• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERDIS – PENGGOLONGAN dan BENTUK AKAD Akad Pertukaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERDIS – PENGGOLONGAN dan BENTUK AKAD Akad Pertukaran"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

BERDASARKAN KEABSAHAN

Akad Shahih

Akad yang telah memenuhi rukun

dan syarat

Akad Tidak Shahih

Akad yang tidak memenuhi rukun

dan syarat sehingga tidak mengikat

para pihak

(4)

BERDASARKAN PENAMAAN

Akad Musammah

Akad yang penamaannya ditentukan

dalam syariah dan dijelaskan

hukum-hukumnya. Contoh: ?

Akad Ghair Musammah

Akad yang ditentukan oleh

(5)

BERDASARKAN SYARIAT

Akad Musyara’ah

Akad yang dibenarkan oleh

syara’

Akad Mamnu’ah

(6)

BERDASARKAN

KETERGANTUNGAN

Akad Asliyah

Akad yang dapat berdiri sendiri

Contoh: ?

Akad Tab’iyah

Akad yang tergantung pada

keberadaan akad lain

(7)

BERDASARKAN MAKSUD &

TUJUAN

Akad Tabarru

Akad untuk menolong dan

mengharap ridha Allah swt.

Contoh: ?

Akad Tijari

Akad untuk mendapatkan

keuntungan secara materiil.

(8)

Kategori Hukum Akad

(KHES)

Pasal 27-28 KHES:

Akad yg sah: Akad yg terpenuhi

rukun dan syaratnya

Akad yg fasad/ dapat dibatalkan:

akad yg terpenuhi rukun dan

syaratnya, tp terdapat segi atau hal

lain yg merusak akad tsb krn

pertimbangan mashlahat.

(9)
(10)
(11)
(12)

PERTUKARAN

A. Pertukaran antar-barang sejenis:

1. Sharf

: pertukaran uang dengan uang

2. Barter

: pertukaran barang dengan barang

B. Pertukaran antar-barang tidak sejenis:

1. Buyu’

: pertukaran uang dengan barang Jual beli khusus:

a. Murabahah b. Salam

c. Istishna d. Wafa’

(13)

A. 1. SHARF

Pengertian

Penambahan, penukaran, penghindaran, pemalingan, atau

transaksi jual beli.

Memperjualbelikan uang dgn uang yg sejenis maupun tdk

sejenis.  

Pelaksanaan di bank-bank devisa atau money changer,

Dasar hukum

 al-Qur’an: Q.S. Al-Kahfi (18) : 19:

”Maka suruhlah salah seorang diantaramu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu....”.

Hadits Nabi:

”Diriwayatkan oleh Abu Ubadah bin ash Shamid berkata bahwa telah bersabda Rasulullah SAW “emas (hendaklah dibayar) dgn emas, perak dgn perak, bur dengan bur, syair dengan syair, kurma dgn kurma, dan garam dengan garam, sama dan sejenis haruslah dari tangan ke tangan (sah). Maka apabila berbeda jenisnya juallah sekehendak kalian dgn syarat kontan” (H.R. Muslim).

 Emas dgn perak adalah riba kec secara tunai (HR Muslim,

(14)

Syarat Sharf

Transaksi dilakukan secara tunai

(spot)

Tujuan pertukaran adalah bukan

untuk spekulasi

Bukan transaksi bersyarat

Transaksi berjangka dilakukan

dengan pihak yang mampu

menyediakan valuta asing

Barang atau uang dikuasai oleh

(15)

Fatwa DSN

Fatwa DSN No. 28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual Beli

Mata Uang (Al Sharf)

Ketentuan sharf dalam Fatwa DSN:

 Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)  Ada kebutuhan transaksi atau untuk

berjaga-jaga (simpanan)

 Apabila transaksi dilakukan terhadap

mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at taqabudh)

 Apabila berlainan jenis maka harus

(16)

JENIS TRANSAKSI SHARF

Transaksi Spot

Transaksi pembelian dan penjualan

valuta asing untuk penyerahan pada

saat itu (

over the counter

) atau

penyelesaiannya paling lambat dalam

jangka waktu 2 hari

Hukumnya

boleh

karena dianggap

tunai, sedangkan waktu 2 hari

dianggap sebagai proses penyelesaian

yang tidak bisa dihindari dan

(17)

A.2. BARTER

Islam pada prinsipnya membolehkan terjadinya

pertukaran barang dengan barang (barter), namun tidak dianjurkan karena ia mengandung unsur riba.

Barang ribawi meliputi:

 Emas dan perak, baik itu dalam bentuk uang maupun

dalam bentuk lainnya.

 Bahan makanan pokok seperti beras, gandum, dan

jagung serta bahan makanan tambahan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. 

Dasar hukum riba:

 al-Qur’an: Q.S.Ar-Rum (30): 39, an Nisa (4): 160-161,

Ali Imron (3): 130, dan al Baqarah (2): 278-279.

(18)

KETENTUAN BARTER

Pertukaran antara barang-barang ribawi sejenis:

dlm jml dan kadar yg sama dan hrs diserahkan saat transaksi.

Pertukaran antara brg-brg ribawi yg berlainan

jenis: boleh jml & kadar yg berbeda asalkan brg diserahkan pd saat akad. Mis. Rp.10.000 dgn 1$ US

Pertukaran barang ribawi dengan yang bukan

ribawi tidak disyaratkan untuk sama dalam jumlah maupun untuk diserahkan pada saat akad. Mis. mata uang (emas, perak, atau kertas) dengan pakaian.

Pertukaran antara barang-barang yang bukan

ribawi: boleh tanpa persamaan dan diserahkan pada waktu akad. Misalnya pakaian dengan barang elektronik.

99 KHES: Persyaratan yg berlaku pd jual beli jg

(19)

B.1.

AL-BAY`/AL BUYU`

(JUAL BELI)

Pengertian

Pertukaran harta atas dasar saling

rela atau memindahkan milik

dengan

ganti

yang

dapat

dibenarkan (berupa alat tukar

yang sah).

(20)

Dasar Hukum AL Buyu

Al-Qur`an:

 - “…padahal Allah telah membolehkan jual beli dan

mengharamkan riba…” (Q.S. al-Baqarah (2): 275).  - “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil kecuali denn jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu” (Q.S. an Nisa (4): 29).

Hadits Rasul:

 “Rasulullah SAW ditanya salah seorang sahabat

mengenai pekerjaan (profesi) apa yang paling baik. Rasulullah ketika itu menjawab: “Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang diberkati”

(H.R. al-Bazzar dan al-Hakim)

 “Pedagang yang jujur dan terpercaya itu sejajar

(21)

RUKUN JUAL BELI

Rukun Jual beli

menurut

Syari’ah

Unsur jual beli

(Psl 56 KHES)

1. Penjual dan

pembeli

2. Uang dan

barang

3. Ijab kabul

1. Pihak-pihak

2. Obyek

(22)

SYARAT OBYEK JUAL BELI

SYARI’AH KHES (Ps 76) 1. Suci 2. Bermanfaat 3. Dapat diserahkan 4. Milik penjual 5. Diketahui penjual dan pembeli: Zat, bentuk, ukuran, dan sifatnya jelas

1. Harus sudah ada

2. Harus dapat diserahkan

3. Harus berupa barang yang memiliki nilai/harga tertentu 4. Harus halal

5. Harus diketahui pembeli 6. Kekhususan obyek harus

diketahui

7. Penunjukan dianggap memenuhi syarat kekhususan obyek jika

obyek itu ada di tempat jual beli 8. Sifat obyek yang dapat diketahui

secara langsung oleh pembeli tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut

(23)

Ijab dan Kabul dalam

Jual Beli

Fikih: Lafaz harus memenuhi beberapa

syarat:

Keadaan ijab dan kabul berhubungan dan

belum berselang lama.

 Makna keduanya hendaklah sama

walaupun lafaz keduanya berlainan.

Keduanya tidak disangkutkan dengan

urusan yang lain, seperti katanya, “Kalau saya pergi, saya jual barang ini sekian.”

Tidak berwaktu, sebab jual beli berwaktu

seperti sebulan atau setahun tidak sah.

Ps 64 KHES: “Jual beli terjadi dan mengikat

(24)

Keabsahan Akad Jual Beli

SYARI’AH KHES (Ps 27-28)

Jual beli Sahih

Memenuhi rukun dan syarat sahnya jual beli, kecuali jika: menzalimi pihak dalam jual beli, menyempitkan gerakan pasar, dan merusak

ketentraman umum

Jual beli Fasid

Apabila salah satu rukun masih boleh diperbaiki

Jual beli Batal

Apabila tidak memenuhi salah satu rukun atau syarat sahnya jual beli

Akad yang sah

Terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya. Tidak bertentangan dengan syariah Islam, peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan

Akad yang fasad/dapat dibatalkan

Akad yang terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya, tetapi terdapat segi atau hal lain yang merusak akad tersebut karena

pertimbangan maslahat

Akad yang batal/batal demi hukum

(25)

Contoh Jual Beli Yang

Dilarang

Membeli barang dengan harga yang lebih mahal

dari harga pasar, dengan tujuan orang lain tidak dapat membeli barang itu.

Membeli barang yang sudah di beli orang lain

yang masih dalam masa khiyar.

Jual beli yang disertai tipuan.

Membeli barang untuk ditahan agar dapat dijual

dengan harga yang lebih mahal, sedangkan masyarakat umum memerlukan barang itu.

Menjual suatu barang yg berguna, tetapi kmdn

dijadikan alat maksiat oleh yang membelinya.

Mencegat orang-orang yang dtg dari desa di

(26)

Contoh Jual Beli Fasid

Jual beli al-majhul: Yaitu jual beli yang barangnya

secara global tidak diketahui atau tidak jelas yang membawa perselisihan.

Jual beli yang dikaitkan dengan suatu syarat.

Jual beli ajal yaitu jual beli dengan pembayaran

tangguh yang menyerupai dan mengarah kepada riba.

Menjual barang yang (tidak ada) di tempat atau

tidak dapat diserahkan pada saat jual beli berlangsung, sehingga tidak dapat dilihat oleh pembeli.  

Jual beli yang dilakukan oleh orang buta.

Jual beli dengan barter harga yang diharamkan.

Jual beli sebagian barang yang sama sekali tidak dapat dipisahkan dari satuannya.

Jual beli buah-buahan atau padi-padian yang

(27)

Contoh Jual Beli Batal

Jual beli sesuatu yang tidak ada (

bai`u

al-ma`dum

). Misalnya, ijon, Jual-beli anak

sapi yang masih diperut induknya.

Menjual barang yang tidak dapat

diserahkan pada pembeli

(bai`u ma`juzi

at

taslim).

Jual beli yang tidak jelas (

bai` al garar

).

Jual beli benda yang dikategorikan najis

(

bai`u an najas

). Semua benda yang

termasuk najis dan tidak bernilai menurut

syari`at tidak boleh diperjualbelikan.

Memperjualbelikan hak bersama umat

manusia (kepemilikan kolektif) dan tidak

boleh diperjualbelikan.

Jual beli benda yang dikategorikan najis

(28)

Jual Beli dalam

Bentuk Khusus

a.

Murabahah

b.

Salam

(29)

a. Murabahah

Pengertian

Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak utk kemudian dijual kpd pihak lain yg telah mengajukan permohonan pembelian terhadap satu barang dengan keuntungan atau tambahan harga yang transparan.

Rukun dan Syarat

Rukun murabahah sama dengan jual-beli pada umumnya.

Syarat murabahah:

 Obyek adalah milik penjual

 Transparan (besarnya harga pokok, margin

keuntungan, & biaya lain)

(30)

Ketentuan Murabahah

dalam KHES

Murabahah adalah pembiayaan saling

menguntungkan yang dilakukan oleh

shahib al mal

dengan pihak yang

membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga

pengadaan barang dan harga jual

terdapat nilai lebih yang merupakan

keuntungan atau laba bagi

shahib al mal

(31)

Ketentuan Murabahah

dalam KHES

Penjual

 Harus membiayai sebagian atau seluruh harga

pembelian barang yang telah disepakati spesifikasinya (Ps 116 ayat 1)

 Harus membeli barang atas nama penjual sendiri

dan bebas riba (Ps 116 ayat 2)

 Harus memberitahu secara jujur atas harga pokok

barang kepada pembeli dan biaya yang diperlukan (Ps 116 ayat 3)

 Dapat mengadakan perjanjian khusus dengan

(32)

Ketentuan Murabahah dalam

KHES

Pembeli (Pasal 117)

 Harus membayar harga barang yang telah

disepakati pada waktu yang telah disepakati  Pembayaran (Pasal 124) :

 Dapat dilakukan secara tunai atau cicilan dalam

kurun waktu yang disepakati

 Jika pembeli mengalami penurunan kemampuan

dalam pembayaran cicilan, maka ia dapat diberi keringanan

 Keringanan dapat dalam bentuk konversi dengan

(33)

b. Salam

Salam adalah pembelian barang yang

diserahkan kemudian hari dan pembayaran dilakukan di awal perjanjian

Syarat salam:

 Pembayaran dilakukan terlebih dulu  Obyek adalah utang penjual

 Bentuk, ukuran, jumlah, sifat, dan macam obyek

harus jelas

(34)

Dasar Hukum Salam

Q.S. al-Baqarah (2) 282 Hadits:

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah

SAW datang ke Madinah dimana penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan

(untuk jangka waktu) satu, dua, dan tiga tahun. Beliau berkata “barang siapa yang melakukan

salaf (salam), hendaklah ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”

H.R. Ibnu Majah: Dari Shuhaib r.a., bahwa

Rasulullah bersabda: “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh (salam), muqaradhah (mudharabah), dan

(35)

Ketentuan Salam dalam

KHES

Salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan

jual beli yang pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang (Ps 20 angka 34)

Akad salam terikat dengan ijab kabul seperti dalam

penjualan biasa. Bentuk ijab kabul tersebut dilakukan sesuai dengan kebiasaan dan kepatutan (Ps 100).

Syarat salam (Ps 101-102):

 Kuantitas dan kualitas barang sudah jelas

 Kuantitas barang dapat diukur dengan takaran atau

timbangan dan atau meteran

 Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara

sempurna oleh para pihak

 Barang yang dijual, waktu, dan tempat penyerahan

dinyatakan secara jelas

Pembayaran berdsrkan wkt & tpt yg disepakati (Psl

(36)

c. Istishna

Istishna adalah pembelian barang dengan

pemesanan barang dengan spesifikasi yang telah disepakati kedua belah pihak yang

pembayarannya dilakukan di awal, di

pertengahan, atau di akhir perjanjian dengan cara cicilan atau lunas

Menurut jumhur fuqaha, bai` al istishna`

merupakan jenis khusus dari akad bai` salam. Bedanya, istishna` dipergunakan di bidang

manufaktur. ketentuan bai` al istishna` mengikuti ketentuan akad bai` salam.

Syarat istishna adalah sama dengan syarat

(37)

Istishna dalam KHES

Istishna adalah jual beli brg atau jasa dlm bentuk

pemesanan dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pihak pemesan dengan pihak penjual (Ps 20 angka 10)

Mengikat stlh msg2 pihak sepakat atas brg yg dipesan (Ps

104

Dpt dilakukan pd brg yg dapat dipesan (Ps 105)

Identifikasi dan deskripsi barang yang dijual harus sesuai

dengan permintaan pemesan (Pasal 106)

Stlh akad jual beli pesanan mengikat, tdk satu pihak pun

boleh tawar-menawar kembali thd isi akad yg sdh disepakati (Ps 108 ayat (1))

Jika obyek pesanan tidak sesuai dengan spesifikasinya,

pemesan dapat menggunakan hak khiyar untuk

(38)

d. Wafa’ Dalam KHES

Wafa’ atau jual beli dengan hak membeli

kembali adalah jual beli yang dilangsungkan dengan syarat bahwa barang yang dijual

tersebut dapat dibeli kembali oleh penjual

apabila tenggang waktu yang disepakati telah tiba (Ps 20 angka 42)

Penjual dapat mengembalikan uang seharga

barang yang dijual dan menuntut barangnya dikembalikan dan Pembeli wajib

mengembalikan barangnya dan menuntut uangnya kembali seharga barang (Ps 112)

Obyek tidak boleh dijual kepada pihak lain, baik

(39)

d. Wafa’ Dalam KHES

Rusaknya obyek wafa’:

Kerusakan obyek adalah tanggung

jawab pihak yang menguasainya (Ps

114 ayat (1)

Penjual berhak untuk membeli

kembali atau tidak terhadap barang

yang telah rusak (Ps 114 ayat (2)

Hak membeli kembali dalam wafa’

(40)

B.2. IJARAH

Pengertian

Hanafi: transaksi terhadap suatu manfaat

dengan imbalan.

Syafi`i: transaksi terhadap suatu manfaat yang

dituju, tertentu, bersifat mubah, dan dapat dimanfaatkan dengan imbalan tertentu.

Maliki dan Hambali: pemilikan manfaat sesuatu

yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan.”

Kesimpulan:

Akad Ijarah tidak boleh dibatasi oleh syaratdan

hanya ditujukan kepada adanya manfaat pada barang maupun bersifat jasa.

Psl 20 angka 9 KHES: Ijarah adalah sewa

(41)

Dasar Hukum Ijarah

1. Al-Quran:

 Q.S. az-Zukhruf (43): 32, Q.S. ath –Thalaq

(65): 6, Q.S. al-Qashash (28): 26, Q.S. al Baqarah (2): 233,Q.S. an Nisa` (4) : 29.

2. Hadits:

 H.R. Bukhari, Muslim dari Ibnu Abbas:

“Berbekamlah kamu, lalu berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.“

3. Ijtihad:

Para ulama fikih tidak membolehkan ijarah

terhadap nilai tukar uang karena

menghabiskan materinya bukan manfaatnya dan adanya kelebihan pada barang ribawi

(42)

Rukun dan Syarat

Ijarah

Kedua belah pihak yang berakad menyatakan

kerelaannya untuk melakukan akad

ijarah

.

Objek

ijarah

adalah Manfaat:

Harus diketahui secara sempurna

Berhak dimanfaatkan oleh org yg menyewa

untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain.

Pada

ijarah

jasa atas pekerjaan seseorang

(ijarah `ala al-a`mal

), obyek

ijarah

bukan

merupakan suatu kewajiban bagi orang

tersebut melainkan merupakan suatu yang

bisa disewakan.

(43)

Ketentuan Ijarah Dalam

KHES

Rukun & Syarat Ijarah : Pasal 295-296, 301-305

1.Pihak yg menyewa (musta’jir)

2.Pihak yg menyewakan (mu’ajir)

 Para pihak mempunyai kecakapan melakukan

perbuatan hukum

 Mu’ajir hrs pemilik, wakil atau pengampunya

3.Benda yg diijarahkan (ma’jur)

 Penggunaan ma’jur hrs dicantumkan dlm akad,

bila tdk tercantum maka ma’jur digunakan berdsrkan aturan umum dan kebiasaan

4.Akad:

 Dapat dilakukan dgn tatap muka atau jarak jauh  Menggunakan kalimat yg jelas

 Dapat dilakukan dgn lisan, tulisan dan/atau

(44)

KETENTUAN IJARAH

(KHES)

Uang Ijarah dan cara

pembayarannya (306-308)

Penggunaan Ma’jur (309-311)

Pemeliharaan ma’jur dan

tanggungjawab kerusakan (312-314)

Harga dan jangka waktu ijarah

(315-317)

Jenis ma’jur (318-319)

(45)

Masa Berlakunya Akad

Ijarah

(Psl 297-300 KHES)

Dapat diubah, diperpanjang dan atau

dibatalkan berdasarkan kesepakatan

Dapat diberlakukan utk wkt yg akan dtg dan

para pihak tdk dpt membatalkannya hanya karena akad belum berlaku

Akad yg telah disepakati tidak dapat dibatalkan

krn ada penawaran yg lebih tinggi dari pihak ketiga.

Akad berakhir bila pihak yg menyewa menjadi

(46)

IJARAH MUNTAHIYAH BI TAMLIK

(IMBT)

Psl 322-329 KHES

Rukun dan syarat sama dgn ijarah

Tambahan definisi: diakhiri dgn kepindahan pemilikan Melalui akad jual beli atau hibah stlh akad masa IMBT

berakhir

Dinyatakan secara eksplisit dlm akad

Musta’jir dilarang menyewakan dan atau menjual ma’jur

kec ditetapkan lain dlm akad

Mu’ajir dpt mlkkn penyelesaian akad IMBT bg musta’jir yg

tdk mampu melunasi pembiayaan sesuai tenggang wkt yg disepakati melalui shulh dan atau pengadilan :

 Penjualan berdsrkan harga pasar

 Harga jual melebihi sisa utang, mu’ajir mengembalikan

sisanya

 Harga jual lebih kecil, sisa utang wajib dibayar musta’jir  Pengadilan dpt membebaskan atas izin mu’ajir bila

(47)

SAFE DEPOSIT BOX

(SHUNDUQ HIFZI IDA’)

Psl

330-334 KHES

Dapat menggunakan akad ijarah

Benda yg disimpan adlh benda berharga

yg tdk diharamkan dan tdk dilarang

negara

Besar biaya berdsrkan kesepakatan

Hak dan kewajiban para pihak berdsrkan

(48)

TUGAS!

1.

Baca dan pelajari tentang akad

kerjasama

2.

Buat perbandingan tentang

ketentuan akad kerjasama antara

fikih dan KHES

(49)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan menggunakan metode Algoritma Modrak & Pandian didapatkan hasil makespan yang lebih kecil dibandingkan dengan kondisi riil perusahaan seperti

Abstract : Nine School Belief Charater Education For 3rd Grade in Pelita Bangsa School Bandar Lampung. The purposes of this research are: 1) to describe the proses of nine

Simpulan penelitian menghasilkan saran yang berkaitan dengan kompensasi, lingkungan kerja dan perceived organizational support di Green Villas Hotel Tuban Bali, yaitu

Dengan penggunaan Sistem Informasi Manajemen Data pada PO.Agsa Berbasis Web, diharapkan bisa mengurai sedikit masalah yang ada di perusahaan, ,pendataan keselurahan alur

Bahan yang harus dihindari Tidak diketahui adanya reaksi berbahaya di bawah kondisi penggunaan normal.. Pakaian pelindung

13 ISNAINI ROSMAYANI 14 LIANA SUKMAWATI 15 MUHAMMAD AMIN 16 MUHAMMAD HALILUDDIN 17 MARWAN ALI 18 MARIANAH 19 NURUL WAHIDAH 20 NURMAYANTI 21 NURHAINI 22 NURHASANAH 23 RETNO ASRI

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah Analisis Isi deskriptif kuantitatif, yaitu analsis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau suatu

pemerasan yang dilakukan oleh tahanan maupun narapidana kepada tahanan lainnya, dengan alasan bahwa pihak keluarga yang bersangkut tidak membesuk, selain itu adanya