MENGKAJI
SINGKRONISASI DAN REVITALISASI
UNDANG UNDANG PELAYANAN PUBLIK
PERDA PELAYANAN PUBLIK
DI JAWA TIMUR
Prof. M. Mas’ud Said, PhD
Anggota Dewan Pakar, MIPI DI BAKORWIL III - MALANG
RAPAT KERJA DPRD PROPINSI
RANCANGAN PERUBAHAN
PERDA PELAYANAN PUBLIK
BASIS PEMIKIRAN DAN SCOPE BAHASAN
n MENATA KEMBALI POSISI PERDA 11/2005, ATAS UU 25/2009 TTG PELAYANAN
PUBLIK, UU 10/2004 TTG PEMBENTUKAN PERTURAN PERUNDANGAN, UU 32/2004 PEMERINTAHAN DAERAH, DAN PELEMBAGAAN KOMISI PELAYANAN PUBLIK
n MENGUATKAN DAN MENJAMIN IDE PELAYANAN TERBAIK OLEH
BIROKRASI DAN KORPORASI DI JAWA TIMUR.
n MEMPERKUAT FUNGSI PENGAWASAN DPRD SECARA PROPORSIONAL DAN
KINERJA PEMPROP SECARA PROFESSIONAL
n MENDORONG PERDA UNTUK MENGIKAT PIHAK KORPORASI DAN
PELAYANAN PUBLIK NON APBN , DISAMPING PENYELENGGARA PELAYANAN YG SUDAH TERMAKTUB DALAM PERDA 11/2005.
PERATURAN PERUNDANGAN YAG BAIK MELIPUTI.
A. KEJELASAN TUJUAN;
B. KELEMBAGAAN ATAU ORGAN PEMBENTUK YANG
TEPAT
C. KESESUAIAN ANTAR JENIS DAN MATERI MUATAN
D. DAPAT DILAKSANAKAN
E. KEDAYAGUNAAN DAN KEHASILGUNAAN
EMPAT ARAS SINGKRONISASI
n ARAS 1: SINGKRONISASI PERDA DENGAN ATURAN PERUNDANGAN
KHUSUSNYA DENGAN UU 25/ 2009 TTG PELAYANAN PUBLIK YG
BERLAKU SECARA NASIONAL. BAGAIMANA PERDA MENYANGKUT KEKHUSUSAN JAWA TIMUR DAN TIDAK BERTENTANGAN SECARA MATERIAL MAUPUN FUNGSIONAL DENGAN TUJUAN PERUNDANGAN YANG LEBIH TINGGI
n ARAS 2: SINGKRONISASI DENGAN UU 10/2001 TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANGAN. DALAM KAITAN INI SECARA KETATA NEGARAAN DAN PERINFANGAN PERDA HARUS
MENGHORMATI SISTEM DAN HIERARCHIE PERUNDANGAN NASIONAL
n ARAS 3. SINGKRONISASI DENGAN LEMBAGA DAN UNIT PELAKSANA DI
TINGKAT PROPINSI SECARA HORIZONTAL, DAN HUBUNGAN DENGAN
UNIT UNIT PEMERINTAHAN KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR.
MISALNYA FUNGSI PEMBINAAN OLEH GUBERNUR DAN FUNGSI
PENGAWASAN OLEH DPRD, lihat juga pasal 6 UU 25/2009. DAN UU 32/2004.
n ARAS 4. SINGKRONISASI MATERI DENGAN PERKEMBANGAN, ISU
KHUSUS JAWA TIMUR DAN HASIL EVALUASI SELAMA 4 TAHUN BELAKANGAN INI.
ISU YANG RELEVAN DIBAHAS PERDA BARU
n MEMASUKKAN KORPORASI
SEBAGAI TARGET PERDA dan ORANG TIDAK BERUNTUNG / PELAYANAN KHUSUS
n MASALAH STANDARD PELAYANAN
DAN PENILAIAN KINERJA PELAYAN
n MASALAH ADVOKASI, MEDIASI DAN
AJUDIKASI,
n CITIZEN CHARTER,
n PROSES PENGADUAN
PELAYANAN,
n SANKSI (PERINGATAN TERTULIS,
SANKSI ADMINISTRATIVE, PEMBEBASAN DARI TUGAS, PEMBEBASAN DARI JABATAN), GUGATAN GUGATAN (PTUN,
PIDANA), PENGGUNAAN FASILITAS NEGARA,
n POSISI KPP, TUGAS KPP,
KEUANGAN, PENGGUNAAN WEWENANG DAN TARGET CAPAIAN KPP,
n Pasal 1 ayat 4, pasal 29 UU
25/2009
n Pasal 1 ayat 7, pasal 20 ayat 1
dan 2, pasal 22 UU 25/2009
n Pasal 1 ayat 10 dan 11
UU25/2009
n Pasal 1 ayat 8, pasal 20 ayat 2,
pasal 22 UU 25/2009
n Pasal 40 UU 25/2009
n Pasal 51, 52, 52, 54 UU 25/2009
n Pasal 35, pasal 46 UU 25/2009,
TREND DI TINGKAT PUSAT
n
PRESIDEN, MENTERI TERKAIT, (MENPAN, MENDAGRI,
MENKEU), FRAKSI FRAKSI DI DPR SEPAKAT UNTUK
MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK. MISKIN CONTOH HASIL
YANG BAIK
n
ADA WACANA PENGUATAN PERAN PROPINSI; PENGUATAN
DPRD DALAM KAITAN PEMILIHAN GUBERNUR, DAN
PENGUATAN PERAN GUBERNUR DALAM BERBAGAI HAL,
SEBAGAI WAKIL PEMERINTAHN PUSAT, MEMILIH TERMASUK
FUNGSI PENGAWASAN.
n
AKAN ADA BEBERAPA USAHA SINGKRONISASI PERDA
DISESUAIKAN DENGAN PERUNDANGAN YG LEBIH TINGGI,
SEMAKIN BANYAK PERDA YG DITOLAK OLEH PUSAT. DATA MK
AKAN UJI MATERI SEMAKIN TAHUN SEMAKIN BANYAK.
IMPLIKASI DARI PERKEMBANGAN INI
UNTUK REVISI PERDA
n SECARA MATERIAL PERDA YANG
LAMA SUDAH BAIK, NAMUN LEBIH DIPERBAIKI, DITAMBAHKAN
PENJELASAN, JUGA ADA SISIPAN PASAL (JATIM)
n KEUANGAN KPP BELUM SOLID,
BISA MENIMBULKAN KETIDAK PASTIAN, MAKA PERLU
DIPERJELAS
n KETERWAKILAN MASYARAKAT,
PERGURAUN TINGGI, EKSPERT, PENEGAK HUKUM MASIH PERLU DIDOROMG LAGI
§ MEKANISME KERJA,
STANDARD CAPAIAN, TARGET SELAMA INI KURANG JELAS SEHINGGA SEPERTI
BUSSINESS AS USUAL
n MASYARAKAT AKAN SEMAKIN
PERCAYA, PEMERINTAH AKAN LEBIH MUDAH BEKERJA
KARENA ADA STANDARDNYA,
n HARUS ADA PASAL PERALIHAN
DAN PASAL YANG NANTI MENSINGKRONKAN BADAN OMBUDSMEN PROPINSI DG KPP
KEPERCAYAAN TERHADAP LEMBAGA NON-PEMERINTAH DI DAERAH 35 ,0 8 54 ,6 1 66 ,2 3 44 ,3 0 64 ,9 8 66 ,0 7 30 ,5 0 47 ,5 7 14 ,1 8 6, 33 5, 95 3, 06 37 ,2 3 69 ,1 5 69 ,1 5 64 ,8 9 64 ,8 9 57 ,4 5 36 ,1 7 35 ,1 1 12 ,7 7 8, 51 6, 38 5, 32 29 ,1 7 50 63 ,5 4 69,7 9 79 ,1 7 64 ,5 8 64 ,5 8 4, 17 19 ,7 9 7, 29 0 8, 33 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 LSM Surat Kabar Pergur uan Tin ggi Radio Organi sasi Ke agama an Majeli s Ulam a/PGI/ MWG Organi sasi Ke masya rakata n Lembag a Adat Asosi asi Pe ngusah a Parpol Ombud sman Lainnya
SCENARIO REFORMASI PELAYANAN PUBLIK
PEKERJAAN:
PERDA PELAYANAN PUBLIKLEGAL BASIS
KELEMBAGAAN
MATERI\PERDA
Undang Undang, Peraturan Pemerintah Keputusan PresidenPerda (Pelayanan Publik)
Basis Lembaga
Daya dukung
Personel
Etika dan SOP KPP
STANDARD PELAYANAN, SANKSI, AJUDIKASI,
TARGET CAPAIAN, CITIZEN CHARTER MEKANISME KERJA
BASIS AKADEMIK DAN TREND INTERNASIONAL
PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK
ISU DEMOKRATISASI (SEJAK 1999)
ISU GOOD GOVERNANCE (SEJAK 2000)
ISU OTONOMI DAERAH (SEJAK 2001)
ISU SOUNDS GOVENANCE (SEJAK 2008)
ISU INNOVATIVE GOVERNMENT (SEJAK 2008)
TINGGINYA TUNTUTAN UNTUK EFISIENSI (SEJAK 2003) VISI MISI PEMERINTAHAN BARU (SEJAK 2004)
KORUPSI DAN TRUST DECLINE ( YEARS TO COME) REFORMASI BIROKRASI (SEJAK 2009)
TEORITISTEORITISS
Isu Mutakhir
Reformasi Administrasi dan
Birokrasi
n
Dileberative Democracy (Josep Bessette, 1980)
n
Innovative Bureaucracy (Alexander Styhre, 2007)
n
Sound Governance (Ali Farazman, 2008)
PEMETAAN PELAKSANA
BIROKRASI DI DAERAH
KEPALA DAERAH DPRD MIDLLE LINE SEKDA TECHNO STRUCTURE BAPPEDA SUPPORT STAFFPERSONIL KEUANGAN UMUM
OPERATING CORE DINAS-DINAS PELAYANAN DASAR SEKTOR UNGGULAN JABATAN POLITIS JABATAN KARIR
HAL YANG BARU PERLU DIPIKIRKAN
n
MEMBUAT SKEMA SKEMA PERCONTOHAN MAKLUMAT
PELAYANAN, PERNYATAAN TERTULIS DENGAN KESELURUHAN
RINCIAN DAN KEWAJIBAN SERTA JANJI YG TERDAPAT DALAM
STANDAR PELAYANAN ( PASAL 1 Ayat 8 UU 25/2009), ini yang di
beberapa tempat dikenal sebagai CITIZEN CHARTER, pasal 20 ayat
1 dan ayat 2, pasal 22 tentang Maklumat Pelayanan)
n
PENYEDERHANAAN SISTEM BIROKRASI DENGAN STANDARD
TERTULIS, SISTEM MEDIASI DAN AJUDIKASI SERTA
MEKANISME PEMEBERIAN SANKSI DAN PENGHARGAAN.
nKEUANGAN PARTAI HARUS LEBIH JELAS SUMBER DAN
PENGAWASANNYA, KONTROL PUBLIK DAN PEMBEDAAN
KEUANGAN PUBLIK (APBN) DENGAN KEUANGAN PARTAI
PASAL PENTING YANG BARU
n MENDORONG PELAYANAN
KHUSUS TERHADAP ORANG TUA, DISABLED, ORANG CACAT, WARGA PROPINSI TERPENCIL, ORANG
MISKIN
n PEMBERIAN SUAP PADA
PELAYANAN YG MENGGUNAKAN PEMBIAYAAN APBD ATAU APBN DAPAT MENGAKIBATKAN SANKSI. (SAMIFLU, FLU BURUNG)
n PENENTUAN TARIF HARUS
MENGIKUTSERTAKAN
MASYARAKAT DAN ANGGOTA DPRD (MENGECUALIKAN DIS ADVANTAGED PEOPLE)
n KEWAJIBAN STANDARD
OPERATING PROCEDURES (PASAL 34 UU 25/2009) PADA FASILITAS YG DIDANAI APBD
n DISAMPING BADAN PENGAWAS
EKSTERNAL ADA JUGA BADAN PENGAWAS EKSTERNAL (KPP) PASAL 35 UU 25/2009. PERLU
JUGA SURVEY KEPUASAN PUBLIK SECARA TEPAT.
n PERLU MENDORONG
DILAKSANAKANNYA PASAL 54 DAN 55 TENTANG KETENTUAN SANKSI
