• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGIS DAN SINTAKTIS DALAM KARANGAN ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X KEPERAWATAN SMK MUHAMMADIYAH 3 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2014-2015 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGIS DAN SINTAKTIS DALAM KARANGAN ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X KEPERAWATAN SMK MUHAMMADIYAH 3 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2014-2015 - repository perpustakaan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian dengan judulAnalisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca”

dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000,tahun 2001 oleh Lina Destiyani

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan berbahasa pada Surat Pembaca. Data penelitian ini adalah wawancara “Surat Pembaca” dan sumber data

berupa Tabloid Mingguan Bintang, Nova, dan Nyata. Pada tabloid Bintang berjumlah 70 surat pembaca, Nova 42 surat pembaca, dan Nyata 62 surat pembaca. Jenis penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif, sedangkan tahap penelitiannya terdiri dari: pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data menggunakan teknik simak catat, yang dilakukan dengan menyimak bacaan dengan mencatat kesalahan bahasa. Tahap analisis menggunakan metode agih dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan deskripsi dengan melihat data yang sudah diklasifikasikan.

2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca”

Suara Merdeka Edisi Maret sampai April 2012, tahun 2013 oleh Febrianto Nugroho mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantis pada “Surat Pembaca” surat kabar Suara

Merdeka edisi Maret sampai April Tahun 2012. Data yang digunakan adalah wacana “Surat Pembaca” pada Suara Merdeka yang terdiri dari 28 surat pembaca yakni 12

(2)

9 92 kalimat untuk bulan April. Jenis penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif kulitatif, sedangkan tahap penelitiannya terdiri dari: pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data menggunakan teknik baca catat, yang dilakukan dengan mencatat kesalahan berbahasa. Tahap analisis menggunakan metode agih dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan deskripsi dengan melihat data yang sudah diklasifikasikan.

(3)

10 data. Tahap analisis data menggunakan teknik lesap, ganti dan tenik sisip, dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan penyajian informal.

B. Bahasa

1. Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan sarana komunikasi. Segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu pengetahuan. Seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa. Hal ini, bahasa berarti berperan penting untuk menumbuhkan suatu komunikasi. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa (Keraf, 2004: 1). Bahasa adalah sistem bunyi lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu, masyarakat untuk bekerja sama, beriteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Depdiknas, 2008: 116). Para pakar linguistik deskriptif bahasa mendefinisikan sebagai lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang kemudian lazim ditambah dengan sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri (Chaer, 2012: 32).

(4)

11 berbahasa atau berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan penutur baik lisan maupun tulis.

2. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

Suatu pemakaian bahasa dapat dikatakan salah, apabila pemakaian tersebut menyimpang dari pola umum bahasa. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang sering terjadi harus dikurangi. Jika bisa kesalahan tersebut dihapuskan sama sekali, sehingga tidak dapat digunakan kembali. Pengurangan dan penghapusan kesalahan akan tercapai apabila seluk-beluk kesalahan berbahasa itu dikaji secara mendalam. Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang dinamakan dengan analisis kesalahan (anakes).

Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja. Sebagai prosedur kerja, anakes mempunyai langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tersebut ialah metodologi anakes. Anakes biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel dan penjelasan kesalahan tersebut. Pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebab, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu (Ellis dalam Tarigan, 1995: 68).

3. Kesalahan Berbahasa

(5)

12 kelelahan, keletihan, dan kurangnya permormasi kesalahan tersebut biasanya disebut “mistakes”. Kesalahan kedua kesalahan yang diakibatkan karena kurang pengetahuan mengenai kaidah bahasa yakni sering dibilang sebagai faktor kompetensi atau “errors”.

Berdasarkan kedua kesalahan tersebut diantaranya kekeliruan (mistake) yang disebabkan oleh faktor keterbatasan mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam menghafal bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat. Kesalahan lain yakni kesalahan (errors) disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannnya. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang dipelajarinya ternyata kurang maka kesalahan sering terjadi, dan kesalahan akan berkurang apabila tahap pemahaman semakin meningkat.

(6)

13

a. Morfologi

1) Pengertian Morfologi

Morfologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya (Kridalaksana, 2009: 159). Bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem. Sedangkan Putrayasa (2010: 3) mengatakan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk kata. Serta pembentukan kata terkecil dan seluk-beluk kata, serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata. Menurut Ramlan (2012: 21) mengatakan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata, serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan morfologi merupakan cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Pengertian lain bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan bentuk kata itu, baik secara gramatis maupun semantis. Kata morphologie terbentuk dari kata morphe berarti „bentuk‟ dan logos berarti „ilmu‟ jadi morfologi adalah ilmu tentang

bentuk kata (Soegi, 1989: 4).

2) Bentuk-Bentuk Morfologis

(7)

14 1) Bentuk linguistik yang berwujud morfem ialah bentuk berulang yang paling kecil beserta artinya. Jika menentukan sebuah satuan bentuk morfem, harus membandingkan bentuk tersebut dengan bentuk lain. jika bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah morfem. Menurut Alwi (2003: 28) morfem ialah bentuk kata yang paling kecil yang tidak bisa dipotong. Artinya jika suatu kata dipotong-potong hingga tidak mempunyai makna dinamakan morfem. Ramlan (2012:32) morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya.

2) Bentuk linguistik yang berwujud almorf ialah variasi bentuk suatu mofem. Artinya alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam pertuturan) dari sebuah morfem. Setiap morfem tentu mempunyai beberapa alomrf. Morf adalah nama semua bentuk yang diketahui statusnya. Sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk yang sudah diketahui status morfemnya. Bentuk-bentuk men-, mem, meng, dll disebut morf (Ramlan, 2005: 5).

(8)

15

3) Proses Morfologis

Proses morfologik terdiri dari afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (Ramlan, 2012: 53).

a) Afiksasi

Afiks adalah bentuk terikat. Artinya dalam bentuk tuturan biasa, bentuk

tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis. Bentuk terikat ini selalu menempel pada bentuk lain. Chaer (2012: 177) mengatakan afiks adalah sebuah bentuk morfem terikat. Menurut Alwi (2003: 31) bentuk terikat yang dipakai untuk menurunkan kata dinamakan afiks atau imbuhan. Morfem terikat selalu diikuti atau diimbuhkan pada bentuk dasar dalam proses pembentukan kata. Imbuhan morfem terikat sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya. Bentuk tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Morfem terikat secara gramatis selalu melekat pada bentuk lain. Afiks dapat dibedakan menjadi empat: prefiks (awalan), infiks (sisipan), surfiks (akhiran), dan konfiks (gabungan awalan dan akhiran). Contoh prefiks menurut (Ramlan, 2012: 60)

yang terletak di depan bentuk dasar (meN-, ber-, di-, ter-, peN-, pe, se-, per-, pra-, ke), infiks ( el, er, emke), dan Surfiks (kan, an, i, nya, wan, wati, is, man, da, -w).

b) Reduplikasi

(9)

16 ulang tidak semua dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya. Pertama pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata, maksudnya bahwa bentuk dasar bagi kata ulang itu harus sesuai dengan golongan kata tersebut. Kedua bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Berdasarkan bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat macam yakni: pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dan pengulangan dengan perubahan fonem (Ramlan, 2012: 70-76).

a) Pengulangan seluruh: adalah pengulangan seluruh bentuk dasar. Pengulangan ini terjadi tanpa perubahan fonem. Pengulangan seluruh juga tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Contoh pada kata sepeda-sepeda, kata tersebut terbentuk dari pengulangan keseluruhan dari kata dasar sepeda. Pengulangan bentuk lainya yakni pada kata buku-buku juga merupakan terbentuk dari pengulangan kata seluruh dari kata dasar buku.

b) Pengulangan sebagian: adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Pengulangan ini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk dasar kompleks. Bentuk dasar kompleks berupa bentuk tunggal kata lelaki di bentuk dari bentuk dasar laki. Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk kompleks kemungkinan-kemungkinan bentuk dasarnya sebagai berikut:

a) Bentuk meN-. misalnya:

mengambil mengambil-ambil membaca membaca-baca b) Bentuk di-. misalnya:

(10)

17

c) Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks

Pengulangan golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Berdasarkan penentuan bentuk dasar ialah bahwa bentuk dasar itu selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Contoh kata ulang kereta-keretaan dapat ditentukan bentuk dasar yakni bentuk dasar kereta diulang dan mendapat bubuhan afiks –an. Jika kata ulang kereta-kereta berarti bermakna banyak, sedangkan kereta-keretaan bermakna sesuatu yang menyerupai kereta. Kemudian contoh kata

ulang kehitam-hitaman dari bentuk dasar hitam. Kata hitam diulang dan mendapat afiks –an. Jika kata ulang hitam-hitam berarti bermakna banyak, sedangkan hitam-hitaman bermakna sesuatu yang seperti atau menyerupai warna hitam.

(11)

18 bentuk dari bentuk dasar bolak-balik yang diulang seluruh dengan perubahan fonem dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/. Kemudian kata gerak-gerik dari kata dasar gerak. Kata ulang gerak-gerik dibentuk dari bentuk dasar gerak yang diulang seluruh dengan perubahan fonem dari /a/ menjadi /i/. Kata ulang robak-rabek dari kata dasar robek. Kata ulang robak-robek dibentuk dari kata

dasar robek, yang diulang seluruh dengan perubahan fonem /a/ menjadi /e/.

c) Komposisi

Menurut Chaer (2012, 185) komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morferm dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru. Selanjutnya komposisi menurut Verhaar (2012: 154) merupakan proses morfemis yang menggabungkan dua morferm dasar (pradasar) menjadi satu kata, yang namanya “kata majemuk” atau “kompaun”. Komposisi selalu bersifat derivasional,

tidak paradigmatis. Ramlan (2012: 77) mengatakan bahwa kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Contoh: mata kaki dan kursi malas .

b. Sintaksis

1) Pengertian Sintaksis

(12)

19 digunakan istilah syntax. Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa dan frase (Ramlan 2005: 18). Tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis merupakan cabang linguistik yang menyangkut penyusunan kata dalam kalimat. Proses penyusunan tersebut berhubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar hingga menjadi kelompok kata. Hubungan antarkata dalam tuturan (bahasa) Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata. Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frasa, klausa, dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.

2) Bentuk-bentuk Sintaktis

a) Frasa

(13)

20

b) Klausa

Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, Pel, dan Ket ataupun tidak (Ramlan, 2005: 79). Unsur inti klausa ialah S dan P. Satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frasa, yang befungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Klausa dapat berpotensi menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat. Contoh klausa: Luri makan

c) Kalimat

(14)

21 kalimat: Luri ambilkan makan(.) Luri ambilkan makan(?) Luri ambilkan makan(!)

d) Wacana

(1) Pengertian Wacana

Wacana sebagai satuan tertinggi dari kalimat. Wacana mempunyai pengertian yang lengkap atau utuh, dibangun dengan kalimat atau kalimat-kalimat. Wacana dibangun dengan kalimat atau kalimat-kalimat artinya sebuah wacana mungkin hanya terdiri dari sebuah kalimat. Wacana mungkin juga terdiri sejumlah kalimat. Pembentukan sebuah wacana yang utuh, kalimat-kalimat dipadukan oleh alat-alat pemandu, yang dapat berupa unsur leksikal, unsur gramatikal, ataupun unsur semantik (Chaer, 2009: 46). Douglas dalam Mulyana (2005: 3) mengatakan wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak.vak, artinya „berkata‟ atau „berucap‟. Kata wac dalam lingkup morfologi bahasa Sansekerta, termasuk kata kerja bersifat aktif yaitu „melakukan tindakan ujar‟. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi

wacana. Bentuk ana yang muncul di belakang adalah surfiks (akhiran), yang bermakna „membedakan‟ jadi kata wacana dapat diartikan sebagai „perkataan‟ atau

„tuturan‟. Tarigan dalam Mulyana (2005: 4) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesis dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.

(15)

22 merupakan bahasa dalam bentuk tulisan. Wacana argumentasinya adalah karangan argumentasi siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto.

(2) Wacana Argumentasi

Kedudukan wacana berada paling tinggi, artinya dalam satuan kebahasaan, kedudukan wacana akan selalu mengaitkan unsur-unsur satuan kebahasaan yang ada di bawah seperti fonem, morfem, frasa, klausa, atau kalimat. jika wacana di lihat dari asal bahasanya berarti „perkataan‟ atau „tuturan‟ sering digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain untuk berbahasa. komunikasi itu dapat menggunakan bahan lisan dapat pula menggunakan bahan tulisan (Samsuri dalam Soburs, 2000: 10). Wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan proposisi satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya Tarigan dalam Mulayan (2005: 6) menjelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan dan tertulis. Argumentasi adalah jenis karangan yang berisi alasan-alasan kuat untuk membuktikan data dan fakta (Iskak, 2006: 67).

(16)

23 berorientasi pada jenis wacana tulis. Wacana tulis sendiri adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa wacana argumentasi ialah satuan bahasa yang terdiri dari kalimat-kalimat guna memaparkan alasan-alasan mengenai sesuatu hal.

C. Karangan

1) Pengertian karangan dan Jenis-Jenis Karangan

Menurut Moelino (2007: 506) mengarang adalah perbuatan atau pekerjaan mengarang (tulis-menulis dsb). Sedangkan menurut Finoza (2009: 234) mengatakan bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir berupa rangkaian bunga). Menurut Widyamartaya dalam Damlan (2014: 85) mengarang adalah suatu proses kegiatan berpikir manusia yang hendak menggunakan kandungan jiwanya kepada orang lain atau diri sendiri dalam tulisan. Karangan diartikan dengan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur. Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Mengarang dengan mengungkapkan suatu pendapat, gagasan yang disertai dengan bukti serta contoh-contoh yang meyakinkan orang lain.

(17)

24 kepada pembaca. Karangan merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konversional yang dapat dilihat. Karangan terdiri dari paragraf-paragraf yang mencerminkan kesatuan makna yang utuh. Mengarang ini merupakan mengungkapkan gagasan atau buah pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain untuk membacanya.

a) Jenis-Jenis Karangan

(1) Karangan Deskripsi

Deskripsi atau lukisan adalah karangan yang melukiskan atau menggambarkan suatu peristiwa tertentu (Dalman, 2014: 135 ). Karangan ini melukiskan atau menggambarkan sesuatu yakni dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sehingga si pembaca seolah-olah turut merasakan atau mengalami langsung apa yang dideskripsikan oleh penulis. Deskripsi diambil dari bahasa inggris description yang tentu saja berhubungan dengan kata kerja to describe (melukiskan dengan bahasa). Deskripsi juga berupa uraian yang berusaha menggambarkan suatu masalah yang seolah-olah masalah tersebut di depan mata pembaca secara konkret. Contohnya adalah mendeskripsikan hewan atau seseorang.

(2) Karangan Narasi

(18)

25 ke waktu. Di dalam karangan narasi juga terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik. Peristiwa tersebut yang disusun dengan alur secara sistematis. Contoh narasi diantaranya biografi, novel, cerpen dan lain-lain.

(3) Karangan Eksposisi

Kata eksposisi diambil dari kata bahasa Inggris exposition yang berarti „membuka atau memahami‟. Karangan eksposisi merupakan karangan yang menjelaskan atau memaparkan pendapat, gagasan, keyakinan, yang memerlukan fakta (Dalma, 2014: 136). Fakta-fakta tersbut dapat diperkuat dengan angka, stastistik, peta dan grafik, tetapi tidak bersifat memengaruhi pembaca. Karangan ini bertujuansemata-mata untuk menyampaikan informasi tertentu dan menambah wawasan pembaca. Contoh karangan eksposisi ialah artikel-artikel yang ada di surat kabar atau majalah.

(4) Karangan Argumentasi

(19)

26

(5) Karangan Persuasi

Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal (Dalma, 2014: 138). Karangan yang dikomunikasikan berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan atau perasaan seseorang. Jenis karangan ini isinya bertujuan membujuk, merayu, atau mengajak pihak pembaca. Karangan ini bertujuan agar pembaca mengikuti apa yang dikehendaki oleh pihak penulis. Contoh jenis karangan ini adalah uraian tentang penawaran jenis obat, kosmetik, atau jenis produk lain.

2) Karangan Argumentasi

Untuk dapat menyusun karangan argumentasi orang perlu banyak membaca, khususnya bacaan yang berhubungan dengan penyususnan karangan argumentasi. Karangan argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain (Keraf, 2007: 3). Bentuk karangan tersebut agar pembaca percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang di inginkan oleh penulis. Selanjutnya menurut Iskak (2006: 67) mengatakan bahwa argumentasi merupakan jenis karangan yang berisi alasan-alasan kuat untuk membuktikan data dan fakta. Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingskah laku tertentu (Finoza dalam Dalman, 2014: 137). Argumentasi berasal dari kata argumen atau alasan. Melalui argumen penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan suatu pendapat yang benar atau tidak.

(20)

27 pembaca, dengan mengungkapkan berbagai alasan, contoh dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan pembaca. Penulis dapat mempengaruhi dan meyakinkan dengan bukti yang logis guna untuk membuktikan kebenaran atas suatu pendapat yang didasarkan data dan fakta melalui karangan argumentasi. Untuk dapat mempengaruhi dan meyakinkan pembaca, maka harus ada intruksi untuk membuat karangan tersebut diantaranya tema atau topik, kerangka karangan, pengembangan kerangka, dan yang paling penting mencari dan mengumpulkan bukti-bukti dan fakta-fakta untuk menunjang karangan yang baik, benar dan dipercaya oleh pembaca. Dengan demikian pembaca ikut terdorong untuk melakukan dengan apa yang dibahas.

3) Ciri-ciri karangan Argumentasi

Finoza dalam Dalman (2014: 139) mengatakan ciri-ciri karangan argumentasi adalah sebagai berikut.

1) Penulis mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan memengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.

2) Penulis mengusahakan pemecahan suatu masalah, dan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian dan analisa yang ddidapatkan dari 15 orang responden, maka hasil pengujian functionality menyatakan 88% termasuk skor baik untuk pengelolaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi proses keputisan pembelian yang terdiri dari Gaya Hidup, Kualitas Produk, dan Potongan

Fasilitas Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) maksimum 180 hari yang dapat dipakai dalam bentuk fasilitas Letter of Credit serta Trust Receipt (TR)/PPB

This is a lower bound of the true significance. Statistic

Dalam sistem ini besarnya pembayaran untuk setiap periode akan selalu tetap, yang terdiri atas bunga pinjaman yang selalu menurun dan angsuran pokok pinjaman yang semakin

Produsen (petani) – pedagang pengecer - konsumen (2) Bagian yang diterima oleh petani atau farmer share pada saluran pemasaran pertama sebesar 91,66 persen dan

(2) Pemberian saham bonus atau pencatatan tambahan nilai nominal saham tanpa penyetoran yang berasal dari kapitalisasi selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan,

Dengan strategi bermain peran, peneliti mencatat adanya ada perubahan psikologis anak terhadap pelajaran bahasa Arab, seperti murid lebih senang dan semangat