8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Teori merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti ini. Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih (Suyanto, 2005: 34). Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan di antara konsep-konsep tersebut yang membantu dalam memahami sebuah fenomena. Teori-teori yang peneliti gunakan sebagai pedoman berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Teori Kepatuhan
hukum yang mereka anggap sesuai dengan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap keharusan, sedangkan komitmen normative melalui legtimasi berarti mematuhi peraturan karena regulasi penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku (Rahmawati, 2012:157).
Berdasarkan perspektif normatif maka seharusnya teori kepatuhan dapat diterapkan di bidang akuntansi. Tuntutan akan kepatuhan perusahaan publik terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam peraturan Nomor: KEP-431/BL/2012 yang dikeluarkan oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Peraturan tersebut mewajibkan penyampaian laporan tahunan oleh emiten atau perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam dan LK paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir. Karena adanya peraturan tersebut maka kepatuhan emiten dalam melaporkan pelaporan keuangan merupakan suatu hal yang mutlak dalam memenuhi kepatuhan terhadap prinsip pengungkapan informasi tepat waktu.
2. Teori Atribusi
kognitif yang telah digunakan untuk menjelaskan bagaimana seorang manejer mengintrepasikan informasi mengenai kinerja seorang bawahan dan memutuskan bagaimana akan bereaksi terhadap bawahan tersebut (Rivai et al, 2013:330).
Sementara itu kemampuan, keterampilan, atau motivasi internal pada aspek individu disebut juga sebagai atribut disposisi, dan dalam pandangan umum didefenisikan sebagai perilaku seseorang (Rivai et al, 2013:330). Peningkatan kinerja dalam pekerjaannya dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi yang berasal dari dalam individu yang disebut faktor individual dan kondisi yang berasal dari luar individu yang disebut dengan faktor situasional. Faktor individual meliputi jenis kelamin, kesehatan, pengalaman dan karakteristik psikologis yang terdiri dari motivasi, kepribadian dan locus of control, sedangkan faktor situasional meliputi kepemimpinan, hubungan sosial, dan budaya organisasi. Faktor pengalaman, kemampuan, keterampilan serta motivasi menjadi keunggulan KAP yang tergabung dalam big four sehinggaa KAP big four dapat menyelesaikan pekerjaan audit dengan lebih efektif dan efisien.
3. Teori Pragmatik
yang telah dimaknai tersebut dengan perilaku investor atau penerima lainnya (Yadiati, 2010:13). Laba akuntansi dari segi pragmatik yaitu laba sebagai alat prediksi, angka laba dapat memberikan informasi sebagai alat untuk menaksir dan menduga aliran kas untuk pembagian dividen, dan sebagai alat untuk menaksir kemampuan perusahaan dalam menaksir earning power dan nilai perusahaan di masa mendatang serta laba sebagai alat pengendalian manajemen, laba dapat digunakan sebagai tolak ukur bagi manajemen dalam mengukur kinerja manajer atau divisi dari suatu perusahaan (Yadiati, 2010:94). Faktor laba yang tinggi atau dalam penelitian ini dimaknai sebagai profitabilitas atau tingkat keuntungan perusahaan merupakan alat yang menjadi tolak ukur bagi kinerja manajemen perusahaan. Oleh karena itu sangat diperlukan ketepatwaktuan penyerahan laporan keuangan hasil audit sebagai alat untuk menaksir kemampuan perusahaan. Laba yang tinggi juga dapat menjadi kabar baik yang harus segera diumumkan kepada investor bahwa kemampuan perusahaan tersebut sangat baik.
4. Teori Struktur Modal
modal, sehingga nilai perusahaan menjadi maksimum (Sawir, 2004:81). Tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu bauran sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan harga saham dan agar tujuan menajemen keuangan untuk memaksimalkan nilai perusahaan tercapai (Sawir, 2004:43). Suatu penentuan tingkat leverage keuangan yang optimal atau komposisi pendanaan optimal dengan meminimalkan biaya modal perusahaan adalah setara dengan memaksimalkan nilai pasar perusahaan (Sawir, 2004:43). Tingkat leverage mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pangjangnya. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki hutang/financial leverage yang tinggi. Penggunaan hutang yang tinggi inilah yang akan menyebabkan peningkatan profitabilitas sekaligus resiko pengembalian hutang yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, untuk memperoleh keyakinan akan laporan keungan perusahaan maka auditor akan lebih berhati-hati sehingga jangka rentang waktu audit akan lebih panjang.
5. Laporan Keuangan
informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009).
Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi dan merupakan informasi historis. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai informsi tersebut (M. Sadeli, 2002:2). Syafri (2008:201) berpendapat bahwa, Laporan Keuangan adalah output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sabagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggung jawaban atau akuntabilitas. Sekaligus mengambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.
a. Tujuan laporan keuangan adalah (M. Sadeli, 2002:18) :
1) Menyediakan informasi yang dapat diandalkan tentang kekayaan dan kewajiban.
2) Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tetang perubahan kekayaan bersih perusahaan sebagai tentang perubahan kekayaan bersih perusahaan sebagai hasil dari kegiatan usaha.
3) Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan bersih yang bukan berasal dari kegiatan usaha.
5) Menyajikan informasi lain yang sesuai atau relevan dengan keperluan para pemiliknya.
b. Pemakai laporan keuangan
Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah seta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Beberapa kebutuhan pemakai laporan keuangan meliputi (Standar Akuntansi Keuangan, 2009) :
1) Investor
Penanam modal berisiko dan penasihat merekan berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi yang membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
2) Karyawan
3) Pemberian pinjaman
Pemberian pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada satu jatuh tempo.
4) Pemasok dan kreditur usaha lainnya
Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada prusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
5) Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. 6) Pemerintah
7) Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dengan berbagai cara misalnya: perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecendrungan (trend) dan perkembangn terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitas.
6. Timelines dan Audit Delay
a. Pengertian audit menurut para ahli.
1) Menurut Boynton et al. (2006:5): “Auditing adalah suatu proses sistematik memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai asersi-asersi tentang aktivitas dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada para pihak
berkepentingan”.
ditetapkan dan mengomunasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan”.
3) Menurut Mulyadi (2002:9) mendefinisikan sebagai berikut:
“Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
b. Audit Delay
informasi yang relevan dan handal. Lebih lanjut, Givoly dan Palmon dalam Shulthoni (2013) telah memberikan bukti empiris berkaitan dengan isi informasi keuangan yang berupa pengumuman laba, di mana investor akan menunda pembelian atau penjualan sekuritasnya sampai dengan diterbitkannya laporan keuangan auditan perusahaan. Masalah lambatnya proses audit dikenal sebagai audit delay.
Rentang waktu (audit delay) yang dibutuhkan oleh auditor maksimal 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir. Hal ini berdasarkan peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP 431/BL/2012. Lamanya waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu (timeliness) dan kerelevanan sebuah informasi yang dipublikasikan sehingga dapat mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Keterlambatan informasi yang diperlukan akan mengakibatkan informasi tidak relevan bagi investor.
Menurut Knechel dan Payne dalam Surbakti (2009), audit delay atau audit reporting lag dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Scheduling lag, yaitu selisih waktu antara tahun penutupan buku perusahaan dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor.
2) Fieldwork lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan dan saat penyelesaiannya.
7. Index LQ45
Indeks LQ45 terdiri dari 45 emiten terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan likuiditas (LiQuid) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar regular. Sesuai dengan perkembangan pasar dan untuk mempertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari 2005 jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas. Kriteria suatu emiten untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45 adalah dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
1) Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan.
2) Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi transaksi.
3) Jumlah hari perdagangan di pasar regular. 4) Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.
5) Keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan.
No. Judul Penelitian Tahun Penelitian Peneliti Hasil Penelitian 1. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI
AUDIT DELAY (Studi Empiris
pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar Sebagai Anggota LQ45 di BEI Periode 2013-2015)
2016 Agatya Wahyu
Vara Rozi
ukuran KAP, tenur audit, ukuran klien, dan tingkat leverage merupakan faktor yang signifikan dalam mempengaruhi audit delay.
financial resatetement dan tingkat
profitabilitas tidak signifikan dalam mempengaruhi audit delay.
2 FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI AUDIT
DELAY
(Studi Kasus pada Perusahaan
2016 Febrina
Lourentya Novit
Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)
berpengaruh terhadap audit delay, opini auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay dan reputasi auditor
berpengaruh terhadap audit delay 3 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI
AUDIT DELAY PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2013
2016 Tria Merina
Cahyadewi
tingkat leverage, pos luar biasa (extraordinary item), opini selain standar secara statistik berpengaruh positif terhadap audit delay, sedangkan kepemilikan perusahaan oleh pemerintah dan reputasi auditor the big four berpengaruh negatif terhadap audit
delay. Dua variabel lainnya yaitu
audit delay
4 ANALISIS DETERMINAN
AUDIT DELAY PADA
PERUSAHAAN LQ 45 YANG
TERDAFTAR PADA BEI
TAHUN 2011 – 2015
2016 Eko Tambing profitabilitas dan penggunaan teknologi informasi berpengaruh terhadap audit delay
ukuran kantor akuntan publik dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis
D. Pengembangan Hipotesis
1. Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Audit Delay.
Teori atribusi menyatakan peningkatan kinerja dalam pekerjaannya dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu, yaitu faktor individual dan faktor situasional. Faktor individual meliputi jenis kelamin, kesehatan, pengalaman dan karakteristik psikologis yang terdiri dari motivasi, kepribadian dan locus of control (Rivai et al, 2013:330). Faktor pengalaman, kemampuan, keterampilan serta motivasi menjadi Ukuran KAP
(X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Tingkat Leverage (X3)
Profitabilitas Perusahaan (X4)
Audit Delay (Y) H
H
H
H
keunggulan KAP yang tergabung dalam big four sehinggaa KAP big four dapat menyelesaikan pekerjaan audit dengan lebih efektif dan efisien.
Ukuran Kantor Akuntan Publik juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap audit delay. Kantor Akuntan Publik besar, dalam hal ini big four, cenderung menyelesaikan audit lebih cepat untuk menjaga reputasi mereka. Menurut Lestari (2010) dalam Tambing (2016) hal tersebut juga dimungkinkan oleh besarnya sumber daya manusia yang dimiliki Kantor Akuntan Publik besar, sesuatu yang tidak dimiliki oleh Kantor Akuntan Publik yang kecil. Dengan besarnya sumber daya dan infrastruktur serta pengalaman yang dimiliki dalam mengaudit memungkinkan auditor mampu menyelesaikan proses audit secara lebih cepat. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian oleh Wahyu (2016) yang menunjukkan ukuran KAP berpengaruh terhadap audit delay. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1 : Ukuran KAP merupakan faktor yang mempengaruhi audit delay.
2. Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay.
tercapai (Sawir, 2004:43). Salah satu cara untuk memaksimalkan nilai pasar perusahaan adalah dengan mempercepat waktu audit delay. Menurut Cullinan et al dalam Surbakti (2009) Auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan besar memiliki kecenderungan untuk mempertahankan kliennya dengan memberi servis terbaik termasuk kecepatan proses audit yang dilakukannya. Lebih jauh, perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih memadai sehingga proses audit yang dilakukan bisa lebih cepat. Dengan kata lain, semakin besar ukuran perusahaan maka semakin pendek waktu audit delay. Hal ini disebabkan adanya sistem informasi akuntansi yang sophisticated (canggih), sistem pengendalian internal yang memadai, dan keinginan auditor untuk memberi servis terbaik demi mempertahankan kerjasama dengan audit fee besar. Hal ini sejalan oleh hasil penelitian Wahyu (2016) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
3. Tingkat Leverage Terhadap Audit Delay.
optimal dengan meminimalkan biaya modal perusahaan adalah setara dengan memaksimalkan nilai pasar perusahaan (Sawir, 2004:43). Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki hutang/financial leverage yang tinggi. Penggunaan hutang yang tinggi inilah yang akan menyebabkan peningkatan profitabilitas sekaligus resiko pengembalian hutang yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, untuk memperoleh keyakinan akan laporan keungan perusahaan maka auditor akan lebih berhati-hati sehingga jangka rentang waktu audit akan lebih panjang. Hal ini sejalan oleh hasil penelitian Wahyu (2016) dan Tria (2016) yang menunjukkan bahwa tingkat leverage suatu perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H3: Tingkat Leverage berpengaruh terhadap audit delay.
4. Profitabilitas Perusahaan Terhadap Audit Delay.
kemampuan perusahaan. Christine (2012) dalam Tambing (2016) menyatakan untuk dapat menilai tingkat profitabilitas perusahaan maka dapat digunakan laba bersih sebelum pajak (EBIT). Perusahaan yang mengumumkan rugi atau tingkat profitabilitas yang rendah, maka akan membawa reaksi negatif terhadap pasar dan turunnya penilaian atas kinerja perusahaan. Lain halnya bila perusahaan mengumumkan laba yang tinggi maka akan berdampak positif terhadap penilaian pihak lain atas kinerja perusahaan.
Ada beberapa alasan yang mendorong terjadinya kemunduran laporan publikasi yaitu pelaporan laba atau rugi sebagai indikator good news atau bad news atas kinerja menejer perusahaan dalam setahun.
Tinggi rendahnya profitabilitas mempengaruhi lama atau cepatnya penyampaian laporan keuangan seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Tambing (2016) menyatakan bahwa profibilitas berpengaruh terhadap audit delay. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
H4: Profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
5. Pengaruh ukuran KAP, ukuran perusahaan, tingkat leverage, dan profitabilitas perusahaan secara bersama-sama terhadap audit delay.
Berdasarkan teori kepatuhan, atribusi, pragmatik dan sturktur modal, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.