BERDASARKAN KEABSAHAN
Akad Shahih
Akad yang telah memenuhi rukun
dan syarat
Akad Tidak Shahih
Akad yang tidak memenuhi rukun
dan syarat sehingga tidak mengikat
para pihak
BERDASARKAN PENAMAAN
Akad Musammah
Akad yang penamaannya ditentukan
dalam syariah dan dijelaskan
hukum-hukumnya. Contoh: ?
Akad Ghair Musammah
Akad yang ditentukan oleh
BERDASARKAN SYARIAT
Akad Musyara’ah
Akad yang dibenarkan oleh
syara’
Akad Mamnu’ah
BERDASARKAN
KETERGANTUNGAN
Akad Asliyah
Akad yang dapat berdiri sendiri
Contoh: ?
Akad Tab’iyah
Akad yang tergantung pada
keberadaan akad lain
BERDASARKAN MAKSUD &
TUJUAN
Akad Tabarru
Akad untuk menolong dan
mengharap ridha Allah swt.
Contoh: ?
Akad Tijari
Akad untuk mendapatkan
keuntungan secara materiil.
Kategori Hukum Akad
(KHES)
Pasal 27-28 KHES:
Akad yg sah: Akad yg terpenuhi
rukun dan syaratnya
Akad yg fasad/ dapat dibatalkan:
akad yg terpenuhi rukun dan
syaratnya, tp terdapat segi atau hal
lain yg merusak akad tsb krn
pertimbangan mashlahat.
PERTUKARAN
A. Pertukaran antar-barang sejenis:
1. Sharf
: pertukaran uang dengan uang2. Barter
: pertukaran barang dengan barangB. Pertukaran antar-barang tidak sejenis:
1. Buyu’
: pertukaran uang dengan barang Jual beli khusus:a. Murabahah b. Salam
c. Istishna d. Wafa’
A. 1. SHARF
Pengertian
Penambahan, penukaran, penghindaran, pemalingan, atau
transaksi jual beli.
Memperjualbelikan uang dgn uang yg sejenis maupun tdk
sejenis.
Pelaksanaan di bank-bank devisa atau money changer,
Dasar hukum
al-Qur’an: Q.S. Al-Kahfi (18) : 19:
”Maka suruhlah salah seorang diantaramu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu....”.
Hadits Nabi:
”Diriwayatkan oleh Abu Ubadah bin ash Shamid berkata bahwa telah bersabda Rasulullah SAW “emas (hendaklah dibayar) dgn emas, perak dgn perak, bur dengan bur, syair dengan syair, kurma dgn kurma, dan garam dengan garam, sama dan sejenis haruslah dari tangan ke tangan (sah). Maka apabila berbeda jenisnya juallah sekehendak kalian dgn syarat kontan” (H.R. Muslim).
Emas dgn perak adalah riba kec secara tunai (HR Muslim,
Syarat Sharf
Transaksi dilakukan secara tunai
(spot)
Tujuan pertukaran adalah bukan
untuk spekulasi
Bukan transaksi bersyarat
Transaksi berjangka dilakukan
dengan pihak yang mampu
menyediakan valuta asing
Barang atau uang dikuasai oleh
Fatwa DSN
Fatwa DSN No. 28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual Beli
Mata Uang (Al Sharf)
Ketentuan sharf dalam Fatwa DSN:
Tidak untuk spekulasi (untung-untungan) Ada kebutuhan transaksi atau untuk
berjaga-jaga (simpanan)
Apabila transaksi dilakukan terhadap
mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at taqabudh)
Apabila berlainan jenis maka harus
JENIS TRANSAKSI SHARF
Transaksi Spot
Transaksi pembelian dan penjualan
valuta asing untuk penyerahan pada
saat itu (
over the counter
) atau
penyelesaiannya paling lambat dalam
jangka waktu 2 hari
Hukumnya
boleh
karena dianggap
tunai, sedangkan waktu 2 hari
dianggap sebagai proses penyelesaian
yang tidak bisa dihindari dan
A.2. BARTER
Islam pada prinsipnya membolehkan terjadinya
pertukaran barang dengan barang (barter), namun tidak dianjurkan karena ia mengandung unsur riba.
Barang ribawi meliputi:
Emas dan perak, baik itu dalam bentuk uang maupun
dalam bentuk lainnya.
Bahan makanan pokok seperti beras, gandum, dan
jagung serta bahan makanan tambahan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Dasar hukum riba:
al-Qur’an: Q.S.Ar-Rum (30): 39, an Nisa (4): 160-161,
Ali Imron (3): 130, dan al Baqarah (2): 278-279.
KETENTUAN BARTER
Pertukaran antara barang-barang ribawi sejenis:
dlm jml dan kadar yg sama dan hrs diserahkan saat transaksi.
Pertukaran antara brg-brg ribawi yg berlainan
jenis: boleh jml & kadar yg berbeda asalkan brg diserahkan pd saat akad. Mis. Rp.10.000 dgn 1$ US
Pertukaran barang ribawi dengan yang bukan
ribawi tidak disyaratkan untuk sama dalam jumlah maupun untuk diserahkan pada saat akad. Mis. mata uang (emas, perak, atau kertas) dengan pakaian.
Pertukaran antara barang-barang yang bukan
ribawi: boleh tanpa persamaan dan diserahkan pada waktu akad. Misalnya pakaian dengan barang elektronik.
99 KHES: Persyaratan yg berlaku pd jual beli jg
B.1.
AL-BAY`/AL BUYU`
(JUAL BELI)
Pengertian
Pertukaran harta atas dasar saling
rela atau memindahkan milik
dengan
ganti
yang
dapat
dibenarkan (berupa alat tukar
yang sah).
Dasar Hukum AL Buyu
Al-Qur`an:
- “…padahal Allah telah membolehkan jual beli dan
mengharamkan riba…” (Q.S. al-Baqarah (2): 275). - “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil kecuali denn jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu” (Q.S. an Nisa (4): 29).
Hadits Rasul:
“Rasulullah SAW ditanya salah seorang sahabat
mengenai pekerjaan (profesi) apa yang paling baik. Rasulullah ketika itu menjawab: “Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang diberkati”
(H.R. al-Bazzar dan al-Hakim)
“Pedagang yang jujur dan terpercaya itu sejajar
RUKUN JUAL BELI
Rukun Jual beli
menurut
Syari’ah
Unsur jual beli
(Psl 56 KHES)
1. Penjual dan
pembeli
2. Uang dan
barang
3. Ijab kabul
1. Pihak-pihak
2. Obyek
SYARAT OBYEK JUAL BELI
SYARI’AH KHES (Ps 76) 1. Suci 2. Bermanfaat 3. Dapat diserahkan 4. Milik penjual 5. Diketahui penjual dan pembeli: Zat, bentuk, ukuran, dan sifatnya jelas
1. Harus sudah ada
2. Harus dapat diserahkan
3. Harus berupa barang yang memiliki nilai/harga tertentu 4. Harus halal
5. Harus diketahui pembeli 6. Kekhususan obyek harus
diketahui
7. Penunjukan dianggap memenuhi syarat kekhususan obyek jika
obyek itu ada di tempat jual beli 8. Sifat obyek yang dapat diketahui
secara langsung oleh pembeli tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut
Ijab dan Kabul dalam
Jual Beli
Fikih: Lafaz harus memenuhi beberapa
syarat:
Keadaan ijab dan kabul berhubungan dan
belum berselang lama.
Makna keduanya hendaklah sama
walaupun lafaz keduanya berlainan.
Keduanya tidak disangkutkan dengan
urusan yang lain, seperti katanya, “Kalau saya pergi, saya jual barang ini sekian.”
Tidak berwaktu, sebab jual beli berwaktu
seperti sebulan atau setahun tidak sah.
Ps 64 KHES: “Jual beli terjadi dan mengikat
Keabsahan Akad Jual Beli
SYARI’AH KHES (Ps 27-28)
• Jual beli Sahih
Memenuhi rukun dan syarat sahnya jual beli, kecuali jika: menzalimi pihak dalam jual beli, menyempitkan gerakan pasar, dan merusak
ketentraman umum
• Jual beli Fasid
Apabila salah satu rukun masih boleh diperbaiki
• Jual beli Batal
Apabila tidak memenuhi salah satu rukun atau syarat sahnya jual beli
• Akad yang sah
Terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya. Tidak bertentangan dengan syariah Islam, peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan
• Akad yang fasad/dapat dibatalkan
Akad yang terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya, tetapi terdapat segi atau hal lain yang merusak akad tersebut karena
pertimbangan maslahat
• Akad yang batal/batal demi hukum
Contoh Jual Beli Yang
Dilarang
Membeli barang dengan harga yang lebih mahal
dari harga pasar, dengan tujuan orang lain tidak dapat membeli barang itu.
Membeli barang yang sudah di beli orang lain
yang masih dalam masa khiyar.
Jual beli yang disertai tipuan.
Membeli barang untuk ditahan agar dapat dijual
dengan harga yang lebih mahal, sedangkan masyarakat umum memerlukan barang itu.
Menjual suatu barang yg berguna, tetapi kmdn
dijadikan alat maksiat oleh yang membelinya.
Mencegat orang-orang yang dtg dari desa di
Contoh Jual Beli Fasid
Jual beli al-majhul: Yaitu jual beli yang barangnya
secara global tidak diketahui atau tidak jelas yang membawa perselisihan.
Jual beli yang dikaitkan dengan suatu syarat.
Jual beli ajal yaitu jual beli dengan pembayaran
tangguh yang menyerupai dan mengarah kepada riba.
Menjual barang yang (tidak ada) di tempat atau
tidak dapat diserahkan pada saat jual beli berlangsung, sehingga tidak dapat dilihat oleh pembeli.
Jual beli yang dilakukan oleh orang buta.
Jual beli dengan barter harga yang diharamkan.
Jual beli sebagian barang yang sama sekali tidak dapat dipisahkan dari satuannya.
Jual beli buah-buahan atau padi-padian yang
Contoh Jual Beli Batal
Jual beli sesuatu yang tidak ada (
bai`u
al-ma`dum
). Misalnya, ijon, Jual-beli anak
sapi yang masih diperut induknya.
Menjual barang yang tidak dapat
diserahkan pada pembeli
(bai`u ma`juzi
at
taslim).
Jual beli yang tidak jelas (
bai` al garar
).
Jual beli benda yang dikategorikan najis
(
bai`u an najas
). Semua benda yang
termasuk najis dan tidak bernilai menurut
syari`at tidak boleh diperjualbelikan.
Memperjualbelikan hak bersama umat
manusia (kepemilikan kolektif) dan tidak
boleh diperjualbelikan.
Jual beli benda yang dikategorikan najis
Jual Beli dalam
Bentuk Khusus
a.
Murabahah
b.
Salam
a. Murabahah
Pengertian
Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak utk kemudian dijual kpd pihak lain yg telah mengajukan permohonan pembelian terhadap satu barang dengan keuntungan atau tambahan harga yang transparan.
Rukun dan Syarat
Rukun murabahah sama dengan jual-beli pada umumnya.
Syarat murabahah:
Obyek adalah milik penjual
Transparan (besarnya harga pokok, margin
keuntungan, & biaya lain)
Ketentuan Murabahah
dalam KHES
Murabahah adalah pembiayaan saling
menguntungkan yang dilakukan oleh
shahib al mal
dengan pihak yangmembutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga
pengadaan barang dan harga jual
terdapat nilai lebih yang merupakan
keuntungan atau laba bagi
shahib al mal
Ketentuan Murabahah
dalam KHES
Penjual
Harus membiayai sebagian atau seluruh harga
pembelian barang yang telah disepakati spesifikasinya (Ps 116 ayat 1)
Harus membeli barang atas nama penjual sendiri
dan bebas riba (Ps 116 ayat 2)
Harus memberitahu secara jujur atas harga pokok
barang kepada pembeli dan biaya yang diperlukan (Ps 116 ayat 3)
Dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
Ketentuan Murabahah dalam
KHES
Pembeli (Pasal 117)
Harus membayar harga barang yang telah
disepakati pada waktu yang telah disepakati Pembayaran (Pasal 124) :
Dapat dilakukan secara tunai atau cicilan dalam
kurun waktu yang disepakati
Jika pembeli mengalami penurunan kemampuan
dalam pembayaran cicilan, maka ia dapat diberi keringanan
Keringanan dapat dalam bentuk konversi dengan
b. Salam
Salam adalah pembelian barang yang
diserahkan kemudian hari dan pembayaran dilakukan di awal perjanjian
Syarat salam:
Pembayaran dilakukan terlebih dulu Obyek adalah utang penjual
Bentuk, ukuran, jumlah, sifat, dan macam obyek
harus jelas
Dasar Hukum Salam
Q.S. al-Baqarah (2) 282 Hadits:
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW datang ke Madinah dimana penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan
(untuk jangka waktu) satu, dua, dan tiga tahun. Beliau berkata “barang siapa yang melakukan
salaf (salam), hendaklah ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”
H.R. Ibnu Majah: Dari Shuhaib r.a., bahwa
Rasulullah bersabda: “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh (salam), muqaradhah (mudharabah), dan
Ketentuan Salam dalam
KHES
Salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan
jual beli yang pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang (Ps 20 angka 34)
Akad salam terikat dengan ijab kabul seperti dalam
penjualan biasa. Bentuk ijab kabul tersebut dilakukan sesuai dengan kebiasaan dan kepatutan (Ps 100).
Syarat salam (Ps 101-102):
Kuantitas dan kualitas barang sudah jelas
Kuantitas barang dapat diukur dengan takaran atau
timbangan dan atau meteran
Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara
sempurna oleh para pihak
Barang yang dijual, waktu, dan tempat penyerahan
dinyatakan secara jelas
Pembayaran berdsrkan wkt & tpt yg disepakati (Psl
c. Istishna
Istishna adalah pembelian barang dengan
pemesanan barang dengan spesifikasi yang telah disepakati kedua belah pihak yang
pembayarannya dilakukan di awal, di
pertengahan, atau di akhir perjanjian dengan cara cicilan atau lunas
Menurut jumhur fuqaha, bai` al istishna`
merupakan jenis khusus dari akad bai` salam. Bedanya, istishna` dipergunakan di bidang
manufaktur. ketentuan bai` al istishna` mengikuti ketentuan akad bai` salam.
Syarat istishna adalah sama dengan syarat
Istishna dalam KHES
Istishna adalah jual beli brg atau jasa dlm bentuk
pemesanan dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pihak pemesan dengan pihak penjual (Ps 20 angka 10)
Mengikat stlh msg2 pihak sepakat atas brg yg dipesan (Ps
104
Dpt dilakukan pd brg yg dapat dipesan (Ps 105)
Identifikasi dan deskripsi barang yang dijual harus sesuai
dengan permintaan pemesan (Pasal 106)
Stlh akad jual beli pesanan mengikat, tdk satu pihak pun
boleh tawar-menawar kembali thd isi akad yg sdh disepakati (Ps 108 ayat (1))
Jika obyek pesanan tidak sesuai dengan spesifikasinya,
pemesan dapat menggunakan hak khiyar untuk
d. Wafa’ Dalam KHES
Wafa’ atau jual beli dengan hak membeli
kembali adalah jual beli yang dilangsungkan dengan syarat bahwa barang yang dijual
tersebut dapat dibeli kembali oleh penjual
apabila tenggang waktu yang disepakati telah tiba (Ps 20 angka 42)
Penjual dapat mengembalikan uang seharga
barang yang dijual dan menuntut barangnya dikembalikan dan Pembeli wajib
mengembalikan barangnya dan menuntut uangnya kembali seharga barang (Ps 112)
Obyek tidak boleh dijual kepada pihak lain, baik
d. Wafa’ Dalam KHES
Rusaknya obyek wafa’:
Kerusakan obyek adalah tanggung
jawab pihak yang menguasainya (Ps
114 ayat (1)
Penjual berhak untuk membeli
kembali atau tidak terhadap barang
yang telah rusak (Ps 114 ayat (2)
Hak membeli kembali dalam wafa’
B.2. IJARAH
Pengertian
Hanafi: transaksi terhadap suatu manfaat
dengan imbalan.
Syafi`i: transaksi terhadap suatu manfaat yang
dituju, tertentu, bersifat mubah, dan dapat dimanfaatkan dengan imbalan tertentu.
Maliki dan Hambali: pemilikan manfaat sesuatu
yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan.”
Kesimpulan:
Akad Ijarah tidak boleh dibatasi oleh syaratdan
hanya ditujukan kepada adanya manfaat pada barang maupun bersifat jasa.
Psl 20 angka 9 KHES: Ijarah adalah sewa
Dasar Hukum Ijarah
1. Al-Quran:
Q.S. az-Zukhruf (43): 32, Q.S. ath –Thalaq
(65): 6, Q.S. al-Qashash (28): 26, Q.S. al Baqarah (2): 233,Q.S. an Nisa` (4) : 29.
2. Hadits:
H.R. Bukhari, Muslim dari Ibnu Abbas:
“Berbekamlah kamu, lalu berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.“
3. Ijtihad:
Para ulama fikih tidak membolehkan ijarah
terhadap nilai tukar uang karena
menghabiskan materinya bukan manfaatnya dan adanya kelebihan pada barang ribawi
Rukun dan Syarat
Ijarah
Kedua belah pihak yang berakad menyatakan
kerelaannya untuk melakukan akad
ijarah
.
Objek
ijarah
adalah Manfaat:
Harus diketahui secara sempurna
Berhak dimanfaatkan oleh org yg menyewa
untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain.
Pada
ijarah
jasa atas pekerjaan seseorang
(ijarah `ala al-a`mal
), obyek
ijarah
bukan
merupakan suatu kewajiban bagi orang
tersebut melainkan merupakan suatu yang
bisa disewakan.
Ketentuan Ijarah Dalam
KHES
Rukun & Syarat Ijarah : Pasal 295-296, 301-305
1.Pihak yg menyewa (musta’jir)
2.Pihak yg menyewakan (mu’ajir)
Para pihak mempunyai kecakapan melakukan
perbuatan hukum
Mu’ajir hrs pemilik, wakil atau pengampunya
3.Benda yg diijarahkan (ma’jur)
Penggunaan ma’jur hrs dicantumkan dlm akad,
bila tdk tercantum maka ma’jur digunakan berdsrkan aturan umum dan kebiasaan
4.Akad:
Dapat dilakukan dgn tatap muka atau jarak jauh Menggunakan kalimat yg jelas
Dapat dilakukan dgn lisan, tulisan dan/atau
KETENTUAN IJARAH
(KHES)
Uang Ijarah dan cara
pembayarannya (306-308)
Penggunaan Ma’jur (309-311)
Pemeliharaan ma’jur dan
tanggungjawab kerusakan (312-314)
Harga dan jangka waktu ijarah
(315-317)
Jenis ma’jur (318-319)
Masa Berlakunya Akad
Ijarah
(Psl 297-300 KHES)
Dapat diubah, diperpanjang dan atau
dibatalkan berdasarkan kesepakatan
Dapat diberlakukan utk wkt yg akan dtg dan
para pihak tdk dpt membatalkannya hanya karena akad belum berlaku
Akad yg telah disepakati tidak dapat dibatalkan
krn ada penawaran yg lebih tinggi dari pihak ketiga.
Akad berakhir bila pihak yg menyewa menjadi
IJARAH MUNTAHIYAH BI TAMLIK
(IMBT)
Psl 322-329 KHES
Rukun dan syarat sama dgn ijarah
Tambahan definisi: diakhiri dgn kepindahan pemilikan Melalui akad jual beli atau hibah stlh akad masa IMBT
berakhir
Dinyatakan secara eksplisit dlm akad
Musta’jir dilarang menyewakan dan atau menjual ma’jur
kec ditetapkan lain dlm akad
Mu’ajir dpt mlkkn penyelesaian akad IMBT bg musta’jir yg
tdk mampu melunasi pembiayaan sesuai tenggang wkt yg disepakati melalui shulh dan atau pengadilan :
Penjualan berdsrkan harga pasar
Harga jual melebihi sisa utang, mu’ajir mengembalikan
sisanya
Harga jual lebih kecil, sisa utang wajib dibayar musta’jir Pengadilan dpt membebaskan atas izin mu’ajir bila
SAFE DEPOSIT BOX
(SHUNDUQ HIFZI IDA’)
Psl
330-334 KHES
Dapat menggunakan akad ijarah
Benda yg disimpan adlh benda berharga
yg tdk diharamkan dan tdk dilarang
negara
Besar biaya berdsrkan kesepakatan
Hak dan kewajiban para pihak berdsrkan
TUGAS!
1.
Baca dan pelajari tentang akad
kerjasama
2.
Buat perbandingan tentang
ketentuan akad kerjasama antara
fikih dan KHES