• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Yogyakarta selain sebagai kota pelajar, kota gudeg, kota pariwisata dan kota seniman, merupakan kota yang dikenal sebagai kota seni dan budaya. Seni yang berada di kota ini juga bermacam-macam jenisnya, salah satu yang mulai berkembang dan diminati adalah seni sulap. Hal tersebut ditandai dengan berkembangnya komunitas-komunitas dan event-event sulap yang sering diadakan di Yogyakarta.

Sulap merupakan suatu seni pertunjukan yang diminati oleh masyarakat di seluruh dunia, karena dalam penyajiannya sulap dapat membuat heran penonton dibalik rahasia penyajiannya. Sulap merupakan suatu seni yang menggabungkan berbagai seni lain seperti seni tari, seni drama, dan lain sebagainya. Sulap juga merupakan perpaduan disiplin ilmu lain seperti ilmu fisika, ilmu biologi bahkan ilmu psikologi. Sulap bukanlah suatu keterampilan yang berbau klenik atau mistis namun keteampilan yang menunjukan kelihaian tangan, manipulasi, hasil kerja suatu alat, ataupun hasil dari reaksi kimia yang sudah dilatih berkali-kali sehingga dapat menimbulkan decak kagum bagi sang penonton.

Sulap secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu close magic dan stage magic. Close up magic merupakan sulap yang dapat ditonton melalui jarak dekat, antara pesulap dan penonton hanya berjarak beberapa kaki saja atau bahkan bersinggungan, dan biasanya terdapat interaksi antara pesulap dengan penontonnya. Sulap yang dimainkan dalam kategori ini menggunakan alat-alat yang sederhana dan dibawa sehari-hari seperti pensil, sapu tangan, koin, uang lembaran dan lain sebagainya.

Stage magic merupakan kategori sulap pada acara-acara tertentu dan dilakukan di panggung atau ruangan khusus. Sulap jenis ini memiliki penonton yang cukup banyak dan menimbulkan efek yang lebih besar dari close up magic. Pada umumnya stage magic menggunaka alat-alat yang besar agar terlihat jelas oleh penonton dan menggunakan alat yang rumit. Seiring

(2)

2

dengan perkembangan zaman dan berkembangnya kreatifitas mulai bermunculan kategori-kategori baru seperti slight of hand (kecepatan tangan), mathemagic ( sulap angka), cardician (sulap kartu), escapetology (imu melepaskan diri), mentalism, illusion, street magic, dan lain sebgainya.

Tidak banyak catatan mengenai perkembangan sulap di Indonesia, namun pada tahun 1950 muncul pesulap berkebangsaan Indonesia bernama Lie. Beliau juga pertama kali mendirikan komunitas pesulap bernama “SUNGLAP” yang memiliki kepanjangan sungguh gelap. Menurut beliau dunia sulap sunggung gelap di mata penonton sulap, namun sulap pada zaman itu tidak dapat berkembang karena harga alatnya yang mahal. Pada tahun 1990 muncul Andry Manan seorang pesulap yang pertama kali memiliki pertunjukan di televise sehingga seni sulap untuk pertama kali dapat dinikmati seluruh masyarakat Indonesia. Kemudian muncul nama Deddy Corbuzier yang menjadi mentalist terbaik se-Asia Tenggara. Semenjak saat itu muncul pesulap-pesulap muda yang bermunculan seperti Demian, Romy Rafael, dan lainnya. Namun ada dikala peranan pesulap di mata masyarakat menjadi sebutan “tukang” sulap. Hal ini dapat dikatakan bahwa pesulap sama halnya dengan tukang bakso.

Perkembangan sulap tidak diikuti dengan tempat pelatihan sulap yang sesuai dengan hakekatnya. Tempat pelatihan sulap yang sekarang ada hanyalah tempat pembelajaran trik, trik sulap diberikan dan dijelaskan secara step by step, dan diulang secara menerus sampai peserta didik mahir. Memang tidak ada yng salah dengan hal tersebut, namun inti sulap yang sebenarnya adalah bagaimana seseorang secara kreatif dapat membuat trik sulapnya sendiri. Tempat pelatihan yang ada sekarang juga cenderung kecil dan tidak memberikan ruang untuk bergerak lebih, tidak ada ruang gerak untuk mengeksplorasi apa yang dapat dilakukan. Tempat sulap yang ada juga jauh dari unsur menginspirasi dan hanya mengajari.

Perkembangan sulap juga sulit untuk berkembang dikarenakan komunitasnya yang masih bersifat spora, sangat kecil, banyak dan menyebar. Sehingga bakat-bakat yang ada susah untuk tersalurkan dan sulit untuk

(3)

3

diekspos. Padahal jika memiliki ikatan yang kuat bukan hal mustahil mereka dapat berkembang dan berkarir di dunia internasional.

Akademi sulap Indonesia merupakan sebuah wadah bagi siapa saja untuk mencari tahu akan dunia sulap, dari yang sekedar ingin tahu menjadi tertarik, dari tertarik menjadi mendalami, dari mendalami menjadi mahir, dari mahir menjadi ahli dan seterusnya. Akademi ini juga akan menjadi wadah pemersatu bagi komunitas-komunitas yang sebelumnya bersifat spora menjadi satu kesatuan bernama akademi. Di akademi ini juga terdapat media pembelajaran sulap yang akan dikembalikan sesuai dari hakekatnya untuk mengeksplorasi, mencoba, dan bereksperimen kemampuan sampai batasnya.

1.2. Permasalahan

1.2.1.Permasalahan Umum

Banyak orang yang mengaku sebagai pesulap, dapat melalukan berbagai trik dan bahkan menyebut dirinya adalah ahli, namun jika ditanya apakah esensi sulap itu sendiri masih banyak yang belum yakin menjawab dengan tepat. Sesuai yang diajarkan oleh Demian’s Magic Academy, esensi dari sulap adalah efek dan metode. Sangat sederhana namun memiliki makna yang tidak sesederhana yang dilihat.

Efek dapat diartikan sebagai efek yang ditampilkan oleh pesulap, misal memunculkan mobil, menerbangkan mobil, menghilangkan, memprediksi headline koran, membaca pikiran, dan sebagainya. Jika si pesulap ingin menampilkan suatu efek sulap tetapi penonton tifak bisa mencerna atau memahami efek tersebut dapat dipastikan efeknya tidak sampai ke penonton atau dapat dibilang sulap tersebut gagal. Misal seorang pesulap ingin menampilkan bahwa ia dapat membuat sekeping uang logam menembus meja (dari atas ke bawah), akan tetapi si penonton bingung, apa benar uang logam tersebut berada di atas meja, jangan-jangan uang tersebut memang berada di bawah meja. Jika terjadi seperti itu maka efek sulap tersebut dapat dikatakan gagal.

Menurut buku yang ditulis Dariel Fitzkee tahun 1944 efek sulap dapat diklasifikasikan ke dalam 20 macam efek sulap, misalnya

(4)

4

production, vanishing, penetration, transposition, restoration, thought reading, thought transimision, dan masih banyak lagi. Meski demikian, Tom Stone tidak terlalu setuju dengan Dariel Fitzkee, menurutnya jika efek sulap hanya dikelompokkan ke dalam 20 macam seperti itu, akan mematikan kreatifitas para pesulap. Sehingga menurut Tom Stone bahwa efek sulap hanya memiliki satu yaitu something strange happens.

Banyak pesulap yang kurang familiar dengan kata metode, mereka lebih familiar dengan kata trik. Metode sulap adalah cara-cara yang digunakan oleh pesulap untuk menghasilkan efek sulap. Apapun caranya itulah metode sulap. Metode sulap tidak boleh sampai ke penonton. Untuk menghasilkan satu efek sulap dapat dilakukan dengan puluhan bahkan ratusan metode.

Sehingga esensi sulap adalah efek dan metode, dimana efek adalah sesuatu yang dilihat penonton sedangkan metode adalah sesuatu yang tidak dilihat oleh penonton. Dengan demikian, efek dan metode seperti layaknya uang logam. Uang logam terdiri atas dua sisi tetapi tidak pernah dilihat kedua sisinya secara penuh dalam waktu yang bersamaan. Jika yang dilihat angka, maka yang tidak terlihat gambar begitu pula sebaliknya.

Esensi dalam sulap juga mengenai sebuah sulap sebagai seni itu sendiri. Kesalahan yang biasa dilakukan pesulap adalah menguasai trik namun tidak mengerti makna seni. Sehingga pesulap tersebut sulit berkembang dan penonton

Dari beberapa pernyataan diatas dapat juga disimpulkan bahwa esensi sulap bagi para pesulap adalah sarana terus berkembang tanpa batas, tidak hanya sekedar trik yang dilakukan berulang-ulang. Namun harus dipahami dasarnya sehingga dapat dikembangkan sedemikian rupa. Hal tersebut semata-mata hanya untuk menimbulkan efek decak kagum bagi para penonton.

(5)

5

Permasalahan lain yang muncul adalah sekolah sulap yang ada sekarang tidak mendukung esensi sulap bagi pesulap untuk terus berkembang tanpa batas. Sekolah sulap yang sekarang ada hanya berupa kelas-kelas kecil dan kursi yang ditata sehingga tidak ada ruang gerak untuk eksplorasi. Pengetahuan akan menciptakan trik, menciptakan alat, dan menguasai aksi panggung juga jarang diberikan dengan kondisi kelas seperti ini.

Demian’s Magic Academy telah memberikan esensi sulap kepada para muridnya namun sekolah tersebut terkendala ruang yang ada di sekolah tersebut, dapat dikatakan ruang yang berada pada sekolah tersebut tidak mencerminkan esensi sulap yang diajarkan DMA. Sebenarnya DMA sudah memiliki kurikulum jelas yang mereka sebut curriculum by skill level. Jenis sulap yang dipelajari pun juga dibagi kedalam tiga jenis sulap. Long Magic Course untuk mendalami keseluruhan dalam dunia sulap, Short Magic Course untuk mempelajari sulap namun hanya untuk keperluan hobby, dan other program terdiri dari program privat, program in house training dan program ekstrakulikuler

Table 1.1 Kurikulum DMA Long Magic Course No Jenis Kursus Skill Level Level Pertemuan 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Long Magic Course Trickster 1 2 3 Sorcerer 1 2

Gambar 1 .1 Proses dalam Sulap

(6)

6 3 Oracle 1 2 3 Sage 1 2 3

Sumber: Demian’s Magic Academy

Table 1.2 Kurikulum DMA Short Magic Course

No Jenis

Kursus

Skill Level Pertemuan

1 Short Magic Course Pseudo Mindreading Permainan dengan benda sehari-hari Permainan Kartu Pemainan dengan alat sulap Bar Magic

Sumber: Demian’s Magic Academy Table 1.3 Kurikulum DMA Other Magic Course

No Jenis

Kursus

Program Bentuk Pertemuan

1 Other Magic Course Program Private Magic Disesuaikan dengan murid Program Ekstrakulikuler Magic Seminggu sekali di sekolah Program In House Training Pelatihan fullday bekerjasama dengan perusahaan

Sumber: Demian’s Magic Academy

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Demian’s Magic Academy sudah memiliki kurikulum yang jelas dibanding dengan

(7)

7

sekolah sulap lainnya. Namun kurikulum yang sudah jelas dan idealis tersebut tidak memiliki ruang untuk menyalurkannya.

Table 1.4 Analisa Kurikulum DMA dan Program Ruang yang dibutuhkan

No Jenis Kursus Skill Level Ruang yang

Dibutuhkan

1 Lounge

Magic Course

Trickster Ruang Kelas

Sorcerer Ruang Latihan

Oracle Panggung Kecil,

Ruang Latihan Misdirection

Sage Ruang Latihan

Public Speaking, Ruang Latihan Koreografi, Panggung Medium/Large Sumber: Analisa Penulis

Dalam segi komunitas, dunia sulap merupakan salah satu bentuk kegiatan kreatif yang banyak diminati oleh masyarakat. Sehingga banyak orang-orang yang memiliki hobi, dan ketertarikan yang sama ini membentuk sebuah kelompok untuk saling belajar dan menambah pengetahuan akan dunia sulap. Peminat akan dunia sulappun mempunyai latar belakang yang bermacam-macam, seperti misalnya ada yang berlatar belakang dari dunia kesehatan, dari dunia wiraswasta, ataupun dari dunia entertainment itu sendiri.

Komunitas ini memang menjadi wadah bagi para orang-orang yang ingin belajar sulap dengan metode learning by sharing, namun banyak dari komunitas ini merupakan komunitas-komunitas kecil. Sehingga jika dilihat secara keseluruhan sifat komunitas ini adalah sporaroid, komunitas kecil namun sangat tersebar hampir di seluruh daerah. Hal ini menjadi sebuah kelemahan tersendiri pada komunitas ini, karena selain kegiatan tidak memusat, bakat-bakat unggul yang ada sulit terdeteksi.

(8)

8 1.2.2. Permasalahan Khusus

Dalam segi bisnis, dunia sulap memiliki potensi yang cukup besar, bisnis dalam dunia sulap tidak sekedar menjual sebuah alat sulap, namun bagaimana menjual suatu pertunjukan. Hal ini dapat dilihat dari pesulap-pesulap yang sudah mulai masuk ke layar kaca, tentu saja bisnis ini merupakan sesuatu yang menarik bagi dunia hiburan di tanah air.

Selain itu banyak orang yang tidak tahu peluang untuk menciptakan sebuah alat sulap sangatlah besar labanya. Sebuah blueprint alat sulap dapat dihargai Rp 10.000.000,00 untuk alat seukuran kandang burung, dan lebih dari Rp 20.000.000,00 untuk alat seukuran lemari pakaian. Peluang ini jarang dilihat oleh pesulap apalagi orang awam.

1.3. Tujuan 1.3.1.Tujuan

1. Mempelajari dan mendefinisikan kebutuhan fungsi dan ruang dari sebuah fasilitas community centre, fasilitas sekolah sulap, dan fasilitas showroom/outlet sulap

2. Mempelajari standar-standar yang berlaku dalam sebuah fasilitas community centre, dalam hal ini sulap, dengan segala kelengkapan pendukung kegiatan sulapnya, maupun fasilitas pendukung lainnya 3. Mempelajari standar keruangan dan fasilitas yang beragam,

berdasarkan keahlian, dan bidang yang akan ditekuni oleh peserta akademi sulap indonesia

1.3.2.Sasaran

1. Mempelajari kebutuhan ruang yang dibutuhkan sebuah akademi sulap indonesia

2. Mempelajari contoh preseden-preseden berupa community centre, sekolah sulap, dan toko sulap

3. Mempelajari pendekatan desain akademi sulap Indonesia melalui kebutuhan ruang

4. Menganalisa alternative dan menentukan site

5. Menyusun konsep yang cocok diterapkan dalam sebuah akademi sulap Indonesia

(9)

9 1.4. Lingkup Pembahasan

Lingkup penulisan dibatasi pada permasalahan arsitektural menyangkut fungsi dan kebutuhan dalam sebuah fasilitas community centre, sekolah sulap, dan toko sulap.

1.5. Metoda Pembahasan

1. Metode Deskriptif

Penjelasan data dan informasi yang berkaitan dengan latar belakang, permasalahan, dan tujuan penulisan, dalam hal ini fasilitas latihan dalam sulap dan pendekatan yang akan dicapai nantinya

2. Metode Studi Kasus/Preseden

Melakukan studi dari contoh-contoh fasilitas yang serupa, bisa dari segi tipologoi bangunannya, ataupun pendekatan desainnya,meski dengan tipologi bangunan yang berbeda, sehingga menghasilkan output berupa poin positif ataupun poin negative dari objek yang dipelajari

3. Metode Analisis

Berupa pembahasan yang lebih mendalam tentang permasalahan dan kebutuhan ruang yang akan diselesaikan, melalui studi-studi literature dari buku maupun digital.

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan: Membahas latar belakang, permasalahan umum, permasalahan khusus, tujuan dan sasaran penulisan, metode analisa, lingkup dan kerangka penulisan.

BAB II Tinjauan Umum Akademi Sulap Indonesia : membahas tinjauan sulap, community centre, sekolah sulap, dan took sulap, dalam bab ini juga membahas studi kasus

BAB III Pendekatan Site: dalam bab ini akan membahas alternative site yang cocok untuk akademi sulap Indonesia berserta analis site teresbut BAB IV Pendekatan Preseden Desain Bangunan: dalam bab ini akan dibahas mengenai preseden berkaitan tipologi bangunan berupa community centre, sekolah sulap, dan toko sulap, dan juga akan membahas poin positif maupun poin negatif dari objek yang dibahas.

(10)

10

BAB V Konsep : Merupakan bab terakhir yang membahas perumusan konsep. Sehingga menjadi dasar untuk pengembangan desain akademi sulap Indonesia dalam Tranformasi Desain nantinya.

1.7. Keaslian Penulisan

Sebagai dasar keaslian penulisan, berikut beberapa sumber informasi yang berhasil dihimpun dari http://digilib.archiplan.ugm.ac.id

No Judul Penulis

1 Perancangan Wargame Center Sukma, Jaka Nur

2 Akademi Nusantara

Pusat Pengembangan Sepak Bola Usia Dini

Wicaksana, Hanief Pitoyo

(11)

11 1.8. Kerangka Pemikiran

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Akademi Sulap Indonesia Sumber: Analisa Penulis

Gambar

Table 1.1 Kurikulum DMA Long Magic Course  No  Jenis  Kursus  Skill  Level  Level  Pertemuan  1  2  3  4  5  6  7  8  1  Long  Magic  Course  Trickster  1  2  3  Sorcerer  1  2
Table 1.2 Kurikulum DMA Short Magic Course
Table 1.4 Analisa Kurikulum DMA dan Program Ruang yang dibutuhkan
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Akademi Sulap Indonesia  Sumber: Analisa Penulis

Referensi

Dokumen terkait

guna mencapai tujuan, dan membangun hubungan yang produktif dan dapat meraih keberhasilan.Sementara itu Bar-On (2000) menyebutkan bahwa kecerdasan emosiadalah suatu

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Setelah itu teller akan memanggil dan nasabah akan memberikan sejumlah uang dan buku tabungan untuk meminta pencetakan transaksi setor tunai ke bank..

Tabel item-total statistik menunjukan hasil perhitungan reabilitas untuk 10 pernyataan.Menentukan besarnya r tabel dengan ketentuan tingkat kepercayaan (degree of

Faktor karakteristik balita dan perilaku keluarga terhadap kejadian ISPA

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Menimbang, bahwa berdasarkan pemeriksaan setempat, Majelis Hakim berpendapat gambar lokasi tanah dalam surat ukur ketiga Sertipikat Hak Milik milik Penggugat tidak