• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy - Test Repository"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUAL

DALAM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:

Anissatun Niswah

NIM. 11114283

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

َهَّللا َرَكَذَو َرِخ ْلْا َمْوَ يْلاَو َهَّللا وُجْرَ ي َناَك نَمِّل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِهَّللا ِلوُسَر يِف ْمُكَل َناَك ْدَقَل

ًاريِثَك

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)

(Kementerian Agama RI. 2004. Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah. Solo: Abyan)

Terus melangkah walau seberat apapun langkahmu,

pelajari setiap langkah yang kamu lalui,

perbaiki yang buruk, lengkapi yang kurang, dan pertahankan yang baik.

(7)

PERSEMBAHAN

1. Teruntuk bapak mamak, Bapak Saifudin dan Ibu Titik Chafidhoh yang selalu di rahmati Allah. Terimakasih atas semua dukungan yang berupa do'a dan materi Semoga Allah selalu memberikan rahmannya kepada bapak dan mamak.

2. Teruntuk adik-adik saya, Sokhibul dan Nailul Izza terimakasih atas dukungannya. Serta terimakasih untuk keluarga besar Mbah Jahuri dan Mbah Muhadi yang telah memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

3. Teruntuk seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga, terukhusus para dosen PAI terimakasih telah membimbing selama kurang lebih empat tahun. Semoga Allah Swt. menghitungnya sebagai amal ibadah bapak ibu dosen.

4. Teruntuk mas Hudi terimakasih atas bantuan dan dukungannya. Semoga Allah Swt. menghitungnya sebagai amal ibadah dan semoga Allah memberikan kemudahan serta kelancaran dalam semua aktivitas.

5. Teruntuk teman teman Majlis Do'a Mawar Allah dan seluruh keluarga Biro Konsultasi Psikologi Tazkia yang telah memberikan ilmu dan dukungannya. 6. Teruntuk teman-teman sedaerah, IMADISA yang telah menemani saya sejak

awal perkuliahan sampai akhir perkuliahan.

7. Teruntuk teman-teman kantin Kontainer dan Kantin Dharma Wanita, terima kasih telah mengajarkan berbisnis. Semoga Allah memgijabah hajad-hajad kita.

8. Teruntuk teman-teman MGA Squad terimakasih atas dukungan dan motivasinya.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel

Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy.

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Salatiga.

(9)

4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, dan meluangkan waktunya dengan ikhlas untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

6. Bapak dan Ibuku tercinta dan seluruh keluarga yang tidak pernah berhenti memberikan dukungannya.

7. Seluruh teman-teman di Kampus yang telah menemani dan membantu selama penulis belajar di IAIN Salatiga.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Salatiga,...

(10)

ABSTRAK

Niswah, Anissatun. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agamma Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M. Pd.

Kata kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual; Novel; Habiburrahman El Shirazy

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan terdapat dampak positif dan negatifnya. Untuk dampak negatif diantaranya adalah mulai adanya degradasi moral serta disorientasi hidup akibat rendahnya jiwa spiritualitas seseorang. Semua hal diukur melalui materi dan akal. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengupas nilai-nilai pendidikan spiritual. Dalam kesempatan ini, peneliti menggunakan novel sebagai medianya. Sehingga tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy. Serta relevansinya dalam pendidikan agama Islam.

Untuk menyelesaikan penelitian ini peneliti menggunakan metode metode deskriptif analisis. Peneliti menginterpretasikan nilai-nilai pendidikan spiritual yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening dengan rujukan dari literatur perpustakaan. Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yakni mencari data dari berbagai sumber baik yang sifatnya resmi maupun pribadi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

(11)

DAFTAR ISI A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. Nilai ... 15

C. Pendidikan Spiritual 1. Pengertian Pendidikan Spiritual ... 16

2. God Spot... 19

3. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual Refleksi dari 99 Asmaul Husna ... 20

D. Pendidikan Islam 1. Pengertian Pendidikan Islam... 31

2. Tujuan Pendidikan Islam ... 32

3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam... 33

E. Novel 1. Pengertian Novel ... 34

2. Unsur-Unsur Intrinsik Novel ... 36

3. Macam-Macam Novel ... 43

(12)

BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING

A. Profil Novel ... 48

B. Sinopsis Novel ... 48

C. Unsur Intrinsik Novel ... 52

D. Biografi Penulis ... 72

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy ... 77

B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy Terhadap Pendidikan Islam ... 101

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan juga mengalami kemajuan yang pesat. Di satu sisi hal ini berdampak positif dalam peradaban umat manusia. Namun di sisi lain, manusia mulai menanggalkan spiritualitas sehingga terjadi krisis spiritualitas yang ditunjukkan dengan degradasi moral serta disorientasi hidup. Semua diukur melalui akal dan ilmu pengetahuan. Padahal akal manusia terbatas, tidak semua dapat diukur melalui akal. Hal inilah yang menjadikan pentingnya spiritualitas dalam ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Spiritual adalah konsep keseluruhan tentang spirit, berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti napas. Pada saat ini spiritual lebih merujuk keenergi hidup dan kesesuatu dalam diri kita yang bukan fisik termasuk emosi dan karakter. Ini termasuk kualitas vital, seperti energi, semangat, keberanian, dan tekad (Buzan, 2003: xix). Spiritualitas mencakup hal tentang kejiwaan. Keyakinan, motivasi, semangat, integritas, simpati dan empati kepada orang lain merupakan energi yang perlu ditambahkan dalam jiwa intelektualitas manusia.

Sedangkan, spiritual quatient (SQ) atau kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual atau

(14)

secara efektif (Agustian, 2008:13). Kecerdasan spiritual menjadikan seseorang lebih bernilai dengan keilmuan yang dimiliki. Ia dapat menyelesaikan masalah-masalah atau kekurangan yang ditimbulkan dari keilmuannya. Dengan kecerdasan spiritual para cendekiawan dapat memberi makna spiritual terhadap kemajuan ilmu pengetahuannya serta dalam pemikiran, perilaku dan kegiatan yang dilakukan.

Kecerdasan spiritual dapat meningkatkan keyakinan terhadap agama yang dianut. Dengan demikian dapat menghindarkan diri dari falsafah hidup

positivisme-materialisme dan ekonomi-kapitalistik. Artinya tingkah laku manusia memiliki kecenderungan memperoleh kekayaan material semaksimal mungkin yang ditempuh melalui jalan manapun (Lestari, 2010:20). Jadi dengan pendidikan spiritual seorang individu tidak hanya mencari keuntungan dunia namun juga keuntungan akhirat dan ketentraman hati. Misalnya seorang siswa berprestasi paham terhadap adab-adab kepada orang tua, maka walaupun dia sudah berprestasi di sekolahnya, dia tetap menaruh hormat kepada orang tuanya.

Di sinilah pendidikan spiritual sangat penting untuk kerukunan dan kedamaian semua pihak. Hal ini juga selaras dengan agama Islam yang merupakan agama yang rahmat dan petunjuk bagi semua makhluk, sesuai dengan firman Allah swt dalam surat al-Anbiya‟ ayat 107

(15)

Dengan memberi nilai dan makna pendidikan spiritual baik spiritual keagamaan maupun umum dalam intelektual yang dimiliki akan memberi keseimbangan dalam kebutuhan dan kepentingan lahir dan batin. Seorang individu mempunyai tujuan dan pedoman yang pasti dalam memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi yang serba canggih. Semua informasi mudah didapatkan dengan perkembangan teknologi. Hal ini, menambah sebab akan pentingnya kecerdasan spiritual dalam diri manusia. Agar terhindar dari dampak negatif teknologi serta tidak dikendalikan oleh teknologi dan ilmu pengetahuan. Kecerdasan spiritual penting untuk semua kalangan baik itu pemuda maupun orang tua. Khususnya adalah remaja yang merupakan masa pencarian jati diri. Ia harus dibekali dengan kecerdasan spiritual dan agama agar tidak terjerumus dalam arus teknologi.

(16)

Secara umum ada dua novel, umum dan religius. Novel umum bercerita tentang hal umum yang biasa terjadi yang tidak ada kandungan keagamaan didalamnya. Sedangkan novel religius terdapat kandungan ajaran agama yang dapat diambil pelajaran. Novel religius dapat digunakan sebagai media meningkatkan nilai spiritual keagamaan. Selain itu selain mempunyai nilai estetika juga mempuunyai nilai edukatif, sehingga beberapa novel dapat dijadikan bacaan yang mengedukasi pembacanya untuk menerapkan nilai yang dikandung. Salah satunya novel religius yang edukatif adalah novel

Bidadari Bermata Bening.

Novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy terdapat dua tokoh utama. Pertama, seorang remaja muslimah bernama Ayna. Ayna adalah salah satu santri yang berprestasi di pondok pesantren Kanzul Ulum yang terletak di Candiretno, Magelang. Ia mampu lulus UN dengan nilai terbaik se-Jawa Tengah. Namun disisi lain dari prestasi gemilangnya, Ayna mempunyai latar belakang keluarga yang rumit. Hal tersebut berakibat pada kehidupan Ayna dimasa depan, yang menjadikannya lebih dewasa dan bijaksana dalam menghadapi problematika kehidupan.

(17)

orang tuanya. Masalah yang dihadapi mengarahkannya kejalan tasawuf. Ia harus memutuskan secara bijak antara kehidupan tasawuf dan baktinya kepada orang tua.

Dari uraian latar belakang diatas peneliti tertarik ingin membedah isi novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy. Sebuah novel yang membicarakan perjalanan hidup seorang remaja muslimah. Aspek yang ingin dibahas adalah nilai pendidikan spiritual dalam novel tersebut. Jadi

peneliti mengambil judul “Nilai Nilai Pendidikan Spiritual Dalam Novel

Bidadari Bermata BeningKarya Habiburrahman El Shirazy”.

Judul diatas dipilih karena dalam novel Bidadari Bermata Bening

karya Habiburrahman El-Shirazy banyak nilai nilai pendidikan spiritual yang dapat dijadikan pelajaran. Terutama spiritual bagi muda mudi muslim yang serat akan pergaulan bebas. Bagaimana seorang remaja menghadapi problem kehidupan dengan bijak dengan tetap mengharap ridho Allah Swt. Bagaimana seharusnya bersikap kepada orang tua, keluarga, guru, dan teman baik yang menunjukkan sikap baik dan buruk.

B. Rumusan Masalah

Untuk membatasi pokok bahasan dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

(18)

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy dengan praktik pendidikan Islam masa kini?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

a. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy.

b. Mendeskripsikan relevansi nilai-nilai pendidikan spiritual dalam

Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy dengan praktik pendidikan Islam masa kini.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu menambah informasi yang jelas bagi semua pihak, agar memberi beberapa kegunaan yakni sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy yang dapat diambil pelajaran.

(19)

b. Secara Praktis

1) Penelitian ini diharapkan mampu memberi teladan yang konkrit dalam pendidikan spiritual keagamaan melalui penokohan dalam novel

Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy.

2) Penelitian ini diharapkan mampu memberi teladan yang dapat dimanifestasikan dalam kehidupan sehari hari sesuai ajaran agama Islam.

3) Penelitian ini diharapkan mampu memberi motivasi dalam menghadapi problematika kehidupan.

E. Penegasan Istilah

1. Nilai

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:783) nilai dapat diartikan sebagai sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik atau disukai dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga referensinya tercermin dalam perilaku, sikap, dan perbuatan-perbuatannya (Maslihah, 2009: 106). Jadi nilai merupakan sesuatu yang abstrak tercermin dalam perilaku nyata yang dianggap baik dan benar oleh masyarakat.

2. Pendidikan Spiritual

(20)

berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan, rohani, atau batin. Jadi, spiritual merujuk pada sesuatu yang bukan fisik seperti energi, semangat, keberanian, ritual, dan tekad.

Nilai-nilai pendidikan spiritual inilah yang memberikan makna pada kehidupan karena sesungguhnya pemaknaan terhadap hidup ini bukan datang dari luar, tetapi dari dalam diri manusia (Nasution, 2009:10). Karena makna tersebut berasal dari dalam diri individu sehingga sifatnya abstrak namun dapat dirasakan secara nyata dalam diri individu. Dalam keilmuan modern dapat disebut dengan kecerdasan spiritual (spiritual quotient).

Spiritual quotient adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk mendapatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar, 2001:4). Dapat dikatakan, spiritual quotient adalah kecerdasan untuk memberi makna pada perbuatan dan pikiran dalam kehidupan.

3. Novel

(21)

watak dan sifat setiap pelaku. Jadi, novel merupakan bentuk karya sastra cerita fiksi yang paling baru.

Sebuah novel memiliki unsur-unsur data teks yang perlu dianalisis kebenarannya. Analisis tersebut berkaitan dengan kesesuaian antara latar dalam cerita dengan latar pada kehidupan nyata (Utami, 2014: 425). Sehingga pembaca dapat mengetahui pesan yang tersurat dan tersirat dalam novel serta dapat memberi pengaruh yang baik bagi pembaca.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kepustakaan (library reasearch) dengan metode deskriptif analisis.

Penelitian kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2004:3). Penelitian kepustakaan memanfaatkan sumber sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian.

(22)

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan metode wawancara. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Metode dokumentasi ini digunakan untuk mencari sumber-sumber baik dari dokumen pribadi maupun dokumen resmi yang dibutuhkan dalam penelitian. Dokumen pribadi berupa biografi penulis sedangkan dokumen resmi dapat berupa buku, jurnal, dan sumber tertulis lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian.

(23)

3. Sumber Data

Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni: a. Sumber data primer adalah sumber data pokok yang langsung

dikumpukan oleh peneliti dari objek penelitian (Mahmud, 2011:152). Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Syirazy.

b. Sumber data sekunder adalah sumber data tambahan yang menurut peneliti dapat menunjang data pokok (Mahmud, 2011:152). Selain sumber data primer, penelitian ini juga membutuhkan sumber data sekunder seperti buku-buku ilmiah, jurnal dan media cetak lainnya guna menganalisis nilai-nilai pendidikan spiritual yang terdapat pada novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Syirazy. 4. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analysis). Metode analisis isi menurut Smith merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dari tubuh materi (teks) secara sistematis dan objektif dengan mengidentifikasi karakteristik tertentu dari suatu materi (Martono, 2011: 86). Dalam analisis isi ini berupaya mengungkap berbagai informasi dibalik data yang disajikan di dalam teks.

(24)

menginterpretasikannya melalui referensi-referensi lain yang mendukung. Dengan metode analisis isi akan membantu dalam mencari teks-teks yang terkait dengan nilai-nilai pendidikan spiritual.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada skripsi merupakan garis besar dalam penyusunan skripsi yang dapat mempermudah jalan pikiran pembaca dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi. Dalam sistematika penulisan skripsi ini, terdiri dari lima bab yang dijelaskan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Bab II merupakan uraian tentang teori-teori yang mendukung dengan judul skripsi, berupa teori tentang nilai pendidikan spiritual, pendidikan agama Islam, dan teori tentang novel.

BAB III: BIOGRAFI NOVEL

Bab III merupakan uraian tentang gambaran umum dari novel

Bidadari Bermata Bening serta biografi pengarang novel yakni Habiburrahman El-Syirazy.

BAB IV: TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(25)

Habiburrahman El-Syirazy serta relevansinya terhadap praktik pendidikan Islam.

BAB V: PENUTUP

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Penelitian Terdahulu

Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Kasih Sayang dalam Novel Jilbab In Love Karya Asma Nadia yang ditulis oleh Rizki Septianingtyas (2017). Inti dari skripsi tersebut adalah adanya nilai-nilai kasih sayang dalam novel Jilbab In Love karya Asma Nadia. Nilai-nilai tersebut terdiri dari nilai kasih sayang kepada Allah swt, nilai kasih sayang kepada diri sendiri, nilai kasih sayang kepada keluarga, dan nilai kasih sayang kepada keluarga dan masyarakat. Nilai kasih sayang tersebut termasuk dalam nilai spiritual yang akan meningkatkan kepribadian seseorang.

Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Spiritual dalam Novel Syahadat Cinta Karya Taufiqurrahman al-Azizy yang ditulis oleh Dita Indi Nur Otapiyani (2016). Inti dari skripsi tersebut adalah nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy diantaranya nilai kepedulian, tenggang rasa, kesabaran, kejujuran, kedamaian, integritas, rasa syukur, keadilan, keberanian, amal, rasa percaya, kesederhanaan, kedamaian, tanggung jawab, kemurnian hati, ketekunan, dan cinta. Nilai-nilai spiritual tersebut dapat diimplementaikan sebagai kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia menjadi insan kamil.

(27)

tiga tema yakni sosiologi sastra, resepsi pembaca, dan nilai pendidikannya. Pada kajian sosiologi sastra, penulis menganalisis pengaruh latar belakang sosial budaya pengarang novel dengan proses pembuatan novel. Setelah diteliti dan di analisis latar belakang sosial budaya pengarang mempengaruhi isi novel. Sehingga kehidupan pengarang tercermin dalam novel.

Pada jurnal di atas, sub kajian resepsi pembaca mengatakan bahwa resepsi atau tanggapan pembaca dinilai positif. Novel dapat menyadarkan pembaca agar lebih peka terhadap orang di sekitarnya. Untuk kajian nilai pendidikan pada novel Rumah Tanpa Jendela ditemukan beberapa nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya yakni nilai pendidikan agama atau religius, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan adat istiadat, dan nilai pendidikan moral.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat persamaan dan perbedaan dari ketiga karya ilmiah tersebut dengan skripsi yang akan ditulis peneliti yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel Bidadari bermata Bening Karya Habiburraahman El-Shirazy. Persamaannya yakni sama-sama penelitian dengan jenis library reasearch atau penelitian kepustakaan dengan membedah salah satu karya sastra. Serta ketiganya membedah novel yang serat akan makna dan ibrah yang dapat diambil pelajaran.

(28)

jurnal tersebut aspek kajian nilai pendidikan lebih luas sedangkan yang akan jadi kajian pada skripsi yang akan di tulis lebih difokuskan pada nilai pendidikan spiritual.

Dengan perbedaan mendasar tersebut, akan ditemukan nilai-nilai pendidikan spiritual yang berbeda sesuai dengan isi dan penekanan karakter dalam novel yang diteliti, yang nantinya dapat diimplementasikan sebagai motivasi dan intropeksi diri baik peneliti maupun pembaca. Diharapkan dengan adanya analisis novel Bidadari Bermata Bening ini pembaca novel tidak hanya sekedar membacanya, namun juga dapat mengambil pelajaran dari isi kandungan novel Bidadari Bermata Bening.

B.Nilai

Nilai atau value adalah panduan-panduan untuk bertindak atau bersikap yang berasal dari diri kita sendiri (Buzan, 2003:22). Nilai merupakan suatu hal yang dianggap baik atau buruk bagi kehidupan. Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi hal tersebut menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat (Mahmud, 2015:87). Dengan adanya nilai-nilai yang berlaku, perilaku-perilaku manusia dapat terarah dengan baik. Seorang individu tidak dapat bertindak sesuka hati, namun harus memperhatikan nilai yang berlaku dimasyarakat.

(29)

buruk. Nilai bermanfaat dalam stabilitas kehidupan dalam masyarakat. Jadi nilai adalah suatu pedoman yang menurut sekelompok masyarakat dianggap baik yang menjadi acuan dalam sikap atau perilaku dalam masyarakat.

C.Pendidikan Spiritual

1. Pengertian Pendidikan Spiritual.

Secara harfiah, pendidikan spiritual terdiri dari dua suku kata, pendidikan dan spiritual. Penjelasan tentang pendidikan banyak diberikan oleh para pakar, dengan statement yang sesuai dengan sudut pandangnya. a. UUD Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan, yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

b. Menurut Ahmad D. Marimba yang di kutip oleh Abuddin Nata mengatakan pendidikan (1997:49) adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menjadi terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil).

(30)

pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Dapat disimpulkan kegunaan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia agar menjadi pribadi dengan baik. Dengan pendidikan manusia dapat memiliki ilmu yang akan mengantarkan kepada kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat. Seperti firman Allah dalam al-Qur‟an surat al-Mujadillah ayat 11

ِف اوُحَّسَفَ ت ْمُكَل َليِق اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

ْمُكَل ُهَّللا ِحَسْفَ ي اوُحَسْفاَف ِسِلاَجَمْلا ي

ٍتاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذَّلاَو ْمُكنِم اوُنَمآ َنيِذَّلا ُهَّللا ِعَفْرَ ي اوُزُشناَف اوُزُشنا َليِق اَذِإَو

ٌريِبَخ َنوُلَمْعَ ت اَمِب ُهَّللاَو

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(31)

terbiasa dengan pekerjaan tersebut. Ketiga melalui indoktrinasi. Yakni proses yang melibatkan seseorang meniru atau mengikuti apa yang diperintahkan orang lain. Dengan demikian, manusia sangat membutuhkan pendidikan baik secara formal maupun non-formal untuk mengembangkan potensi dan bakatnya agar lebih berguna untuk dirinya, keluarga, dan masyarakat.

Kata spiritual berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti napas (Buzan, 2003:xix). Spiritual Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2007:1087) spiritual adalah suatu yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan, rohani, atau batin. Dengan demikian, spiritual berkaitan dengan sesuatu yang bukan fisik seperti kejiwaan dan rohani, akan tetapi mempunyai pengaruh besar dalam membentuk kepribadian manusia. Hal ini sesuai dengan yang tulis Danah Zohar dalam bukunya SQ (2001:4) bahwa dalam kamus Webster mendefinisikan ruh sebagai “prinsip yang menghidupkan atau vital; hal yang memberi kehidupan pada orgasme fisik dan bukan pada unsur materinya; napas kehidupan.

Secara implisit, spiritual sepadan dengan kecerdasan spiritual atau

spiritual quotient (SQ). Kecerdasan spiritual atau spiritual quatient (SQ) adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual atau inteleqtual quatient (IQ) dan kecerdasan emosi atau

(32)

SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya (Zohar, 2001:4). SQ mendorong manusia untuk berpikir kritis dan lebih mendalam dengan masalah yang dihadapi. Dengan hal tersebut akan tersingkap makna-makna lain yang pada dasarnya mengandung suatu kebaikan. Inilah yang diharapkan SQ, dapat memberikan energi positif sehingga kejadian yang terlihat sulit menjadi lebih mudah.

2. God Spot

God spot atau bisa disebut dengan “Titik Tuhan” merupakan tanda

munculnya spiritual pada manusia. Menurut penemuan oleh Danah Zohar dan Ian Marshal, god spot ada di dalam otak manusia. Pengalaman spiritual dikaitkan dengan adanya peningkatan aktivitas pada lobus temporal yang merupakan bagian dari otak (Zohar, 2001: 95). Peningkatan aktivitas lobus temporal mengakibatkan seseorang mengalami kejadian di luar kesadaran dan kenyataan seperti pengalaman spiritual.

Orang yang mempunyai SQ tinggi kemungkinan besar mempunyai

aktivitas tinggi pada “Titik Tuhan”. Akan tetapi tingginya aktivitas “Titik

Tuhan” pada lobus temporal atau pada skizotipy tidak menjamin SQ tinggi. Untuk mencapai SQ tinggi dibutuhkan integrasi seluruh bagian otak, seluruh aspek diri, dan seluruh segi kehidupan (Zohar, 2001:96).

(33)

manusia dapat memahami Titik Tuhan ini, pengalaman dan wawasan yang berkaitan tentang spiritual turut mendukung eksistensi Titik Tuhan.

Menurut Ari Ginanjar Agustian dalam bukunya Emotional Spiritual Quatient (2001:86), istilah god spot berasal dari suara hati spiritual. Suara hati manusia adalah kunci spiritual karena ia adalah pancaran sifat-sifat Illahi. Keinginan diperlakukan adil, keinginan hidup sejahtera, keinginan mengasihi dan dikasihi, adalah sifat-sifat dari Allah. Dalam Islam, sifat-sifat Allah terangkum dalam 99 Asmaul Husna yang sebagian besar diimplikasikan kepada manusia disesuaikan dengan situasi dan kondisinya.

Suara hati ini yang apabila disadari dan diikuti akan membawa kepada kebaikan yang hakiki. Pemecahan masalah secara bijak dan pemenuhan makna yang mendalam mengenai kehidupan akan didapatkan dengan suara hati. Suara hati tersebut merupakan keinginan Allah yang ditiupkan pada hati manusia bersamaan dengan ditiupkannya ruh pada penciptaan manusia (Agustian, 2001:86). Ini dibuktikan dengan Anggukan Universal, dimana semua manusia setuju dan mengangguk pada kebaikan. 3. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual Refleksi dari 99 Asmaul Husna

(34)

disandarkan pada sifat-sifat Allah Swt. (Nasution, 2009:81). Nama-nama terbaik tersebut menunjukkan keagungan dan kemuliaan Allah Swt. sebagai pencipta alam semesta. Serta menunjukkan bahwa hanya Allah lah yang wajib dan pantas untuk disembah oleh semua makhluk.

Asmaul husna hanya ada pada Allah Swt., tidak ada pada makhluk. Sedangkan usaha yang dilakukan manusia adalah mendekati atau menyerupai sifa-sifat Allah itu secara manusiawi (kodrati) (Nasution, 2009:81). Memang asmaul husna hanya berhak dimiliki oleh Allah Swt. Tuhan semesta alam. Namun, manusia diberi hak untuk meniru sifat-sifat Allah tersebut sesuai dengan kodrat manusia. Usaha mencontoh sifat tersebut merupakan bentuk penghambaan manusia kepada Allah. Hal ini sama seperti umat Nabi Muhammad yang mencontoh suri tauladan Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul panutan manusia.

Pendidikan spiritual merupakan pendidikan yang bersifat abstrak dan non-fisik yang berhubungan dengan ruh dan kejiwaan manusia yang dapat dipelajari dan dipraktikkan dalam keseharian. Pendidikan spiritual dapat direfleksikan dari 99 asmaul husna Allah Swt. Seperti yang dijelaskan Ary Ginanjar Agustian (2001:87) bahwa 99 asmaul husna dapat menjadi sumber suara hati manusia. Dimana suara hati adalah kunci spiritual yang dimiliki manusia (Agustian, 2001:86). Dengan demikian 99 asmaul husna

(35)

merupakan nama-nama Allah yang terbaik dan hanya Allah lah yang memilikinya namun manusia dapat mengambil ibrah dari asmaul husna.

Orang yang menghayati lalu mencoba menginternalisasi sifat-sifat tuhan akan memancarkan sifat-sifat terpuji dalam setiap perilakunya. Dia akan menjadi orang yang mengasihi sebagai dorongan sifat Allah ar-rahim

(Nasution, 2009:82). Allah SWT memberikan kesempatan pada makhluknya untuk menerapkan sifat-sifat yang dimiliki Allah SWT. Namun, perlu menjadi catatan bahwa Allah SWT berbeda dengan makhluknya, sehingga walaupun manusia dapat menginternalisasikan sebagian sifat Allah dalam dirinya namun ia tidak bisa menyamai Allah.

Berikut 99 asmaul husna Allah yang dapat direfleksikan dalam diri manusia:

No. Asmaul Husna Arti Nilai Spiritual

1. Ar-Rahman (

نمحّرلا

)

Maha Pengasih Mengasihi

2. Ar-Rahiim

)ميح

ّرلا(

Maha Penyayang Penyayang

3. Al-Maalik

)كل

ا

ملا(

Maha Raja Amanah

4. Al-Quddus

)سوّدقلا(

Maha Suci Jujur

5. As-Salaam

)ملاّسلا(

Maha Damai Suka kedamaian

6. Al-Mukmin

)نمؤملا(

Maha Mengamankan

(36)

orang lain

7.

Al-Muhaimin

)نميهملا(

Maha Menjaga

Memelihara dan merawat

8. Al-„Aziz

)زيزعلا(

Maha Mulia Lagi Perkasa

Rendah hati

9. Al-Jabbar

)راّبجل(

Maha Memaksa Adil

10.

Al-Mutakabbir

)رّبكتملا(

Maha Pembesar Besar hati dan jiwa

11. Al-Khaaliq )قلاخلا( Maha Pencipta Kreatif, inovatif

12. Al-Baari‟

)ئرابلا(

Maha Mengadakan Kreatif, inovatif

13.

Al-Mushawwir

)رّوصملا(

Maha Pemberi Rupa

Suka melukiskan dan mewujudkan impian

14. Al-Ghaffaar

)راّفغلا(

Maha Pengampun Pemaaf

15. Al-Qahhaar

)راّهقلا(

Maha Perkasa Semangat

16. Al-Wahhaab

)باّهولا(

Maha Pemberi Suka memberi

(37)

18. Al-Fattaah

)حاّتفلا(

Maha Pembuka Pelopor, perintis 21. Al-Baasith )طسابلا( Maha Melapangkan

Rizki

Syukur kepada Allah

22. Al-Khaafidl

)ضفاخلا(

Maha Merendahkan

Amar ma‟ruf nahi

25. Al-Mudzill

)ّلذملا(

Maha Menghinakan Ikhlas dan sabar

26. As-Samii‟

)عيمّسلا(

Maha Mendengar

Terbuka terhaap saran dan kritik 27. Al-Bashiir )ريصبلا( Maha Melihat Peduli

28. Al-Hakam

)مكحلا(

Hakim yang Maha Agung (Maha Menilai)

(38)

29. Al-„Adl

)لدعلا(

Maha Adil Adil

30. Al-Lathiif )فيطّلا( Maha Lembut Bersikap halus

31. Al-Khabiir

)ريبخلا(

Maha Dalam Pengetahuan-Nya

Berhati-hati

32. Al-Haliim )ميلحلا( Maha Penyantun Santun

33. Al-„Adhiim

)ميظعلا(

Maha Agung Tidak arogan 34. Al-Gafuur )روفغلا( Maha Pengampun Toleran, Pemaaf

35. As-Syakuur )روكّشلا( Maha Mensyukuri

Selalu berterima kasih

36. Al-„Aliyy )ّىلعلا( Maha Tinggi

Tidak bersikap rendah diri

37. Al-Kabiir

)ريبكلا(

Maha Besar Hamba yang unggul

38. Al-Hafiidh

)ظيفحلا(

Maha Menjaga

Memelihara kesucian kalbu

39. Al-Muqiit )تيقملا( Maha Penyedia Makanan Pokok

Bertambah

ketaqwaan kepada Allah

(39)

41. Al-Jaliil

)ليلجلا(

Maha Luhur Pribadi luhur 42. Al-Kariim )ميركلا( Maha Dermawan Dermawan

43. Ar-Raqiib

)بيقّرلا(

Maha Mengawasi Jujur

44. Al-Mujiib

)بيجملا(

Maha Mengabulkan

Suka memenuhi keinginan orang lain 45. Al-Waasi‟

)عساولا(

Maha Luas Berwawasan luas 46. Al-Hakiim )ميكحلا( Maha Bijaksana Bijaksana

47. Al-Waduud

)دودولا(

Maha Cinta Kasih Empati

48. Al-Majiid

)ديجملا(

Maha Sempurna Kemulian-Nya

Bersifat baik

49. Al-Baa‟its

)ثعابلا(

Maha

Membangkitkan

Motivator

50. Asy-Syahiid )ديهّشلا( Maha Menyaksikan Jujur

51. Al-Haqq

)ّقحلا(

Maha Hakiki Ada-Nya

Tidak arogan

52. Al-Wakiil )ليكولا(

Yang Kepada-Nya Diserahkan Segala Perkara

(40)

53. Al-Qawiyy

)ّىوقلا(

Maha Kuat Semangat

54. Al-Matiin

)نيتملا(

Maha Menggenggam Kekuatan

Pantang menyerah

55. Al-Waliyy

)ّىلولا(

Maha Melindungi Suka melindungi

56. Al-Hamiid

)ديمحلا(

Maha Terpuji Bersikap terpuji 57. Al-Muhshiy )ىصحملا( Maha Menghitung Teliti, cermat

58. Al-Mubdi‟

)ءدبملا(

Maha Memulai Pelopor

59. Al-Mu‟iid

)ديعملا(

Maha

Mengembalikan

Takwa kepada Allah

60. Al-Muhyi

)

ْى

يحملا(

Maha Menghidupkan Motivator

61. Al-Mumiit )تيمملا( Maha Mematikan

Berani mengambil risiko

62. Al-Hayy

)ّيحلا(

Maha Hidup Semangat

63. Al-Qayyuum

)موّيقلا(

Maha

Menegakkan/Mandiri

Mandiri, tegar

64. Al-Waajid

)دجاولا(

Maha Selalu Mendapatkan

Pantang menyerah

(41)

66. Al-Waahid )دحاولا( Maha Esa Iman kepada Allah

67. Al-Ahad

)دح

لَّا(

Maha Esa Iman kepada Allah

68. Ash-Shamad

)دمّصلا(

Maha Tidak Bergantung

Mandiri

69. Al-Qadiir )ريدقلا( Maha

Menentukan/Kuasa

Berkompeten

70. Al-Muqtadir

)ردتقملا(

Maha Berkuasa

Memimpin, Membimbing 71. Al-Muqaddim

)مّدقملا(

Maha Mendahulukan Disiplin

72.

Al-Mu‟akhkhir

)رّخؤملا(

Maha Mengakhirkan Waspada

73. Al-Awwal

)لّولَّا(

Maha Permulaan Perintis

74. Al-Aakhir

)رخلَّا(

Maha Akhir Waspada

75. Adh-Dhaahir )رهاّظلا( Maha Jelas

Transparan, keterbukaan

76. Al-Baathin

)نطابلا(

Maha Batin Khusyuk

77. Al-Waaliy

)يلاولا(

Maha Penguasa Berjiwa pemimpin

(42)

Muta‟aaliy

)يلاعتملا(

Kekuasaan-Nya

81. Al-Muntaqim

)مقتنملا(

Maha Pendendam

(43)

88. Al-Ghaniyy

)ّينغلا(

Maha Kaya

Hanya kepada Allah tempat bergantung 89. Al-Mughniy )ينغملا( Maha Pemberi

Kekayaan

93. An-Nuur

)روّنلا(

Maha Menerangi Berilmu dan mulia

94. Al-Haadii

)يداهلا(

96. Al-Baaqi )يقابلا( Maha Kekal Memelihara

97. Al-Waarits )ثراولا( Maha Mewarisi Suka membantu

98. Ar-Rasyiid

)ديشّرلا(

Maha Pembimbing

Pembimbing yang dibawah

99. Ash-Shabuur

)روبّصلا(

Maha Penyabar

(44)

D.Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Definisi pendidikan Islam dalam bahasa Arab terdapat 5 bentuk, yakni tarbiyyah, ta’lim, ta’dib, al-tadris, dan al-riyadah. Namun menurut Naquib al-Attas, definisi pendidikan Islam lebih condong menggunakan

tarbiyyah. Kata tarbiyyah asal katanya adalah rabba-yurabbi, makna aslinya adalah memberi makan dan menjadikannya berkembang, mendidik. Al-Imam Baidawi menyebutkan al-rabb merupakan asal kata tarbiyyah, maksudnya menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna (Mufron, 2015:4). Jadi, pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan potensi anak dengan tahapan tertentu sesuai peraturan yang telah ditetapkan dan berlangsung seumur hidup .

Pengertian tarbiyyah secara luas diungkapkan oleh Abdurrahman al-Nahlawi. Yaitu pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa. Kedua, mengembangkan seluruh potensi. Ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan. Dan keempat, dilaksanakan secara bertahap (Mufron, 2015:5). Definisi ini sejalan dengan pendapat Al-Imam Baidawi, dimana pendidikan Islam bertujuan menyeimbangkan seluruh potensi yang dimiliki anak, baik potensi yang subtansial maupun esensial.

(45)

mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Tapi ini tidak berarti bahwa kita tidak mementingkan pendidikan jasmani atau akal. Maka dari itu, antara pendidikan jasmaniyah dan pendidikan rohaniyah harus seimbang.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan merupakan sarana yang hendak dicapai dan sekaligus merupakan pedoman yang memberi arah bagi segaala aktivitas yang dilakukan. Pendiikan Islam sebagai suatu proses yang mengarah kepada pembentukan kepribadian manusia juga diletakkan pada tujuan yang ideal dalam pespektif Islam (Mufron, 2015:19). Tujuan tersebut digunakan untuk patokan kegiatan pendidikan Islam agar tidak melenceng dari harapan yang diinginkan. Tujuan sangat penting dalam pendidikan, tanpa tujuan pendidikan tidak mempunyai arah yang akan dituju sehingga akan kesulitan dalam pelaksanaannya.

Menurut Zakiyah Darajat yang dikutip oleh Ali Mufron (2015:22) mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diformulasikan kepada tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan operasional. Tujuan umum berupa pembentukan pribadi seseorang menjadi “insan

kamil” dengan pola takwa. Tujuan akhir berupa istiqomah dalam

(46)

tertentu yang direncanakan dalam kurikulum pendidikan formal. Serta tujuan operasionalnya berupa tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.

3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Definisi kurikulum secara umum menurut Hasan Langgulung (1995:145) adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah untuk peserta didik di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya supaya dapat berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku merreka ke arah tujuan pendidikan.

Pengertian kurikulum pendidikan Islam menurut Abdul Majid yang dikutip oleh Ali Mufron (2015:167) adalah rumusan tentang tujuan, materi, metode dan evaluasi pendidikan yang bersumber pada ajaran Islam. Kurikulum pendidikan agama Islam merupakan suatu rancangan kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam mulai dari awal sampai evaluasi dalam pembelajaran agama Islam.

(47)

Al-kepastian, seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain (Mufron, 2015:173).

E.Novel

1. Pengertian Novel

Novel merupakan salah satu karya sastra Indonesia yang sangat diminati oleh masyarakat. Istilah novel berasal dari kata Italia, novella

yang artinya kisah atau sepotong berita. Namun menurut Abram, novella

artinya barang baru yang kecil. Dikatakan baru karena dibanding dengan karya sastra lain, novel baru muncul di kemudian (Achmad, 2016:110). Artinya umur karya sastra novel lebih muda dibanding karya sastra lain seperti pantun dan cerpen. Selain itu, biasanya novel menyangkut segala permasalahan manusia seperti moral, sosial, psikologi, agama, kasih sayang, nafsu, dan cinta yang dialami manusia.

Novel adalah kerangka prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Haryanto, 2012:181). Novel mempunyai alur dan permasalahan yang kompleks dari berbagai segi kehidupan tokoh, serta melibatkan banyak tokoh lain yang ada di sekeliling tokoh utama. Dengan permasalahan yang kompleks tersebut, novel mengandung banyak pesan yang dapat diambil manfaat dan pelajaran oleh pembacanya.

(48)

atau menentukan nasibnya (Wiyanto, 2012:213). Karya sastra novel menyajikan kisah hidup pelaku atau tokoh utama secara keseluruhan disertai dengan berbagai permasalahan hidup yang harus dihadapi. Dalam novel terdapat permasalahan klimaks dalam hidup tokoh utama. Selain itu juga terdapat bagaimana reaksi tokoh utama untuk menyelesaikan permasalahannya serta bagaimana ending dari kisah hidup tokoh.

Sama seperti karya sastra lain, novel mempunyai ciri-ciri yang membedakan novel dengan karya sastra lain. Diantara ciri-ciri novel (Achmad, 2016:111) adalah cerita dalam novel tergolong panjang karena ditulis ratusan halaman. Oleh sebab itu, novel tidak bisa dibaca dalam sekali duduk. Novel mengemukakan secara bebas, lebih banyak, lebih rinci, dan lebih melibatkan banyak permasalahan yang kompleks.

(49)

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik seperti sikap, keyakinan, dan pandangan hidup pengarang, biografi pengarang, keadaan psikologi pengarang dan pembaca serta penerapan psikologi dalam karya (Nurgiyantoro, 1995: 24). Unsur ekstrinsik ini memberikan ciri khas sebuah novel. Oleh sebab itu, unsur ekstrinsik perlu untuk dipelajari dan diterapkan dalam novel sesuai dengan tema dan tujuan dibuat.

2. Unsur-Unsur Intrinsik Novel

Sebuah karya sastra novel dibangun oleh unsur-unsur intrinsik (Nurgiyantoro, 2012:68) sebagai berikut:

a. Tema

Tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Nurgiyantoro, 1995:68). Tema mengikat seluruh cerita dan peristiwa dalam novel serta merupakan dasar pembangunan jalannya cerita. b. Alur

(50)

berdasarkan kaitan sebab akibat. Dalam alur akan dijelaskan cerita serta kaitan antara peristiwa-peristiwa dalam cerita. Untuk mempertimbangkan nilai estetika novel, kausalitas antar peristiwa akan disusun sedemikian rupa oleh pengarang baik secara implisit maupun eksplisit.

Alur dapat dibagi menjadi tiga, alur maju, alur mundur, dan alur campuran (http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian-alur-dan-macamnya-serta-unsurnya.html, diakses 27 April 2018). Alur maju, yaitu alur yang peristiwa ditampilkannya secara kronologis, maju,

secara runtut dari tahap awal, tahap tengah, hingga tahap akhir cerita.

Biasanya, alur maju ini untuk menceritakan cerita yangg mudah untuk

dipahami. Alur mundur yaitu alur yang ceritanya dimulai dengan

penyelesaian. Alur ini sering ditemui pada cerita yang memakai setting

waktunya pada masa lampau.

Alur campuran yaitu alur yang diawali dengan klimaks dari

cerita, yang kemudian melihat lagi masa lalu atau masa lampau dan

(51)

c. Latar atau Setting

Latar merupakan lingkungan tempat peristiwa terjadi (Rokhmansyah, 2014: 38). Latar dalam arti lengkap terdiri dari latar tempat, latar waktu, dan latar suasana atau sosial. Latar tempat menggambarkan lokasi terjadinya peristiwa dalam tokoh. Latar waktu dibagi menjadi dua, yaitu waktu cerita dan waktu penceritaan. Waktu cerita adalah waktu yang ada di dalam cerita atau lamanya cerita itu terjadi. Waktu penceritaan adalah waktu untuk menceritakan cerita.

Latar suasana menggambarkan kondisi atau situasi saat terjadinya adegan atau konflik seperti gembira, sedih, tragis. Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat. yang diceritakan dapat mencakup adat istiadat, tradisi, keyakinan dan pandangan hidup (Rokhmansyah, 2014:39). Latar akan menunjukkan bagaimana situasi dan kondisi dalam suatu peristiwa yang ditulis pengarang.

d. Tokoh dan Penokohan

Istilah tokoh menunjukkan kepada orangnya atau pelaku dalam

cerita. Misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Siapakah

(52)

perwatakan tokoh, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam cerita serta teknik perwujudan dan pengembangan tokoh.

Menurut Nurgiantoro, teknik pelukisan atau penggambaran tokoh ada dua cara (1995:195). Pertama, teknik ekspositori yaitu pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, dan penjelasan secara langsung. Kedua, teknik dramatik artinya pelukisan tokoh secara tidak langsung namun melalui drama dalam berbagai aktivitas yang dilakukan.

e. Sudut Pandang (Point of View)

Menurut Stanton yang dikutip oleh Rokhmansyah dalam bukunya Studi dan Pengkajian Sastra (2014:39) menyebutkan bahwa sudut pandang adalah posisi yang menjadi pusat kesadaran tempat untuk memahami setiap peristiwa dalam cerita. Sudut pandang yang digunakan pengarang pada karya sastranya merupakan cara pengarang untuk menceritakan cerita dalam karyanya. Dalam karya sastra, sudut pandang dapat dibagi menjadi dua, sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.

Sudut pandang orang pertama biasanya menggunakan kata ganti

“Aku, Saya, dan Kami”. Pengarang seolah olah menjadi pelaku atau

tokoh dalam cerita yang dibuat. Sudut pandang orang pertama dapat berupa tokoh utama dan tokoh sampingan. Jika menjadi tokoh utama,

(53)

menjadi tokoh sampingan, tokoh “Aku” hanya menjadi tokoh tambahan atau sampingan dalam cerita.

Sudut pandang orang ketiga biasanya menggunakan kata ganti dia, ia, mereka dan nama orang. Sudut pandang orang ketiga dapat berupa sudut pandang orang ketiga serba tahu dan sebagai pengamat. Dalam sudut pandang orang ketiga serba tahu, si pengarang maha tahu perihal tentang tokoh utama. Sedangkan dalam sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat, si pengarang tidak mengetahui secara keseluruhan perihal tokoh utama. Si pengarang hanya menceritakan sepengetahuannya saja yang ia ketahui melalui penangkapan panca indera yang ia dapatkan.

f. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa. Penggunaan bahasa dalam suatu karya sastra dapat dijadikan sebagai alat komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pemilihan ragam bahasa pada suatu karya sastra dapat memperkuat latar yang digunakan pengarang (Rokhmansyah, 2014:39). Pemilihan ragam bahasa yang sesuai akan memberikan pemahaman yang baik kepada pembaca serta akan memberi nilai estetika pada karya sastra yang dibuat.

(54)

memahami sesuatu yang dikemukakan pengarang (Ganie, 2015:194). Dengan demikian, penggunaan gaya bahasa diharapkan akan dapat mempermudah pembaca dalam meresepsi cerita dengan baik dan benar. Tidak sebaliknya, yang akan mempersulit pembaca untuk memahami kandungan isi cerita dalam novel.

Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pengarang. Karya bahasa yang baik harus mengandung 3 unsur, yakni kejujuran, sopan santun, dan menarik (Ganie, 2015:193). Pengarang dalam menulis gaya bahasa harus mempertimbangkan ketiga unsur tersebut. Gaya bahasa yang baik akan menambah keindahan dan kesempurnaan kaarya yang ditulis, karena disinilah pengarang dapat memperlihatkan kepiawaiannya dalam menulis dengan baik, benar, dan mempunyai nilai estetika yang sempurna.

Klasifikasi gaya bahasa menurut Hasanuddin WS dkk yang dikutip oleh Tajuddin Noor Ganie (2015:197) dapat dibagi menjadi empat. Pertama, gaya bahasa perbandingan yaitu gaya bahasa yang menggunakan perbandingan untuk menarik perhatian orang terhadap sesuatu yang hendak disampaikan. Pengarang dapat menggunakan kata pembanding dalam penulisan gaya bahasa, misalnya umpama, bak, bagaikan, dan sejenisnya.

(55)

gaya bahasa ini, tidak membutuhkan penafsiran makna lagi. Contoh: gunakan sehatmu sebelum datang sakitmu. Ketiga, gaya bahasa penegasan, yaitu gaya bahasa yang menggunakan bermacam-macam pilihan atau jalinan kata untuk menegaskan maksud yang hendak disampaikan. Penggunaan gaya bahasa ini untuk lebih mengukuhkan makna dari bahasa yang digunakan. Contoh: darah merah, hatinya sekeras baja.

Keempat, gaya bahasa sindiran, yakni gaya bahasa yang menggunakan sindiran untuk menyatakan sesuatu yang hendak dikemukakan. Ada banyak hal yang dianggap tabu, kurang sopan, dan lain-lain jika menyampaikan sesuatu secara langsung keadaan orang lain. Oleh sebab itu, untuk menyampaikannya dipergunakan sindiran. Maksudnya sama, tetapi cara penyampaiannya dimanipulasi. Contoh: keluarga itu kurang harmonis (berantakan).

g. Amanat

(56)

3. Macam-Macam Novel

Banyak pendapat dari para pakar sastra mengenai klasifikasi novel yang diambil dari sudut pandang yang berbeda beda. Diantaranya ada Muchtar Lubis dan menurut Goldmann. Menurut Muchtar Lubis dalam bukunya Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Prinsip-Prinsip Dasar Sastra (2015: 170) terdapat 5 macam novel. Pertama, novel avonuter adalah jenis novel yang dipusatkan pada seorang lakon atau tokoh utama. Tokoh utama mengalami berbagai peristiwa dan rintangan yang dideskripsikan dari awal novel sampai akhir novel. Kedua, novel psikologi adalah novel lebih menguraikan pikiran dan kejiwaan para tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang dialami.

Ketiga, novel detektif adalah novel yang menceritakan pembongkaran suatu kejahatan. Dalam novel ini terdapat berbagai penyelidikan untuk mengungkapkan bukti-bukti kejahatan yang dilakukan.

(57)

Menurut Goldmann seperti yang dikutip Faruk (2016:92), membagi novel menjadi tiga jenis, yakni novel idealis abstrak, novel psikologis, dan novel pendidikan. Dalam novel idealis abstrak, sang hero penuh optimisme dalam petualangan tanpa menyadari kompleksitas dunia. Sedangkan novel psikologis, sang hero cenderung pasif karena kekuasaan kesadarannya tidak tertampung oleh dunia konvensi. Serta dalam novel pendidikan, sang hero telah melepaskan pencariannya akan nilai-nilai yang otentik, tetapi tetap menolak dunia.

Menurut Muchtar Lubis, novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy tergolong novel Avonuter karena novel ini memusatkan cerita pada tokoh utama. Tokoh utama pada novel ini adalah Ayna, seorang gadis teladan dari pesantren Kanzul Ulum yang mempunyai lika-liku kehidupan yang rumit dan panjang. Sedangkan jika menurut Goldman, novel Bidadari Bermata bening termasuk novel pendidikan. Perilaku tokoh utama dalam berbagai peristiwa yang dialami menunjukkan nilai-nilai pendidikan baik itu agama maupun umum secara implisit. Seperti pendidikan akhlak, spiritual, bisnis, dan sosial.

F. Kritik Karya Sastra

Kritik sastra merupakan salah satu bidang studi sastra yang meliputi tiga bidang studi yaitu ktitik sastra, teori sastra, dan sejarah

(58)

dilakukan oleh seorang kritikus untuk menguraikan dan menilai karya sastra apakah karya sastra tersebut bernilai seni tinggi atau kurang tinggi.

Definisi karya sastra berubah-ubah seiring perkembangan zaman. Kritik sastra terkadang meluas dan terkadang menyempit artinya. Di Inggris (dan Amerika) kritik sastra digunakan sedemikian rupa hingga mencakup segala teori sastra. Jadi kritik sastra sama dengan teori sastra. Sedangkan di Indonesia, pengertian kritik sastra cenderung kepada pengertian studi sastra yang langsung berhubungan dengan karya sastra yang konkrit (Pradopo, 2007:196). Demikianlah, pengertian kritik sastra juga bebeda di setiap daerahnya.

Kritik sastra ialah ilmu sastra yang berusaha menyelidiki karya sastra dengan langsung menganalisis, memberi pertimbangan baik-buruknya karya sastra dan bernilai seni atau tidaknya (Pradopo, 2007:9). Dalam kritik sastra suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsur atau norma-normanya, diselidiki, diperiksa satu persatu, kemudian ditentukan berdasarkan hukum-hukum penilaian sastra (Pradopo, 2007:197). Jadi pembahasan kritik sastra tidak hanya untuk menghakimi karya sastra saja namun juga di analisis kandungan isi di dalamnya baik yang implisit maupun ekplisit.

(59)

juga termasuk kritik sastra. Begitu juga dengan analisis makna dan norma-norma yang terkandung dalam karya sastra juga termasuk dalam cakupan kritik sastra. Serta penggolongan suatu karya sastra ke dalam katagori-katagori tertentu juga merupakan cakupan kritik sastra.

Jenis-jenis kritik sastra berdasarkan orientasinya terhadap karya sastra dapat digolongkan ke dalam empat tipe (Pradopo, 2017:199), yaitu: 1. Kritik Mimetik (mimetic criticism), yaitu memandang karya sastra

sebagai tiruan asek-aspek alam, pencerminan dan penggambaran dunia kehidupan. Kritik mimetik menghubungkan karya sastra dengan dunia luar. Kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah

“kebenaran” penggambaran terhadap obyek yang digambarkan, atau yang hendak digambarkan.

2. Kritik pragmatik (pragmatic criticism), kritik ini bertujuan untuk mencapai efek-efek tertentu pada pembaca (audience). Efek-efek tersebut misalnya kesenangan estetik, pendidikan, tujuan-tujuan politik. Kecenderungan utama teori pragmatik adalah memahami karya sastra sebagai sesuatu yang dibuat untuk mendapatkan efek kepada pembaca berupa tanggapan-tanggapan yang diperlukan.

(60)

watak khusus dan pengalaman-pengalaman pengarrang, yang secara sadar atau tidak, telaah membukakan dirinya dalam karya sastra. 4. Kritik objektif (objective criticism), kritik ini menganggap karya sastra

sebagai sesuatu yang mandiri, bebas dari pengarang, pembaca, maupun dunia sekitarnya. Intinya kritik objektif cenderung pada unsur-unsur yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri seperti kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan hubungan antara unsur-unsur pembentuknya.

(61)

BAB III

GAMBARAN UMUM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING

A.Profil Novel

Judul buku : Bidadari Bermata Bening Penulis : Habiburrahman El-Shirazy Editor : Syahruddin El-Fikri

ISBN : 978-0822-64-8

Penerbit : Republika Tempat Terbit : Jakarta Cetakan : I, April 2017 Tahun Terbit : 2017

Tebal : iv+ 337 halaman, 13,5x20,5 cm Jumlah Halaman : 337 halaman

B.Sinopsis Novel

(62)

dapat mendatangkan ridho Allah swt. serta menjadi syafaa’at atau penolong di akhirat nanti.

Ayna seorang santri dari ponpes Kanzul Ulum, Candiretno, Magelang. Ayna adalah santri khodimah (pembantu) yang berprestasi di pesantren Kanzul Ulum, ia menjadi lulusan terbaik se-Jawa Tengah di bidang IPS dalam Ujian Nasional. Tokoh pendampingnya adalah Afif. Afif merupakan anak dari Kyai pesantren Kanzul Ulum yakni Pak Kyai Sobron Ahsan Muslim dan Bu Nyai Fauziyah, yang nantinya menjadi suami Ayna.

Sebenarnya setelah lulus, Ayna dipinang oleh adik Kyai Sobron yang bernama Kyai Yusuf Badrudduja. Kyai Yusuf Badrudduja adalah seorang duda yang mempunyai dua anak. Ayna pulang ke kampung halamannya di desa Kaliwenang, kecamatan Tanggungharjo, kabupaten Grobogan untuk meminta restu pakde Mat arsun dan bude Tumijah. Hal itu dilakukannya sebagai bentuk

birrul walidain, karena pakdenya adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Diluar dugaan Ayna, pakdenya tidak merestui Ayna menikah dengan Kyai Yusuf. Pakdenya mengancam memutus tali persaudaraan jika ia nekat menikah dengan Kyai Yusuf.

(63)

Ayna tidak setuju dengan pernikahannya. Pernikahan tersebut dilakukan dengan satu syarat dari Ayna, Yoyok setelah menikah tidak boleh menyentuh Ayna sebelum bisa membaca Al-Qur‟an dengan lancar dan menghafal juz 30 dan suroh Yasin.

Dibalik itu semua, sebenarnya Gus Afif dan Ayna saling mencintai. Suatu ketika, Gus Afif mengutarakan perasaannya kepada Ayna setelah mengetahui Ayna menolak lamaran Kyai Yusuf. Ayna ingin sekali menerima pernyataan cinta dari pujaan hatinya dan menerima lamarannya. Namun apalah daya, Ayna sudah mempunyai rencana pernikahan dengan Yoyok. Hal itu membuat keduanya merana. Terutama Gus Afif. Semangat dan cahaya hidupnya hilang bersama pernikahan Ayna dan Yoyok. Akhirnya peristiwa tersebut membawa Gus Afif dalam pengembaraan untuk mencari jati diri dan mendekatkan diri kepada Sang Kholiq.

Kisah Ayna dan Gus Afif tidak berhenti di sini. Kehidupan mereka masih berlanjut dengan penuh perjuangan. Kang Abik menuliskan kisah mereka dengan begitu detain sehingga menyuguhkan kisah yang nyata bagi pembaca. Pembaca juga disuguhkan dengan banyak pelajaran kehidupan. Salah satu bloger santreh dalam artikelnya menuliskan bahwa, “novel ini benar-benar “Menggugah Jiwa”. Dari cerita-cerita yang menakjubkan, kita

akan mendapat banyak pelajaran bagaimana mengarungi hidup yang „kejam‟

(64)

juga ajur. Mengambil keputusan yang sejalan dengan aturan agama Islam dan norma sosial

Singkat cerita, Ayna menjalani sendiri lika-liku takdirnya tanpa didampingi oleh Gus Afif dan orang-orang pesantren yang telah menganggapnya keluarga. Begitu juga dengan Gus Afif, dia menjalani kehidupan pengembaraan panjang yang artinya ia meninggalkan keluarganya. Masing-masing diantara mereka menjalani sendiri jalan hidup mereka dengan terus berharap Allah swt. menyatukan mereka. Akhirnya, Ayna dan Gus Afif dipertemukan kembali serta dapat menyatukan cinta mereka dalam mahligai rumah tangga.

Novel Bidadari Bermata Bening adalah novel yang luar biasa dengan cerita kesucian cinta seorang insan. Memang semua novel Habiburrahman El-Shirazy membahas tentang kesucian cinta. Beliau terinspirsi dari kisah-kisah yang diceritakan dalam al-Qur‟an yang banyak mengisahkan kesucian cinta yang dapat diambil ibrahnya. Kesucin cinta manusia dengan sesamanya serta cinta manusia dengan Tuhannya. Kang Abik mengatakan cinta dapat menjadi

syafa‟at bagi seorang muslim. Karena Rasulullah saw. bersabda

َ ثَّدَح

ِدْبَع ْنَع ٍلِئاَو يِبَأ ْنَع َناَمْيَلُس ْنَع َةَبْعُش ْنَع ٍرَفْعَج ُنْب ُدَّمَحُم اَنَ ثَّدَح ٍدِلاَخ ُنْب ُرْشِب اَن

(65)

Oleh sebab itu beliau selalu mengambil tema kesucian cinta. Sama seperti novel Bidadari Bermata Bening ini, juga bertema kesucian cinta. Kesucian cinta yang dimiliki Ayna dengan segala upayanya menjaga cintanya agar berada di jalan yang diridhoi Allah swt. Dengan kesucian hatinya serta luhur kepribadiannya menjadi wujud sosok Bidadari Bermata Bening. Hal ini mengutip dari acara bedah novel Bidadari Bermta Bening yang dilakukan dalam acara Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta Convention Center (JCC ) pada bulan Mei tahun 2017.

C.Unsur Intrinsik Novel

1. Tema

(66)

يِنَرَ بْخَأ َلاَق َةَدْرُ ب يِبَأ ِنْب ِدْيَرُ ب َةَدْرُ ب يِبَأ ْنَع ُناَيْفُس اَنَ ثَّدَح َفُسوُي ُنْب ُدَّمَحُم اَنَ ثَّدَح

ُمْلِل ُنِمْؤُمْلا َلاَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِّيِبَّنلا ْنَع ىَسوُم يِبَأ ِهيِبَأ ْنَع َةَدْرُ ب وُبَأ يِّدَج

ِنِمْؤ

اًضْعَ ب ُهُضْعَ ب ُّدُشَي ِناَيْ نُ بْلاَك

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Burdah Buraidah bin Abu Burdah dia berkata; telah mengabarkan kepadaku kakekku Abu Burdah dari ayahnya Abu Musa dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Seorang mukmin dengan mukmin yang lain ibarat bangunan yang saling menguatkan antara satu dengan yang lain." (HR. Bukhari)

Cinta kasih dengan saling memberi, membantu, menasehati dan berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirot) dengan disertai kesetiaan dan kesucian cinta, menunjukkan kepada pembaca untuk lebih mengutamakan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kang Abik juga ingin menyampaikan tentang pengabdian diri kepada Allah SWT, menyerahkan seluruh masalah kepada Allah SWT dengan tetap ikhtiar semaksimal mungkin. Jadi novel ini merupakan salah satu novel pembangun jiwa Islami dalam era zaman modern.

2. Alur

Alur yang digunakan pada novel ini adalah alur maju mundur. Alur maju untuk menceritakan rangkaian peristiwa-peristiwa yang dijalani para tokoh dalam novel. Alur mundur untuk menceritakan latar belakang dari tokoh dan mengulas kembali peristiwa yang telah terjadi.

Kutipan novel:

“Waktu terus berjalan. Dan di akhir bulan Syawal terjadilah apa

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa PPL UNY Prodi Kebijakan Pendidikan yang berlokasi di UPT Pengelola TK dan SD wilayah Selatan sebelum melaksanakan kegiatan PPL telah melaksanakan

Tujuan utama dari prinsip syariah adalah terhindar dari transaksi riba, maka produk yang ditawarkan berbeda dengan bank.. Perbedaan utama terletak pada prinsip

Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi kesalahan dan perbaikan dalam

Pada tugas akhir ini didapatkan kesimpulan yaitu hasil simulasi antena array 4 elemen dengan catuan feedline memiliki performansi yang lebih baik dibandingkan dengan catuan EMC

dimakan oleh hantu buta tersebut. Beberapa saat kemudian Alo pun tiba di depan rumahnya dan memanggll Toro sang adik. Tetapi suasana di rumah itu sangat sunyl dan Alo pun segera

Menurut Foucault, pandangan kita tentang suatu objek dibentuk dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh struktur diskursif tersebut; wacana dicirikan oleh

INKA (Persero) Madiun, dan persediaan bahan baku yang dibeli atau dipesan akan langsung digunakan pada proses produksi dengan sistem kerja full time sehingga tidak

Berdasarkan uraian data diatas dapat dimaknai bahwa tokoh Ayna memang memiliki aspek iman kepada Allah di dalam dirinya sehingga ia meyakini dengan rasa syukurnya