• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XV/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XV/2017"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

rtin

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 3/PUU-XV/2017

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014

TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

MENDENGARKAN KETERANGAN PRESIDEN DAN DPR

(III)

J A K A R T A

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 3/PUU-XV/2017 PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah [Lampiran I huruf DD angka 5] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON

1. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kabupaten Sukabumi

ACARA

Mendengarkan Keterangan Presiden dan DPR (III)

Senin, 20 Februari 2017, Pukul 14.05 – 14.45WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Arief Hidayat (Ketua)

2) Aswanto (Anggota)

3) I Dewa Gede Palguna (Anggota)

4) Manahan MP Sitompul (Anggota)

5) Suhartoyo (Anggota)

6) Wahiduddin Adams (Anggota)

7) Maria Farida Indrati (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Novi Mulyati 2. Susi Marfia 3. Reni Setiawati 4. Suhaelah 5. Rina Nurrinawati B. Pemerintah:

1. Widodo Sigit Pudjianto

2. Saiful Bahri

3. Chandra

4. Naufi Ahmad Naufal

5. Ninik Hariwanti

(4)

1. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Bismillahirrahmaanirrahiim. Sidang dalam Perkara Nomor 3/PUU-XV/2017 dengan ini dibuka dan terbuka untuk umum.

Saya cek kehadirannya dari Pemohon, siapa saja yang hadir? Silakan.

2. PEMOHON: SUHAELAH

Assalamualaikum wr. wb.

3. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Waalaikumsalam wr. wb.

4. PEMOHON: SUHAELAH

Kami semua di sini adalah sebagai Pemohon yang diwakili oleh ... dari sebelah kiri saya, Novi Mulyati. Kemudian sebelah kanan saya, Susi Marfia, S.H. Sebelah kanan saya, Reni Setiawati, S.H., kemudian saya sendiri Suhaelah, S.H., M.B.A., kemudian yang di ujung sebelah kanan saya adalah Rina Nurrinawati, S.E. Demikian.

5. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik, terima kasih. Dari DPR tidak ada, tidak hadir, ada surat tertanggal 14 Februari karena berkenaan dengan kegiatan rapat-rapat di DPR. Dari Pemerintah yang hadir siapa? Silakan.

6. PEMERINTAH: HOTMAN SITORUS

Terima kasih, Yang Mulia. Pemerintah hadir Bapak Widodo Sigit Pudjianto, Bapak Saiful Bahri, Bapak Chandra dari Kementerian Dalam Negeri, Pak Naufi Ahmad Naufal dari Kementerian Perdagangan. Dari Kementerian Hukum dan HAM, Ibu Ninik Hariwanti dan saya sendiri Hotman Sitorus. Demikian, Yang Mulia. Terima kasih.

SIDANG DIBUKA PUKUL 14.05 WIB

(5)

7. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik. Agenda pada siang hari ini adalah mendengarkan keterangan dari Presiden dan DPR, berhubung DPR tidak hadir maka satu-satunya agenda adalah mendengarkan keterangan dari Pemerintah yang mewakili Presiden. Saya persilakan. Siapa, Pak Sitorus?

8. PEMERINTAH: HOTMAN SITORUS

Pudjianto, Yang Mulia.

9. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Silakan.

10. PEMERINTAH: WIDODO SIGIT PUDJIANTO

Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua. Yang Mulia, izin untuk membacakan keterangan Presiden atas permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia di Jakarta. Dengan hormat yang bertanda tangan di bawah ini.

1. Nama: Tjahjo Kumolo (Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia).

2. Nama: Yasonna H. Laoly (Meteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia).

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Presiden Republik Indonesia, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri yang selanjutnya disebut Pemerintah.

Perkenankanlah kami menyampaikan keterangan, baik lisan maupun tertulis yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan atas permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran I huruf DD nomor 5 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Perdagangan yang selanjutnya disebut Undang-Undang Pemerintah Daerah terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disebut Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Yang dimohonkan oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atau BPSK Kabupaten Sukabumi yang dalam hal ini memberikan kuasa kepada Amirudin Rahman, S.H., dan Kawan-Kawan sesuai register di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor Perkara 3/PUU-XV/2017.

Selanjutnya perkenankanlah Pemerintah menyampaikan

(6)

I. Pokok permohonan Para Pemohon.

1.Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah pada angka I huruf DD huruf 5 tidak memiliki makna, ambigu, tidak jelas, dan/atau bersifat multitafsir.

2.Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atau BPSK lebih

memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang berkapasitas sebagai konsumen dalam memakai, menggunakan, dan/atau memanfaatkan barang dan jasa yang beredar di masyarakat. Dalam hal barang dan jasa yang beredar itu tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3.Penyelesaian perkara di BPSK memiliki kelebihan dibandingkan

penyelesaian perkara di badan peradilan.

4.Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah dalam lampiran pada I huruf DD nomor 5, khusus mengenai pelaksanaan perlindungan konsumen telah ditafsirkan termasuk di dalamnya bahwa penganggaran pelaksanaan tugas BPSK diambil alih atau kewenangan menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi.

5.Penafsiran demikian mengakibatkan pengelolaan manajemen

pelayanan kepada masyarakat menjadi sia-sia dan tidak berkelanjutan, sehingga menghambat penegakkan hak asasi manusia. Pemohon tidak dapat lagi melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 52 Undang-Undang Perlindungan Konsumen sehingga hak masyarakat untuk mendapatkan akses kepada keadilan (access to justice) menjadi terabaikan.

II. Kedudukan Hukum atau legal standing Para Pemohon.

Uraian tentang kedudukan hukum atau legal standing Para Pemohon akan dijelaskan secara lebih rinci dalam keterangan Pemerintah secara lengkap dan yang akan disampaikan pada persidangan berikutnya atau melalui Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Namun demikian Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk mempertimbangkan dan menilai apakah Para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) atau tidak, sebagaimana yang ditentukan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi maupun berdasarkan putusan-putusan Mahkamah Konstitusi terdahulu, yaitu Putusan Nomor 006/PUU-III/2005 dan Putusan Nomor 11/PUU-V/2007.

III. Penjelasan Pemerintah terhadap materi yang dimohonkan oleh Para

(7)

Terhadap materi yang dimohonkan oleh Para Pemohon, pemerintah menyampaikan keterangan sebagai berikut.

1. Perlu Pemerintah sampaikan hingga saat ini sudah terdapat tiga

pengujian atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, khususnya terkait pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang diajukan oleh warga negara/masyarakat maupun lembaga pemerintah daerah di Mahkamah Konstitusi. Pengujian ini merupakan salah satu mekanisme untuk memperbaiki tata regulasi yang ada agar sesuai dan tidak bertentangan dengan konstitusi dalam rangka mewujudkan tata kehidupan kenegaraan yang adil dan sejahtera. Namun demikian, perlu adanya pemahaman bahwa penyelenggaraan pemerintahan mulai pemerintah desa hingga pemerintah pusat merupakan satu kesatuan penyelenggara negara. Sehingga perlu dimaknai bahwa kebijakan pemerintah yang ada merupakan kebijakan nasional yang wajib dilaksanakan oleh seluruh lembaga pemerintah termasuk di dalamnya pemerintah daerah, provinsi, kabupaten, dan kota.

2. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang

Dasar Tahun 1945 menyatakan, “Pemerintah daerah menjalankan otonomi daerah seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.” Hal ini bermakna negara telah memberikan kewenangan yang bersifat open legal policy kepada pemerintah dan di DPR untuk mengatur dan menjalankan otonomi seluas-luasnya.

3. Bahwa pada Pasal 9 undang-undang a quo diatur tentang

klasifikasi urusan pemerintahan dan pembagian kewenangan di antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang berbunyi sebagai berikut.

1) “Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan

absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.

2) Urusan pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan

yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat.

3) Urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan

yang dibagi antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

4) Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan kepada

daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomi.

5) Urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan presiden sebagai kepala pemerintahan.”

(8)

4. Pembagian urusan pemerintahan di bidang perdagangan sudah sangat jelas dan tegas memberikan pengaturan mengenai kewenangan pelaksanaan perlindungan konsumen, yaitu berada pada pemerintahan daerah provinsi. Sehingga tidak ada makna maupun tafsir lain, sehingga daripada yang secara jelas dan tegas telah diatur dalam lampiran dimaksud, yakni kewenangan pelaksanaan perlindungan konsumen berada pada pemerintahan daerah provinsi.

5. Lampiran undang-undang a quo mengatur mengenai kewenangan

pelaksanaan perlindungan konsumen. Sedangkan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengatur mengenai Pembentukan BPSK di Daerah Tingkat II. Jadi, tidak ada pertentangan sama sekali. Dan dengan tidak dibubarkannya BPSK di daerah tingkat II atau kabupaten/kota menunjukkan bahwa pengaturan kewenangan pelaksanaan perlindungan konsumen pada pemerintah provinsi sebagaimana dimaksud dalam lampiran undang-undang a quo bukan dimaksudkan untuk menghentikan kegiatan BPSK di kabupaten/kota, namun hanya mengatur kewenangan pemerintahan daerah provinsi yang berdampak pada beralihnya penganggaran BPSK dari semula melekat APBD kabupaten menjadi melekat pada APBD provinsi.

6. Perlu Pemerintah sampaikan pula bahwa Pasal 408

Undang-Undang Pemerintah Daerah telah mengatur bahwa pada saat undang-undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyelenggara pemerintahan daerah dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan undang-undang ini. Dengan demikian, segala peraturan perundang-undangan sepanjang berkenaan dengan kewenangan kabupaten/kota termasuk kewenangan pelaksanaan perlindungan konsumen adalah tunduk pada Undang-Undang Pemerintah Daerah, kecuali ditentukan lain atau tidak diatur dalam undang-undang pemerintahan daerah itu sendiri.

7. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen, maka sudah jelas bahwa penyelesaian sengketa konsumen termasuk ruang lingkup perlindungan konsumen. Dengan demikian, pada saat kewenangan pelaksanaan perlindungan konsumen berada berdasarkan Undang-Undang Pemerintahan Daerah merupakan kewenangan pemerintah daerah provinsi. Sudah barang tentu penganggaran yang berkenaan dengan pelaksanaan perlindungan konsumen termasuk di dalamnya penyelesaian sengketa merupakan anggaran pemerintah provinsi.

(9)

8. Bahwa dalam ketentuan pasal undang-undang ... ulangi. Bahwa dalam ketentuan Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pada intinya menyatakan pemerintah menjamin stabilitas perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, keadilan, keberlanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Hal ini mengandung makna bahwa tujuan utama dari pengaturan ekonomi adalah bukan atas pembagian wewenang penyelenggaraan bidang perekonomian khususnya perdagangan, akan tetapi lebih pada kewajiban pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam kehidupan bangsa. Adapun upaya tersebut dilaksanakan melalui pemerintah dengan menyelenggarakan suatu sistem perlindungan konsumen yang diatur di dalam undang-undang dengan menentukan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Enam. Peralihan kewenangan dalam bidang anggaran sesungguhnya justru memberikan manfaat lebih baik terhadap efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan, antara lain:

1. A, adanya kesamaan penganggaran operasional maupun honarium anggota BPSK di setiap kabupaten/kota dalam satu provinsi. B, Pembinaan sumber daya manusia di BPSK menjadi lebih efisien karena terkoordinasi dengan baik oleh pemerintah provinsi. C, Prosedur pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja BPSK menjadi lebih efisien karena berfungsi sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah.

Tujuh. Bahwa secara prinsip setiap aturan yang dibuat oleh negara adalah semata-mata untuk menciptakan suatu tata kehidupan yang lebih baik guna menjaga keberlanjutan pemerintahan dan kemajuan di segala aspek kehidupan dalam upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Demikian halnya dengan ketentuan a quo yang saat ini sedang diujikan.

Delapan. Bahwa pengaturan kewenangan pelaksanaan perlindungan konsumen yang berada pada pemerintah daerah provinsi tidaklah sama sekali menghentikan. Sekali lagi, tidaklah sama sekali menghentikan pelayanan hukum terhadap di dalamnya penyelesaian sengketa kepada masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat tetap diberikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hanya saja berdasarkan undang-undang a quo, kewenangan berada pada pemerintah daerah provinsi, sehingga apa yang didalilkan Pemohon bahwa lampiran undang-undang a quo akan menyebabkan terhambatnya pembangunan hukum bagi masyarakat adalah sangat tidak berdasar dan keliru, mengingat masyarakat tetap mendapatkan

(10)

haknya dalam rangka perlindungan konsumen yang kini pengelolaannya berada pada pemerintah daerah provinsi.

Sembilan. Bahwa objek permohonan a quo sama sekali bukanlah sebagai penghalang bagi Pemohon untuk melakukan pembangunan di segala aspek kehidupan, termasuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran hukum untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya, khususnya di wilayah Kabupaten Sukabumi sebagaimana disampaikan oleh Pemohon dalam permohonannya pada angka 13 huruf c yang mana berdasarkan lampiran undang-undang yang sudah diuji, penganggarannya dibebankan pada APBD provinsi.

Sepuluh. Dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dalam bidang perlindungan konsumen, khususnya terkait dengan BPSK, pemerintah melalui Menteri Perdagangan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/Per/II/2017 tanggal 13 Februari 2017 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Permendag Nomor 6 Tahun 2017 yang mengatur antara lain mengenai pembentukkan, tugas, wewenang BPSK, keanggotaan BPSK, biaya penyelenggaraan BPSK, hingga pengangkatan dan pemberhentian anggota BPSK.

Sebelas. Terkait biaya penyelenggaraan BPSK, hal tersebut telah diatur secara lengkap dan jelas, salah satunya dalam ketentuan Pasal 31 ayat (2) Permendag Nomor 6 Tahun 2017 yang menyatakan bahwa biaya penyelenggaraan BPSK dibebankan pada anggaran pendapatan belanja provinsi dan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

Dua belas. Dalam ... bahwa dalam rangka menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen di luar pengadilan sebagai implementasi perlindungan konsumen dan penguatan perekonomian nasional sampai dengan saat ini telah terdapat 171 BPSK yang terbentuk di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, termasuk Provinsi DKI Jakarta berdasarkan keputusan presiden. Dan 112 di antaranya telah dilengkapi dengan perangkat anggota BPSK dan sekretariat BPSK untuk menjankan fungsi pelayanan pengaduan konsumen. Sedangkan 59 BPSK yang telah terbentuk namun belum beroperasional ... ada 59 yang belum beroperasional. Adapun provinsi yang belum memiliki BPSK adalah Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Maluku, dan Provinsi Papua Barat.

Tiga belas. Dengan adanya perubahan kewenangan menempatkan urusan perlindungan konsumen sebagai kewenangan provinsi, telah ditindaklanjuti dengan penganggaran operasional BPSK oleh pemerintah provinsi. Pada tahun 2017 ini sebanyak 19 provinsi telah menganggarkan operasional BPSK dengan APBD provinsi, yaitu Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jambi, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Jawa Barat, Provinisi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

(11)

Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Barat, Provinisi Kalimantan Utara, Provinisi Sulawesi Tenggara, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Bali, dan Provinsi Kalimantan Selatan.

Jumlah BPSK yang telah tersedia anggaran operasional tahun 2017 sebanyak 80 BPSK, termasuk BPSK Kabupaten Sukabumi yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat.

Khusus untuk Provinsi Sulawesi Selatan baru dapat menganggarkan operasional BPSK dari delapan BPSK yang ada di wilayahnya. Di samping itu, masih ada 13 provinsi yang belum menganggarkan operasional BPSK dalam APBD provinsi dengan jumlah BPSK yang provinsinya sebanyak 27 BPSK.

Empat belas. Ada pun hal-hal yang telah dilakukan pemerintah pusat sebagai tindak lanjut perubahan kewenangan yang menyangkut BPSK, antara lain sebagai berikut.

a. Tanggal 15 Februari 2015 bertempat di Audiotarium Kementerian

Perdagangan telah dilakukan pembahasan mengenai pendanaan BPSK berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang dihadiri oleh perwakilan Sekretaris Kabinet, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Hukum dan HAM, Bappenas, dan 29 dinas provinsi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan. Hasil rapat telah disampaikan kepada 34 dinas provinsi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan.

b. Tanggal 3 Juni 2015 telah dilakukan koordinasi dengan Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mengenai posisi BPSK dari aspek Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang dilanjutkan dengan rapat koordinasi antara Kementerian Perdagangan dengan seluruh dinas provinsi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan pada tanggal 26 Juni 2015.

c. Tanggal 25 Agustus telah dilaku ... dilaksanakan pembahasan

mengenai posisi dan pembiayaan BPSK di Sekretaris Kabinet yang dihadiri oleh perwakilan Sekretariat Negara, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri, dan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, saat ini Diretorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan yang menghasilkan keputusan bahwa pembiayaan operasional BPSK merupakan tanggung jawab pemerintah provinisi sesuai dengan kewenangan pemerintah provinsi yang diamatkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang dijabarkan melalui program dan kegiatan di bidang perdagangan atau perlindungan konsumen pada dinas provinsi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan.

(12)

d. Hasil rapat sebagaimana dimaksud pada huruf c, ditindaklanjuti dengan penyampaian surat dari Sekretaris Kabinet kepada Menteri Dalam Negeri Nomor B.461/Setkab/Ekon/IX/2015 tanggal 4 September 2015 perihal BPSK.

e. Tanggal 21 Desember 2015, Menteri Dalam Negeri menyampaikan

jawaban melalui Surat Nomor 120/70.1.9/SJ kepada Sekretaris Kabinet yang antara lain menyatakan:

1. “Pelaksanaan perlindungan konsumen dapat dianggarkan dalam

bentuk program dan kegiatan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pemerintah provinsi.

2. Pendanaan BPSK di kabupaten/kota dapat dianggarkan dalam

APBD pemerintah provinsi dalam bentuk belanja hibah.”

f. Tanggal 15 Februari 2016 dilaksanakan kembali rapat untuk

membahas anggaran BPSK dengan dinas provinsi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan. Dan berdasarkan hasil rapat tersebut, Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan menyampaikan penegasan kembali kepada para kepala dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan mengenai kewajiban untuk melakukan penganggaran operasional BPSK dengan APBD provinsi tahun 2017. Penegasan tersebut dituangkan dalam Surat Nomor 26/PKTN/SD/II/2016, tanggal 23, 2016.

g. Direktur Pemberdayaan Konsumen Kementerian Perdagangan

selanjutnya menyampaikan imbauan kepada para kepala dinas provinsi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan yang belum mengalokasikan anggaran BPSK agar segera melaksanakan hal tersebut. Imbauan dituangkan dalam Surat Nomor 441/PKTN.2.4/SD/IIX/2016, tanggal 3 Agustus 2016.

h. Selanjutnya Direktur Pemberdayaan Konsumen Kementerian

Perdagangan melalui Surat Nomor 755/PKTN.2.4/SD/XII/2016, tanggal 20 Desember 2016 yang ditujukan kepada para kepala dinas dan kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan menyampaikan bahwa apabila terjadi kendala terkait pengalihan kewenangan BPSK dari kabupaten/kota ke provinsi, maka untuk menghindari kekosongan hukum penanganan penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan oleh dinas provinsi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan, BPSK terdekat atau dapat menghubungi pelayanan pengaduan konsumen yang disediakan oleh direktorat pemberdayaan konsumen.

Lima belas. Bahwa proses pembentukan peraturan perundang-undangan dilakukan dengan sangat cermat dan hati-hati berdasarkan pengalaman, analisa, dalam rangka memperbaiki regulasi yang telah tidak sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa dan upaya antisipasi

(13)

terhadap potensi permasalahan yang dimungkinkan akan terjadi di kemudian hari. Demikian halnya dengan objek permohonan a quo.

Enam belas. Bahwa dalam rangka menjaga wibawa penyelenggaraan ketatanegaraan dan mengingat pula pada bahwa berdasarkan Pasal 49 ayat (5) UUPK mengatur bahwa pengangkatan dan pemberhentian anggota BPSK ditetapkan oleh Menteri Perdagangan. Dan bahwa pelaksanaan … pelaksanaan tugas BPSK pun bersumber dari APBD. Pemerintah menyarankan kepada Para Pemohon yang dalam hal ini berdasarkan uraian tersebut di atas adalah termasuk unsur penyelenggara untuk mempertimbangkan menarik kembali pengujian ini yang dimungkinkan berdasarkan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang berbunyi, “Pemohon dapat menarik kembali permohonannya sebelum atau selama pemeriksaan Mahkamah Konstitusi dilakukan.” Hal ini mempunyai makna penting bagi masyarakat dan dunia internasional sebagai indikator utama bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diselenggarakan oleh para penyelenggara negara baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota adalah satu kata, satu tekad, satu tim, satu visi menghadirkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

IV. Petitum.

Berdasarkan keterangan tersebut di atas, Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua Majelis Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan pengajuan Lampiran I huruf DD nomor 5 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Perdagangan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah untuk memberikan putusan sebagai berikut.

1. Menolak permohonan pengujian Pemohon seluruh atau

setidak-tidaknya menyatakan permohonan pengujian Pemohon tidak dapat diterima.

2. Menerima keterangan Pemerintah secara keseluruhan.

3. Menyatakan Lampiran I huruf DD nomor 5 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Bidang Perdagangan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun apabila Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon kiranya dapat memberikan putusan yang bijaksana dan seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Demikian keterangan ini, atas perkenaan dan perhatian Yang Mulia Ketua Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dihaturkan terima kasih. Jakarta, 20 Februari 2017, hormat kami Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia, Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (Tjahjo Kumolo), Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia (Yasonna H. Laoly).

(14)

Demikian, Yang Mulia. Telah kami bacakan, terima kasih. Assalamualaikum wr. wb.

11. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Waalaikumsalam wr. wb. Terima kasih, Bapak Widodo. Silakan duduk. Dari meja Hakim, ada? Silakan.

12. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA

Terima kasih, Pak ketua. Ini sebenarnya saya cuma mau meminta penegasan dari Pemerintah saja. Ya, keterangan Pemerintah rinci, kami memahami keterangan itu. Tapi ada yang mau saya sampaikan karena apa yang disampaikan oleh Pemohon adalah fakta bahwa setelah keluarnya undang-undang ini banyak kegiatan Pemohon yang tidak lagi bisa dilaksanakan karena sebelumnya itu dianggarkan lewat APBD kabupaten/kota, begitu ya. Dan itulah dasarnya kenapa mengajukan ke sini.

Sementara tampaknya juga di dalam praktiknya kalau kita membaca permohonan Pemohon, hal itu juga tidak menemukan jalan keluar yang … dari Pemerintah juga disinggung sebenarnya dalam permohonan. Ternyata karena itu dialihkan ke provinsi, maka penganggarannya pun lewat anggaran provinsi, begitu, Pak.

Nah, yang menjadi pertanyaan saya adalah begini. Pertama, apakah peristiwa yang dialami oleh Pemohon ini, khususnya Kabupaten Sukabumi, itu hanya karena keterlambatan pengaturan … turunnya peraturan pelaksanaan ataukah itu memang ada hal yang substansial? Kalau dilihat dari keterangan Pemerintah tidak ada hal yang substansial sebenarnya. Keterlambatan pengaturan sehingga deadlock, tidak ada ini. Yang biasanya masyarakat mendapatkan pelayanan oleh BPSK, menjadi tidak karena dikatakan tidak ada anggaran. Jadi apakah karena keterlambatan pengaturan? Sebab tadi saya mendengar Permendag Nomor 6 Tahun 2017 itu kan baru keluar. Berarti sebelum permohonan diajukan, ya? Kalau saya tidak salah. Itu pertanyaan saya.

Kemudian yang kedua, ini yang mungkin lebih penting, ya. Karena ini saya kira juga akan berpengaruh kepada pelaksanaan tugas dari BPSK. Kalau itu dikatakan sekarang merupakan kewenangan provinsi sesuai dengan jenis kewenangan yang tadi diuraikan oleh Pemerintah dan kemudian anggarannya itu sekarang dianggarkan dalam bentuk belanja hibah. Nah, pertanyaannya kemudian adalah jumlahnya sama enggak dengan yang sebelumnya dinikmati oleh Pemohon ketika itu masih merupakan kewenangan kabupaten/kota? Dengan terminology belanja hibah itu, apakah termasuk juga jumlah dan ... dan mekanisme pelaksanaannya masih sama enggak dengan sebelumnya? Sehingga ibaratnya kalau kami boleh menggunakan istilah yang juga muncul di

(15)

persidangan ini untuk permohonan Undang-Undang Pemerintahan Daerah juga, sebenarnya persoalannya hanya memindahkan uang dari kantong kiri ke kantong kanan. Apakah benar begitu? Sama ndak jumlahnya dengan kalau dianggarkan lewat belanja hibah itu tadi?

Itu sebenarnya esensinya. Tapi, yang terakhir karena mengapa saya juga menanyakan apakah ini soal keterlambatan pengaturan atau tidak? Karena tadi ada imbauan dari ... apa namanya ... surat apa itu tadi dari Pemerintah yang mengatakan ... bagi Pemerintah, ya, kira-kira? Bagi pemerintah daerah yang belum menganggarkan untuk soal itu, untuk segera menganggarkan. Itu berarti, saya menduga di situ secara implisit ada pernyataan ini soal keterlambatan pengaturan. Apakah benar demikian? Itu saja, Pak Ketua. Terima kasih, Yang Mulia.

13. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik. Silakan, Pemerintah, bisa direspons.

14. PEMERINTAH: WIDODO SIGIT PUDJIANTO

Terima kasih, Yang Mulia. Jadi, pertama, kami sampaikan bahwa memang ... memang ada ... dalam Undang-Undang Nomor 23 yang merupakan revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 itu berdasarkan hasil evaluasi selama 10 tahun berlakunya itu, ada kewenangan-kewenangan yang diberikan kepada kabupaten, itu kabupaten/kota tidak dilaksanakan secara maksimal sehingga memberikan dampaknya yang ... apa itu ... luas. Sehingga pada skala nasional itu merugikan Pemerintah kita. Kasih contoh misalkan soal ... sama ini ... ada tiga urusan, bidang hutan ... kehutanan, tambang, sama laut, sama sebagian pendidikan. Pendidikan, kenapa kita ngotot pemerintah pusat mengambil alih, kasihkan provinsi? Kualitasnya pengin disamakan. Bogor sama Papua sana itu diharapkan naik atau kalau tidak Nusa Tenggara Timur lah minimal, begitu. Nah, tapi ... kan begitu ... kalau diserahkan itu, ada beberapa tidak efisiennya. Prinsipnya itu dan itu dibolehkan. Ini soal di negara kita.

Kemudian yang kedua, balik lagi kepada soal perdagangan, sementara ditarik sama, Pak, prinsipnya hampir sama. Kalau soal penganggaran, penganggaran memang masing-masing daerah pemahamannya itu lain-lain. Kepala daerah itu harusnya dinas-dinasnya itu dengan sigap me ... menganggarkan. Ada yang tidak sigap. Tidak sigap memang enggak bisa kami me ... menyampaikan karena dia ikut pilkada, karena dia ikut mau dipindah, segala macam, dia tanggung jawab saja. Tapi secara kebijakan, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kali aturan. Itu satu.

(16)

Di tempat kami itu, orang berkonsultasi banyak. Mestinya kayak hal-hal begini ini bisa disampaikan saja, dijelaskan saja. “Pak, kami ini dengan Anda akan pindah ke sini, kami ada kesulitan.”

“Kesulitannya apa?” “Duit.”

“Duit bisa lebih banyak daripada dianggarkan oleh kabupaten/kota karena kabupaten/kota di Indonesia yang jumlahnya 500-an itu, belum tentu duitnya bisa banyak.” Kira-kira begitu.

Saya justru lebih setuju kalau ditaruh di provinsi. Bisa, Pak, itu di-UPT-kan, dihibahkan di sana, tetap enggak masalah itu. Menurut kami tidak masalah. Kalau menurut pemahaman kami, ini hanya case-nya saja. Ini bukan mewakili Sukabumi, tidak. Menurut kami, tidak mewakili seluruh Indonesia. Sehingga sebenarnya bisa. Sekali lagi, bisa diselesaikan. Apa yang kurang? Toh Pemerintah tidak menghilangkan, tidak menutup, tidak membatalkan BPSK itu tadi, gitu lho. Kenapa harus dibawa ke sini? Pikiran saya, gitu. Tanya saja. Kira-kira begitu, Pak.

15. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA

Ya, ya, sudah, Pak. Jadi, saya potong sedikit. Justru arah pertanyaan saya mau ke sana itu sebenarnya tadi. Kalaulah ini soal keterlambatan pengaturan, maka seharusnya permohonannya tidak ada. Itu lho, arah pertanyaan saya maksudnya.

Jadi, tapi kalau memang ada perbedaan, jadi beralasan permohonannya karena dia jadi ndak bisa bekerja, gitu lho. Kalau ini soal keterlambatan pengaturan padahal sebenarnya jumlahnya sama dan itu bisa diatur lewat peraturan pelaksanaan, dan sebagainya itu. Dan pemahaman pemerintahan dari pusat sampai ke daerah itu sama, mestinya tidak ada permohonan ini. Kan saya mau menggali pertanyaan itu.

Jadi kalau memang itu bagaimana, Pak, terus itunya? Apakah dari sisi jumlah, misalnya kira-kira dengan logika keterangan Pemerintah seperti tadi, saya menafsirkan jumlahnya tidak berubah itu. Jumlah ... bahkan, mungkin bisa lebih.

16. PEMERINTAH: WIDODO SIGIT PUDJIANTO

Betul.

17. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA

Nah, barangkali bisa lebih. Nah, oleh karena itu, tapi kan pemahamannya jadi berbeda ketika itu terlambat dikeluarkan dan jadi Pemohon, lalu merasa tidak bisa bergerak dengan ininya. Jadi, menurut saya, tadi imbauan Pemerintah betul bahwa ini sebenarnya bisa

(17)

dikonsultasikan ke situ. Tetapi karena aturannya terlambat datang, jadi Pemohon enggak mempunyai jalan lain kecuali mengajukan ... nah, itu ... itu yang ... yang ingin saya gali sebenarnya lewat pertanyaan itu. Tapi, silakan kalau masih ada keterangan tambahan yang mau disampaikan.

Kalau soal pendidikan tadi kan, itu sudah di dua persidangan sebelumnya kami sudah mendengar keterangan Pemerintah. Makanya tadi saya muncul istilahnya, apakah ini tidak persoalan dari ... memindahkan dari kantong kiri ke kantong kanan? Karena kan, Anda dalam dua keterangan sebelumnya kan Pemerintah sudah menyampaikan juga urusan yang mana yang tadi kabupaten/kota dan apa alasannya kemudian dikembalikan atau dipindahkan? Itu kita sudah dengar. Tapi mengenai soal ini karena titik beratnya adalah merasa terhambatnya Pemohon dalam melaksanakan tugasnya karena anggarannya dikatakan tidak ada lagi di kabupaten/kota. Nah, itu yang jadi makanya saya menanyakan pertanyaan itu. Maaf, Pak Ketua, saya memperjelas pertanyaan saya. Terima kasih.

18. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Ada respons, Pak Widodo, tambahan?

19. PEMERINTAH: WIDODO SIGIT PUDJIANTO

Ya. Jadi begini ... kepastiannya begini. Kalau teman-teman Sukabumi itu tanya kepada provinsi, dijawab dengan jelas, klir. Pemerintah provinsi wakil pemerintah pusat. Kalau tidak klir, Sukabumi tidak jauh, ke Merdeka Utara. Tanya saja sama mbahnya itu, bisa selesai. Pikiran saya itu begitu. Ini urusan kita. Dan ... ndak, pikiran saya gini, Yang Mulia, ini duitnya justru minimal sama dan bisa lebih, untuk urusan ini. Enggak ada. Kalau soal terlambat, biasa, kadang ini, kadang … wong enggak usah hitung dana yang ada saja nanti tengah jalan sama Menteri Keuangan dipotongin, kita duit enggak ada, negara enggak ada, biasa-biasa saja. Kenapa Bapak, Ibu enggak … kemarin enggak menggugat itu? Ini duit kok kepotong? Semuanya juga dipotong, DAU dipotong. Kira-kira kan begitu.

Jadi, maksud saya, ini ada forum di sebelah di sana, Pemerintah harusnya karena Ibu juga menggunakan bagian duit negara ini, seyogianya kalau ada hal yang tidak tepat, diomongkan dulu, kecuali sudah mentok. Provinsi mentok, Mendagri mentok, yang lain mentok, datanglah ke Merdeka Barat.

Ini enggak, belum ke sana, Ibu sudah datang ke sini. Kira-kira begitu, daripada kita enggak efisien, pikiran saya begitu. Tapi, enggak … sah-sah saja silakan, saya kira begitu. Jadi, penegasan kami, minimal enggak akan dikurangi, bisa justru … bisa lebih, terkait dengan itu.

(18)

Terima kasih, Yang Mulia.

20. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik. Mestinya ke Merdeka Utara, ya? Enggak ke Merdeka Barat, ya? Baik, terima kasih keterangan tertulis untuk segera disusulkan, Pak Widodo, Pak Sitorus, ya? Ya, baik.

Dari Pemohon? Anu … bukan menanggapi apa yang disampaikan, tapi setelah mendengar ini, kemungkinan berikutnya adalah mengajukan ahli atau saksi dalam Perkara ini. Atau sesuai dengan tadi saran dari Pemerintah, bisa diaju … dari sini bergeser ke Merdeka Utara. Malah lebih konkret dan lebih cepat, katanya.

Silakan, Bu.

21. PEMOHON: SUHAELAH

Terima kasih, Yang Mulia. Sebelum kami sampai ke sini, mungkin bisa kami jelaskan. Bahwa kami ini di BPSK Jawa Barat ada satu forum yang semua BPSK Jawa Barat ini, kami bertemu dalam saat-saat tertentu dan ini sudah dilakukan melalui provinsi. Jadi, sebelum kami melangkah ke MK sini, ya, kita sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dan dari pihak provinsi tidak ada sama sekali kejelasan (…)

22. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Tadi anu, ya … saya potong. Enggak … belum ke Merdeka Utara, ya?

23. PEMOHON: SUHAELAH

Belum, belum (…)

24. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Nah, itu (…)

25. PEMOHON: SUHAELAH

Jadi (…)

26. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Tadi sudah disarankan kalau di provinsi masih mentok, enggak bisa, ke Merdeka Utara. Upaya yang terakhir baru ke Merdeka Barat, begitu. Itu anunya … rutenya, ya.

(19)

27. PEMOHON: SUHAELAH

Ya. Jadi, tidak ada kejelasan dan ketegasan dari pihak provinsi. Sehingga (…)

28. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Ya (…)

29. PEMOHON: SUHAELAH

Kami amat sangat kesulitan untuk bisa lagi melakukan kegiatan di BPSK bisa … mungkin, Yang Mulia bayangkan dari Oktober kita dihentikan anggaran dan kita tidak bisa melakukan kegiatan, sementara pelayanan kepada masyarakat harus kita lakukan. Jadi, begitu banyak sekali kendala-kendala yang mungkin telah kami alami.

Untuk masalah seperti yang tadi, Pihak Pemerintah sampaikan bahwa kenapa harus langsung ke sini? Karena kita … saya kebetulan, Pemohon adalah pihak dari kepala sekretariat yang mungkin lebih detail bisa menjelaskan bagaimana tahapan-tahapan yang sudah dilalui untuk sampai … apa … kita sampai ke MK ini.

30. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Ya, tapi itu nanti kita anukan.

31. PEMOHON: SUHAELAH

Ya.

32. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Ya.

33. PEMOHON: SUHAELAH

Mungkin (…)

34. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Kalau begitu, baga … bagaimana? Apakah masih akan diteruskan?

35. PEMOHON: SUHAELAH

(20)

36. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Dengan … oh, diteruskan, ya?

37. PEMOHON: SUHAELAH

Ya.

38. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Ya. Kalau diteruskan, nanti kita juga akan mengundang … anu … Provinsi Jawa Barat untuk bisa menjelaskan permasalahan ini pada persidangan yang akan datang. Kemudian, apakah akan mengajukan ahli atau saksi?

39. PEMOHON: SUHAELAH

Ya. Yang Mulia, kami sudah siapkan saksi ahli dari pihak kami.

40. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Berapa orang?

41. PEMOHON: SUHAELAH

Kemungkinan ada empat orang.

42. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Empat orang. Baik, kalau begitu, anu … dua orang dulu, ya.

43. PEMOHON: SUHAELAH

Boleh.

44. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Dua orang dulu. Kemudian, kita juga akan mendengarkan keterangan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

45. PEMOHON: SUHAELAH

(21)

46. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Akan kita undang. Tapi, persidangan yang akan datang, kita belum bisa menentukan jadwal karena kita 45 hari ke depan akan menangani masalah pilkada. Semoga pilkada perkaranya enggak banyak, sehingga langsung kita bisa PUU kembali, ya.

47. PEMOHON: SUHAELAH

Ya.

48. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Jadi, nanti persidangan yang akan datang kita akan mengagendakan mendengarkan keterangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan dua ahli dari Pemohon, ya.

49. PEMOHON: SUHAELAH

Ya.

50. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Tapi, agenda persidangannya, jadwalnya kapan, nanti akan diberitahukan. Ya, begitu Pemohon, ya?

51. PEMOHON: SUHAELAH

Terima kasih, Yang Mulia (…)

52. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Dari Pemerintah, ya? Oke, Pak Sitorus? Pak Widodo?

53. PEMERINTAH: HOTMAN SITORUS

Terima kasih, Majelis.

54. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik kalau begitu, silakan karena ini tetap mintanya ke Merdeka Barat, Pemerintah, keterangan Presiden itu yang tertulis agak … anu … segera disusulkan. Atau kalau enggak, malah forum pemerintah provinsi anu … pemerintah pusat berinisiatif mengundang saja mereka, diberi penjelasan di sana, bukan mereka yang datang, tapi pemerintah pusat

(22)

yang menjelaskan kepada … apa … Provinsi Jawa Barat dan juga Kabupaten Sukabumi, kira-kira itu saja jalan keluar (…)

55. PEMERINTAH: WIDODO SIGIT PUDJIANTO

Siap, Yang Mulia.

56. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Karena supaya efisien, ya. Bisa segera … bisa selesai dan rakyat bisa terlayani dengan baik, gitu ya, Bu, ya.

Baik kalau begitu, sudah selesai, nanti ada panggilan untuk sidang berikutnya. Terima kasih. Sidang ditutup.

Jakarta, 20 Februari 2017 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d.

Yohana Citra Permatasari NIP. 19820529 200604 2 004

SIDANG DITUTUP PUKUL 14.45 WIB KETUK PALU 3X

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak kedua cavum nasi sempit, sekret bening, konka inferior berwarna livide , terdapat massa lunak, bertangkai, bulat,

Efisiensi biaya untuk semua komponen biaya produksi maupun non produksi pada produk kemasan kecil diefisiensikan sebesar 27,3% sesuai dengan target profit yang

Mahasiswa juga belum terbiasa melakukan pembelajaran dengan metode penugasan kelompok sehingga masih banyak mahasiswa yang berdiskusi dengan teman dari kelompok

Hasil penelitian ini, yaitu perbedaan kelas sosial yang ada pada cerpen “Perkawinan Mustaqimah” karya Zulfaisal Putera yang terbagi menjadi dua, yaitu golongan sangat

Dengan adanya modul pengembangan bimbingan kelompok untuk mencegah perilaku seks bebas pada peserta didik, diharapkan dapat membantu guru dalam memberikan

Dalam proses penelitian ini peneliti berperan langsung, bertindak sekaligus sebagai instrument dalam pengumpulan data, karena penelitian ini dilakukan dengan fokus

Untuk kegiatan sholat wajib dhuhur dan ashar berjamaah siswa berada di tanggung jawab pihak sekolah karena setiap waktunya sholat dhuhur dan sholat ashar siswa di

Pengkajian transtivitas terhadap pidato kampanye Ahok pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 menghasilkan tiga simpulan, yakni 1) seluruh tipe transitivitas