• Tidak ada hasil yang ditemukan

BioSMART ISSN: X Volume 7, Nomor 2 Oktober 2005 Halaman: 95-99

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BioSMART ISSN: X Volume 7, Nomor 2 Oktober 2005 Halaman: 95-99"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman: 95-99

 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta ♥ Alamat korespondensi:

Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191. Tel. & Fax.: +62-368-21273.

e-mail: direkbg@singaraja.wasantara.net.id, igtirta59@yahoo.com

Alamat korespondensi:

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126 Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: biology@mipa.uns.ac.id

Perkecambahan, Pertumbuhan, dan Diferensiasi Berkas Pengangkut Tanaman

Karet (

Hevea brasiliensis

Muell. Arg.) dengan Perlakuan Kombinasi Asam

Indol-3-Asetat dan Asam Giberelat

Germination, growth, and differentiation of vascular tissue of rubber plant (

Hevea brasiliensis

Muell. Arg.) with the treatment combination of indol-3-acetic acid and gibberellic acid

LAILI NURHAMIDA, WIDYA MUDYANTINI, MARSUSI

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126 Diterima: 13 Nopember 2004. Disetujui: 17 Maret 2005

ABSTRACT

This research concern was to study the effects of indol-3-acetic acid and gibberellic acidto germination, growth, and differentiation of

Hevea brasiliensis vascular tissue. Indol-3-acetic acid and gibberellic acid could to induce the cambium tissue division that affect the xilem and floem growth. Both of this exogenous growth regulator will result more significant effect when they are applied in combination. Indol-3-acetic acid and gibberellic acid will not only affect the differentiation of vascular bundle, but also enhance the germination and growth of Hevea brasiliensis. This research used Completely Random Design with two factors are indol-3-acetic acid concentration and gibberellic acid concentration. The variation of concentration are 0, 100, 300 and 500 ppm and combination of every indol-3-acetic acid and gibberellic acid concentration. Treatments to plant have been done in once a week for six weeks. Some parameters like percent of germination, growth parameter and anatomy parameter are measured and at the end of treatment a transversal view of every treated Hevea brasiliensis is taken. The conclusion of this research is a fact that combination of indol-3-acetic acid and gibberellic acid does not affect the percent of germination. The control treatment show the maximum growth in wet weight, stem diameter, and total leave area parameter. Indol-3-acetic acid 100 ppm/ gibberellic acid 500 ppm treatment enhance optimally stem high. Indol-3-acetic acid 300 ppm/ gibberellic acid 300 ppm treatment show the maximum result in dry weight parameter. Indol-3-acetic acid 0 ppm/ gibberellic acid 100 ppm and indol-3-acetic acid 100 ppm/ gibberellic acid 500 ppm treatment show the maximum result in leaves sum parameter. Indol-3-acetic acid 500 ppm/ gibberellic acid 0 ppm treatment show the maximum result in differentiation floem cells.

Key words: indol-3-acetic acid, gibberellic acid, Hevea brasiliensis, germination, growth, differentiation.

PENDAHULUAN

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan tanaman penghasil lateks yang menjadi sumber bahan karet. H. brasiliensis merupakanspesies terpenting dalam genus Hevea, karena 99% karet alam dunia berasal dari spesies ini (Williams, 1982; Dolhamus, 1962). Analisis kimia terhadap lateks dari beberapa spesies menunjukkan bahwa senyawa penyusun emulsi lateks H. brasiliensis

umumnya lebih baik dari lateks yang dihasilkan spesies lain, karena hanya sedikit mengandung senyawa non-rubber (Dolhamus, 1962).

Penelitian-penelitian untuk meningkatkan produksi karet perlu ditingkatkan dalam memenuhi kebutuhan karet alam dunia. Usaha peningkatan produksi lateks dilaksanakan dalam beberapa cara, yaitu melaksanakan

teknis budidaya yang baik dan dikembangkannya obat stimulan. Penggunaan obat stimulan mempunyai kelemahan-kelemahan, karena harus didukung oleh faktor-faktor seperti pemilihan tanaman yang memenuhi syarat, hanya beberapa klon yang mempunyai respon yang baik terhadap stimulan, dan pemupukan dengan dosis dan waktu yang tepat dan teratur (Setyamidjaja, 2000). Lurssen (1985) menyebutkan bahwa penggunaan aplikasi stimulan dalam jumlah yang tinggi dapat meningkatkan produksi lateks sampai 100% tetapi setelah beberapa tahun penyadapan pohon mengalami penurunan produksi.

Keterbatasan penggunaan zat pengatur tumbuh untuk meningkatkan produksi lateks harus ditanggulangi dengan melakukan penelitian pengaruh aplikasi zat pengatur tumbuh pada H. brasiliensis. Zat pengatur tumbuh ini berguna untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan H. brasiliensis. Perlakuan diberikan pada awal pertumbuhannya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan diferensiasi berkas pengangkut. Susunan latisifer yang terdiri dari sel-sel latisifer atau buluh getah terdapat dalam jaringan floem (Fahn, 1995).

(2)

Asam indol-3-asetat (IAA) mempunyai peran dalam pembesaran sel, pembelahan pada sel kambium dan per-kembangan batang, sedangkan giberelin (GA) menye-babkan pemanjangan batang dengan memacu pembelahan sel dan pemanjangan sel (Wattimena, 1992; Davies, 1995; Kende dan Zeevaart, 1997; Kende dkk., 1998). Diferensiasi sel juga dipengaruhi oleh IAA dan GA. Kombinasi IAA dan GA mempunyai efek pada aktivitas kambium dan diferensiasi jaringan berkas pengangkut. Perbandingan konsentrasi IAA dan GA menentukan xilem dan floem yang terbentuk (Wareing dan Phillips, 1973; Aloni, 1991).

Eksperimen dengan IAA eksogen secara nyata menunjukkan bahwa transpor polar IAA menyebabkan pembentukan jaringan berkas pengangkut primer dan mempertahankan struktur dan aktivitas pembelahan sel dari kambium pembuluh (Uggla dkk., 1998). Eksperimen dengan IAA eksogen pada beberapa tumbuhan kayu keras dan konifer menunjukkan bahwa IAA berpotensi mempengaruhi banyak aspek pertumbuhan kambium pada konsentrasi bebas, termasuk produksi xilem dan floem, ukuran dan ketebalan dinding sekunder dari elemen xilem (Tuominen dkk., 1997; Uggla dkk., 1998).

Asam indol-3-asetat dan asam giberelat mempunyai efek sinergis pada aktivitas kambium dan diferensiasi jaringan pengangkut. Aplikasi penggunaan IAA pada batang berkayu memperlihatkan pembelahan kambium dan diferensiasi elemen xilem, sedangkan penggunaan GA3 saja menyebabkan pembelahan kambiun dan derivat sel-sel xilem tidak berdiferensiasi tetapi diferensiasi terjadi pada jaringan floem. IAA dan GA3 jika diaplikasikan bersama-sama menyebabkan peningkatan yang tinggi pada pembelahan kambium dan diferensiasi xilem maupun floem (Wareing dan Phillips, 1973).

Perkembangan kayu (misalnya macam kulit dan lingkar pohon) dan aspek pertumbuhan kualitatif merupakan hal yang sangat penting dalam produktifitas tanaman karet. Fernando dan Tambiah (1970) dalam Williams (1982) menyatakan bahwa klon H. brasiliensis yang produksi lateksnya tinggi mempunyai lingkar batang yang relatif besar, floem lebih panjang dan jaringan latisifer yang berkembang. Pemacuan pertumbuhan dan perkembangan

H. brasiliensis perlu ditingkatkan untuk menghasilkan klon yang produksi lateksnya tinggi. IAA dan GA berperan penting pada pembelahan, pembentangan dan diferensiasi sel, sehingga perlu diteliti pengaruh kombinasi IAA dan

GA3 terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan

diferensiasi sel pada H. brasiliensis.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2003 sampai dengan Juni 2003, di Sub Laboratorium Biologi dan rumah kaca Laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Alat dan bahan

Polibag, bak perkecambahan, hand sprayer, timbangan analitik, timbangan Ohauss, oven, gelas benda, penutup gelas benda, silet, mikroskop binokuler, mikroskop kamera.

Biji karet, pasir halus, tanah latosol, pupuk kompos, akuades, IAA, GA3, etanol, alkohol 70%, kloralhidrat 10%, safranin 0,5%, gliserin, cat kuku transparan.

Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu: Faktor pertama konsentrasi IAA (I) dan faktor kedua konsentrasi GA3 (G) (Tabel 1).

Tabel 1. Kombinasi perlakuan zat pengatur tumbuh IAA dan GA3.

Perlakuan Io I1 I2 I3

G0 I0G0 I1G0 I2G0 I3G0

G1 I0G1 I1G1 I2G1 I3G1

G2 I0G2 I1G2 I2G2 I3G2

G3 I0G3 I1G3 I2G3 I3G3

Keterangan: I = konsentrasi IAA (ppm), I0 = 0, I1 = 100, I2 = 300,

I3 =500 ppm. G = konsentrasi GA3 (ppm), G0 =0,G1 =100,G2 =300,

G3 = 500 ppm.

Cara kerja

Biji yang berkualitas baik direndam dalam larutan IAA dan GA3 selama 48 jam, kemudian disemai dalam bak perkecambahan. Kecambah yang telah memasuki fase bayonet, dipindah ke polibag. IAA dan GA3 diberikan satu minggu setelah penanaman. Penyemprotan zat pengatur tumbuh diberikan setiap satu minggu sekali selama lima kali penyemprotan. Parameter yang diamati meliputi: Pengamatan perkecambahan dan pertumbuhan

Persentase biji yang berkecambah. Penghitungan biji yang berkecambah dilakukan setiap hari selama 40 hari.

Tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Pengukuran dilakukan setiap satu minggu sekali selama lima kali pengamatan.

Luas daun. Luas daun diukur dengan menggunakan metode gravimetri (Sitompul dan Guritno, 1995)., dengan persamaan:

LD = Wr x LK Wt

Berat basah tanaman. Berat basah tanaman ditimbang setelah berumur 6 minggu setelah tanam.

Berat kering tanaman. Tanaman dioven pada suhu 60° Csampai kering dan ditimbang hingga diperoleh berat yang konstan (Sitompul dan Guritno, 1995).

Pembuatan dan pengamatan preparat

Pengamatan anatomi batang dilakukan dengan membuat preparat semi permanen, dengan metode free hand section untuk preparat penampang lintang batang H. brasiliensis. Pengamatan terhadap diferensiasi berkas pengangkut dilakukan dengan mengukur lebar jaringan xilem dan floem dengan menggunakan mikrometer.

Analisis data

Data yang diperoleh diuji dengan analisis sidik ragam (anava) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diukur dan dilanjutkan dengan uji beda Duncans Multiple Range Test (DMRT) pada taraf uji 5% untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkecambahan biji

Tinggi rendahnya persentase perkecambahan biji tidak berkaitan langsung dengan pengaruh perlakuan IAA dan GA3 (Tabel 2). Banyak faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji karet ini, antara lain viabilitas biji, cahaya, dan suhu. Menurut Salisbury dan Ross (1995) pengaruh giberelin pada tanaman dikotil dan gimnosperm dalam mencerna cadangan makanan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan tanaman monokotil. Giberelin juga tidak mempengaruhi penguraian pati dan lemak pada beberapa tanaman dikotil dan gimnosperm.

Tabel 2. Perbandingan jumlah biji yang berkecambah, biji tidak berkecambah dan biji busuk, serta persentase perkecambahan dari 35 biji H. Brasiliensis.

Perlakuan berkecambah Biji berkecambah Biji tidak busuk Biji perkecambahanPersentase

I0G0 20 5 10 57,14 I0G1 24 3 8 68,57 I0G2 25 6 4 71,43 I0G3 21 8 6 60,00 I1G0 27 6 2 77,14 I1G1 19 10 6 54,29 I1G2 26 7 2 74,29 I1G3 16 5 14 45,71 I2G0 27 2 6 77,14 I2G1 26 4 5 74,29 I2G2 24 6 5 68,57 I2G3 24 6 5 68,57 I3G0 31 4 0 88,57 I3G1 17 7 11 48,57 I3G2 19 10 6 54,29 I3G3 27 6 2 77,14

Keterangan: I = konsentrasi IAA (ppm), I0 = 0, I 1 = 100, I2 = 300,

I3 = 500 ppm. G = konsentrasi GA3 (ppm), G0 = 0, G1 = 100, G2 =

300, G3 = 500 ppm.

Pertumbuhan tanaman

Hasil analisis sidik ragam pada parameter berat basah dan berat kering menunjukkan hasil tidak beda nyata antar perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap kedua parameter ini. Pada beberapa perlakuan, peningkatan berat basah tidak diikuti dengan peningkatan berat keringnya (Tabel 3 dan 4). Hal tersebut dimungkinkan karena pada saat pengukuran berat basah, sel-sel tanaman masih mengandung air. Jaringan tanaman mengandung 80 persen air yang selalu berubah-ubah, sehingga berat basah akan turun naik sesuai dengan perubahan status air dalam jaringan tanaman (Hopkins, 1995).

Tabel 3. Rata-rata berat basah H. brasiliensis dengan perlakuan kombinasi IAA dan GA3pada umur 42 hari setelah tanam (g).

Perlakuan I0 I1 I2 I3 Rerata G0 8,220 3,500 3,975 5,260 5,305 G1 5,680 4,360 2,925 4,940 4,558 G2 3,450 4,280 7,233 6,525 5,187 G3 7,160 7,620 3,025 6,700 6,267 Rerata 6,268 4,940 4,093 5,772 Keterangan: I = konsentrasi IAA (ppm), I0 = 0 , I 1 = 100, I2 = 300,

I3 = 500 ppm. G = konsentrasi GA3 (ppm), G0 = 0, G1 = 100, G2 =

300, G3 = 500 ppm .

Tabel 4. Rata-rata berat kering H. brasiliensis dengan perlakuan kombinasi IAA dan GA3 pada umur 42 hari setelah tanam (g).

Perlakuan I0 I1 I2 I3 Rerata G0 1,473 0,773 0,902 0,930 1,025 G1 1,102 1,030 0,613 0,799 0,901 G2 0,812 0,819 1,557 0,842 0,961 G3 1,020 1,364 0,566 1,058 1,023 Rerata 1,117 0,997 0,866 0,902 Keterangan: 1. I = konsentrasi IAA (ppm), I0 = 0, I 1 = 100, I2 =

300, I3 = 500 ppm. G = konsentrasi GA3 (ppm), G0 = 0, G1 = 100,

G2 = 300, G3 = 500 ppm.

Elongasi dan perbesaran sel yang diakibatkan oleh GA3 dan IAA mempengaruhi berat basah dan berat kering tanaman. Cleland (1995) menyebutkan bahwa auksin dapat meningkatkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel. Lakitan (1996) menyatakan bahwa giberelin menyebabkan potensial air menjadi lebih negatif, sehingga air masuk lebih cepat dan menyebabkan perbesaran sel.

Tabel 5. Rata-rata tinggi batang H. brasiliensis dengan perlakuan kombinasi IAA dan GA3 sampai umur 42 hari setelah tanam (cm).

Perlakuan I0 I1 I2 I3 Rerata

G0 31,500bcd 24,300def 25,275cdef 23,560def 26,205r

G1 27,820cde 21,500ef 18,675f 22,060ef 22,716qr

G2 30,300cde 26,240cdef 39,833ab 26,950cdef 29,981q

G3 39,200ab 43,280a 24,000def 33,400bc 35,667p

Rerata 32,305x 28,830xy 26,087y 26,083y

Keterangan: I = konsentrasi IAA (ppm), I0 = 0, I 1 = 100, I2 = 300,

I3 = 500 ppm. G = konsentrasi GA3 (ppm), G0 = 0, G1 = 100, G2 =

300, G3 = 500 ppm. Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang

sama dalam kolom dan baris menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji DMRT 5%.

Hasil analisis sidik ragam pada data tinggi batang menunjukkan pengaruh beda nyata antar perlakuan. Hasil rerata menunjukkan peningkatan taraf konsentrasi GA3 dari 0-500 ppm berpengaruh sangat beda nyata terhadap meningkatnya tinggi batang tanaman, sedangkan peningkatan taraf konsentrasi IAA dari 100-500 ppm tidak berpengaruh.Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan I1G3 dan terendah pada perlakuan I2G1. Perlakuan dengan menggunakan GA3 saja dan kombinasi dengan GA3 500 ppm menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Giberelin mendorong pertumbuhan batang untuk mengadakan pembelahan dan elongasi sel sehingga batang mengalami hiperelongasi (Hopkins, 1995).

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan kontrol masih merupakan hasil terbaik dibandingkan dengan perlakuan menggunakan zat pengatur tumbuh. Hasil rerata untuk perlakuan menggunakan IAA saja atau IAA 500 ppm menunjukkan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan menggunakan GA3 saja atau GA3 500 ppm. Hal ini menunjukkan peranan IAA lebih dominan dalam merangsang perbesaran sel dalam pertumbuhan batang, sedangkan GA3 lebih dominan dalam merangsang elongasi sel (Davies, 1995).

(4)

Tabel 6. Rata-rata diameter batang H. brasiliensis dengan perlakuan kombinasi IAA dan GA3 sampai umur 42 hari setelah

tanam (mm). Perlakuan I0 I1 I2 I3 Rerata G0 2,9880a 2,3560bc 2,4625bc 2,4800bc 2,5774p G1 2,6700abc 2,2900bc 2,2250c 2,3520bc 2,3926p G2 2,2250c 2,3480bc 2,7533ab 2,3025bc 2,3819p G3 2,4760bc 2,5420bc 2,2200c 2,3850bc 2,4172p Rerata 2,6089x 2,3840x 2,3927x 2,3839x

Keterangan: I = konsentrasi IAA (ppm), I0 = 0, I 1 = 100, I2 = 300,

I3 = 500 ppm. G = konsentrasi GA3 (ppm),G0 = 0, G1 = 100, G2 =

300, G3 = 500 ppm. 2. Angka-angka yang diikuti dengan huruf

yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji DMRT 5%.

Tabel 7. Rata-rata luas daun total H. brasiliensis dengan perlakuan kombinasi IAA dan GA3 sampai umur 42 hari (cm2).

Perlakuan I0 I1 I2 I3 Rerata G0 236,18a 132,38bcd 124,38bcd 90,68cd 147,04p G1 185,38abc 99,99bcd 71,03d 73,70d 109,45p G2 113,28bcd 109,38bcd 204,28ab 91,46cd 123,67p G3 143,38abcd 145,82abcd 69,85d 115,99bcd 121,63p Rerata 172,52x 121,89y 111,59y 91,76y

Keterangan: I = konsentrasi IAA (ppm), I0 = 0, I 1 = 100, I2 = 300,

I3 = 500 ppm. G = konsentrasi GA3 (ppm), G0 = 0, G1 = 100, G2 =

300, G3 = 500 ppm. Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang

sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji DMRT 5%.

Pemberian IAA pada konsentrasi tinggi menyebabkan penghambatan pertumbuhan luas daun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Darmanti (2000) bahwa semakin tinggi konsentrasi IAA peningkatan luas helaian daun semakin kecil, bahkan terjadi penurunan luas helaian daun pada konsentrasi 50 ppm. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992), Davies (1995), dan Lakitan (1996) penambahan auksin eksogen terutama dalam konsentrasi tinggi akan merangsang sel tumbuhan tertentu untuk menghasilkan etilen. Etilen menghambat pertumbuhan akar dan juga batang.

Tabel 8. Rata-rata jumlah daun H. brasiliensis dengan perlakuan kombinasi IAA dan GA3 sampai umur 42 hari.

Perlakuan I0 I1 I2 I3 Rerata G0 15,00a 7,800ab 10,50abcd 7,80cd 10,89p G1 14,40ab 10,20abcd 7,50d 8,40cd 10,37p G2 10,50abcd 9,00bcd 14,00ab 10,50abcd 10,69p G3 13,00abc 14,40ab 9,50bcd 11,00abcd 12,17p Rerata 13,37x 11,05y 10,13y 9,28y

Keterangan: I = konsentrasi IAA (ppm), I0 = 0, I 1 = 100, I2 = 300,

I3 = 500 ppm. G = konsentrasi GA3 (ppm), G0 = 0, G1 = 100, G2 =

300, G3 = 500 ppm. Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang

sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji DMRT 5%.

Peningkatan taraf konsentrasi IAA dari 0-500 ppm menyebabkan penurunan luas daun. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992), Davies (1995), dan Lakitan (1996) penambahan auksin eksogen terutama dalam konsentrasi tinggi akan merangsang sel tumbuhan tertentu untuk

menghasilkan etilen. Etilen menghambat pertumbuhan akar dan juga batang.

Jumlah daun dan luas daun dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan. Posisi daun pada tanaman yang dikendalikan oleh genotip, juga mempunyai pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan daun, dimensi akhir, dan kapasitas untuk merespon kondisi lingkungan yang lebih baik, seperti ketersediaan air (Gardner dkk., 1991).

Diferensiasi berkas pengangkut

Hasil analisi sidik ragam dari data lebar floem menunjukkan pengaruh beda nyata antar perlakuan (Tabel 9). Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan I1G0 dan terendah terdapat pada perlakuan I0G2. Hasil rerata menunjukkan bahwa peningkatan taraf konsentrasi GA3 dari 100-500 ppm meningkatkan lebar floem, sedangkan peningkatan konsentrasi IAA tidak berpengaruh.

Tabel 9. Rata-rata lebar floem penampang melintang batang H. brasiliensis dengan perlakuan kombinasi IAA dan GA3 pada umur

42 hari (µm). Perlakuan I0 I1 I2 I3 Rerata G0 21,800 abcd 26,200 a 26,000ab 17,250abcd 22,944p G1 18,750abcd 14,200cd 13,500d 18,000abcd 16,000r G2 13,000d 17,000bcd 21,667abcd 20,000abcd 17,625qr

G3 21,750abcd 18,600abcd 18,000abcd 22,667abc 20,133pq

Rerata 19,000X 19,000X 19,786X 19,267X

Keterangan: I = konsentrasi IAA (ppm), I0 = 0, I 1 = 100, I2 = 300,

I3 = 500 ppm. G = konsentrasi GA3 (ppm), G0 = 0, G1 = 100, G2 =

300, G3 = 500 ppm. Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang

sama dalam kolom dan baris menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji DMRT 5%.

Hasil analisis sidik ragam dari data lebar xilem (Tabel 10) menunjukkan pengaruh beda nyata antar perlakuan. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan I2G2 dan hasil terendah terdapat pada perlakuan I3G0. Peningkatan taraf konsentrasi GA3 dari 100-500 ppm berpengaruh terhadap peningkatan lebar xilem, sedangkan peningkatan taraf konsentrasi IAA menyebabkan penurunan lebar xilem.

Tabel 10. Rata-rata lebar xilem penampang melintang batang H. brasiliensis dengan perlakuan kombinasi IAA dan GA3 pada umur

42 hari (µm).

Perlakuan I0 I1 I2 I3 Rerata

G0 63,00 abcd 66,60abc 53,00abcde 33,75e 55,278pq

G1 57,75abcde 39,60cde 38,25de 38,75de 43,353q

G2 37,75de 44,20bcde 75,67a 45,00bcde 48,688q

G3 60,75abcde 68,60ab 41,00cde 70,00ab 61,267p

Rerata 55,294 54,750 51,071 45,333 Keterangan: I = konsentrasi IAA (ppm), I0 = 0, I 1 = 100, I2 = 300,

I3 = 500 ppm. G = konsentrasi GA3 (ppm), G0 = 0, G1 = 100, G2 =

300, G3 = 500 ppm. Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang

sama dalam kolom dan baris menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji DMRT 5%.

Perbandingan antara lebar xilem dan floem didapat dari membandingkan lebar floem dengan lebar xilem pada masinng-masing perlakuan. Hasil perbandingan di bawah kontrol merupakan hasil yang diharapkan dari penelitian

(5)

ini, yaitu perbandingan untuk lebar xilem mendekati angka perbandingan untuk lebar floem (mendekati angka 1). Perbandingan lebar floem dengan lebar xilem disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Perbandingan lebar floem dan lebar xilem penampang melintang batang H. brasiliensis.

Perlakuan I0 I1 I2 I3

G0 1 : 2,89 1 : 2,54 1 : 2,04 1 : 1,19

G1 1 : 3,08 1 : 2,79 1 : 2,83 1 : 2,15

G2 1 : 2,90 1 : 2,60 1 : 3,49 1 : 2,24

G3 1 : 2,79 1 : 3,69 1 : 2,27 1 : 3,09

Keterangan: 1. I = konsentrasi IAA (ppm), I0 = 0, I 1 = 100, I2 =

300, I3 = 500 ppm. G = konsentrasi GA3 (ppm), G0 = 0, G1 = 100,

G2 = 300, G3 = 500 ppm.

Hasil perbandingan terbaik di bawah kontrol menunjukkan bahwa perlakuan dengan IAA saja semuanya menghasilkan perbandingan yang terbaik untuk diferensiasi jaringan floem, sedangkan dengan GA3 saja hanya terdapat pada perlakuan I0G3. Penggunaan GA3 pada konsentrasi yang tinggi tidak maksimal menghasilkan diferensiasi pada jaringan floem. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam Wareing dan Phillips (1973) dan Loveless (1991) bahwa kombinasi dari IAA dan GA3 akan meningkatkan pembelahan kambium dan diferensiasi penuh xilem dan floem. Wareing dan Phillips (1973) menyatakan bahwa aplikasi IAA terbatas pada diferensiasi elemen xilem, dan jika aplikasi GA3 menunjukkan terjadinya diferensiasi floem. Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hasil pada Tabel 11 yang menunjukkan bahwa IAA memberikan hasil perbandingan lebar berkas pengangkut yang terbaik. Auksin menurut Davies (1995) mempunyai efek terhadap diferensiasi berkas pengangkut yang menstimulasi diferensiasi floem dan xilem. Selain itu, auksin berpengaruh juga terhadap pembelahan sel dan perbesaran sel.

Perlakuan kombinasi pada konsentrasi GA3 yang lebih tinggi dari IAA yang mempengaruhi diferensiasi floem terdapat pada perlakuan I1G2 dan I2G3. Loveless (1991) menyebutkan bahwa diferensiasi penuh pada floem terjadi pada nisbah IAA/GA3 sebesar 100/500 ppm, sedangkan H.

brasiliensis yang diperlakukan dengan I1G3 memiliki nilai perbandingan lebar floem dengan lebar xilem di bawah nilai perbandingan pada kontrol.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi IAA dan GA3 tidak berpengaruh terhadap persentase perkecambahan. Parameter pertumbuhan menunjukkan bahwa kontrol dibandingkan perlakuan kombinasi IAA dan GA3 menunjukkan hasil lebih tinggi, terutama pada parameter berat basah, diameter batang dan luas daun total. Hasil tertinggi parameter tinggi batang pada perlakuan IAA 100 ppm/GA3 500 ppm, berat kering pada perlakuan IAA 300 ppm/GA3 300 ppm, dan

jumlah daun pada perlakuan IAA 0 ppm/GA3 100 ppm dan IAA 100 ppm/GA3 500 ppm. Pada parameter anatomi menunjukkan bahwa kombinasi IAA dan GA3 pada konsentrasi IAA 500 ppm/GA3 0 ppm menunjukkan pengaruh terbaik terhadap peningkatan diferensiasi jaringan floem. Perlakuan kombinasi IAA dan GA3 dengan konsentrasi GA3 yang lebih tinggi dari IAA tidak meningkatkan diferensiasi floem.

DAFTAR PUSTAKA

Aloni, R. 1991. Wood formation in deciduous hardwood trees. In:

Raghavendra, A.S. (ed.). Physiology of Trees. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Cleland, R.E. 1995. Auxin and cell elongation. In: Davies, J.P. (ed): Plant Hormones: Physiology, Biochemistry and Moleculer Biology.

Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

Darmanti, S. 2000. Perkembangan Daun Acalypha indica L. dengan Perlakuan Indole-3-Acetic Acid dan Gibberellic Acid. [Tesis]. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Davies, J.P. 1995. Plant Hormons: Their Nature, Occurrence and

Function. In: Davies, J.P. (ed): Plant Hormones: Physiology, Biochemistryand Moleculer Biology. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

Dolhamus, L.G. 1962. Rubber. Botany, Production, and Utilization. London: Leonand Hill Limited.

Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Penerjemah: Soediarto, A.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Gardner, F.D., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah: Susilo, H. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Penerjemah: Tohari. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Hopkins, W.G. 1995. Introduction to Plant Physiology. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Kende, H. and J.A.D. Zeevaart. 1997. The five classical plant hormons.

The Plant Cell 9: 1197-1210.

Kende, H., E. van der Knap, and H.T. Cho. 1998. A model plant to study stem elongation. Plant Physiology 118: 1105-1112.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik.

Penerjemah: Kartawinata, K.Jakarta: Gramedia.

Lurssen, K. 1985. Plant Responses to Ethylene and Ethylene Releasing Compounds. In: Purohito, S.S. (ed). Hormonal Regulation of Plant Growth and Development. Dordrecht: Martinus Nijhoff/Dr W. Junk Publishers.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Penerjemah: Kisman, S. dan S. Ibrahim. Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung.

Setyamidjaja, D. 2000. Karet, Budidaya dan Pengolahan. Jakarta: CV. Yasaguna.

Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Tuominen, H.; L. Puech; S. Fink; and B. Sundberg. 1997. A radial concentration gradient of indole-3-acetic acid is related to secondary xylem development in hybrid aspen. Plant Physiol. 115: 577-585. Uggla, C., E.J. Mellerowicz, and B. Sundberg. 1998. Indole-3-acetic acid

controls cambial growth in scots pine by positional signaling. Plant Physiology 117: 113-121.

Wareing, P.F. and I.D.J. Phillips. 1973. The Control of Growth and Differentiation in Plants. Oxford: Pergamon Press.

Wattimena, G.A. 1992. Bioteknologi Tanaman. Bogor: PAU Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

Williams, C.N. 1982. Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg.), the Agronomy of the Mayor Tropical Crops. London: Leonand Hill Limited.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hubungannya dengan sumber daya manusia, dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, perubahan kondisi lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal

Seorang perempuan umur 35 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan muka merot ke kanan dan mata kiri tidak dapat menutup, yang dialami sejak 2 hari yang lalu..

Artinya ; “ ya Allah, tuhan pemelihara manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah, Engkaulah zat yang maha penyembuh, tidak ada kesembuhan

Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar catatan medik pasien yang menerima obat gangguan sistem endokrin dan dirawat di bangsal kelas III RS yang dilayani oleh farmasis

Tata Ibadah  Penutupan Bulan Lingkungan GKI Bogor Baru   Juni 2009     A. JEMAAT BERHIMPUN  AJAKAN BERIBADAH         Berdiri   

Pada penelitian ini didapatkan bahwa pasien asma tidak hanya memilki satu faktor pencetus serangan asma namun didapatkan juga banyaknya responden yang memilki

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad

1) Masa pengulangan harus disesuaikan dengan siklus Pendidikan Profesi Dokter Gigi yang sedang berlangsung. 2) Tiga hari menjelang masa pengulangan yang bersangkutan