• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tribolium castaneum Herbst.

Klasifikasi dari kumbang tepung (T. castaneum) sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Tenebrionidae Genus : Tribollium

Spesies : Tribolliumcastaneum Herbst.(Rentokil 2009).

T. castaneum merupakan salah satu spesies serangga penting di daerah

tropika. Serangga ini merupakan serangga yang paling banyak ditemukan di gudang penyimpanan biji-bijian serealia, khususnya pada produk olahan seperti tepung dan beras giling. Bahan pangan yang terserang berat biasanya tercemar oleh benzokuinon (ekskresi T. castaneum) sehingga tidak layak untuk dikonsumsi (Sunjaya & Widayanti 2006).

T. castaneum dikenal sebagai kumbang tepung (rust red flour beetle).

Kumbang tersebut bertubuh pipih dan berwarna merah karat dengan panjang tubuh 2,3 - 4,4 mm. Lama perkembangan serangga sangat bervariasi, bergantung pada suhu, kelembaban, dan jenis makanan. Pada kondisi optimum yakni suhu 350C dan kelembaban 75%, lama perkembangan dari telur hingga menetas menjadi larvamencapai 20 hari (Haines 1991).

Kumbang betina meletakkan telur di antara butiran tepung, secara acak. Telur menempel pada tepung dan dilindungi oleh partikel-pertikel tepung. Kumbang betina dapat meletakkan telur sampai dengan 1000 telur selama masa hidupnya. Rata-rata produksi telur tiap induk mencapai 450 butir. Beberapa hari kemudian telur menetas. Larva bergerak aktif dengan menggunakan ketiga pasang tungkainya. Selama masa pertumbuhannya larva mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali (rata-rata sebanyak 6-7 kali). Pada pertumbuhan penuh larva mencapai panjang 8-11 mm. Menjelang masa berkepompong larva naik ke

4 commit to user

(2)

permukaan bahan dan berkepompong tanpa membuat kokon lebih dulu dengan posisi terlentang. Pupa dapat ditemukan di antara komoditas yang diserang tanpa dilindungi kokon. Fase telur dan pupa relatif singkat, lebih dari 60% dari siklus hidupnya dihabiskan sebagai larva (Ress 2004).

Saat ini upaya pengendalian populasi serangga gudang masih bertumpu pada fumigasi dan penyemprotan insektisida kontak, karena cukup mudah dan hasilnya cepat diketahui. Fumigan yang efektif untuk mengendalikan serangga gudang adalah metil bromida (CH3Br) dan fosfin (PH3). Kedua jenis fumigan ini dapat digunakan secara bergiliran untuk memperlambat munculnya resistensi pada serangga gudang. Namun sejak Protocol Montreal diberlakukan pada tahun 1995 penggunaan metil bromida dibatasi karena mengandung bahan kimia yang reaktif, merubah sifat dari unsur-unsur beberapa bahan yang biasanya difumigasi, selain itu juga berbahaya karena beracun dan dapat merusak lapisan ozon. Saat ini satu-satunya fumigan yang dapat digunakan untuk mengendalikan serangan gudang adalah gas fosfin (ACIAR 1998).

B. Fumigasi

Fumigasi adalah suatu tindakan perlakuan terhadap suatu komoditi dengan menggunakan fumigan tertentu, didalam ruang kedap udara, pada suhu dan tekanan tertentu. Fumigan yang efektif untuk mengendalikan serangga gudang adalah metil bromida (CH3Br) dan fosfin (PH3). Sejarah manajemen serangga mengungkapkan bahwa metil bromida (CH3Br) merupakan fumigan yang pertama kali digunakan.Fosfin sebagai fumigan pertama kali digunakan pada tahun 1934 dan dilakukan pengembangan formulasi baru, yaitu tablet aluminium fosfida di Jerman pada tahun 1953 (Mordkovich 2004).

Selain fumigan diatas ternyata ada fumigan yang efektif dan ramah lingkungan. Fumigan tersebut adalahdry ice yang merupakan suatu senyawa yang berbentuk gas pada suhu kamar (25oC), tak menyala dan tak berbau dan memiliki rasa yang sedikit masam.didalam mulut CO2 akan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat sehingga menyebabkan rasa masam tidak berasa dan tidak beracun, dengan reaksi sebagai berikut: CO2 + H2O --> H2CO3 . Karbon dioksida juga lebih commit to user

(3)

dikenal sebagai gas asam arang karena gas karbon dioksida terbentuk dari atom karbon yang juga dikenal dengan nama arang. Gas karbon dioksida ini memiliki berat 1½ kali lipat berat udara (volume air pada suhu 20oC akan melarutkan 0,9 volume CO2) sehingga akan menempati tempat yang lebih rendah. Tekanan uap padatnya adalah 1 atm pada 79oC sehingga sangat memungkinkan untuk menguap pada udara terbuka tanpa mencair (Ratmawati 2009)

Karbondioksida (CO2) pada suhu sekitar –79°C tekanan di atas 5,1 atm akan langsung membentuk padatan tanpa melalui fasa cair. Pembentukan zat padat dari fasa gas atau padat menjadi gas tanpa melalui fasa cair disebut sublimasi. Padatan CO2 yang terbentuk disebut es kering (dry ice).Dry ice

biasanya digunakan sebagai pendingin dan pemberi efek asap di atas panggung-panggung. Asap tersebut tidak naik ke atas karena memiliki massa jenis yang lebih besar dari udara (Seran 2011).

C. Beras

Beras adalah bagian bulirpadi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemprosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras (FAO 2009).

Menteri Perdagangan tahun 2011 menyatakan pola konsumsi masyarakat Indonesia terhadap beras saat ini sangat tinggi, bahkan tertinggi di dunia. Orang Indonesia mengkonsumsi beras hingga 130-140 kilogram per tahun/orang. Jumlah ini sangat jauh jika dibandingkan dengan orang Asia lainnya yang hanya mengkonsumsi beras sebanyak 65-70 kilogram per tahun/orang. Tingginya pola konsumsi beras masyarakat Indonesia menyebabkan harga beras mahal dan mempengaruhi stabilitas harga beras. Padahal seandainya masyarakat Indonesia bisa mengurangi konsumsi beras dan mengganti sumber karbohidrat dengan jenis makanan lainnya seperti singkong, hal ini akan membantu ketergantungan akan beras dan mempengaruhi stabilitas harga beras. Konsumsi beras di Indonesia commit to user

(4)

sekarang ini sudah tinggi, sekitar 139 kg per kapita dengan jumlah penduduk sekitar 245 juta jiwa pada tahun 2011(Sabaruddin &Listya 2011).

Menteri Pertanian mengatakan bahwa pada tahun 2013 masyarakat Indonesia tercatat sebagai konsumen beras tertinggi di dunia, yakni 30 kilogram per kapita per tahun. Organisasi pangan dunia juga telah mengingatkan agar di setiap negara memperkuat persedian pangan untuk rakyatnya masing-masing, karena kebutuhan ini akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Indonesia mengalami surplus beras sembilan juta ton dan tahun 2013 diharapkan bisa naik menjadi 10 juta ton (Widodo 2013).

Penyimpanan gabah atau beras saat ini masih banyak menggunakan teknologi yang konvensional. Salah satunya yaitu penyimpanan di udara terbuka atau dikemas dengan karung goni tanpa pelapis apapun, sehingga beras yang sudah pecah kulitnya ataupun beras giling akan mengalami kerusakan struktur fisik dan kimiawi akibat reaksi oksidasi. Jika kelembapan udaranya tinggi maka beras akan cepat terserang penyakit gudang yaitu munculnya bintik kehitam-hitaman disertai munculnya hama gudang. selain itu, kandungan karbohidrat pada

akhir penyimpanan cenderung menurun dibanding sebelum penyimpanan ( Hawa et al. 2010).

Hasil penelitian dari Sastrodihardjo et al.( 1969), membuktikan bahwa salah satu faktor penentu populasi serangga gudang yaitu faktor makanan. Populasi Tribolium castaneum tergantung pada macam makanan untuk memperoleh energi tersebut. Terbukti tepung jagung dapat meningkatkan perkembangan populasi dari serangga Tribolium castaneum, diikuti tepung kedele, tepung beras, dan tepung kacang ijo. Populasi Tribolium castaneum

terbesar diperoleh pada campuran tepung jagung, tepung beras dan bubuk susu terdapat sekitar 300 individu per 10 gram media.

Bahan pakan secara umum tidak akan diserang oleh serangga pada suhu di bawah 17oCdan kadar air di atas 25 persen. Kadar air kurang dari 8% tidak ada aktivitas kecuali tikus, kadar air 8-14% terdapat gangguan serangga dan tikus, kadar air 14-28% juga terdapat serangga dan tikus namun sudah muncul jamur. Pada kadar air 20-25% ada serangga, jamur, tikus, dan muncul bakteri, sedangkan commit to user

(5)

lebih dari 25% terdapat bakteri, tikus, dan biji akan tumbuh.Faktor fisik lingkungan (suhu, kelembaban relatif, dan kadar air bahan pakan) mempengaruhi kehidupan serangga (Supardjo 2010).

D. Hipotesis

1. Dry ice bersifat toksik terhadap TriboliumcastaneumHerbst.

2. Dry iceefektif dalam mengendalikanT. castaneum pada beras

3. Dry ice tidak berdampak pada kualitas beras.

Referensi

Dokumen terkait

Cairan ionik (ionic liquid) adalah garam yang berwujud cair pada suhu kamar atau di bawah suhu kamar dan bentuk lelehannya secara keseluruhan tersusun

Pada tanah masam bentuk senyawa dari Fe-P dan Al-P yang tepat belum banyak diketahui, senyawa yang mungkin ada adalah strengite (FePO 4.. Brady (1990) menyatakan bahwa beberapa

Hydrogen adalah gas yang sangat ringan, tidak mempunyai rasa tiadak berbau dan tidak berwarna. Bila dicampur dengan oksigen akan menghasilkan api yang bisa dipakai untuk

Rasa masam pada acar mentimun membuat acar terasa segar dan cocok dipadukan dengan berbagai macam masakan. Rasa masam pada acar tersebut berasal dari cuka. Cuka

Jenis reservoir berdasarkan diagram fasa reservoir gas adalah : Reservoir gas kering (dry gas reservoir), Reservoir gas basah (wet gas reservoir) dan Reservoir

Didalam rongga mulut saliva memiliki fungsi melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair

DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. DPPH menerima

Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya dan umumnya larut