LAPORAN KINERJA INVESTASI
KEM.PERTAMINA
FLip
DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
(Kamis, 28 Mei 2015)
Kawasan KEM sebelum ada kegiatan Kawasan KEM setelah ada kegiatan
Disusun oleh:
HUSAIN KASIM
DJAROT PURBADI
Yogyakarta, 28‐Mei‐2015
1. SITUASI AWAL KAWASAN
NO ITEM SITUASI KAWASAN URAIAN FAKTA LAPANGAN
1. Sifat Lahan di Kawasan Lahan pertanian berupa pertanian campursari dengan tanah liat setebal sekitar 3 m di atas tanah padas, di bagian tengah lahan terdapat sungai selebar 7 m kedalaman 3 m. Lahan berfungsi sebagai lahan pertanian selama ini hanya dua musim tanam karena hujan hanya memberi air selama 8 bulan. 2. Sumber Air Kebutuhan air untuk konsumsi rumah tangga dan kegiatan beternak diambil dari sumur, sedang untuk kegiatan pertanian hanya mengandalkan air hujan. Belum ada upaya pemanfaatan air permukaan secara optimal saat hujan turun, sehingga kebutuhan air tanaman hanya berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah dan bertahan selama musim hujan (Oktober sd Mei) 8 bulan, selebihnya selama 4 bulan (Juni sd September) dalam keadaan kering. Telah ada usaha pemerintah setempat membuat sumur gali di lahan pertanian, namun tidak efektif karena kedalaman sumur belum mencapai lapisan “kolom” air tanah, sehingga sumur pertanian turut kering pada musim kemarau. Sumber air potensial sepanjang tahun untuk pertanian adalah air tanah. Pemanfaatan air permukaan yang ditampung dalam embung turut membantu mengatasi kekurang air di musim kemarau. 3. Pertanian Pertanian dilakukan di lahan kering dengan mengandalkan air hujan. Petani memaksimalkan musim penghujan dengan tanaman pangan padi, kedelai, kacang tanah, jagung, singkong, dengan sistem tumpang sari. Disampin faktor air, jenis tanahnya lempung pada saat hujan sangat lekat, sedang di musim sangat keras dan retak‐retak. Tidak ada teknologi pengolahan lahan, kecuali beberapa warga membalik solum tanah di akhir musim kemarau untuk persiapan menanam padi. Di luar itu, mereka bertani tanpa olah tanah (TOT). Pemupukan mengandalkan pupuk kimia, padahal jenis tanah lempung. Akibatnya, semakin hari sifat tanah semakin miskin hara, dan semakin keras bila kering. Pemakaian pupuk organik terbatas dari kandang ternak mereka. Selain itu, benih menggunakan sisa panen sebelumnya atau membeli benih yang tidak jelas sertifikasi keunggulannya. Cara ini berlangsung turun temurun. Akibatnya produksi pertanian rendah. 4. Peternakan Kegiatan beternak dilakukan di rumah‐rumah penduduk dengan sistem kandang. Belum ada pola beternak secara komunal di kandang kelompok. Ternak terutama ayam dan sapi. Kesadaran warga memelihara ternak khususnya sapi merupakan salah satu kekuatan yang berkontribusi
pada perekonomian di Gunung Kidul. Setiap peternak menanam hijaun pakan di pekarangan dan pematang sawah. Namun pada musim kemarau peternak kesulitan pakan, terkadang mereka menjual sapi untuk membeli pakan. Belum ada upaya membuat pakan secara fermentasi. Kandang Sapi ditempatkan di lokasi halaman rumah masing‐masing, kandang sapi belum memperhatikan sanitasi, artinya pembuangan kotoran hanya di tumpuk di belakang sapi, lantai dari tanah, sehingga pembuangan kotoran (urin dan feses) hanya dilakukan setelah kotoran menumpuk banyak, pada saat hujan terlihat basah. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan ternaknya, terutama investasi parasit. Dari penelitian yang pernah dilakukan, terutama pada ruminansia kecil (Kambing dan Domba), cara pemeliharaan diatas tanah, dimana pembuangan kotoran tidak ditempatkan tersendiri, dan pembersihan kandang tidak setiap hari, maka investasi parasit cukup, tinggi, parasit yang banyak berjangkit adalah nematoda (Cacing) dan coccidia (Protozoa). Dapat dipastikan bahwa ternak Sapi yang dipelihara petani dengan kondisi yang kotor, akan terjangkit coccidia, yaitu suatu parasit yang dapat menyebabkan anemia, dan apabila berlanjut, akan dapat menyebabkan kematian. 5. Perikanan Belum ada kegiatan perikanan disebabkan terbatasnya sumber air, warga sudah mengenal kolam terpal namun belum tertarik mengembangkannya. Air permukaan sebagai sumber air perikanan belum dimanfaatkan warga. 6. Kondisi Warga KEM Secara ekonomi warga KEM menurut standar BPS (Biro Pusat Statistik) umumnya tergolong miskin, Namun kearifan lokal dalam pengelolaan sumber‐sumber pangan dan pengelolaan lahan, kebutuhan pangan warga KEM tercukupi sepanjang tahun. Selain bekerja sebagai petani, umumnya ada di antara anggota keluarga yang memiliki akivitas di luar waktu bertani untuk menambah pendapatan. Karakter pekerja merupakan modal dasar dalam pengembangan KEM. 7. Lain‐lain Sebagian pemukiman dan lahan pertanian diterjang banjir bila hujan lebat. Hal ini karena kali mBalong tidak mampu menampung air dari bagian hulu kawasan saat hujan lebat. Kondisi kali mBalong sudah sempit dan dangkal, sehingga ketika hujan lebat semua air di lahan KEM masuk ke kali mBalong. Sudah menjadi kebiasaan bahwa kali mBalong tidak mampu menampung air hujan yang turun, akibatnya sudah cukup lama permukiman warga di sisi utara lahan KEM kebanjiran.
2. HASIL PEKERJAAN INVESTASI DI LAPANGAN
(sesuaikan dengan kegiatan dalam RAB KPI yang tercantum di dalam proposal)
NO ITEM KPI PROPOSAL URAIAN FAKTA KINERJA LAPANGAN
1. Pengolahan Lahan Lahan di kawasan KEM menurut tradisi setempat selama ini tidak diolah secara khusus. Para petani terbiasa menancapkan tanaman langsung di tanah tanpa melakukan pengolahan. Alasannya, tanah yang mereka tanami sulit diolah namun sudah cukup hanya menancapkan tanaman atau menyebar bibit. 2. Penanaman Pakan Hijauan Hijauan pakan ternak yang ditanam terdiri dari: 1. Rumput gadjah (Pennisetum Purpurium) 2. Pohon nangka 3. Gliricidae
1. Rumput Raja (Pennisetum Purphoroides)
Kegiatan penanaman rumput, untuk pakan basal ternak (Sapi dan Kambing) yang akan dipelihara di kawasan KEM dimulai dengan kegiatan penyuluhan. Penyuluhan dengan kelompok sapi dilakukan secara informal di Rumah P Paryadi pada bulan Maret 2015. diinformasikan bahwa, sepanjang tebing sungai, akan ditanam hijauan pakan ternak, hal ini bertujuan agar supaya sebelum ternak yang akan dipelihara di KEM didatangkan, maka infrastruktur pendukungnya harus sudah siap (Kandang dan Pakan). Setelah disetujui oleh penduduk mengenai penanaman rumput, maka kegiatan selanjutnya adalah aplikasi lapangan berupa: a. Pengadaan bibit b. Penanaman rumput. c. Pemupukan a. Pengadaan bibit Bibit rumput didapatkan dari lahan kebun rumput di Fakultas Peternakan UGM dan dari pusat pengembangan penelitian pertanian (KP 4) UGM, di dusun Berbah, Kalitirto, Sleman. Bibit yang digunakan merupakan rumput gadjah yang banyak ditanam di kedua lokasitersebut. Bibit rumput diambilkan dari rumput yang sudah tua, sehingga baik untuk digunakan sebagai bibit. Bibit yang digunakan berasal dari stek tanaman rumput bulan dari pool nya, hal ini untuk mempermudah penanaman dan juga ketersediaannya. Bibit rumput yang berupa stek sekitar 30 cm dan dipilihkan yang sudah tua, dan dibawa ke Ngawu (Gambar 1 a, b, c....dst). Stek rumput ditanam di sepanjang tebing sungai, seperti yang telah disebutkan diatas, dengan panjang sekitar 400 meter, kiri dan kanan tebing. Tujuan penanaman di sekitar tebing adalah selain ketersediaan air menjadi lebih tercukupi, untuk pertumbuhan rumput, pada saat yang bersamaan, akar rumput akan dapat menahan longsoran tanah, sehingga menjadi lebih kuat. b. Penanaman rumput Penanaman rumput dilakukan kelompok, sekitar 5 sampai 10 orang. Penanaman dilakukan tiga tahap, dikarenakan tebing yang cukup panjang dan juga ketersediaan tenaga serta stek bibit rumput. Stek bibit rumput di masukkan kedalam tanah sekitar 10 cm dengan posisi agak miring (Gambar 1 a, b, c...dst), sehingga akar yang terbentuk, akan segera menyentuh tanah. Hal ini penting diperhatikan, dikarenakan apabila akar yang terbentuk tidak segera menyentuh tanah, maka akar tersebut akan mengering, dan stek bibit rumput tidak akan tumbuh. Penanaman dilakukan pada bulan Maret dan April 2015 (Gambar 1 a, b, c...dst), dan pada saat itu masih ada hujan turun, dengan aharpan masih tersedia air yang cukup, maka rumput yang ditanamn, diharapkan akan tumbuh dengan baik. Setelah berumur 3 – 4 minggu, terlihat rumput mulai tumbuh subur, hampir merata disepanjang tebing sungai mbalong (Gambar 2 a, b, c...dst) c. Pemupukan rumput Kegiatan selanjutnya, setelah penanaman rumput, maka setelah ditunggu sekitar 2 minggu, dan rumput mulai terlihat tumbuh (Gambar 3 a. b, c...dst), maka dilakukan pemupukan. Pupuk yang digunakan ada 2 jenis, yaitu
pupuk kompos (dari kotoran sapi) dan pupuk Urea. Pemupukan pertama menggunakan pupuk kompos yang dibuat dari kotoran Sapi (bahan utamanya). Pupuk kompos yang sudah jadi, artinya siap untuk di sebarkan di lahan rumput, dimasukkan ke karung dan dibawa ke lahan (Gambar 3. a, b, c....dst), pemupukan dilakukan oleh sebagian anggota kelompok dan tenaga dari Pak Paryadi (Gambar 3 a, b, c....dst), pupuk dibawa ke lahan, sepanjang tebing, dan disebarkan mulai dari atas (Gambar 3 a, b, c....dst), dikarenakan tebingnya cukup curam, maka di beberapa tempat hanya disebarkan dari atas, dengan harapan apabila turun hujan, maka pupuk akan dapat lebih merata. Setelah dilakukan pemupukan menggunakan kompos, maka dilakukan pemupukan ke dua yaitu menggunakan urea. Pemupukan urea ini dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan, dan warna daun akan terlihat hijau segar (Gambar 3 a, b, c...dst). Hasil Sampai dengan saat ini rumput sudah tumbuh dengan sangat baik (Gambar 4 a, b, c....dst) sepanjang tebing sungai, dengan tinggi sekitar 1,5 meter, pertumbuhan terlihat sangat bagus, hijau segar, dan sangat subur, hal ini dimungkinkan karena bibit yang didapatkan dari Fakultas Peternakan UGM dan Kp 4 UGM cukup baik, dan masih tersedia air. Rumput yang ada siap untuk dimanfaatkan untuk pakan ternak. Selanjutnya setelah pemanenan akan dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kompos.
2.
Penanaman Pohon Nangka
Pohon nangka, merupakan tanaman keras, yang mempunyai fungsi bermacam‐macam. Kayunya (apabila sudah tua dan di regenerasi) dapat digunakan sebagai bahan bangunan atau furniture, sedangkan buah, dapat dimasak untuk konsumsi rumah tangga, atau diguanakn sebagai bahan pembuatan Gudeg Jogja, dan daun, dari penelitian yang sudah dilakukan (Kustantinah et al.,2008., 2010 dan 2014), Daryatmo et al (2008., 2010) dapat digunakan sebagai anti parasit. Hal ini merupakan hal sangat positif untuk didesiminasikan di peternakan terutama peternakan rakyat. Daun nangka merupakan hijauan pakan ternak yang mengandung agent anthelmintic atau anti parasit yaitu, terutama tanin. Hijauan pakan ternak yang mengandung tanin atau metabolit aktif, sangat bermanfaat untuk menghilangkan parasit, terutama nematoda dan coccidia. Dengan tujuan untuk aplikasi lapangan hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium, maka ditanamlah pohon nangka. Pohon nangka yang ditanam sebanyak 150 batang, bibit merupakan okulasi, sehingga diharapkan dalam 3 tahun sudah dapat dipanen. Penanaman, dilakukan disekeliling kandang sapi, ayam dan tanggul sungai (Gambar 5 a, b, c...dst). Kegiatan penanaman pohon nangka dimulai dengan tahapan sbb: a. Pembuatan lubang atau persiapan lahan b. Pemupukan lahan c. Penanaman
a. Pembuatan lubang atau persiapan lahan.
Lahan atau lubang dipersiapkan terlebih dahulu sebelum dimulai penanaman Nangka. Lubang dibuat dengan ukuran 30 x 30 cm dengan kedalaman sekitar 30 cm. Jarak antar lubang dibuat sekitar 5 meter, dengan harapan apabila pohon nangka sudah besar, maka tidak terlalu mengganggu. Lahan atau lubang dibuat disekeliling kandang sapi, dari muka ke belakang, demikian juga disekitar kandang ayam (Gambar 5 a, b, c....dst). Dengan tujuan agar, lahan di sepanjang sungai mbalong (tanggul) dapat dimanfaatkan untuk hijauan pakan
ternak, maka disepanjang tanggul, dengan sisi sebelah timur, juga ditanami pohon Nangka, lahan atau lubang juga dibuat disepanjang tanggul sungai, dengan jarak yang sama, yaitu 5 meter . b. Pemupukan lahan Pemupukan dilakukan setelah lubang dibuat (Gambar 5 a, b, c....dst). Pupuk yang digunakan adalah pupuk kompos, yang didapatkan dari tempat P Paryadi. Pupuk hanya ditaruh di lubang, diperkirakan cukup untuk menutupi akar tanaman Nangka.
c. Penanaman Pohon Nangka
Pohon nangka yang ditanam adalah Okulasi, yang didapatkan di Toko Pembibitan Tani Maju, daerah condong catur, Sleman Yogyakarta. Tempat pembibitan ini sudah sejak lama memasarkan jenis2 tanaman buah, tanaman keras yang lain. Pada awalnya akan digunakan pembibitan pohon nangka di Fakultas Kehutanan UGM. Akan tetapi ternyata hanya ada bibit nangka dari biji, dan terlihat tidak terlalu banyak yang sudah 1 meter tingginya (karena baru memulai pembibitan lagi), maka pembelian bibit nangka dilakukan di Toko Tani Maju. Bibit Nangka yang di beli, terutama untuk nangka sayur, meskipun diselingi pohon nangka buah (20 batang) (Gambar 6 a, b, c....dst).. Penanaman pohon Nangka dilakukan oleh anggota pemelihara Sapi, yang di koordinasi oleh Pak Paidi (Gambar 6 a, b, c....dst). Dikarenakan pohon nangka yang ditanam merupakan okulasi, maka penanaman harus hati‐hati, yaitu bagian okulasi tidak boleh tertanam, atau tidak boleh sampai mengeluarkan akar, dikarenakan hal ini akan mengganggu hasil tanamannya. Hasil Sampai dengan saat ini, penananamn pohon Nangka, sudah sekitar 1 bulan, nangka terlihat baik, ada beberapa
tanaman nangka yang mati, kemungkinan pada saat penanaman terjadi kerusakan pada akar, sehingga harus diganti dengan tanaman yang baru.
3. Gliricidia
Gliricidia merupakan tanaman leguminosa yang sangat mudah perkembang biakannya. Perkembang biakan dapat menggunakan stek dan biji. Tanaman Gliricidia sudah ada di Lokasi KEM, akan tetapi belum banyak. Dengan tujuan sebagai campuran hijauan pakan ternak, maka ditanam Gliricidia sebagai tanaman sumber protein, kandungan Proteinnya cukup baik yaitu sekitar 15 – 17%. Selain itu, dari penelitian yang sudah dilakukan, Gliricidia juga mengandung komponen phenolic atau metabolit aktif yaitu antara lain tanin, meskipun tidak setinggi Daun Nangka ataupun Daun Turi. Sehingga dikarenakan mengandung Tanin, maka Gliricidia dapat digunakan sebagai tanaman yang mengandung agent anthelmintic (anti parasit), sehingga apabila ternak Ruminansia yang dipelihara petani, diberi campuran hijauan Rumput , Daun Nangka dan Gliricidia, maka diharapkan selain digunakan sebagai sumber pakan maka sekaligus dapat digunakan sebagai tanaman anti parasit (cacing dan coccidia). Tanaman Gliricidia ditanam sebagai pagar hidup disekitar kandang Sapi dan Kandang Ayam, didalam kegiatan ini digunakan Stek batang gliricidia sebagai bibit, bukan dari biji, dikarenakan ketersediaannya (Gambar 7 a, b, c....). Tanaman Gliricidia juga akan ditanam disepanjang tanggul sungai, sebagai upaya penyediaan lumbung pakan ternak. 3. Pembuatan Embung/Tandon Air Embung dibuat ditengah sungai dengan cara memperdalam dan memperlebar kali Balong dan dibendung untuk menyimpan air. Pengerjaan embung dimulai Februari dan mengalami musibah pada bulan Maret. Kondisi embung yang masih dalam proses pengerjaan mengalami longsor karena hujan deras. Dari investigasi yang pernah dilakukan, terjadi beberapa kesalahan: desain kurang memenuhi syarat untuk jangka panjang dan waktu pelaksanaan tidak tepat (kondisihujan mengerjakan pembangunan fisik). Selanjutnya dilakukan perubahan desain dan konstruksi yang memprioritaskan penangkapan air hujan sebagai cadangan air irigasi dan untuk perikanan. 4. Pembangunan Irigasi Kawasan Untuk mencukupi kebutuhan pengairan dibuat irigasi dengan memanfaatkan air embung dan air tanah. dengan melakukan pengeboran untuk membuat sumur dalam hingga 4o meter dari permukaan tanah. Air diangkat dengan pompa kemudian dialirkan ke lahan KEM dan mencukupi kebutuhan air ternak. Disetiap petak sawah dibuat sumur renteng sedalam 1 meter untuk menyimpan air. Sumur renteng ini sekaligus dijadikan bak/kolam untuk memelihara ikan lele. Pembangunan jaringan pipa irigasi yang bersumber dari sumur dalam maka kegiatan pertanian dapat dilakukan sepanjang tahun. 5. Pengadaan Unggas Unggas yang dikembangkan di kawasan KEM adalah ayam kampung Jawa super dibimbing oleh Prof Wihandoyo. Peternak yang mengembangkan ada sebanyak 3 orang. Untuk sementara kandang menggunakan fasilitas milik warga dan belum diternakkan di kandang komunal KEM karena pembuatan kandang menunggu lahan. Pembangunan kandang kelompok saat ini sedang dalam proses pengerjaan.
6. Pengadaan Bibit Tanaman Bibit tanaman yang diadakan adalah Jahe Merah dengan
membeli dari pembudidaya tanaman jahe. Untuk bibit
Kacang, Jagung, Kedela berasal dari balai penelitian dan
pengembangan benih yang bersertifikasi dengan harapan
akan memberikan hasil panen yang maksimal. Untuk
tanaman pisang dan pohon nangka di peroleh dari warga
sekitar yang sesui dengan tanah pertanian di wilayah
KEM. Prodikmas berusaha memperkenalkan cara
penanaman yang diyakini produktif, juga pengenalan
bibit tanaman yang bersertifikasi agar hasilnya meningkat signifikan. 7. Pembangunan Kandang Ternak Kandang ternak yang dibangun adalah kandang sapi. Sejak semula tim KEM sudah mengusulkan bahwa kandang yang dibangun adalah menggunakan teknologi dan bahan lokal. Kandang sapi tersebut akan diperbaiki, diberi landasan lantai pasangan batu putih, diplester, dan diberi instalasi untuk pengelolaan kotoran sapi yang akan digunakan untuk menghasilkan biogas. Jumlah kandang sapi yang dibangun sebanyak 5 buah, untuk 5 ekor sapi jantan dan 5 ekor betina.
8. Penanaman Bibit Tanaman Bibit tanaman yang dikembangkan adalah beberapa
tanaman hortikultura, palawija dan herba. Jahe merah
pisang (77 btg), pohon nangka (135 btg), jambu biji
Jamaica (1 btg) dan durian (1 btg). Untuk Tanaman jahe
ini adalah hal pertama yang akan diusahakan untuk di
budidayakan di wilayah KEM. Karena kondisi tanah yang
kurang baik untuk tanaman jahe, maka Prodikmas
mencoba membudidayakan dengan menggunakan media
Polibag. Tanaman palawija yang ditanam adalah jenis
tanaman yang sudah terbiasa dibudidayakan oleh petani
wilayah KEM Ngawu, yaitu Jagung, Kedelai dan Kacang
tanah. Untuk tanaman pisang ditanam dilahan lahan
kosong sepanjang aliran sungai mbalong dan beberepa
lahan yang tidak ditanami palawija. demikian juga pohon nangka ditanman di lahan lahan kosong dan diharapkan
akan membantu penguatan struktur tanah sekitar aliran
sungai. Tanaman Cabe untuk demplot seluas dengan luas
250 m2 dan kacang tanah seluas 250 m2. 9. Pengadaan pupuk Pengadaan pupuk kandang untuk pengolahan tanaman sebagai media tanaman sebanyak satu ton kompos, bokasi sebanyak 5 zak, 10. Pengadaan alat/mesin2 pertanian Pengadaan alat pertanian meliputi sprayer 5 unit, paranet satu rol 1000 m, angkong sebanyak 3 unit, selang plastik sebanyak 200 m, kelengkapan penyiraman air (kran 3 bh) dan peralatan lain (paku, tali, dll). 11. Instalasi Listrik Kawasan Kebutuhan listrik untuk peternakan dan pompa dipenuhi dari jaringan PLN. Saat ini sedang proses pengajuan beban 1300 watt.
12. Pemupukan Lahan Pemupukan dilakukan oleh divisi pertanian . Pupuk
diberikan dalam beberapa tahapan. Mulai persiapan lahan
sebelum tanam dan saat tanaman mulai tumbuh. Dan
pupuk untuk pemeliharaan. Untuk jenis pupuk yang
diberikan mulai pupuk kandang/kompos . urea/Ponskha
dan pupuk cair. 13. Pemberian Vitamin/Vaksin/Obat Pemberian vaksin ND pada ayam dilakukan pada saat ayam berumur sehari dan 4 minggu (100%). Jumlah ayam yang dipelihara sejumlah 500 ekor, terdiri atas tiga tahap (pertama 200 ekor dan kedua 100 ekor dan ketiga 200 ekor). 14. Kelembagaan: Pembentukan BUMDes Pembentukan BUMDes dibentuk bekerja sama dengan : Badan Pemberdayaan,Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKAB) KABUPATEN GUNUNG KIDUL, Badan Permusywaratan Desa (BPD),dan Tim Desa Ngawu, membuat PERDES sebagai dasar pembuatan BUMDes, PENGERJAAN PERDES, MASIL BERLANJUT, prestasi pengerjaan 50%. Unit usaha KEM menjadi salah satu unit usaha BUMDES.
3. FOTO2 LAPANGAN 3.1. PRA KEM Konsidi lahan Petani mengerjakan lahan pertanian berupa lahan kering tanpa irigasi dengan sistem TOT (tanpa olah tanah). Dengan hanya mengandalkan air hujan, petani menanam padi di awal musim hujan, kemudian disusul tanaman palawija. Kali Balong yang berfungsi menampung air hujan dari kawasan sekitar KEM. Badan sungai Balong menyempit tidak mampu menampung air saat hujan lebat sehingga air meluap ke pemukiman & menggenangi lahan. Kondisi kali Balong sesudah hujan Upaya warga membersikan aliran kali Balong untuk mencegah luapan air ke lahan pertanian
3.2. PASCA KEM(terpilih dan mewakili) NORMALISASI KALI Penebangan pohon di sepanjang kali Balong. Normalisasi kali Balong menjadi lebar 7 m, dalam 4 m.
Pembangunan bendungan di aliran sungai Balong sebagai embung penampung air hujan. Pemasangan talud di sisi bendungan untuk mencegah longsor Tahap akhir pembuatan bendungan. Air sudah mulai menggenang di badan embung meskipun 3 minggu tidak turun hujan.
Air yang mengisi badan embung untuk pertanian & budidaya ikan. Tanaman rumpun gajah sebagai pakan hijauan ternak tumbuh subur di sepnjang embung. Pengerjaan sumur bor untuk irigasi lahan Bedengan dengan mulsa plastik untuk mencegah gulma dan menekan evaporasi Demplot kacang tanah dengan olah tanah, tumbuh lebih subur disbanding TOT Pertumbuhan tanaman kurang optimal dengan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT)
Tong penampung air dari sumur bor di setiap petak lahan untuk mengairi tanaman. Petani memanfaatkan air dari tong penampungan untuk menyiram pertanaman cabe. Kandang sapi komunal mengadopsi kearifan lokal. Tanaman pisang di sepanjang tanggul embung
PENANAMAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK
Penanaman bibit rumput dilakukan Tim KEM Ngawu bersama dengan penduduk (Gambar 1a,b,c...), bibit rumput didapatkan dari kebun rumput Fakultas Peternakan UGM dan Kebun Pengembangan Penelitian Pertanian dan Perkebunan (KP4) UGM. Penanaman dilakukan disepanjang tebing sungai Mbalong, dan dilakukan sebanyak tiga tahap, dikarenakan luas lahan dan ketersediaan bibit.
Gambar 1.a. Penanaman Bibit Rumput disepanjang sungai Mbalong Gambar 1.b. Penanaman Bibit Rumput Gambar 1.c Penanaman Bibit Rumput di tebing, terlihat cukup curam tebingnya Gambar 1.d. P. Paryadi sedang membersihkan bibit
Gambar 1.e. Prof Orskov, di UK, nutrisionist yang sedang berkunjung di UGM, tertarik penanaman rumput di ngawu Gambar 1.f. Penanaman Bibit Rumput sampai dekat dengan aliran sungai Gambar 1.g. Rumput yang sudah ditanam Gambar 1.h. Bibit Rumput yang sudah ditanam di tebing sungai
Gambar 1.i Bibit Rumput terlihat mulai tumbuh Gambar i.j. Anggota kelompok sedang menanam Bibit Rumput Gambar 1.k. Bibit Rumput terlihat segar tidak mengering, pertanda dapat beradaptasi dengan lingkungan dengan baik Gambar 1.l. P. Paryadi yang banyak membantu dalam penanaman Bibit Rumput
PENANAMAN RUMPUT
Kondisi rumput setelah 3 sampai 4 minggu setelah penanaman, terlihat sangat baik, hampir
semua bibit yang ditanam dapat tumbuh dengan baik (Gambar 2 a, b, c...), untuk tahapan
selanjutnya adalah pemupukan. Pemupukan akan dilakukan 2 kali, yaitu pemupukan pertama
menggunakan kompos dan pemupukan kedua, mennggunakan pupuk urea. Gambar 2.a. Kondisi rumput 2 – 3 mg setelah penanaman Gambar 2.b. Rumput 2 – 3 mg setelah penanaman disepanjang tebing sungai. Gambar 2.c. Rumput sudha mencapai ketinggian 50 cm setelah umur 3 mg Gambar 2.d. Kondisi Rumput disepanjang tebing sungai, setelah 3 minggu.
Gambar 2.e. Terlihat Rumput tumbuh dengan baik Gambar 2.f. Kondisi Rumput disepanjang tebing sungai, memerlukan pemupukan. Gambar 2.g. Pertumbuhan rumput disisi sebelah timur sungai terlihat lebih baik Gambar 2.h. Rumput terlihat subur meskipun masih memerlukan pemupukan.
PEMUPUKAN RUMPUT Gambar 3.a. Pupuk kompos dibuat P Paryadi, dan dimasukkan ke kantong plastik (bekas), sekitar 25 kg an dan diangkut ke lahan Gambar 3.b. Pemupukan dilakukan dari atas
Gambar 3.c. Pupuk kompos dibuat P Paryadi, dan dimasukkan ke kantong plastik (bekas), sekitar 25 kg an dan diangkut ke lahan Gambar 3.d. Pemupukan dilakukan dari atas Gambar 3.e. Pupuk kompos di sebarkan di lahan Gambar 3.f. Pengangkutan pupuk disepanjang tebing dilakukan oleh penduduk Gambar 3.g. Penyebaran Pupuk kompos di lahan sepanjang tebing sungai Gambar 3.h. Penyebaran pupuk kompos, diushakan merata
Gambar 3.i. Penyebaran Pupuk kompos di lahan sepanjang tebing sungai Gambar 3.j. Rumput yang telah diberi pupuk 4. PENDAPATAN KEM 4.1.Penjualan Ayam
Peternakan ayam sudah panen dengan harga Rp 26.000,‐ Jumlah ayam yang dijual sebanyak
200 ekor dengan total harga penjualan Rp 5.200.000,‐ Ongkos produksi per‐ekor sebesar Rp
19.000,‐ . Dengan demikian, profit margin sebesar Rp 7.000,‐ per ekor dan keuntungan bersih
sebesar Rp 1.400.000,‐ dalam waktu 2 bulan (8 Minggu). Aturan bagi hasil yang disepakati
antara peternak dengan KEM adalah 80% peternak dan 20% KEM. Keuntungan bersih
peternak adalah sebesar Rp 1.120.000,‐ dan KEM sebesar Rp 280.000,‐. Keuntungan KEM akan menjadi modal awal Unit Usaha KEM yang akan dikelola oleh warga KEM. Saat ini masih ada ayam sejumlah 230 ekor yang akan panen sekitar awal bulan Juni 2015 (minggu pertama). Jika
semuanya dapat hidup dan dapat dijual pada saatnya, maka diperhitungkan masih ada aset
sebesar Rp 5.980.000,‐
4.2.Tebon Jagung
Tanaman jagung seluruhnya sebanyak 10 petak sudah dijual dengan total harga Rp 2.000.000,‐
Beaya pertanian jagung terdiri atas benih dan pupuk. Total beaya produksi sebesar Rp
1.540.000,‐. Total profit margin sebesar Rp 460.000,‐ Jagung yang ditanam ternyata tidak
dapat berbuah, sehingga dijual sebagai tanaman makanan ternak (tebon). Pada sisi yang lain, menurut dugaan lebah atau hewan pembantu penyerbukan tidak banyak ditemukan di sekitar lahan pertanian ini.
5. KEBERLANJUTAN KEM 5.1. Peternakan
Kandang (100%) sudah jadi dan siap diisi, pakan hijauan sudah siap (laporan penanaman
pakan hijauan, 100%) sejumlah seluas 3.600 m2 berupa rumput gajah. Tahap selanjutnya 10
ekor sapi (5 jantan dan 5 betina) akan disediakan untuk mengisi kandang tersebut.
Kelompok pemelihara sapi sudah siap bekerja, termasuk ada perjanjian tertulis (100%) dan
aturan bagi hasil. Pengelolaan kotoran sapi (urin dan feses) akan dilakukan pada tahapan
selanjutnya.
Alih teknologi pemeliharaan ayam dan pelatihan sudah selesai. Kandang ayam KEM dalam tahap
penyelesaian (40%). Jika kandang ayam di lahan KEM sudah selesai, maka kegiatan yang
selama ini dilakukan di kandang warga akan dipindahkan ke kandang KEM. Ayam yang akan
dipelihara di kandang KEM sejumlah 1.000 sd 1.500 ekor ayam satu kali angkatan. Kegiatan
tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat (kelompok ayam).
5.2. Pertanian
Air untuk pertanian sudah tersedia berkat pengeboran sumur dan jaringan sumur renteng
maka kegiatan pertanian dapat berlanjut dengan air yang cukup. Pertanian di KEM Ngawu
untuk persiapan musim tanam ketiga akan ditanam palawija kacang tanah, jagung dan
sayuran kacang panjang dan cabe, melanjutkan tanaman jahe merah dan pisang.
6. ANGKA IPM KAWASAN
IPM warga Ngawu yang dihitung sebagai data dasar pada saat menjelang pelaksanaan kegiatan KEM dapat dilaporkan sebagai berikut (file perhitungan terlampir):
7. KESIMPULAN
KEM Ngawu sudah berhasil melaksanakan pekerjaan sesuai KPI mencapai prestasi 60% per akhir
Mei 2015 tetapi keuntungan secara finansial marginnya sempit. Ada beberapa sebab yang dapat
disampaikan. Pertama, warga KEM lamban dalam partisipasi, awalnya sekitar 3 bulan kurang
responsif, dan baru awal Mei 2015 menjelang akhir pelaksanaan baru mulai tergerak. Kedua,
kegiatan KEM berhasil menyediakan jaringan irigasi (embung dan sumur‐dalam dengan sumur
renteng), sehingga peluang ketersediaan air menjadi lebih panjang sd akhir tahun. Ketiga,
Kegiatan pertanian secara kelompok di kawasan KEM sudah mulai nampak dengan pendekatan
sistem pertanian intensif dimulai dari penggunaan benih yang berkualitas (bersertifikat) dan
pengolahan lahan secara intensif.
Keunggulan KEM dibandingkan sebelumnya adalah saat ini sudah tersedia sumur‐dalam dan
jaringan sumur renteng yang digunakan untuk mengairi lahan KEM. Program KEM mampu
menciptakan kondisi lingkungan pertanian dan peternakan yang terintegrasi dan
berkesinambungan sepanjang tahun. Sebelumnya warga hanya melakukan penanaman sebanyak
2 musim tanam, mulai sekarang dengan adanya jaringan irigasi KEM menjadi tambah satu musim tanam menjadi tiga musim tanam.
8. SARAN DAN REKOMENDASI
Perubahan mindset masyarakat membutuhkan waktu. Saat ini perubahan mindset masyarakat
sudah mulai terjadi, ditunjukkan dengan adanya partisipasi masyarakat yang mulai berkembang.
Oleh karena itu, pendampingan oleh Tim KEM perlu diteruskan secara berkesinambungan.
Dengan demikian, program KEM Ngawu perlu dilanjutkan sehingga harapan masyarakat untuk
hidup lebih baik dapat terwujud. Yogyakarta, 28 Mei 2015 KETUA KEM KETUA FW (Djarot Purbadi) (M. Husain Kasim)