i
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEJIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM DALAM KEHIDUPAN TUMBUHAN
UNTUK KELAS VIII C SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Antonius Triantoro
NIM : 081434005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkatNya skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem dalam
Kehidupan Tumbuhan Untuk Kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta”
dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini diselesaikan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Biologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Hal yang lain juga ditujukan untuk memberikan
pandangan di dalam dunia pendidikan tentang model pembelajaran yang dapat
dilakukan. Ketika hasil belajar yang diperoleh siswa kurang maksimal maka
pendidik harus memiliki strategi yang baik untuk dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Salah satunya dengan merubah model pembelajaran yang
digunakan. Model pembelajaran bukan hanya untuk membuat siswa menjadi
pandai, akan tetapi siswa juga merasa senang dengan model pembelajaran
yang diterapkan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat menjadi salah satu
solusi untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini
pada dasarnya membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi yang
dipelajari dengan bantuan diskusi kelompok dan juga presentasi. Selain itu,
siswa juga dituntut untuk aktif dalam setiap pembelajaran.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya penulis mendapatkan
bimbingan, saran, dukungan dan semangat. Untuk itu penulis mengucapkan
vii
1. Bapak R. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pengetahuan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Drs. A. Atmadi, M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3. Ibu Dra. Maslichah Asy’ari M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan kritik saran
dan telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan.
4. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M. For. Sc. selaku Dosen Penguji
yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi
ini
5. Drs. Soetardhi Sumartoatmodjo, M. Pd. selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini
6. Ibu Dra. Sukami selaku Kepala Sekolah SMP BOPKRI 1 Yogyakarta
yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan penelitian.
7. Ibu Ndari Fajarwati, S.Si selaku guru bidang studi IPA Biologi SMP
BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk
penelitian di kelas VIII C.
8. Siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah
berpartisipasi dalam penelitian yang telah dilakukan.
9. Kedua orangtuaku, Bapak Adi Wiyono dan Ibu Mujiyati yang
senantiasa memberikan doa, dukungan dan restunya kepada penulis
sejak awal studi sampai akhir hingga tersusunnya skripsi ini.
ix ABSTRAK
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEJIGSAWUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM DALAM KEHIDUPAN TUMBUHAN UNTUK KELAS VIII C
SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA
Antonius Triantoro Universitas Sanata Dharma
2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bagi siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.
Penelitian dilakukan dalam dua siklus, yaitu masing-masing siklus dua kali pertemuan. Dari dua siklus tersebut, peneliti mengukur ranah kognitif dan ranah afektif. Ranah kognitif diukur dengan menggunakan tes tertulis dan ranah afektif dengan menggunakan lembar observasi, lembar kuesioner dan wawancara. Instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan belajar siswa dan respon siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Target ketercapaian hasil belajar siswa yaitu 70% siswa memilki nilai diatas ketuntasan minimal. Target keaktifan siswa yaitu 70% siswa aktif pada saat pembelajaran.
Cara analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis tersebut digunakan untuk menganalisis ranah kognitif dan ranah afektif siswa. Analisis kuantitatif dengan menggunakan uji t untuk mengetahui signifikansi hasil yang diperoleh dari tes yang dilakukan. Analisis kualitatif dengan menggunakan pemaparan deskripsi berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara siswa.
Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah terjadi peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan setelah dilakukan uji t. Nilai rata-rata pre tes yaitu 53,09 menjadi 65,22 pada rata-rata nilai pos tes siklus pertama dan naik menjadi 81,52 pada rata-rata nilai pos tes siklus kedua. Sebanyak 84% siswa memiliki nilai diatas kriteria ketuntasan minimal. Untuk keaktifan siswa mengalami kenaikan dari siklus pertama dan siklus kedua, yaitu 47 % menjadi 75 %. Hasil kuesioner yaitu kategori sangat baik dengan rata-rata skor 50.
x
ABSTRACT
THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF
JIGSAW TO INCREASE STUDENT’S LEARNINGACHIEVEMENT OF THE EIGHT C CLASS STUDENTS OF JUNIOR HIGH SCHOOL
ONE BOPKRI YOGYAKARTA student of VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.
Research was conducted in two cycle, that is each cycle twice meeting. From two cycle, researcher measure cognate domain and domain of afektif. Domain of cognate measured by using tes written and domain of afektif by using observation sheet, sheet of kuesioner and interview. The Instrument which used by researcher to know ability learn and student of respon student to study model applied by researcher. Target achievement of student learning outcomes that students have the value of 70% above the minimum passing grade. Target student activity that is 70% of the students during the learning active.
Method of analysis used in this research is the analysis of quantitative and qualitative analysis. The analysis used to analyse cognate domain and domain of afektif student. Quantitative analysis using a t-test to determine the significance of the results obtained from the tests performed. Analysis qualitative by using presentation of description pursuant to obtained conclusion from result of student interview and kuesioner.
Conclusion from result of research which have been done by happened the make-up of result learn student by signifikan after t test . Average value of pre tes that is 53,09 becoming 65,22 at mean assess post of tes first cycle and go up to become 81,52 at mean assess post of tes second cycle. Counted 84% student have value above complete criterion minimize. For the livelines of student increase of first cycle and second cycle, that is 47 % becoming 75 %. Result of kuesioner that is category very good with score mean 50.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR GRAFIK ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Hipotesis ... 5
E. Tujuan ... 5
F. Manfaat ... 6
xii
B. Hasil Belajar ... 9
C. Pembelajaran Kooperatif ... 11
1. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 11
2. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 13
3. Teknik Jigsaw ... 14
a. Pengertian Teknik Jigsaw ... 14
b. Langkah-Langkah Teknik Jigsaw ... 15
c. Keunggulan Teknik Jigsaw ... 17
D. Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan ... 17
E. Fotosintesis ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 21
B. Variabel Penelitian ... 21
C. Desain Penelitian ... 22
D. Prosedur Penelitian ... 23
1. Prosedur Penelitian Tahap 1 dan 2 ... 23
a. Persiapan Penelitian ... 23
b. Pelaksanaan Penelitian ... 23
c. Observasi ... 24
d. Refleksi ... 25
E. Instrumen Penelitian ... 25
1. Perangkat Pembelajaran ... 25
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 25
xiii
b. Lembar Observasi ... 26
c. Kuesioner ... 26
d. Wawancara ... 27
F. Analisis Data ... 27
1. Ranah Kognitif ... 28
2. Ranah Afektif ... 29
G. Indikator Keberhasilan ... 30
H. Agenda Penelitian ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setiap Siklus ... 32
1. Hasil Siklus 1 ... 32
a. Perencanaan ... 32
b. Pelaksanaan ... 32
c. Observasi ... 35
d. Refleksi ... 36
2. Hasil Siklus 2 ... 37
a. Perencanaan ... 37
b. Pelaksanaan ... 37
c. Observasi ... 40
d. Refleksi ... 41
B. Hasil Penelitian dan Analisis data ... 42
1. Hasil Penelitian Siklus 1 dan 2 ... 42
a. Hasil Penilaian Pre tes ... 42
xiv
c. Hasil Penilaian pos tes Siklus 2 ... 45
d. Hasil Observasi ... 46
e. Hasil Kuesioner ... 52
2. Analisis Data ... 56
a. Analisis Ranah Kognitif ... 57
b. Analisis Ranah Afektif ... 59
1) Kuesioner ... 59
2) Observasi ... 60
3) Wawancara ... 61
C. Pembahasan ... 62
1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 62
2. Keaktifan Siswa ... 63
3. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 67
1. Bagi Guru ... 67
2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 68
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Variabel Penelitian ... 21
Tabel 3.2 Penentuan Kategori Nilai Siswa ... 29
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Kuesioner ... 30
Tabel 3.4 Indikator Keberhasilan ... 30
Tabel 4.1 Nilai Pre tes ... 42
Tabel 4.2 Nilai Pos tes Siklus 1 ... 43
Tabel 4.3 Nilai Pos tes Siklus 2 ... 45
Tabel 4.4 Hasil Observasi Siklus 1 ... 47
Tabel 4.5 Hasil Observasi Siklus 2 ... 49
Tabel 4.6 Prosentase Hasil Observasi ... 50
Tabel 4.7 Hasil Kuesioner ... 52
Tabel 4.8 Presentase Respon Siswa ... 54
Tabel 4.9 Paired Sample Satistic ... 57
Tabel 4.10 Paired Sample Correlations ... 58
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart ... 22
Gambar 4.1 Pre tes ... 33
Gambar 4.2 Diskusi Siklus 1 ... 34
Gambar 4.3 Presentasi Siklus 1 ... 35
Gambar 4.4 Awal Pembelajaran Siklus 2 ... 38
Gambar 4.5 Diskusi Siklus 2 ... 39
xvii Daftar Grafik
Grafik 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 46
Grafik 4.2 Peningkatan Aktivitas Siswa ... 52
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Silabus ... 71
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 75
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 80
4. Hand Out Siklus I ... 85
5. Hand Out Siklus II ... 89
6. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 91
7. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 92
8. Kisi-Kisi dan Soal Pre tes ... 93
9. Kisi-Kisi dan Soal Pos tes siklus I ... 97
10. Soal Pos tes Siklus II ... 101
11. Lembar observasi ... 105
12. Lembar kuesioner ... 108
13. Pedoman wawancara ... 112
14. Agenda penelitian ... 113
15. Hasil Tes Siswa
16. Hasil Kuesioner Siswa
17. Surat Ijin Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu
bangsa ditentukan oleh kreatifitas pendidikan bangsa itu sendiri dan
kompleksnya masalah kehidupan menuntut sumber daya manusia yang handal
dan mampu berkompetisi, selain itu pendidikan merupakan wadah kegiatan
yang dapat dipandang sebagai pencetak SDM yang bermutu tinggi.
Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka
berada pada titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang
diarahkan pada perubahan kualitatif. Guru bertanggung jawab untuk mengatur
mengarahkan dan menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan di kelas. Untuk menunjang tugas tersebut
diperlukan pemilihan metode yang tepat dan sesuai dengan materi atau konsep
yang akan diajarkan ( pembenahan gaya mengajar guru ). Metode mengajar
yang dipakai guru akan berpengaruh pula terhadap cara belajar siswa, yang
mana setiap siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda dengan siswa
lainnya.
Pembelajaran yang dilaksanakan umumnya masih tradisional yaitu guru
menerangkan suatu konsep, memberi contoh, murid secara individual
mengerjakan soal latihan kemudian murid mengerjakan soal-soal sebagai
umumnya belajar secara individu tanpa ada kesempatan yang leluasa untuk
menalarkan secara logis dan mengkomunikasikan gagasannya, jawaban suatu
soal juga membatasi kreatifitas murid karena hanya terdapat suatu jawaban
yang benar dan kebenaran tersebut ditentukan berdasar otoritas seorang guru.
Proses pembelajaran tersebut telah menghasilkan sejumlah besar murid tidak
mampu menggunakan keterampilan matematis untuk menyelesaikan
permasalahan kecil sekalipun.
Upaya pembaharuan di bidang pendidikan pada dasarnya diarahkan pada
usaha antara lain : penguasaan materi, media dan model pembelajaran yang
digunakan. Model pembelajaran diarahkan pada peningkatan aktivitas siswa
dalam proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung
secara optimal antara guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa yang
optimal berimbas pada penigkatan penguasaan konsep siswa yang pada
gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Guru yang kreatif, dapat membuat pembelajaran menjadi menarik, lebih
baik dan disukai oleh siswa sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami
siswa dengan mudah. Keadaan kelas perlu direncanakan oleh guru sehingga
dapat terjadinya interaksi antar siswa unutuk dapat memperoleh hasil belajar
yang maksimal. Sejalan dengan berkembangnya penelitian di bidang
pendidikan maka ditemukan model – model pembelajaran baru yang dapat
meningkatkan interaksi siswa dalam proses belajar mengajar, yang dikenal
dengan model pembelajaran kooperatif yaitu merupakan aktivitas pelaksanaan
pembelajaran dalam kelompok, yang saling berinteraksi satu sama lain,
dalam kelompok, setiap siswa bertanggung jawab terhadap proses
pembelajaran di kelas dan juga di dalam kelompoknya (Anonim, 2012).
Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan
belajar-mengajar. Proses belajar mengajar yang ada merupakan penentu
keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Siswa yang belajar
diharapkan mengalami perubahan baik dalam bidang pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Perubahan tersebut dapat tercapai
bila ditunjang berbagai macam faktor. Faktor yang dapat menghasilkan
perubahan juga berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar. Hasil belajar
merupakan alat untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang
telah diajarkan guru. “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar” (Sudjana, 2010). Oleh
karena itu, hasil belajar merupakan faktor yang paling penting dalam proses
belajar mengajar.
Dalam dunia pendidikan pada saat ini sudah banyak upaya-upaya untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa agar sesuai dengan tuntutan zaman. Teori,
penelitian, dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan bahwa
guru sudah harus mengubah paradigma pengajaran. Melalui metode
pembelajaran Jigsaw diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru
yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan konsep baru.
Pembelajaran jigsaw membawa konsep pemahaman inovatif, dan menekankan
keaktifan siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa
banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.
Penulis menggunakan kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta untuk
melaksanakan penelitian. Permasalahan utama yang ada di kelas VIII C yaitu
rendahnya hasil belajar siswa. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa
berdasarkan observasi serta laporan dari guru terkait, siswa cenderung hanya
mendengarkan materi yang disampaikan guru dan siswa kurang memberikan
tanggapan atau kurang kritis, seolah-olah siswa sudah memahami materi.
Keaktifan siswa di dalam pembelajaran dapat membantu untuk memahami
materi yang disampaikan oleh guru.
Hasil belajar yang dimiliki siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 1
Yogyakarta yaitu dengan rata-rata nilai 55. Sedangkan untuk ketuntasan
minimal kelas VIII mata pelajaran IPA Terpadu yaitu 75. Siswa yang
mendapatkan nilai di atas ketuntasan mininmal yaitu 35 % dan sisianya masih
berada dibawah nilai ketuntasan minimal. Hal tersebut memberikan
pandangan kepada peneliti bahwa memang hasil belajar siswa yang berada
dibawah rata-rata. Guru ketika melakukan pembelajaran juga memberikan
variasi model pembelajaran, yaitu praktikum serta pemanfaatan lingkungan
sekitar sekolahan.
B. Rumusan Masalah
Apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1
C. Batasan Masalah
Mengingat cukup luasnya ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas
maka penulis membatasi permasalahan sebagai tujuan untuk lebih terfokus
pada masalah yang akan dibahas. Pembatasan masalah tersebut penulis hanya
membatasi masalah untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VIII C
SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Aspek yang akan diukur oleh penulis yaitu
aspek kognitif dan aspek afektif dari siswa.
Materi yang digunakan oleh penulis untuk pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yaitu pada K.D. 2.1 mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan
tumbuhan serta K.D. 2.2 mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan
transformasi energi pada tumbuhan hijau. Materi tersebut cocok dengan
karakteristik tipe Jigsaw karena adanya sub bab yang dapat di bahas dalam
kelompok belajar. Selain itu, nilai kedua materi tersebut pada tahun ajaran
sebelumnya masih jauh dibawah kriteria ketuntasan minimal.
D. Hipotesis
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA.
E. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan yang diharapkan yaitu untuk mengetahui keefektifan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bagi siswa kelas VIII C SMP
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP
BOPKRI 1 Yogyakarta melalui penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
F. Manfaat
1. Bagi penulis dapat sebagai acuan untuk lebih mengembangkan berbagai
model pembelajaran untuk meningkatkan presetasi belajar siswa.
2. Bagi guru dapat sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar siswa.
3. Bagi SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan hasil penelitian ini diharapkan
dapat lebih meningkatkan meningkatkan pengembangan variasi berbagai
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
Pengertian belajar dalam arti sehari-hari adalah sebagai penambahan
pengetahuan, namun ada yang mengartikan bahwa belajar sama dengan
menghafal, karena orang belajar akan menghafal. Selain itu, belajar juga
merupakan suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan
kepribadian. Dalam hal ini, pengalaman menjadi peran paling besar untuk
seseorang dalam belajar (Suyono, 2011). Pengertian belajar ini masih sangat
sempit, karena belajar bukan hanya membaca dan menghafal tapi juga
penalaran. Namun pengertian belajar masih sulit untuk diartikan dengan tepat.
Winkel (1987) mengemukakan bahwa belajar merupakan
perubahan-perbahan atau penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil
belajar yang diperoleh merupakan kemampuan baru, dapat juga merupakan
penyempurnaan atau pengembangan diri dari suatu kemampuan yang dimiliki.
Perubahan belajar yang dialami seseorang akan bertahan lama sampai taraf
tertentu, bahkan tidak menghilang lagi. Belajar dapat terjadi dalam interaksi
dengan lingkungan, dalam bergaul dengan orang, dalam memegang benda dan
Berikut ini akan disajikan beberapa teori belajar menurut para ahli.
1. Kurt Lewin (Suyono, 2011) menyatakan belajar berlangsung
sebagai akibat perubahan struktur kognitif seseorang. Perubahan
struktur kognitif yang dimaksud yaitu hasil dari dua macam
kekuatan, struktur medan kognitif dan kebutuhan motivasi internal
individu. Dengan kata lain, seseorang akan terus berjalan untuk
mencapai tujuannya dengan adana dorongan dari motivasi hidup.
2. Menurut Teori Belajar Konstruktivisme ( Suyono, 2011) belajar
adalah hasil kontruksi manusia itu sendiri. Pengetahuan bukanlah
pemberian dari alam, melainkan manusia mengembangkan
pengetahuan dari alam karena mengalami kontak langsung. Teori
belajar kontruktivisme lebih menonjolkan refleksi terhadap
pengalaman. Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses
pengaturan model mental seseorang untuk mengakomodasi
pengalaman-pengalaman baru.
3. Winkel (Akhmad Sayuti, 2007 ) menyatakan bahwa belajar adalah
suatu aktifitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.
Maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah kegiatan mental yang
berhubungan dengan lingkungan sekitarnya yang dapat mengubah
intelektual.
Dari berbagai pemahaman tentang belajar yang dikemukanan oleh para
pengetahuan, pemahaman, mental dan kecakapan hidup di dalam kehidupan
manusia. Hanya saja setiap manusia memiliki cara tersendiri untuk
memberikan perubahan dalam belajar di dalam kehidupan mereka
masing-masing.
B. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan segala kemampuan yang dapat dicapai peserta
didik melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan
pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi peserta didik dalam
kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam
rangka mewujudkan manusia berkualitas, bertanggung jawab pada diri sendiri,
masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat di pandang dari dua sisi, yaitu
peserta didik dan guru. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar
yang terwujud dalam ranah kognitif, afektif dan psikimotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Hasil
belajar inilah yang nantinya akan digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran
atau kriteria dalam menerapkan suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai
ketika peserta didik sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan
tingkah laku yang lebih baik (Dahar, 1989).
Menurut Arikunto (dalam Anonim, 2011,
setelah mengalami proses belajar yang dapat diukur dan di amati sebagai hasil
dari suatu perubahan. Hasil belajar yang diperoleh bukan hanya perubahan
mengenai pengetahuan, melainkan dapat berupa perubahan kecakapan,
kebiasaan, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri seseorang
yang mengalami belajar.
Sebenarnya hasil belajar merupakan realisasi pemekaran dari
kecakapan atau kapsitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar
dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampilan motorik. Hasil belajar
dapat diperoleh dari tes (formatif, sub formatif dan sumatif), unjuk kerja
(performance), penugasan (proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap
serta penilaian diri (M. Syah, 1995).
Orang yang telah berhasil dalam belajar akan menjadi orang mandiri
dan memiliki tujuan untuk hidupnya. Pengetahuan dan kemampuan dalam diri
seseorang dapat ditumbuhkan melalui hasil belajar sehingga ia memiliki
kemampuan berupa ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan berbagai pengertian diatas, maka dapat disintesiskan
bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan
yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan tersimpan dalam jangka
waktu yang lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil
belajar turut serta dalam membentuk individu yang selalu ingin vmencapai
hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menjalani
Untuk dapat mencapai hasil belajar yang maksimal menurut
Anto Marleviandra (
techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar) perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
1. Faktor individu, yaitu faktor yang ada pada individu yang meliputi
kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor
pribadi.
2. Faktor sosial, yaitu faktor yang ada diluar individu. Faktor sosial
terdiri dari faktor keluarga, guru dan cara mengajar, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.
Sementara itu, hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi
oleh dua faktor utama yaitu faktor yang datang dari peserta didik dan faktor
yang datang dari luar peserta didik atau lingkungan. Faktor yang datang dari
dalam peserta didik yaitu motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan cara
belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan faktor psikis. Sedangkan
faktor dari luar peserta didik atau lingkungan yaitu keluarga, sekolah,
kelompok bermain dan masyarakat.
C. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu stategi pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam kerjasama atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam
kelompok yang terdiri atas empat sampai enam orang untuk memecahkan
dibandingkan dengan bahasa yang digunakan oleh guru, sehingga peserta
didik lebih terbuka kepada teman sebaya dalam kelompok. Keberhasilan
peserta didik dalam belajar disebabkan karena adanya sebuah kerjasama
untuk saling membantu dalam memahami pelajaran yang sedang
berlangsung. Manfaat dari model belajar kooperatif diantaranya adalah
melibatkan peserta didik secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan dalam suasana terbuka dan demokratis (Yusti
Arini, 2008).
Sugiyanto (2009) mengungkapkan bahwa “Model Pembelajaran
Cooperative Learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk saling bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar unuk mencapai tujuan belajar”. Konsep
pokok dari pembelajaran kooperatif yaitu menciptakan interaksi yang asah,
asih dan asuh dalam belajar baik guru dengan siswa maupun siswa dengan
siswa.
Pembelajaran Kooperatif juga merupakan sistem pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan
sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur (Ina Karlina, 2002).
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota
kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
pengertian model pembelajaran Cooperative Learning, maka dapat
disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Cooperative Learning adalah
cara belajar bersama-sama dalam sebuah kelompok yang terdiri atas dua
orang atau lebih yang saling membantu antara satu dengan yang lainnya
untuk membahas dan menyelesaikan permasalahan di dalam setiap
pembelajaran yang dilaksanakan.
2. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lie (Sugiyanto, 2009) mengemukakan bahwa untuk dapat
mencapai tujuan pembelajaran kooperatif maka diperlukan unsur-unsur
yang mengikat, yaitu saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka,
tanggung jawab perseorangan, evaluasi antar anggota dan evaluasi proses.
a. Saling ketergantungan positif yakni sifat yang menunjukkan saling
ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara
positif. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha
setiap anggotanya. Kegagalan satu anggota kelompok saja berarti
kegagalan kelompok. Penilaian yang dilakukan adalah penilaian
individu dan penilaian kelompok. Dengan demikian setiap siswa
yang memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
sumbangan nilai pada kelompoknya.
b. Tanggung jawab perseorangan yakni bahwa setiap individu di
dalam kelompok memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh kelompok. Jika tugas dan pola
kooperatif, maka setiap siswa akan mearasa bertanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik, sehingga masing-masing anggota
kelompok akan melaksanakn tanggung jawabnya sendiri agar tugas
selanjutnya dalam kelompok dapat terlaksana.
c. Tatap muka yakni bahwa setiap kelompok harus diberikan
kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan
membetuk sinergi dalam hal menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota.
d. Komunikasi antar anggota yakni dalam berdiskusi atau kerjasama
diperlukan adanya komunikasi antar anggota. Keberhasilan suatu
kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk
mengutarakan pendapat mereka. Guru dapat memotivasi siswanya
agar berani mengutarakan pendapatnya. Proses ini merupakan
proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk
memperkaya pengalaman belajar dan membina perkembangan
mental dan emosional siswa.
e. Evaluasi proses kelompok merupakan proses perolehan jawaban
permasalahan yang dikerjakan oleh kelompok secara bersama.
3. TeknikJigsaw
a. Pengertian TeknikJigsaw
Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa Inggris yaitu
gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle,
yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan gambar.
bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu
kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk
mencapai tujuan bersama (Fauzan Marz, 2011).
Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah
model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja
kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang
diungkapkan oleh Arends (1997, dalam akhmadsudrajat.wordpress
.com/2008/07/31/cooperativelearningteknik-jigsaw/) suatu kelompok
belajar yang bertanggung jawab atas penguasaan materi dan mampu
menjelaskan materi kepada teman atau kelompok lain. Dalam model
pembelajaran Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukanakan pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat
dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota
kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan
ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan
kepada kelompoknya.
b. Langkah-langkah TeknikJigsaw
Menurut Sugiyanto (2009) pembelajaran model Jigsaw ini
dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap
kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun,
permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, disebut sebagai
team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi.
Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan
Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
i. Siswa mambaca untuk menggali informasi. Siswa
memeperoleh topik - topik permasalahan untuk di baca
sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut.
ii. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik
permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau
disebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik
permasalahan tersebut.
iii. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal
dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
iv. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang
dibicarakan.
v. Perhitungan skor kelompok dan menetukan penghargaan
kelompok.
Pengajar menggunakan langkah-langjah Jigsaw menurut
Sugiyanto (2009), yaitu sebagai berikut:
i. Siswa dikelompokan sebanyak 2 - 6 orang siswa.
ii. Tiap orang dalam team asal diberi bagian materi berbeda.
iii. Tiap orang dalam team asal diberi bagian materi yang
ditugaskan.
iv. Anggota dari team asal yang berbeda yang telah mempelajari
bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru
v. Setelah selesai diskusi sebagai team ahli tiap anggota kembali
kedalam kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu
team mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
vi. Tiap team ahli mempresentasikan hasil diskusi.
vii. Guru dan siswa memberi evaluasi terhadap presentasi.
viii. Penutup.
c. Keunggulan Teknik Jigsaw
Menurut Syarif Fauzan (syariffauzan.blogspot.com) dan Abdul
Azis (azisgr.blogspot.com) model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
memiliki keunggulan antara lain :
i. Mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara siswa
yang memiliki kemampuan belajar berbeda.
ii. Menerapkan bimbingan sesama teman.
iii. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi.
iv. Memperbaiki kehadiran dan keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
v. Meningkatkan motivasi belajar.
vi. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
vii. Melatih siswa untuk berdiskusi di dalam membantu memahami
D. Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan
Struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dibagi menjadi tiga bagian, utama
yaitu bagian akar, batang dan daun. Dari ketiga bagian tersebut memiliki
struktur morfologi dan struktur anatomi yang saling mendukung demi
kelangsungan hidup tumbuhan itu sendiri
Secara morfologi, akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar
dan tudung akar. Struktur anatomi akar meliputi epidermis, korteks,
endo-dermis dan silinder pusat. Pada bagian akar terjadi proses penyerapan dan
pengangkutan air dan mineral dari tanah menuju daun untuk digunakan dalam
proses fotosintesis.
Rambut akar memiliki fungsi untuk menyerap air dan garam mineral untuk
dibawa menuju daun. Tudung akar berfungsi untuk melindungi ujung akar
dari gesekan keras. Ujung akar berfungsi untuk mencari celah bidang
penyerapan.
Struktur batang dibedakan menjadi morfologi (struktur luar) dan anatomi
(struktur dalam). Morfologi batang dibedakan menjadi batang tumbuhan herba
dan batang tumbuhan berkayu. Struktur anatomi batang tumbuhan berkayu
berbeda dengan batang tumbuhan herba. Batang tumbuhan berkayu memiliki
anatoni epidermis batang, korteks batang dan stele. Sedangkan pada batang
tumbuhan herba merupakan sel-sel epidermis yang tipis dan terdapat stomata.
Struktur anatomi akar dan batang memiliki persamaan yaitu pada
epidermis, korteks dan stele, hanya saja batang tidak memiliki lapisan
endodermis yang berfungsi untuk jalur pengangkutan bahan dan hasil
didalamnya. Sedangkan korteks berfungsi sebagai penguat karena tersusun
dari sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Silinder pusat berfungsi untuk
perkembangan karena terdapat sel-sel parenkim.
Pada umumnya daun memiliki struktur yang terdiri dari helaian daun
(lamina) dan tangkai daun (ptiolus). Struktur anatomi daun meliputi epidermis
daun, jaringan tiang (jaringan palisade), jaringan bunga karang (jaringan
spons) dan berkas pengangkut. Daun merupakan tempat terjadinya proses
fotositesis dan hasil dari fotositesis akan diedarkan ke seluruh bagian
tumbuhan.
Epidermis daun terdapat stomata yang berfungsi untuk jalan keluar
masuknya udara. Epidermis daun terdiri dari epidermis atas dan epidermis
bawah. Jaringan palisade berfungsi untuk tempat berlangsungnya fotosintesis
karena mengandung kloroplas. Jaringan bunga karang berfungsi sebagai
tempat pertukaran gas. Sedangkan berkas pengangkut berfungsi untuk
mengangkut bahan dan hasil fotosintesis. Berkas pengankut terdapat diseluruh
organ akar, batang dan daun.
E. Fotosintesis
Fotosintesis (asimilasi karbon) merupakan proses perubahan energi
cahaya (energi fisika) menjadi energi kimia (zat gula/C6H12O6). Fotosintesis
terjadi pada sel-sel daun, terutama di bagian mesofil daun, yaitu jaringan
tiang dan bunga karang. Lebih tepatnya, fotosintesis terjadi pada bagian
kloroplas. Kloroplas mengandung klorofil yang berfungsi untuk menangkap
Fotosintesis berlangsung dalam dua tahap, yaitu reaksi terang dan reaksi
gelap. Reaksi terang merupakan proses penangkapan energi cahaya yang
bergantung langsung pada keberadaan cahaya dan terjadi pada bagian grana
kloroplas. Reaksi gelap merupakan proses yang tidak bergantung langsung
pada keberadaan cahaya dan terjadi pada bagian stroma kloroplas.
Zat gula hasil fotosintesis akan digunakan untuk berbagai kepentingan
tubuh tumbuhan. Sebagian zat gula akan dirombak untuk menghasilkan
energi. Energi sangat dibutuhkan untuk berbagai aktivitas tubuh. Sebagian
akan digunakan untuk membangun atau membentuk tubuh tumbuhan.
Tumbuhan butuh tumbuh, berkembang, membentuk anakan atau bertunas,
membentuk bunga, buah, biji, dsb. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
fotosintesis antara lain umur daun, keadaan stomata, jenis tumbuhan, CO2,
O2, ketersediaan air, kelembaban, suhu udara dan keadaan cahaya.
Buku acuan yang dapat digunakan untuk pembelajaran antara lain Ilmu
Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs kelas VIII karangan Joko Sumarsono
dkk, IPA Terpadu SMP dan MTs untuk kelas VIII karangan Mikrajuddin
21 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian : SMP BOPKRI 1 Yogyakarta
2. Subjek penelitian : siswa kelas VIII C yang berjumlah 25 siswa
3. Objek penelitian : peningkatan hasil belajar
4. Waktu penelitian : Mei - Juni 2012, semester II
B. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan oleh penulis yaitu variabel terikat berupa hasil
belajar siswa dan variabel bebas berupa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Prosedur, alat, pelaku, sumber informasi dan cara analisis diuraikan pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3.1
Variabel Penelitian
Prosedur Alat Pelaku
Sumber informasi
Cara analisis
Menganalisis
hasil belajar siswa
Tes Pengajar Siswa Analisis kualitatif
Menganalisis
aktivitas dan
respon siswa
Lembar
observasi,
wawancara,
kuesioner
22 C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu desain penelitian
menurut Kemmis dan Taggart (Tukiran Taniredja dkk, 2011) yang terbagi
dalam beberapa tahapan, yaitu :
1. Perencanaan (plan)
2. Tindakan (act)
3. Pengamatan (observe)
4. Refleksi (reflect)
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus dihentikan apabila hasil
yang diinginkan sudah tercapai dan guru yang bersangkutan dapat
mengaplikasikan dalam pembelajaran serta adanya peningkatan keaktifan dan
hasil belajar siswa. Selain itu, hal lain yang diinginkan adalah siswa dapat
merasa senang dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah
dilakukan.
Gambar 3.1
Model spiral menurut Kemmis dan Mc Taggart
Plan
A C T OBSERV
23 D. Prosedur Penelitian
1. Prosedur Penelitian Tahap I a. Persiapan Penelitian
Pada tahap ini pengajar mempersiapkan silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran, hand out, lembar kerja siswa, lembar
observasi keaktifan siswa, lembar angket respon siswa dan pedoman
wawancara yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing.
b. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan tindakan diawali dengan pre tes untuk mengetahui
pemahaman awal siswa. Tahap tindakan dilakukan oleh pengajar
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Proses
pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran Biologi kelas
VIII C. Penelitian dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan sesuai dengan
materi yang digunakan oleh pengajar.
Siklus I
• Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang diawali dengan pre tes
untuk mengetahui pemahaman awal siswa.
• Melakukan observasi keefektifan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang dilakukan pengajar dalam
meningkatkan kemampuan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
24
• Melakukan kegiatan refleksi siklus I untuk memperbaiki dan
merancang pembelajaran siklus II dengan menggunakan model
kooperatif tipe Jigsaw.
Siklus II
• Melakukan pergantian siswa di setiap kelompok, kelompok A, B
dan seterusnya yang anggota-anggota kelompoknya berbeda
dengan siklus I
• Pergantian siswa di setiap kelompok dengan dasar siswa pada
siklus II memiliki kemampuan berdiskusi yang lebih baik dari
siklus I
• Melaksanakan prosedur pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
• Melakukan observasi keefektifan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang dilakukan peneliti dalam
meningkatkan kemampuan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang diperoleh dari lembar observasi,
wawancara dan kuesioner.
• Menganalisis data hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes dan
kuesioner
• Melakukan kegiatan refleksi siklus II
c. Observasi
Observasi merupakan cara untuk mendapatkan informasi tentang
keadaan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran. Kegiatan
25
pembelajaran dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Kegiatan ini dilakukan selama proses pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi keaktivan siswa yang telah disiapkan
dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar
observasi dengan membuat lembar catatan lapangan
d. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi bersama guru dari pelaksanaan
tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan
perencanaan pembelajaran pada siklus berikutnya. Apabila hasil yang
diharapkan belum dapat dicapai maka dilakukan perbaikan pada siklus
kedua dan seterusnya.
E. Instrumen Penelitian
1. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, hand out dan LKS.
Berbagai instrumen tersebut nantinya digunakan selama proses
pembelajaran untuk membantu memudahakan siswa di dalam memahami
materi pelajaran. Selain itu, dengan menggunakan perangkat pembelajaran
guru dapat dengan mudah menyusun materi yang akan digunakan untuk
pembelajaran.
26 2. Instrumen Pengumpulan Data
a. Tes
Tes merupakan salah satu alat pengukuran hasil belajar yang di
dalamnya terdapat berbagai pertanyaan atau serangkaian tugas yang
harus dijawab atau dikerjakan oleh responden. Pengajar menggunakan
tes tertulis dengan bentuk pilihan ganda dan uraian. Tes yang
digunakan oleh pengajar terdapat pada post tes siklus I dan siklus II.
Pre tes dan post tes siklus I dengan jumlah 10 soal pilihan ganda dan
tes uraian dengan jumlah 3 soal. Post tes siklus II dengan jumlah soal
10 pilihan ganda dan 4 soal uraian.
Kisi-kisi dapat dilihat pada lampiran 8 - 10
b. Lembar observasi
Lembar observasi atau lembar pengamatan dapat digunakan untuk
mengukur atau menilai hasil dan proses belajar antara lain tingkah laku
siswa, kegiatan diskusi dan partisipasi siswa di dalam pembelajaran.
Observasi ada tiga jenis, yaitu observasi langsung, observasi tidak
langsung dan observasi partisipasi (Sudjana, 2010). Oleh karena itu,
pengajar akan menggunakan jenis observasi langsung, yaitu
pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk mengamati proses
yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan diamati oleh pengamat.
Lembar obervasi dapat dilihat pada lampiran 11
c. Kuesioner
Kuesioner yang akan digunakan oleh penulis yaitu kuesioner
27
memiliki alur tetap sehingga persiapan sampai pelaksanaan dapat
sesuai harapan yang pengajar inginkan. Selain itu, kuesioner
berstruktur juga dapat dijalankan dengan mudah karena memiliki
struktur yang tetap.
Kuesioner dapat dilihat pada lampiran 12
d. Wawancara
Wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar
mengajar serta memiliki keuntungan yaitu penulis dapat melakukan
kontak langsung dengan objek yang diteliti untuk memperoleh data
atau informasi. Wawancara memiliki dua jenis, yaitu wawancara
berstruktur dan wawancara bebas.
Penulis dalam mengumpulkan data akan menggunakan wawancara
berstruktur supaya semua yang diperlukan dalam memperoleh data
dari objek dapat dipersiapkan dengan baik. Selain itu penulis juga
mempertimbangkan dalam hal pengolahan data yang diperoleh. Karena
wawancara berstruktur merupakan wawancara yang memiliki alur
yang baik, maka penulis dapat mengatur segala sesuatunya sehingga
data yang diperoleh dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Penulis membagi siswa menjadi tiga kelompok sesuai dengan
kemampuan masing-masing, yaitu kelompok dengan kemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Setiap kelompok akan diambil tiga siswa
untuk selanjutnya dilakukan wawancara.
28 F. Analisis Data
Data hasil belajar dalam penelitian ini yang akan di analisis yaitu
ranah kognitif dan ranah afektif siswa. Analisis data yang digunakan
bersifat kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengetahui hasil belajar siswa
pada ranah kognitif berpedoman pada hasil tes tulis bentuk pilihan ganda
dan uraian, sedangkan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa ranah
afektif berpedoman pada lembar observasi, wawancara dan kuesioner.
a. Ranah kognitif
Pengukuran hasil belajar siswa pada ranah kognitif menggunakaan tes
dalam bentuk pilihan ganda dan uraian. Adapun teknik penilaian
adalah :
Skor =
×
Keterangan :
B : Banyaknya jumlah nilai butir soal yang dijawab benar
N : Jumlah total nilai soal
Analisis data hasil belajar siswa dapat dilihat dari pre tes dan pos tes
serta membandingkan nilai siswa yang diperoleh pada tahun ajaran
sebelumnya. Semua data hasil belajar siswa pada ranah kognitif akan
di analisis menggunakan uji t dengan taraf nyata 0,05. Rumus yang
digunakan untuk menghitung nilai t adalah :
=
29
Keterangan :
̅ : rata-rata perbedaan skor tiap subyek
: jumlah simpangan data
: simpangan baku perbedaan skor tiap subyek
Dari nilai t yang didapat, hasil belajar siswa dapat dianalisis dengan
cara sebagai berikut :
1. Jika t > ttabel maka terdapat perbedaan signifikan sehingga dapat
dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa
2. Jika t ≤ ttabel maka tidak terdapat perbedaan signifikan sehingga
dapat dikatakan tidak terjadi peningkatan hasil belajar siswa
Tabel 3.2
Penentuan Kategori Nilai Siswa
Nilai Kategori
86 - 100 Sangat Baik
71 - 85 Baik
56–70 Cukup
41 - 55 Kurang
≤ 40 Sangat Kurang
b. Ranah afektif
Pengukuran hasil belajar pada ranah afektif menggunakan analisis
deskriptif. Peneliti menyajikan data kesimpulan dalam bentuk narasi,
yaitu yang diambil dari hasil observasi aktifitas siswa dan hasil
30
kategori sikap, yaitu sangat tinggi (4), tinggi (3), rendah (2) dan sangat
rendah (1). Penentuan kategori hasil pengukuran sikap atau minat :
Tabel 3.3
Pernyataan Kuesioner
No Skor peserta didik Kategori sikap
1 50 sampai 60 Sangat baik
2 40 sampai 49 Baik
3 30 sampai 39 Kurang
4 15 sampai 29 Sangat kurang
Keterangan :
• Skor tertinggi adalah 15 X 4 = 60
• Skor terendah adalah 15 X 1 = 15
• 15 merupakan jumlah butir pernyataan
G. Indikator Keberhasilan
Tabel 3.4
Indikator Keberhasilan
No Variabel Target Instrument
1 Hasil belajar
70% dari jumlah siswa
aktif dalam
31 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini akan dideskripsikan berdasarkan permasalahan yang
dikemukakan dalam rumusan masalah, yaitu deskripsi tentang penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi Sistem Dalam Kehidupan Tumbuhan untuk siswa kelas VIII C SMP
BOPKRI 1 Yogyakarta. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tes,
kuesioner, observasi dan wawancara. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus
dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data hasil penelitian yang
diperoleh dan dianalisis adalah data mengenai hasil belajar Biologi dalam materi
sistem dalam kehidupan tumbuhan kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta
setelah adanya penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Alokasi jam pelajaran yang digunakan untuk penelitian yaitu siklus satu 4
X 40 menit dan siklus dua 4 X 40 menit. Pada akhir pos tes siklus dua, penulis
memberikan lembar kuesioner untuk diisi oleh siswa. Sebelum melakukan
penelitian, penulis melakukan kegiatan observasi awal dengan tujuan untuk
melihat kondisi siswa secara langsung. Penulis melakukan observasi awal siswa
A. Deskripsi Setiap Siklus 1. Siklus 1
Siklus satu dilaksanakan dalam dua pertemuan, adapun pelaksanaan siklus
1 adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus 1, pengajar mempersiapkan RPP,
lembar observasi, lembar kerja siswa, soal pre tes dan pos tes 1 yang
digunakan dalam mendapatkan data dari siswa.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan ini adanya keterlibatan guru bidang studi
biologi sebagai observer untuk membantu pengajar dalam mengamati
aktivitas siswa. Adapun prosedur pembelajaran yang dilaksanakan
untuk siklus 1 :
1) Kegiatan awal pembelajaran
Pengajar mengkondisikan siswa untuk siap memulai pembelajaran,
memberikan instruksi mengawali kegiatan belajar dengan berdoa
bersama. Selain itu, pengajar juga melakukan absensi untuk
mengetahui siapa yang tidak hadir. Pre tes diberikan oleh pengajar
pada awal pembelajaran dan diberikan waktu 15 menit untuk
2) Kegiata
oses pembelajaran yang dilaksanakan yaitu
belajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan tahapa
gai berikut :
Pertemuan 1
Diawali dengan pembentukan kelompok
selanjutnya siswa membentuk kelompok ahli de
sesuai dengan pilihan LKS. Sebelumnya gur
LKS untuk dikerjakan dalam diskusi k
selanjutnya melakukan diskusi kelas dengan
Anggota kelompok terdiri dari 4 siswa setiap ke
Pada pertemuan 1 hanya difokuskan
kelompok yang terdapat dalam LKS dan j
dikelompok asal dengan teman yang berbeda.
itu menggunakan
n cara presentasi.
p kelompoknya.
n untuk diskusi
n juga penjelasan
b) Per
Presentasi dilakukan oleh setiap kelompok
mewakilkan 2 atau 3 siswa untuk memprese
dikusi kelompok. Kelompok yang lainnya memi
memberikan tanggapan atau pertanyaan terhada
dipresentasikan, dalam hal belum paham atau
yang lain. Alokasi waktu yang digunakan unt
yaitu 15 menit.
Penguatan
Tahap ini dilakukan oleh guru untuk membe
yang sesuai setelah dilakukan diskusi kelas ser
tidak salah dalam memahami materi yang dipela
Penghargaan Kelompok
Penghargaan yang diberikan oleh guru kepada
mempresentasikan hasil diskusi kelompok de
benar yaitu berupa applaus atau ucapan yang lai
pok asal dengan
presentasikan hasil
miliki tugas untuk
adap materi yang
au ada pertanyaan
untuk presentasi
berikan jawaban
serta supaya siswa
pelajari.
da kelompok yang
dengan baik dan
agar siswa mendapatkan nilai yang lebih dan terus
meningkatkan prestasi.
Gambar 4.3
Presentasi Siklus 1
3) Kegiatan Akhir Pembelajaran
Pada tahap ini guru memberikan post tes untuk mengetahui
pemahaman akhir siswa setelah diterapkannya pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw untuk siklus 1.
c. Observasi
Berdasarkan hasil observasi selama pembelajaran pada siklus 1,
dapat dikatakan bahwa rata-rata pada aktivitas siswa belum ada yang
mendapat kategori baik, pada umumnya mendapat kategori cukup,
meskipun ada beberapa siswa yang pasif pada saat pembelajaran. Hal
ini terlihat ketika berlangsungnya diskusi kelompok, siswa yang aktif
diskusi tetap terus aktif, sedangkan yang pasif hanya melihat hasil
diskusi teman satu kelompok. Hal itu dapat mengakibatkan
Mengenai aktivitas pengajar pada saat pelaksanaan pembelajaran
koopertif tipe Jigsaw masih belum optimal, dimana guru belum dapat
memberikan perhatian kepada siswa. Pengajar juga belum sepenuhnya
dapat mengontrol siswa yang tidak memperhatikan dan membicarakan
hal lain pada saat diskusi. Hal lain dari pengajar yang belum optimal
yaitu berupa penyampaian materi yang masih bersifat hafalan, belum
bersifat pemahaman, sehingga siswa hanya mengikuti yang diberikan
oleh pengajar.
Pada saat melakukan diskusi kelompok, mereka belum optimal
dalam menggunakan sumber informasi yang mereka miliki. Padahal
mereka memiliki sumber informasi pengetahuan yang baik, yaitu
berupa buku pegangan siswa. Keaktifan siswa dalam mencatat materi
tambahan yang diberikan oleh pengajar juga masih rendah. Siswa
mencatat materi tambahan ketika pengajar memberikan arahan untuk
mencatat materi tersebut. Siswa terkesan masih kurang aktif dalam
beberapa hal ketika berlangsungnya pembelajaran.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer, ada
beberapa kekurangan dan kelebihan dalam pelaksanaan siklus 1.
Kekurangan yang terjadi yaitu masih ada siswa yang tidak
memperhatikan dan berbicara dengan teman yang lainnya ketika
proses diskusi berlangsung. Hal tersebut menjadikan catatan bagi
2. Hal lainnya yaitu siswa belum terbiasa untuk mengemukakan
pendapat yang dimiliki dan hanya berbisik dengan temannya.
Disamping adanya kekurangan, pelaksanaan siklus 1 juga memiliki
kelebihan yaitu kedekatan antara siswa dengan pengajar sudah terlihat.
Siswa sering menanyakan hal yang dirasa kurang jelas ketika diskusi
untuk memahami materi. Hal lainnya yaitu ada beberapa siswa yang
mulai berani bertanya ketika diskusi kelas berlangsung.
Kekurangan pelaksaan pada siklus 1 akan dijadikan bahan untuk
perbaikan pada siklus 2, dimana pengajar lebih menekankan
pengkondisian dan keaktivan siswa pada saat pelaksaaan pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran koopertif tipe Jigsaw. Dengan hal
itu, pengajar berharap supaya setiap siswa benar-benar memahami
materi yang dipelajari bersama dan suasana yang baik untuk pelaksaan
pembelajaran koopertif tipe Jigsaw. Adanya perhatian dan peran aktif
siswa maka penyampaian materi menjadi lebih mudah dan akhirnya
pemaknaan dari pelajaran akan terbentuk dalam diri siswa.
2. Siklus 2
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus 2, pengajar mempersiapkan RPP,
lembar observasi, lembar kerja siswa, dan pos tes 2 serta kuesioner
yang digunakan dalam mendapatkan data dari siswa.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus 2 merupakan hasil dari berbagai refleksi yang
diinginkan
nkan dapat tercapai. Observer melibatkan gur
untuk mengamati segala aktivitas siswa di
pun prosedur pembelajaran yang ditempuh adalah se
iatan Awal Pembelajaran
ngajar mengkondisikan siswa untuk siap memula
berikan instruksi mengawali kegiatan belajar
sama. Selain itu, pengajar juga melakukan
ngetahui siapa yang tidak hadir. Pengajar mem
sepsi untuk mengawali pembelajaran dan m
uk mulai pembelajaran.
Gambar 4.4
Awal Pembelajaran Siklus 2
iatan Inti Pembelajaran
Pertemuan 1
Diawali dengan pembentukan kelompok
selanjutnya siswa membentuk kelompok ahli de
sesuai dengan pilihan LKS. Sebelumnya pengaj
LKS untuk dikerjakan dalam diskusi k
uru bidang studi
di dalam kelas.
h sebagai berikut :
ulai pembelajaran,
jar dengan berdoa
sela
selanjutnya melakukan diskusi kelas dengan
Anggota kelompok untuk siklus 2 berbeda d
kelompok siklus 1, akan tetapi jumlah
kelompok yaitu 4 siswa.
Pada pertemuan 1 hanya difokuskan
kelompok yang terdapat dalam LKS dan j
dikelompok asal dengan teman yang berbeda.
Gambar 4.5
Diskusi Siklus 2
Pertemuan 2
Presentasi dilakukan oleh setiap kelompok
mewakilkan 2 atau 3 siswa untuk memprese
dikusi kelompok. Kelompok yang lainnya memi
bertanya terhadap materi yang dipresentasika
belum paham atau ada pertanyaan yang lain.
yang digunakan untuk presentasi yaitu 15 menit
Penguatan
n cara presentasi.
a dengan anggota
h anggota dalam
n untuk diskusi
n juga penjelasan
Taha
yang sesuai setelah dilakukan diskusi kelas ser
tidak salah dalam memahami materi yang dipela
Penghargaan Kelompok
Penghargaan yang diberikan oleh pengajar ke
yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok
dan benar yaitu berupa applaus atau ucapan ya
da tahap ini, pengajar memberikan pos tes unt
ahaman siswa mengenai materi yang dipe
rapkan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw
si
bservasi difokuskan pada aktivitas siswa pada saa
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Secara um
siswa jauh meningkat dibandingkan pada saat pelaksanaan siklus 1.
Pada saat diskusi kelompok, siswa sudah berani untuk mengemukakan
pendapat mereka sehingga suasana didalam kelompok merupakan
suasana diskusi materi.
Hal lain yang patut dihargai yaitu ketika satu kelompok selesai
presentasi, siswa yang lainnya aktif memberikan tanggapan.
Tanggapan tersebut berupa pertanyaan ataupun penambahan materi
yang kurang lengkap. Selain itu kedekatan pengajar dengan siswa
sudah terlihat baik karena siswa berani untuk bertanya tentang banyak
hal yang berkaitan dengan materi.
Pada siklus 2, kompetisi siswa dalam belajar sangat tinggi. Mereka
dapat memberikan pendapat pada saat diskusi berlangsung, tidak hanya
mengikuti siswa yang memang sudah bisa mengerjakan soal yang
diberikan. Dengan demikian siswa sudah mampu untuk berinteraksi
secara baik dengan teman sebaya pada saat pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Tahap refleksi pada siklus 2 selain dari hasil observasi yang
dilakukan oleh observer juga menggunakan data hasil wawancara
dengan sebagian siswa yang telah dipilih oleh pengajar. Secara umum
aktivitas siswa meningkat dengan baik. Selain itu, interaksi siswa
dengan siswa dan juga siswa dengan pengajar dapat berjalan lebih baik
daripada siklus 1.
Hasil wawancara yang dilakukan oleh pengajar menunjukkan
tipe Jigsaw. Akan tetapi, pengajar masih terlalu cepat dalam hal
menjelaskan materi ketika memberikan penguatan yang berakibat
siswa harus meminta pengajar untuk mengulangi kembali. Selain itu,
pengajar juga kurang tegas ketika ada siswa yang membicarakan hal
lain diluar materi yang disampaikan.
Kekurangan yang diperoleh dari hasil wawancara menunjukkan
pengajar harus berani mengambil tindakan supaya nanti ketika
mengabdi menjadi pendidik dapat menjalankan tugas dengan baik.
B. Hasil Penelitian dan Analisis Data 1. Hasil Penilaian Siklus 1 dan 2
a. Hasil Penilaian Pres tes
Tabel 4.1
Nilai Pre tes
Nomor Nama Pre tes Kategori
1 A S 47 Kurang
2 A G 63,5 Cukup
3 A G P 32,5 Sangat Kurang
4 A P 52,5 Kurang
5 B R 53 Kurang
6 B Y 68 Cukup
7 D E 68 Cukup
8 D A 51,5 Kurang
10 F A 48,5 Kurang
11 I P 57,5 Cukup
12 I W 47 Kurang
13 O F 53 Kurang
14 R F 47 Kurang
15 R D 57,5 Cukup
16 S A 52 Kurang
17 Y V 42 Kurang
18 I D 63 Cukup
19 AP 52 Kurang
Rata-rata 52,5
Nilai tertinggi 68
Nilai terendah 32,5
Kategori Cukup 31,58 %
Kategori Kurang 63,16 %
Kategori Sangat Kurang 5,26 %
b. Hasil Penilaian Pos tes Siklus 1
Tabel 4.2
Nilai Pos tes Siklus 1
Nomor Nama Post tes Siklus I Kategori
1 A S 76,7 Baik
3 A G P 62,7 Cukup
4 A P 61,7 Cukup
5 B R 60,7 Cukup
6 B Y 61,7 Cukup
7 D E 63 Cukup
8 D A 80,7 Baik
9 F T 70,5 Cukup
10 F A 64 Cukup
11 I P 61,5 Cukup
12 I W 72,7 Baik
13 O F 47,7 Kurang
14 R F 66 Cukup
15 R D 68,4 Cukup
16 S A 55,7 Kurang
17 Y V 69 Cukup
18 I D 67,3 Cukup
19 AP 52,7 Kurang
Rata-rata 65,23
Nilai tertinggi 80,7
Nilai terendah 47,7
Kategori Baik 21,05 %
Kategori Cukup 63,16 %
c. Hasil Penilaian Pos tes Siklus 2
Tabel 4.3
Nilai Pos tes Siklus 2
Nomor Nama Post tes Siklus II Kategori
1 A S 81,7 Baik
2 A G 77,5 Baik
3 A G P 81,5 Baik
4 A P 79,7 Baik
5 B R 79,3 Baik
6 B Y 90,8 Sangat Baik
7 D E 95,7 Sangat Baik
8 D A 95,7 Sangat Baik
9 F T 83,3 Baik
10 F A 78,5 Baik
11 I P 81,7 Baik
12 I W 87,5 Sangat Baik
13 O F 72,5 Baik
14 R F 82,3 Baik
15 R D 78 Baik
16 S A 70,3 Cukup
17 Y V 79,7 Baik
18 I D 77,5 Baik
Rata-rata 81,32
Nilai tertinggi 95,7
Nilai terendah 70,3
Kategori Sangat Baik 21,05 %
Kategori Baik 73,68 %
Kategori Cukup 5,26 %
Grafik 4.1
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
d. Hasil Observasi
Adapun hasil observasi pada siklus 1 sebagai berikut :
Aktivitas siswa selama KBM
1. Membaca buku siswa dan mengerjakan LKS
2. Memperhatikan penjelasan dari guru atau siswa yang lain
3. Mengajukan pertanyaan/menanggapi pertanyaan
4. Mempresentasikan hasil diskusi
52.5
65.23
81.32
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
pre tes pos tes 1 pos tes 2