marketing, finances, and personnel.

The research is an Explorative Description research conducted at Monophone Band, Apollo-10 Band, Captain OI Band, and Flower Market Band in September 2007. The populations of this research were 4 group bands required by

purposive sampling, based on indicator like album music record. The techniques of data analysis were interview, observation, and documentation. Data analysis method used in this research was qualitative data analysis.

The result of this research shows that:

1. The pattern of production management which is done is just accidental, without well plan management.

2. The pattern of marketing, besides the dominant factor, namely life performance, done by some means of media like newspaper, internet, TV and local radio.

3. The pattern of financial management is very simple. There is no fixed capital and no good management in managing the future income so the cost of production and the wages of the personnel are not certain.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan atas kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul” Pola Pengelolaan Usaha Komunitas

Musik Indie” dengan baik.

Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis alami selama proses

penyusunan skripsi ini. Namun atas dukungan berbagai pihak penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan yang

baik ini penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Sosial, Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi Universitas

Sanata Dharma dan selaku dosen pembimbing I yang senantiasa dengan penuh

kerelaan, kesabaran dan ketekunan membimbing serta mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si., selaku Dosen pembimbing II yang

senantiasa dengan penuh kerelaan, kesabaran, dan ketekunan membimbing

serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Y.M. Vianey Mudayen, S.Pd yang telah memberikan masukan demi

(10)

x

5. Almarhum ayahandaku tercinta yang walaupun tidak sempat melihat

keberhasilanku dalam menyelesaikan studi, pada akhirnya aku mampu

meneruskan cita-cita untuk meraih gelar sarjana.

6. Ibuku tercinta yang kini menjanda tetap memberikan cinta, semangat dan

motivasi agar aku bisa tetap survive dalam meraih cita-citaku.

7. Kedua kakakku yang dengan penuh pengertian memberikan perhatian dan

pengorbanan baik materi ataupun psikologis dengan harapan agar aku pantang

menyerah.

8. Bapak Heri Antono selaku dosen Prodi Sastra Indonsia, Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma yang telah begitu besar memberikan dorongan dan

motivasi baik materiil dan spiritual. Terima kasih banyak pak,

mudah-mudahan saya bisa membalas budi baik bapak.

9. Nonikku sayang yang rela bersabar hati dan menungguku untuk cepat meraih

gelar sarjana, untuk akhirnya kembali bersamanya.

10.Teman-teman mahasiswa PDU 2001 atas kebersamaannya selama kuliah

11.Sumanto, Lojon, Joyo, Sigit, Setip, Ronald, Srie P, Hohok, Bruno, Dion,

Agnes, Elis dan yang mungkin terlupakan, terimakasih atas dukungan dan

semangatnya.

12.Penghuni tetap Tutul 23b, Pegy, Nonok, Putra, Dewok, Wahde, Komang, Ale,

Martin yang sudah memberikan banyak masukkan dalam penulisan skripsiku.

(11)

xi

13.Kawan-kawan BMC AAYKPN, Samuel, Lobor, Komet, Gondang, Komeng,

Penjol, Sekar, Tolok, Lindut, Vita, Ana Piglet, yang telah memberikan ruang

untuk berbagi suka dan duka bersama.

14.Kawan-kawan Tunas Patria APMD, Zeca, Suryo, Teddy, Erwin, Moli, Om

Doel, Waley, Koko, Fitri dan yang mungkin tidak tersebut, makasih atas

dukungan kalian selama ini.

15.Semua pihak yang tidak tercantum namanya disini, namun telah banyak

berjasa bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga

kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan

semua pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, Juni 2008

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... iv

PERSETUJUAN PUBLIKASI………... v

MOTO……….. vi

ABSTRAK ……….. vii

ABSTRACT ………. viii

KATA PENGANTAR………... ix

DAFTAR ISI... xii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar belakang Masalah………. ……... 1

B. Rumusan Masalah……….. ……... 6

C. Tujuan Penelitian………... 7

D. Manfaat Penelitian………. 7

BAB II LANDASAN TEORI….……….... 8

A. Globalisasi dan Budaya Pop………. 8

B. Perkembangan Industri Musik Nasional dan Internasional………. 14

C. Pasar Bebas dan Pasar Indie Label………... 17

D. Prinsip Dasar Pengelolaan Usaha……….. 18

BAB III METODE PENELITIAN………. 27

A. Jenis Penelitian………...27

B. Subjek dan Objek Penelitian………... 27

C. Sumber Data………. 28

(13)

xiii

E. Teknik Pengumpulan Data……… 29

F. Metode Analisis Data……… 30

G. Kisi-kisi Pedoman Wawancara……….. 33

BAB IV. GAMBARAN UMUM ………... 37

A. Sejarah Singkat Yogyakarta……….. 37

B. Letak Geografis……… 39

C. Kependudukan………... …….. 39

D. Perkembangan Musik Yogyakarta dari Major Label Sampai Indie Label……… 40

E. Profil Band Indie Yogyakarta………. 45

1. Flower Market Band………... 45

2. Monophone Band……….. 47

3. Apollo-10 Band………... 48

4. Captain OI band……… 50

BAB V. PEMBAHASAN………... 53

A. Komunitas Musik Indie Sebagai Perlawanan Anak Muda Terhadap Monopoli Pasar oleh Pihak Major Label ………. 53

B. Pola Pengelolaan Produksi Komunitas Musik Indie………. 58

C. Pola Pengelolaan Keuangan Komunitas Musik Indie………... 63

D. Pola Pengelolaan Pemasaran Komunitas Musik Indie ………. 73

E. Pola Pengelolaan Personalia Komunitas Musik Indie………... 78

BAB VI. PENUTUP………. 85

A. Kesimpulan……… 85

B. Saran ………. 90

DAFTAR PUSTAKA……….. xiv

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Pada masa Orde Baru masih berkibar kegiatan perekonomian di Negara

Indonesia seperti dibelenggu oleh sebuah pasungan yang menyebabkan

berbagai ketimpangan pasar. Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mengatur

perekonomian, tidak jarang selalu mengorbankan pasar-pasar kecil dengan

hanya beracuan pada keberadaan sebuah identitas pasar yang dinilai mampu

lebih banyak mendatangkan keuntungan. Bentuk-bentuk usaha yang bergerak

dalam sektor perkebunan ataupun pertanian dan lainnya yang pada mulanya

mendominasi, dengan segera tergeser oleh kehadiran bentuk-bentuk usaha

yang bersifat modern seperti industri migas, ekspor, impor, dan lain

sebagainya.

Dominasi bentuk-bentuk usaha yang lebih modern terhadap usaha-usaha

kecil dan menengah merupakan akibat dari kekalahan dalam proses pemasaran

yang cenderung dipengaruhi oleh modal. Kepemilikan modal yang minim

dalam usaha- usaha kecil atau menengah memaksa mereka untuk lebih bekerja

keras dalam usahanya untuk menjadi pesaing bagi bentuk-bentuk usaha

modern. Sedangkan asumsi yang lain adalah bisa jadi hal tersebut memang

sebuah unsur kesengajaan dari pihak-pihak tertentu yang berharap segala

(15)

oleh bentuk-bentuk usaha yang memiliki skala lebih besar atau identik

dipegang oleh pihak-pihak yang bermodal besar (kapitalis).

Bentuk-bentuk monopoli pasar tidak hanya tercipta dalam aspek

perdagangan saja, melainkan merambah hingga aspek-aspek yang lain seperti

pendidikan, budaya, dan lain sebagainya hingga tidak terkecuali adalah aspek

hiburan yaitu musik dan gaya hidup.

Musik merupakan bentuk media hiburan yang sedang ngetrend di era yang

sekarang ini. Tak ubahnya sebuah serum, trend tersebut mampu merasuk dan

menyebar dengan cepat keseluruh organ tubuh dan sekaligus

mengkontaminasi setiap orang yang terjangkiti sehingga mereka merasa

kecanduan untuk menikmatinya berulangkali. Seperti halnya yang terjadi

pada generasi muda sekarang, trend musik pun dengan cepat mampu merasuki

mereka dan dengan cepat pula menjelma menjadi sebuah kebiasaan yang

sepertinya wajib mereka konsumsi.

Berbagai macam jenis musik pun bermunculan dari Pop, Rock, Reggae,

Ska, dan masih banyak jenis lain yang mungkin masih akan bermunculan.

Tidak hanya dalam jenis musik saja yang menimbulkan keragaman, dengan

tidak mau kalah para pengemar dari berbagai macam jenis musik itupun

berusaha mengidentitaskan diri mereka sesuai dengan jenis musik yang

mereka sukai yang pada akhirnya juga menimbulkan keragaman. Seperti para

pengemar musik Punk menamakan diri mereka sebagai Punker, para

pengemar musik Reggae menamakan diri mereka sebagai Rasta Mania, begitu

(16)

menyebut dirinya sebagai Rocker, dan mungkin masih banyak

identitas-identitas lain ada yang selalu menyesuaikan identitas-identitas mereka dengan jenis,

genre atau aliran musik yang mereka gemari.

Oleh karena hal di atas muncul asumsi masyarakat ditinjau dari sudut

pandang ekonomi, bahwa musik merupakan sebuah bidang usaha yang

bergerak dalam bidang jasa yang memiliki nilai jual yang tinggi, karena secara

kasat mata sangat diminati oleh seluruh lapisan masyarakat untuk

mengkonsumsinya. Berdasar pada asumsi tersebut dengan cepat para kaum

pemodal menciptakan peluang usaha dengan menciptakan

perusahaan-perusahaan industri rekaman dengan tujuan mampu memberikan kepuasan

bagi para pengemar musik untuk dapat menikmati alunan musik sesuai

jenis-jenis musik yang sedang ngetrend untuk dinikmati, entah itu musik Pop, Rock,

Reggae atau jenis musik yang lain.

Sebelum perusahaan industri musik rekaman ada, para pengemar musik

hanya mampu mendengar sekaligus menonton para musisi idola mereka pada

saat konser atau tampil secara langsung diareal terbuka, di layar televisi atau

pada moment- moment tertentu saja. Hal tersebut mengakibatkan para

pengemar musik sering dipaksa untuk merogoh sakunya lebih dalam hanya

untuk menikmati alunan musik yang mereka sukai. Sebagai contah jika hal

tersebut dibuat dalam perhitungan adalah, berapa jumlah biaya yang harus

dikeluarkan ketika inggin menonton konser para musisi idola mereka, belum

(17)

digunakan sebagai ajang konser berjauhan dengan rumah kediaman para

pengemar itu sendiri.

Berdasarkan acuan-acuan diatas dan sekaligus dampak dari modernisasi

maka tanpa mau menyia-nyiakan peluang yang ada, maka para pemodal yang

sebelumnya sudah memahami fenomena yang terjadi dengan segera

menjadikan hal tersebut sebagai lahan subur dalam berbisnis, yaitu dengan

mendirikan perusahaan industri musik rekaman. Sebut saja studio rekaman

dalam skala besar seperti Sony record music yang sampai sekarang mampu

mendominasi pasar musik rekaman dari studio-studio lain yang ada baik itu

lingkup nasional maupun internasional.

Di tengah derasnya budaya pop yang cenderung seragam, studio rekaman

yang sudah dikenal berskala besar seperti Sony record music, sering

diidentitaskan sebagai Major Label. Perusahaan ini mengadopsi aliran-aliran

musik yang tidak semaunya mereka pilih. Sasaran pihak major adalah

jenis-jenis musik yang sedang populer dikalangan masyarakat terutama para kawula

muda seperti sekarang ini, sehingga jenis musik lain yang dianggap sudah

tidak popular memiliki peluang yang kecil untuk bisa masuk keperusahaan ini.

Dampak susahnya jenis atau aliran musik yang sudah dianggap tidak

popular untuk masuk dalam perusahaan berkelas Major Label membuat

banyak para musisi vakum (berhenti dari kreativitasnya untuk sementara

waktu) dalam berkreasi dan beralih profesi. Kepercayaan diri mereka seperti

hilang karena jenis atau aliran musik yang biasa mereka bawakan sudah tidak

(18)

Dari persamaan asumsi jenis atau aliran musik yang dinyatakan sudah

tidak populer dimasyarakat banyak, band-band ataupun musisi yang sulit

memperoleh peluang masuk dalam industri Major label melahirkan suatu

bentuk perlawanan bahwa mereka juga inggin diakui bahwa me reka ada.

Band-band tersebut akhirnya membentuk sebuah kelompok-kelompok dan

menjadi sebuah komunitas yang biasa di sebut dengan Indie1. Indie berarti cap

simbolik untuk menunjukkan semangat independent (merdeka), tanpa sudi di

kendalikan pihak manapun, terutama institusi pasar. ( Triyono Lukmantoro)

Di Yogyakarta tidak sedikit para musisi muda dengan berbagai bakat dan

talenta, ikut bergerak dalam bidang musik dengan berpayung pada indie label.

Mereka tidak lagi peduli untuk bisa masuk dalam kelas major label dengan

harapan bisa cepat terkenal ataupun memiliki nilai jual yang tinggi, karena

mereka mereka memilki asumsi bahwa setiap orang atau individu memiliki

selera musik yang berbeda-beda, sehingga tidak menutup peluang bahwa jenis

atau aliran musik tersebut adalah yang mereka bawa.

Sebut saja Flow Market Band, Produk, Apollo-10 Band, Monophone

Band, Captain OI Band, dan lain sebagainya, merupakan band-band yang

bernaung dalam identitas “Indie Label”. Dengan segala kemerdekaannya

mereka berjuang untuk mendapatkan pasarnya sendiri, dengan visi dan misi

diakui masyarakat banyak bahwa mereka memang benar-benar ada dengan

bukti autentik karya-karya mereka.

(19)

Prinsip dasar yang digunakan untuk memproduksi indie label adalah

merupakan manifestasi terhadap hegemoni pasar yang selama ini

menguntungkan media dominan. Indie label mencoba untuk melakukan

resistensi terhadap dominasi logika industri budaya (culture industry) yang

semakin meraksasa.

Dengan dasar ingin mendapat pengakuan dari masyarakat, sekaligus

sebagai upaya mensejajarkan diri dengan perusahaan Major Label maka,

dalam menjalankan kreativitasnya dalam bermusik komunitas indie

menerapkan sistem pengelolaan yang bersifat swadaya, yaitu pola-pola

pengelolaan yang sepenuhnya mereka jalankan sesuai dengan kemampuan

yang mereka meliki. Adapun bentuk-bentuk pengelolaan yang menjadi fokus

penelitian disini meliputi pola pengelolaan keuangan, pola pengelolaan

produksi, pola pengelolaan personalia, dan pola pengelolaan pemasaran.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari kerangka pemikiran diatas studi ini akan mengkaji

masalah-masalah pokok yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pola pengelolaan aktivitas produksi musik indie?

2. Bagaimana pola pengelolaan keuangan kelompok musik indie?

3. Bagaimana pola pengelolaan susunan personalia kelompok musik indie?

(20)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk mencari data-data yang

dapat mendukung terhadap masalah penelitian antara lain:

1. Mendeskripsikan laju produksi yang dikelola oleh kelompok musik indie

2. Mendeskripsikan pengelolaan keuangan yang menyokong laju

produktifitas komunitas musik indie.

3. Mendeskripsikan perihal personalia yang menyangkut susunan perorangan

yang sudah ada dalam komunitas musik indie secara jelas.

4. Mendeskripsikan model- model pemasaran yang diambil oleh komunitas

musik indie dalam usahanya meraih pasar sesuai dengan apa yang mereka

ingginkan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti, sekaligus sebagai sumbangan bagi mahasiswa lain

yang tertarik menyikapi keterkaitan budaya pop yang sedang merajalela

dengan idealisme kemerdekaan dalam hal bermusik terhadap kegiatan

ekonomi menyangkut pola pengelolaan proses produksi, pemasaran,

personalia (struktur organisasi), dan permodalan dalam komunitas musik

“Indie”. Dengan harapan mampu merangsang bentuk-bentuk penelitian baru

(21)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Globalisasi dan Budaya Pop

Indonesia merupakan Negara yang masuk dalam kategori Negara sedang

berkembang, dan identik dengan faham konsumerisme dalam memajukan

sektor pembangunannya.

Faham konsumerisme ditegaskan oleh Fiske, yaitu merupakan faham yang

menyatakan setuju atas pengekploitasian pendapatan terhadap segala bentuk

keingginan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain faham

ini menyatakan bahwa masyarakat akan cenderung selalu memiliki keingginan

terhadap sega la sesuatu yang mereka inggin peroleh atau miliki walaupun

tanpa didukung oleh segi keuangan yang mereka miliki. Misalnya masyarakat

lebih rela berhutang hanya untuk memiliki sebuah sepeda motor yang

sebenarnya suatu saat (jangka panjang) mampu mereka miliki dengan

perencanaan yang lebih matang, fenomena lain adalah banyaknya kalangan

pelajar yang rela menunda uang SPP hanya untuk digunakan membeli

HandPhone yang sedang ngetrend disaat itu, terdorong oleh asumsi yang

dijadikan sebagai alasan tidak mau dikatakan “udik” atau ketinggalan jaman.

Keberadaan perekonomian yang memang relatif masih tertinggal dalam

negara-negara sedang berkembang, mengadopsi paradigma-paradigma untuk

segera mengambil langkah sebagai cara untuk mengejar ketertinggalan dan

(22)

Adapun proses dari globalisasi itu sendiri muncul akibat dari keingginan

setiap negara untuk meraih kesetaraan posisi dengan negara- negara maju.

Beracuan pada perihal tersebut maka faham liberaralisasi perdagangan pun di

munculkan, yaitu kebebasan setiap negara untuk memasarkan segala bentuk

sumber daya alam, budaya, seni dan lain sebagainya sebagai asset yang selalu

berbeda dengan negara lain dengan tujuan lebih meningkatkan sektor

perekonomian negara itu sendiri.

Seperti halnya negara sedang berkembang lainnya, dengan mengadopsi

faham- faham liberalisasi tanpa disadari Indonesia juga sudah menjadi pelaku

faham globalisasi. Faham liberalisasi sangat jelas terlihat pada

aktivitas-aktivitas produksi, keuangan dan perdagangan sering didominasi oleh

institusi- institusi moneter internasional. Akibat yang ditimbulkan adalah

bahwa sektor nasional yang sudah dimiliki menjadi terbengkalai dan tidak

berkembang.

Berdasarkan konteksnya ciri utama dari globalisasi adalah peningkatan

konsentrasi dan monopoli berbagai sumber daya dan kekuatan ekonomi oleh

perusahaan-perusahaan transnasional, maupun oleh perusahaan-perusahaan

keuangan dan dana global. Proses ini ditandai dengan semakin sedikitnya

perusahaan transnasional yang mampu meraih pangsa besar atau peningkatan

proporsi secara cepat dari sumberdaya ekonomi, produksi dan pangsa pasar.

Globalisasi dalam perkembangannya mengadopsi berbagai faham budaya

(23)

bentuk budaya populer, yaitu kecenderungan trend yang sedang ada dan

berkembang sebagai paradigma awam kelompok masyarakat.

Kelemahan negara sedang berkembang dalam menghadapi globalisasi

berakar dari sejumlah faktor. Secara ekonomi, NSB lemah unt uk memulai

integrasi dengan pasar dunia karena rendahnya kapasitas ekonomi domestik

dan infrastruktur sosial sebagai warisan masa penjajahan.

Stuart Hall (dalam Storey 1994) menggambarkan budaya pop sebagai:

Sebuah arena konsensus dan resistensi. Budaya pop merupakan tempat di mana hegemoni muncul, dan wilayah dimana hegemoni berlangsung. Ia bukan ranah dimana sosialisme, sebuah kultur sosialis yang telah terbentuk sepenuhnya dapat sungguh-sungguh ‘diperlihatkan’. Namun, ia salah satu tempat dimana sosialis me boleh jadi diberi legalitas. Itulah mengapa budaya pop menjadi suatu yang penting.

Keberadaan globalisasi dan budaya pop merambah hingga pada aspek-aspek

tertentu tidak terkecuali aspek penelitian yaitu musik.

Pada 1941, Adorno mempublikasikan sebuah esai yang sangat

berpengaruh ‘On Popular Music’ (dalam Storey 1994). Tiga pernyataan

spesifik perihal musik pop, yaitu pertama, ia menyatakan bahwa musik pop itu

‘distandarisasikan’, dengan kata lain sekali pola musikal/ lirikal ternyata

sukses, ia dieksploitasi hingga kelelahan komersial, yang memuncak pada

kristalisasi standar. Untuk menyembunyikan standarisasi, industri musik

menggunakan apa yang Adorno sebut ‘Pseudo-individualisasi’ : dengan kata

lain, standarisasi hit-hit lagu manjaga para penikmat musik tetap menerimanya

dengan tetap mendengarkannya.

Pernyataan kedua, bahwa musik pop mendorong pendengaran pasif. Musik

pop beroperasi didalam semacam dialektika yang letih, yaitu untuk

(24)

konsumsi terhadap musik pop menghasilkan pengalihan dan pemalingan

perhatian dalam diri konsumen.

Pernyataan ketiga, adalah klaim bahwa musik pop beroperasi seperti

‘semen sosial’. Fungsi sosial-psikologisnya adalah meraih penyesuaian fisik

dengan mekanisme kehidupan saat ini dalam diri konsumen musik pop.

‘Penyesuaian’ ini memanifestasikan dirinya sendiri dalam ‘dua tipe

sosial-psikologis utama perilaku massa’, yaitu tipe penurut “ritmis” dan tipe

“emosional”. Yang pertama menari- nari dalam pemalingan perhatian dalam

ritme eksploitasi dan operasinya sendiri. Yang kedua berkubang dalam

kesengsaraan yang sentimental, lupa akan kondisi eksistensi yang nyata.

Ditegaskan oleh argument Leon Resselson yang menganalisis bahwa

kekuatan dari industri musik adalah melalui pendekatan ekonomi politik

budaya, yaitu:

Lebih dari setiap seni pertunjukan lain, dunia lagu didominasi oleh lelaki berduit disatu sisi dan sensor moral terhadap media disisi lain.kemungkinan suara -suara alternatif yang membuat mereka didengarkan senantiasa lirih kadang kala, seperti saat ini, tidak ada. Merupakan ilusi bahwa lagua adalah komoditas yang tersedia secara bebas…kenyataanya adalah bahwa lagu merupakan properti privat dari organisasi-organisasi bisnis. (Leon Resselson)

Asumsi yang dibuat adalah bahwa industri musik menentukan nilai guna

produk-produk yang dihasilkan. Industri musik merupakan industri kapitalis,

karenanya produk-produknya adalah produk-produk kapitalis, dan juga

pembawa ideologi kapitalis.

Rosselson berpendapat bahwa ‘musik rakyat’ (lantaran asal- usulnya dalam

(25)

naungan kapitalisme) merupakan musik alternatif bagi musik kapitalis dalam

industri musik.

Sebagaimana ditunjukkan Frith (1983), industri musik tidak menjual

single, gagasan hegemonik, melainkan sebaliknya sebuah medium yang harus

melalui ratusan gagasan yang berkompetisi mengalir yang pada akhirnya

pencarian keuntungan yang efisien tidak mencakup penciptaan

‘kebutuhan-kebutuhan baru’ dan ‘memanipulasi’ khalayak melainkan, sebaliknya

pemberian respons pada kebutuhan-kebutuhan yang ada dan ‘pemuasan’

khalayak.

Dalam karya Stuart Hall dan Paddy Whanel (1964), bahwa ‘potret anak

muda sebagai orang lugu yang dieksploitasi’ oleh industri musik pop ‘terlalu

disederhanakan’.

Sosiolog Amerika Devis Riesman (1990) menaruh perhatian pada

bagaimana khalayak musik pop bisa dibagi dalam dua kelompok, ‘kelompok

mayoritas, yang menerima gambaran dewasa tentang anak muda secara agak

kritis, dan kelompok minoritas yang disitu beberapa tema pemberontakan

sosial terangkum. Sebagaimana ia tunjukkan, kelompok minoritas senantiasa

kecil.

Pemberontakan kelompok minoritas mengambil suatu bentuk simbolik

seperti tang ditegaskan oleh Riessman sebagaimana berikut:

(26)

Jadi, mengkonsumsi musik tertentu menjadi sebuah cara mengada (way of

being) di dunia. Konsumsi musik digunakan sebagai tanda yang dengannya

kaum muda menilai dan dinilai oleh orang lain. Menjadi bagian dari

subkultural anak muda berarti memperlihatkan selera musikal tertentu dan

mengklaim bahwa konsumsinya adalah tindakan kreasi komunal.

Menurut Riesman, tidak menjadi soal apakah komunitas itu bersifat nyata

atau imajiner. Yang penting adalah bahwa musik menyediakan sense

(pengertian) akan komunitas. Ia adalah komunitas yang tercipta melalui

tindakan konsumsi: ‘tatkala ia mendengarkan musik, bahkan jika tak ada

orang lain di sekelilingnya, ia mendengarkan dalam sebuah konteks “orang

lain” atau imajiner, tindakannya mendengarkan tentu saja seringkali

merupakan sebuah upaya menjalin hubungan dengan mereka’.

Tatkala kita mengatakan musik populer, seringkali yang ada di benak kita

adalah lagu. Sebagaimana Gabriel Marcus uraikan, 1‘kata-kata adalah bunyi

yang bisa kita rasakan lebih dahulu sebelum menjadi pernyataan-pernyataan

untuk dipahami’.

B. Perkembangan Industri Musik Nasional dan Internasional

Secara umum perkembangan industri musik lingkup nasional maupun

internasional belum bisa di paparkan secara jelas, hal ini akibat dari identitas

musik yang tidak lepas dari khasanah tradisi suatu wilayah yang selalu

memunculkan keragaman dalam perkembangannya.

(27)

Musik (music) bersumber dari kata “muse” yang kemudian diambilalih

kedalam bahasa Inggris dan jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dapat

diartikan sebagai bentuk ‘renungan’. Jadi pada hakikatnya musik adalah suatu

perenungan kehidupan.

Menurut Cambell (1977), musik lahir dari paduan ingatan manusia tentang

alam semesta ciptaan para dewa, dengan demikian musik tidak hanya

menghibur tetapi juga merupakan hasil perenungan penciptanya berdasarkan

ingatan- ingatan akan pengalaman hidupnya dan ketika disajikan pun akan

menggugah seseorang untuk merenungkan hidupnya seperti yang terungkap

dalam musik.

Habermayer (1999) menjelaskan bahwa musik adalah bagian integral dari

kehidupan seseorang karena musik merupakan aspek vital kehidupan

seseorang yang juga merupakan bahan dasar kehidupan yang menjadikan

seseorang memiliki hakikat sebagai manusia. Hal tersebut lebih dipertegas

oleh teori Brown (1997) yang mengatakan bahwa musik berkaitan langsung

dengan emosi (emotion) dan perasaan (feelings).

Globalisasi yang merambah hingga pada aspek hiburan yaitu musik,

mengadopsi penguasa-penguasa yang memiliki modal besar (kapitalis) untuk

mendirikan sejumlah perusahaan industri musik rekaman yang di adopsi oleh

pihak-pihak dari ‘luar’. Perusahaan-perusahaan tersebut dengan segera

meraksasa mendominasi perindustrian musik rekaman. Sebut saja EMI

(28)

secara nyata menegaskan sebuah kebenaran bahwa mereka memayungi

industri musik yang komersial.

Bukan hanya di Indonesia, industri musik di tingkat internasional juga

membenarkan bahwa keberadaan industri musik rekaman merupakan sebuah

acuan kemajuan dari dunia musik. Sebut saja WBM (Warner Broz Music),

Atlantic Record, dan Sony Music Record yang juga mendominasi dunia musik

di luar negeri. (Colorado, 2003)

Keberadaan perusahaan-perusahaan industri rekaman yang dengan cepat

meraksasa, memberikan dampak bagi genre atau aliran-alairan musik yang

tidak memenuhi kriteria untuk bisa masuk dan dikomersialkan oleh

perusahaan-perusahaan tersebut.

Dengan berbenderakan ‘Major label’ perusahaan-perusahaan diatas

mampu memonopoli pasar musik baik lingkup nasional maupun internasional.

Adapun kriteria yang disesuaikan adalah bahwa jenis, genre atau aliran musik

yang berhak di komersilkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut adalah jenis,

aliran musik yang sedang populer atau memiliki prospek finansial yang tinggi.

Sebagai akibat dari pengkriteriaan industri musik yang dimonopoli oleh

pihak major label, terciptalah pemberontakan dari para musisi ataupun

komponis yang mengantungkan hidupnya secara total dalam bermusik.

Berbagai genre, bentuk, jenis atau aliran musik yang selama ini tidak

mendapatkan tempat di perusahaan ‘major label’, bergumul dengan waktu

(29)

Indie merupakan cap simbolik yang beasal dari kata independent yang

berarti merdeka, yaitu kemerdekaan dalam berkreatifitas tanpa sudi di

kendalikan pihak manapun, terutama institusi pasar. (Triyono Lukmantoro,

Kompas, Februari 2007 )

Musik dalam budaya pop menjadi sebuah keseragaman, yaitu jenis-jenis

aliran musik yang berpeluang banyak diadopsi oleh studio-studio rekaman

adalah jenis atau aliran musik yang dominan digemari oleh masyarakat

banyak, sehingga memiliki peluang keuntungan (profitable) yang jelas dalam

pasar.

Musik Indie dapat diartikan sebagai ruang kebebasan untuk berekspresi

dan berkreasi dengan tujuan sebagai ajang promosi kreatif, bebas, tidak

terstandarisasikan dan ditujukan pada masyarakat umum serta produser musik.

(admin, Rockisnotdead)

Berdasarkan tujuan diatas sangat jelas bahwa komunitas musik yang

bernaung pada bendera “Indie Label” lebih menitikberatkan keberhasilannya

pada kebebasan untuk berkarya, sesuai dengan kemauan mereka tanpa harus

mempedulikan entah produksi yang mereka hasilkan setara dengan jumlah

pengorbanan yang selama ini mereka keluarkan atau malah tanpa hasil

apa-apa.

C. Pasar Bebas dan Pasar Indie label

Pasar dalam konteks ekonomi umum memiliki pengertian sebagai mata

(30)

penjual dan pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat konsumen. Pasar

akan tercipta jika ada suatu pertemuan antara orang yang mau menjual dan

orang yang mau membeli suatu barang atau jasa tertentu dengan harga

tertentu.

Berdasarkan pada pengertian pasar secara umum maka dapat didefinisikan

bahwa

pasar bebas diera yang modern ini merupakan suatu wadah yang lebih luas meliputi adanya proses transaksi yang menghubungkan antara produsen dan konsumen, penjual dan pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat konsumen tanpa harus dipatok pada satu tempat atau lokasi, melainkan sebuah kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi (transaksi) sesuai dengan harga atau kesep akatan tertentu. (Martin Khor, 1993)

Hal ini didukung oleh keberadaan tehnologi yang serba canggih, tanpa

harus beranjak kemana- mana setiap orang berkesempatan menjadi salah satu

pengguna pasar bebas, seperti layanan internet yang mampu mengakses

berbagai macam informasi, hiburan, pendidikan, ekonomi, pemasaran, bahkan

hingga keperihal transaksi jual beli.

Mengutip asumsi Syahrani selaku musisi Jazz di Indonesia pada salah satu

surat kabar harian, ia menyatakan bahwa :

“dalam pengembangan usahanya komunitas indie membentuk pasarnya sendiri, yaitu dengan memanfaatkan berbagai media baik itu media cetak maupun media elektronik yang semakin menglobal akibat modernisasi massa”. ( Kompas, 11 Mei 2007)

Semangat independent yang dimiliki komunitas “indie”, membawa asumsi

bahwa segala bentuk usaha yang dilakukan oleh komunitas tersebut tidak mau

dikekang oleh institusi- institusi yang ada baik itu dalam hal berkarya ataupun

dalam konteks pasar.

Adapun media- media yang ssering dilibatkan sebagai bentuk pemasaran

(31)

berupa media cetak yang berupa majalah-majalah, atau tabloid yang banyak

dijumpai dimana- mana, ataupun media elektronik yaitu sarana internet,

website, ataupun stasiun radio-radio lokal yang mampu memberikan informasi

secara cepat kemasyarakat publik.

D. Prinsip Dasar Pengelolaan Usaha

Sebuah usaha muncul akibat pemahaman akan sebuah ide, adapun

langkah-langkah yang ditujukan dalam mengembangkan ide tersebut meliputi

tahap-tahap sebagai berikut:

1. Perencanaan Usaha

Adalah suatu cetak biru tertulis (blue print) yang berisikan tentang

misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian finansial, strategi

usaha, peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta

ketrampilan pengelolaannya.

Adapun fungsi dari perencanaan usaha ada dua, yaitu:

a) Sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan manajemen usaha

Sebuah perencanaan usaha yang matang cenderung sudah

mempertimbangkan berbagai resiko yang dihadapi dan selanjutnya

siap untuk dilaksanakan. Konsistensi pelaku dalam menjalankan

kegiatannya dengan beracuan pada perencanaan usaha yang sudah

disusun juga mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha yang

(32)

b) Sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber

dari luar

Minimnya modal yang dimiliki juga berpengaruh pada bentuk usaha

yang akan dijalankan. Maka, adalah suatu tindakan yang sangat tepat

memiliki perencanaan usaha yang mampu menjadi perhitungan untuk

menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam menyediakan modal

usaha.

Menurut Zimmerer (1993: 331) beberapa unsur yang harus ada dalam

perencanaan usaha antara lain, ringkasan pelaksana/ eksekutif, profil

usaha, strategi usaha, produk dan jasa, strategi pemasaran, analisis

pesaing, ringkasan karyawan dan pemilik, rencana operasional, data

financial (keuangan), proposal/ usulan pinjaman, dan jadwal operasional.

Secara rinci dapat diuraikan bahwa ringkasan eksekutif atau pelaksana

menjelaskan tentang maksud usaha didirikan, usulan finansial sebagai

penopang keuangan dalam kegiatan usaha, permintaan dana dan cara

pembayaran kembali pinjaman sebagai bentuk antisipasi kurangnya modal

usaha.

Perencanaan usaha secara detail memuat berbagai komponen meliputi:

1) latar belakang usaha, yaitu memuat laporan singkat sejarah perusahaan

atau situasu yang ada saat itu.

2) Gambaran usaha secara detail, yaitu keunikan yang dimiliki dan atau

faktor- faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan seperti kualitas,

(33)

3) Analisis pasar, memuat tentang potensi pembeli terhadap barang,

jumlah pelanggan dipasar, pengaruh pasar eksternal terhadap penjualan

(contoh: inflasi, tinggi rendahnya tingkat pengangguran, tingkat

pendapatan), dan lain sebagainya.

4) Analisis pesaing, memuat gambaran tentang jumlah pesaing yang ada

mencakup kelemahan ataupun kelebihan yang mereka miliki.

5) Perencanaan strategi usaha, memuat tentang rencana untuk

memasarkan produk khususnya berkenaan dengan strategi pemasaran

(harga, promosi, periklanan, dan pelayanan pada pelanggan) sekaligus

untuk membandingkan produk yang akan dipasarkan dengan produk

yang sudah ada dipasar.

6) Spesifikasi organisasi manajemen, yaitu memuat tentang

pengorganisasian perusahaan baik secara legal maupun fungsional

yaitu meliputi orang-orang kunci dalam perusahaan, beserta latar

belakang, dan sifat-sifat spesifik lain yang mempengaruhi keberhasilan

usaha.

7) Perencanaan keuangan, memuat hal- hal berkaiatan dengan keuangan

yang harus dikeluarkan maupun jumlah pendapatan dalam perusahaan.

8) Perencanaan aksi strategis, memuat tentang penjelasan misi dari

perusahaan, tujuan dan sasaran spesifik yang akan dicapai, prosedur

pengawasan untuk menjaga perusahaan dari serangan, dan lain

(34)

2. Pengelolaan Keuangan

ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan yaitu:

a. Aspek Sumber Dana

berasal dari asalnya, sumber dana perusahaan dapat dibagi menjadi

dua golongan, yaitu:

1) Dana yang berasal dari perusahaan, disebut pembelanjaan

internal. Ada tiga jenis sumber dana internal yang dapat

dijadikan sumber keuangan perusahaan, yaitu: 1) penggunaan

dana perusahaan, 2) penggunaan cadangan, 3) penggunaan laba

yang tidak dibagi/ ditahan.

2) Dana yang berasal dari luar perusahaan, disebut pembelanjaan

eksternal. Sumber dana eksternal mencakup:

a) Dana dari pemilik atau penyertaan

b) Dana yang berasal dari utang/ pinjaman baik jangka pendek

maupun jangka panjang, atau disebut pembelanjaan asing

c) Dana bantuan program pemerintah pusat dan daerah

d) Dana dari teman atau keluarga yang inggin menanamkan

modalnya

e) Dana ventura, yaitu dana dari perusahaan yang inggin

menginvestasikan dananya pada perusahaan kecil yang

(35)

b. Aspek Rencana dan Penggunaan Dana

beberapa aspek yang harus diperjatikan dalam merancang

penggunaan biaya, yaitu:

1) Biaya awal

2) Proyeksi/ rancangan keuangan, yang mencakup :

a) Neraca harian (balance sheet)

b) Laporan laba rugi (income statements)

c) Laporan arus kas (cash flow statements)

3) Analisis pulang pokok (break-even analysis)

biaya awal (start-up cost), adalah biaya yang diperlukan ketika

perusahaan akan berdiri. Biaya awal perusahaan yang baru

berdiri pada umumnya meliputi:

a) Biaya awal yang tidak terduga (unik)

b) Biaya administrasi (gaji karyawan dan peralatan kantor)

c) Biaya (sewa) bangunan

d) Biaya asuransi

e) Biaya tambahan atau biaya secara umum

c. Aspek Pengawasan atau Pengendalian Keuangan yaitu memuat

pertanggung jawaban atas pemasukan ataupun pengeluaran

keuangan berhubungan dengan kegiatan usaha.

3. Teknik dan Strategi Pemasaran

Pemasaran adalah kegiatan meneliti kebutuhan dan keingginan

(36)

mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan jasa. Tujuan

pemasaran dipaparkan J. Supranto, 1993 adalah bagaimana agar barang

dan jasa yang dihasilkan disukai, dibutuhkan, dan dibeli oleh konsumen.

Perencanaan pemasaran meliputi: 1) menentukan kebutuhan dan

keingginan pelanggan, 2) memilih pasar sasaran khusus, 3) menempatkan

strategi pemasaran dalam persaingan, 4) memilih strategi pemasaran

4. Teknik Pengembangan Usaha

Pengembangan usaha bisa dilakukan dengan perluasan usaha atau

peningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang, yang berarti

mencapai skala ekonomis (Economic of Scale). Sebaliknya, bila

peningkatan output mengakibatkan peningkatan biaya jangka panjang

(Diseconomics of Scale), maka tidak baik dilakukan.

Lingkup usaha ekono mis adalah diversifikasi usaha ekonomis yang

ditandai oleh biaya produksi total bersama. Dengan memanfaatkan biaya

yang ada diperlukan pertimbangan dalam menetukan mencapai sasaran

yang lebih optimal.

5. Manajemen dan Strategi Kewirausahaan

a Manajemen kewirausahaan

Menyangkut semua kekuatan perusahaan yang menjamin bahwa

usahanya betul-betul eksis. Bila usaha baru inggin berhasil, maka

wirausaha harus memiliki empat kompetensi, diantaranya:

(37)

2) buat ramalan pendanaan untuk me nghindari tidak terbiayainya

perusahaan

3) bangun tim manajemen, bukan menonjolkan perorangan (not a’one

person’ show)

4) beri peran tertentu, khusus bagi wirausaha penemu

Strategi kewirausahaan menyangkut kesesuaian kemampuan

internal dan aktivitas perusahaan dengan lingkungan eksternal, dimana

perusahaan harus bersaing dengan menggunakan keputusan-keputusan

strategis.

Strategi pertama, sering dipilih oleh wirausaha (Market Leader),

meskipun paling beresiko. Strategi kedua, menyangkut pengembangan

keterampilan untuk menanggapi peluang yang diciptakan oleh

perusahaan yang berada dipasar pertama Strategi ketiga, yaitu

perubahan karakteristik produk, pasar, atau industri yang berbasis pada

inovasi, dengan cara:

a) menciptakan manfaat

b) meningkatkan nilai inovasi

c) beradaptasi dengan lingkungan sosial ekonomi pelanggan

d) menyajikan apa yang dianggap bernilai oleh pelanggan

b. Strategi kewirausahaan

Beberapa keputusan strategis yang diperlukan dalam kondisi

pertumbuhan, yaitu:

(38)

2) Strategi yang menyangkut penetrasi pasar, ekspansi pasar,

diversifikasi produk dan jasa, atau ekspansi usaha

3) Kemampuan untuk memperoleh modal investasi dalam rangka

penelitian dan pegembangan, proses produksi dan penggantian

peralatan, dan dalam rangka penambahan sumber daya manusia.

4) Analisis sumber daya manusia, sehingga memiliki ketrampilan

yang unik untuk mengimplementasikan strategi.

5) Analisis pesaing terbaik yang ada maupun yang potensial untuk

menetapkan strategi bersaing.

6) Kemampuan untuk menopang keunggulan strategi perusahaan dan

untuk memodifikasi strategi dalam menghadapi perubahan

permintaan pelanggan dan perilaku strategi persaingan baru.

7) Penentuan harga barang atau jasa untuk jangka pendek dan jangka

panjang.

8) Interaksi perusahaan dengan masyarakat luas

9) Pengaruh pertumbuhan perusahaan yang cepat terhadap aliran kas.

c. Strategi bagi pemimpin pasar

Apabila perusahaan telah memiliki peluang pasar yang besar

seperti pada masa pertumbuhan, maka strateginya:

1) Bersikap menyerang dan agresif untuk mempertahankan pangsa

pasar.

(39)

3) Tidak boleh ada anggapan bahwa perusahaan yang berhasil tidak

memiliki tantangan.

d. Strategi bagi bukan pemimpin pasar

1) Secara agresif menggunakan kompetensi terbaiknya untuk meraih

peluang pasar sehingga tidak tertandingi oleh pesaing.

2) Mengembangkan strategi sebagai pengikut.

e. Strategi yang lain

1) Pertahanan bersaing.

2) Mencoba untuk produk yang menjadi “ andalan utama yang baru”

(big hitter), dan tidak berkonsentrasi pada perbaikan keberhasilan

produk yang sudah ada.

3) Mengambil langkah positif dan proaktif untuk menguasai manajer

kunci dan ahli teknik professional yang selalu diikutsertakan dalam

pembentukan keberhasilan perusahaan.

Secara umum prinsip dasar pengelolaan usaha adalah seperti yang telah

dirinci diatas. Tidaklah berbeda dengan bentuk-bentuk usaha yang lain,

industri musik juga memerlukan prinsip pengelolaan dalam menentukan

keberhasilan dalam melakukan kegiatan usaha dalam bidang musik. Mulai

dari perencanaan usaha, pengelolaan keuangan, teknik dan strategi pemasaran,

teknik pengembangan usaha, dan manajemen dan strategi kewirausahaan.

Perencanaan usaha disektor industri musik penting dilakukan, hal tersebut

(40)

jenis, atau aliran musik yang akan di kelola yang identik akan berbagai

keunikan tersendiri.

Pengelolaan keuangan merupakan faktor yang juga vital mempengaruhi

proses kegiatan usaha tak terkecuali dalam industri musik. Sebagai contoh

dalam industri musik memerlukan biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam

proses produksinya seperti, biaya rekaman, pengemasan, pemasaran, dan lain

sebagainya. Dengan kata lain modal yang dimiliki akan mempengaruhi

produktifitas produksi yang dijalankan.

Selain dari perencanaan usaha dan pola pengelolaan keuangan faktor lain

yang juga berpengaruh dalam industri musik adalah teknik dan strategi

pemasaran. Salah satu contoh yang dimunculkan disini adalah pemasaran

produk melalui internet. Maraknya dunia komunikasi memberikan pilihan bagi

pengusaha industri musik rekaman dalam memasarkan produknya. Dengan

biaya yang lebih murah mereka dapat memasarkan produknya melalui internet

tanpa harus mengeluarkan biaya mahal untuk memasang iklan- iklan khusus

yang memuat produk mereka dalam bentuk poster atau media surat kabar

lainnya.

Dalam mengelola industri musik rekaman, hal lain yang tak kalah penting

adalah manajemen dan strategi pemasaran. Hal ini bertujuan untuk lebih

memfokuskan kegiatan usaha terhadap sasaran pasar yang akan di capai.

Sebagai contoh industri musik cenderung menentukan sasaran pasar pada

generasi muda karena mereka lebih mengemari musik-musik yang ada. Tidak

(41)

pihak-pihak yang kompeten dibidangnya dalam menunjang proses produksi

musik tak terkecuali dalam aspek pemasarannya.

Dapat diambil garis besar bahwa strategi-strategi dalam mengelola industri

musik terlalu tidaklah berbeda dengan pola pengelolaan industri lain pada

umumnya. Hal yang menjadi acuan pentingnya pengelolaan dalam setiap

usaha adalah bahwa segala bentuk usaha tidak terlepas dari pasar yang akan

(42)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan adanya metode agar penelitian dapat

berjalan dengan lancar dan memberikan hasil yang memuaskan. Dalam

penelitian ini, penyusun menggunakan metode deskriptif eksploratif yaitu

bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Data-data

dikumpulkan sesuai dengan topik penelitian yang dibahas. Data-data yang

diperoleh dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu data kualitatif dan

data kuantitatif.

Dalam metode penelitian deskriptif mencakup beberapa teknik,

diantaranya penyelidikan dengan teknik interview dan observasi. Adapun

ciri-ciri metode deskriptif adalah sebagai berikut:

a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang

b. Data yang ada mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa

B. Subjek Dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang atau individu sebagai anggota

komunitas musik “Indie” yang dapat dimintai keterangan berkaitan dengan

permasalahan pada penelitian ini, yaitu tokoh formal atau pihak pemegang

(43)

b. Objek Penelitian

Yang menjadi objek pada penelitian ini adalah Pola Pengelolaan Usaha

Komunitas Musik “Indie”. Suatu studi kasus pemberontakan pasar dalam

budaya pasar bebas dengan pusat penelitian di Yogyakarta.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 108), “populasi adalah

keseluruhan subyek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh grup Band musik Indie di Yogyakarta.

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 109), “sampel” adalah

sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Penentuan sampel dari

populasi penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling,

yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara sengaja

dengan beracuan pada indikator yang sudah ditentukan. Sampel disini

mengambil 5 band yang tergabung dalam kumunitas musik “Indie” di

Yogyakarta, yaitu Flow Market Band, Monophone Band, Apollo-10 Band,

Captain OI Band, dan Produk Gagal Band.

Adapun indikator pengambilan sampel didasarkan pada keberadaan

album yang sudah dimiliki dan bersifat original karya dari band yang

(44)

D. Data Yang Dicari

Dalam mencari data penilitian maka unsur-unsur yang akan dicari meliputi

sebagai berikut:

1. Pola pengelolaan aktivitas produksi komunitas musik Indie

2. Pola pengelolaan sektor keuangan komunitas musik Indie

3. Pola pengelolaan sektor pemasaran komunitas musik Indie

4. pola pengelolaan sektor personalia komunitas musik Indie

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, dengan

demikian diharapkan dan dimungkinkan diperoleh data yang valid.

Teknik-teknik pengumpulan data yang dipakai adalah:

1) Metode Interview

Metode interview yaitu cara pengumpulan data melalui wawancara

langsung dengan responden untuk mengungkapkan data yang belum

terjaring melalui metode kuesioner.

2) Metode Observasi

Metode observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan me lalui

pengarahan dan percakapan langsung terhadap segala hal yang berkaitan

dengan objek penelitian.

3) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode penyelidikan untuk memperoleh

(45)

sesuai permasalahan yang diteliti, yaitu berupa catatan, buku, surat kabar,

majalah, agenda, rapat, dan sebagainya.

F. Metode Analisis Data

Dalam menganalisa data akan menggunakan metode analisa data kualitatif,

yaitu suatu metode analisis data yang tidak menggunakan angka-angka tetapi

dalam penganalisaannya diungkapkan dengan kata-kata yang berupa

keterangan, gambaran ataupun paparan mengenai objek yang diteliti.

Menurut Nasution, penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati

orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dalam hal ini

analisis data didukung dengan data-data kuantitatif yang dapat jadikan

referensi oleh peneliti dan kemudian dijelaskan dalam bentuk kata-kata atau

kalimat. (Julia, 1997)

Seiddel (1998), mengemukakan bahwa analisis data kualitatif mencakup

beberapa tahap, yaitu:

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, yaitu dengan memberi

kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. Dalam penelitian ini

sampel yang diambil adalah lebih dari satu, maka agar dalam penelusuran

data tidak terjadi ketimpangan diperlukan kode yang secara pasti mampu

membedakan data antara sampel satu dengan yang lainnya.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintetiskan,

(46)

3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,

mencari dan menemukan pola dan hubungan- hubungan, dan membuat

temuan-temuan umum.

Selanjutnya menurut Janice McDrury 1999 collaboration group analysis

of data tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Membaca/ mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang

ada dalam data.

b. Mempelajari kata-kata kunci itu , berupaya menemukan tema-tema yang

berasal dari data.

c. Menuliskan model yang ditemukan.

d. Koding yang telah dilakukan.

G. Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Sebelum melakukan interview atau wawancara penelitian maka hendaknya

kisi-kisi ini dibuat sebagai landasan pertanyaan yang kemungkinan akan

diajukan pada subjek penelitian berkaitan dengan rumusan masalah yang akan

diteliti.

Secara umum maka dapat disusun kisi-kisi sebagai berikut:

a. Sejarah Perusahaan (grup band)

1) Ide, latar belakang pendirian, pendiri, nomor akta notaris

2) Tahun berdirinya dan mulai beroperasi

3) Alasan pemilihan lokasi perusahaan

(47)

b. Visi, Misi, Tujuan, Strategi

1) Visi dan misi perusahaan (grup band)

2) Tujuan perusahaan (grup band)

3) Strategi perusahaan (grup band)

c. Bagian Produksi

1) Cara mendapatkan bahan baku (sumber, syarat pembayaran, supplier)

2) Cara mendapatkan bahan penolong (sumber, syarat pembayaran,

supplier)

3) Proses produksi

4) Perhitungan BOP (biaya operasional produksi) dan harga pokok

produksi

5) Pengaruh bencana alam terhadap kegiatan produksi

6) Penyimpanan produk

7) Pengendalian kualitas

8) Pengendalian limbah produksi

d. Bagian Pemasaran

1) Pangsa pasar perusahaan

2) Penentuan harga dan mark up

3) Promosi yang dijalankan perusahaan

4) Pembentukan image konsumen

5) Saluran distribusi

6) Pelayanan kepada pelanggan

(48)

e. Bagian Keuangan

1) Cara memperoleh modal, sumber modal, penggunaan modal

2) Struktur modal perusahaan

3) Likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas

4) Modal kerja

5) Cara mengendalikan keuangan (termasuk system akuntansi)

6) Penyusunan anggaran

7) Harga transfer

f. Personalia

1) Perekrutan karyawan perusahaan

2) Penempatan karyawan pada bagian-bagian yang ada dalam perusahaan

3) Kesejahteraan karyawan (gaji, insentif, bonus, dan lain- lain)

4) Penyelesaian perselisihan antara karyawan dengan pimpinan dan antar

karyawan

5) Promosi/ demosi karyawan

6) Sanksi dan PHK (pemutusan hubungan kerja)

7) System pengawasan karyawan

8) Penilaian kinerja karyawan

9) Evaluasi karyawan

g. Organisasi dan Manajemen

1) Bentuk perusahaan dan status hukumnya.

2) Struktur organisasi dan pembagian wewenang.

(49)

4) Desent ralisasi dan sentralisasi atau penyebaran dan pemusatan

(50)

37

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN KOMUNITAS MUSIK INDIE

A. Sejarah Singkat Yogyakarta

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755 didirikan oleh

Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I

Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813, didirikan oleh Pangeran

Notokusumo, (saudara Sultan Hamengku Buwono II) kemudian bergelar

Adipati Paku Alam 1.

Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang- -undang No.3

tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut. Disebutkan

bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas Daerah Kasultanan

Yogyakarta dan Daerah Pakualaman.

Sesudah Sri Sultan Hamengku Buwono IX wafat pada 3 Oktober 1988, Sri

Paku Alam VIII, Wakil Gubernur Kepala Derah Istimewa Yogyakarta

ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan kewenangan sehari- hari Gubernur

Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, diberi kedudukan sebagai Pejabat

Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, berdasarkan Keputusan

Presiden RI No. 340 tahun 1988.

Sebagai ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta

kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti

(51)

Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran

Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman

kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan

mempertahankan kemerdekaan. Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan,

baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten

Pakualaman.

Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan

peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan

tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan

dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram yang

banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas

kejayaan Kerajaan Mataram.

Predikat sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini

dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di samping adanya berbagai pendidikan

di setiap jenjang pendidikan tersedia di propinsi ini, di Yogyakarta terdapat

banyak mahasiswa dan pelajar dari seluruh daerah di Indonesia. Tidak

berlebihan bila Yogyakarta disebut sebagai miniatur Indonesia.

Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi

propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan

wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan

di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata

(52)

Disamping predikat-predikat di atas, sejarah dan status Yogyakarta

merupakan hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan

DIY sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai

Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum

maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

B. Letak Geografis

Letak Astronomi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 7 º15- 8 º15 Lintang

Selatan dan garis 110 º5- 110 º4 Bujur Timur, dengan batas wilayah:

Sebelah Barat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

Sebelah Barat Laut Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

Sebelah Timur Laut Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

Sebelah Timur Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah

Sebelah Selatan Samudera Indonesia.

Luas Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta 3.185,80 km2 terdiri atas Kota

Yogyakarta 32,50 km2 , Kabupaten Sleman 574,82 km2 , Kabupaten Bantul

506,85 km2 ,Kabupaten Kulon Progo 586,27 km2,Kabupaten Gunung Kidul

1485,36 km2.

C. Kependudukan

Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan registrasi

tahun 2000 sebanyak 3.120.478 jiwa. Pada tahun 2004 berdasarkan hasil

Susenas jumlah penduduk tercatat sebanyak 3.220.808 jiwa dengan perincian:

(53)

Bantul 816.256 jiwa, Kabupaten Kulonprogo 375.884 jiwa dan Kabupaten

Gunung Kidul 686.732 jiwa.Kepadatan penduduk Daerah Istimewa

Yogyakarta rata-rata 1.011 jiwa/km2. (Sumber data :BPS Propinsi DIY)

D. Perkembangan Musik Yogyakarta Dari Major Label Sampai Indie label

Yogyakarta selain sebagai kota pelajar adalah juga merupakan suatu

wilayah yang kental akan seni dan budaya-budaya daerah yang lahir dari adat atau

budaya masyarakat yang sampai saat ini dilestarikan. Dalam bidang seni

khususnya musik masyarakat, sebagai salah satu wilayah yang masih memegang

teguh adat kesultanan atau keraton masyarakat jogja sudah dibiasakan dengan seni

musik yang disebut dengan Karawitan, yaitu suatu seni bermusik yang didominasi

oleh seperangkat alat musik klasik sperti kenong, gong, dan lain sebagainya.

Dalam perkembangannya musik karawitan menyesuaikan dengan berbagai budaya

baru yang diadopsi dari modernisasi dan melahirkan bentuk-bentuk gaya bermusik

yang berbeda.

Tidak berbeda seperti kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, Surabaya,

Bandung dan lain sebagainya, Yogyakarta juga memunculkan berbagai

keragaman khususnya berkaitan dengan dunia musik. Banyak terdapat berbagai

jenis aliran ataupun genre musik yang dimunculkan oleh para musisi sebagai

dampak dari modernisasi zaman.

Yogyakarta selain sebagai kota pelajar ataupun kota seni dan budaya,

ternyata wilayah ini juag mampu menghasilkan para musisi yang tangguh dan

(54)

digambarkan banyaknya para musisi yang berasal dari kota gudeg tersebut mampu

menembus pasar industri musik lingkup nasional berdasarkan pada karya-karya

yang telah berhasil mereka buat. Sebut saja Sheila on 7 yang sempat mengebrak

pasar industri musik dengan album mereka yang berhasil terjual lebih dari 30.000

copy. Letto band yang juga hingga saat ini masih sering menghiasi acara layar

televisi dan menjadi sebuah icon yang mungkin tak akan pernah terlupakan bagi

para pengemarnya.

Atmosphere dunia musik diwilayah Yogyakarta bukan hanya didasarkan

pada jenis, aliran ataupun genre musik yang telah mampu menembus pasar

industri musik lingkup nasional saja. Dari reggae, Ska, Pop, Rock, Keroncong dan

lain sebagainya menjadi sebuiah keistimewaan tersendiri bagi wilayah tersebut

dalam menyikapi berbagai keragaman khususnya dalam bidang musik.

Keragaman selera musik yang dimunculkan memberikan dampak

tersendiri bagi para musisi. Dampak positif akan diperoleh ketika musik yang

mereka usung menjadi lirikan para pengusaha industri musik rekaman (Major

Label) untuk diadopsi, dan tentunya hal tersebut akan mampu memunculkan

peluang bagi para musisi yang bersangkutan akan memperoleh popularitas dan

nilai jual yang tinggi akan karya-karyanya. Adapun dampak negative yang

sebaliknya diperoleh adalah jika para pengusaha industri musik rekaman (Major

Label) sama sekali tidak tertarik dengan musikalitas yang mereka hasilkan, hal

tersebut semakin menguatkan asumsi bahwa para musisi tersebut harus berjuang

(55)

karya-karya mereka mampu dikenal dan diakui oleh masyarakat khususnya para

pecinta musik.

Berawal dari keragaman yang dimunsulkan membawa sebuah akibat

bahwa tidak sedikit berbagai jenis, aliran atau genre musik yang ada tidak mampu

meraih pasar khsususnya pasar industri musik rekaman dengan latar belakang

kurang atau terbatasnya pengelolaan yang mampu dilakukan. Ironisnya jenis,

aliran, atau genre musik tersebut merupakan ragam musikalitas yang tidak masuk

dalam kategori Major label.

Major label merupakan perusahaan yang didominasi oleh para pemodal

dengan tujuan meraih keuntungan. Secara per suku kata dapat pula diartikan,

Major berarti besar dalam konteks perusahaan sehingga dapat pula bermakna

perusahaan besar, sedangkan label Adapun langkah utama yang dijadikan

dasarkan perusahaan tersebut dalam menjalankan usahanya adalah dengan

mengadopsi jenis, aliran atau genre musik yang bersifat populer atau sedang

ngetrend. Langkah tersebut diambil dengan alasan bahwa pengakuan masyarakat

terhadap jenis, aliran atau genre musik yang di cap sedang ngetrend membuka

peluang bisnis bahwa musik tersebut secara kasat banyak digemari oleh

masyarakat pencinta musik dan tentunya akan mampu menghasilkan keuntungan

yang relatif besar.

Keberadaan industri musik rekaman sekelas Major Label di wilayah

Yogyakarta melahirkan band-band atau musisi yang mampu menembus pasar

blantika musik lingkup nasional. Shaggy dog Band, Sheila on 7 band, Letto band

(56)

khususnya untuk wilayah Yogyakarta. Karya-karya mereka pun dengan segera

menjelma menjadi sebuah bentuk apresiasi yang tidak asing menghiasi

media-media hiburan baik media-media elektronik (radio dan televisi), media-media surat kabar dan

media lain- lainnya.

Sony Music Record, Entertainment Music Industries (EMI), Universal

Music record, merupakan beberapa perusahaan industri musik berskala Major

Label. Perusahaan ini mengadopsi berbagai jenis, aliran, atau genre musik dengan

indikasi ngetrend atau populer dimasyarakat. Keberadaan dari

perusahaan-perusahaan tersebut tidak jarang memberikan dampak tersingkirnya jenis, aliran,

atau genre musik yang sudah tidak populer dimasyarakat. Berdasarkan pada

ketimpangan tersebut muncul komunitas yang menamakan dirinya “Indie”.

Indie berarti cap simbolik untuk menunjukkan semangat independent

(merdeka), tanpa sudi dikendalikan pihak manapun terutama institusi pasar

(Kompas, 2007). Komunitas ini muncul akibat dominasi perusahaan Major Label

dalam upaya meraih perluasan pasar khususnya di sektor industri musik rekaman.

Aspek lain yang melatarbelakangi munculnya komunitas musik indie adalah

asumsi yang menyatakan bahwa jenis, aliran, atau genre musik yang mereka

adopsi di cap sudah tidak populer atau ngetrend dikalangan masyarakat pecinta

musik. Berawal dari munculnya asumsi di atas mendorong para musisi atau

band-band yang sudah dianggap usang tersebut memberikan semangat perlawanan yaitu

dengan tetap menghasilkan karya-karya mereka dengan tujuan meraih pasar

(57)

Secara garis besar keberadaan komunitas musik indie bertujuan

mempertahankan idealis mereka dalam hal musik, yaitu inggin tetap eksist dan

diakui bahwa mereka ada. Bentuk upaya yang mampu dimunculkan komunitas

tersebut dalam meraih eksistensi dunia musik yaitu dengan tetap

mengapresiasikan konsep musik yang mereka anut dengan tujuan mampu

menghasilkan karya-karya yang nantinya dapat dinikmati masyarakat banyak

khususnya masyarakat pecinta musik.

Komunitas musik indie pada awalnya muncul dari dominasi kreativitas

anak muda dalam menyikapi segala aspek yang dinilai syarat dengan berbagai

ketimpangan, yakni khusus nya dalam bidang musik. Pangsa pasar yang selama ini

dinilai hanya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar (Major Label)

memunculkan sebuah bentuk perlawanan yaitu memunculkan berbagai bentuk

usaha dengan sistem pengelolaan yang mereka ciptakan sendiri.

Banyaknya band-band indie yang ada di Yogyakarta menarik simpati

peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentang pola pengelolaan dari komunitas

tersebut dalam melangsungkan kegiatannya di sektor musik tentunya. Oleh karena

jumlah band indie di Yogyakarta belum memiliki data yang pasti peneliti

memfokuskan penelitiannya terhadap band-band indie yang bersifat sudah

Referensi

Dokumen terkait

bea kela terhadap kulills {tan oiganolcfrik dodol susu kerbau. di@ifesiasikln datam krdar pr.rein. rekstur

Salah satu cara untuk mencari referensi tema dan judul adalah dengan melihat katalog tugas akhir yang terdapat pada perpustakaan kampus, namun pada saat ini katalog yang digunakan

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis kedua (H2) yaitu terdapat pengaruh lingkungan non fisik terhadap stres kerja, karena kondisi lingkungan tempat bekerja yang sesuai

Meskipun aktivitas siswa tergolong tinggi dengan skor 118, namun masih banyak aspek yang belum dilakukan oleh siswa dengan baik, hal itu dapat dilihat pada tiap

Prilaku mencuci tangan paling banyak dilakukan pada momen setelah terkena cairan tubuh pasien dan sebelum melakukan prosedur aseptic sedangkan momen yang paling jarang dilakukan

dua tempat, yaitu di Lahan percontohan dan dibalai desa Mayang. - tempat pelaksanaan SLPHT dilakukan di dua tempat, yaitu di Lahan percontohan dan dib alai desa

jawaban yang tepat dari soal – soal dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan pada usahatani cabai merah per hektar per satu kali musim tanam di Desa