• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB I PENDAHULUAN - BERNADETTA EKA NOVIATI BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 BAB I PENDAHULUAN - BERNADETTA EKA NOVIATI BAB I"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan lembaga utama dalam pelayanan kesehatan. Seiring

dengan perkembangan jaman, dibutuhkan pula fasilitas pelayanan kesehatan yang

semakin komprehensif. Pelayanan rumah sakit di harapkan untuk memberikan

pelayanan yang berkualitas tinggi. Jaminan kualitas yang tinggi tersebut dapat

dilakukan dengan menentukan berbagai kebijakan, prosedur, protokol yang sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. ( Siregar, 2004: 8).

Pengguna pelayanan kesehatan atau pasien dan keluarganya memperhatikan

setiap fasilitas pelayanan kesehatan dengan akses yang tepat, beaya yang efektif dan

berkualitas. Akses ini berhubungan dengan kemudahan pasien untuk menerima

pelayanan yang memadai dari para pemberi layanan kesehatan yang terdiri dari

dokter, perawat, dan seluruh fasilitas pendukung di seluruh tempat pelayanan

kesehatan. Pasien juga menginginkan agar rumah sakit mampu memberikan

pelayanan yang berkualitas dan mampu menunjukkan pengaruh interaksi dengan

sistem pelayanan kesehatan terhadap seluruh kehidupan pasien. (Perry & Poter,

2005).

Keperawatan adalah komponen utama dalam sistem pelayanan kesehatan.

Perawat merupakan kelompok pekerja yang paling besar dalam sistem pelayanan

tersebut. Karena sistem pelayan tersebut, maka perawat perlu memahami sistem yang

(2)

Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi perawat dalam

menciptakan sistem yang diperlukan untuk memberi perawatan dengan beaya yang

efektif dan menciptakan strategi untuk memastikan bahwa pasien akan menerima

pelayanan perawatan yang berkualitas. (Perry & Potter, 2005)

Kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien dapat dinilai dengan angka

kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diperoleh di unit pelayanan kesehatan

tertentu. Kualitas yang diberikan oleh sebuah rumah sakit juga dapat dicapai dengan

standar tertentu yang telah ditetapkan sehingga pelayanan yang diberikan dapat

memenuhi atau bahkan melebihi harapan konsumen. Ada beberapa standar atau

kriteria penilaian yang digunakan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan

ataupun keprawatan. Diantaranya adalah standar Instrument B yaitu instrument

penilaian terhadap mutu pelayanan keperawatan, standar akreditasi, standar ISO

14000 dan ISO 2000. (Depkes, 2011).

Perawat dalam tugas dan fungsinya memiliki banyak kewajiban terhadap

pelayanan kesehatan yang diberikan. Menurut Doheni (1982) dalam Kustanto (2004)

elemen peran perawat professional antara lain adalah care giver, client advocate,

conselor, educator, collaborator, coordinator, change agent, consultan. Peran

perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi

keperawatan dan bersifat konstan.

Peran care giver dijalankan perawat dengan memberikan asuhan kepada

pasien baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memperhatikan setiap

individu secara holistik. Peran sebagai advocate dijalankan perawat dengan

memberikan perlindungan terhadap klien, terutama dalam hak-haknya. Peran dalam

(3)

merupakan peran perawat sebagai educator. Dalam hal ini perawat bertugas

meningkatkan atau mengembangkan tingkat pemahaman pasien. (Kustanto, 2004).

Pemenuhan kebutuhan informasi klien dalam hal ini pendidikan kesehatan

merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit. Semakin

tinggi tingkat keberhasilan pemberian pendidikan kesehatan yang diberikan atau

semakin tinggi tingkat kepuasan pasien terhadap pendidikan kesehatan yang diberikan

oleh perawat, maka semakin tinggi kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit

tersebut. (Bastable Susan, 2002)

Selanjutnya dalam melaksanakan pendidikan kesehatan kepada pasien ,

haruslah relevan dengan kebutuhan kesehatan pasien terhadap perawatan , harus

mudah dimengerti oleh pasien dan atau orang terdekatnya. Oleh karena itu materi

pendidikan kesehatan harus ditulis sedemikian rupa sehingga membantu pasien dalam

memahami masalah kesehatan mereka dan menjalankan tindakan perawatan diri,

seperti pengobatan, diit dan terapi latihan, serta pemakaian alat kedokteran (Bernier,

1993).

Pelayanan keperawatan tidak bisa dipisahkan dari seluruh rangkaian pelayanan

itu. Perawat dalam memberikan asuhanannya harus memberikan pelayanan holistik,

dan harus mampu menjalankan perannya yang cukup kompleks. Salah satu peran

perawat yang harus di jalankan oleh setiap perawat adalah sebagai edukator. Peran ini

menuntut perawat untuk membantu kelompok khusus meningkatkan pengetahuan

dalam upaya meningkatkan kesehatan dan mencegah gejala penyakit sesuai kondisi

dan tindakan yang spesifik. (Perry & Potter, 2005)

Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations dalam Perry

(4)

penting karena mengingat tidak selamanya pasien dirawat dirumah sakit. Diharapkan

dengan adanya pendidikan kesehatan, pasien dan keluarga dapat melakukan

perawatan dirumah. Pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat ini bertujuan

yaitu untuk membantu meningkatkan derajad kesehatan yang optimal.

Profesi keperawatan merupakan profesi yang masih di kategorikan sebagai

profesi mandiri yang relatif baru di bandingkan dengan profesi kesehatan lain. Dalam

menjalankan tugasnya, perawat banyak terkait dengan profesi lain seperti misalnya

profesi medis. Pergeseran arah pelayanan dari yang dulu merupakan profesi yang

tergantung oleh profesi medis, dan sekarang menjadi profesi keperawatan yang

mandiri, merubah nilai dari perawat itu sendiri. Dan karena masih banyaknya kerja

sama yang harus dilakukan dengan profesi kesehatan lain, peran perawat yang

seharusnya bisa dilakukan secara mandiri ini belum bisa secara optimal di lakukan

oleh perawat. Luasnya area abu-abu dalam sebuah layanan kesehatan, mengakibatkan

hal-hal yang seharusnya bisa dilakukan secara mandiri dinilai lebih aman bila di

lakukan oleh bidang lain, dimana itu adalah profesi medis. (Perawat M, Maret 2011).

Dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien, diperlukan

ketrampilan yang seharusnya selalu dikembangkan oleh perawat. Pengalaman perawat

dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan atau keluarganya

berbeda-beda. Sulisno M.(2003) dalam penelitiannya mengungkapkan, bahwa hal-hal yang

dapat memberikan implikasi terhadap terlaksananya pendidikan kesehatan oleh

perawat agar pelaksanaan pendidikan kesehatan menjadi lebih baik adalah factor

pengetahuan dan tanggungjawab. Factor-faktor ini dapat mendorong perawat untuk

diberikan pelatihan tentang pendidikan kesehatan, dan keperawatan senantiasa

(5)

Lasmito, Wening (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemahaman

perawat tentang pengertian pendidikan kesehatan adalah ilmu pengetahuan yang harus

diberikan pada pasien dan keluarga sesuai kebutuhannya. Manfaat pendidikan

kesehatan bagi pasien antara lain meningkatkan pengetahuan pasien tentang sakitnya,

kemandirian, kenyamanan dan kesembuhan pasien. Namun dalam pemberian

pendidikan kesehatan juga menemukan hambatan baik yang berasal dari pasien

sendiri maupun dari sisi perawatnya, diantaranya adalah adanya keterbatasan waktu,

terlalu banyak pekerjaan dan pasien, sibuk, malas, tenaga perawat terbatas dan

pengetahuan perawat kurang.

Hal lain juga dikatakan oleh Bayo Beatrick (2008) dalam penelitiannya,

bahwa adanya keterkaitan antara pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat

dengan pengetahuan klien terhadap pencegahan hipertensi. Pendidikan kesehatan

sangat diperlukan oleh klien agar bukan hanya terhindar dari penyakit hipertensi

tetapi juga terhindar dari penyakit lainnya untuk peningkatan kualitas hidup.

Edisusanto Herominus (2008) mengatakan dalam penelitiannya di Puskesmas

Salamantan, Kalimantan Barat bahwa motivasi internal perawat yang tinggi, yang

terdiri dari tanggung jawab, pengembangan diri dan tantangan kerja yaitu dengan

presentase 63.2%, maupun motivasi eksternal perawat yang terdiri dari gaji,

kepemimpinan, kondisi kerja yaitu dengan presentase 63.2% dalam memberikan

pendidikan kesehatan kepada penderita TBC paru di wilayah kerja puskesmas

Samalantan. Tetap diperlukan pendidikan kesehatan dengan berbagai metoda kepada

masyarakat ataupun keluarga yang memiliki anggota yang menderita TBC.

Fenomena yang bisa dilihat adalah dalam hal perawat memberikan pendidikan

(6)

dilaksanakan secara optimal dengan alasan bidang medis atau yang lain akan

melaksanakannya. Di tambah dengan fenomena lain yang melibatkan ketrampilan

perawat dalam berkomunikasi. Perawat baru yang masih relatif muda belum memiliki

kepercayaan diri yang cukup adekuat dalam menghadapi pasien ataupun keluarganya,

sehingga banyak mengambil titik aman dengan menunggu bidang lain untuk memberi

edukasi kepada pasien ataupun keluarganya. (Perawat N, Y, dan C, Maret 2011).

Pemberian pendidikan kesehatan yang rendah dan tidak maksimal , tak jarang

menimbulkan masalah, antara lain: pasien mengeluh cemas dan ketakutan tentang

penyakitnya, juga ketika akan dilakukan suatu prosedur tindakan karena sebelumnya

tidak diberikan pendidikan kesehatan . Beberapa pasien yang kembali kerumah sakit

dengan keadaan penyakit yang semakin parah karena sebelumnya perawat tidak

memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan penyakitnya selama dirumah.

Sulitnya dalam mengidentifikasi atau mengevaluasi pemberian pendidikan kesehatan

secara tidak langsung karena dokumentasi yang tidak lengkap atau bahkan tidak ada

dokumentasinya. ( Lasmito Wening, 2007)

Rumah Sakit Emanuel merupakan Rumah Sakit Swasta yang terletak di area

Kecamatan Purwareja Klampok, memiliki kebijakan khusus dalam menjalankan

pendidikan kesehatan ini yang dituang dalam Standar Prosedur Operasional (SOP)

dengan nomor kode B.63/Prwt/Protap/IX/2007 yang berjudul Prosedur Tetap

Tentang Penyuluhan Kesehatan. Selain itu juga disediakan lembar discharge planning

untuk setiap pasien yang akan diberikan pada pasien pada saat pasien akan pulang

dari Rumah Sakit Emanuel yang tertuang dalam RM 14.4 . (Dokumen Rekam Medis

(7)

Dalam melaksanakan evaluasi penilaian mutu pelayanan keparawatan, rumah

Sakit Emanuel Klampok mempergunakan standar Instrumen B. Instrumen B di

Rumah Sakit Emanuel adalah hasil modifikasi yang dilakukan oleh Bidang

Keperawatan, yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dan visi misi dari instansi.

Dan hasil analisis kepuasan pasien terhadap pelayan keperawatan di Rumah Sakit

Emanuel yang dilakukan pada periode Maret-April 2010 yaitu mencapai 95,46% dan

pada periode September-Oktober 2010 adalah 97,3%. (Laporan Hasil Survey dengan

Instrument B Rumah Sakit Emanuel Periode Maret – April dan September – Oktober

2010).

Sesuai dengan kebijakan mengenai model sistem asuhan keperawatan Rumah

Sakit Emanuel, adalah dengan menggunakan metode tim. Dalam setiap Unit Rawat

Inap, terdiri dari satu atau dua tim dalam setiap shiftnya. Masing-masing tim di

pimpin oleh ketua tim yang bertanggung jawab langsung kepada kepala ruang. Ketua

tim inilah yang yang secara langsung dan terus menerus berinteraksi kepada pasien.

Ketua tim juga memberi arahan kepada anggota timnya untuk menyelenggarakan

asuhan langsung kepada pasien sesuai dengan kebutuhan pasien masing-masing.

Perawat pelaksana bertanggung jawab kepada ketua timnya. (Uraian Tugas Perawat

Pelaksana RS Emanuel, 2010).

Pengalaman perawat ketua tim dalam memberikan pendidikan kesehatan

kepada pasien, yang terungkap pada studi pendahuluan diantaranya tercetus oleh

perawat R, bahwa bila pasien sedang banyak, terkadang perawat tidak sempat

melakukan penkes (pendidikan kesehatan), apalagi yang dengan persiapan khusus,

hampir sama sekali tidak pernah di lakukannya. Penkes yang dilakukan secara singkat

(8)

menyelesaikan pekerjaan yang lain, yang harus selesai pada saat jam dinasnya selesai.

Pernyataan lain dari perawat R, bahwa hampir keseluruhan perawat telah melakukan

penkes kepada pasien. Tetapi sering kali hanya dilakukan dengan seadanya, tidak

menggunakan persiapan khusus, tidak menyiapkan sarana secara khusus, dan

dilakukan secara singkat saja. Bahkan penunggu dan pasien sendiri juga kurang

memahami apa yang telah dijelaskan oleh perawat, kenyataan ini yang terkadang

membuat perawat menjadi agak malas juga dalam menjalankan penkes. Perawat V

juga mengatakan bahwa memang perawat telah melakukan penkes, tetapi memang

dilakukan dengan cara yang benar-benar seadanya, hanya dengan bermodal omongan

saja, tanpa alat peraga apapun (Perawat R dan V, Maret 2011).

Dari studi pendahuluan yang dilakukan untuk melihat seberapa banyak dan

seringnya pendidikan kesehatan ini kepada pasien dilaksanakan, ditemukan fenomena

bahwa pendidikan kesehatan di RS Emanuel, sudah sebagian besar dilaksanakan oleh

perawat. Sebagian besar perawat mengakui bahwa dalam memberikan penkes kepada

pasien sering kali tidak menggunakan persiapan yang adekuat, sehingga terkesan

seadanya. Sarana penunjang untuk melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien tidak

begitu diperhatikan oleh perawat. Dikatakan oleh Perawat E , bahwa sering kali tidak

ada liflet, atau tidak mencari alat peraga pada waktu memberikan penkes kepada

pasien. Juga dikatakan oleh perawat perawat C “no comment” saat ditanya apakah

kepala ruang mensupervisi berjalannya penkes di unitnya. (Perawat E dan C, Maret

2011).

Fenomena tersebut diatas menarik minat peneliti untuk mengetahui bagaimana

pengalaman perawat tentang kualitas dalam memberikan pendidikan kesehatan di

(9)

pengalaman dari perawat tentang kualitas dalam memberikan penkes secara

mendalam, sehingga pelaksanaan pendidikan kesehatan kepada pasien dapat

dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

B. Perumusan Masalah

Pelayanan kesehatan yang berkualitas di rumah sakit, dapat dinilai dengan

bagaimana pelayanan tersebut dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang

sudah ditetapkan. Disamping itu pelayanan yang berkualitas juga dapat dinilai dari

angka kepuasan yang capai dengan kriteria penilaian tertentu. Dan salah satu

instrument penilaiannya adalah dengan Instrumen B, yaitu Instrumen Penilaian

terhadap Mutu Pelayanan Keperawatan. Rumah Sakit Emanuel mencapai angka

kepuasan yang tinggi dengan penilaian menggunakan instrument tersebut, yaitu pada

periode Maret-April 2010 yaitu 95,46% dan pada periode September-Oktober 2010

adalah 97,3%.

Hasil yang tinggi dari penilaian kepuasan pasien tersebut, belum dapat

menjamin apakan pelayanan keperawatan telah dilaksanakan sesuai standar.

Terlebih dalam hal pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien.

Dari hasil wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan hampir

semua perawat mengaku telah memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien,

namun pelaksanaannya masih jauh dari standar yang ada, atau belum memanfaatkan

sarana tertentu.

Dari fenomena yang ada , tampak bahwa perawat merasa telah memberikan

pendidikan kesehatan kepada pasien dengan standar yang berbeda-beda antara

(10)

pendahuluan, menggambarkan bagaimana perawat secara pribadi telah termotivasi

untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien. Bagaimana kualitas

pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat menjadi fenomena yang sangat

menarik juga untuk diteliti. Bagaimana kemampuan perawat dalam memberikan

pendidikan kesehatan kesehatan kepada pasien, dan bagaimana perawat

mengidentifikasi kebutuhan akan pendidikan kesehatan bagi pasien, juga menarik

bagi peneliti untuk digali secara mendalam. Hal-hal tersebut menjadi arahan bagi

peneliti untuk menggali secara mendalam bagaimana “Pengalaman Perawat Tentang Kualitas Dalam Memberikan Pendidikan Kesehatan di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Emanuel Klampok”.

C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum:

Menggambarkan pengalaman perawat tentang kualitas dalam memberikan

pendidikan kesehatan kepada pasien Unit Rawat Inap RS Emanuel Klampok.

Tujuan Khusus:

1. Menggali pengalaman perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan di

Unit Rawat Inap RS Emanuel.

2. Menggambarkan pemahaman perawat tentang pendidikan kesehatan.

3. Menggali faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan

kesehatan.

4. Menggali kesulitan / kendala yang dihadapi perawat dalam melakukan

pendidikan kesehatan .

(11)

D. Keaslian Penelitian

1. Penelitian oleh Wening Lasmito, Nurullya Rachma (2008), tentang Motivasi

Perawat Melakukan Pendidikan Kesehatan Di Ruang Anggrek RS Tugurejo

Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman perawat

tentang pengertian pendidikan kesehatan adalah ilmu pengetahuan yang harus

diberikan pada pasien dan keluarga sesuai kebutuhannya. Manfaat pendidikan

kesehatan bagi pasien antara lain meningkatkan pengetahuan pasien tentang

sakitnya, kemandirian, kenyamanan dan kesembuhan pasien. Manfaat

pendidikan kesehatan bagi perawat yaitu kepuasan, lingkungan kerja jadi

nyaman, beban kerja berkurang, ilmu terpakai, dan nilai moral. Hambatan

pemberian pendidikan kesehatan dari pasien yaitu pendidikan rendah, mitos,

budaya, kepribadian pasien dan bahasa. Hambatan dari perawat yaitu waktu

yang terbatas, terlalu banyak pekerjaan dan pasien, sibuk, malas, tenaga

perawat terbatas dan pengetahuan perawat kurang. Penelitian menggunakan

metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dan melibatkan 6

informan sebagai objek penelitian dan menggunakan teknik sampel bertujuan

(purposive sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

wawancara mendalam (indepth interview).

2. Penelitian yang dikakukan oleh Herominus Edisusanto (2007) tentang

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Perawat Dalam Memberikan

Pendidikan Kesehatan Kepada Penderita TBC Paru Di Puskesmas Samalatan

Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Penelitian ini adalah deskriptif non

eksperimental dengan mengunakan metode survey data kuantitatif. Pemilihan

(12)

kuesioner kepada 19 responden yang bekerja sebagai perawat di wilayah

Puskesmas Samalantan Kabupaten Bengkayang tahun 2007. Analisa data

deskriptif mengunakan skala Linkert.

Hasil penelitian menunjukkan adanya motivasi internal perawat yang

tinggi, yang terdiri dari tanggung jawab, pengembangan diri dan tantangan

kerja yaitu dengan presentase 63.2%, maupun motivasi ekstenal perawat yang

terdiri dari gaji, kepemimpinan, kondisi kerja yaitu dengan presentase 63.2%,

dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada penderita TBC paru di

wilayah kerja puskesmas Samalantan.

3. Penelitian telah dilakukan oleh Maria Beatrix T. Bayo (2008) tentang

Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan klien tentang cara

pencegahan hipertensi di Kelurahan Tinjomoyo Semarang. Dari hasil analisa

data bahwa Mean Post Test lebih besar dari Mean Pre Test (27,15>17,65).

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan pra

eksperimen menggunakan One Group Pre test – Post test design. Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability

sampling dengan accidental sampling. Alat penelitian yang digunakan adalah

kuesioner. Teknik analisis menggunakan salah satu uji statistik non parametrik

yaitu uji Wilcoxon Match Pair Test. Dengan hasil penelitian pendidikan

kesehatan sangat diperlukan oleh klien agar bukan hanya terhindar dari

penyakit hipertensi tetapi juga terhindar dari penyakit lainnya untuk

peningkatan kualitas hidup. Oleh karena itu dalam memberikan pelayanan

kesehatan perawat diharapkan selalu memberikan pendidikan kesehatan

(13)

4. Penelitian oleh Madya Sulisno (2003) tentang analisis faktor-faktor yang

berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan kesehatan kepada klien oleh

perawat pelaksana di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Penelitian ini

menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan crossectional.

Hasil penelitian ini mendapatkan hubungan korelasi yang positif antara

pelaksanaan pendidikan kesehatan oleh perawat pelaksana dengan tingkat

pendidikan (p = 0,025), tanggung jawab (p = 0,000), prestasi (p = 0,009),

pekerjaan itu sendiri (p - 0,014), rekan kerja (p = 0,000) dan pengetahuan (p

x,000). Dari analisis multivariat diketahui variabel yang paling berkontribusi

terhadap pelaksanaan pendidikan kesehatan oleh perawat pelaksana yaitu

variabel pengetahuan (p = 0,000) dan variabel tanggungjawab(p=0,011).

Implikasi dari temuan ini adalah perlu diperhatikan hal-hal yang

memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pendidikan kesehatan oleh

perawat agar pelaksanaan pendidikan kesehatan menjadi lebih baik

Pengetahuan dan tanggung jawab mennpakan faktor yang paling berkontribusi

terhadap pelaksanaan pendidikan kesehatan sehingga perawat perlu diberikan

pelatihan tentang pendidikan kesehatan, dan komunitas keperawatan

senantiasa membangun rasa tanggung jawab pada para perawat.

E. Manfaat Penelitian 1. Peneliti

Sebagai pembelajaran kompetensi penelitian secara kualitatif untuk

memahami pengalaman tentang motivasi perawat dalam memberikan

(14)

2. Institusi pendidikan tinggi keperawatan

a. Meningkatkan pengetahuan, pembelajaran dan pemahaman di

institusi pendidikan tentang bagaimana pengalaman tentang motivasi

perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan pada pasien di

Rumah Sakit khususnya di Unit Rawat Inap.

b. Sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat di rumah sakit

dan sebagai tambahan pustaka tentang penelitan kualitatif

keperawatan.

3. Pelayanan Kesehatan

a. Sebagai arahan dan membantu meningkatkan kemampuan perawat

dalam pemberian pendidikan kesehatan di rumah sakit sehingga tercapai

pelayanan kesehatan khususnya keperawatan yang profesional dan

berkualitas.

b. Sebagai evaluasi terhadap kebijakan dan factor-faktor pendukung

terhadap berjalannya pendidikan kesehatan bagi pasien oleh perawat.

4. Perawat

Dengan menggali pengalaman perawat tentang kualitas dalam memberikan

pendidikan kesehatan kepada pasien, perawat menjadi memahami seberapa

besar pendidikan kesehatan telah dilaksanakan bagi pasien dan atau

(15)

5.Peneliti lain

Sebagai landasan dan gambaran untuk melakukan penelitian lanjutan

mengenai pengalaman perawat tentang motivasi dalam pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Computer failure can be differentiated as input failure (keyboard and mouse), output failure (monitor) and process failure (hardware failure and operating system

Perhitungan biaya tenaga kerja berdasarkan metode harga pokok pemesanan dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan dengan menggunakan sistem upah

Tempat penyelenggaraan Soft Skills Seminars disesuaikan dengan pihak sponsor yang bekerjasama yang mana lokasinya masih berada di Jakarta untuk menarik minat

a) Siswa lebih aktif dan lebih banyak berlatih soal-soal terutama mengenai lingkaran, agar dapat melatih keahlian dalam berhitung, dan menambah ingatan siswa.

[r]

Hasil Penelitian menunjukkan 50% dari seluruh sampel buah semangka potong yang dijual pedagang buah kaki lima di Kota Denpasar terkontaminasi E.coli , namun tidak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan perancangan sistem informasi pengolahan data perpustakaan pada SMK Negeri Kebonagung yang diharapkan dapat memberikan

Penelitian ini ditujukan untuk pengembangan sistem informasi administrasi, diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk berupa Sistem Informasi Administrasi Santri Pada