• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata di kota Yogyakarta pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IX pada tanggal 1 Oktober 1969.1 Hingga beberapa waktu yang lalu, daya tarik wisata Keraton Yogyakarta berupa atraksi di mana pengunjung atau wisatawan dapat memasuki bangunan Keraton Yogyakarta dan menikmati keindahan arsitektur lokal, seni budaya yang ditampilkan dan museum mengenai salah satu raja Keraton Yogyakarta 2 yang memiliki jasa besar terhadap lahir dan berdirinya Negara Republik Indonesia. Daya tarik wisata lain yang terkait langsung dengan keberadaan Keraton Yogyakarta yang ada saat itu adalah objek tempat pemandian keluarga raja di Tamansari dan Museum Kereta Kuda milik Keraton Yogyakarta.

Seiring dengan perkembangan jaman, daya tarik wisata Keraton Yogyakarta meluas hingga mencakup daerah di dalam benteng pertahanan Keraton Yogyakarta atau yang lebih sering disebut sebagai daerah Jeron Beteng3. Beteng adalah tembok benteng pertahanan yang didirikan di sekeliling lingkup istana Keraton Yogyakarta lengkap dengan parit yang mengelilingi sisi luarnya. Wilayah yang terletak di dalam benteng pertahanan Keraton Yogyakarta

1

www.museumku.wordpress.com/2010/05/03/museum-tepas-pariwisata-keraton-yogyakarta/ 2 Sri Sultan Hamengku Buwono IX

3 Merupakan kawasan di bagian dalam benteng yang mengelilingi Keraton Yogyakarta. Benteng tersebut dinamai Benteng Baluwarti.Maksud pendirian bangunan ini untuk mengantisipasi serangan musuh dari luar benteng pada masa peperangan melawan Belanda dulu.

(2)

2 tersebut disebut sebagai daerah Jeron Beteng. Jeron artinya adalah di dalam. Jadi Istilah Jeron Beteng berarti wilayah di dalam benteng. Kawasan Jeron Beteng terdiri dari perkampungan-perkampungan rakyat dan tentara keraton yang memiliki peran khusus bagi penyelenggaraan kehidupan Keraton Yogyakarta di samping keberadaan kompleks-kompleks pemukiman bangsawan Keraton Yogyakarta yang sering disebut sebagai dalem dan fasilitas-fasilitas lain milik Keraton Yogyakarta. Kawasan Jeron Beteng pun akhirnya juga lambat laun berkembang menjadi daerah tujuan wisata yang dapat dilihat sebagai bentuk ekstensifikasi daya tarik kepariwisataan Keraton Yogyakarta sebagai objek wisata heritage yang mampu membangkitkan kunjungan wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri ke kota Yogyakarta setiap tahunnya.

Berbagai obyek wisata dan kegiatan budaya tumbuh menjadi atraksi daya tarik wisata di kawasan terdekat dari Keraton Yogyakarta ini seperti dapat kita lihat pada gambar di bawah ini.

Tabel 1.1. Spot Wisata di Jeron Beteng No Spot Tujuan Kunjungan Wisata Atraksi

1 Wilayah Wijilan Sentra makanan tradisional gudeg.

2 Wilayah Ngasem Sentra penjualan batik, kaos Dagadu,

berbagai jenis kerajinan dan makanan oleh-oleh

3 Wilayah Kadipaten Sentra penjualan batik.

4 Alun-alun Lor Tempat berlangsungnya berbagai pentas

seni dan budaya termasuk acara Sekaten, Pasar Malam, Upacara Gerebeg. Tempat ini juga digunakan untuk kegiatan olahraga bagi masyarakat umum. Alun-alun ini juga menjadi ruang terbuka yang dikelilingi oleh kios-kios cinderamata, lapak penjual jagung bakar dan wedang ronde selain menjadi tempat parkir bis wisata.

(3)

3 No Spot Tujuan Kunjungan Wisata Atraksi

5 Alun-Alun Kidul Menjadi tempat pentas seni budaya dan kegiatan olahraga bagi masyarakat umum. Alun-alun menjadi ruang terbuka yang dikelilingi oleh lapak-lapak penjual makanan, lesehan jagung bakar dan wedang ronde dan dilengkapi sarana permainan anak-anak.

6 Galeri Yogya di Alun-Alun Utara (bekas bioskop Soboharsono)

Gedung pameran dan Restoran Bernuansa Keraton

7 Museum Sonobudoyo 1 dan 2 di wilayah Alun-alun Lor dan Wijilan.

Gedung museum yang memiliki koleksi benda-benda bersejarah yang bernilai tinggi

8 Restoran Bale Raos di wilayah Magangan

Restoran yang menyajikan menu-menu tradisional khas raja-raja Keraton Yogyakarta.

9 Dalem Joyokusuman di wilayah Rotowijayan

Restoran, gedung pameran, tempat praktek membatik tulis

10 Dalem Kaneman di wilayah Kadipaten

Restoran (dalam perencanaan) tempat latihan dan pentas seni tari tradisional serta kesenian,, memiliki paket wisata Royal Dinner dan Royal Lunch.

11 Tamansari Kompleks pemandian keluarga raja

Keraton Yogyakarta

12 Pasar Ngasem Pasar tradisional yang sudah mengalami proses revitalisasi fisik bangunan.

13 Pulau Cemeti Merupakan bagian dari komplek

Tamansari yang memiliki pemandangan kota Yogyakarta.

14 Sumur Gumuling Masjid bawah tanah milik Keraton

Yogyakarta yang terletak di Komplek Tamansari

15 Museum Kereta Keraton Koleksi kereta kuda kuno milik Keraton Yogyakarta.

Seiring dengan bertumbuhnya berbagai daya tarik wisata di daerah Jeron Beteng, lembaga swadaya masyarakat yang peduli pada keberadaan bangunan-bangunan bersejarah juga mulai memperhatikan daerah Jeron Beteng dan mengangkat perannya pada masa silam sebagai daerah penyangga Keraton

(4)

4 Yogyakarta. Dari kondisi ini dapat ditarik kesimpulan awal bahwa daya tarik pariwisata budaya Keraton Yogyakarta dapat dan akan diperluas hingga kawasan Jeron Beteng untuk menciptakan magnet pariwisata berbasis sejarah, seni dan budaya yang lebih besar dan lebih kuat.

Ekstensifikasi daya tarik pariwisata Keraton Yogyakarta kemudian menjadi perhatian dari penulis. Perhatian ini kemudian lebih tertuju pada keberadaan dalem-dalem di lingkungan Jeron Beteng terkait dengan pengembangan daya tarik kepariwisataan Keraton Yogyakarta.

Dalem adalah sebutan bagi rumah-rumah kerabat raja yang secara fisik berupa suatu komplek bangunan dimana kerabat raja tinggal di rumah utama dan abdi dalem serta sentono tinggal di rumah-rumah yang mengelilinginya. Keluarga abdi dalem dan sentono tinggal di dalam kompleks tersebut dalam status magersari (diberi hak untuk tinggal oleh pemilik dalem). Secara fisik kompleks dalem ini dibatasi oleh tembok tinggi yang menjadi batas wilayah dalem dengan wilayah di luar dalem ibarat seperti halnya Keraton dengan benteng pertahanannya. Hingga saat ini terdapat 9 (sembilan) buah dalem4 yang terletak di Jeron Beteng. Keberadaan dalem merupakan sesuatu yang unik karena terkait dengan Keraton sebagai bentuk perpanjangan relasi sosial antara raja, kerabat raja dan rakyat biasa dan menjadi sebuah subsistem keraton yang melengkapi struktur sosial kerajaan Jawa. Dalem, dari sisi fungsi aslinya, dapat dilihat sebagai sebuah keraton kecil di mana bangsawan pemilik atau penguasa dalem berperan sebagai rajanya dan ia memiliki rakyat yang berada di bawah kekuasaannya di dalam kompleks dalem-nya tersebut. Rakyat di dalam sebuah

4 Dalem Joyokusuman, Dalem Benawan, Dalem Mangkubumen, Dalem Suryoputran, Dalem Pakuningratan, Dalem Wironegaran, Dalem Yudonegaran, Dalem Condrokiranan dan Dalem

(5)

5 dalem sering disebut sebagai magersari terkait dengan status tempat tinggalnya yang hanya berupa hak ijin memakai

Keberadaan dalem-dalem yang terletak di kawasan Jeron Beteng memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai bentuk ekstensifikasi daya tarik wisata Keraton Yogyakarta karena relasinya dengan keraton tersebut. Hal menarik yang perlu dicermati adalah bahwa saat ini sudah banyak dalem yang berubah fungsi sehingga kehilangan fungsi aslinya.

Tabel 1.2. Perubahan Fungsi Dalem di Jeron Beteng

No Nama Dalem Perubahan Fungsi

1 Dalem Mangkubumen Menjadi Universitas Widya Mataram dan SMA Mataram.

2 Dalem Suryoputran Menjadi Asrama Polisi 3 Dalem Pakuningratan Menjadi kampus ASDRAFI

4 Dalem Condrokiranan Menjadi Museum Sonobudoyo Unit 2

5 Dalem Yudonegaran Masih berfungsi menjadi dalem tetapi memiliki penambahan fungsi sebagai tempat sekolah menengah farmasi, sekolah apoteker dan menjadi pusat PORDASI (Perkumpulan Olah Raga Berkuda Seluruh Indonesia)

Perubahan fungsi dalem-dalem ini juga diperkuat dengan pemberitaan di sebuah media massa (Koran Tempo, 26 Desember 2013):

”Hampir 50 persen bangunan milik Keraton Yogyakarta telah beralih ke tangan masyarakat umum. Bangunan yang menjadi tempat tinggal keluarga Keraton itu telah diperjualbelikan kepada publik”

Dalem sebagai suatu bagian dari kehidupan Keraton Yogyakarta merupakan perluasan kekuatan budaya yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta di mana di dalam sebuah dalem , budaya yang dimiliki keraton diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, pada sisi yang lain telah dipahami bahwa

(6)

6 daya tarik kepariwisataan Keraton Yogyakarta terletak pada nilai-nilai heritage yang masih menjadi sebuah living culture. Pemahaman ini membawa kita pada dua kesimpulan awal yaitu:

1) Perubahan fungsi dalem dapat melemahkan kekuatan budaya Keraton yang menjadi daya tarik utama kepariwisataan.

2) Penguatan fungsi dalem dapat memperkuat kekuatan budaya Keraton untuk mengembangkan kepariwisataan berbasis budaya di kawasan Jeron Beteng.

Oleh karena itu, suatu penelitian yang mencoba meneliti sejauhmana peran sebuah dalem di dalam usaha pengembangkan sektor kepariwisataan berbasis budaya di kawasan Jeron Beteng sangat diperlukan karena dapat menjadi bagian penting dalam usaha mengembangkan sektor kepariwisataan di kawasan Jeron Beteng sebagai bentuk ekstensifikasi kekuatan daya tarik pariwisata yang telah dimiliki oleh Keraton Yogyakarta.

Untuk keperluan tesis ini, dipilih lokasi penelitian di Dalem Kaneman disebabkan dalem ini relatif masih memiliki dan mempertahankan fungsi aslinya sekaligus sedang mengembangkan diri untuk menjadi suatu daerah tujuan pariwisata di lingkungan Jeron Beteng. Pada sisi yang lain, letak Dalem Kaneman ini sangat strategis karena letaknya yang berdekatan dengan letak beberapa Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) seperti Tamansari, Sumur Gumuling dan Pulau Cemeti serta Pasar Tradisional Ngasem yang telah direvitalisasi. Empat ODTW yang ada ini semuanya memiliki kekuatan atraksi budaya Keraton yang terletak di luar Keraton namun daya tariknya berbeda dengan Dalem Kaneman, sehingga keberadaan mereka dapat saling melengkapi. Juga, lokasinya dekat dengan sentra penjualan batik di daerah Kadipaten yang menjadi salah satu pusat kunjungan wisata Jeron Beteng.

(7)

7 Di sisi yang lain, dalem-dalem yang belum berubah fungsi belum tentu memiliki kekuatan untuk dikembangkan sebagai sebuah objek daya tarik wisata. Dalem Kaneman adalah salah satu dalem yang masih mempertahankan fungsi aslinya dan memiliki potensi pengembangan usaha kepariwisataan yang cukup kuat. Fenomena dinamika perubahan fungsi Dalem Kaneman setelah masuknya usaha ekonomi dan kepariwisataan di Dalem Kaneman dengan tetap mempertahankan fungsi asli sejarah budayanya menjadi menarik untuk dipelajari.

Fenomena yang terjadi di dalam Dalem Kaneman dapat menjadi bahan pembelajaran bagi pengembangan kawasan Jeron Beteng sebagai objek daya tarik wisata yang berbasis budaya di Yogyakarta.

1.2. Permasalahan Penelitian

Dalam kasus pengembangan pariwisata dan usaha ekonomi di sebuah dalem, penelitian ini berusaha untuk memahami fenomena masuknya aktivitas baru ekonomi dan pariwisata yang dirintis oleh penguasa dalem ke dalam aktivitas kehidupan keseharian di Dalem Kaneman dengan tetap mempertahankan fungsi aslinya sebagai sebuah dalem yang memiliki warga magersari. Masalah yang dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian ini adalah: “ apa yang terjadi pada kehidupan warga Dalem Kaneman ketika penguasa dalem tersebut membuka usaha pariwisata dan ekonomi dengan menggunakan Dalem Kaneman sebagai sumber daya tarik usahanya?”

(8)

8 1.3. Pertanyaan Penelitian

Permasalahan tersebut di atas dapat dijabarkan dalam dua pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Faktor-faktor apa yang berperan dalam perubahan sosial budaya yang muncul setelah Dalem Kaneman difungsikan sebagai objek usaha pariwisata dan ekonomi?

2) Bagaimana optimalisasi fungsi sosial budaya dapat dilakukan secara pararel dengan fungsi ekonomi dan pariwisata di Dalem Kaneman sebagai bangunan cagar budaya?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian seperti tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1) Menemukenali faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya perubahan sosial budaya di Dalem Kaneman setelah difungsikan sebagai usaha ekonomi dan pariwisata

2) Merumuskan optimalisasi fungsi sosial budaya yang dilakukan secara pararel dengan fungsi ekonomi dan pariwisata di Dalem Kaneman sebagai bangunan cagar budaya

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Lokus penelitian ini adalah di Dalem Kaneman yang terletak di jalan Kadipaten Kidul, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Kraton Yogyakarta5. Fokus

5 Dalem Kaneman pada masa lalu dikenal dengan nama Dalem Purwodiningratan dan sebelumnya dikenal sebagai Dalem Wirogunan. Perubahan nama ini terjadi mengikuti nama penguasa dalem tersebut pada jamannya masing-masing.

(9)

9 penelitian ini adalah mempelajari permasalahan yang muncul di sebuah bangunan cagar budaya yang memiliki pemukiman ketika mengembangkan usaha ekonomi dan kepariwisataan.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang melakukan kajian dan perencanaan pembangunan ekonomi dan kepariwisataan khususnya di daerah cagar budaya yang memiliki pemukiman.

1.7. Keaslian Penelitian

Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian yang diusulkan ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan pada lokus yang sama. Setidaknya terdapat dua penelitian yang penulis ketahui dilakukan di lokus ini. Untuk mempermudah memahami perbedaan dan keterkaitan antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.3. Penelitian yang Pernah Dilakukan Terkait dengan Fokus dan Lokus Penelitian

No Peneliti Judul Lokus Metode Telaah

1 Ikaputra (1992) Understanding Magersari-A Land Right System-In Forming City Spacial for Living

Dalem Kaneman Kuantitatif Memahami sistem magersari 2 Revianto Budi Santosa (2000) Omah Membaca Makna Rumah Jawa Dalem Kaneman, Keraton Yogyakarta, Kotagede. Kualitatif Makna rumah bagi orang Jawa

(10)

10

No Peneliti Judul Lokus Metode Telaah

3 Kamashakti W (2013) Perubahan Fungsi Dalem Kaneman Dalam Konteks Pengembangan Kepariwisataan Berbasis Budaya Di Kawasan Jeron Beteng Keraton Yogyakarta Dalem Kaneman Kualitatif eksploratif Masalah, Perubahan sosial budaya dan sinergi kegiatan terkait dengan masuknya usaha ekonomi dan pariwisata ke dalam bangunan cagar budaya yang memiliki pemukiman penduduk.

Gambar

Tabel 1.1. Spot Wisata di Jeron Beteng
Tabel 1.2.  Perubahan Fungsi Dalem di Jeron Beteng
Tabel 1.3.  Penelitian yang Pernah Dilakukan Terkait dengan Fokus dan Lokus  Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Strategi Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata (Studi Kasus Pada Pelaku Pariwisata di ODTW Wisata Alam Selo di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa

Pada Penelitian ini akan meneliti kawasan pariwisata berdasarkan daya tarik wisata dan melakukan penilaian potensi dan masalah komponen desa wisata yang ada untuk mengetahui

Didukung dengan panorama pegunungan yang indah di sekelilingnya, udara yang sejuk dan letaknya yang berdekatan dengan obyek-obyek wisata yang lain seperti Candi

Destinasi Bulukumba pada dasarnya memilki Daya Tarik Wisata yang banyak dan menarik untuk dikunjungi terlepas dari salah satu pembahasan Daya Tarik Wisata Pantai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan wisatawan terhadap daya tarik wisata dengan pendekatan deksriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Jalan Malioboro,

Obyek wisata ini terletak di Desa Ngargorejo dan Sobokerto, Kecamatan Ngemplak kurang lebih 20 km kearah timur laut Kota Boyolali. Letaknya sangat strategis, berdekatan dengan

Meninjau dari letak kota Medan yang cukup strategis sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat dan berdekatan dengan Negara Tetangga seperti Malaysia dan Singapura, serta

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui daya tarik yang ada dan merumuskan perencanaan strategis dalam pengembangan objek wisata Gunung Gambar