• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL

DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

OLEH

RIRI HAERINA PURNAMASARI H14051446

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

RINGKASAN

RIRI HAERINA PURNAMASARI. Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier(dibimbing oleh WIDYASTUTIK).

Kemajuan ekonomi ditandai oleh pergeseran struktur perekonomian nasional, yaitu semakin menurunnya pangsa pasar sektor primer dan semakin meningkatnya pangsa pasar sektor sekunder dan tersier, serta terjadinya gap antara pertumbuhan di sektor primer, sekunder dan tersier. Fakta tersebut menggambarkan bahwa telah terjadi ketimpangan pembangunan di Indonesia. Untuk mencegah terjadinya ketimpangan pembangunan tersebut maka pembangunan dalam suatu sektor perekonomian di suatu negara harus ditunjang oleh pembangunan di sektor lainnya. Langkah yang dapat dilakukan oleh suatu negara dalam memacu pertumbuhan dari setiap sektor perekonomian adalah melalui peningkatan investasi. Investasi merupakan kegiatan untuk mentransformasikan sumber daya potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dimana sumber daya alam yang ada di masing-masing daerah diolah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat secara adil dan merata. Investasi baik di sektor primer, sekunder maupun tersier membutuhkan adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal.

Penelitian ini menganalisis perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier, serta memberikan rekomendasi kebijakan investasi bagi pemerintah yang dapat memacu terjadinya peningkatan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series (kuartal) dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2008 yang diperoleh dari instansi terkait. Analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Regresi Komponen Utama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi, suku bunga riil, pendapatan rii tahun sebelumnya, jumlah tenaga kerja, total jalan yang diaspal di Indonesia, dan jumlah penduduk Indonesia tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier. Pendapatan riil tahun sebelumnya (PDBt-1), jumlah tenaga

kerja (TK), jumlah penduduk Indonesia tahun sebelumnya (Jmlh. Pnddkt-1), dan

total Jalan yang diaspal di Indonesia (Jaspal) berpengaruh secara positif pada taraf 5 persen (α = 5 persen) terhadap nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier. Sedangkan suku bunga riil Indonesia (r) dan inflasi (INF) berpengaruh secara negatif pada taraf 5 persen (α = 5 persen) terhadap nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder maupun tersier.

Berdasarkan hasil estimasi output yang didapat, maka kebijakan yang bisa diambil oleh pemerintah sebagai bahan pertimbangan adalah meningkatkan

(3)

kemampuan pendanaan pemerintah dengan cara meningkatkan proporsi dana untuk pembangunan jalan maupun untuk memperbaiki kondisi jalan yang sudah ada, mengoptimumkan fungsi intermediasi perbankan dan lembaga keuangan dalam mendukung peningkatan kredit investasi, serta menciptakan pertumbuhan investasi di sektor primer sehingga dapat mengurangi ketimpangan realisasi investasi nasional. Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja di sektor primer. Hal ini didasarkan dengan fakta empiris bahwa investor tertarik untuk berinvestasi di sektor primer karena banyaknya jumlah tenaga kerja. Dengan demikian, diharapkan peningkatan kualitas tenaga kerja di sektor primer akan dapat meningkatkan bargaining position tenaga kerja di sektor tersebut.

(4)

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL

DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

OLEH

RIRI HAERINA PURNAMASARI H14051446

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Riri Haerina Purnamasari Nomor Registrasi Pokok : H14051446

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Menyetujui, Dosen Pembimbing, Widyastutik, SE, M. Si NIP. 19751105 200501 2 001 Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D. NIP. 19641023 198903 2 002

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

Riri Haerina Purnamasari H14051446

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Riri Haerina Purnamasari dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Agus Purnomo Sudiyanto dan Yati Daniati. Pendidikan dasar penulis ditempuh di SDN 02 Pondok Kopi Jakarta, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 199 Pondok Kopi Jakarta dan lulus pada tahun 2002. Selanjutnya, penulis melanjutkan ke SMU Negeri 81 Jakarta dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun yang sama penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun kedua di IPB, penulis diterima pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada berbagai kepanitiaan dan organisasi. Penulis pernah menjadi staf Biro Kesekretariatan (Roket) Hipotesa tahun 2007 dan ketua Divisi Life Academic by Learning and Education (Lable) Hipotesa tahun 2008. Penulis aktif menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Ekonomi Umum. Penulis merupakan staf pengajar di bimbingan belajar Ellips dan sebagai guru privat. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan menulis. Beberapa prestasi yang sempat diraih oleh penulis selama menjadi mahasiswa IPB antara lain sebagai juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Universitas Diponegoro dan juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Universitas Sebelas Maret.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penulisan skripsi ini yang berjudul ”Analisis

Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Seiring terselesaikannya skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan di dalamnya. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran untuk perbaikan kedepannya.

Skripsi ini merupakan hasil karya yang tercipta karena bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, perkenankan penulis dalam kesempatan ini mempersembahkan dengan tulus ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Widyastutik, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan sarannya kepada penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Tanti Novianti, SE, M.Si selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji hasil skripsi ini. Semua saran dan kritik merupakan hal yang sangat berharga dalam perbaikan skripsi ini.

3. Jaenal Effendi, M.A selaku komisi pendidikan. Terima kasih atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.

4. Orang tua penulis, Bapak Agus Purnomo Sudiyanto dan Ibu Yati Daniati yang selalu mengiringi langkah penulis dengan doa, kasih sayang dan pengorbanan yang tiada henti.

(9)

5. Saudara-saudara penulis, terutama Asri Puspitasari, Ari Permatasari dan Kusumaday Ajibrata. Terima kasih atas doa dan dukungan yang sangat berarti dalam hidup dan kehidupan penulis selama ini.

6. Diar Erstantyo atas segala doa, dukungan, pengertiannya, serta tidak pernah bosan mendengarkan keluh kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Eko Oesman, Bapak Puji, Teh Maiva, Teh Yuli, Teh Andra, Teh Dian,

Teh Rima, Teh Rina, k’Islam dan Sansa..

8. Dian, Ginna, Anggi, Inna, Tyas, Renny, Arisa, Tanjung, Dhinta, Dewinta Putri, Tia, Nchie, Adit, Ethy, Lukman, Joger, Rajiv, Dhamar dan teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 42 lainnya atas kebersamaan selama tiga tahun ini. 9. Lable Hipotesa 2008 (Tyas, Secha, Desnita, Andri, Yusuf, dan Miftah) atas

keceriaan dan kebersamaan yang selalu tercipta dalam berbagai situasi.

10.Wisma Fricy, Statistics Centre, Lorong 2 A1, ELLIPS, A27 dan A28 angkatan 42, B22 angkatan 44, serta A16, A01, B16 angkatan 45.

11.Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu kelancaran administrasi selama penulis menjalani pendidikan.

12.Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2009

Riri Haerina Purnamasari H14051446

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Landasan Teori Investasi... 12

2.1.1. Penanaman Modal Asing ... 13

2.1.2. Penanaman Modal Dalam Negeri ... 14

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi ... 15

2.2.1. Suku Bunga ... 15

2.2.2. Tingkat Inflasi ... 17

2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja ... 18

2.2.4. Pendapatan Riil ... 19 2.2.5. Pembangunan Jalan ... 20 2.2.6. Jumlah Penduduk ... 21 2.3. Penelitian Terdahulu ... 21 2.4. Kerangka Pemikiran ... 26 2.5. Hipotesis Penelitian ... 29

III. METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 31

3.2. Metode Analisis ... 31

3.2.1. Analisis Regresi Berganda ... 31

(11)

3.3. Metode Estimasi ... 35

3.3.1. Uji Kriteria Statistik ... 36

3.3.2. Uji Kriteria Ekonometrika ... 40

3.3.2. Regresi Komponen Utama (Principal Component Analysis) ... 44

IV. GAMBARAN UMUM ... 46

4.1. Perkembangan Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier ... 46

4.2. Perkembangan Kontribusi Sektor Primer, Sekunder dan Tersier terhadap PDB Indonesia ... 48

4.3. Perkembangan Infrastruktur di Indonesia ... 51

4.4. Perkembangan Inflasi dan Suku Bunga Riil di Indonesia ... 54

V. PEMBAHASAN ... 57

5.1. Estimasi Persamaan Model ... 57

5.1.1. Uji F ... 57

5.1.2. Uji Autokorelasi ... 58

5.1.3. Uji Heterokedastisitas ... 59

5.1.4. Uji Multikolinearitas ... 60

5.2. Estimasi Model ... 61

5.2.1. Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer ... 61

5.2.2. Realisasi Investasi Nasional di Sektor Sekunder ... 63

5.2.3. Realisasi Investasi Nasional di Sektor Tersier ... 64

5.3. Estimasi Koefisien ... 65

5.4. Implikasi Kebijakan ... 73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

6.1. Kesimpulan ... 76

6.2. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(12)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1.1. Nilai Total Realisasi Investasi Nasional

di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier (dalam persen), 1993-2008 .. 7 1.2. Ruang Lingkup Sektor Primer, Sekunder dan Tersier ... 11 5.1. Nilai Probabilitas Hasil Analisis Regresi Komponen Utama Model

Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan tersier .. 58 5.2. Hasil Estimasi Uji Autokorelasi Model Realisasi Investasi Nasional

di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier ... 59 5.3. Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer ... 60 5.4. Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Sekunder ... 60 5.5. Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Tersier ... 61 5.6. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer ... 62 5.7. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Sekunder ... 63 5.8. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Tersier ... 64 5.9. Koefisien Variabel Hasil Analisis Regresi Komponen Utama

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1.1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi

Menurut Harga Konstan 1993, 1990-2004 ... 2

2.1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi ... 13

2.2. Hubungan Investasi dengan Suku Bunga ... 16

2.3. Bagan Alur Pemikiran ... 28

4.1. Nilai Total Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier, 1993-2008 ... 47

4.1. Kontribusi Sektor terhadap PDB Menurut Harga Konstan Tahun 2000, 1993-2008 ... 49

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Correlations Matrix Nilai Total Realisasi Investasi Nasional

di Sektor Primer ... 82 2. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama di Sektor Primer ... 85 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas di Sektor Primer ... 86 4. Model Hasil Analisis Regresi Komponen Utama dan Hasil Uji

Multikolinearitas di Sektor Primer ... 87 5. Correlations Matrix Nilai Total Realisasi Investasi Nasional

di Sektor Sekunder ... 88 6. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama di Sektor Sekunder ... 90 7. Hasil Uji Heteroskedastisitas di Sektor Sekunder ... 91 8. Model Hasil Analisis Regresi Komponen Utama dan Hasil Uji

Multikolinearitas di Sektor Sekunder ... 92 9. Correlations Matrix Nilai Total Realisasi Investasi Nasional

di Sektor Tersier ... 93 10. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama di Sektor Tersier ... 96 11. Hasil Uji Heteroskedastisitas di Sektor Tersier ... 97 12. Model Hasil Analisis Regresi Komponen Utama dan Hasil Uji

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan ekonomi ditandai oleh pergeseran struktur perekonomian nasional, yaitu semakin menurunnya pangsa pasar sektor primer dan semakin meningkatnya pangsa pasar sektor sekunder dan tersier. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pangsa pasar sektor industri dan jasa serta sebaliknya, yaitu terjadinya penurunan pangsa pasar sektor pertanian selama tahun 1990-2004. Dimana selama tahun 1990-1997, pangsa pasar sektor industri dan jasa mengalami peningkatan sebesar 6,46 persen dan 2,92 persen, sedangkan pangsa pasar sektor pertanian justru mengalami penurunan sebesar 5,31 persen. Pada tahun 1998-2004, pangsa pasar sektor jasa mengalami peningkatan kembali yaitu sebesar 3,74 persen, sedangkan sektor industri dan pertanian menurun sebesar 0,34 persen dan 1,5 persen.

Fakta tersebut menggambarkan bahwa telah terjadi ketimpangan pembangunan di Indonesia. Untuk mencegah terjadinya ketimpangan pembangunan tersebut maka pembangunan dalam suatu sektor perekonomian di suatu negara harus ditunjang oleh pembangunan di sektor lainnya. Misalnya, pembangunan di sektor pertanian perlu didukung oleh pembangunan di sektor industri maupun jasa sehingga ketimpangan pembangunan tidak terjadi. Pengamatan empiris yang dinyatakan oleh Rostow menunjukkan bahwa sebagian besar negara hanya dapat mencapai tahapan tinggal landas menuju pembangunan

(16)

-20,00 -15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Pertumbuhan Persektor (dalam persen)

Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier

ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor industri dan jasa setelah didahului oleh kemajuan di sektor pertanian.

Gambar 1. menunjukkan ketimpangan dalam pembangunan yang terjadi selama 1994-2008 yang dapat dilihat dari terjadinya gap dalam pertumbuhan antar sektor perekonomian. Sebelum tahun 1997, baik di sektor primer, sekunder maupun sektor tersier memiliki pertumbuhan yang positif. Memasuki tahun 1997, dimana pada saat itu terjadi krisis ekonomi yang berlanjut dengan krisis multidimensi di Indonesia mengakibatkan pertumbuhan persektor perekonomian mengalami penurunan. Sektor primer menurun dari 4,29 persen pada tahun 1996 menjadi 1,42 persen pada tahun 1997. Sektor sekunder menurun dari 11,93 persen pada tahun 1996 menjadi 5,99 persen pada tahun 1997. Sedangkan sektor tersier menurun dari 6,75 persen pada tahun 1996 menjadi 5,58 persen pada tahun 1997. Pada tahun 1998, pertumbuhan persektor perekonomian mencapai titik terendahnya selama tahun penelitian.

Sumber: BPS, 2008 (diolah).

Gambar 1.1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Menurut Harga Konstan 2000, 1994-2008

(17)

Pertumbuhan dari setiap sektor perekonomian seperti yang telah diilustrasikan oleh Gambar 1.1. tentu dipengaruhi oleh ketersediaan modal pada sektor tersebut. Langkah yang dapat dilakukan oleh suatu negara dalam memacu pertumbuhan dari setiap sektor perekonomian adalah melalui peningkatan investasi. Investasi merupakan salah satu komponen dari pembentukan pendapatan nasional, sehingga pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional. Selain itu, investasi juga merupakan kegiatan untuk mentransformasikan sumber daya potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dimana sumber daya alam yang ada di masing-masing daerah diolah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat secara adil dan merata. Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi. Investasi ini bisa berupa investasi dalam negeri maupun luar negeri.

Secara umum, investasi atau penanaman modal dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) baik di sektor primer, sekunder maupun tersier membutuhkan adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Pada akhirnya, kondisi inilah yang mampu menggerakan sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakan roda perekonomian nasional.

Iklim yang sehat bagi perkembangan investasi suatu negara tidak terjadi secara serta merta, melainkan berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak aspek. Antara lain, suku bunga riil, laju

(18)

inflasi, pendapatan riil, perkembangan jumlah penduduk, total jalan yang diaspal, serta jumlah tenaga kerja diyakini sebagai beberapa faktor pembentuk iklim yang sehat sehingga diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi perkembangan investasi di negara tersebut.

Dalam konteks pembangunan, investasi memegang peranan penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun dalam memanfaatkan sumberdaya alam perlu juga diperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini yang menyebabkan mengapa investasi sebagai suatu faktor yang krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Fakta tersebut setara dengan pernyataan Mulyani (2004), yang mengatakan bahwa ada tiga faktor penggerak pertumbuhan ekonomi yaitu fiskal (G), konsumsi (C), dan investasi (I). Menurutnya, pemerintah tidak bisa mengandalkan fiskal untuk menggerakan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan masih besarnya hutang pemerintah yang harus dibayar. Disamping hal itu, pengadaan alokasi subsidi yang besar juga membuat ruang gerak untuk mendorong pertumbuhan menjadi terbatas. Hal tersebut membuat pemerintah tidak bisa menggantungkan pertumbuhan ekonomi pada konsumsi secara terus-menerus. Saluran lain yang lebih baik bagi pemerintah dalam memacu pertumbuhan ekonomi adalah melalui rangsangan investasi. Peran investasi dalam pertumbuhan ekonomi tidak dapat diabaikan. Hal ini dibuktikan dengan kontribusi investasi sebelum krisis sebesar 33 persen (Balipost online, 2004).

(19)

Indonesia terbuka secara resmi dan efektif terhadap penanaman modal sejak tahun 1967 ketika pemerintah orde baru memberlakukan Undang-Undang Penanaman Modal Asing yang diikuti dengan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1968 melalui Undang No. 6/Tahun 1968. Undang-Undang tentang PMDN dilengkapi dan disempurnakan pada tahun 1970 dengan UU No. 12/Tahun 1970. Sedangkan kesempatan bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia semakin terbuka. Hal ini sejalan pula dengan era perdagangan bebas yang akan dihadapi oleh Indonesia. Selanjutnya, Indonesia mengalami periode pasang surut dalam penerimaan arus modal investasi. Hal ini dikarenakan sukses tidaknya suatu negara dalam menarik arus dana investasi tidak terlepas dari berbagai faktor ekonomi dan non ekonomi.

Tabel 1.1. menunjukkan bahwa selama tahun 1993-2008, kondisi perkembangan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder maupun tersier relatif berfluktuasi. Pada tahun 1993, nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer maupun di sektor tersier mencapai titik terendah disepanjang tahun 1993-2008 yaitu sektor primer sebesar 0,67 persen dan sektor tersier sebesar 3,73 persen. Sedangkan nilai total realisasi investasi nasional di sektor sekunder pada tahun 1993 merupakan nilai total realisasi investasi nasional di sektor sekunder yang tertinggi di sepanjang tahun 1993-2008, yaitu sebesar 95,60 persen. Investor yang pada umumnya profit oriented tentu akan mempertimbangkan seberapa besar return yang mungkin diperoleh apabila menanamkan modalnya disuatu negara. Bila return yang mungkin

(20)

diperoleh seorang investor meningkat maka akan meningkatkan minta investor untuk menanamkan modalnya di negara tersebut.

Krisis ekonomi tahun 1997 merupakan shock dalam sejarah perekonomian di Indonesia. Shock tersebut telah menyebabkan tidak terkendalinya laju inflasi, yang pada akhirnya mendorong tingkat harga mengalami peningkatan secara umum serta penurunan pendapatan riil masyarakat sehingga daya beli masyarakat menurun. Peningkatan harga serta penurunan daya beli masyarakat ini merupakan alasan mendasar dari penurunan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer dan sektor tersier pada tahun 1997 bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor primer menurun dari 6,18 persen pada tahun 1996 menjadi 5,83 persen pada tahun 1997. Sedangkan sektor tersier menurun dari 27,19 persen pada tahun 1996 menjadi 23,08 persen pada tahun 1997. Akan tetapi, sektor sekunder justru mengalami peningkatan dari 66,63 persen pada tahun 1996 menjadi 71,09 persen pada tahun 1997. Hal ini didukung dengan argumen yang berkembang selama ini bahwa sektor sekunder yang pada umumnya didukung oleh sektor industri makanan dan industri pengolahan akan lebih tahan terhadap krisis bila dibandingkan sektor perbankan, perdagangan maupun pembangunan real estate yang aktifitasnya memilki keterkaitan relatif erat dengan pergerakan laju inflasi serta suku bunga riil. Pada tahun 2006, sektor primer mencapai nilai total realisasi investasi nasional tertinggi di sepanjang tahun 1993-2008 yaitu sebesar 11,26 persen.

Pada tahun 2008, dimana perekonomian Indonesia sedang mengalami guncangan sebagai akibat dari krisis minyak dan pangan dunia, serta krisis

(21)

keuangan global mengakibatkan nilai total realisasi investasi di sektor primer dan sekunder juga mengalami kemunduran. Nilai total realisasi investasi di sektor primer menjadi sebesar 3,10 persen dari 7,60 persen pada tahun 2007. Nilai total realisasi investasi di sektor sekunder menjadi sebesar 36,97 persen dari 53,61 persen pada tahun 2007. Berbeda dengan nilai total realisasi investasi di sektor primer dan sekunder, nilai total realisasi investasi di sektor tersier justru mengalami peningkatan sebesar 21,14 persen sehingga nilai total realisasi investasi di sektor tersier pada tahun 2008 yaitu sebesar 59,94 persen.

Tabel 1.1. Nilai Total Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier, 1993-2008 (dalam persen)

Tahun Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier

1993 0,67 95,60 3,73 1994 9,08 70,67 20,24 1995 3,42 83,87 12,71 1996 6,18 66,63 27,19 1997 5,83 71,09 23,08 1998 3,00 76,52 20,48 1999 4,04 68,95 27,00 2000 2,65 49,21 48,15 2001 6,58 62,56 30,86 2002 4,38 59,79 35,83 2003 4,76 38,69 56,54 2004 6,49 63,66 29,85 2005 8,06 46,76 45,18 2006 11,26 61,14 27,60 2007 7,60 53,61 38,80 2008 3,10 36,97 59,94 Sumber: BKPM, 2008 (diolah).

Berdasarkan paparan latar belakang di atas dan berdasarkan fenomena yang terjadi di Indonesia, dimana perkembangan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder, dan tersier belum optimal, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul : “ Analisis Perbandingan

(22)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier”. Hal ini mengingat karena investasi memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara tak terkecuali Indonesia, sehingga faktor-faktor yang menentukan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder maupun tersier sangat penting untuk diperhitungkan oleh pemerintah. Dengan demikian, diharapkan tidak akan terjadi ketimpangan pembangunan yang dapat dilihat dari peningkatan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder maupun tersier secara merata.

1.2. Perumusan Masalah

Meskipun dua atau tiga tahun pasca krisis ekonomi 1997, ekonomi Indonesia sudah menunjukkan kembali pertumbuhan ekonomi yang positif, namun hingga saat ini pertumbuhannya rata-rata per tahun relatif masih lambat dibandingkan pertumbuhan rata-rata per tahun yang pernah dicapai, khususnya pada periode pertengahan 1990-an. Salah satu penyebabnya adalah masih belum intensifnya kegiatan investasi yang dapat dilihat dari masih rendahnya nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier.

Investasi memberikan kontribusi yang berarti terhadap perekonomian suatu negara. Apabila Indonesia memiliki iklim investasi yang kondusif, yang berarti faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total realisasi investasi nasional, seperti suku bunga riil, laju inflasi, jumlah penduduk Indonesia, total jalan yang diaspal di Indonesia, pendapatan riil (sektor primer, sekunder; dan tersier) serta jumlah tenaga kerja (sektor primer, sekunder dan tersier) berada pada tingkat yang

(23)

memungkinkan suatu proyek investasi menghasilkan keuntungan maka hal tersebut akan mendorong tumbuhnya nilai total investasi yang terealisasikan di berbagai sektor perekonomian di Indonesia. Pertumbuhan nilai total realisasi investasi nasional akan menjadi salah satu dasar bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi jangka panjang di Indonesia.

Melihat pentingnya iklim investasi bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, maka faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi nasional tersebut menjadi sangat penting untuk diperhitungkan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini dikarenakan ketidakpastian akan stabilitas faktor-faktor yang mempengaruhi investasi akan berpengaruh pada tingkat keuntungan yang diperoleh investor. Dengan demikian, diharapkan Indonesia dapat senantiasa menciptakan iklim yang baik bagi perkembangan investasi di Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier ?

2. Bagaimana rekomendasi kebijakan investasi untuk memacu terjadinya peningkatan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

(24)

1. Menganalisis perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier.

2. Memberikan rekomendasi kebijakan investasi bagi pemerintah yang dapat memacu terjadinya peningkatan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, pemerintah, masyarakat maupun bagi akademisi. Manfaat – manfaat tersebut diantaranya : 1. Penulis dapat menambah pemahaman serta dapat mengaplikasikan ilmu yang

telah diperoleh selama kuliah di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

2. Rekomendasi kebijakan investasi dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang tepat agar dapat meningkatkan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier.

3. Masyarakat dapat lebih memahami mengenai permasalahan realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier.

4. Kalangan akademisi dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan menjadikan tulisan ini sebagai bahan rujukan dalam membuat penelitian lainnya.

(25)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan adalah data nilai total realisasi investasi nasional (sektor primer, sekunder dan tersier), inflasi, suku bunga riil, pendapatan riil (sektor primer, sekunder dan tersier), jumlah tenaga kerja (sektor primer, sekunder dan tersier), jumlah penduduk Indonesia dan total jalan yang diaspal di Indonesia dengan series dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2008.

Ruang lingkup investasi dalam penelitian ini mencakup nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier.

Tabel 1.2. Ruang Lingkup Sektor Primer, Sekunder dan Tersier Sektor Perekonomian

Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier

1. Kehutanan (forestry); 2. Perikanan (fishery); 3. Pertambangan (mining); 4. Penggalian; 5. Peternakan (livestock); 6. Tanaman pangan dan perkebunan (food crops and plantation).

1. Industri alat angkutan dan transport lainnya;

2. Industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi (chemical and pharmaceutical industry); 3. Industri kertas, barang dari

kertas, dan percetakan;

4. Industri barang karet dan barang plastik;

5. Industri kayu (wood industry);

6. Industri kulit, barang dari kulit dan sepatu;

7. Industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronika; 8. Industri makanan (food

industry);

9. Industri tekstil (textile industry);

10.Industri min. non logam (non metal min. Industry);

11.Konstruksi (construction). 1. Real estate, kawasan industri, dan perkantoran (real estate, industrial estate, and office building);

2. Hotel dan restoran (hotel and restaurant);

3. Elektrik, gas, dan air (electricity, gas and water); 4. Perdagangan dan reparasi (trade and reparation); 5. Pengangkutan, gudang, dan komunikasi (transport, storage, and communication); 6. jasa lainnya.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori Investasi

Menurut Mankiw (2000) investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Investasi juga dibagi menjadi tiga sub kelompok yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap rumah tangga, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan; investasi tetap rumah tangga adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah; sedangkan investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan.

Secara umum, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai, peralatan, aset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian (Harjono, 2007). Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik unsur-unsur penting dari kegiatan investasi, yaitu:

1. Adanya motif untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan nilai modalnya.

2. Modal tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat mata dan dapat diraba (tangible), tetapi juga mencakup sesuatu yang bersifat tidak kasat mata dan tidak dapat diraba (intangible). Intangible mencakup keahlian, pengetahuan, jaringan, dan sebagainya yang dalam berbagai kontrak kerja sama (joint venture agreement) yang biasanya disebut valuable services.

(27)

Adanya investasi akan mendorong adanya peningkatan kapital per tenaga kerja (perkapita) sehingga meningkatkan pendapatan nasional. Kaitan ini dapat dijelaskan dalam Gambar 2.1. yang menunjukkan bahwa jika terdapat peningkatan investasi maka akan meningkatkan jumlah kapital per tenaga kerja (perkapita) sehingga pendapatan nasional akan semakin meningkat.

Sumber: Mankiw, 2000.

Gambar 2.1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi

2.1.1. Penanaman Modal Asing

Pengertian penanaman modal asing menurut Hulman Panjatan dalam Harjono (2007) adalah suatu kegiatan penanaman modal yang didalamnya terdapat unsur asing (foreign element) yang ditentukan oleh adanya kewarganegaraan yang berbeda, asal modal, dan sebagainya. Dalam penanaman modal asing, modal yang ditanam merupakan modal milik asing maupun modal patungan antara modal asing dengan modal dalam negeri.

Negara yang sedang berkembang umumnya berkeyakinan bahwa pembangunan ekonominya akan dapat dikembangkan lebih baik lagi jika dapat memanfaatkan modal asing. Modal tersebut dimanfaatkan ke dalam sektor-sektor

I0

I1

0

Y1 Y0

Pendapatan Nasional (Y) Ii

(28)

yang produktif. Banyaknya manfaat yang didapat dari adanya modal asing dalam suatu negara apabila modal tersebut dapat termanfaatkan secara bijak maka untuk mendapatkan aliran modal asing yang lebih besar lagi maka perlu diciptakan iklim yang baik sehingga modal asing tersebut dapat disertakan dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, persyaratan-persyaratan mengenai masuknya modal asing perlu dipersiapkan sebaik-baiknya (Sumantoro, 1989).

Pada saat ini baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang telah mengusahakan hubungan kerjasama antara pemerintah dan swasta sebagai salah satu cara yang harus ditempuh dengan tujuan untuk meningkatkan penanaman modal dari negara maju ke negara sedang berkembang. Bagi negara maju, motif mencari untung dari kegiatan penanaman modal akan selalu diutamakan, sedangkan bagi negara berkembang menganggap bahwa kegiatan penanaman modal asing tersebut merupakan suatu langkah mendapatkan modal tambahan untuk melakukan pembangunan ekonomi.

2.1.2. Penanaman Modal Dalam Negeri

Keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam UU No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut ketentuan penanaman modal tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri (yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-haknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan atau

(29)

disediakan guna menjalankan usaha) bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya (Harjono, 2007).

Usaha pengembangan penanaman modal dalam negeri telah dirintis oleh pemerintah, salah satunya adalah dengan kebijakan kredit investasi. Pemberian kredit investasi memerlukan keahlian dalam prioritas pembangunan. Sebuah pengalaman menunjukkan bahwa penyaluran kredit investasi sering didasarkan pada perintah atau komando dari atasan. Hal demikian telah menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dimana terjadi pemborosan keuangan negara dan pengaruhnya kepada laju inflasi (Sumantoro, 1989).

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi 2.2.1. Suku Bunga

Menurut Kasmir (1999), bunga merupakan balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Ada dua jenis bunga yang diberikan kepada nasabah, yaitu bunga simpanan dan bunga pinjaman. Bunga simpanan merupakan bunga yang diberikan sebagai rangsangan bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank, dimana semakin tinggi bunga simpanan yang ditetapkan oleh perbankan yang mengacu pada suku bunga bank sentral maka hal ini akan mendorong nasabah untuk menyimpan dananya. Sedangkan bunga pinjaman merupakan bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Kedua jenis bunga tersebut saling mempengaruhi positif, artinya jika bunga simpanan tinggi maka secara otomatis bunga pinjaman juga

(30)

ikut naik. Sebaliknya jika bunga simpanan rendah maka secara otomatis bunga pinjaman ikut menjadi rendah juga.

Berdasarkan Sukirno (1981), besar kecilnya investasi yang dilakukan dalam suatu kegiatan ekonomi atau produksi ditentukan oleh tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, kemajuan teknologi, ramalan kondisi ekonomi ke depan, dan faktor-faktor lainnya. Secara grafis hubungan investasi dengan suku bunga berbanding terbalik seperti pada Gambar 2.2. dibawah ini.

Sumber: Mankiw, 2000.

Gambar 2.2. Hubungan Investasi dengan Suku Bunga

Berdasarkan Gambar 2.2 dapat terlihat bahwa kurva investasi memiliki slope negatif sehingga jika suku bunga naik maka akan semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan sehingga investasi akan menurun dan sebaliknya jika suku bunga rendah, maka orang akan menanamkan modalnya untuk berinvestasi di berbagai bidang usaha (Deliarnov, 1995). Para ekonom membedakan antara tingkat bunga nominal dengan tingkat bunga riil (Mankiw, 2000). Tingkat bunga nominal (nominal interest rate) adalah tingkat bunga yang biasa dilaporkan dan merupakan hasil tabungan dan biaya peminjaman tanpa penyesuaian terhadap inflasi. Tingkat bunga riil (real interest rate) mengukur

Suku Bunga (r)

I = I(r)

(31)

biaya pinjaman yang sebenarnya dan merupakan tingkat bunga yang menentukan tingkat investasi. Tingkat bunga riil merupakan tingkat bunga nominal yang telah dikoreksi karena pengaruh inflasi. Investasi bergantung pada tingkat bunga riil karena tingkat bunga adalah biaya pinjaman (Mankiw, 2000). Persamaan yang menggambarkan hubungan antara tingkat inflasi dengan suku bunga riil adalah sebagai berikut :

I = I(r) (2.1)

r = i – Л (2.2)

Kegiatan investasi akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka tingkat investasi yang dilakukan akan mengalami penurunan. Ketika suku bunga mengalami penurunan, investasi akan mengalami peningkatan (Sukirno, 1996). Menurut teori ekonomi klasik, makin tinggi tingkat bunga maka keinginan melakukan investasi semakin kecil. Hal ini disebabkan investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayar investor untuk dana investasi tersebut (Dewi, 2005).

2.2.2. Tingkat Inflasi

Kaum monetaris berpendapat bahwa inflasi disebabkan oleh pertumbuhan money supply yang tinggi sehingga mereka berpendapat bahwa inflasi merupakan suatu fenomena moneter (Adhitya, 2007). Menurut Keynesian, tingkat inflasi yang tinggi tidak dapat dikendalikan hanya dengan kebijakan fiskal saja. Oleh

(32)

karena itu, perpanduan antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal diperlukan untuk mengendalikan laju inflasi dalam suatu negara. Teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral yang mengawasi money supply memiliki kendali tertinggi atas tingkat inflasi.

Menurut Mishkin (2001), inflasi merupakan kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus menerus. Tingkat inflasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap investasi. Ketika terjadi inflasi, maka harga-harga akan mengalami kenaikan termasuk faktor-faktor produksi. Ketika harga-harga faktor produksi meningkat maka perusahaan atau investor cenderung mengurangi investasinya. Hal ini dikarenakan peningkatan harga faktor-faktor produksi akan mendorong terjadinya peningkatan biaya produksi secara keseluruhan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atau investor sehingga akan menurunkan tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan atau investor tersebut.

2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja baik di sektor primer, sekunder maupun tersier berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor perekonomian di Indonesia. Semakin banyak tenaga kerja pada suatu sektor perekonomian dalam suatu negara akan mendorong terjadinya penurunan tingkat upah, sehingga menurunkan total biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh investor dalam menjalankan usahanya. Penurunan dari total biaya produksi tentu menjadi dari peningkatan keuntungan yang mungkin diperoleh investor, dimana

(33)

sinyal peningkatan keuntungan ini akan menstimulus investasi, yang pada akhirnya akan meningkatkan realisasi investasi di sektor tersebut (Sukirno, 1996).

2.2.4. Pendapatan Riil

Istilah pendapatan nasional dapat berarti sempit dan berarti luas. Dalam arti sempit, pendapatan nasional merupakan terjemahan langsung dari national income. Sedangkan dalam arti luas, pendapatan nasional dapat merujuk ke Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) (Dumairy, 1996). PDB itu sendiri adalah pendapatan total yang diperoleh secara domestik, termasuk pendapatan yang diperoleh dari faktor-faktor produksi yang dimiliki asing (Mankiw, 2000).

Perlu disadari bahwa peranan pendapatan atau PDB terhadap investasi tidak dapat diabaikan. Dimana pendapatan nasional yang semakin tinggi akan mendorong terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang meningkat akan memperbesar permintaan terhadap barang dan jasa. Hal ini tentu akan menyebabkan keuntungan perusahaan bertambah dan akan menjadi stimulus untuk terciptanya iklim investasi yang kondusif sehingga dapat meningkatkan investasi nasional per sektor. Dengan kata lain, apabila pendapatan nasional bertambah tinggi maka investasi akan bertambah tinggi pula. Dengan demikian investasi berhubungan positif terhadap pendapatan nasional (Sukirno, 2001). Selain itu, jika pendapatan masyarakat tinggi maka bagian dari pendapatan masyarakat tersebut yang dapat dipergunakan untuk investasi meningkat sehingga investasi dapat meningkat.

(34)

2.2.5. Pembangunan Jalan

Banyak daerah dengan kandungan potensial sumber daya alam seperti minyak, gas alam dan barang tambang lainnya hanya memiliki pertumbuhan ekonomi yang sama atau bahkan dibawah pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional. Begitu juga dengan keanekaragaman hayati yang belum dapat dieksploitasi untuk dijadikan sumber ekonomi. Hal ini terjadi karena keterbatasan infrastruktur yang terdapat di Indonesia. Fakta tersebut tentu bertolak belakang dengan beberapa hasil studi yang menyatakan bahwa infrastruktur dan investasi jelas memiliki keterkaitan yang tidak dapat diabaikan. Sebuah studi dari Bank Dunia (2006), menunjukkan faktor penentu investasi dengan indeks tertinggi adalah keberadaan infrastruktur seperti listrik, transportasi, jalan diaspal, dan kebersihan. Faktor lain yang terdapat dalam penelitian tersebut, seperti ketersediaan sumberdaya manusia yang memadai dan tingkat korupsi memiliki angka indeks yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan keberadaan infrastruktur.

Secara umum, infrastruktur berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui kelancaran kegiatan ekonomi di negara tersebut. Pembangunan jalan yang merupakan salah satu dari pembangunan infrastruktur memberikan pengaruh secara positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Semakin tingginya pembangunan jalan yang dapat dilihat dari semakin tingginya total jalan yang diaspal tentu akan memperlancar distribusi produk. Lancarnya proses distribusi dari suatu produk akan menurunkan biaya transportasi atau biaya distribusi,

(35)

sehingga secara keseluruhan biaya produksi akan menurun. Penurunana biaya produksi merupakan sinyal positif terhadap tingkat keuntungan yang mungkin diperoleh seorang investor. Oleh karena itu, total jalan yang diaspal di Indonesia akan berbanding lurus dengan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier.

2.2.6. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan yang disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau perpindahan penduduk. Perubahan keadaan penduduk tersebut dinamakan dinamika penduduk. Dinamika atau perubahan penduduk cenderung kepada pertumbuhan. Pertumbuhan penduduk ialah perkembangan jumlah penduduk suatu daerah atau negara. Jumlah penduduk suatu negara dapat diketahui melalui sensus, registrasi dan survei penduduk. Jumlah penduduk Indonesia sejak sensus pertama sampai dengan sensus terakhir jumlahnya terus bertambah.

Jumlah penduduk Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk mengindikasikan terjadinya peningkatan permintaan akan barang dan jasa, sehingga memperbesar pangsa pasar.

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya. Dewi (2005), melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Utama Penentu

(36)

Investasi Swasta di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data kuantitaif kuartalan pada periode 1993:1 sampai 2003:4, serta menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai alat analisis menghadapi permasalahan mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi penentu tingkat investasi swasta di Indonesia, dan kebijakan apakah yang dapat diambil oleh pemerintah dalam meningkatkan kegiatan investasi swasta. Variabel yang digunakan adalah GDP, suku bunga, posisi utang pemerintah, DSR (Debt Service Ratio), investasi pemerintah, dan lag investasi swasta.

Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh variabel secara signifikan berpengaruh terhadap kegiatan investasi swasta di Indonesia. Lima variabel bebas yaitu investasi pemerintah, Gross Domestic Product (GDP), suku bunga, Debt Service Ratio (DSR), dan lag investasi swasta mempunyai tanda yang sesuai dengan teori, sedangkan variabel posisi utang pemerintah mempunyai tanda yang tidak sesuai dengan teori. Investasi swasta dipengaruhi secara positif oleh kegiatan investasi pemerintah kuartal sebelumnya, GDP, dan investasi swasta kuartal sebelumnya. Variabel posisi utang pemerintah, DSR, dan suku bunga berpengaruh negatif terhadap kegiatan investasi swasta di Indonesia. GDP riil merupakan variabel yang paling mempengaruhi kegiatan investasi swasta di Indonesia, sedangkan suku bunga riil merupakan faktor yang pengaruhnya paling kecil terhadap kegiatan investasi swasta di Indonesia. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah sebagai bahan pertimbangan adalah melalui peningkatan sektor riil. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan ekonomi meningkat.

(37)

Adhitya (2007), melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Provinsi DKI Jakarta. Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data time series (kuartalan) periode 1996:1 sampai dengan 2005:4, serta menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai alat analisis menghadapi permasalahan mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi investasi di Provinsi DKI Jakarta serta bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi kegiatan investasi di Provinsi DKI Jakarta.

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di DKI Jakarta yaitu suku bunga, inflasi, lag PDRB, dan tingkat upah secara signifikan berpengaruh nyata pada taraf nyata 1 persen, sedangkan nilai tukar secara signifikan berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian statistik terhadap model persamaan investasi di Provinsi DKI Jakarta, seluruh variabel eksogennya mempunyai tanda yang sesuai dengan teori.

Imas (2007), melakukan penelitian dengan judul mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data time series periode 1990 sampai dengan 2005, serta menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai alat analisis untuk menghadapi permasalahan mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi investasi dalam negeri (PMDN) di Indonesia, faktor-faktor apa yang mempengaruhi investasi asing (PMA) di Indonesia, serta kebijakan apakah yang dapat diambil oleh pemerintah untuk menarik kembali investor agar kegiatan investasi dapat meningkat.

(38)

Hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi investasi dalam negeri (PMDN) menunjukkan bahwa variabel pendapatan riil perkapita, investasi pemerintah khusus infrastruktur, upah minimum, dan pajak secara siginifikan berpengaruh terhadap kegiatan investasi dalam negeri di Indonesia. Selain pajak, semua variabel berpengaruh positif, sedangkan pajak berpengaruh negatif terhadap investasi PMDN. Hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi investasi asing (PMA) menunjukkan bahwa variabel pendapatan riil perkapita, upah minimum, dan inflasi secara signifikan berpengaruh terhadap investasi asing PMA, sedangkan variabel investasi pemerintah khusus infrastruktur dan pajak tidak berpengaruh terhadap kegiatan investasi asing PMA di Indonesia. Pendapatan riil perkapita, upah minimum berpengaruh positif dan laju inflasi berpengaruh negatif terhadap investasi asing (PMA) di Indonesia.

Oktaviani, Alla, dan Widyastutik (2007) melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Pada tahun pertama penelitian, data yang digunakan adalah data sekunder yang berkaitan dengan realisasi investasi sektor primer di seluruh Indonesia, sedangkan pada tahun kedua dan ketiga, jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner terhadap responden di Provinsi terpilih yang ditetapkan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat dan Daerah, Pemerintah Provinsi dan BPS.

(39)

Pada tahun pertama, penelitian ini menggunakan Shift Share sebagai alat analisis. Sedangkan pada tahun kedua, penelitian ini menggunakan analisis komponen utama (principal component analysis) dan pada tahun ketiga menggunakan evaluasi kebijakan (regulatory impact assessment). Hasil analisis pada tahun pertama menunjukkan bahwa identifikasi potensi investasi sektor primer Provinsi-Provinsi di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa potensi PMDN yang memilki pertumbuhan cepat disertai daya saing baik terhadap sektor ekonomi di wilayah lainnya adalah subsektor tanaman pangan dan perkebunan yang berada pada Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Sementara itu, potensi PMA yang memilki pertumbuhan cepat disertai daya saing baik terhadap sektor ekonomi di wilayah lainnya adalah subsektor tanaman pangan dan perkebunan yang berada pada Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Hasil analisis pada tahun kedua menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memiliki korelasi kuat dengan investasi asing subsektor perkebunan dan tanaman pangan di Jawa Barat adalah jumlah barang bongkar muat di stasiun kereta api dan pelabuhan laut. Selain itu, hasil analisis pada tahun kedua juga menunjukkan bahwa indikator makro regional Provinsi Jawa Barat yang dinilai relatif rendah (belum baik) oleh narasumber birokrat dan investor adalah terkait dengan pembangunan infrastruktur dan kebijakan pemerintah. Adapun indikator makro regional yang dinilai relatif tinggi adalah potensi pasar. Sementara itu untuk indikator teknis, narasumber investor menilai indikator budidaya sebagai aspek

(40)

dengan skor nilai terendah dibandingkan dengan indikator lainnya. Sedangkan penelitian pada tahun ketiga sedang berjalan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah mencakup perbedaan lingkup wilayah dan sektor perekonomian yang diamati, serta variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini mencakup nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier. Selain itu, variabel yang digunakan adalah nilai total realisasi investasi nasional (sektor primer, sekunder dan tersier), suku bunga riil, inflasi, pendapatan riil (sektor primer, sekunder dan tersier), total jalan yang diaspal di Indonesia, jumlah penduduk Indonesia, serta jumlah tenaga kerja (sektor primer, sekunder dan tersier), sehingga penelitian akan memiliki karakteristik yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

2.4. Kerangka Pemikiran

Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat, agama, dan etnis serta memiliki keunggulan komparatif berupa sumber daya manusia dan sumber daya alam seharusnya dapat menjadi potensi tersendiri bagi pembangunan ekonomi di Indonesia. Hal ini dikarenakan, berbagai keunggulan yang dimiliki oleh Indonesia dapat dijadikan sebagai salah satu modal utama untuk melakukan berbagai kegiatan ekonomi yang menguntungkan. Akan tetapi, potensi tersebut juga perlu didukung oleh investasi yang memadai untuk mendanai berbagai kegiatan ekonomi tersebut, yang pada akhirnya diharapkan dapat mendorong pembangunan ekonomi secara nasional.

(41)

Seyogyanya, pembangunan ekonomi di suatu negara merupakan hal yang harus diusahakan oleh setiap negara, baik itu negara berkembang maupun negara maju dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Namun, permasalahan yang sering timbul dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi di suatu negara adalah rendahnya investasi.

Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia di pertengahan tahun 1997 yang telah menjadi shock bagi perekonomian Indonesia yang ditandai dengan tingkat inflasi melambung tinggi, rendahnya GDP Indonesia, terdepresiasinya rupiah, serta rendahnya tingkat pengembangan infrastruktur berupa pembangunan jalan yang dilakukan oleh pemerintah menyebabkan menjadi tidak kondusifnya iklim investasi di Indonesia sehingga baik arus investasi asing maupun arus investasi dalam negeri pada berbagai sektor perekonomian mengalami penurunan.

Dalam penelitian ini, sejumlah variabel digunakan untuk melakukan analisis perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder, dan tersier. Berdasarkan tujuan serta untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan adalah data nilai total realisasi investasi nasional baik (sektor primer, sekunder, dan tersier), inflasi, suku bunga riil, pendapatan riil (sektor primer, sekunder, dan tersier), jumlah tenaga kerja (sektor primer, sekunder, maupun tersier), jumlah penduduk, dan total jalan yang diaspal di Indonesia tahun 1993 sampai dengan tahun 2008. Apabila faktor-faktor tersebut cukup kondusif, maka hal ini akan menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di berbagai sektor perekonomian di Indonesia sehingga dapat mendorong peningkatan nilai total

(42)

realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder, maupun tersier. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder, dan tersier serta dapat memberikan rekomendasi kebijakan investasi yang dapat mendorong nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder, dan tersier.

Gambar 2.3. Bagan Alur Pemikiran Ketimpangan realisasi investasi nasional

Investasi di sektor primer Investasi di sektor sekunder Investasi di sektor tersier

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi investasi nasional di sektor primer,

sekunder dan tersier

Suku bunga PDB Jmlh. Pnddk Jumlah tenaga kerja

Inflasi Total jalan yang diaspal di Indonesia

Peningkatan investasi nasional di sektor primer, sekunder, dan tersier Terciptanya iklim investasi nasional

yang kondusif pada sektor primer, sekunder dan tersier Rekomendasi kebijakan

Keterangan: : dianalisis

(43)

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian mengenai analisis perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder, dan tersier adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan riil baik di sektor primer, sekunder maupun tersier berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Semakin tinggi pendapatan riil suatu sektor perekonomian maka akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya pada sektor tersebut.

2. Jumlah tenaga kerja baik di sektor primer, sekunder maupun tersier berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Semakin banyak tenaga kerja yang diperlukan pada suatu sektor perekonomian dalam suatu negara akan mendorong terjadinya penurunan tingkat upah, sehingga akan meningkatkan investasi di sektor tersebut.

3. Inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Semakin tinggi tingkat inflasi di suatu negara dapat mencerminkan bahwa terjadinya kenaikan tingkat harga secara umum, termasuk harga barang-barang yang akan digunakan sebagai input produksi di negara tersebut. Kenaikan harga input akan mendorong terjadinya peningkatan biaya produksi secara keseluruhan, sehingga akan menurunkan tingkat keuntungan yang mungkin akan diperoleh seorang investor yang akan menanamkan modalnya. Hal ini yang mendasari peningkatan laju inflasi di

(44)

Indonesia akan menurunkan daya tarik Indonesia bagi investor, sehingga akan menurunkan nilai total realisasi investasi nasional.

4. Suku bunga riil berpengaruh negatif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Hal ini dikarenakan semakin tingginya suku bunga riil maka akan semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan. 5. Pembangunan jalan di Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai total

realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Semakin tingginya pembangunan jalan yang dapat dilihat dari semakin tingginya total jalan yang diaspal di Indonesia akan memperlancar mobilitas distribusi produk sehingga menurunkan biaya distribusi dan biaya produksi secara keseluruhan. Hal ini akan menstimulus terciptanya iklim investasi yang kondusif sehingga dapat meningkatkan nilai total realisasi investasi nasional per sektor.

6. Jumlah penduduk Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk di suatu negara mengindikasikan terjadinya peningkatan pangsa pasar di negara tersebut sehingga akan mendorong terjadinya peningkatan investasi yang terealisasikan.

(45)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian mengenai analisis perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder, dan tersier memerlukan data sekunder sebagai informasi dalam menganalisis permasalahan. Data time series (kuartalan) periode 1993 sampai dengan 2008 berisi data nilai total realisasi investasi nasional (sektor primer, sekunder dan tersier), suku bunga riil, inflasi, pendapatan riil (sektor primer, sekunder dan tersier), total jalan yang diaspal di Indonesia, jumlah penduduk Indonesia, serta jumlah tenaga kerja (sektor primer, sekunder dan tersier) yang diperoleh dari publikasi instansi-instansi terkait di DKI Jakarta, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat dan Bank Indonesia (BI). Selain itu, referensi dalam penelitian ini mengenai investasi maupun tentang faktor-faktor yang akan diteliti juga diperoleh dari beberapa literatur yang diambil dari perpustakaan IPB, perpustakaan BPS, perpustakaan BI, perpustakaan BKPM, jurnal-jurnal, media massa, serta internet.

3.2. Metode Analisis

3.2.1. Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini, dilakukan analisis untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Regresi Linear Berganda (Ordinary Least Square) dan Regresi Komponen

(46)

Utama (Principal Component Analysis) dengan menggunakan software Microsoft Excel 2003 pada saat proses pemasukan data, sedangkan pada saat pengolahan data menggunakan Minitab 15.

Salah satu regresi dalam OLS adalah regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda menunjukkan hubungan sebab akibat antara variabel X (variabel bebas) yang merupakan penyebab dan variabel Y (variabel tak bebas) yang merupakan akibat. Analisis linier berganda merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguraikan pengaruh variabel bebas yang mempengaruhi variabel tak bebasnya. Regresi linier berganda tidak hanya melihat keterkaitan antar variabel namun juga mengukur besaran hubungan kausalitasnya.

Model regresi linier berganda menurut Walpole (1995) adalah sebagai berikut :

Y = b0 + b1x1 + b2x2 + brxr (3.1) dimana :

r = 1, 2, 3, ...., N b0 = Intersep

b1 - br = Koefisien kemiringan parsial

3.2.2. Model Analisis

Model persamaan yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier telah melewati beberapa respesifikasi model, sehingga diperoleh model terbaik sebagai berikut:

(47)

INVPt = α0 + α1 PDBPt - 1 + α2 TKPt + α3 INFt + α4 Jmlh. Pnddkt - 1 + α5 Jaspal + α6 rt + εt (3.4) INVSt = α0 + α1 PDBSt - 1 + α2 TKSt + α3 INFt + α4 Jmlh. Pnddkt - 1 + α5 Jaspal +

α6 rt + εt (3.5) INVTt = α0 + α1 PDBTt - 1 + α2 TKTt + α3 INFt + α4 Jmlh. Pnddkt - 1 + α5 Jaspal +

α6 rt + εt (3.6) dimana:

INVPt = Investasi nasional di sektor primer pada periode t (miliar rupiah) INVSt = Investasi nasional di sektor sekunder pada periode t (miliar

rupiah)

INVTt = Investasi nasional di sektor tersier pada periode t (miliar rupiah) rt = Suku bunga riil Indonesia pada periode t (persen)

INFt = Laju inflasi di Indonesia (persen)

Jmlh. Pnddk = Jumlah Penduduk Indonesia (ribu orang)

TKPt = Jumlah tenaga kerja di sektor primer pada periode t (orang) TKSt = Jumlah tenaga kerja di sektor sekunder pada periode t (orang) TKTt = Jumlah tenaga kerja di sektor tersier pada periode t (orang) Jaspal = Total Jalan yang diaspal di Indonesia (persen)

PDBPt – 1 = Pendapatan riil sektor primer pada periode sebelumnya (miliar rupiah)

PDBSt – 1 = Pendapatan riil sektor sekunder pada periode sebelumnya (miliar rupiah)

(48)

PDBTt – 1 = Pendapatan riil sektor Tersier pada periode sebelumnya (miliar rupiah)

εt = error term

Langkah selanjutnya adalah data yang didapat dijadikan dalam bentuk logaritma karena untuk mempermudah dalam melihat respon dari setiap variabel bebas yang digunakan terhadap variabel tak bebasnya. Selain itu, agar dapat dibandingkan dan konsisten sepanjang waktu. Setelah dilakukan beberapa uji model untuk memperoleh hasil estimasi terbaik, maka model persamaan yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier adalah sebagai berikut :

L_INVPt = α0 + α1 L_PDBPt - 1 + α2 L_TKPt + α3 INFt + α4 L_Jmlh. Pnddkt - 1 + α5 Jaspal + α6 rt + εt (3.6) L_INVSt = α0 + α1 L_PDBSt - 1 + α2 L_TKSt + α3 INFt + α4 L_Jmlh. Pnddkt - 1 + α5 Jaspal + α6 rt + εt (3.6) L_INVTt = α0 + α1 L_PDBTt - 1 + α2 L_TKTt + α3 INFt + α4 L_Jmlh. Pnddkt - 1 + α5 Jaspal + α6 rt + εt (3.9) dimana :

L_INVPt = Logaritma investasi nasional di sektor primer periode t (persen) L_INVSt = Logaritma investasi nasional di sektor sekunder periode t (persen)

L_INVTt = Logaritma investasi nasional di sektor tersier periode t (persen) SBt = Suku bunga riil pada periode t (persen)

(49)

L_Jmlh. Pnddk = Jumlah Penduduk Indonesia (persen)

L_ TKPt = Jumlah tenaga kerja di sektor primer pada periode t (persen) L_ TKSt = Jumlah tenaga kerja di sektor sekunder pada periode t (persen) L_ TKTt = Jumlah tenaga kerja di sektor tersier pada periode t (persen) L_PDBPt – 1 = Pendapatan riil sektor primer pada periode sebelumnya (persen)

L_PDBSt – 1 = Pendapatan riil sektor sekunder pada periode sebelumnya (persen)

L_PDBTt - 1 = Pendapatan riil sektor tersier pada periode sebelumnya (persen) Jaspal = Total Jalan yang diaspal di Indonesia (persen)

εt = error term

Setelah itu, model tersebut dianalisis menggunakan kriteria-kriteria uji agar model tersebut memenuhi persyaratan metode analisis OLS, seperti terbebas dari masalah-masalah autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinieritas.

3.3. Metode Estimasi

Setelah koefisien masing-masing variabel eksogen dihasilkan, maka akan dilakukan uji kriteria statistik dan uji kriteria ekonometrika. Pengujian kriteria statistik yaitu pengujian tingkat signifikansi model. Sedangkan pengujian berdasarkan kriteria ekonometrika adalah pengujian masalah-masalah dalam ekonometrika seperti aotukorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinieritas.

(50)

3.3.1. Uji Kriteria Statistik

Pengujian kriteria statistik diperlukan untuk melihat korelasi antar variabel persamaan, yaitu dengan menggunakan uji t, F, dan R2.

1. Uji t

Uji t dilakukan pada masing-masing parameter untuk melihat tingkat signifikansi variabel bebas, artinya apakah variabel bebas (eksogen) berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tak bebas (endogen). Perbandingan anatara nilai t-statistik dengan nilai t-tabel dapat menunjukan daerah atau wilayah penolakan. Selain itu, uji ini digunakan untuk melihat keabsahan dari hipotesis dan membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara statistik signifikan atau tidak.

Hipotesis :

H0 : βi = 0 ,i = 1, 2, 3, ...., n H1 : βi ≠ 0

Statistik uji yang dilakukan dalam uji-t adalah sebagai berikut : b – B

Sb

Dengan hasil t-hitung dibandingkan dengan t-tabel (t-tabel = tα/2(n – k)) dimana :

b = Koefisien regresi parsial sampel B = Koefisien regresi parsial populasi Sb = Simpangan baku koefisien dugaan

Gambar

Gambar  1.  menunjukkan  ketimpangan  dalam  pembangunan  yang  terjadi  selama 1994-2008 yang dapat dilihat dari terjadinya gap dalam pertumbuhan antar  sektor  perekonomian
Tabel 1.1. Nilai Total Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan                   Tersier, 1993-2008 (dalam persen)
Tabel 1.2. Ruang Lingkup Sektor Primer, Sekunder dan Tersier  Sektor Perekonomian
Gambar 2.1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terbatasnya somber dana pemerintah untuk pembiayaan pembangunan di Indonesia mendorong pemerintah untuk menarik modal baik itu dari dalam negeri maupun dari luar negeri,

Bank Indonesia sebagai Bank Central mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai yang diharapkan agar dengan gerakan tersebut masyarakat mau beralih untuk menggunakan instrument

1) Perlunya peran Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia mampu menjaga kestabilan jumlah uang beredar dan inflasi di masyarakat. Sehingga setiap

Salah satu tujuan utama dari desentralisasi fiskal adalah terciptanya kemandirian daerah. Pemerintah pusat mengharapkan pemerintah daerah mampu menggali sumber-sumber keuangan

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing maupun milik pemerintah asing. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar

Pendapatan nasional memiliki pengaruh positip yang bermakna terhadap penghirnpunan deposito be{angka pada pada bank umum pemerintah dan bank umum. swasta

Khusus mengenai yang disebut terakhir tadi, kebijakan moneter yang ketat tersebut kiranya dapat dilihat sebagai upaya pemerintah dan Bank Indonesia untuk meyakinkan

Bank Indonesia sebagai Bank Central mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai yang diharapkan agar dengan gerakan tersebut masyarakat mau beralih untuk menggunakan instrument