• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR STUDI KASUS KOTA CIREBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR STUDI KASUS KOTA CIREBON"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS KOTA CIREBON ”

ARIS RINALDI

22715007

Program Magister Teknik Airtanah

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)

Institut Teknologi Bandung

(2)

Aris Rinaldi - 22715007 1

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Lokasi Studi... 3

1.4 Sistematika Penulisan Laporan ... 3

2.1 Deskripsi Daerah Studi... 5

2.2 Data Klimatologi ... 6

2.3 Data Pendukung Lainnya ... 6

3.1 Metode Pengolahan Data ... 8

3.2 Diagram Alir ... 9

4.1 Perhitungan dan Analisa Evapotranspirasi ... 10

4.1.1 Data Klimatologi ... 10

4.1.2 Potensial Evapotranspirasi ... 10

4.2 Perhitungan dan Analisa Neraca Air ... 13

4.2.1 Limited Evapotranspiration ... 13

4.2.2 Neraca Air ... 13

(3)

Aris Rinaldi - 22715007 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan utama manusia, hampir segala aktifitas kehidupan manusia membutuhkan air, sehingga dibutuhkan informasi mengenai potensi air baik air permukaan maupun airtanah yang dapat dimanfaatkan untuk aktifitas sehari-hari seperti air minum, pertanian, perkebunan, perikanan, industri dan lainnya. Informasi tersebut juga bermanfaat untuk meminimalisasi potensi bahaya seperti banjir ataupun longsor. Untuk itu dibutuhkan sebuah analisa mengenai potensi air tersebut yang merupakan bagian dari ilmu hidrogeometeorologi. Hidrogeometeorologi merupakan cabang ilmu meteorlogi yang berhubungan dengan penggunaannya dalam hidrologi.

Neraca air atau water balance merupakan bagian dari keilmuan hidrogeometeorologi yang menggambarkan hubungan antara inflow (aliran masuk) dengan outflow (aliran keluar) pada suatu wilayah selama periode tertentu. Dalam perhitungannya, neraca air dapat menggambarkan curah hujan yang tertampung dalam daerah recharge, penguapan kembali sebagai evapotranspirasi, air yang megalir di permukaan sebagai surfacedirect run off maupun infiltrasi air tanah. Neraca air memegang peranan sangat penting dalam ilmu kerekayasaan terutama rekayasa teknik sipil bidang infrastruktur air seperti irigasi.

1.2Maksud dan Tujuan

Modul ini disusun sebagai pedoman perhitungan neraca air dengan studi kasus neraca air Kota Cirebon, Jawa Barat.

(4)

Aris Rinaldi - 22715007 3 1.3Lokasi Studi

Lokasi studi neraca air dalam modul perhitungan ini adalah Kota Cirebon, Jawa Barat.

Gambar 1.1 Lokasi Geografis Kota Cirebon Sumber gambar : Google Maps

1.4Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laopran ini adalah sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan

Pada bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi studi, dan sistematika penulisan laporan.

Bab II. Data Daerah Lokasi

Bab ini berisi data daerah lokasi berupa letak geografis, klimatologi dan data lain terkait dengan studi.

Bab III. Metode Pengolahan Data

(5)

Aris Rinaldi - 22715007 4

Bab IV. Perhitungan dan Analisa Hidrogeometeorologi

Bab ini berisi representasi perhitungan dan analisa data seperti evapotranspirasi, water surplus,

base flow, direct run off dan strorm run off. Bab V. Kesimpulan

(6)

Aris Rinaldi - 22715007 5

BAB II

DATA DAERAH LOKASI

2.1 Deskripsi Daerah Studi

Secara administratif, Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kota Cirebon merupakan salah satu kota yang terletak di pesisir Pulau Jawa dengan koordinat 6°41’S 108°33’E.

Gambar 2.1 Lokasi Geografis Kota Cirebon Sumber gambar : Google Earth

(7)

Aris Rinaldi - 22715007 6 2.2Data Klimatologi

Pada tabel 1.1 terlampir data klimatologi Kota Cirebon Tahun 2007 sebagai berikut :

Tabel 1.1 Data Klimatologi Cirebon 2007

Bulan RH(%) S(%) t(°C) W(km/hari) W(mile/hari) CH(mm) n(hari)

Januari 63,710 40,861 28,18 44,839 27,861 678 23 Februari 67,643 26,254 27,54 42,179 26,209 601 22 Maret 66,629 32,731 27,73 37,323 23,191 306 14 April 65,183 43,510 28,35 15,067 9,362 350 19 Mei 61,387 59,777 28,57 56,400 35,045 174 15 Juni 59,533 60,980 28,16 36,433 22,639 83 6 Juli 57,823 77,410 27,65 44,613 27,721 20 3 Agustus 51,790 76,697 28,26 85,419 53,077 4 2 September 50,517 64,388 29,42 84,933 52,775 0 0 Oktober 55,100 58,472 29,85 38,903 24,173 79 5 November 60,567 42,067 28,90 25,633 15,928 181 16 Desember 66,323 38,500 28,20 23,400 14,540 376 19

Tabel 1.2 Koefisien Refleksi, r

No Permukaan Koefisien Refleksi [r]

1 Rata-rata permukaan bumi 40%

2 Cairan salju yang jatuh diakhir musim- masih segar 40 - 85% 3 Spesies tumbuhan padang pasir dengan daun berbulu 30 -40%

4 Rumput, tinggi dan kering 31-33%

5 Permukaan padang pasir 24-28%

6 Tumbuhan hijau yang membayangi seluruh tanah 24-27% 7 Tumbuhan muda yang membayangi sebagian tanah 15-24%

8 Hutan musiman 15-20%

9 Hutan yang mengahasilkan buah 10-15%

10 Tanah gundul kering 12-16%

11 Tanah gundul lembab 10-12%

12 Tanah gundul basah 8-10%

13 Pasir, basah - kering 9-18%

14 Air bersih, elevasi matahari 45° 5%

(8)

Aris Rinaldi - 22715007 7 2.3 Data Pendukung Lainnya

Adapun data-data pendukung studi lainnya adalah sebagai berikut :

Tabel 1.3 Hubungan Temperature Rata-Rata vs Parameter Evapotranspirasi A,B, dan ea

Temperature (ºC) 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

A (mmHg/°F) 0,304 0,342 0,385 0,432 0,484 0,541 0,603 0,671 0,746 0,828 0,917 1,013 B (mmH2O/hari) 12,600 12,900 13,300 13,700 14,800 14,500 14,900 15,400 15,800 16,200 16,700 17,1 ea (mmHg) 8,050 9,210 10,500 12,000 13,600 15,500 17,500 19,800 22,400 25,200 28,300 31,8

Tabel 1.4 Nilai Radiasi Matahari pada Permukaan Horizontal Luar Atmosfir (mm/hari)

Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des Tahun

5°LU 13,7 14,5 15 15 14,5 14,1 14,2 14,6 14,9 14,6 13,9 13,4 14,37

0° 14,5 15 15,2 14,7 13,9 13,4 13,5 14,2 14,9 15 14,6 14,3 14,43

5°LS 15,2 15,4 15,2 14,3 13,2 12,5 12,7 13,6 14,7 15,2 15,2 15,1 14,36

10°LS 15,8 15,7 15,1 13,8 12,4 11,6 11,9 13 14,4 15,3 15,7 15,8 14,21

Tabel 1.5 Exposed Surface,m No m Daerah

1 0% Hutan primer, sekunder 2 10-40% Daerah tererosi

(9)

Aris Rinaldi - 22715007 8

BAB III

METODE PENGOLAHAN DATA

3.1 Metode Pengolahan Data

Perhitungan neraca air pada laporan ini menggunakan metode F.J Mock(1973) . Metode ini menyatakan bahwa air hujan yang mengisi daerah tangkapan sebagian menguap akibat evapotranspirasi, sebagian yang jatuh ke permukaan tanah menjadi surface direct run off dan masuk ke dalam tanah sebagai infiltasi. Kondisi tanah yang jenuh air menyebabkan terjadinya perkolasi dan air keluar sebagai base flow.

Data yang diinput pada perhitungan neraca air berupa data klimatologi beserta data tabel pendukung berupa temperatur rata-rata, parameter evapotranspirasi, nilai radiasi matahari,

exposure surface dan data lainnya. Dengan menggunakan metode Penman, data-data yang ada digunakan untuk mencari evapotranspirasi potensial.

Adapun output dari perhitungan dari neraca air berupa informasi water surplus, base flow, direct run off dan strom run off.

(10)

Aris Rinaldi - 22715007 9 3.2 Diagram Alir

Data Klimatologi dan Data Pendukung

Perhitungan Evapotranspirasi Potensial

Perhitungan Evapotranspirasi Aktual

Perhitungan Water Balance : Water Surplus

Perhitungan Base Flow, Direct Run Off, Strom Run Off

(11)

Aris Rinaldi - 22715007 10

BAB IV

PERHITUNGAN DAN ANALISA

4.1 Perhitungan dan Analisa Evapotranspirasi

Evapotranoirasi adalah jumlah kehilangan air dari suatu daerah yang meliputi evaporasi dan transpirasi melalui permukaan tanah, permukaan daun pepohonan, permukaan air bebas dan lainnya. Pada perhitungan evapotranspirasi modul perhitunngan ini digunakan metode Penmann. Adapun perhitungan dan analisanya sebagai berikut :

4.1.1 Data Klimatologi

Baris 1 Data presipitasi (p) dalam satuan mm, terlampir pada tabel 1.1 Baris 2 Data presipitasi (n) dalam satuan days, terlampir pada tabel 1.1 Baris 3 Data Tempature (T)

a. Dalam satuan °C b. Dalam satuan °K terlampir pada tabel 1.1

Baris 4 Data rata-rata presentasi penyinaran matahari bulanan (S), dalam persen (%),terlampir pada tabel 1.1

Baris 5 Data kelembapan relatif rata-rata bulanan (h atau Rh), dalam persen (%),terlampir pada tabel 1.1

Baris 6 Data kecepatan angin rata-rata bulanan (w) a. Dalam ml/ day

b. Dalam m/s terlampir pada tabel 1.1

4.1.2 Potensial Evapotranspirasi

Data-data yag digunakan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi dengan metode Penmann adalah :

1. Temperatur (T)

(12)

Aris Rinaldi - 22715007 11

3. Kecepatan angin (w)

4. Lama penyinaran matahari (R)

Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial dengan metode Penman adalah :

(4.1)

Dengan

H = energy budget

H = R(1-r)(0,18+0,55S)-B(0,56-0,092*(ed^0,5))(0,1+0,9S) (4.2) D = panas yang digunakan untuk evapotranspirasi, dan

D = 0,35(ea-ed)(k+0,01w) (4.3)

Dimana:

A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata, dalam mmHg/°F B = radiasi benda hitam pada temperatu rata-rata, dalam H2O/hari

ea = tekanan uap air jenuh (saturated vapour pressure) pada temperatu rata-rata, dalam

mmHg

Dengan melakukan subtitusi persamaan di atas, maka menghasilkan :

(4.4) Dalam bentuk lain :

E = A (R(1-r)(0,18+0,55S) - AB(0,56-0,092*(ed^0,5))(0,1+0,9S)) + 0,27 (0,35(ea-ed)(k+0,01w)) (4.5) A + 0,27 A + 0,27 A + 0,27

(13)

Aris Rinaldi - 22715007 12 Jika : F1 (T ; S) = A(0,18+0,55S) (4.6) A + 0,27 F2 (T ; h) = AB(0,5-0,092*(ed^0,5)) (4.7) A + 0,27 F3 (T ; h) = 0,27 (0,35(ea-ed)) (4.8) A + 0,27 Maka : E = F1 * R(1-r) - F2 * (0,1+0,9S) + F3 * (k+0,01w) (4.9) Dan jika : E1 = F1 * R(1-r) (4.10) E2 = F2 * (0,1+0,9S) (4.11) E3 = F3 * (k+0,01w) (4.12)

Maka bentuk sederhana dari persamaan evapotranspirasi potensial menurut Penman adalah E = E1 - E2 + E3 (4.13)

Perhitungan dan analisa evapotranspirasi potensial dengan metode Penman disajikan dalam tabel baris sebagai berikut :

Baris 7 Menggunakan persamaan 4.6 Baris 8 Menggunakan persamaan 4.7 Baris 9 Menggunakan persamaan 4.8

Baris 10 Interpolasi koordinat Cirebon (6°43’ S) dengan menggunakan tabel 1.4 Baris 11 Menggunakan persamaan 4.10, dimana nilai r didapat dengan

menggunakan tabel 1.2. Asumsi permukaan studi merupakan rata-rata permukaan bumi, r = 40%

(14)

Aris Rinaldi - 22715007 13

Baris 13 Menggunakan persamaan 4.12. Asumsi k=1 Untuk permukaan air k = 0,5

Untuk permukaan vegetasi k = 1

Baris 14 Menggunakan persamaan 4.13 dalam satuan mm/day Baris 15 Menggunakan persamaan 4.13 dalam satuan mm/month

4.2 Perhitungan dan Analisa Neraca Air

Perhitungan dan analisa neraca air dengan metode Mock disajikan dengan tabel baris. Adapun penggunaan setiap barisnya adalah sebagai berikut :

4.2.1 Limited Evapotranspiration

Baris 16 Menggunakan tabel 1.5. Asumsi daerah studi merupakan daerah ladang pertanian dengan nilai m minimum, m =30%

Baris 17 ∆E/Ep = (m/20)(18-n)

∆E/Ep = (baris(16)/20)(18-baris(2)), satuan dalam % Baris 18 ∆E, dalam satuan mm/bulan

Baris 19 Evapotranspirasi aktual = baris(15) –baris(18)

4.2.2 Neraca Air

Baris 20 P-Ea = baris(1)-baris(19)

Baris 21 (a)SMS = Soil moisture storage

SMS = ISMS + (P-Ea) Dimana:

ISMS = initial soil moisture storage (mm/bulan), merupakan soil moisture capacity (SMC) bulan sebelumnya.

Dalam satuan (mm/bulan)

(b)SMC = Soil moisture capacity (kapasitas kelembapan tanah) SMC = 200 mm/bulan jika P-Ea > 0

SMC = SMC bulan sebelumnya + (P-Ea) jika <0 Dalam satuan (mm/bulan)

(15)

Aris Rinaldi - 22715007 14

Baris 22 SS = Soil Storage, kemampuan tanah untuk menyimpan air

 Jika pada bulan yang ditinjau nilai P-Ea bernilai positif atau SMC bernilai 200mm/bulan (maksimum) maka soil storage

bernilai 0

 Jika P-Ea bulan yang ditinjau bernilai negatif maka soil storage

sama dengan P-Ea ini (mm/bulan)

Baris 23 WS = Water Surplus, WS = (P-Ea) + SS, (mm/bulan)

Baris 24 I = Infiltasi, i = 0,4 x baris(23), dimana 0,4 merupakan koefisien infiltrasi (lihat tabel porositas pada batuan endapan atau koefisien limpasan)

Baris 25 ½ x (1+K) x i, dimana K adalah nilai konstanta potensial ground water storage/resesi aliran, nilai K = 0,6

Baris 26 K x (Vn-1), dimana Vn-1 adalah ground water storage bulan sebelumnya ,

nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan bahwa

water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama satu tahun

Baris 27 Vn = Storage Volume = baris(25) + baris(26), dalam satuan (mm/bulan) Baris 28 Perubahan Storage Volume ∆Vn = -Vn-1 + Vn, dalam satuan (mm/bulan)

Baris 29 Base Flow = I - ∆Vn = baris(24) – baris(28), dalam satuan (mm/bulan)

Baris 30 Direct Run Off = baris(23) – baris(24), dalam satuan (mm/bulan) Baris 31 Run Off = baris(29) + baris(30), dalam satuan (mm/bulan)

4.2.3 Storm Run Off (in mm/month)

Baris 32 SRO = Strom run off

 Jika hujan (P) > 200 mm (sesuai asumsi bahwa Max SMC = 200 mm) maka nilai strom run off = 0

 Jika P < 200 mm maka strom run off adalah jumlah curah hujan dalam satu bulan yang bersangkutan dikali faktor persentasi PF, 0,5 x (P)

(16)

Aris Rinaldi - 22715007 15

Baris 33 Soil Mosture, lihat penjelasan baris(21)

Baris 34 Lihat penjelasan baris(23), pada water surplus kondisi storm run off, nilai storm run off mempengaruhi nilai water surplus

Baris 35 I = Infiltasi, i = 0,4 x baris(34), dimana 0,4 merupakan koefisien infiltrasi (lihat tabel porositas pada batuan endapan atau koefisien limpasan)

Baris 36 ½ x (1+K) x i = ½ x (1+K) x baris(35) , dimana K adalah nilai konstanta potensial ground water storage/resesi aliran, nilai K = 0,6

Baris 37 K x (Vn-1), dimana Vn-1 adalah ground water storage bulan sebelumnya ,

nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan bahwa

water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama satu tahun

Baris 38 Vn = Storage Volume = baris(36) + baris(37), dalam satuan (mm/bulan) Baris 39 Perubahan Storage Volume ∆Vn = -Vn-1 + Vn, dalam satuan (mm/bulan)

Baris 40 Base Flow = I - ∆Vn = baris(35) – baris(39), dalam satuan (mm/bulan)

Baris 41 Direct Run Off = baris(34) – baris(35), dalam satuan (mm/bulan) Baris 42 Run Off = baris(32) baris(41) + baris(42), dalam satuan (mm/bulan)

(17)

Aris Rinaldi - 22715007 16

Hasil perhitungan dan analisa neraca air dapat disajikan dalam tabel dan kurva sebagai berikut :

Tabel 4.1 Tabel Neraca Air

Neraca Air

Bulan Tah

un Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

Agus

t Sept Okt Nov Des N o Meteorologica l Data 1 Catchment Precip. mm (p) 678 601 306 350 174 83 20 4 0 79 181 376 285 2 2 Catchment

Rain Days days (n) 23 22 14 19 15 6 3 2 0 5 16 19 144

3a Temperature °C (T) 28,18 27,54 27,73 28,35 28,57 28,1 6 27,6 5 28,2 6 29,4 2 29,8 5 28,90 28,20 28,4 0 3b ° K (T) 301,2 300,5 300,7 301,4 301,6 301, 2 300, 7 301, 3 302, 4 302, 9 301,9 301,2 301, 4 4 Sunshine % (S) 40,86 26,25 32,73 43,51 59,78 60,9 8 77,4 1 76,7 0 64,3 9 58,4 7 42,07 38,50 5 Rel. Humidity % (h or RH) 63,71 67,64 66,63 65,18 61,39 59,5 3 57,8 2 51,7 9 50,5 2 55,1 0 60,57 66,32 726, 21 6a Wind ml/day (w) 27,86 26,21 23,19 9,36 35,05 22,6 4 27,7 2 53,0 8 52,7 8 24,1 7 15,93 14,54 27,7 1 6b m/s 0,52 0,49 0,43 0,17 0,65 0,42 0,52 0,99 0,98 0,45 0,30 0,27 0,52

(18)

Aris Rinaldi - 22715007 17 Potensial Evapo-transpiration 7 F1 (T : S) 0,31 0,25 0,28 0,33 0,40 0,40 0,47 0,47 0,42 0,40 0,32 0,30 - 8 F2 (T : h) 1,39 1,31 1,33 1,31 1,44 1,56 1,68 1,88 1,83 1,57 1,43 1,28 - 9 F3 (T : h) 0,82 0,72 0,75 0,79 0,88 0,91 0,94 1,09 1,15 1,05 0,90 0,76 - 10 R (at 6°43' S) 15,4 15,5 15,2 14,1 12,9 12,2 12,4 13,4 14,6 15,2 15,4 15,3 14,3 11 F1 * R(1-r) r=40% E1 2,90 2,32 2,52 2,76 3,07 2,92 3,48 3,75 3,67 3,61 2,96 2,79 - 12 F2 * (0,1+0,9S) E2 0,65 0,44 0,52 0,64 0,92 1,01 1,34 1,49 1,24 0,98 0,69 0,57 - 13 F3 * (k+0,01w) k=1 E3 1,05 0,91 0,92 0,86 1,19 1,12 1,21 1,67 1,75 1,30 1,05 0,87 - 14 E1 - E2 + E3 mm/day Ep 3,95 3,23 3,45 3,62 4,26 4,04 4,68 5,42 5,42 4,92 4,01 3,66 - 15 mm/month 122 90 107 109 132 121 145 168 163 152 120 114 154 4 Limited Evapo Transpiration 16 Exposed Surf % (m) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 17 ∆E/Ep = (m/20)(18-n) % -7,5 -6 6 -1,5 4,5 18 22,5 24 27 19,5 3 -1,5 - 18 ∆E mm -9 -5 6 -2 6 22 33 40 44 30 4 -2 166 19 Ea = Ep - ∆E mm Ea 131 96 100 110 126 99 112 128 119 123 117 115 137 7

(19)

Aris Rinaldi - 22715007 18 Water Balance 20 P - Ea mm 547 505 206 240 48 -16 -92 -124 -119 -44 64 261 21 a Soil Moisture Storage mm SMS 747 705 406 440 248 184 91 -33 -151 -195 -131 461 21 b Soil Moisture Capacity mm SMC 200 200 200 200 200 184 91 -33 -151 -195 200 200 22 Soil Storage mm SS 0 0 0 0 0 16 92 124 119 44 0 0 23 Water Surplus mm WS 547 505 206 240 48 0 0 0 0 0 64 261 187 0 SURP LUS SURP LUS SURP LUS SURP LUS SURP LUS DEFI SIT DEFI SIT DEFI SIT DEFI SIT DEFI SIT SURP LUS SURP LUS Run off and Groundwater Storage

(in mm/month) 24 Infiltration i = 0,4 of (23) (i) 219 202 82 96 19 0 0 0 0 0 26 104 748 25 1/2(1+K)i K=0,6 175 162 66 77 15 0 0 0 0 0 21 83 26 K(Vn-1) 50 135 178 146 134 89 54 32 19 12 7 17 27 Storage Vol (25) + (26) (Vn) 225 297 244 223 149 89 54 32 19 12 28 100 28 ∆Vn = -Vn-1 + Vn 125 72 -53 -21 -74 -60 -36 -21 -13 -8 16 72 0 29 Base Flow = I - ∆Vn (24) - (28) 94 130 135 117 93 60 36 21 13 8 10 32 748

30 Direct Run Off

(23) - (24) 328 303 123 144 29 0 0 0 0 0 39 156 112 2 31 Run off (29) + (30) 422 433 258 261 122 60 36 21 13 8 48 188 187 0

(20)

Aris Rinaldi - 22715007 19

Storm Run Off (in

mm/month)

32 Storm Run Off 5% of (p) 0 0 0 0 9 4 1 0 0 4 9 0 18

33 Soil Moisture 0 0 0 0 0 179 90 -33 -151 -199 0 0 34 Water Surplus 547 505 206 240 48 0 0 0 0 0 64 234 184 3 35 Infiltration i = 0,4 of (34) (i) 219 202 82 96 19 0 0 0 0 0 26 93 737 36 1/2(1+K)i K=0,6 175 162 66 77 15 0 0 0 0 0 21 75 37 K(Vn-1) 45 132 176 145 133 89 53 32 19 12 7 17 38 Storage Vol (36) + (37) (Vn) 220 293 242 222 148 89 53 32 19 12 28 91 39 ∆Vn = -Vn-1 + Vn 128 74 -52 -20 -73 -59 -36 -21 -13 -8 16 64 40 Base Flow (35) - (39) 90 128 134 116 93 59 36 21 13 8 10 30 737

41 Direct Run Off

(34) - (35) 328 303 123 144 29 0 0 0 0 0 39 140 110 6 42 Run Off (32) + (41) + (42) 418 431 257 260 130 64 37 22 13 12 57 170 187 0

(21)

Aris Rinaldi - 22715007 20 Gambar 4.1 : Kurva Neraca Air

547 505 206 240 48 0 0 0 0 0 64 261 0 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 W ate r Su rp lu s (m ) Month

Kurva Neraca Air

Water Surplus Month

(22)

Aris Rinaldi - 22715007 20

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan dan analisa neraca air Kota Cirebon tahun 2007 dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada bulan januari, februari, maret, april, mei, november dan desember terjadi surplus air di Kota Cirebon

(23)

Aris Rinaldi - 22715007 21

DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedia Kota Cirebon. Tersedia dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon. Diakses pada Desember 2015.

Irawan, D. E. and Puradimaja, D. J. 2015. Hidrogeologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Mock, F. J. 1973. Water Availability Appraisal: Report Prepared for the Land Capability

Appraisal Project Bogor/Indonesia. Bogor: Food and Agriculture Organization of The United Nations.

Penman, H.L. 1948. Natural Evaporation from Open Water, Bare Soil and Grass. Proc. Roy. Soc. London A(194), S. 120-145

Rinaldi, Aris (2015). Ujian Tengah Semester SB 5014 Hidrogeometeorologi [unpublished], Bandung.

Gambar

Gambar 1.1 Lokasi Geografis Kota Cirebon  Sumber gambar : Google Maps
Gambar 2.1 Lokasi Geografis Kota Cirebon  Sumber gambar : Google Earth
Tabel 1.1 Data Klimatologi Cirebon 2007
Tabel 1.3 Hubungan Temperature Rata-Rata vs Parameter Evapotranspirasi A,B, dan ea
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penanaman nilai pendidikan karakter juga harus memperhatikan local wisdom setempat.Pada konteks Lembaga Pendidikan Muhammadiyah, religiusitas tertuang dalam

Jenis skripsi ini merupakan study kepustakaan (library research) maka sumber data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah buku-buku, literatur, Koran, internet dan sebagainya.

Jika dilihat selama periode 2009-2010, 2010-2011, dan 2011-2012 lebih banyak jumlah sampel yang mengalami kenaikan pendapatan dan kenaikan biaya dibandingkan

9) Titik BN (Below Nipple) yaitu titik yang letaknya 2,5 cm dibawah puting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara, dalam

Pada skripsi ini akan dibahas model Verhulst dan beberapa pengembangannya, seperti model Verhulst dengan batas bawah, model pemanenan Schaefer, model penyebaran

Penelitian ini betujuan untuk mengungkap sekaligus mencari konsep pendidikan yang sesuai dengan etika profetik sebagai basisnya, menghilangkan dikotomik ilmu

Saran yang diberikan dalam penelitian ini antara lain perlu dipikirkan strategi kebijakan ekspor yang berkesinambungan yang sesuai dengan tujuan nasional pembangunan

tersebut menjadi suatu kendala bagi calon konsumen yang ingin mendapatkan produk dari PT. Mandiri Tunas Finance. Pada X 1.3 jumlah skor ada 4 responden yang menyatakan bahwa