• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PENGOLAHAN UBI KAYU / SINGKONG MENJADI CASSAPRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSES PENGOLAHAN UBI KAYU / SINGKONG MENJADI CASSAPRO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Temu Tekms Fungsional non Penelitt 2000

PROSES PENGOLAHAN UBI KAYU / SINGKONG

MENJADI CASSAPRO

Suharto

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Ciawi Bogor 16002

RINGKASAN

Berbagai usaha untuk mencan sumber bahan pakan baru diusahakan terus menerus untuk menekan tingginya harga pakan . Salah satu bahan pakan yang pemakaiannya masih terbatas, harganya relatif murah, namun tumbuh dimana-mana adalah ubi kayu ( cassava) . Pada umumnya penggunaan ubi kayu untuk pakan ternak belum banyak mendapat perhatian karena rendahnya kandungan protein ubi kayu dan cepat rusak bila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang cukup memadai . Salah satu upaya untuk meningkatkan kandungan protein dan mendapatkan nilai tambah maka ubi kayu dapat diproses menjadi cassapro dengan cara fermentasi menggunakan kapang Aspergillus niger, hingga kadar proteinnya dapat mencapai 30 %, dengan penambahan Urea / Za sebagai sumber nitrogen anorganik . Prosesnya mudah dilakukan dengan teknik dan peralatan yang cukup sederhana yaitu dengan cara singkong di potong kecil-kecil, dikeringkan, lalu campurkan dengan spora yang telah diaktifkan sebelumnya . Tambahkan Urea/NPK dan campuran mikronutrien ( KC1, NaH2PO4, FeSO4 dan CuSO4 ) dan diaduk secara merata. Kemudian difermentasi selama 3-5 hari . Cassapro dapat dimanfaatkan untuk pakan ayam broiler, ayam petelur, itik, konsentrat sapi, pakan babi .

Kata kunci : ubi kayu, cassapro, pakan ternak .

PENDARULUAN

Industri peternakan telah memperlihatkan sumbangan ekonomisyang sangat besar pada perekonomian dunia . Industri ini akan terus berkembang sepanjang manusia masih memerlukan protein hewani .

Berbagai usaha untuk mencari sumber bahan pakan baru diusahakan terus menerus selama bahan pakan tersebut tidak bersaing dengan kebutuhan manusia dan

ketersediaannya cukup banyak . Salah satu bahan pakan di Indonesia yang

pemakaiannya masih terbatas, harganya relatif murah, namun tumbuh

dimana-mana adalah ubi kayu (singkong ) .

Pada umumnya penggunaan ubi kayu dalam pakan ternak tidak begitu

mendapat perhatian . Hal ini disebabkan adanya pandangan negatif terhadap kandungan HCN ubi kayu dan rendahnya nilai gizi ubi kayu . (Kompiang, dkk ., 1994) .

Ubi kayu merupakan produk pertanian yang mudah rusak dan akan cepat membusuk dalam waktu dua hingga lima han apabila disimpan dalam bentuk segar dan tidak mendapat perlakuan pasca panen yang cukup memadai .

(2)

Salah satu upaya untuk mengatasi kerusakan, memperpanjang daya simpan dan untuk memngkatkan nilai tambah diperlukan suatu cara pengolahan . (Kompiang, dkk., 1995) .

Diantara sekian banyak cara pengolahan ubi kayu untuk pakan ternak, salah satunya adalah dengan cara fermentasi dengan menggunakan kapang Aspergillus niger.

Cassapro adalah nama populer dari akronim Cassava yang berprotein tinggi . Dalam skala laboratorium, kandungan protein ubi kayu yang asal mulanya hanya berkisar 2-3 % dapat ditingkatkan menjadi + 36 %. Namun pada skala lapangan hasilnya berkisar 18 % . Masalahnya karena kondisi suhu / temperatur dan kelembabannya masih sulit disesuaikan selama proses fermentasi tersebut berlangsung .

Teknik pengolahan seperti proses pembuatan cassapro im juga dapat diproses dari bahan-bahan lain seperti : kulit kupasan ubi kayu, onggok singkong, daunnya, dari bahan sagu (empelur, elod, ampas), bungkil kelapa, bungkil inti sawit, lumpur sawit, bungkil coklat, limbah kopi, buah jambu mete.

Proses pembuatan cassapro im adalah dengan cara bahan-bahan tersebut difermentasikan dengan menggunakan inokulumAspergilus niger ditambah Urea / Za sebagai sumber nitrogen anorganik . (Kompiang .dkk .1992 ) .

Tujuan dan pembuatan cassapro ini adalah merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan nilai gizi bahan baku pakan yaitu meningkatkan kandungan proteinnya.

BARAN DAN CARA

Ubi kayu sebagai bahan dasar untuk pembuatan cassapro ini sebelumnya harus dipotong kecil-kecil, agar mudah dan cepat dalam proses pengeringannya, karena dalam proses pembuatan cassapro bahan bakunya ( ubi kayu) kadar airnya harus maksimal 20 %, jika lebih keying hasilnya akan lebih baik

BAHAN

Bahan-bahan yang digunakan : ubi kayu yang telah dirajang kecil-kecil, mineral, molases atau bisa juga gula pasir dan kapang Aspergillus niger.

PERALATAN

Bak air, pompa air ( Power Head ) ukuran kecil, baki fermentasi, timbangan . METODE

Untuk pembuatan cassapro dengan cara spora basah dilakukan dengan melalui dua tahapan, yaitu tahapan aktifasi spora dan tahapan fermentasinya .

Tahap I

Buatlah aktivasi sporaAspergillus nigerdengan cara sebagai berikut

(3)

Temu Tekms Fungsional n m Peneht 2000

• Larutkan 100 gram spora Aspergillus niger kering ke dalam 50 liter air masak .

• Tambahkan 250 gram gula pasir / molases , 200 gram Urea / NPK sebagai sumber nitrogen anorganik, juga tambahkan 100 gram mikronutrien (KCI, NaH2PO4, FeSO4, CuSO4 ) . Kemudian bahan-bahan tersebut diaerasi yang kuat selama 24-48 jam dengan memakai pompa air Submarsible atau Power Head ukuran kecil . Inokulum yang baik dan siap untuk dipakal akan berwarna hitam .

Tahap II

Timbang cacahan kecil ubi kayu sebanyak 100 kg, lalu tambahkan mikronutrien / mineral yang terdiri dari 7,2 % Za, 4 % Urea, 1,5 % NaH2PO4, 0,15 KCI, 0,075 % FSO4 dan 0,50 MgSO4 dicampur secara merata dengan ± 50 liter cairan inokulum spora aktif . Campuran ini kemudian dipindahkan ke bald fennentasi yang sebaiknya bagian bawahnya telah dilapisi kain (biasanya kain dari kantong terigu bekas ), dengan ketebalan campuran bahan fermentasi antara 3-4 cm.

Untuk bahan bald fermentasi dapat dibuat dan bahan kayu, seng, atau papan. Bagian bawahnya bisa terbuat dan bahan kayu atau gedeg bambu atau dapat menggunakan tampah . Ukuran bald dapat berbagai macam variasi. Salah satu contohnya ukuran ± 60 cm x 40 cm x 4 cm (p x l x t )

Campuran dalam baki-baki tersebut ditumpuk untuk dan difermentasikan selama 3-4 han . Beberapa persyaratan lingkungan ruang fermentr, antara lain

• Suhu ruangan :26-40', • Kelembaban : 80% - 90%.

• Sirkulasi udara dapat mengalir dengan baik, • Fluktuasi suhu tidak lebih dari 2%,

• Fluktuasi kelembaban sekitar 10%.

Jika tidak memiliki ruangan fermentasi, maka caranya adalah tumpukan baki tersebut ditutup seluruhnya dengan menggunakan plastik lembaran . Apabila di atas permukaan campuran dalam baki tersebut sudah terdapat miselium seperti pada tempe, maka berarti campuran tersebut / cassapro sudah dapat dipanen .

Cassapro yang sudah jadi kemudian dikeringkan . Pengeringan cassapro dapat dilakukan dengan menggunakan oven atau mesin dryer atau dapat juga dengan cara menjemurnya di bawah panas sinar matahari . Pengeringan dengan sinar matahari merupakan cara / metode yang paling baik untuk pengeringan basil fermentasi, dan relatif murah .

Untuk memudahkan dalam pencampuran dengan bahan-bahan pakan yang lain, maka cassapro ini sebaiknya digiling terlebih dahulu . Sebelum disimpan, kemaslah dengan kantong yang memadai, misalnya karung plastik atau kantong kertas yang tebal dan kuat . Apabila pengeringannya cukup baik, cassapro ini dapat disimpan dalam waktu 3 bulan-1 tahun tanpa terjadi penurunan kualitas .

(4)

Skema Aktivasi Spora Aspergillus niger

Alur Produksi Cassapro

Temu Teknis Fungsionul non Penelid 2000

I

Siap pakai

I

Cassapro (80-85 kg siap dipakai/disimpan)

Air masak (50 liter) 1

+ SporaAspergillus niger(100 gram) (bubuk ) 1 Gula pasir/molases (250 gr) 1 + Urea / NPK (200 gram) 1 + Mikronutrien (100 gram) (KCL, NaH2 P04, FeSO4, CuSO4 )

1 Aerasi 24 48 jam

Bahan Baku (100 kg) 1

+ + Aktif spora (50 liter) I

1

+ Urea / NPK (9 kg) I

1

+ Mikronutrien (100 gram) KCL, NaH2PO4, FeSO4, CuSO4 )

1

Diaduk secara merata

1

Ditaruh dalam tampah dengan ketebalan sekitar 5 cm

1

Difermentasr selama 3-5 hari 1 Dipanen

I

1 Dikeringkan 1 Giling

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peningkatan kadar protein bahan ( ubi kayu ) dengan fermentasi memakai Aspergillus niger dipengaruhi oleh faktor lingkungan . Hasil fermentasi pada skala laboratorium kadar proteinnya dapat mencapai diatas 30 % bila proses pekerjaan dilakukan secara teliti, pengawasan suhu lingkungan, kelembaban diawasi secara seksama.

Sedangkan proses fermentasi yang dilakukan di pedesaan/peternak kecil atau dalam jumlah yang lebih besar, kadar proteinnya bisa mencapai sekitar 18 %.

Nilai nutrisi yang diperoleh sexing belum stabil, dikarenakan proses fermentasi yang dilakukan di ruangan terbuka, sehingga suhu dan kelembaban ruangan sering berubah-ubah . Akibatnya pertumbuhan miselium tidak merata clan nilai nutrisinya bervariasi . (Surahman dan Muslihat, 1998).

Meskipun kandungan protein dalam cassapro hanya 18 % - 20 %, namun hal ini masih tinggi jika dibandingkan dengan cassavanya sendiri yaitu sekitar 3 %.

Peningkatan protein cassapro adalah protein yang dihasilkan olek aktivitas mikroba ( Aspergillus niger ) pada proses fermentasi, akan mengubah nitrogen inorganik menjadi protein sel, sehingga terjadi peningkatan kadar protein singkong (ubi kayu ) .

Tabel 1 . Hasil analisis kimia produk kering Cassapro ubi kayu

Sumber : Purwadaria . 1999

Pada proses fermentasi cassapro ini kebersihan alat-alat yang digunakan dan ruangan amatlah mempengaruhi keberhasilan kualitas hasil cassapro . Hal ini juga untuk mencegah terkontaminasinya bahan oleh mikroba / kapang yang akan merugikan, seperti mikroba pembusuk .

Untuk menghasilkan cassapro dengan kadar protein yang optimum pada awalnya memang memerlukan latihan yang rinci dan intensif, teknologi ini diharapkan akan dapat dikembangkan di daerah yang surplus penghasil ubi kayu, hanya masih diperlukan penyesuaian pada proses fisik seperti cara pencacahan, pencampuran . fermentasi, pengeringan yang sesuai dengan skala produksi, baik skala industri rumah tangga maupun skala industri komersial .

Tenw Tekms Fungsional non Penelib 2000

Komponen Kadar ( % )

Protein kasar 36.7

Total asam amino 18.0

Kadar air 8 .9

Lemak kasar 5 .7

Serat kasar 6 .3

(6)

Hasil fermentasi cassapro telah diuji-cobakan pada berbagai ternak . Tingkat pemberian cassapro dalam penyusunan ransum ternak tergantung dan jenis ternaknya dengan hasil yang berbeda-beda .

Dalam susunan ransum ayam broiler penggunaan yang ideal adalah 10 %, ayam petelur 15 %, itik 20 %, dan pada ransum konsentrat sapi perah 50 %, sedangkan untuk pakan babi dicoba 5 % . Selain itu juga untuk pakan ikan dan udang, yang ditambahkan 25 % cassapro tidak berpengaruh negatif.

Telah dilaporkan pula, bahwa cassapro mengandung unsur-unsur yang diperkirakan sebagai enzim penerrnaan yang dapat meningkatkan kecernaan dedak padi, (Kompiang, 1995 ) .

KESIMPULAN

• Proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan protein dari ubi kayu (singkong) dengan cara bio proses menggunakan Aspergillus niger sebagai inokulumnya dengan penambahan inorganik nitrogen hingga dapat mencapai 18 %-36 %, dan produknya disebut Cassapro .

• Produk cassapro im dapat diberikan dalam campuran pakan ternak ( ayam petelur, ayam broiler, itik, konsentrat sapi, babi ), pakan udang dan ikan .

• Cassapro dapat meningkatkan kecernaan dedak padi dalam ransum pakan . • Pembuatan cassapro merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kerusakan,

memperpanjang daya simpan dan meningkatkan mlai tambah dari produk ubi kayu ( singkong ).

• Cassapro dapat diproduksi / dilakukan dengan mudah di tingkat peternak maupun industri terutama di daerah penghasil ubi kayu yang potensial .

DAFTAR BACAAN

Temu Teknis FungsionalnonPenelh 2000

Kompiang I .P ., Darma . J ., Purwadaria . T., Sinurat . A ., dan Kompiang. S ., 1992 . Protein Enrichment : Study Cassava Enrichment Melalui Proses Biologi Untuk Ternak Monogastrik. Laporan Tahunan Balitnak - ARM Project 1991/1992 .

Kompiang .I .P., Sinurat .A .P ., Kompiang .S ., Purwadaria.T ., Darma .J. 1994. Nutritional Value OfProtein Enriched Cassava : Cassapro. I1mu dan Peternakan . Volume 7 No.2 . Maret 1994 . Balai Penelitian Ternak . Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Badan Litbang Pertanian.

Kompiang. I .P ., Sinurat. AP ., Purwadaria .T ., Darma. J., dan Supriyati . 1995 . Cassapro In Broiler Ration Interaction With Rice Bran . Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Puslitbangnak . Badan Litbang Pertanian. Dep. Pertanian.

(7)

Terms Teknis Fungsionol non Peneliti 2000

Kompiang.I .P . 2000 . Cassapro Menekan Biaya Pakan . Majalah Trobos . Juni 2000 Purwadaria,T . 1999. "Cassapro" Cassava Berprotein Tinggi. Brosur Balai Penelitian

Ternak . Puslitbangnak . Badan Litbang Pertanian .

Purwadaria, T., Sinurat, A.P ., Pasaribu, T., Darma, J ., Hamid, H., Frederick, E, dan Rosida, J. 2000 . Pengaruh Teknik Pengeringan Dan Pengemasan Terhadap Kualitas Produk Fermentasi Limbah Sawit. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Peternakan tahun Anggaran 1998/1999 . Balai Penelitian Ternak . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . Badan Penelitian Pengembangan Peternakan. Departemen Pertanian.

Sinurat .A,P.,Purwadaria .T., Pasaribu.T., Darma.J ., Bintang.I .A.K ., dan Togatorop.M .H . Kumpulan Hasil Penelitian Peternakan APBN Tahun Anggaran 1998/1999 . Buku I : Penelitian Ruminansia Besar, Unggas dan Aneka Ternak dan Hijauan Makanan Temak. Balitnak Puslitbangnak . Badan Lithang Pertanian.

Ssurahman, H . dan Muslihat, S . 1998. Pembuatan Ruang Fermentor Untuk Produk Fermentasi Pakan. Prosiding Lokakarya Fungsional Non Peneliti Balitnak. Puslitbangnak . Badan Litbang Pertanian .

Gambar

Tabel 1 . Hasil analisis kimia produk kering Cassapro ubi kayu

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian etanol dari proses fermentasi dilanjutkan destilasi dengan menggunakan substrat limbah kulit ubi kayu dan limbah kulit nanas dengan menggunakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi, menghitung dan menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari

Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu sebagai Bahan Baku Keripik Singkong di Kabupaten Karanganyar (Kasus pada KUB Wanita Tani Makmur).. Universitas

Tepung singkong merupakan tepung hasil olahan singkong yang diproses dari komoditas singkong atau ubi kayu menghasilkan tepung dengan karakteristik mirip terigu

Nilai kecernaan protein pakan yang diberi bahan kulit ubi kayu perlakuan NaOH, fermentasi kapang, serta fermentasi bakteri memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi dalam penelitian ini adalah metode

HENNI FEBRI YANTI (090304005), dengan judul skripsi ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG

Nilai tambah pengolahan ubi kayu menjadi mie yeye dan alen-alen merupakan selisih produksi mie yeye dan alen-alen (Rp) dengan bahan baku (Rp), nilai bahan penunjang (Rp) dan