• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilis Dwi Pangesti 1 ABSTRACT ARTIKEL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Wilis Dwi Pangesti 1 ABSTRACT ARTIKEL PENELITIAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ASUHAN KEHAMILAN

DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM ASUHAN KEHAMILAN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO BARAT KABUPATEN BANYUMAS

Wilis Dwi Pangesti1

1Dosen Program Studi Kebidanan Diploma III Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

ABSTRACT

Background: Husband's participation in pregnancy care will support a safe pregnancy and childbirth. But in general the husband's involvement in pregnancy care and childbirth is still low. This is influenced by factors of knowledge, attitudes, behaviors, values or culture and others.

Objective: This study aims to determine the relationship level of knowledge about pregnancy care of husband and husband's participation in pregnancy care in the working area of West Purwokerto Primary Health Center.

Method: This study was a correlation study with cross sectional approach. The population in this study were all husbands of pregnant women in the working area of West Purwokerto Primary Health Center, Banyumas in May 2004 with 370 population. In this study the sampling was done by accidental sampling technique with total sample 74 people. Data collection tool was a questionnaire form with a closed statement where the answer has been provided. Data analysis included univariate analysis and to test the hypothesis using correlation analysis Chi-Square (X2).

Results: The study found an association level of knowledge about pregnancy care of husband and husband's participation in pregnancy care in the working area of West Purwokerto Primary Health Center, Banyumas May 2004 (p = 0.001). Conclusion: There was a relationship between level of knowledge about pregnancy care of husband and husband's participation in pregnancy care. Therefore it was recommended to maintain and improve the participation of husband in pregnancy care through health professionals with communication, information and education regarding pregnancy care of husband on an ongoing basis, support the efforts of the making pregnancy safer and to implement evidence based practice in pregnancy care.

Key words: level of knowledge of the husband, husband participation, pregnancy care.

PENDAHULUAN

Kehamilan

merupakan

peristiwa

yang

melibatkan perubahan fisik dan psikis wanita.

Sejalan dengan perubahan ini, wanita hamil

menghadapi

berbagai

risiko

selama

kehamilannya. Risiko paling berat adalah

kematian yang disebabkan oleh perdarahan

(40%), infeksi (30%)dan toksemia (20%).

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) tahun 1995 Angka Kematian Ibu (AKI)

adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup, dan

menurun menjadi 334 per 100.000 kelahiran

hidup (SDKI, 1997). Tingginya AKI di Indonesia

menjadikan salah satu prioritas utama dalam

pembangunan jangka panjang kedua bidang

kesehatan.

Hal

ini

untuk

mendukung

peningkatan kualitas sumber daya manusia

sejak dari awal kehidupan (Depkes RI, 1995).

Hasil

Assesment Safe Motherhood

di Indonesia

pada tahun 1990/1991 menyatakan bahwa

salah

satu

faktor

yang

mempengaruhi

terjadinya kematian ibu antara lain adalah

asuhan antenatal.

Asuhan antenatal adalah asuhan kehamilan

yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu

dan janin secara berkala, yang diikuti dengan

upaya koreksi terhadap penyimpangan yang

ditemukan. Asuhan antenatal merupakan upaya

penting untuk menjaga kesehatan ibu pada

masa kehamilan dan merupakan tempat

melakukan penyuluhan gizi serta pemantauan

terhadap kenaikan berat badan ibu hamil.

(2)

Berdasarkan program kesehatan ibu dan anak

yang berlaku di Indonesia, ibu hamil mendapat

pemeriksaan berupa pemeriksaan timbang

berat badan, pemeriksaan tekanan darah,

pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemberian

suntikan tetanus toksoid, pemberian tablet

besi, tes terhadap penyakit menular seksual dan

temu

wicara

yang

dalam

penerapan

operasionalnya dikenal dengan standar minimal

“14 T”. Asuhan antenatal hanya dapat diberikan

oleh tenaga profesional. Ditetapkan pula bahwa

frekuensi pelayanan adalah minimal empat kali

selama kehamilan, dengan ketentuan waktu

satu kali kunjungan selama trimester pertama

(sebelum 14 minggu), satu kali kunjungan

selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

dan dua kali kunjungan pada trimester ketiga

(minggu 28-36 dan setelah minggu ke-36).

Dalam rangka program

ante natal care

(ANC) penilaian untuk menentukan prioritas

digunakan empat indikator, yaitu cakupan

kunjungan baru ibu hamil (K1), cakupan

kunjungan ibu hamil yang keempat (K4),

cakupan imunisasi TT2, dan cakupan pemberian

Fe 90 butir pada ibu hamil. Target asuhan

antenatal secara nasional adalah cakupan K1

minimal 95 % dan cakupan K4 minimal 85 %

yang diharapkan dapat mendukung pencapaian

cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan minimal 80 %. Untuk mencapai

tujuan dalam asuhan antenatal oleh tenaga

profesional ini tidak lepas dari keberadaan

lingkungan keluarga yaitu suami sebagai pihak

yang paling dekat dengan ibu hamil sekaligus

sebagai

calon

bapak

dari

bayi

yang

dikandungnya, untuk memberi dukungan agar

ibu hamil dapat menjalaninya dengan kondisi

yang optimal (Hamilton, 1995).

Kepedulian

suami

terhadap

asuhan

kehamilan ini sebaiknya bukan hanya sekedar

rasa tanggungjawab, melainkan lebih sebagai

hasil konstruksi sosial dan budaya yang sudah

melembaga berkaitan dengan hubungan yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Namun,

secara

umum

adalah

karena

kurangnya

pengetahuan suami yang berkaitan dengan

problema kehamilan. Sebagian suami tidak

mengetahui rasa sakit dan gejala lain yang

dialami istrinya selama kehamilan yang harus

mendapat perhatian medis (Choloi

et al.,

1999).

Menurut Notoatodjo (2000), pengetahuan

dapat menjadi stimulus pada seseorang untuk

berperilaku. Hal ini yang menjadi latar belakang

upaya pemerintah dalam merintis Gerakan

Sayang Ibu (GSI) pada tahun 1996 yang

kegiatannya berusaha memotivasi suami agar

merubah sikap mereka dan menjadi “suami

sayang ibu” (Saifudin, 2001).

Sampai saat ini penelitian mengenai

partisipasi suami dalam proses reproduksi

masih sangat sedikit dan pada umumnya

menunjukkan bahwa keterlibatan suami dalam

hal asuhan kehamilan dan kelahiran bayi masih

rendah (Cholil

et al

., 1999). Kesehatan

reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan

urusan perempuan, seperti bila menyebutkan

akseptor KB, abortus, pemeriksaan kehamilan,

(3)

kemandulan dan kematian ibu (Depkes dan

Kessos, 2000).

Berdasarkan

hasil

pengamatan

di

Puskesmas

Purwokerto

Barat,

Banyumas,

memiliki populasi ibu hamil sebanyak 370 orang

(Register , 2005). Jumlah kunjungan

Ante Natal

Care

(ANC) yang tercakup pada kunjungan

pertama (K1) sebesar 69,9 % dan cakupan

kunjungan keempat (K4) sebesar 25,59 %. Dari

hasil studi pendahuluan pada ibu hamil yang

memeriksakan kehamilannya, 3 dari 11 ibu

hamil diantar suaminya dan mayoritas dari ibu

hamil

yang

periksa

mengatakan

bahwa

suaminya mau membantu pekerjaan di rumah

ketika hamil tetapi tidak mau mengantar istri

periksa ke puskesmas karena hal itu merupakan

urusan perempuan. Dari fenomena diatas

peneliti

tertarik

untuk

meneliti

tentang

hubungan tingkat pengetahuan suami tentang

asuhan kehamilan dengan partisipasi suami

dalam asuhan kehamilan khususnya di wilayah

kerja Puskesmas Purwokerto Barat Kabupaten

Banyumas.

METODOLOGI

Jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif korelasi, yaitu penelitian diarahkan

untuk mendeskripsikan atau menguraikan serta

menelaah hubungan antara dua variabel pada

suatu

situasi

atau

sekelompok

subyek

(Notoatmodjo,

2002).

Penelitian

ini

menggunakan pendekatan

cross sectional

, yaitu

setiap subyek diobservasi hanya satu kali dan

pengukuran masing-masing variabel dilakukan

pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2002).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua

suami ibu hamil yang berada di wilayah kerja

puskesmas Purwokerto Barat, Banyumas, bulan

Mei 2004, dimana jumlah ibu hamil di wilayah

Puskesmas Purwokerto Barat pada bulan Mei

2004 sebanyak 370 orang.

Dalam penelitian ini pengambilan sampel

dilakukan dengan tehnik sampling aksidental,

yaitu

tehnik

penentuan

sampel

dengan

berdasarkan kebetulan, yakni siapa saja dari

suami ibu hamil di wilayah Puskesmas

Purwokerto Barat yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti pada bulan Mei 2004

dapat

digunakan

sebagai

sampel,

bila

dipandang cocok sebagai sumber data (Sugiono,

2003). Jumlah sampel sebanyak 74 orang yaitu

pihak suami dari ibu hamil yang melakukan

pemeriksaan

kehamilan

di

Puskesmas

Purwokerto Barat pada bulan Mei 2004.

Penelitian

ini

dilakukan

di

Puskesmas

Purwokerto Barat, Banyumas pada bulan Mei

2004.

Alat pengumpul data adalah kuesioner yang

diberikan kepada responden. Kuesioner yang

diberikan berbentuk pilihan atau pertanyaan

tertutup dimana jawabannya telah disediakan

(

closed endeed

item

atau

stuctured

).

Data diolah dengan program statistik SPSS

11.0 terdiri dari analisa univariat dan analisa

bivariat. Analisa univariat yaitu menganalisis

tiap-tiap variabel penelitian ini yang ada secara

deskriptif untuk mengetahui sejauh mana

(4)

tingkat pengetahuan suami tentang asuhan

kehamilan dan partisipasi suami dalam asuhan

kehamilan yang diketahui oleh responden.

Sedangkan analisa bivariat adalah teknis analisis

yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan

menggunakan analisis korelasi kontingensi

Chi

Square

(

X

2

). Menurut Sugiono (2003), bila data

yang diambil dari kedua variabel adalah skala

ordinal atau variabel independen dan variabel

dependen adalah kategorik maka untuk

mencari

hubungan

dengan

membuktikan

hipotesis hubungan 2 variabel tersebut dengan

menggunakan

Chi Square

(

X

2

). Signifikasi dapat

diketahui dengan melihat nilai

p

. Bila

p

< 0,05

maka hipotesis diterima dan sebaliknya bila

p

>

0,05 maka hipotesis ditolak (Sugiyono, 2003).

HASIL PENELITIAN

1.

Karakteristik responden

Penelitian ini dilakukan pada para suami

dari ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Purwokerto Barat pada bulan Mei 2004 dengan

jumlah 74 responden. Dari 74 responden dalam

penelitian ini sebagian besar mempunyai

tingkat pendidikan SD (65%), dan sebagian kecil

mempunyai tingkat pendidikan D III/S1 (3%).

Karakteristik responden dapat dilihat secara

lengkap pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Barat, Banyumas, Mei 2004

Tingkat Pendidikan n(%)

SD atau sederajat SMP atau sederajat SMU atau sederajat D III/S1 48 (65) 15 (20) 9 (12) 2 (3) Total 74 (100)

2.

Tingkat

pengetahuan

suami

tentang

asuhan kehamilan

Berdasarkan

30

pertanyaan

tentang

pengetahuan suami dalam asuhan kehamilan

pada responden, responden dengan kategori

tingkat

pengetahuan

baik

menunjukkan

prosentase yang lebih tinggi dibandingkan

dengan responden dengan kategori tingkat

pengetahuan kurang.

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan

tingkat pengetahuan suami tentang asuhan

kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Barat, Banyumas, Mei 2004

Tingkat Pengetahuan n(%) Baik Kurang 41 (55,4) 33 (44,6) Total 74 (100)

Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas

(55.4 %) dari responden mempunyai kategori

tingkat pengetahuan yang baik tentang asuhan

kehamilan, kemudian responden yang memiliki

kategori tingkat pengetahuan yang kurang

sebesar 44.6 %.

3.

Partisipasi Suami dalam Asuhan Kehamilan

Berdasarkan

20

pertanyaan

tentang

partisipasi suami dalam asuhan kehamilan pada

responden, mayoritas responden memiliki

kategori partisipasi yang tinggi, hanya sedikit

dari responden dengan kategori partisipasi

rendah.

(5)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi responden berdasarkan partisipasi suami dalam asuhan kehamilan di

Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Barat,

Banyumas, Mei 2004 Partisipasi n(%) Tinggi Rendah 54 (73) 20 (27) Total 74 (100)

Tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas

(73%)

responden

mempunyai

kategori

partisipasi yang tinggi dalam asuhan kehamilan,

sedangkan

responden

dengan

kategori

partisipasi

yang

rendah

dalam

asuhan

kehamilan sebanyak 27%.

4.

Hubungan tingkat pengetahuan suami

tentang

asuhan

kehamilan

dengan

partisipasi suami dalam asuhan kehamilan

Hasil penelitian ini menunjukkan para

suami dari ibu hamil yang tergolong memiliki

kategori tingkat pengetahuan baik, sebagian

besar memiliki partisipasi yang tinggi dalam

asuhan

kehamilan.

Sedangkan

responden

dengan kategori tingkat pengetahuan kurang

mempunyai kecenderungan yang hampir sama

untuk berpartisipasi tinggi dan rendah dalam

asuhan kehamilan. Untuk lebih

jelasnya

kecenderungan tingkat pengetahuan suami

tentang asuhan kehamilan dengan partisipasi

suami dalam asuhan kehamilan dapat dilihat

pada tabel 4.

Tabel 4.Distribusi hubungan tingkat pengetahuan suami tentang asuhan kehamilan dengan partisipasi suami dalam asuhan kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Barat, Banyumas, Mei 2004

Tingkat Pengetahuan Partisipasi Suami Total

p Tinggi Rendah n % n % n % Baik Kurang 37 17 50.0 23.0 4 16 5.4 21.6 41 33 55.4 44.6 0,001 Total 54 73.0 20 27.0 74 100

Hasil uji statistik menggunakan

Chi-Square

(

X

2

) menjunjukkan bahwa hubungan tingkat

pengetahuan suami tentang asuhan kehamilan

dengan

partisipasi

suami

dalam

asuhan

kehamilan

di

wilayah

kerja

Puskesmas

Purwokerto Barat, Banyumas, Bulan Mei 2004

secara statistik bermakna (p = 0,001)

PEMBAHASAN

1.

Tingkat pengetahuan suami dalam asuhan

kehamilan

Menurut hasil penelitian diketahui tingkat

pengetahuan suami tentang asuhan kehamilan

mayoritas dalam kategori baik, yaitu 41 orang

(55.4%). Pengetahuan suami tantang asuhan

kehamilan ini adalah segala sesuatu yang

diketahui oleh suami tentang periksa hamil,

nutrisi, aktifitas, hubungan seksual, higiene

umum,

dukungan,

eliminasi,

perawatan

payudara, kesehatan mental, zat dan bahan

berbahaya (Hamilton,1995). Hal ini diperoleh

baik dari tenaga kesehatan maupun dari

(6)

berbagai media yang bervariasi saat ini. Dengan

adanya

tingkat

pengetahuan

yang

baik

diharapkan akan menjamin perilaku yang

menunjang kesehatan ibu dan meningkatkan

peran aktif keluarga dalam menjamin pelayanan

yang ada selama kehamilan (Depkes RI, 2001).

Namun demikian dari hasil studi di 8

kabupaten di Sumatra, Jawa, Sulawesi dan

Lombok

menyebutkan

bahwa

rendahnya

partisipasi suami dalam asuhan kehamilan

dipengaruhi oleh faktor kurangnya informasi

(Cholil

et al

., 1999). Hal ini mengindikasikan

bahwa tingkat pengetahuan tentang asuhan

kehamilan masih rendah. Rendahnya tingkat

pengetahuan tentang asuhan kehamilan ini

disebabkan oleh banyak faktor, baik dari

nilai/budaya,

tenaga

kesehatan

maupun

sarana/prasarana kesehatan (Cholil

et al

.,

1999).

2.

Partisipasi suami dalam asuhan kehamilan

Berdasarkan

perhitungan

data,

pada

penelitian ini mayoritas responden dalam

kategori partisipasi tinggi dalam asuhan

kehamilan, yaitu sebanyak 54 responden (74%).

Hal ini berbeda dengan berbagai penelitian

yang telah dilakukan dimana disebutkan

rendahnya partisipasi suami dalam asuhan

kehamilan (Cholil

et al

., 1999).

Faktor yang mungkin mendasari hal ini

adalah sudah meluasnya jaringan informasi

kesehatan terutama dalam kehamilan, adnya

pergeseran nilai/budaya dalam masyarakat

tentang peran suami dan keluarga dalam

kehamilan yang mendukung dan juga adanya

evidence based practice

asuhan sayang ibu

dalam kehamilan serta tenaga yang profesional.

3.

Hubungan tingkat pengetahuan suami

tentang

asuhan

kehamilan

dengan

partisipasi suami dalam asuhan kehamilan

Berdasarkan hasil analisis data yang

diperoleh, memperlihatkan bahwa kelompok

responden

yang

mempunyai

tingkat

pengetahuan tentang asuhan kehamilan yang

baik cenderung tinggi partisipasinya, hal ini

mencapai 90,2% dari keseluruhan responden

yang mempunyai tingkat pengetahuan baik.

Dari hasil yang diperoleh mengindikasikan

bahwa kelompok responden dengan partisipasi

suami yang tinggi memiliki tingkat pengetahuan

tentang asuhan kehamilan yang lebih baik

dibandingkan dengan kelompok responden

dengan partisipasi suami yang rendah. Kondisi

ini mekemungkinandisebabkan oleh kelompok

dengan partisipasi suami yang tinggi telah

mendapatkan

informasi

tentang

asuhan

kehamilan.

Secara

statistik

hasil

penelitian

ini

menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat

pengetahuan suami tentang asuhan kehamilan

dengan

partisipasi

suami

dalam

asuhan

kehamilan (

p

= 0,001). Menurut Notoatmodjo

(2003) tingkat pengetahuan seseorang memiliki

hubungan positif terhadap tingkah laku yang

dilakukannya.

Pengetahuan

atau

kognitif

merupakan domain perillaku yang sangat

penting untuk terbentuknya suatu tindakan.

(7)

Perilaku yang didasari pengetahuan yang baik

akan langgeng dibandingkan dengan yang tidak

didasari oleh pengetahuan.

Lebih lanjut dikatakan bahwa partisipasi

suami dalam asuhan kehamilan dipengaruhi

oleh faktor perolehan informasi yang berkaitan

dengan problem kehamilan, secara umum

suami yang kurang memperoleh informasi

kehamilan baik dari tenaga kesehatan maupun

dari berbagai media informasi akan mempunyai

partisipasi

yang

rendah

dalam

asuhan

kehamilan (Cholil

et al.,

1999). Dukungan suami

dalam kehamilan sangat diperlukan, hal ini

terlihat pada hasil penelitian yang dilakukan,

yaitu pendidikan gizi pada suami mampu

meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek

gizi ibu hamil, pendidikan gizi pada suami

mampu meningkatkan kepatuhan ibu hamil

minum pil tambah darah yang memberi dampak

pada peningkatan Hb ibu hamil (Jamil, 2001).

Partisipasi suami dalam asuhan kehamilan

merupakan

perwujudan

kesetaraan

dan

keadilan gender dalam menunaikan tanggung

jawabnya untuk membina keluarga yang

berkulitas yang dipengaruhi oleh kesadaran,

pengetahuan, sikap dan perilaku suami (BKKBN,

2001).

Namun demikian, dari hasil analisis data

diperoleh

responden

dengan

tingkat

pengetahuan

kurang

tetapi

mempunyai

partisipasi yang tinggi dalam asuhan kehamilan

sebanyak 17 responden (23%). Hal ini terjadi

karena pengetahuan bukan satu-satunya faktor

yang mempengaruhi partisipasi suami dalam

asuhan

kehamilan.

Begitu

pentingnya

pengetahuan

bagi

tercapainya

derajatkesehatan

sehingga

pemerintah

mencanangkan

Making Pregnancy Safer

(MPS)

tahun 2000 yang salah satu strateginya adalah

mendorong pemberdayaan perempuan dan

keluarga melalui peningkatan pengetahuan

untuk menjamin perilaku yang menunjang

kesehatan ibu dan meningkatkan peran aktif

keluarga dalam menjamin pelayanan yang ada

selama kehamilan (Depkes RI, 2001).

KESIMPULAN

Hasil penelitian membuktikan adanya

hubungan tingkat pengetahuan suami tentang

asuhan kehamilan dengan partisipasi suami

dalam asuhan kehamilan di wilayah kerja

Puskesmas Purwokerto Barat, Banyumas bulan

Mei 2004 (

p

= 0,001). Tingkat pengetahuan

responden secara umum pada penelitian ini

dalam kategori baik dan partisipasi suami

mayoritas dalam kategori partisipasi tinggi. Oleh

karena itu, perlu direkomendasikan untuk

mempertahankan dan meningkatkan partisipasi

suami dalam asuhan kehamilan melalui tenaga

kesehatan dengan komunikasi, informasi dan

edukasi (KIE) tentang asuhan kehamilan pada

pihak

suami

secara

berkesinambungan,

mendukung upaya MPS serta melaksanakan

evidence

based

practice

dalam

asuhan

kehamilan.

(8)

KEPUSTAKAAN

Arikunto, S. (2002).

Prosedur penelitian suatu

pendekatan praktek

. Jakarta: Rineka Cipta.

BKKBN.

(2000).

Pedoman

penggarapan

peningkatan

partisipasi

pria

dalam

program KB dan reproduksi.

Jakarta:

BKKBN.

Cholil, A., & Sciortino, M. B. R. (1999).

Penyelamat kehidupan: Gerakan sayang

ibu

di

Indonesia

.

Jakarta:

Galang

Communication

Bekerjasama

dengan

Menperta, Form Foundation & UNFPA.

Depkes dan Kessos. (2000).

Pengarusutaman

gender dalam bidang kesehatan

. Jakarta:

Ditjen Kesehatan Masyarakat, Direktorat

Kesehatan keluarga.

Depkes RI. (2002).

Rencana strategi nasional

Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia

2001 – 2010.

Jakarta: Depkes RI dan WHO.

Notoatmodjo, S. (2003).

Pendidikan kesehatan

dan ilmu perilaku

. Jakarta: FKUI.

Pusdiknakes. (2001). Asuhan antenatal. Jakarta:

Pusdiknakes.

Saifudin, A.B. (2001).

Buku acuan nasional

pelayanan

kesehatan

maternal

dan

neonatal

. Jakarta: JNPKR-POGI.

Tamlicha. (1999).

Hubungan pengetahuan ibu

hamil

tentang

kehamilan

dengan

Gambar

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan  tingkat  pengetahuan  suami  tentang  asuhan  kehamilan  di  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Purwokerto  Barat, Banyumas, Mei 2004
Tabel  3  menunjukkan  bahwa  mayoritas

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan yang satunya lagi, yang bergerak di hilir (pendisemi- nasi produk hasil teknologi), meng- inginkan sedapat mungkin menca- pai target produksi, dengan sedapat

KESIMPULAN Interaksi nyata antara perlakuan prosentase perompesan daun dan posisi penanaman stek hanya terjadi pada pengamatan jumlah umbi per tanaman dan bobot umbi per tanaman

Voimak- kaampia muutoksia todettiin Jormasjärvellä kolmella ahvenella, yhdellä hauella, yhdellä lahnalla, yhdellä särjellä ja yhdellä kuhalla, Kiantajärvellä yhdellä kuhalla

primer yang berupa bahan sumber hukum yaitu Konvensi

Hasil dari langkah-langkah yang ditunjukkan pada Gambar 4.6, Gambar 4.7, dan Gambar 4.8 di atas, maka akan didapatkan komposisi pengiriman produk seperti yang ditunjukkan

[r]

Mengingat banyaknya faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti, peneliti membatasi

semua responden dalam melakukan proses pengisian air minum tidak sesuai.. dengan SOP/ standar