• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah"

Copied!
250
0
0

Teks penuh

(1)

P

P

R

R

O

O

F

F

I

I

L

L

K

K

E

E

S

S

E

E

H

H

A

A

T

T

A

A

N

N

K

K

A

A

B

B

U

U

P

P

A

A

T

T

E

E

N

N

M

M

U

U

A

A

R

R

O

O

J

J

A

A

M

M

B

B

I

I

2

2

0

0

1

1

4

4

D

D

I

I

N

N

A

A

S

S

K

K

E

E

S

S

E

E

H

H

A

A

T

T

A

A

N

N

K

K

A

A

B

B

U

U

P

P

A

A

T

T

E

E

N

N

M

M

U

U

A

A

R

R

O

O

J

J

A

A

M

M

B

B

I

I

(2)

T

T

I

I

M

M

P

P

E

E

N

N

Y

Y

U

U

S

S

U

U

N

N

P

P

R

R

O

O

F

F

I

I

L

L

K

K

E

E

S

S

E

E

H

H

A

A

T

T

A

A

N

N

P PEENNAANNGGGGUUNGNGJJAAWWAABB K KeeppaallaaDDiinnaassKKeesseehhaattaannKKaabbuuppaatteennMMuuaarrooJJaammbbii M M..SSYYAAFFEE’’II,, S SKKMM,,MM..KKeess K KEETTUUAA K KeeppaallaaBBiiddaannggPPeellaayyaannaannKKeesseehhaattaann d drr..HH..IILLHHAAMM E EDDIITTOORR U UJJAANNGGKK..SSYYAAMMSSUU,,BBsscc D DJJUUNNAAIIDDIIAABBUUPPAADDHHIILL,,SS..KKoomm A ANNGGGGOOTTAA S SAABBAARRYYAANNII R ROOSSAANNTTIIKKAAMMEELLLLAA,,AAMM..KKeebb R ROONNKKAASSIIAATTII,,AAMMKK33 D DEEDDIISSEETTIIAAWWAANN,,SS..KKeepp K KOONNTTRRIIBBUUTTOORR S SeekkrreettaarriiaattDDiinnaassKKeesseehhaattaann B BiiddaannggPPeellaayyaannaannKKeesseehhaattaann B BiiddaannggPPrroommkkeessddaannKKeesslliinngg B BiiddaannggKKeesseehhaattaannKKeelluuaarrggaa B BiiddaannggPPeenncceeggaahhaannddaannPPeennaanngggguullaannggaannPPeennyyaakkiittMMeennuullaarr B BPPSSKKaabbuuppaatteennMMuuaarrooJJaammbbii R RSSUUDDAAhhmmaaddRRiippiinn R RSSSSuunnggaaiiBBaahhaarr R RSSSSuunnggaaiiGGeellaamm I InnssttaallaassiiGGuuddaannggFFaarrmmaassii I InnssttaallaassiiLLaabbkkeessddaa B Buukkuuiinniiddiitteerrbbiittkkaannoolleehh:: D DiinnaassKKeesseehhaattaannKKaabbuuppaatteennMMuuaarrooJJaammbbii J Jllnn..LLiinnttaassTTiimmuurr––SSeennggeettii T TeelleeppoonnNNoo::00774411--559900115500,,00774411--559900115511 e e--mmaaiill::ddiinnkkeess__mmuuaarroojjaammbbii@@yyaahhoooo..ccoo..iidd

D

D

I

I

N

N

A

A

S

S

K

K

E

E

S

S

E

E

H

H

A

A

T

T

A

A

N

N

K

K

A

A

B

B

U

U

P

P

A

A

T

T

E

E

N

N

M

M

U

U

A

A

R

R

O

O

J

J

A

A

M

M

B

B

I

I

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 dapat diselesaikan.

Buku Profil Kesehatan merupakan salah satu dokumen resmi pemerintah bidang urusan kesehatan, yang berisi data capaian program kesehatan dan selanjutnya sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan sumber daya kesehatan. Profil Kesehatan merupakan salah satu media publikasi data dan informasi terkait dengan situasi dan kondisi kesehatan yang relatif komprehensif.

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, Kabupaten Muaro Jambi sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Batanghari yang eksistensinya dalam wilayah Republik Indonesia baru memasuki tahun ke limabelas dalam upaya memacu perkembangan wilayah guna mensejajarkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia pada umumnya dan di Propinsi Jambi pada khususnya, maka eksistensi dan upaya percepatan pembangunan daerah termasuk pembangunan di bidang kesehatan adalah merupakan hal yang sangat penting dan menentukan bagi perkembangan Kabupaten Muaro Jambi ke depan. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan di Kabupaten Muaro Jambi tersebut tetap berpedoman pada Indikator Indonesia Sehat

(4)

dan Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian keberhasilan pembangunan kesehatan dan hasil kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di Kabupaten Muaro Jambi adalah Profil Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Profil Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi ini pada intinya berisi berbagai data dan informasi yang menggambarkan tingkat pencapaian Kabupaten Muaro Jambi Sehat Secara Mandiri dan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Dalam pembuatan Profil Kesehatan ini kami menyadari akan kekurangan, kelemahan dan keterbatasan-keterbatasan yang ada, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan sehingga rencana strategis yang akan dibuat nantinya akan lebih baik lagi. Atas kerjasama yang baik dari berbagai sektor dan program diucapkan terima kasih.

Sengeti, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUARO JAMBI

M. SYAFE’I, SKM, M.Kes

(5)

DAFTAR ISI

COVER PROFIL TENAGA KESEHATAN KAB. MUARO JAMBI TAHUN 2014

TIM PENYUSUN PROFIL KESEHATAN iii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Tujuan 3 C. Ruang Lingkup 4 D. Sistematika Penulisan 5

BAB II : GAMBARAN UMUM DAN PRILAKU PENDUDUK

A. Geografi 8

B. Topografi 12

C. Hidrologi 12

D. Iklim dan Cuaca 13

E. Kependudukan F. Pendidikan G. Sosial ekonomi H. Kesehatan Lingkungan I. Perilaku Masyarakat 13 20 21 26 36

BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. Mortalitas (Angka Kematian)

1. Angka Kematian Neonatal (AKN)

2. Angka Kematian Bayi (AKB)

3. Angka Kematian Balita (AKABA)

4. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

42 42 43 45 48 B. Indeks Pembangunan Manusia

1. Angka Kelahiran Kasar (AKK)

2. Angka Harapan Hidup C. Morbiditas (Angka Kesakitan)

1. 10 (sepuluh) Penyakit Terbesar

2. Angka AFP (Acute Flaccid Paralysis) pada Anak Usia <15 tahun

3. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+

4. Persentase Balita dengan Pneumonia yang Ditangani

5. Persentase Penderita HIV/AIDS Ditangani

6. Persentase Infeksi Menular Seksual Diobati

7. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue

8. Persentase Demam Berdarah Dengue (DBD) Ditangani

9. Persentase Diare Ditangani

10.Angka Kesakita Malaria

11.Persentase Penderita Kusta

12.Kasus Penyakit Filaria

13.Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

50 51 51 52 52 54 54 57 58 58 59 60 61 62 63 64 65

(6)

D. Status Gizi

1. Persentase Kunjungan Neonatus dan Bayi

2. Persentase BBLR ditangani

3. Status Gizi Balita

4. Status Gizi Penduduk Dewasa

5. Kecamatan Dengan Bebas Rawan Gizi

66 66 68 69 70 71

BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. Pelayanan Kesehatan Dasar

1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (Antenatal K1 dan K4) 2. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani

3. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Dengan Kompetensi Kebidanan

4. Cakupan Pelayanan Nifas

5. Cakupan Neonatus Dengan Komplikasi Yang Ditangani 6. Cakupan Kunjungan Bayi

7. Cakupan Desa/Kelurahan UCI 8. Cakupan Pelayanan Anak Balita

9. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin

10. Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan 11. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 12. Cakupan Peserta KB Aktif

13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit 14. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat

Miskin 72 73 77 78 81 83 85 86 91 96 97 99 100 104 109 B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang

1. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Masyarakat Miskin

2. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 Yang Harus Diberikan Sarana Kesehatan

C. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

1. Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB Yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam

D. Perilaku Hidup Masyarakat 1. Cakupan Desa Siaga Aktif

113 113 114 115 115 117 BAB V BAB VI : :

SUMBER DAYA KESEHATAN

A. Sarana Kesehatan

1. Data Dasar Puskesmas

2. Indikator Pelayanan Rumah Sakit

3. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan

4. Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta B. Tenaga Kesehatan

1. Jumlah Tenaga Kesehatan 2. Persebaran Tenaga Kesehatan

PENUTUP 123 123 123 127 129 130 130 130 132 134 LAMPIRAN

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan pembangunan yang bertujuan untuk pemenuhan hak dasar manusia, dimana hak dasar tersebut adalah hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai dalam amanat Undang – Undang Dasar 1945 pasal 28 ayat 1 dan Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Pembangunan yang berkelanjutan di bidang kesehatan direncanakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2011–2016 tentang kesehatan serta merupakan pembangunan kesehatan yang berbasis pada pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang bertujuan untuk peningkatan pengetahuan petugas kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat agar pelayanan masyarakat lebih terjamin dan profesional. Adapun sasaran yang akan dicapai oleh pembangunan kesehatan ini adalah meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun, menurunnya angka kematian bayi dari 45 menjadi 36 per 1.000 kelahiran hidup, menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 12 menjadi 4 per 100.000 kelahiran hidup dan menurunnya prevalensi gizi kurang anak balita dari 25,8 % menjadi di bawah 10 %.

Melihat dari hal tersebut di atas perlu kiranya suatu upaya terobosan yang benar-benar memiliki daya dorong untuk peningkatan derajat kesehatan bagi seluruh masyarakat di Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Muaro Jambi pada khususnya. Berkaitan dengan hal ini, salah satu sasaran terpenting dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah dengan tekad Menuju Indonesia Sehat dan untuk Kabupaten

(8)

ditekadkan dengan menjadikan institusi terdepan dalam mewujudkan ‘GEMAR HUSADA’ (Gerakan Masyarakat Muaro Jambi Hidup Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan) melalui pelayanan kesehatan yang holistik dengan di dukung SDM kesehatan yang profesional.

Peraturan perundangan yang mengatur tentang sasaran tersebut adalah Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 574/ Menkes/ SK/ IV/ 2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 dan ditambah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1202/ Menkes/ SK/ VII/ 2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten Sehat yang dilanjutkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1457/ Menkes/ SK/ X/ 2003 yang diperbaharui dengan Surat Keputusan Menkes Nomor : 828/ Menkes/ SK/ IX/ 2008 tentang Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota.

Indikator Indonesia Sehat dan Indikator Kinerja adalah indikator yang yang terdapat dalam Standart Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang dipergunakan untuk mengukur tentang keberhasilan pembangunan kesehatan, adapun indikator tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut : (1) Indikator Derajat Kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator - indikator untuk mortalitas, morbiditas dan status gizi; (2) Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indikator - indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku sehat, akses dan mutu pelayanan kesehatan; serta (3) Indikator Proses dan Masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajenem kesehatan dan konstribusi sektor terkait. Sedangkan Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten/ kota terdiri atas 18 indikator kinerja dari 4 jenis pelayanan bidang

(9)

kesehatan yang diselenggarakan oleh kabupaten/ kota, serta indikator kinerja lainnya yang pelayanannya ada pada pada kabupaten/ kota tertentu.

Dalam perjalanannya yang kesebelas tahun ini sebagai kabupaten pemekaran, Kabupaten Muaro Jambi sudah dapat dikatakan sebagai kabupaten yang berkembang cepat dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Keberhasilan Kabupaten Muaro Jambi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ini tidak terlepas dari kerjasama dari berbagai lintas sektor dan program dan peran serta masyarakat dalam melaksanakan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1202/ Menkes/ SK/ VIII/ 2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/ Kota Sehat.

Sebagai penjabaran dari indikator dan standar pelayanan minimal bidang kesehatan dalam mencapai Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Prima Menuju Masyarakat Muaro Jambi Sehat Secara Mandiri dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi menetapkan penuangan hasil penyelenggaraanya di buku profil kesehatan yang mengacu kepada standar pelayanan minimal. Dimana Profil Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi ini pada intinya adalah memberikan gambaran tentang pembangunan kesehatan di Kabupaten Muaro Jambi.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan Profil Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi ini adalah : 1. Memberikan gambaran secara menyeluruh baik khusus maupun umum tentang

(10)

Minimal yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi melalui masing - masing program.

2. Sebagai bahan untuk mengevaluasi pencapaian program yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi melalui kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan guna mencapai indikator yang telah ditetapkan.

3. Memberikan gambaran tentang kendala atau hambatan-hambatan yang dialami Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi dalam melaksanakan program kegiatan guna peningkatan pencapaian indikator yang telah ditetapkan.

4. Sebagai bahan membuat perencanaan untuk tahun berikutnya.

C. Ruang Lingkup

1. Jenis Data/Informasi

Data yang digunakan untuk penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 meliputi :

a. Data umum yang meliputi data geografi, topografi, hidrologi, iklim dan cuaca, kependudukan dan sosial ekonomi.

b. Data derajat kesehatan yang meliputi data mortalitas (angka kematian), data morbiditas (angka kesakitan) dan data status gizi.

c. Data status upaya kesehatan yang meliputi data pelayanan kesehatan dasar, data pelayanan kesehatan rujukan, data penyelidikan epidemiologi & penanggulangan KLB serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

(11)

d. Data sumber daya kesehatan yang meliputi data puskesmas, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan, manajemen kesehatan, indikator pelayanan rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan swasta.

2. Sumber Data

Data yang digunakan untuk penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2014 ini bersumber dari :

a. Laporan puskesmas dan gudang farmasi yang meliputi kegiatan dalam gedung maupun di luar gedung.

b. Laporan kegiatan yang dilaksanakan di rumah sakit dalam wilayah Kabupaten Muaro Jambi.

c. Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi berupa rekapan laporan dari sekretariat dan masing - masing bidang yang melaksanakan program. d. Badan Pusat Statistik, BKKBN, Bapelitbangda, Dinas Pendidikan dan

Instansi terkait lainnya dalam Kabupaten Muaro Jambi.

D. Sistematika Penulisan

Penyusunan Buku Profil Kesehatan terdiri dari 2 (dua ) bagian inti yaitu bagian pertama berupa data narasi dan bagian kedua berupa data lampiran-lampiran tabel. Bagian Narasi berisikan data capaian program baik data tahun 2014 maupun data pembanding tahun sebelumnya yang disusun terdiri dari kata-kata/ kalimat, angka, tabel dan gambar/grafik sedangkan lampiran-lampiran tabel profil adalah bagian data angka-angka capaian data program saja. Dalam penulisan Profil Kesehatan mengacu pada kerangka Penulisan Profil Kesehatan yaitu Juknis Profil Kesehatan yang diterbitkan

(12)

Kementerian Kesehatan RI. Adapun Sistematika penulisan Profil Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 terdiri dari :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 dan sistematika penulisannya.

BAB II : Gambaran Umum

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Muaro Jambi

yang meliputi geografi, topografi, hidrologi, iklim, cuaca, kependudukan dan sosial ekonomi dalam kaitannya dengan pembangunan kesehatan.

BAB III : Status Derajat Kesehatan

Bab ini berisikan tentang indikator mengenai angka kematian, angka

kesakitan dan angka status gizi masyarakat.

BAB IV : Status Upaya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang 18 indikator dan 4 jenis pelayanan yang

meliputi palayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang termaktub pada SK Menkes RI Nomor : 828/ Menkes/ SK/ IX/ 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Muaro Jambi pada umumnya dan Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi khususnya.

(13)

BAB V : Sumber Daya Kesehatan

Bab ini berisikan sarana dan prasarana yang ada dalam wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi yang meliputi jumlah puskesmas, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan, manajemen kesehatan, indikator pelayanan rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan swasta.

BAB VI : Penutup

Bab ini berisi tentang hal–hal penting yang perlu dikaji, ditelaah dan

dievaluasi lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014, baik itu keberhasilan–keberhasilan yang telah dicapai maupun masalah dan kendala yang dihadapi di dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

LAMP. : Pada lampiran ini berisi 82 tabel data yang merupakan gabungan tabel

Indikator Kabupaten Sehat dan Indikator Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

(14)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN PRILAKU PENDUDUK

A. Geografi

Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu kabupaten pemekaran yang ada dalam wilayah Propinsi Jambi, dimana secara geografis Kabupaten Muaro Jambi mengelilingi sebagian besar Kotamadya Jambi. Kabupaten Muaro Jambi memiliki luas wilayah 5.264,00 km2 atau berada pada 10 511 - 20 011 Lintang Selatan dan diantara 1030 151 - 1040 301 Bujur Timur.

Batas Kabupaten Muaro Jambi dengan kabupaten, kota dan provinsi tetangga dapat dilihat pada gambar peta 2.1 di bawah ini :

Gambar 2.1

(15)

Dari gambar peta di atas dapat dijelaskan bahwa batas Kabupaten Muaro Jambi sebelah Utara, Timur, Selatan dan Barat dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batanghari/ Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Pada tahun 1999 s/d 2010 secara administratif Kabupaten Muaro Jambi memiliki 8 (delapan) Kecamatan dan sebanyak 151 Desa/Kelurahan. Pada tahun 2011 terjadi pemekaran wilayah Kecamatan menjadi 11 (sebelas) Kecamatan dan sebanyak 155 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah sebesar ± 5.264,00 km2. Sedangkan pada tahun 2014 belum ada wilayah Kecamatan Pemekaran. Adapun rincian luas wilayah perkecamatan dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini :

Tabel 2.1

Luas Wilayah Administratif Menurut Kecamatan Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

No Kecamatan Ibukota Luas Wilayah Jumlah Desa/ Kelurahan

1 2 3 4 5

1 Sekernan Sengeti 671,60 Km2 16 Desa/ Kelurahan 2 Jambi Luar Kota Pijoan 280,12 Km2 20 Desa/ Kelurahan 3 Maro Sebo Jambi Kecil 261,47 Km2 12 Desa/ Kelurahan

4 Mestong Sebapo 474,70 Km2 15 Desa/ Kelurahan

5 Kumpeh Ulu Pudak 386,65 Km2 18 Desa/ Kelurahan 6 Kumpeh Tanjung 1.658,93 Km2 17 Desa/ Kelurahan 7 Sungai Bahar Marga 160,50 Km2 11 Desa/ Kelurahan 8 Sungai Gelam Sungai Gelam 654,41 Km2 15 Desa/ Kelurahan 9 Taman Rajo Kemingking Dalam 352,67 Km2 10 Desa/ Kelurahan 10 Bahar Utara Talang Bukit 167,26 Km2 11 Desa/ Kelurahan 11 Bahar Selatan Tanjung Mulya 195,69 Km2 10 Desa/ Kelurahan JUMLAH 5.264,00 Km2 155 Desa/ Kelurahan

(16)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa luas wilayah administratif Kabupaten Muaro Jambi adalah 5.264,00 Km2. Adapun kecamatan yang memiliki luas wilayah paling besar adalah Kecamatan Kumpeh (1.658,93 Km2) atau 31,51 % dari luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi dan kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Bahar Utara (167,26 Km2) atau 3,18 % dari luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi. Sedangkan jumlah Desa/Kelurahan dalam wilayah Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 155 Desa/Kelurahan yang tersebar di 11 (sebelas) Kecamatan dengan Desa/ Kelurahan terbanyak terdapat pada Kecamatan Kumpeh (18 Desa/Kelurahan) dan Kecamatan yang memiliki Desa/Kelurahan terkecil terdapat pada Kecamatan Taman Rajo dan Bahar Selatan yang merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan Maro Sebo dan Sungai Bahar (10 Desa/Kelurahan).

Adapun proporsi atau pembagian luas wilayah dalam Kabupaten Muaro Jambi perkecamatan dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini :

Gambar 2.2

Proporsi Luas Wilayah Administrasi Menurut Kecamatan Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

(17)

Ibukota Kabupaten Muaro Jambi dengan ibukota kecamatan mempunyai jarak tempuh yang berbeda antara satu kecamatan dengan kecamatan lain, hal ini dapat dilihat sebagai berikut :

¾ Sengeti – Pijoan = 50 Km ¾ Sengeti – Sebapo = 65 Km ¾ Sengeti – Jambi Kecil = 14 Km ¾ Sengeti – Tanjung = 100 Km ¾ Sengeti – Pudak = 48 Km ¾ Sengeti – Marga = 185 Km ¾ Sengeti – Sungai Gelam = 80 Km ¾ Sengeti – Kemingking Dalam = 43 Km ¾ Sengeti – Talang Bukit = 120 Km ¾ Sengeti – Tanjung Mulya = 150 Km

Sedangkan untuk jarak tempuh antara Ibukota Kabupaten Muaro Jambi dengan ibukota kabupaten/ kota lainnya dalam Provinsi jambi mempunyai jarak tempuh sebagai berikut :

¾ Sengeti – Kota Jambi = 38 km ¾ Sengeti – Muara Bulian = 75 km ¾ Sengeti – Kuala Tungkal = 120 km ¾ Sengeti – Muara Bungo = 250 km ¾ Sengeti – Bangko = 280 km ¾ Sengeti – Sungai Penuh = 500 km ¾ Sengeti – Sarolangun = 190 km ¾ Sengeti – Tebo = 180 km ¾ Sengeti – Muara Sabak = 120 km

(18)

B. Topografi

Hampir seluruh wilayah Kabupaten Muaro Jambi merupakan daerah dataran rendah, dimana Kabupaten Muaro Jambi terletak pada ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut dengan dataran antara 0 – 10 m dari permukaan laut sebesar 11,80 %, dataran yang terdapat antara 11 - 100 m dari permukaan laut sebesar 83,70 % dan dataran dengan ketinggian 101 - 500 m dari permukaan laut sebesar 4,50 %. Bentuk permukaan dataran di Kabupaten Muaro Jambi sangat beragam ada yang datar, bergelombang, landai maupun daerah yang berawa. Sebagian besar wilayah Kabupaten Muaro Jambi rata - rata merupakan daerah dengan dataran sampai dengan landai, yang mana sebagian besar terletak pada Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu, Mara Sebo, Jambi Luar Kota dan Taman Rajo.

C. Hidrologi

Wilayah Kabupaten Muaro Jambi sebagian besar berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari. Air permukaan Sungai Batanghari memiliki fluktuasi cukup tinggi mencapai 7 (tujuh) meter yang sangat dipengaruhi oleh keadaan musim hujan dan kemarau. Air permukaan di bagian timurnya lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian barat. Hal ini terjadi karena permukaan tanah bagian timur merupakan daerah cekungan dan rawa sehingga air tidak cepat menembus tanah atau mengalir sebagai “run off”. Daerah yang berada pada daerah cekungan dan rawa berada pada Kecamatan Kumpeh, Kecamatan Kumpeh Ulu, sebagian Kecamatan Maro Sebo dan Kecamatan Taman Rajo serta Kecamatan Sekernan. Sebagai daerah yang berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari dan bentuk daratannya cekung dan rawa

(19)

menyebabkan daerah ini hampir setiap tahun menimbulkan permasalahan naiknya air permukaan yang menggenangi lahan pertanian serta pemukiman penduduk.

D. Iklim dan Cuaca

Wilayah Kabupaten Muaro Jambi adalah wilayah yang beriklim tropis sama halnya dengan Kabupaten lainnya yang berada di Provinsi Jambi, curah hujan pada tahun 2013 di Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan sumber data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jambi rata-rata 216,6 mm/ tahun dengan hari hujan terbanyak adalah 24 hari pada bulan Mei 2013 dan bulan Desember 2013. Sedangkan suhu udara rata-rata 26,8 0C dan suhu tertinggi terjadi pada bulan Juni 2013 yaitu 33,30C dengan kelembaban rata-rata 85,8 %.

E. Kependudukan

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Perkembangan penduduk Kabupaten Muaro Jambi menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2002 – 2014 yakni meningkat dari 246.515 jiwa menjadi 378.117 jiwa. Pertambahan penduduk tersebut dapat tergambar dalam tabel 2.2 berikut ini :

(20)

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2002 – 2014

TAHUN PENDUDUK JUMLAH JIWA KK

2002 246.515 52.462 2003 271.129 59.745 2004 275.909 65.648 2005 281.417 67.870 2006 295.271 74.429 2007 306.754 74.429 2008 310.676 80.101 2009 314.598 87.039 2010 341.888 88.605 2011 350.605 90.171 2012 359.547 92.577 2013 368.715 109.882 2014 378.117 109.882

(21)

Dari tabel diatas dapat diterangkan bahwa jumlah penduduk dari tahun ke tahun semakin bertambah, rata-rata pertambahan penduduk setiap tahunnya mulai dari 2002-2014 sebesar 10.967 jiwa, pertambahan penduduk tahun dari tahun 2012 – 2013 sebesar 9.168 jiwa sedangkan pertambahan penduduk dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebesar 9.402 jiwa berdasarkan hasil estimasi penduduk tahun 2014.

Untuk melihat jumlah penduduk per kecamatan dalam wilayah Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada gambar grafik 2.3 di bawah ini :

Gambar 2.3

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

Sumber : Estimasi Dinkes Kab. Muaro Jambi Tahun 2014

Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2014 berjumlah 378.117 Jiwa dengan jumlah penduduk terbesar terdapat pada Kecamatan Jambi Luar Kota (64.469 jiwa) atau sebesar 17,05 % dari jumlah keseluruhan penduduk dalam Kabupaten Muaro Jambi. Sedangkan Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Taman Rajo dengan jumlah penduduk sebesar 12.670 jiwa dengan persentase dari jumlah penduduk keseluruhan Kabupaten Muaro Jambi sebesar 3.35 %.

(22)

Adapun kepadatan penduduk Kabupaten Muaro Jambi pada Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini :

Tabel 2.3

Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2002 – 2014

No Kecamatan Luas Wilayah Penduduk Jumlah Kepadatan Penduduk/ Km2 Rata – Rata Jiwa / KK Jumlah Rumah Tangga (KK) 1 2 3 4 5 6 7

1 Sekernan 671,60 Km2 43.898 Jiwa 65 Jiwa/Km2 3 Jiwa 13.176 KK

2 Jaluko 280,12 Km2 64.469 Jiwa 230 Jiwa/Km2 4 Jiwa 17.669 KK

3 Maro Sebo 261,47 Km2 20.277 Jiwa 78 Jiwa/Km2 4 Jiwa 5.593 KK

4 Mestong 474,70 Km2 41.302 Jiwa 87 Jiwa/Km2 4 Jiwa 11.697 KK

5 Kumpeh 1.658,93 Km2 25.156 Jiwa 15 Jiwa/Km2 4 Jiwa 6.164 KK

6 Kumpeh Ulu 386,65 Km2 50.680 Jiwa 131 Jiwa/Km2 3 Jiwa 15.392 KK

7 Sungai Bahar 160,50 Km2 26.399 Jiwa 164 Jiwa/Km2 3 Jiwa 7.845 KK

8 Sungai Gelam 654,41 Km2 63.279 Jiwa 97 Jiwa/Km2 3 Jiwa 21.220 KK

9 Taman Rajo 352,67 Km2 12.670 Jiwa 36 Jiwa/Km2 4 Jiwa 3.350 KK

10 Bahar Utara 167,26 Km2 14.764 Jiwa 88 Jiwa/Km2 4 Jiwa 3.511 KK

11 Bahar Selatan 195,69 Km2 15.223 Jiwa 78 Jiwa/Km2 4 Jiwa 4.265 KK

Tahun 2014 5.264,00 Km2 378.117 72 Jiwa/Km2 3 Jiwa 109.882 KK

Tahun 2013 5.264,00 Km2 368.715 70 Jiwa/Km2 3 Jiwa 109.882 KK

Tahun 2012 5.264,00 Km2 359.547 68 Jiwa/Km2 4 Jiwa 92.577 KK

Tahun 2011 350.605 67 Jiwa/Km2 4 Jiwa 84.722 KK

Tahun 2010 341.888 65 Jiwa/Km2 4 Jiwa 85.278 KK

Tahun 2009 314.598 60 Jiwa/Km2 4 Jiwa 82.039 KK

Tahun 2008 310.676 59 Jiwa/Km2 4 Jiwa 80.101 KK

Tahun 2007 306.754 57 Jiwa/Km2 4 Jiwa 74.429 KK

Tahun 2006 295.271 54 Jiwa/Km2 Tahun 2005 281.417 54 Jiwa/Km2 Tahun 2004 275.909 53 Jiwa/Km2 Tahun 2003 271.129 52 Jiwa/Km2 Tahun 2002 5.263,42 Km2 246.515 50 Jiwa/Km2

(23)

Gambaran tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Muaro Jambi dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan 2 jiwa/ km2 dan dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk di atas 100 jiwa/Km2 adalah Kecamatan Jambi Luar Kota (230 jiwa/ km2), Kecamatan Sungai Bahar (164 jiwa/Km2) dan Kecamatan Kumpeh Ulu (131 jiwa/Km2) sedangkan 8 (delapan) Kecamatan lainnya tingkat kepadatan penduduk dibawah 100 jiwa/ km2 meliputi Kecamatan Sungai Gelam (97 jiwa/Km2), Kecamatan Bahar Utara (88 jiwa/Km2), Mestong (87 jiwa/Km2), Kecamatan Maro Sebo (78 jiwa/Km2), Kecamatan Bahar Selatan (78 jiwa/Km2), Kecamatan Sekernan (65 jiwa/Km2), Kecamatan Taman Rajo (36 jiwa/Km2) dan Kecamatan Kumpeh (15 jiwa/Km2). Dari kepadatan penduduk ini dapat dianalisa bahwa kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk di atas 100 jiwa/ km2 dalam wilayah Kabupaten Muaro Jambi tersebut dikarenakan berdekatan atau berbatasan dengan Kota Jambi yang mengalami peningkatan penduduk yang cukup signifikan.

Adapun tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Muaro Jambi per kecamatan tersebut di atas dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini :

Gambar 2.4

Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

(24)

2. Sex Ratio

Jika dilihat dari komposisi jumlah penduduk tahun 2014 yang dikategorikan berdasarkan jenis kelamin, maka jumlah penduduk berjenis kelamin laki – laki lebih banyak berjumlah 195.877 jiwa daripada jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan yang hanya berjumlah 182.240 jiwa. Untuk melihat jumlah penduduk menurut jenis kelamin dari tahun 2002 – 2014 tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini :

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2002 – 2014

No Tahun Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan

1 2014 378.117 195.877 182.240 2 2013 368.715 191.006 177.709 3 2012 359.547 186.257 173.290 4 2011 350.605 181.703 168.903 5 2010 341.888 177.185 164.703 6 2009 314.598 160.406 154.192 7 2008 310.676 158.406 152.270 8 2007 306.754 157.768 148.989 9 2006 295.271 159.405 135.866 10 2005 281.417 145.484 135.933 11 2004 275.909 142.637 133.272 12 2003 246.515 127.385 119.130 13 2002 240.960 124.514 116.446

Sumber : Estimasi Dinkes Kab. Muaro Jambi Tahun 2014

Adapun sex ratio menurut jenis kelamin dalam Kabupaten Muaro Jambi tahun 2014 dapat dilihat pada gambar 2.5 diagram di bawah ini :

Gambar 2.5

Perbandingan Jenis Kelamin (Sex Ratio) Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

(25)

Sumber : Estimasi Dinkes Kab. Muaro Jambi Tahun 2014

3. Kelompok Umur

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut ini :

Gambar 2.6

Perbandingan Kelompok Umur Per Jenis Kelamin Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

(26)

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang berusia produktif (15 – 64 tahun) berjumlah 255.702 jiwa atau 67,63 % dari jumlah penduduk, sedangkan usia tidak produktif (> 65 tahun) hanya berjumlah 13.533 jiwa atau hanya 3,58 % dari jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi tahun 2014 dan sisanya 108.883 jiwa (28,80 %) merupakan usia balita dan anak wajib belajar.

F. Tingkat Pendidikan

Persentase penduduk yang berusia 10 tahun keatas yang menamatkan sekolah berdasarkan tingkat pendidikannya pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini :

Tabel 2.5

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

(27)

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa persentase yang paling tinggi penduduk berumur 10 tahun keatas menurut ijazah tertinggi yang dimiliki adalah penduduk yang menamatkan sekolah dasar/ madrasah ibtidayah yaitu sebesar 39,15 % diikuti oleh tamat SMP/MTS (21,33 %), tidak tamat/ tidak memiliki ijazah (21,30 %), kemudian tamat SMA/MA (19,53%), selanjutnya secara berurutan adalah tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (3,51%), Universitas/D-IV (2,75 %), tamatan diploma I/ D-II (0,59%), tamatan Akademi/ D-III (0,49%), dan S2/S3 (master/doktor ) sebesar 0,13%.

1. Penduduk Melek Huruf

Jumlah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas dalam Kabupaten Muaro Jambi menurut sumber BPS Kab. Muaro Jambi berjumlah 278.498 jiwa, komposisi untuk laki-laki sebanyak 144.722 jiwa dan perempuan sebanyak 133.776 jiwa Penduduk yang berumur 10 tahun keatas yang melek huruf dapat dilihat pada tabel 2.6 di bawah ini :

Tabel 2.6

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Berdasarkan Jenis Kelamin Yang Melek Huruf Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

Jenis Kelamin Jumlah Persen

Laki – Laki 97.017 67,04

Perempuan 91.506 68,40

Jumlah 188.523 67,69

Sumber : Jumlah Melek Hurup BPS Kab. Muaro Jambi Tahun 2013

G. Sosial Ekonomi

(28)

Dependency Ratio atau angka beban tanggungan adalah hasil perbandingan dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur yang produktif dibandingkan dengan tidak produktif. Dari hasil perhitungan dari kedua perbandingan tersebut diketahui bahwa angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 sebesar 47,87 %. Perbandingan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin kelompok umur dan kelompok umur dapat dilihat pada gambar grafik di berikut ini :

Gambar 2.7

Perbandingan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Dalam Kabupaten Mauro Jambi Tahun 2014

Sumber : Estimasi Dinkes Kab. Muaro Jambi Tahun 2014

2. Kepadatan Hunian

Berdasarkan data tahun 2014 tentang kependudukan diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 378.117 jiwa, dimana jumlah rumah tangga sebanyak 109.882 KK dengan kepadatan penduduk sebesar 72 jiwa/Km2 dan

(29)

tingkat rata-rata hunian per rumah tangga sebesar 3-4 jiwa/rumah. Adapun tingkat kepadatan hunian menurut kecamatan dalam Kabupaten Muaro Jambi ini dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.7

Tingkat Kepadatan Hunian Menurut Kecamatan Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2002 – 2014

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Penduduk Jumlah Kepadatan Hunian Rata-Rata

1 2 3 4 5

1 Sekernan 13.176 KK 43.898 Jiwa 3 Jiwa/rmh

2 Jaluko 17.669 KK 64.469 Jiwa 4 Jiwa/rmh

3 Maro Sebo 5.593 KK 20.277 Jiwa 4 Jiwa/rmh

4 Mestong 11.697 KK 41.302 Jiwa 4 Jiwa/rmh

5 Kumpeh 6.164 KK 25.156 Jiwa 4 Jiwa/rmh

6 Kumpeh Ulu 15.392 KK 50.680 Jiwa 3 Jiwa/rmh 7 Sungai Bahar 7.845 KK 26.399 Jiwa 3 Jiwa/rmh 8 Sungai Gelam 21.220 KK 63.279 Jiwa 3 Jiwa/rmh 9 Taman Rajo 3.350 KK 12.670 Jiwa 4 Jiwa/rmh 10 Bahar Utara 3.511 KK 14.764 Jiwa 4 Jiwa/rmh 11 Bahar Selatan 4.265 KK 15.223 Jiwa 4 Jiwa/rmh

Tahun 2014 109.882 378.117 3 – 4 Jiwa/ rmh Tahun 2013 109.882 368.715 3 – 4 Jiwa/ rmh Tahun 2012 92.577 359.457 4 – 5 Jiwa/ rmh Tahun 2011 84.722 350.605 4 – 5 Jiwa/ rmh Tahun 2010 85.278 341.888 4 – 5 Jiwa/ rmh Tahun 2009 82.039 314.598 3 – 4 Jiwa/ rmh Tahun 2008 80.101 310.676 3 – 4 Jiwa/ rmh Tahun 2007 85.374 306.754 3 – 4 Jiwa/ rmh Tahun 2006 74.429 295.271 3 – 4 Jiwa/ rmh Tahun 2005 50.717 281.417 5 – 6 Jiwa/ rmh Tahun 2004 49.649 275.909 5 – 6 Jiwa/ rmh Tahun 2003 49.837 271.129 5 – 6 Jiwa/ rmh Tahun 2002 49.837 246.515 4 – 5 Jiwa/ rmh

Sumber : Estimasi Dinkes dan Dinas Kependudukan dan Capil Kab. Muaro Jambi Tahun 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata–rata tingkat hunian dalam rumah tangga untuk tahun 2014 lebih kecil dari pada tahun sebelumnya yaitu 3 – 4 jiwa/rumah. Bila dilihat dari perkecamatan maka Kecamatan yang memiliki tingkat

(30)

hunian yang terbesar adalah Kecamatan Jaluko, Maro Sebo, Mestong, Kumpeh, Taman Rajo, Bahar Utara, Bahar Selatan dengan rata-rata kepadatan hunian 4 jiwa/rumah.

3. Keluarga Miskin

Berdasarkan data jumlah masyarakat miskin penerima bantuan iuran (PBI) Jaminan Kesehatan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 berjumlah 98.977 jiwa terdiri PBI dibiaya APBN sebanyak 88.977 Jiwa dan PBI APBD Kab. Muaro jambi sebanyak 10.000 Jiwa. Hal ini berarti ada sekitar 26,18 % atau turun 2,02 % jika dibandingkan dengan tahun 2013 (28,20 %) jumlah masyarakat miskin yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Berikut Gambaran Penduduk Miskin yang mendapat Jaminan Kesehehatan dari Tahun 2008-2014 dapat kita lihat pada tabel 2.8 di bawah ini :

Tabel 2.8

Jumlah Masyarakat Miskin

Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

Tahun Jml Pddk Jumlah Jiwa Miskin Persen

1 2 3 4 TAHUN 2014 378.117 98.977 26,18 TAHUN 2013 368.715 103.977 28,20 TAHUN 2012 359.547 76.004 21,14 TAHUN 2011 350.605 76.004 21,68 TAHUN 2010 341.888 76.004 22,23 TAHUN 2009 314.598 76.004 24,16 TAHUN 2008 310.676 82.661 26,61 Sumber : Bidang Promkesling Tahun 2014

( Tahun 2013 data jumlah masyarakat miskin di Kab. Muaro Jambi berjumlah 103.977 jiwa terdiri 88.977 penerima kartu jamkesmas dan 15.000 penerima kartu jamkesda dari 368.715 jumlah penduduk yang ada di Kab. Muaro Jambi.

Bila dilihat dari jumlah masyarakat miskin per kecamatan berdasarkan data penerima kartu Jaminan Kesehatan tahun 2014 , dapat digambarkan pada gambar grafik di bawah ini :

(31)

Gambar 2.8

Jumlah Masyarakat Miskin

Penerima Kartu Jaminan Kesehatan Menurut Kecamatan Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

Sumber : Bidang Bidang Promkesling Tahun 2014

Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa kecamatan yang terbanyak penerima kartu jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin adalah Kecamatan Kumpeh (2.258 Jiwa) kemudian diikuti oleh Kec Jaluko (1.492 Jiwa), Mestong (1.249 Jiwa), Sekernan (1.097 Jiwa), Maro Sebo (991 Jiwa), Sungai Gelam (984), Kumpeh Ulu (691 Jiwa), Sei Bahar Utara (565 Jiwa), Sei Bahar Selatan (340 Jiwa), Taman Rajo (170 Jiwa) sedangkan Kecamatan yang paling kecil jumlah penerima kartu melalui pendanaan APBD Kab. Muaro jambi adalah Kecamatan Sungai Bahar (163 Jiwa).

Adapun besaran persentase masyarakat miskin per kecamatan dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar 2.9 di bawah ini :

(32)

Gambar 2.9

Persentase Masyarakat Miskin

Penerima Kartu Jaminan Kesehatan Menurut Kecamatan Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

Sumber : Bidang Promkesling Tahun 2014

Dari gambar grafik di atas diketahui bahwa kecamatan dengan persentase tertinggi penerima kartu jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin adalah adalah Kecamatan Kumpeh (0,60 %) dan yang terendah Kecamatan Taman Rajo dengan persentase hanya 0,04 % dari jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2014 (378.117 jiwa).

H. Kesehatan Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi yang mampu menopang keseimbangan

(33)

ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

Masalah kesehatan lingkungan murupakan masalah kompleks yang harus diatasi bersama. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan akan disajikan indikator-indikator seperti : akses air minum berkualitas, akses terhadap sanitasi layak, rumah tangga kumuh dan rumah sehat.

1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas

Salah satu tujuan pembangunan prasarana penyediaan air baku untuk memastikan komitment pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setenggahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak sanitasi dasar hingga 2015.

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyelenggara air minum dapat berasal dari badan usaha milik negara/ badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum. Syarat-syarat kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, diantaranya adalah sebagai berikut :

• Parameter mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum yang diperbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel

• Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna,

• Syarat Kimia : Kadar besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l), ph 6,5-8,5.

(34)

Dalam upaya menentukan kualitas air minum merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya kemungkinan munculnya penyakit berbasis air (waterborn disease) karena air merupakan salah satu media lingkungan yang berperan dalam penyebaran penyakit melalui media pertumbuhan mikrobiologi serta adanya kemungkinan terlarut unsur kimia yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

Salah satu pengawasan kualitas air minum pada penyelenggara air minum dilakukan uji petik terhadap kualitas air minum. Amanat Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum pada pasal 6 disebutkan bahwa :

1. Air minum yang dihasilkan dari Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang digunakan oleh masyarakat pengguna/pelanggan harus memenuhi syarat kualitas berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kesehatan.

2. Air minum yang tidak memenuhi syarat kualitas sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 (satu) dilarang didistribusikan kepada masyarakat.

Upaya pengawasan kualitas air sebagaimana yang diatur didalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum, dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupten/kota sebagai pengawasan eksternal dan penyelenggara air minum sebagai pengawasan internal. Selain itu diatur pula mengenai adanya upaya penyampaian informasi tentang data air minum oleh penyelenggara air minum kedinas kesehatan kabupaten/kota serta upaya penyampaian kondisi kualitas air oleh pemerintah daerah di wilayahnya.

(35)

Berdasarkan data pencapaian peningkatan akses air minum layak secara nasional terus-menurus dilakukan, tentunya masih banyak kendala didalam pencapaiannya, antara lain:

1. Rencana Aksi Daerah (RAD) pencapaian target Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Renstra tidak didukung dengan skema pembiayaan yang jelas untuk implementasi,

2. Belum optimalnya peran pemerintah provinsi dalam menggalang kerjasama antar kabupaten/kota dalam mengembangkan SPAM untuk mencapai sasaran RKP dan Renstra

3. Belum optimalnya keterpaduan antara program dengan pembiayaan pengembangan SPAM perpipaan dan bukan perpipaan terlindungi untuk percepatan pencapaian sasaran air minum layak,

4. Perilaku masyarakat dan pelaku masih kurang memperhatikan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan air minum dan air hasil daur ulang serta sanitasi.

Untuk melihat gambaran sehubungan dengan Sarana dan Akses Air Minum di Kabupaten Muaro Jambi, berdasarkan data dinas kesehatan Kabupaten Muaro Jambi di bawah ini :

Gambar 2.10

Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas(Layak) Menurut Kecamatan Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

(36)

Dari gambar grafik di atas diketahui bahwa kecamatan yang memiliki sumber/ akses air minum layak di Kab. Muaro Jambi sebesar 66,25%, Kecamatan dengan persentase tertinggi Kecamatan Mestong sebesar 70,35%, dan persentase terendah terdapat di kecamatan Kumpeh sebesar 57 % sedangkan kecamatan lainnya rata-rata 60% lebih berbanding dari jumlah penduduk masing-masing kecamatan dalam Kabupaten Muaro Jambi.

Gambar 2.11

Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas(Layak) Yang Bukan Jaringan Perpipaan PDAM/BPSPAM Menurut Kecamatan

(37)

Dari gambar grafik di atas diketahui penduduk menggunakan fasilitas air minum sendiri/ akses air minum layak yang bukan jaringan perpipaan PDAM/SPAM di Kab. Muaro Jambi sebesar 62,75%, Kecamatan dengan persentase tertinggi Kecamatan Sungai Bahar sebesar 71,83%, dan persentase terendah terdapat di kecamatan Taman Rajo sebesar 46,50% berbanding dari jumlah penduduk masing-masing kecamatan dalam Kabupaten Muaro Jambi.

Gambar 2.12

Penyelengara Air Minum Yang Diperiksa Kualitas Air Minum

Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

Dari gambar grafik di atas diketahui Penyelenggara Air Minum di Kab. Muaro Jambi sebanyak 207 Penyelenggara Air Minum, diperiksa sebanyak 119 sampel (57,49%), dari sampel yang diperiksa Penyelenggara Air Minum terdapat 97 yang memenuhi syarat kesehatan.

Gambar 2.13 : Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggara Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kecamatan

(38)

Untuk lebih detail mengenai keterkaitan sarana dan akses air berkualitas dapat dilihat pada halaman lampiran buku Profil Kesehatan (tabel 60, 61, 65, 66)

2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar

Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat yang sehat. Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya berbagai penyakit lainnya. Hal tersebut sangat erat berhubungan dangan perilaku masyarakat antara lain buang air besar sembarangan seperti dikali/ sungai.

Menurut konsep dan defenisi MDGs, disebutkan akses sanitasi layak apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana pembuangan air limbah (SPAL). Jika pembuangan tinja mengunakan jamban harus memenuhi syarat sebagai berikut:

(39)

2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur.

3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan

4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.

5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin

6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang 7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal

Disamping itu perlu upaya meningkatkan akses air bersih dan sanitasi dasar yang layak melalui program bantuan pemerintah pusat dan daerah dalam hal ini dinas kesehatan dan instansi terkait.

Berdasarkan data pencapaian peningkatan sarana dan akses terhadap sanitasi dasar terdapat kendala yang dihadapi dalam upaya pencapaian target yaitu :

1. Proses peningkatan perubahan perlaku tidak dapat dilakukan secara instan, cenderung membutuhkan waktu yang relative lama agar masyarakat dapat mengadopsi perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, kondisi sosial budaya yang sangat bervariasi dapat mempengaruhi cepat lambatnya perubahan perilaku.

2. Belum meratanya ketersediaan sarana air minum dan sanitasi dasar yang mudah, murah dan terjangkau oleh masyarakat.

3. Kondisi geografis yang sangat bervariasi mengakibatkan sulitnya menentukan pilihan teknologi sanitasi yang dapat diterapkan didaerah tersebut.

Untuk melihat gambaran sehubungan dengan Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar di Kabupaten Muaro Jambi, berdasarkan data dinas kesehatan Kab. Muaro Jambi dibawah ini :

(40)

Gambar 2.14

Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak ( Jamban Sehat) Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

Dari gambar grafik di atas diketahui penduduk menggunakan dengan akses sanitasi layak (Jamban Sehat) di Kab. Muaro Jambi sebanyak 273.951 atau 72,45%.

Untuk lebih detail mengenai keterkaitan Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar dapat dilihat pada halaman lampiran buku Profil Kesehatan (tabel 62, tabel 63)

3. Rumah Tangga Kumuh

Tabel 2.9. Indikator komposit Rumah Tangga Kumuh

No. Kategori Indikator Bobot

1. Air Minum Tidak Layak 15% 2. Sanitasi Tidak Layak 15% 3. Sufficient Living Area 35% 4. Durability of Housing 35%

(41)

Suatu Rumah Tangga dinyatakan sebagai rumah tangga kumuh apabila nilai hasil perhitungan indikator komposit rumah tangga lebih 35%. Sufficient living area adalah luas lantai hunian per kapita >7,2m2 (Peraturan Menteri Perumahan Rakyat). Durability of housing dihitung dari rumah tangga yang menghuni bangunan dengan kriteria : (i)jenis atap terluas terbuat ijuk/rumbia dan lainnya, (ii)jenis dinding terluas dari bambu dan lainnya, (iii)jenis lantai terluas tanah. Apabila minimal 2 kriteria terpenuhi, maka rumah tangga tersebut dapat dikategorikan sebagai rumah tangga kumuh.

4. Rumah Sehat

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 162 dan 163 mengamanatkan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pada pasal 163 ayat 2 mengamanatkan bahwa lingkungan sehat antara lain mencakup lingkungan pemukiman.Untuk menjalakan amanat dari pasal tersebut maka untuk penyelenggaraan penyehatan pemukiman difokuskan pada peningkatan rumah sehat. Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal: akses air minum, akses jamban sehat, ventilasi, dan pencahayaan (Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Permenkes Nomor 1077/PER/V/MENKES/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah).

Salah satu strategi yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan rumah sehat adalah memperkuat jejaring penyehatan permukiman didaerah

(42)

bekerjasama dengan tim penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Kader PKK tersebut dapat diberdayakan sebagai kader kesehatan lingkungan yang menilai rumah dengan instrumen kartu rumah.

Untuk melihat gambaran persentase capaian rumah sehat di Kabupaten Muaro Jambi, berdasarkan data dinas kesehatan Kab. Muaro Jambi dibawah ini :

Gambar 2.15

Persentase Rumah Sehat Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

Dari gambar grafik di atas diketahui Rumah Sehat di Kab. Muaro Jambi tahun 2013 sebanyak 63.050 atau 69,05% dan 28.264 jumlah rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan atau 30,95%, untuk tahun 2014 sebanyak 63.894 Rumah Sehat atau 69,97%.

I. Perilaku Masyarakat

Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap kesehatan, ada beberapa indikator yang berkaitan dengan perilaku masyarakat,

(43)

diantaranya Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Kawasan Tanpa Rokok.

1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Peningkatan akses terhadap air minum yang berkualitas perlu diikuti dengan perilaku yang hegienis untuk mencapai tujuan kesehatan, melalui pelaksanaan STBM. Dalam kerangka pembangunan kesehatan, sektor air minum, sanitasi dan higienis merupakan satu kesatuan dalam prioritas pembangunan bidang kesehatan dengan titik berat pada upaya promotif-preventif dalam perbaikan lingkungan untuk mencapai salah satu sasaran MDGs. STBM menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan secara keseluruhan. STBM sebagai pilihan pendekatan, strategi dan program untuk mengubah perilaku higiesnis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicu dalam rangka mencapai target MDGs. Dalam pelaksanaan STBM mencakup 5 (lima) pilar yaitu:

1. Stop buang air besar sembarangan 2. Cuci tangan pakai sabun

3. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga 4. Pengelolaan sampah dengan benar, dan

5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.

Pemerintah memberikan prioritas dan komitmen yang tinggi terhadap kegiatan STBM, hal ini tercantum pada instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 yang mempertegas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 dan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 132 Tahun 2012 terkait dengan STBM. Tujuan dari STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat.

(44)

Berdasarkan data dikutip dari buku Profil Kesehatan Indonesia 2012 pelaksanaan STBM masih terdapat kendala dan hambatan, belum optimal investasi bidang air minum dan sanitasi seperti investasi PDAM dan Sanitasi di pedesaan dan akselerasi edukasi perilaku sehat melalui pelaksanaan STBM.

Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dilakukan upaya advokasi untuk meningkatkan investasi bidang air minum dan sanitasi terutama masyarakat miskin, perluasan program Air Bersih untuk Rakyat serta meningkatkan edukasi perilaku sehat dengan akselerasi STBM.

Untuk melihat gambaran sehubungan STBM di Kabupaten Muaro Jambi, dapat dilihat di bawah ini :

Gambar 2.16: Desa Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Dalam Kab. Muaro Jambi Tahun 2014

Gambar 2.17: Desa Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Dalam Kab. Muaro Jambi Tahun 2014

Dari gambar grafik di atas diketahui Kabupaten Muaro Jumbi memiliki 155 Desa, sebanyak 35 desa (22,58%) melaksanakan STBM, 76 desa (49,03%) stop buang air besar sembarangan dan Desa STBM sebanyak 47 Desa (30,32%).

(45)

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga yang menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan perilaku. Pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan di masyarakat.

Dalam upaya meningkatkan kesehatan anggota keluarga, Bidang Promosi & Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi yang merupakan perpanjang tangan/ pendelegasian dari kementerian kesehatan RI berupaya meningkatkan persentase rumah tangga ber-PHBS.

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-PHBS, terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, yaitu :

(1). Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (2). Memberi ASI ekslusif

(3). Menimbang balita setiap bulan (4). Menggunakan air bersih

(5). Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun (6). Menggunakan jamban sehat

(7). Memberantas Jentik di rumah sekali seminggu (8). Makan buah dan sayur setiap hari

(9). Melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan (10). Tidak Merokok didalam rumah.

(46)

Untuk melihat gambaran sehubungan rumah tangga ber-PHBS di Kabupaten Muaro Jambi, dapat dilihat di bawah ini :

Gambar 2.18: Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Ber-PHBS) Dalam Kab. Muaro Jambi Tahun 2014

Gambar 2.19: Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Ber-PHBS) Dalam Kab. Muaro Jambi Tahun 2014

Dari gambar grafik di atas diketahui Kabupaten Muaro Jumbi memiliki 83.708 rumah tangga, diantaranya sebanyak 61.344 rumah tangga (73,3%) yang dipantau, dan 43.823 rumah tangga yang ber-PHBS (71,4%).

3. Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau pengguna rokok. Penetapan KTR merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. KTR merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa baik individu, masyarakat parlemen, maupun pemerintah, untuk melindungi generasi sekarang maupun yang akan datang. Komitmen bersama dari lintas sektor dan berbagai elemen akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan KTR. Ruang lingkup KTR meliputi, tempat-tempat umum, tempat

(47)

kerja tertutup, Sarana Kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah, dan angkutan umum.

Pemerintah telah menetapkan/ mengupaya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok untuk melindungi seluruh masyarakat dari bahaya asap rokok melalui Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 115 ayat 1 dan Pemerintah Daerah wajib menetapkan dan menerapkan KTR diwilayahnya sesuai Pasal 115 ayat 2, serta Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/Menkes/PB/I/2011 dan Nomor 7 tahun 2011 tantang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Berdasarkan data sumber Profil Kesehatan Indonesia, kurun waktu 2011-2012 sudah ada 27 Provinsi, 85 Kabupaten/Kota diwilayah kerjanya yang memiliki peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan penanggulangan dampak merokok terhadap kesehatan (surat Edaran/Instruksi/SK/Peraturan Gubernur/Perda/Perwali/Perbub).

(48)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan masyarakat dinilai dengan mengunakan beberapa

indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi,

morbiditas (kesakitan), Indeks Pembangunan Manusia termasuk angka

harapan hidup.

Indikator penilaian keberhasilan pembangunan kesehatan, Selain

dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan

ketersediaan daya kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga

dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan

sosial, serta faktor lain yang kondisinya telah dijelaskan pada bab

sebelumnya.

A. Mortalitas (Angka Kematian)

Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Sebab kematian lainnya berupa bencana.

Kejadian kematian dan penyakit utama penyebab kematian di Kabupaten Muaro Jambi pada beberapa periode ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Angka Kematian Neonatal (AKN)

Angka kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah penduduk yang meninggal satu bulan pertama setelah kelahiran (0-28 hari) yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup. Target Renstra Kemenkes tahun 2014 : AKN=15/1.000 KH.

(49)

Adapun Angka Kematian Neonatal (AKN) di Kabupaten Muaro Jambi dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 berfluktuasi, dimana pada tahun 2014 angka kematian Neonatal di Kabupaten Muaro Jambi berjumlah 32 kasus. Adapun AKN di Kab. Muaro Jambi ditahun 2014 sebesar 4 per 1.000 kelahiran hidup.

(AKN di Kab. Muaro Jambi ditahun 2013 sebesar 4 per 1.000 kelahiran hidup).

Untuk melihat trend angka kematian neonatal dari tahun 2013 sampai tahun 2014 ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.1

Angka Kematian Neonatal (AKN)

Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013 – 2014

Upaya menurunkan AKN perlu didukung kebijakan penempatan tenaga bidan yang merata setiap desa dan serta peningkatan cakupan persalinan tenaga kesehatan. Pelayanan Kesehatan dapat menjangkau seluruh neonatus. Indikator kunci dari intervensi penurunan AKN, antara lain cakupannya : inisiasi menyusui dini, pelayanan neonatal pertama, perlindungan neonatorum dan cakupan persalinan tenaga kesehatan yang disertai kualitas pelayanan.

2. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

(50)

Target Renstra Kemenkes yang ingin dicapai yaitu 24 di tahun 2014 juga Target

Millenium Development Goals (MDGs) sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2015.

Adapun Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Muaro Jambi dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2014 berfluktuasi, dimana pada tahun 2014 angka kematian bayi di Kabupaten Muaro Jambi berjumlah 33 kasus diantaranya 32 kasus terjadi pada kasus kematian neonatal. Adapun AKB di Kab. Muaro Jambi ditahun 2014 sebesar 4 per 1.000 kelahiran hidup.

(tahun 2013 angka kematian bayi di Kab.Muaro Jambi berjumlah 33 kasus, 29 kasus terjadi pada kasus kematian neonatal. Adapun AKB di Kab. Muaro Jambi ditahun 2013 sebesar 4 per 1.000 kelahiran hidup).

Untuk melihat trend angka kematian bayi dari tahun 2002 sampai tahun 2014 ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.1

Angka Kematian Bayi (AKB)

Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2002 – 2014

Sumber : Bidang Kesga Dinkes Kab. Ma. Jambi Tahun 2014

Gambar 3.2

Penyebab Kematian Bayi (AKB)

(51)

Sumber : Bidang Kesga Dinkes Kab. Ma. Jambi Tahun 2014

berdasarkan diagram diatas dapat diketahui dari 8.541 jumlah bayi terdapat penyebab kasus kematian terbesar pada bayi karena disebabkan oleh Asphiksia sebesar 14 % ( 12 kasus kematian Asphiksia), diikuti BBLR dan Kongenital.

( tahun 2012 dan tahun 2013 penyebab kasus kematian terbesar pada bayi adalah BBRL ( masing-masing 13 kasus BBLR dan 11 kasus BBLR )).

Upaya penurunan AKB memerlukan akses seluruh bayi terhadap intervensi kunci seperti ASI eksklusif dan dukungan peningkatan akses pelayanan kesehatan antara lain peningkatan cakupan imunisasi dasar.

3. AngkaKematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. Target

Millenium Development Goals (MDGs) 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. MDGs menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu Sangat Tinggi dengan nilai>140 per 1.000 kelahiran hidup, tinggi dengann nilai 71-140 per 1.000 kelahiran hidup, sedang dengan nilai 20-70 per 1.000 kelahiran hidup, dan rendah dengan nilai <20 per 1.000 kelahiran hidup.

(52)

Adapun Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Muaro Jambi, berdasarkan data yang diperoleh, ditemukan kematian balita tahun 2014 berjumlah 33 Kasus atau sebesar 4 Per 1.000 kelahiran hidup, diantara kematian 33 kasus Balita terjadi pada bayi termasuk neonatal 32 kasus sedangkan pada neonatal saja sebanyak 32 kasus kematian. untuk melihat keadaan ini dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut ini :

Gambar 3.3

Jumlah Kasus Kematian Bayi dan Anak Balita Per Puskesmas Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

Ket : Bayia termasuk kematian neonatal

Sumber : Bidang Kesga Dinkes Kab. Ma. Jambi Tahun 2014

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa tahun 2014 angka kematian bay lebih banyak dari pada kasus kematian anak balita, jumlah kematian bayi sebanyak 33 kasus termasuk kematian neonatal sebanyak 32 kasus, dimana jumlah kasus kematian bayi terbanyak di Puskesmas Sungai Bahar VII (5 kasus), diikuti Puskemas Markanding ( 4 Kasus), Muaro Kumpeh, Kebon IX, Kemingking Dalam ( masing-masing 3 kasus),

(53)

Penyengat Olak, Sungai Duren, Tempino, Pondok Meja, Puding, Sei. Bahar IV (masing-masing 2 kasus) dan Pir II Bajubang, Sei. Bahar I, Tangkit ( (masing-masing-(masing-masing 1 kasus Kematian Bayi) sedangkan anak balita pada tahun 2014 tidak ada kasus kematian.(Tahun 2013 angka kasus kematian bayi sebanyak 33 kasus termasuk neonatal sedangkan kasus kematian anak balita pada tahun 2013 sebanyak 2 kasus).

Adapun untuk melihat kasus kematian bayi dan anak balita tahun 2014 per kecamatan dapat dilihat pada gambar 3.4 di bawah ini :

Gambar 3.4

Jumlah Kasus Kematian Bayi dan Balita Per Kecamatan Dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

Sumber : Bidang Kesga Dinkes Kab. Ma. Jambi Tahun 2014

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa angka kematian bayi terbanyak di Kecamatan Sungai Bahar Selatan dan Kecamatan Jaluko (masing-masing 5 kasus). sedangkan anak balita pada tahun 2014 tidak ada kasus kematian.

Gambar

Tabel 2.9. Indikator komposit Rumah Tangga Kumuh
Gambar 2.16: Desa Melaksanakan Sanitasi Total  Berbasis Masyarakat Dalam Kab. Muaro Jambi  Tahun 2014
Gambar 2.18: Rumah Tangga Berperilaku Hidup  Bersih Dan Sehat (Ber-PHBS) Dalam Kab. Muaro  Jambi Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

Penalaahan usulan program pada sub bab ini menguraikan kajian usulan program dan kegiatan dari masyarakat yang merupakan kegiatan jaring aspirasi masyarakat terkait kebutuhan

Data kegiatan operasional domestik keluar komoditi wajib periksa karantina tumbuhan sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang

Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis akan memperkenalkan salah satu majalah yang diproduksi oleh Yayasan Sahabat Mustahiq Sejahtera, kemudian di dalamnya terdapat

Penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Palembang adalah dikarenakan para aparatur telah mengantisipasi kegiatan

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan diselesaikannya rahmat laporan dan hidayahNya pelaksanaan kegiatan sehingga Survei

Dalam mengukur pH suatu larutan dapat dilakukan dengan berbagai cara Dalam mengukur pH suatu larutan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan menggunakan kertas lakmus,

3 1 Rahfendika Berninanto Sidomulyo, RT 24/01, Ngembat Padas, Gemolong, Sragen SMK Akuntansi 003. 4 8 Yuanita Komalasari Karang, RT 011, Karanganyar, Plupuh, Sragen SMK

Jadi, persepsi politik organisasi pada STT sangkakala dalam kaitan dengan pengambilan keputusan dipahami sebagai sesuatu dinamika yang berguna untuk mencapai