LAPORAN KINERJA SATKER
KESEHATAN MASYARAKAT (03)
TAHUN 2019
BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu penerima dana dekonsentrasi dari Kementerian Kesehatan memiliki kewajiban untuk melaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Salah satu komponen SAKIP adalah membuat Laporan Kinerja yang menggambarkan kinerja yang dicapai atas pelaksanaan program dan kegiatan yang menggunakan APBN sesuai Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penyusunan laporan kinerja (LAKIP) mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi (Permenpan) Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan kinerja ini merupakan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai selama satu tahun anggaran. Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, untuk meningkatkan kinerjanya pada masa mendatang.
Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, telah menyelesaikan Laporan Kinerja tahun 2019 sebagai bentuk akuntabilitas perjanjian kinerja yang dibuat pada akhir tahun 2019. Secara garis besar laporan berisi informasi tentang tugas dan fungsi organisasi; rencana kinerja dan capaian kinerja sesuai dengan Rencana Stategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019, disertai dengan faktor pendukung dan penghambat capaian, serta upaya tindak lanjut yang dilakukan.
Peningkatan kualitas laporan kinerja ini menjadi perhatian kami, masukan dan saran membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan penyusunan laporan di tahun yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan program di masa mendatang.
IKHTISAR EKSEKUTIF
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam Peraturan Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi dan dalam PermenPAN Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Satker 03 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menyusun laporan kinerja (LAKIP) sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja
yang telahdilakukan pada tahun 2019.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat yang dinilai melalui beberapa indikator pembangunan kesehatan, diantaranya meningkatnya status Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi Masyarakat melalui penurunan Angka Kematian Ibu (Target 306/100.000 KH), Angka Kematian Bayi (Target 24/1000 KH) dan Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (Target 28,8%). Terkait AKI dan AKB, dilakukan pengukuran dengan indikator proksi, antara lain Persalinan di fasilitas kesehatan (PF), Kunjungan Antenatal (K4) dan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) yang juga dijabarkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019. Berdasarkan data, AKI mencapai 305/100.000 KH (SUPAS 2015), AKB mencapai 24/1000 KH (SDKI 2017) dan prevalensi stunting sebesar 30,5% (Riskesdas 2019). Hal ini menunjukkan kemajuan dari segi penurunan AKI, AKB maupun prevalensi stunting, namun demikian aspek sustainabilitas dari capaian tersebut sangat perlu diperhatikan, mengingat indikator pembangunan kesehatan bersifat outcome yang hanya dapat diperoleh melalui riset, survei dan penelitian lainnya.
Laporan kinerja disusun berdasarkan capaian kinerja tahun 2019 sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang terdiri dari Indikator Kerja Utama (IKU).
Berdasarkan Perjanjian Kinerja tahun 2019 antara Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dan Kepala Dinas kesehatan Provinsi Jawa Timur memiliki 6 program dengan 28 Indikator
Realisasi anggaran dilingkup Satker 03 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebesar 68,67 %
Keseluruhan indikator kinerja utama program kesehatan masyarakat dilaksanakan di tingkat Puskesmas. Oleh karena itu alokasi anggaran tersebut bertujuan untuk memastikan indikator tersebut berjalan sebagaimana mestinya mulai dari level kebijakan, standar, pedoman dan evaluasi .
Masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran di tahun 2019 dikarenakan adanya perubahan spesifikasi pengadaan barang dan jasa, pemanfaatan dekon belum melihat kemampuan sumber daya di provinsi dan sebagian adanya kebijakan untuk mendahulukan kegiatan APBD daripada APBN.
DAFTAR ISI
IKHTISAR EKSEKUTIF ... i
DAFTAR TABEL ...
vDAFTAR GRAFIK ... vi
DAFTAR GAMBAR ...
viiBAB I ... 1
A. Latar Belakang ...
1B. Maksud dan Tujuan ...
2C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi...
2D. Tugas Pokok dan Fungsi ...
3E. Potensi dan Permasalahan ...
4F. Sistematika ...
6BAB II ... 7
A. Perjanjian Kinerja ...
7B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat ...
7BAB III ... 9
A. Capaian Kinerja Organisasi ...
91. Indikator Kinerja Program ...
9B. Realisasi Anggaran ...
29BAB IV ...
36BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, senantiasa membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan terukur. Diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kesehatan dapat berlangsung dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governance sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu unsur yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang kesehatan di Jawa Timur yang dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur Jawa Timur. Menurut Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian dan Seksi, Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kesehatan dan menyelenggarakan fungsi:
1.
Perumusan Kebijakan Teknis di bidang kesehatan;2.
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Pelayanan Umum di bidang kesehatan;3.
Pembinaan dan Pelaksanaan Tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan kinerja.
Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja Satker 03 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam satu tahun anggaran beserta dengan hasil capaian indikator kinerja dari masing-masing unit satuan kerja yang ada di lingkungan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat di tahun 2019.
B. Maksud dan Tujuan
Penyusunan laporan kinerja Satker 03 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja pada tahun 2019 dalam mencapai target dan sasaran program seperti yang tertuang dalam rencana strategis, dan ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat oleh pejabat yang bertanggungjawab.
C. Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan.
Strategi pembangunan kesehatan masyarakat tahun 2015-2019 meliputi:
a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas.
b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat. c. Meningkatkan Penyehatan Lingkungan.
d. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
D. Tugas Pokok dan Fungsi
3.
Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPDBerdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu unsur yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang kesehatan di Jawa Timur yang dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur Jawa Timur. Menurut Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian dan Seksi, Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kesehatan dan menyelenggarakan fungsi:
1.
Perumusan Kebijakan Teknis di bidang kesehatan;2.
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Pelayanan Umum di bidang kesehatan;3.
Pembinaan dan Pelaksanaan Tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;4.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur.Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas Kesehatan dibantu oleh:
1. Sekretaris
Sekretaris mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan, penyusunan program, keuangan, hubungan masyarakat dan protokol.
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Sekretaris mempunyai fungsi:
a.
Pengelolaan dan pelayanan administrasi umum dan perizinan;b.
Pengelolaan administrasi kepegawaian;c.
Pengelolaan administrasi keuangan;d.
Pengelolaan administrasi perlengkapan;e.
Pengelolaan urusan rumah tangga, humas dan protokol;f.
Pelaksanaan koordinasi penyusunan program, anggaran dan perundang- undangan;g.
Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Bidang;h.
Pengelolaan kearsipan dan perpustakaan Dinas;i.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi organisasi dan tatalaksana;j.
Pelaksanaan tugas - tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Sekretariat terdiri dari:1)
Sub Bagian Tata Usaha;2)
Sub Bagian Penyusunan Program;3)
Sub Bagian Keuangan.2. Bidang Kesehatan Masyarakat
Bidang ini mempunyai tugas menyusun perencanaan, kebijakan teknis operasional, standar pelayanan, pedoman teknis, pembinaan, bimbingan dan pengendalian program pelayanan kesehatan dasar dan penunjang, rujukan dan khusus serta kesehatan keluarga.
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai fungsi:
a.
Pelaksanaan perencanaan program bimbingan dan;b.
Pengendalian Kesehatan Keluarga; Gizi Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan.c.
Penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap Kesehatan Keluarga; Gizi Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan;d.
Penyelenggaraan kebijaksanaan program Kesehatan Keluarga; Gizi Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan;e.
Pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan pengendalian program Kesehatan Keluarga; Gizi Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan;f.
Pelaksanaan fasilitasi program Kesehatan Keluarga; Gizi Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan;g.
Pelaksanaan koordinasi pelaksanaan program Kesehatan Keluarga; GiziMasyarakat, Kesehatan Lingkungan, Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan;
h.
Pelaksanaan evaluasi program Kesehatan Keluarga; Gizi Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan;i.
Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas.E. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Visi
Visi merupakan gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yang akan datang. Visi Dinas Kesehatan 2014 -2019 dilaksanakan melalui analisis dan teahaan pada bab- bab sebelumnya. Visi Dinas Kesehatan merujuk pada visi Gubernur dalam RPJMD 2014-2019 dan Visi dalam Renstra Kementrian Kesehatan. Rumusan Visi Renstra Dinas Kesehatan 2014-2019 adalah sebagai berikut:
” Masyarakat Jawa Timur Lebih Mandiri untuk Hidup Sehat”. Sesuai pokok-pokok visi dapat dijelaskan bahwa Dinas Kesehatan berupaya untuk mewujudkan masyakakat yang mandiri dengan kemampuan yang optimal bisa memelihara kesehatan secara mandiri dalam rangka mencapai hidup yang sehat yang paripurna mulai dari fisik, mental, emosional, spiritual dan kultural. Kondisi tersebut akan diukur melalui indikator-indikator kesehatan.
Misi
Misi merupakan rumusan mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur secara jelas mengambarkan visi Dinas Kesehatan yang menjadi cita-cita upaya kesehatan dan menguraikan upaya-upaya yang akan dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Dalam perencanaan Misi ini penting untuk memberikan kerangka dalam mencapai tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Misi tersebut adalah:
1.
Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat hidup sehat2.
Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatanyang bermutu, merata dan terjangkau
3.
Mewujudkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan4.
Mendayagunakan sumber daya kesehatan5.
Menciptakan tata kelola upaya kesehatan yang baik dan bersihMisi tersebut merupakan hasil dari proses perumusan visi sebagaimana tertuang pada tabel berikut ini :
Tujuan
Dalam upaya mencapai visi dan misi Dinas Kesehatan, dirumuskan suatu bentuk yang lebih terarah berupa tujuan dan sasaran yang strategis organsisasi. Tujuan dan sasaran adalah perumusan sasaran yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan kinerja selama lima tahun. Tujuan yang akan dicapai Dinas Kesehatan adalah sebagi berikut:
1. Dalam mewujudkan misi kesatu yaitu “Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat hidup sehat“, maka tujuan yang ingin dicapai adalah “Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat” dengan indikator
: Persentase Desa Siaga Aktif Purnama Mandiri (PURI
2. Dalam mewujudkan misi kedua yaitu “Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau”, maka tujuan yang ingin dicapai adalah “Optimalisasi upaya kesehatan secara
sinergis, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, terjangkau dan bermutu bagi masyarakat“ dengan indicator :
b.
Angka Kematian Bayi (AKB)3. Dalam mewujudkan misi ketiga yaitu “Mewujudkan upaya pengendalian penyakit
dan penanggulangan masalah kesehatan” maka tujuan yang ingin dicapai adalah
“Optimalisasi penanggulangan masalah gizi“ dengan indikator Persentase Balita Gizi Buruk dan “Optimalisasi upaya pengendalian penyakit dan
masalah kesehatan akibat bencana“ dengan indikator Persentase Penanggulangan KLB Skala Provinsi dalam < 48 jam serta “Meningkatkan akses pada lingkungan yang sehat“ dengan indikator Persentase Akses Air Minum Berkualitas .
4. Dalam mewujudkan misi keempat yaitu “Mendayagunakan sumber daya kesehatan“, maka tujuan yang ingin dicapai adalah “Optimalisasi ketersediaan, mutu, manfaat, dan keamanan sediaan farmasi, alkes dan makanan” dengan indikator Persentase Sediaan Farmasi yang Memenuhi Syarat Kesehatan dan
“Meningkatkan jumlah, jenis, mutu, pemerataan dan pengembangan sumber daya kesehatan” dengan indikator Rasio Dokter Umum dan Rasio Bidan serta
“Pembiayaan Kesehatan dengan jumlah mencukupi yang teralokasi secara adil” dengan indikator Persentase Masyarakat Miskin Peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Terintegrasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 5. Dalam mewujudkan misi kelima yaitu “Menciptakan tata kelola upaya kesehatan
yang baik dan bersih”, maka tujuan yang ingin dicapai adalah “Optimalisasi manajemen kesehatan untuk menunjang program kesehatan“ dengan indicator Persentase Temuan Laporan Hasil Pemerikasaan (LHP) atas Penggunaan Anggaran Keuangan dan Aset yang Ditindaklanjuti.
Sasaran
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan dan menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai, diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan secara operasional.
Berdasarkan hal tersebut, maka Dinas Kesehatan menetapkan sasaran sebagai berikut:
1.
Dalam mewujudkan tujuan “ Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidupsehat “ maka ditetapkan sasaran “Masyarakat yang mandiri dan hidup sehat” dengan indikator: Persentase Desa Siaga Aktif PURI.
2.
Dalam mewujudkan tujuan “ Optimalisasi upaya kesehatan secara sinergis,menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, terjangkau dan bermutu bagi masyarakat”
maka ditetapkan sasaran “Meningkatnya Pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat” dengan indikator:
a.
Angka Kematian Ibu (AKI)b.
Angka Kematian Bayi (AKB)c.
Persentase Fasilitas Kesehatan Dasar sesuai standard.
Persentase Fasilitas Kesehatan Rujukan sesuai standare.
Persentase Penurunan Kasus Pemasungan3.
Dalam mewujudkan tujuan “Optimalisasi penanggulangan masalah gizi” maka ditetapkan sasaran “Meningkatnya Penanggulangan masalah gizi yang optimal“ dengan indikator:a.
Persentase Balita Gizi Buruk.b.
Persentase Balita Stunting4.
Dalam mewujudkan tujuan “Optimalisasi upaya pengendalian penyakit danmasalah kesehatan akibat bencana”, maka ditetapkan sasaran “Meningkatnya
Upaya Pengendalian penyakit dan masalah kesehatan akibat bencana”
dengan indikator:
a.
Persentase penanggulangan KLB skala provinsi dalam <48 jamkumulasi
5.
Dalam mewujudkan tujuan “Meningkatkan akses pada lingkungan yang sehat”maka ditetapkan sasaran “Meningkatnya Akses pada lingkungan yang sehat“ denga indicator:
a.
Persentase akses air minum berkualitasb.
Persentase akses sanitasi dasar (jamban sehat)Potensi dan Permasalahan
Berdasarkan hasil analisis faktor yang mempengaruhi tugas pokok dan fungsi internal maupun eksternal Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, permasalahan yang ada adalah sebagai berikut:
1.
Masih cukup tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) menurut standar MDGs2.
Lambatnya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)3.
Belum optimalnya jumlah, jenis, mutu, pemerataan dan pengembangan sumberdaya manusia kesehatan4.
Belum optimalnya penanganan masalah gizi5.
Masih tingginya masalah kesehatan yang disebabkan oleh penyakit menular, penyakit tidak menular dan bencana6.
Masih rendahnya akses terhadap kualitas lingkungan sehat7.
Masih tingginya kasus jiwa yang dipasung8.
Belum optimalnya akses terhadap kualitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan9.
Masih belum optimalnya ketersediaan, mutu, manfaat, dan keamanan sediaan farmasi, alkes dan makanan10.
Belum optimalnya pelaksanaan Jaminan KesehatanF. Sistematika
Sistematika penulisan laporan kinerja Satker 03 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut :
- Kata Pengantar - Daftar Isi - BAB I
Penjelasan umum organisasi Satker 03 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, penjelasan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued)
yang sedang dihadapi organisasi. - BAB II
Menjelaskan uraian ringkasan/ ikhtisar perjanjian kinerja Satker 03 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
- BAB III
Penyajian capaian kinerja Satker 03 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi, dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut: Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini; Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusiyang telah dilakukan; Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya; Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja dan melakukan analisa realisasi anggaran.
- BAB IV
Penutup, Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
C. Indikator Kinerja
Indikator kinerja Satker 03 Dinas Kesehatan provinsi Jawa Timur:
No. Sasaran
Program/Kegiatan
Indikator Kinerja Target Target
provinsi (1) (2) (3) (4) 1. Pembinaan Gizi Masyarakat 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan
Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 80% 95% 47% 47% 85% 25% 80% 95% 47% 47% 85% 25% 2. Pembinaan Kesehatan Keluarga 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1 Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil
Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) 85% 78% 65% 55% 40% 87% 95% 85% 78% 65% 55% 40% 87% 95% 3. Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga
1. 2. 3. 4.
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar
Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI Persentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya
70% 605 100% 50% 85% 960 100% 60% 4. Penyehatan Lingkungan 1. 2. 3. 4. 5.
Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan
Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan
Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar
Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan
40.000 45% 56% 28% 26% 6375 45% 61% 40% 61%
6. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
376 38 5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 1. 2. 3. 4.
Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang
memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan 70% 40% 16 12 60% 25% 3 7 6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pembinaan Kesehatan Masyarakat
1. Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Satker 03 Dana Dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur telah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia.
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia. Perjanjian penetapan kinerja tahun 2019 yang telah ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat berisi Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat.
B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat
Dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu, angka kematian bayi , program kesehatan masyarakat memiliki kegiatan-kegiatan yang diukur dengan Indikator sebagi berikut:
No. Sasaran
Program/Kegiatan
Indikator Kinerja Target Target
provinsi (1) (2) (3) (4) 1. Pembinaan Gizi Masyarakat 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan
Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 80% 95% 47% 47% 85% 25% 80% 95% 47% 47% 85% 25% 2. Pembinaan Kesehatan Keluarga 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1 Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil
Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) 85% 78% 65% 55% 40% 87% 95% 85% 78% 65% 55% 40% 87% 95% 3. Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga
1. 2. 3. 4.
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar
Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI Persentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok
70% 605 100% 50% 85% 960 100% 60%
masyarakat di wilayah kerjanya 4. Penyehatan Lingkungan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan
Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan
Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar
Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan
Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
40.000 45% 56% 28% 26% 376 6375 45% 61% 40% 61% 38 5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 1. 2. 3. 4.
Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang
memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan 70% 40% 16 12 60% 25% 3 7 6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pembinaan Kesehatan Masyarakat
1. Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat
93% 93%
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan pemerintahan yang baik di Indonesia. Pengukuran kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam penetapan kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja yang telah dicapai pada akhir tahun anggaran.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi
serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja
1. Indikator Kinerja Program
Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dengan satker dekonsentrasi 03 dengan upaya prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan prevalensi stunting. Dalam rangka penurunan AKI, AKB, Stunting program kesehatan
masyarakat menyusun dokumen Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2019, indikator kinerja Program Kesehatan Masyarakat terdiri dari:
Capaian kinerja program dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2019
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
No. Sasaran
Program/Kegiatan
Indikator Kinerja Target Capaian
(1) (2) (3) (4) 1. Pembinaan Kesehatan Keluarga 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1 Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil
Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) 85% 78% 65% 55% 40% 87% 95% 100,21% 91,15% 94,61% 94% 47% 98,76% 98,04%
A. Pembinaan Kesehatan Keluarga
Pembinaan Kesehatan Keluarga merupakan salah satu program yang ada di Satker 03 DInas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Pembinaan Kesehatan Keluarga melekat pada Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat. Indikator pada pembinaan kesehatan keluarga terdiri dari
1. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)
Cakupan KN 1 sebesar 100,21% dari target yang ditetapkan sebesar 85%. Rata – rata capaian KN1 di 38 kabupaten / kota sudah diatas 90%. Semua bayi baru lahir sudah mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal esensial dan 90% dilakukan di Fasilitas Kesehatan
2. Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)
Cakupan K4 sebesar 91,15 % dari target yang ditetapkan sebesar 78 %. Rata – rata capaian K4 38 kabupaten / kota sudah diatas 78%. Meskipun capaian sudah memenuhi target, secara operasional di kabupaten / kota masih terdapat kendala, diantaranya karena faktor geografis (terdapat kesulitan akses) juga budaya (adanya mitos kehamilan diperiksakan setelah masuk Trimester II).
3. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1.
Cakupan Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1 ditagetkan sebesar 65 % dengan realisasi capaian sebesar 94,61 %.
Analisa keberhasilan :
Capaian puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1 sudah mencapai target karena :
a. hampir semua sekolah sudah dilakukan penjaringan kesehatan dengan adanya anggaran transpor petugas untuk ke sekolah dari BOK.
b. Puskesmas sudah membentuk tim skrining dari lintas program untuk melaksanakan penjaringan kesehatan
Analisa ketidakberhasilan :
a. Anggaran BOK hanya bisa untuk kunjungan ke sekolah 1 kali/tahun, hal ini menyebabkan kualitas penjaringan kesehatan pada peserta didik belum maksimal
b. UKS kit yang dimiliki puskesmas rata- rata 1 – 2 paket/ puskesmas, hal ini menimbulakan proses pelaksanaan penjaringan kesehatan akan berlangsung lama dan kurang berkualitas
c. Agenda tim skrining kadang – kadang tidak bisa bersamaan sehingga tim yang melaksanakan penjaringan kesehatan ke sekolah tim skriningnya tidak lengkap d. Buku rapor kesehatanku belum dimiliki semua peserta didik
Analisa solusi :
a. Koordinasi lintas program untuk menjadwalkan skrining secara bersama- sama b. Mengusulkan pengadaan UKS kit dari sumber anggaran BOS atau komite
sekolah
c. Koordinasi dengan pihak sekolah untuk melibatkan guru dan peserta didik (kader kesehatan ) secara aktif membantu pelaksanaan penjaringan kesehatan
4. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10
Cakupan Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10 ditargetkan sebesar 55 % dengan capaian pada tahun 2019 sebesar 94 %.
Capaian puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10 sudah mencapai target karena :
a. hampir semua sekolah sudah dilakukan penjaringan kesehatan dengan adanya anggaran transpor petugas untuk ke sekolah dari BOK.
b. Puskesmas sudah membentuk tim skrining dari lintas program untuk melaksanakan penjaringan kesehatan
Analisa ketidakberhasilan :
a. Anggaran BOK hanya bisa untuk kunjungan ke sekolah 1 kali/tahun, hal ini menyebabkan kualitas penjaringan kesehatan pada peserta didik belum maksimal
b. UKS kit yang dimiliki puskesmas rata- rata 1 – 2 paket/ puskesmas, hal ini menimbulakan proses pelaksanaan penjaringan kesehatan akan berlangsung lama dan kurang berkualitas
c. Agenda tim skrining kadang – kadang tidak bisa bersamaan sehingga tim yang melaksanakan penjaringan kesehatan ke sekolah tim skriningnya tidak lengkap d. Pelaksanaan penjaringan kesehatan untuk kelas 7 masih rendah, karena
pelaksanaan penjaringan kesehatan hanya dilakukan 1 hari sehingga belum semua peserta didik diskrining
e. Buku rapor kesehatanku belum dimiliki semua peserta didik Analisa solusi :
a. Koordinasi lintas program untuk menjadwalkan skrining secara bersama- sama b. Mengusulkan pengadaan UKS kit dari sumber anggaran BOS atau komite
sekolah
c. Koordinasi dengan pihak sekolah untuk melibatkan guru dan peserta didik (kader kesehatan ) secara aktif membantu pelaksanaan penjaringan kesehatan
d. Meningkatkan peran TP UKS kecamatan dan kab/kota dalam pelaksanaan penjaringan kesehatan peserta didik
5. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
Cakupan Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja mempunyai target sebesar 40 %. Pada tahun 2019 cakupan Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja sebesar 47 %
Analisa keberhasilan :
Capaian puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja mencapai target karena :
a. Kab/kota melaksanakan pelatihan/orientasi/ kalakarya tentang Puskesmas PKPR b. Adanya koordinasi dengan lintas sektor, lintas program, ormas dalam
pengembangan posyandu remaja/kelompok remaja Analisa ketidakberhasilan :
a. Pimpinan puskesmas belum menjadikan program kesehatan remaja sebagai program prioritas sehingga anggaran untuk kegiatan program ini tidak banyak b. Puskesmas belum bisa melakukan advokasi kepada lintas sektor terkait tentang
pentingnya program kesehatan remaja ini.
c. Petugas belum memiliki komitmen dalam melaksanakan kegiatan program kesehatan remaja.
d. Kompetensi petugas masih kurang khususnya dalam melakukan konseling pada remaja
Analisa Solusi :
a. Penguatan petugas kesehatan dalam melakukan konseling dengan cara orientasi/kalakarya/simulasi metode konseling yang baik
b. Koordinasi puskesmas dengan lintas sektor terkait dengan memberikan informasi tentang kesehatan remaja pada waktu mini lokakarya lintas sektor
c. Komitmen pimpinan dan petugas puskesmas untuk melakukan kegiatan kesehatan remaja walaupun di luar jam kerja.
6. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil
Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil mempunyai target sebesar 87 %. Pada tahun 2019 capaian Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil sebesar 98,76 %
Analisa:
- Semua Puskemas sudah memiliki sarana untuk pelaksanaan kelas ibu hamil - Semua puskesmas sudah melaksanakan buka kelas ibu hamil
Untuk desa yang petugasnya belum dilatih, maka untuk pelaksanaannya adalah dengan pendampingan oleh petugas puskesmas dan dengan saran yang bergantian
7. Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Program Puskesmas yang melakukan orientasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi sebesar 95 %. Tahun 2019 cakupan program P4K di Puskesmas di Provinsi Jawa Timur sebesar 98,04 %
Analisa :
- Orientasi P4K di Puskesmas, ada 31 kabupaten/ kota yang yang semua puskesmasnya melakukan orientasi dan masih ada 7 kabupaten/ kota yang masih belum 100%
- Oreintasi P4K yang dimaksudkan minimal ada 1 Pokja yang aktif
Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2019
-
-
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
No. Sasaran
Program/Kegiatan
Indikator Kinerja Target Capaian
(1) (2) (3) (4) 1. Pembinaan Gizi Masyarakat 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan
Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan
Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 80% 95% 47% 47% 85% 25% 99.2% 88.6% 65.1% 83.2% 85.9% 69.1%
B. Program Perbaikan Gizi
Program Perbaikan Gizi merupakan salah satu program yang ada di Satker 03 DInas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Pembinaan Kesehatan Keluarga melekat pada Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat. Indikator pada pembinaan kesehatan keluarga terdiri dari
1. Persentase Ibu Hamil KEK yang mendapat PMT
Cakupan ibu hamil KEK mendapat PMT di Jawa Timur sebesar 99.2% dari target yang ditetapkan sebesar 80%. Hal ini disebabkan karena sarana PMT untuk ibu
hamil KEK sudah tersedia dalam jumlah yang sangat cukup, sehingga setiap ibu hamil yang terindikasi KEK akan selalu mendapat PMT.
2. Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah.
Di Jawa Timur, persentase Ibu Hamil yang mendapat tablet tambah darah sebesar 88,6%, lebih rendah dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena masih ada beberapa ibu hamil yang merasa mual jika mengkonsumsi TTD secara terus menerus.
3. Persentase Bayi Kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
Capaian bayi yang disusui secara eksklusif di Jawa Timur, relative sudah cukup tinggi, yaitu sebesar 65,1%. Capaian ini lebih tinggi disbanding dengan target yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 47%. Hal ini disebabkan karena gerncarnya sosialisasi tentang ASI Eksklusif yang disampaikan kepada masyarakat, ditambah program-program inovasi ya ng sangat beragam di msyarakat, seperti kampong asi, kelompok pendukung ASI, ayah ASI, nenek peduli ASI dan sebagainya
4. Persentase Bayi Baru Lahir mendapat IMD
Di Jawa Timur, bayi yang mendapat IMD sebesar 83,2%. Angka ini sangat jauh diatas target yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar 47%. Hal ini ada kaitannya dengan ASI-Eksklusif. Seseorang yang akan melakukan pemberian ASI secara eksklusif pasti terlebih dahulu dikenalkan dengan IMD, sehingga semakin hari, perilaku ibu yang melakukan IMD menjadi semakin membudaya.
5. Persentase balita kurus mendapat Makanan Tambahan.
Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan cukup tinggi, yaitu sebesar 85,9%, sedikit lebih tinggi disbanding dengan targetnya sebesar 85%. Halini hampir sama dengan kasus Ibu hamil KEK mendapat makanan tambahan, dimana sarana yang disediakan cukup melimpah, sehingga hamper pasti semua baliat kurus mendapatkan makanan tambahan.
6. Remaja Putri mendapat Tablet Tambah Darah.
Program ini baru dilaksanakan mulai tahun 2017, sehingga masih dalam proses mencari bentuk. Cakupan di Jawa Timur saat ini mencapai 69,1%, jauh lebih tinggi disbanding dengan target yang telah ditetapkan sebesar 25 %. Meski sudah mencapai 69,1% tetapi perlu terus dikembangkan dan diperbaiki dari aspek kualitasnya, karena masih ada beberapa petugas yang punya persepsi yang berbeda-beda.
Tabel 3.Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2019
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019 PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
No. Sasaran
Program/Kegiatan
Indikator Kinerja Target Capaian
(1) (2) (3) (4)
6. Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pembinaan Kesehatan Masyarakat
1. Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat
93% 87,37 %
C. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Dukungan manajemen merupakan salah satu program yang ada di Satker 03 DInas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Dukungan Manajemen tidak melekat di Seksi tertentu karena Dukungan Manajemen berfungsi sebagai pendukung semua kegiatan di Satker 03 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Indikator pada Dukungan Manajemen adalah Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat Target yang ditetapkan sebesar 93 % dengan capaian sebesar 87,37 %.
Tabel 4.Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2019
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019
PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
No. Sasaran
Program/Kegiatan
Indikator Kinerja Target Capaian
(1) (2) (3) (4) 5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 1. 2. 3. 4.
Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang
memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan 60% 25% 3 7 71,05 % 16,4 % 3 7
D. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai strategi berupa Advokasi, Pemberdayaan Masyarakat, dan Kemitraan. Dalam melaksanakan strategi tersebut, indikator yang digunakan antara lain :
1. Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
Kebijakan merupakan alat dalam membuat sistem agar semua sumberdaya dapat mendukung program kesehatan. Kebijakan merupakan hasil dari strategi advokasi yang dilaksanakan. Tahun 2019 Persentase Kabupaten/kota yang memiliki Kebijakan PHBS sebesar 71,05 %, lebih tinggi dari target yang ditetapkan (60%). Hal ini terjadi karena terdapat kegiatan fasilitasi oleh Provinsi bersama lintas sektor untuk melaksanakan advokasi untuk menerbitkan kebijakan kesehatan.
2. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
Dana desa merupakan salah satu sumberdaya yang dapat digunakan untuk mendukung pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan. Dalam pelaksanaannya rata – rata penggunaan dana desa di Jawa Timur berupa anggaran untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan transportasi kader. Penggunaan dana desa untuk UKBM di Jawa Timur sebesar 16,4 %, masih belum memenuhi target yang ditetapkan. Walaupun sudah semua desa sudah memberikan anggaran untuk pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan, namun untuk mencapai 10 % dari semua anggaran dana desa masih cukup sulit. Hal ini diseabkan karena belum ada aturan yang pasti mengatur dengan jelas besaran 10 % untuk bidang kesehatan.
3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan Dukungan CSR dari dunia usaha merupakan salah satu perwujudan strategi kemitraan. Keterbatasan sumberdaya dari pemerintah dapat ditunjang dengan dukungan dari dunia usaha melalui CSRnya. Provinsi Jawa Timur telah mempunyai kegiatan yang di dukung CSR dari dunia Usaha sebanyak 3 Dunia Usaha (sudah memenuhi target). Seperti Unilever (gerakan CTPS), Bank Jatim dan Mandiri (ambulan), dan PT Astra (edukasi asma). Di tingkat Kabupaten dan puskesmas masih banyak lagi kegiatan – kegiatan CSR yang bersifat sporadis, misalnya Indomaret dalam pemberian PMT posyandu, Citraland kampanye stunting, Indofood kampanye Gizi seimbang, dan lain sebagainya.
4.
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatanSeperti halnya dukungan CSR dunia usaha, organisasi kemasyarakatan juga bermitra dalam mendukung program kesehatan. Dengan jumlah kader, kegiatan, dan anggaran yang cukup banyak, ormas merupakan mitra yang potensia dalam mendukung program – program kesehatan. Provinsi Jawa Timur telah mempunyai MoU dengan 7 organisasi kemasyarakatan (sudah memenuhi target) antara lain, Fatayat, Muslimat, Aisyiyah, Nasyiyatul Aisyiyah, PMI, PPKMI, dan Pramuka. Semua ormas tersebut memberikan dukungan berupa peergerakan masyarakat melalui kader – kadernya serta sinkronisasi kegiatan yang sesuai dengan program kesehtan.
5. BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Indikator kinerja (IK) Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat terdiri atas 6 program dengan 28 Indikator
2. Ketiga indikator tersebut dilaksanakan di tingkat Puskesmas. Dinas kesehatan Provinsi Jawa Timur berfungsi menfasiltasi dan memberikan dukungan teknis serta pemantauan program