• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN DERAJAT DEPRESI PASIEN DIABETES TIPE II DI RSUD DR. RIVAI BERAU KALIMANTAN TIMUR NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN DERAJAT DEPRESI PASIEN DIABETES TIPE II DI RSUD DR. RIVAI BERAU KALIMANTAN TIMUR NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN DERAJAT

DEPRESI PASIEN DIABETES TIPE II DI RSUD

DR. RIVAI BERAU KALIMANTAN TIMUR

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

DiajukanOleh :

ORYZA SATIVA

J500110024

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

(2)
(3)

ABSTRAK

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Derajat Depresi Pasien Diabetes Tipe II Di RSUD Dr.Rivai Berau Kalimantan Timur

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Oryza sativa1, Moh. Fanani2, Erna Herawati3

Latar Belakang: Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit kronik yang prevalensinya terus mengalami peningkatan di dunia. Penderita diabetes melitus lebih rentan untuk mengalami gangguan perasaan yaitu depresi. Depresi merupakan kelompok gangguan yang termasuk dalam gangguan mood yang mengakibatkan penurunan kualitas hidup serta mencetuskan, memperberat atau memperlambat penyakit fisik seseorang. Pendidikan akan memberikan kontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan melalui pengetahuan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan faktor yang berperan untuk mempengaruhi keputusan seseorang dalam berperilaku sehat.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan derajat depresi pasien diabetes tipe II di RSUD Dr.Rivai Berau Kalimantan Timur.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel pasien diabetes tipe II yang menjalani rawat jalan. Uji yang digunakan untuk mengetahui antara tingkat pendidikan dengan derajat depresi dalam penelitian ini adalah uji Spearman.

Hasil: Dari hasil pengolahan data didapatkan (r = -0,775) dengan p < 0,001 bahwa terdapat hubungan negatif bermakna antara tingkat pendidikan dengan derajat depresi pasien diabetes tipe II.

Kesimpulan: Terdapat hubungan negatif kuat antara tingkat pendidikan dengan derajat depresi pasien diabetes tipe II. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah derajat depresi pasien diabetes tipe II.

Kata Kunci: Diabetes Melitus tipe II, depresi, tingkat pendidikan, jenis kelamin.

1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

2

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

3

(4)

ABSTRACT

Relationship Education Level Degree of Depression Patients with Type II Diabetes Melitus in Dr. Rivai Hospital Bearu in East Kalimantan

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Oryza sativa1, Moh. Fanani2, Erna Herawati3

Background: Diabetes mellitus type II is a chronic disease prevalence is increasing in the world. People with diabetes are more prone to experience the feeling of disorder is depression. Depression is a group of disorders that are included in the mood disorders that result in decreased quality of life as well as trigger, aggravate or slow down a person's physical illness. Education will contribute to health behavior change through knowledge. Knowledge which is influenced by the level of education are contributing factors to influence a person's decision to adopt healthy behaviors.

Research Purposes: This study aimed to determine the relationship of the level of education with the degree of depression of patients with diabetes mellitus type II in hospitals Dr. Rivai Berau in East Kalimantan.

Methods: This study used analytic observational study with cross sectional sample of type II diabetes mellitus patients undergoing outpatient. Test is used to determine the level of education and degree of depression in this study is the Spearman test.

Results: From the results of data processing was found (r = -0.775) with p < 0.001 that there is a highly significant negative correlation between level of education and the degree of depression of patients with diabetes mellitus type II.

Conclusion: There is a strong negative correlation between level of education and the degree of depression of patients with diabetes mellitus type II. The higher the education level, the lower the degree of depression of patients with diabetes mellitus type II.

Keywords: Diabetes Mellitus Type II, depression, education level, gender.

1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

2

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

3

(5)

PENDAHULUAN

Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang banyak diderita masyarakat sekarang ini. Di dunia, prevalensi penderita diabetes terus mengalami peningkatan. faktanya, lebih dari 285 juta pasien menderita diabetes didunia dan akan meningkat sampai 438 juta pada tahun 2030 1. International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa pasien penderita diabetes yang berumur 20-79 tahun berjumlah lebih dari 371 juta orang di dunia. Sedangkan Indonesia merupakan negara dengan prevalensi diabetes tertinggi urutan ke-7 di bawah China, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico 2. Prevalensi nasional diabetes melitus ialah sebesar 1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala) dan sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi penyakit diabetes melitus diatas prevalensi nasional, yaitu dengan wilayah tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%), Nusa Tenggara Timur (3,3%), DIY (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Kalimantan Timur (2,3%), Jawa Timur (0,6%) dan Jawa Barat (0,5%) 3.

Terdapat keterkaitan antara diabetes melitus dengan depresi, khusunya diabetes tipe II dimana depresi akan meningkatkan sebesar 60% faktor

risiko untuk terjadinya diabetes melitus tipe II dan diabetes melitus tipe II akan meningkatkan terjadinya risiko depresi sebesar 15% 4. Depresi telah menjadi keluhan yang mewabah didalam kehidupan modern ini serta menjadi permasalahan emosi yang umum. Depresi merupakan kelompok gangguan yang termasuk dalam gangguan mood yang mengakibatkan penurunan kualitas hidup serta mencetuskan, memperberat atau memperlambat penyakit fisik seseorang 5. Individu penderita diabetes dengan depresi cenderung untuk tidak patuh dalam menjalani pengobatan, kontrol gula darah yang buruk, meningkatkan terjadinya komplikasi, kualitas hidup menjadi terganggu, serta dapat meningkatkan angka mortalitas 5.

Terdapat beberapa faktor penyebab depresi pada pasien diabetes tipe II yaitu, faktor internal seperti status inflamasi hormonal dan jumlah serotonin, serta faktor eksternal seperti status pekerjaan, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan merupakan faktor perlindungan terhadap depresi, orang-orang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan mereka cenderung untuk berperilaku lebih sehat seperti menurunkan kebiasaan merokok,

(6)

menghindari kegemukan, dan cenderung lebih sedikit melakukan tindak kejahatan dibandingkan mereka dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah 7.

Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang akan terus berkembang. Kondisi pendidikan merupakan indikator dalam pengukuran tingkat pembangunan manusia suatu negara. Pendidikan akan memberikan kontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan melalui pengetahuan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan faktor yang berperan untuk mempengaruhi keputusan seseorang dalam berperilaku sehat 8.

Berdasarkan dengan hal-hal yang telah diuraikan tersebut, maka penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan derajat depresi pasien diabetes tipe II di RSUD Dr.Rivai Berau Kalimantan Timur.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional (potong lintang). Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr.Rivai Berau Kalimantan Timur dengan waktu penelitian pada tanggal 14,15,17,19,20

Januari 2015. Populasi pada penelitian ini adalah pasien diabetes tipe II yang rawat jalan di RSUD Dr.Rivai Berau, Kalimantan Timur. Responden dalam penelitian ini adalah Penderita depresi dengan diabetes melitus tipe II rawat jalan di RSUD Dr.Rivai Berau, Kalimantan Timur yang memenuhi kriteria inklusi dan tiak memenuhi kriteria eksklus. Teknik sampling menggunakan Purposive Sampling. Berdasarkan rumus besar sampel untuk penelitian cross sectional didapatkan sampel minimal 47 orang. Kriteria sampel yang memenuhi syarat inklusi adalah Pasien rawat jalan di RSUD Dr.Rivai Berau Kalimantan Timur, Umur: 20-50 tahun, Pasien diabetes melitus dengan gula darah terkontrol dan yang tidak terkontrol, Lama menderita diabetes melitus maksimal 5 tahun serta Skor L-MPPI ≤ 10. Adapun kriteria sampel yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sampel peneltian (eksklusi) adalah pasien dengan riwayat gangguan jiwa berat, pasien yang menolak keikutsertaan dalam penelitian dan pasien dengan komplikasi berat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan pasien diabetes tipe II rawat jalan di RSUD Dr.Rivai Berau, Kalimantan Timur dengan skala pengukuran adalah ordinal. Variabel terikatnya adalah tingkat

(7)

depresi pasien diabetes tipe II yang didapatkan dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory

(BDI) dengan skala pengukuran adalah ordinal. Variabel perancu dalam penelitian ini adalah komplikasi, religiusitas, kondisi sosial ekonomi, keadaan psikologis.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 17.0

for windows dengan uji hipotesis

Spearman.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 14,15,17,19,20 Januari 2015 di RSUD Dr.Rivai Berau Kalimantan Timur. pengambilan data dilakukan pada saat penderita diabetes melitus melakukan kunjungan ke rumah sakit untuk kontrol kesehatan. Skala yang disebar untuk subjek penelitian ialah sebanyak 50 untuk 50 subjek penelitian. Tiap satu bandel skala terdiri dari informed consent, data responden, skala L-MPPI dan skala BDI. Subjek penelitiannya adalah pasien diabetes melitus tipe II yang memenuhi kriteria inklusi.

Tabel 1.Karakteristik Subjek Penelitian

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 26 21 55,3 44,7 Jumlah 47 100 2 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 9 11 9 10 8 19,1 23,4 19,1 21,3 17,0 Jumlah 47 100 3 Derajat Depresi Normal Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat 13 9 12 13 27,7 19,1 25,5 27,7 Jumlah 47 100

Dari tabel 1 di atas diketahui bahwa dari segi jenis kelamin terbanyak pada perempuan yaitu sebesar 55,3%, dari segi tingkat pendidikan persentasi tertinggi yaitu SD sebesar 23,4% dan dari segi derajat depresi pasien yaitu sebesar 72,3% mengalami depresi.

Tabel2.UjiKorelasi Spearman Depresi pendidikan r p -0,775 <0,001 n 47

Dari tabel 2 diketahui bahwa hasil analisis meunjukkan nilai koefisien korelasi Spearman sebesar r = -0,775 hasil tersebut menunjukkan korelasi kuat antara dua variabel yaitu, variabel tingkat pendidikan dan variabel derajat

(8)

depresi dengan p < 0,001 yang menunjukkan korelasi bermakna. Dari angka koefisien korelasi yang didapatkan dapat diketahui bahwa korelasi antara kedua variabel bersifat negatif, yaitu semakin tingginya tingkat pendidikan maka semakin rendah derajat depresi pasien diabetes melitus. Dengan demikian hipotesis yang diajukan ada pengaruh negatif tingkat pendidikan terhadap derajat depresi pada penderita diabetes melitus tipe II.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.Rivai Berau Kalimantan Timur, Hasil dari uji hipotesis angka koefisien korelasi

Spearman = -0,775. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang kuat antara tingkat pendidikan dengan derajat depresi pada pasien diabetes melitus tipe II. Dengan demikian hipotesis yang telah diajukan dalam penilitian ini dapat diterima, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin rendah derajat depresi pada penderita diabetes melitus tipe II.

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan derajat depresi pasien diabetes tipe II di RSUD Dr.Rivai Berau Kalimantan Timur, didapatkan bahwa

pasien dengan depresi sebanyak 34 orang (72,3%) dan sebanyak 13 pasien (27,7%) tidak depresi.

Gangguan psikosomatis yang diderita pasien diabetes melitus yang banyak dijumpai ialah depresi dan ansietas. Faktor emosional dapat mempengaruhi perjalanan penyakit secara tidak langsung, tergantung dari personalitas pasien diabetes melitus itu

sendiri. Adanya komorbiditas

menyebabkan hubungan timbal balik yang saling memberatkan. Pada penderita diabetes melitus, adanya depresi dapat mempengaruhi kontrol gula darah, memperburuk perjalanan penyakit dan dapat meningkatkan komplikasi yang serius 9.

Depresi berhubungan dengan terjadinya perubahan biokimia termasuk, meningkatkan aktivitas counter-regulatory hormones, mengubah fungsi transport glukosa, dan meningkatkan produksi sitokin proinflamatori yang berkontribusi dalam terjadinya resistensi insulin, disfungsi sel beta islet, dan diabetes. Depresi juga menyebabkan perilaku yang tidak sehat yaitu seperti, merokok, tidak melakukan aktivitas fisik, dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak yang merupakan faktor risiko untuk perkembangan terjadinya diabetes 4.

(9)

Sebagian pasien diabetes melitus didapatkan terjadi gangguan perasaan yang atipik (79% pasien mengalami gangguan perasaan) akibat dari faktor psikologis dan psikososial yang berhubungan dengan penyakit atau terapinya serta kesulitan beradaptasi terhadap komplikasi diabetes yang dialami 9.

Tingkat pendidikan (dan status sosial ekonomi secara umum) bukan merupakan penyebab efek biologis langsung untuk terjadinya penyakit, efek tersebut diperantarai oleh berbagai faktor risiko yang dapat mencetuskan terjadinya penyakit (contoh: status merokok, BMI, aktivitas fisik). Individu dengan pendidikan tinggi cenderung untuk melakukan tindakan pencegahan, merubah perilaku untuk hidup sehat dan memanfaatkan layanan kesehatan dengan baik 10.

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu, peneliti tidak meneliti variabel-variabel lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kejadian depresi seperti religiusitas, ciri kepribadian dari subyek penelitian dan pengobatan serta terapi yang dijalankan oleh penderita. Selain itu instrumen yang digunakan merupakan skala yang berisi beberapa pertanyaan yang akan dijawab sendiri oleh masing-masing

responden, sehingga hambatan yang ditemui dalam penelitian ini ialah sebagian besar pasien diabetes melitus tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian dengan alasan terburu-buru kemudian hambatan lain adalah subjek penelitian sudah cukup berumur dan memerlukan alat bantu baca, sehingga peneliti harus membantu membacakan instrumen. Selain itu tempat penelitian di poli klinik penyakit dalam yang tidak kondusif karena sangat banyak pasien yang berkunjung untuk berobat sehingga sangat ramai.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif kuat antara tingkat pendidikan dengan derajat depresi pada pasien diabetes melitus tipe II.

Saran

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan, dapat diajukan beberapa saran yaitu, bagi pihak rumah sakit diharapkan hasil penelitian dapat memberikan masukan agar memahami mekanisme depresi yang terjadi dalam penderita diabetes melitus sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan intervensi pencegahan

(10)

depresi dengan memberikan promosi kesehatan, bagi penderita diabetes melitus sendiri diharapkan dapat memahami depresi terhadap penyakit yang dialami dan rajin mengikuti promosi kesehatan agar dapat mengelola stres dengan baik yang dapat membantu mengurangi depresi yang dialami dan bagi peneliti selanjutnya dibutuhkan peneliti lain untuk meneliti faktor lain yang dapat menyebabkan depresi dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan teknik yang lebih baik agar mendapatkan hasil yang lebih akurat serta peneliti melakukan wawancara di rumah agar didapatkan hasil wawancara yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bensbaa, S., Agerd L., Boujraf S., Araab C., Aalouane R., Rammouz I., Ajdi F., 2014. Clinical Assessment of Depression and Type

2 Diabetes in Morococco:

Economical and Social Components.

Journal of Neurosciences in Rural Practice. 5(3): 250-253

2. Depkes R.I: Peluncuran Blueprint For Change dalam Pengendalian

DM di Indonesia,

http://ppp!.depkes.go.id/berita?id=1 138, oktober 2014

3. Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

4. Cho, Y.G., 2014. The

Interrelationship Between Diabetes and Depression. Korean J Fam Med. 35:109-110

5. Ismail, R.I., Siste, K., 2013. Buku Ajar Psikiatri. Edisi II.Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. pp. 228-230, 239

6. Sung, H.N., Chae, H.S., Kim, E.S., Kim, J.S., 2014. Diabetes and Depressive Symptoms in Korean Women: The Fifth Korean National Health and Nutrition Examination Survey (2010-2011). Korean J Fam Med. 35:127-135

7. Palizgir, M., Bakhtiari, M., Esteghmati, A., 2013. Association of Depression and Anxiety With Diabetes Melitus Type 2 Concerning Some Sociological Factors. Iranian Red Crescent Medical Journal. 15(8): 644-8

8. Kemenkes, R.I., 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: 23

9. Mudjaddid, E., Putranto, R., 2009.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Interna Publishing : Jakarta Pusat. pp. 2159-2160 10. Sacerdote, C., Ricceri, F.,

Rolandsson, O., Baldi, I., Chirlaque, M.D., Feskens, E., Bendinelli, B., Ardanaz, E., Arrola, L., Balkau, B., Bergmann, M., Beulens, J.E., Boeing, H., Chapelon, F.C., Crowe, F., Guillain, BL., Forouhi, N., Franks, P.W., Gallo, V., Gonzalez, C., Halkjaer, J., Illner, A.K., Kaaks, R., Key, T., Khaw, K.T., Navarro, C., Nilsson, P.M., Dalton, S.P., Overvad, K., Pala, V., Palli, D., Panico, S., Palidoro, S., Spijerkman, A., Teucher, B., Tjonneland, A., Tumino, R., Der, D.A., Vergnaud, A.C., Wennber, P., Sharp, S., Langenberg, C., Riboli, E., Vineis, P., Wareham, N., 2012. Lower Educational Level is a Predictor of Incident Type 2 Diabetes in European countries: The EPIC-InterAct Study. International Journal of Epidemiology. 41:1162-1173.

Gambar

Tabel 1.Karakteristik Subjek  Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Temuan Data Pelaksanaan Metode Mentoring Dalam Membimbing Akhlak Remaja Pada Lembaga Rumah Zakat Indonesia Di ICD Medan Tembung .... Identifikasi

ENDYK MUHAMMAD ASROR... ENDYK

11.7 Apabila oleh suatu sebab jabatan anggota Direksi menjadi lowong sehingga jumlah anggota Direksi menjadi kurang dari 3 (tiga) orang, maka dalam jangka waktu 30 (tiga

Achmad Kemal Harzif, SpOG

Sebagai pegangan untuk lokasi yang terletak di belahan utara garis Khatulistiwa(latitude), maka panel/deretan solar cell sebaiknya diorientasikan ke Selatan, orientasi

1) Program pengajaran Penjas Adaptif disesuaikan dengan jenis dan karateristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang

Hasil penelitian menunjukkan kedelai yang memiliki keragaan dan adaptasi yang baik pada lahan pasang surut di Kalimantan Barat adalah varietas Burangrang dengan produktivitas