RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Bab 7
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
7.1 Pengembangan Kawasan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan
pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman
kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk
pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada
amanat peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan
kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi
tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada
awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup
penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan
permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum,
rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung
jawab pemerintah.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan
penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan
penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman
kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat
Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta
standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi
Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman
di perkotaan dan perdesaan;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan
kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan
perdesaan potensial;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan
kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan
pembangunan rumah susun sederhana;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan
kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan
permukiman;
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat
7.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap
pengembangan permukiman saat ini adalah:
• Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim;
• Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi
rumah tangga kumuh perkotaan;
• Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif
Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
• Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
• Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi
penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk
perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
• Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah
dibangun.
• Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
• Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung
pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas
kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat
organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal
di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Tabel 7.1
Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Biak Numfor
No. Isu Strategis Keterangan
1 Kecenderungan pembangunan yang tidak terkontrol di sepanjang Sungai Biak Numfor yang berpotensi merusak kestabilan sungai
Urgensi Tinggi
2 Minimnya cakupan dan kualitas infrastruktur permukiman
Urgensi Sedang
3 Lemahnya keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman, baik dalam skala kota maupun kawasan
Urgensi Sedang
4 Menurunnya kualitas permukiman pada kawasan tidak layak huni/kumuh
Urgensi Tinggi
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kawasan permukiman adalah kawasan yang memenuhi kriteria
budidaya cocok untuk areal permukiman serta secara mikro mempunyai
kelerengan antara 0 – 25% dan berada di kawasan APL (areal penggunaan
lainnya).
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan
capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman
yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di
tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur,
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan
pembangunan permukiman.
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah
mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa
terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam
program-program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial,
rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan
adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada
tingkat nasional antara lain:
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni
sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan
pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal,
pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis
Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR rendah
4. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa
pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi
tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
5. Penguatan Sinergi RP2KPKP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPIJM
bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
Sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota
terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan
spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal
perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan
permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan
alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan
pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota
bersangkutan.
7.1.2 Sasaran Program
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan
permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan
permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk
pembangunan Rusunawa serta
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan
potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta
perbatasan dan pulau kecil
2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW
(RISE),
3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan
permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KPKP
dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan :
• Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
• Infrastruktur permukiman RSH
• Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan :
• Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial
(Agropolitan/Minapolitan)
• Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
• Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
• Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
• Infrastruktur perdesaan PPIP
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman
tergambar dalamGambar 7.1.
Gambar 7.1
Alur Program Pengembangan Permukiman
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang
menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
• Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR • Kesiapan lahan (sudah tersedia).
• Sudah tersedia DED.
• Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL
KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
• Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana
daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa
berfungsi
• Ada unit pelaksana kegiatan.
• Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
Rusunawa
• Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
• Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
• Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum,
dan PSD lainnya
• Ada calon penghuni
RIS PNPM
• Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
• Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
• Tingkat kemiskinan desa >25%.
• Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP
minimal 5% dari BLM.
PPIP
• Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR program Cipta Karya lainnya
• Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
• Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
• Berbasis pengembangan wilayah
• Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i)
transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air
bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
• Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria
yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan
permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan.
Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan
kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana,
dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4)
pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut
diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya
meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan
dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh
memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan
yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang
dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan
permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan
penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada
wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang
strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan
dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk
dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk
dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan
perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi
lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk
kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan
Air limbah
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan
kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme
kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana
penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan)
kawasan dan lainnya.
Tabel 7. 2
Lokasi Kawasan Kumuh Kab.Biak Numfor
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
7.1.3 Usulan Kebutuhan Program
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi
kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu
disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan
kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah
kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun
dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritas dari
tahun pertama hingga kelima.
Tabel 7. 3
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Biak Numfor
NO URAIAN KEGIATAN LOKASI VOLUME SATUAN TAHUN
1
Pendampingan Rencangan Peraturan Daerah Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kota Biak
Biak Kota 1 NSPK 2018 2 Penataan Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan
Kumuh di Kawasan Warbusa Biak Kota 24,22 Ha 2019 3 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Timur Biak Timur 1 Kws 2018 4 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Urfu Biak Selatan 3 Kws 2019 5 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Selatan Biak Selatan 3 Kws 2019 6 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Yendidori Yendidori 3 Kws 2020 7 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Utara Biak Utara 3 Kws 2020 8 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Barat Yomdori 3 Kws 2021 9 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Timur Biak Timur 3 Kws 2022 10 Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW) Kab. Biak
Numfor 5 WIL 2018
11 Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW) Kab. Biak
Numfor 5 WIL 2019
12 Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW) Kab. Biak
Numfor 5 WIL 2020
13 Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW) Kab. Biak
Numfor 5 WIL 2021
14 Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW) Kab. Biak
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong
untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari
alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta serta DAK.
Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Tabel 7.4
Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan
Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Biak Numfor
NO URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL SATUAN TAHUN
SUMBER PEMBIAYAAN (Rp.1000,-) Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kota Biak
Biak Kota 1 NSPK 2018
500.000 2 Penataan Peningkatan Infrastruktur Permukiman
Kawasan Kumuh di Kawasan Warbusa Biak Kota 24,22 Ha 2019 25.000.000 2.500.000 1.250.000 3 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Timur Biak Timur 1 Kws 2018 2.500.000 4 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Urfu Biak Selatan 3 Kws 2019 5.000.000 2.500.000 5 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Selatan Biak Selatan 3 Kws 2019 5.000.000 2.500.000 6 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Yendidori Yendidori 3 Kws 2020 5.000.000 2.500.000 7 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Utara Biak Utara 3 Kws 2020 5.000.000 2.500.000 8 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Barat Yomdori 3 Kws 2021 5.000.000 2.500.000 9 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Timur Biak Timur 3 Kws 2022 5.000.000 2.500.000 10 Pengembangan Infrastruktur Masyarakat
(PISEW)
Kab. Biak
Numfor 5 WIL 2018 5.000.000 500.000
11 Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW)
Kab. Biak
Numfor 5 WIL 2019 5.000.000 500.000
12 Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW)
Kab. Biak
Numfor 5 WIL 2020 5.000.000 500.000
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
(PISEW) Numfor 5.000.000 500.000
14 Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW)
Kab. Biak
Numfor 5 WIL 2022 5.000.000 500.000
TOTAL
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
7.2 Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian
kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian
pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan,
baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan
gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan
lingkungan mengacu pada Undangundang dan peraturan antara lain:
1. UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan,
pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk didalamnya
pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan,
serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling
tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam
penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana
rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan
fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang
hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata
bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata
bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda,
mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur
bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan,
persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan,
kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga
mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang
meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan
pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan
oleh pemerintah.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36
Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini
membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan
gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan
pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai
acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan
bangunan gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan
pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No.
06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL
disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan
yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,
kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan
gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang
disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5. Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis
dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan
indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
7.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan
Tantangan
A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat
dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang
mempengaruhi sektor PBL. Agenda nasional adalah pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya
masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya
pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di
kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah
pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan
kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta
Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi
penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada
2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global
(Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya
karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan
mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4°C antara
tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir
pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta
dampak sosial lainnya.
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda
Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL.
Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada,
pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada
tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan
perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi
Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996
dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable
Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai
kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi
masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional
untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di
perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka
hijau (RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung
(keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda
bangunan gedung di kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang
fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/
berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan
rumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan
gedung dan rumah Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk
sharing in-cash sesuai MoU PAKET;
b. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti
RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala
prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi; b)
RTH; c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan; d) penanggulangan
kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan
permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
B. Kondisi Eksisting
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping
kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013
juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di
1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya
di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di
Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.
C. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat
beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi
kebakaran;
• Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa
RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam;
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
• Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan
ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage; • Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan
permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi
anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka
pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
• Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi
efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara;
• Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan,
besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
• Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan
pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
• Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan
kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan
bencana;
• Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi
dan kurang mendapat perhatian;
• Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah
serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
• Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
• Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib
dan efisien;
• Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan
baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan
hijau/terbuka, sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
• Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam
pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
• Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan
peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
• Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan
gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan
7.2.2 Sasaran Program
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL di
Kabupaten Biak Numfor, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK
untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.
Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat
PBL meliputi:
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana
lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di perkotaan.
 RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan
sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan
yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,
penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok
ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan
panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian
rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan meliputi:
 Program Bangunan dan Lingkungan;
 Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
 Rencana Investasi;
 Ketentuan Pengendalian Rencana;
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
 RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang
dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri
atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang
maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk
tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun
cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan
pelaksanaan konstruksi serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan
pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan
Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota
untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan
pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap
ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan
bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran
kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar,
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan
pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
 Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan
Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:
1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah
Daerah;
2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap
aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat
setempat;
3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting
untuk menjamin kelangsungan kegiatan;
4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin
aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan
keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
 Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen
PU No.14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL,
SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan
penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada
tabel 6.19, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk
menyusun kebutuhan akan sektor Penataan Bangunan Dan
Lingkungan.
7.2.3 Usulan Kebutuhan Program
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi
kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu
disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan
kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah
kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun
dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritas dari
tahun pertama hingga kelima.
Tabel 7.5
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Sektor PBL Kabupaten Biak Numfor
NO URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL SATUAN TAHUN
1 Penyusunan RTBL Destinasi Wisata Kawasan Kampung
Sepse Pantai Samares Distrik Biak Timur Biak Timur 1 Lap 2019 2 Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi Wisata
Kawasan Pulau Numfor
Kab. Biak
Numfor 1 Lap 2019 3 Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi Wisata
Kawasan Goa Jepang
Kab. Biak
Numfor 1 Lap 2019 4 Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi Wisata Pulau
Pakreki
Kab. Biak
Numfor 1 Lap 2020 5 Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional Biak
-Bosnik
Kab. Biak
Numfor 1 Kws 2018 6 Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional Biak
-Bosnik
Kab. Biak
Numfor 1 Kws 2019 7 Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional Biak
-Bosnik
Kab. Biak
Numfor 1 Kws 2020 8 Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Kampung
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
9 Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Pulau Numfor Numfor 1 Kws 2020 10 Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Goa Jepang Biak Kota 1 Kws 2020 11 Pengembangan Destinasi Wisata Pulau Pakreki Biak Timur 1 Kws 2021 12 Fasilitasi Percontohan Ruang Terbuka Publik Revolusi
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Tabel 7.6
Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan
Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Biak Numfor
NO URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL SATUAN TAHUN
SUMBER PEMBIAYAAN (Rp.1000,-)
1 Penyusunan RTBL Destinasi Wisata Kawasan
Kampung Sepse Pantai Samares Distrik Biak Timur Biak Timur 1 Lap 2019 1.000.000 500.000 2 Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi
Wisata Kawasan Pulau Numfor
Kab. Biak
Numfor 1 Lap 2019 1.000.000 500.000 3 Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi
Wisata Kawasan Goa Jepang
Kab. Biak
Numfor 1 Lap 2019 1.000.000 500.000 4 Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi
Wisata Pulau Pakreki
Kab. Biak
Numfor 1 Lap 2020 1.000.000 500.000 5 Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional
Biak - Bosnik
Kab. Biak
Numfor 1 Kws 2018 10.000.000 1.000.000 6 Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional
Biak - Bosnik
Kab. Biak
Numfor 1 Kws 2019 10.000.000 1.000.000 7 Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional
Biak - Bosnik
Kab. Biak
Numfor 1 Kws 2020 10.000.000 1.000.000 8 Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan
Kampung Sepse Pantai Samares Distrik Biak Timur Biak Timur 1 Kws 2020 10.000.000 1.000.000 9 Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Pulau
Numfor Numfor 1 Kws 2020 10.000.000 1.000.000
10 Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Goa
Jepang Biak Kota 1 Kws 2020 10.000.000 1.000.000
11 Pengembangan Destinasi Wisata Pulau Pakreki Biak Timur 1 Kws 2021
10.000.000 1.000.000 12 Fasilitasi Percontohan Ruang Terbuka Publik
Revolusi Mental Kabupaten Biak Numfor Biak Kota 1 Kws 2020 1.000.000 100.000
TOTAL
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
7.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan
merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara,
merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik)
dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM
adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah
(BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat
yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air
minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air
baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan
SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam
pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku
untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan
sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem
penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan
prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan
pelayanan.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan
membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik
(teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran
masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk
melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju
keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas
penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian,
keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian,
keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan
akuntabilitas.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan
pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan
SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau
meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh
untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang
aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan
kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan
dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan
dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit
pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan
perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak
penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air
kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM
menjadi kewenangan/tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah
untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi
kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang
sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.
Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air
Minum, Ditjen. Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat
Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun
fungsinya antara lain mencakup:
• Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem
penyediaan air minum;
• Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan
sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana
alam dan kerusuhan sosial;
• Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;
• Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.
7.3.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan
Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi
upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air
minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi
dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat
Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum;
2. Pengembangan Pendanaan;
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan;
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR 6. Rencana Pengamanan Air Minum;
7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat; dan
8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah
Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi.
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis
yang ada di daerah masing-masing mengingat isu strategis ini akan
menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana
dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan
kegiatan dalam Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan
nasional.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi
Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di kabupaten/kota
secara umum adalah:
i. Aspek Teknis
Berisi hal-hal yang berkaitan dengan jenis dan jumlah sistem jaringan
yang terdapat di dalam kota/kabupaten, tingkat pelayanan, sumber air
baku yang digunakan, serta kondisi pelanggan, sistem pengolahan air,
dan jam pelayanan. Di dalam aspek teknis ini perlu juga dimunculkan
besarnya unit konsumsi air minum (liter/orang/hari) untuk jaringan
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
ii. Aspek Pendanaan
Berisi uraian umum pembiayaan pengelolaan air minum baik sistem
jaringan perpipaan maupun jaringan bukan perpipaan, kemampuan
masyarakat dalam pembiayaan air minum, pencapaian target
pembayaran rekening air, prosentase besaran tunggakan rekening.
Disebutkan pula tarif dasar air dan harga dasar air serta struktur
pelanggan.
iii. Kelembagaan
Berisi penjelasan dan uraian mengenai kondisi organisasi pengelola
sistem penyediaan air minum baik jaringan perpipaan maupun non
perpipaan.
Yang perlu disampaikan terkait kondisi eksisting kelembagaan SPAM
adalah:
1. Organisasi Tata Laksana Penyelenggara SPAM baik untuk
jaringan perpipaan maupun bukan perpipaan;
2. Sumber daya manusia penyelenggara SPAM;
3. Rencana Kerja Kelembagaan; dan
4. Monitoring dan Evaluasi Pengkajian Kelembagaan SPAM.
iv. Peraturan Perundangan
Berisi peraturan-perundangan (perda, SK walikota/kabupaten, SK
Direktur PDAM dll) yang berkaitan dengan pengelolaan air minum di
kota/kabupaten serta permasalahan terkait dengan
pelaksanaan/implementasi peraturan/perundangan tersebut.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Berisi peran serta masyarakat dalam pengelolaan air minum terkait
dengan kepatuhan membayar retribusi air, inisiatif masyarakat
mengembangan SPAM di wilayah mereka, peran serta masyarakat
memelihara kuantitas dan kualitas sumber air. Diuraikan pula
permasalahan yang dihadapi terkait dengan peran negatif
masyarakat dalam menjaga keberlanjutan sumber air, jaringan yang
ada dll.
7.3.2 Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM
i. Permasalahan Pengembangan SPAM
Pada bagian ini, perlu dijabarkan permasalahan pengembangan SPAM
sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Adapun permasalahan
pengembangan AM pada tingkat nasional antara lain:
1) Peningkatan Cakupan dan Kualitas
a) Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum
sistem perpipaan belum seimbang dengan tingkat
perkembangan penduduk
b) Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi
masih memerlukan pembinaan.
c) Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar
dan tekanan air pada jaringan distribusi umumnya masih
rendah.
d) Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
e) Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan
akses air minum masyarakat belum memadai.
f) Sebagian air yang diproduksi PDAM telah memenuhi
kriteria layak minum, namun kontaminasi terjadi pada
jaringan distribusi.
g) Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang
disebabkan buruknya akses air minum yang aman.
2) Pendanaan
a) Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam
masalah pendanaan untuk pengembangan, maupun
operasional dan pemeliharaan;
b) Investasi untuk pengembangan SPAM selama ini lebih
tergantung dari pinjaman luar negeri.
c) Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah
daerah dalam pengembangan SPAM masih rendah.
3) Kelembagaan dan Perundang-Undangan
a) Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait
penyelenggaraan SPAM.
b) Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh
penyelenggara SPAM (PDAM).
c) Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota
mendorong pemekaran badan pengelola SPAM di daerah.
4) Air Baku
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR semakin terbatas.
b) Kualitas sumber air baku semakin menurun.
c) Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di
beberapa daerah yang tidak selaras dengan peraturan
yang lebih tinggi.
d) Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga
menimbulkan konflik kepentingan di tingkat pengguna.
5) Peran Masyarakat
a) Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun
pengolahan air baku menjadi air minum memerlukan
biaya relatif besar dan masih dianggap sebagai urusan
pemerintah.
b) Potensi yang ada pada masyarakat dan dunia usaha
belum sepenuhnya diberdayakan oleh Pemerintah.
c) Fungsi pembinaan belum sepenuhnya menyentuh
masyarakat yang mencukupi kebutuhannya sendiri.
ii. Tantangan Pengembangan SPAM
Beberapa tantangan dalam pengembangan SPAM yang cukup besar
ke depan, agar dapat digambarkan, misalnya :
1) Tantangan Internal:
a) Tantangan dalam peningkatan cakupan kualitas air
minum saat ini adalah mempertimbangkan masih
banyaknya masyarakat yang belum memiliki akses air
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
prevalensi penyakit yang berkaitan dengan air. Tantangan
lainnya dalam pengembangan SPAM adalah adanya
tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhi kualitas air
minum sesuai kriteria yang telah disyaratkan.
b) Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan
SPAM yang belum dioptimalkan. Sedangkan adanya
tuntutan penerapan tarif dengan prinsip full cost recovery
merupakan tantangan besar dalam pengembangan SPAM.
c) Adanya tuntutan untuk penyelenggaraan SPAM yang
profesional merupakan tantangan dalam pengembangan
SPAM di masa depan.
d) Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar
pelayanan minimal sebagaimana disebutkan dalam PP No.
16/2005 serta tuntutan kualitas air baku untuk
memenuhi standar yang diperlukan.
e) Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam
pengembangan SPAM yang belum diberdayakan.
2) Tantangan Eksternal
a) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar
pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
b) Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi yang menuntut pelibatan masyarakat dalam
proses pembangunan.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
potensi lokal dan masyarakat, serta peningkatan peran
serta dunia usaha, swasta
d) Kondisi keamanan dan hukum nasional yang belum
mendukung iklim investasi yang kompetitif.
7.3.3 Sasaran Program
Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya
gap antara kondisi yang ada saat ini dengan target yang akan dicapai pada
kurun waktu tertentu. Kondisi pelayanan air minum secara nasional
sebesar 47, 71%, dilihat dari proporsi penduduk terhadap sumber air
minum terlindungi (akses aman) yang mencakup 49,82% di perkotaan dan
45,72 di perdesaan. Setiap kabupaten/kota perlu melakukan analisis
kebutuhan sistem penyediaan air minum di masing-masing
kabupaten/kota sesuai dengan arahan dibawah ini.
Program-Program Pengembangan SPAM
Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah antara lain:
1. Program SPAM IKK
Kriteria Program SPAM IKK adalah:
• Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
• Kegiatan:
 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan
unit distribusi utama)
 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR • Indikator:
 Peningkatan kapasitas (liter/detik)
 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
2. Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah:
• Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK
• Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40%
dari target total SR untuk MBR
• Indikator:
 Peningkatan kapasitas (liter/detik)
 Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang
terlayani SPAM
3. Program Perdesaan Pola Pamsimas
Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah:
• Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
• Kegiatan:
 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan
unit distribusi utama)
 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target
Sambungan Rumah (SR) total
• Indikator:
 Peningkatan kapasitas (liter/detik)
 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR Kriteria Program SPAM IKK adalah:
• Sasaran: Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil
(sumber air baku relatif sulit)
• Kegiatan: Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unit
distribusi utama
• Indikator: Penambahan jumlah desa yang terlayani SPAM
5. Program Pengamanan Air Minum
Kriteria Program Pengamanan Air Minum adalah:
• Sasaran: PDAM-PDAM dalam rangka mengurangi resiko
• Kegiatan: Pengendalian kualitas pelayanan air minum dari
hulu sampai hilir
• Indikator: Penyediaan air minum memenuhi standar 4 K.
Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) mengacu pada Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RI-SPAM) yang disusun berdasarkan:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
2. Rencana pengelolaan Sumber Daya Air;
3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM;
4. Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat;
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
7.3.4 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM
disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan
prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan tersebut
memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan
atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian
usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan
pembangunan ekonomi. Usulan program yang diajukan perlu dievaluasi
kesesuaiannya dengan hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan.
Selain itu, perlu juga dicek keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya.
Usulan program harus dapat mencerminkan besaran dan prioritas
program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan
non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya.Penjabaran program-program
tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan program RPJMN yang
diwujudkan dalam paket-paket kegiatan/program.
Untuk program yang memerlukan analisis kelayakan keuangan,
hasil analisis harus dilampirkan dan merupakan bagian dari kajian
pembiayaan dan keuangan. Pembiayaan kegiatan pengembangan SPAM
sebagaimana diusulkan dapat berasal dari dana Pemerintahan
Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat.
Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan
dalam pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, dan
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
bantuan disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 7.7
Usulan dan Prioritas Program Pengembangan Air Minum Kabupaten Biak Numfor
NO URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL SATUAN TAHUN
1 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
2 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
3 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
4 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
5 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
6 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
7 Rehabilitasi dan pemeliharan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018 8 Rehabilitasi dan pemeliharan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
9 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
10 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
11 Pembangunan Sumur Bor Kab. Biak 5 Kws 2018
12 Pembangunan Sumur Bor Kab. Biak 5 Kws 2018
13 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
14 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
15 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
16 Rehabilitasi dan Pemeliharan Jaringan Air Kab. Biak 5 Kws 2018 17 Rehabilitasi dan Pemeliharan Jaringan Air Kab. Biak 5 Kws 2018 18 Pembangunan SPAM Distrik Biak Barat Kab. Biak Numfor Biak Barat 10 Ltr/dtk 2019
19 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2019
20 Pembangunan Sumur Bor Kab. Biak 5 Kws 2019
21 Pembangunan SPAM Distrik Biak Barat Kab. Biak Numfor Kab. Biak 10 Ltr/dtk 2020
22 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2020
23 Pembangunan Sumur Bor Kab. Biak 5 Kws 2020
24 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2021
25 Pembangunan Sumur Bor Kab. Biak 5 Kws 2021
26 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2022
27 Pembangunan Sumur Bor Kab. Biak 5 Kws 2021
28 Pengembangan SPAM berbasi Masyarakat Kab. Biak
Numfor 5 Kws 2018 29 Pengembangan SPAM berbasi Masyarakat Kab. Biak
Numfor 5 Kws 2019 30 Pengembangan SPAM berbasi Masyarakat Kab. Biak
Numfor 5 Kws 2020 31 Pengembangan SPAM berbasi Masyarakat Kab. Biak
Numfor 5 Kws 2021 32 Pengembangan SPAM berbasi Masyarakat Kab. Biak
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Numfor 34 Pembangunan SPAM RSUD Biak Kab. Biak
Numfor 1 Kws 2020 35 Pembangunan SPAM Biak Kota Kab. Biak
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Tabel 7.8
Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Air Minum Kabupaten Biak Numfor
NO URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL SATUAN TAHUN
SUMBER PEMBIAYAAN (Rp.1000,-)
1 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
900.000 90.000
2 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
722.610 72.261
3 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
917.060 91.706
4 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
917.060 91.706
5 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
380.000 38.000
6 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
750.000 75.000 7 Rehabilitasi dan pemeliharan Jaringan
Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018 149.270 14.927
8 Rehabilitasi dan pemeliharan Jaringan
Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018 149.270 14.927
9 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
67.545 6.755
10 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
600.000 60.000
11 Pembangunan Sumur Bor Kab. Biak 5 Kws 2018
1.500.000 150.000
12 Pembangunan Sumur Bor Kab. Biak 5 Kws 2018
800.000 80.000
13 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
919.670 91.967
14 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2018
919.670 91.967
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
922.910 92.291 16 Rehabilitasi dan Pemeliharan Jaringan
Air Kab. Biak 5 Kws 2018 512.820 51.282
17 Rehabilitasi dan Pemeliharan Jaringan
Air Kab. Biak 5 Kws 2018 435.820 43.582
18 Pembangunan SPAM Distrik Biak Barat
Kab. Biak Numfor Biak Barat 10 Ltr/dtk 2019 6.000.000 600.000
19 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2019
990.000
20 Pembangunan Sumur Bor Kab. Biak 5 Kws 2019
1.050.000 21 Pembangunan SPAM Distrik Biak Barat
Kab. Biak Numfor Kab. Biak 10 Ltr/dtk 2020 6.000.000 600.000
22 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2020
1.089.000
23 Pembangunan Sumur Bor Kab. Biak 5 Kws 2020
1.155.000
24 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2021
1.197.900
25 Pembangunan Sumur Bor Kab. Biak 5 Kws 2021
1.270.500
26 Pembangunan Jaringan Air Bersih Kab. Biak 5 Kws 2022
1.317.690
27 Pembangunan Sumur Bor Kab. Biak 5 Kws 2021
1.397.550 28 Pengembangan SPAM berbasi Masyarakat Kab. Biak Numfor 5 Kws 2018
2.500.000 250.000
29 Pengembangan SPAM berbasi Masyarakat Kab. Biak Numfor 5 Kws 2019
2.500.000 250.000
30 Pengembangan SPAM berbasi Masyarakat Kab. Biak Numfor 5 Kws 2020
2.500.000 250.000
31 Pengembangan SPAM berbasi Masyarakat Kab. Biak Numfor 5 Kws 2021
2.500.000 250.000
32 Pengembangan SPAM berbasi Masyarakat Kab. Biak Numfor 5 Kws 2022
2.500.000 250.000
33 Pembangunan SPAM RSUD Biak Kab. Biak Numfor 1 Kws 2019
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
34 Pembangunan SPAM RSUD Biak Kab. Biak Numfor 1 Kws 2020
5.000.000 500.000
35 Pembangunan SPAM Biak Kota Kab. Biak Numfor 1 Kws 2020
5.000.000 500.000
TOTAL
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
7.4 PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
7.4.1 Kondisi Eksisting
Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal
Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan,
pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air
limbah, drainase dan persampahan permukiman. Dalam melaksanakan
tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656, Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakan
fungsi :
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah,
drainase dan persampahan;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air
limbah, drainase dan persampahan termasuk penanggulangan
bencana alam dan kerusuhan sosial;
c. Pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan;
d. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah,
drainase dan persampahan; dan
e. Pelaksanaan tata usaha direktorat.
Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman